BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam - PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DAN PROBLEMATIKANYA (Studi Kasus pada Kelas VIII MTs Al-Hidayah Purwasaba Kecamatan Mandiraja Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2017/2018) - repo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

  1. Pengertian Pembelajaran SKI

  a. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu yang obyektif (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta memperoleh keterampilan tertentu (aspek psikomotorik). Pengajaran memberikan kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak yaitu pekerjaan guru saja, sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik (Rahyubi, 2014 : 7).

  Secara sederhana, istilah pembelajaran (instruction) bermakna sebagai upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui berbagai upaya (effort) dan berbagai strategi, metode dan pendekatan ke arah pencapaian tujuan yang telah direncanakan (Majid, 2013 : 4).

  Pembelajaran adalah proses yang menggabungkan pekerjaan dengan pengalaman. Apa yang dikerjakan orang di dunia menjadikan pengalaman baginya. Pengalaman tersebut akan menambah keterampilan, pengetahuan atau pemahaman yang

  6

  19 mencerminkan nilai yang dalam. Pembelajaran yang efektif akan mendorong ke arah perubahan, pengembangan serta meningkatkan hasrat untuk belajar. Pembelajaran tidak hanya menghasilkan atau membuat sesuatu, tetapi juga menyesuaikan, memperluas dan

  Ciri utama dari kegiatan pembelajaran adalah adanya interaksi. Interaksi yang terjadi antara siswa dengan lingkungan belajarnya, baik itu dengan guru, teman-temannya, alat, media pembelajaran, dan/atau sumber-sumber belajar yang lain.

  Sedangkan ciri-ciri lainnya dari pembelajaran ini berkaitan dengan komponen-komponen pembelajaran itu sendiri (Rusman dkk, 2013 : 41).

  Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi yang terjadi antara guru dan siswa dengan memberikan pengetahuan dan keterampilan yang bertujuan untuk mendorong siswa kepada perubahan tingkah laku dan pendewasaan diri.

  b. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sejarah adalah kejadian yang benar-benar terjadi di masa lampau. Sedangkan kebudayaan adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian dan adat istiadat.

  Kebudayaan juga diartikan sebagai hubungan antara keseluruhan

  20 pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya yang menjadi pedoman tingkah laku manusia.

  Sejarah Islam adalah peristiwa-peristiwa atau kejadian- dengan agama Islam. Sejarah Islam mempunyai cakupan yang luas, di antara cakupannya itu ada yang berkaitan dengan sejarah proses pertumbuhan, perkembangan dan penyebarannya, tokoh-tokoh yang melakukan pengembangan dan penyebaran agama Islam, sejarah kemajuan dan kemunduran yang dicapai umat Islam dalam berbagai bidang, seperti dalam bidang ilmu pengetahuan agama dan umum, kebudayaan, arsitektur, politik pemerintahan, peperangan, pendidikan, ekonomi dan sebagainya (Nata, 1999:315)

  Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia pada lampiran Bab III-Standar Isi PAI dan Bahasa Arab tahun 2013 menjelaskan bahwa SKI merupakan catatan perkembangan perjalanan hidup manusia muslim dari masa ke masa dalam beribasah, bermuamalah dan berakhlak serta dalam mengembangkan sistem kehidupan atau menyebarkan ajaran agama Islam yang dilandasi oleh akidah.

  Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa SKI merupakan salah satu mata pelajaran di Madrasah yang berisi peristiwa-peristiwa penting yang benar-benar terjadi di masa

  21 lampau, perkembangan peradaban Islam beserta tokoh-tokoh besar yang berperan di dalamnya agar siswa mampu menjadikannya sebagai ibrah bagi dirinya.

  Pembelajaran SKI adalah usaha sadar yang dilakukan guru peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di dalam peradaban Islam beserta tokoh-tokohnya dengan tujuan untuk memotivasi siswa ke arah perubahan tingkah laku yang mulia.

  2. Metode pembelajaran SKI

Metode secara harfiah berarti „cara‟. Dalam pemakaian umum, metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk

  mencapai tujuan tertentu. Metode pembelajaran adalah cara-cara menyajikan bahan pelajaran kepada siswa untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan (Fathurrohman dan Sutikno, 2011 : 55).

  Menurut Majid (2013 : 193) metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Metode dalam rangkaian sistem pembelajaran memegang peranan yang sangat penting.

  Menurut Ibrahim dan Syaodih (2010 : 105-107) ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran, diantaranya :

  22 a. Metode Ceramah Ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan.

  Metode ceramah merupakan metode yang paling tradisional dan telah lama dilaksanakan oleh guru. sebagai metode kuliah, merupakan suatu cara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan keterangan atau informasi, atau uraian tentang suatu pokok masalah secara lisan. Hal yang perlu diperhatikan dalam metode ceramah adalah isi ceramah mudah diterima dan dipahami serta mampu menstimulasi siswa untuk mengikuti dan melakukan sesuatu yang terdapat dalam isi ceramah.

  b. Metode Tanya Jawab Metode tanya jawab adalah metode pembelajaran yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat dua arah sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru fdan siswa. Guru bertanya siswa menjawab, atau siswa bertanya guru menjawab. Dalam komunikasi ini terlihat adanya hubungan timbal balik secara langsung antara guru dengan siswa.

  Metode tanya jawab dimaksudkan untuk merangsang siswa untuk berpikir dan membimbingnya dalam mencapai atau mendapatkan pengetahuan (Majid, 2013 : 210).

  23 c. Metode Diskusi Metode diskusi pada dasarnya adalah bertukar informasi, pendapat, dan unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan Dalam diskusi, setiap orang diharapkan memberi sumbangan pikiran, sehingga dapat diperoleh pandangan dari berbagai sudut berkenaan dengan masalah tersebut.

  d. Metode Pemberian Tugas Metode ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada siswa melakukan tugas/kegiatan yang berhubungan dengan pelajaran, seperti mengerjakan soal-soal, mengumpulkan kliping dan sebagainya. Metode ini dilakukan dalam bentuk tugas individual ataupun kerja kelompok.

  e. Metode Karyawisata Melalui metode ini, siswa siswi diajak mengunjungi tempat- tempat tertentu di luar sekolah. Tempat-tempat yang akan dikunjungi dan hal-hal yang akan diamati telah direncanakan terlebih dahulu, dan setelah selesai melakukan kunjungan, siswa siswi diminta untuk membuat laporan.

  f. Metode Sosiodrama Metode sosiodrama atau bermain peran, merupakan metode yang sering digunakan dalam mengerjakan nilai-nilai dan

  24 memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam hubungan sosial dengan orang-orang di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Dalam pelaksanaannya, siswa siswi diberikan berbagai peran tertentu dan melaksanakan peran tersebut, serta

  3. Media Pembelajaran SKI

Kata media berasal dari bahasa latin medium yang secara harfiah berarti „tengah‟, „perantara‟ atau pengantar. Atau dengan kata

  lain media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan. Dalam aktivitas pembelajaran, media dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat membawa informasi dan pengetahuan dalam interaksi yang berlangsung antara pendidik dengan peserta didik (Fathurrohman dan Sutikno, 2011 : 65).

  Menurut Ibrahim dan Syaodih (2010 : 112) media pembelajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau isi pelajaran, merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan siswa, sehingga dapat mendorong proses pembelajaran.

  Media pembelajaran memiliki peranan yang cukup penting dalam kegiatan pembelajaran. Media dapat menjelaskan hal-hal yang abstrak menjadi lebih mudah dipahami. Kerumitan suatu materi pelajaran dapat dibantu dengan penggunaan media sebagai perantara.

  25 Dapat dikatakan media dapat mewakili kekurangan guru dalam menyampaikan materi pelajaran.

  Menurut Fathurrohman dan Sutikno (2011 : 67) media pembelajaran jika dilihat dari jenisnya dibagi menjadi tiga, yaitu : saja, seperti radio, cassete recorder dan piringan hitam.

  b. Media visual, yaitu media yang hanya mengandalkan indera penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti film strip (film rangkai), foto, gambar atau lukisan. Ada pula media visual yang menampilkan gambar atau simbol bergerak seperti film bisu.

  c. Media audio visual, yaitu media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik karena meliputi gambar dan suara.

  4. Komponen Pembelajaran Komponen pembelajaran adalah kumpulan dari beberapa poin yang saling berhubungan satu sama lain yang merupakan hal yang urgen dalam proses belajar mengajar. Rahyubi (2014 : 234-245) mengemukakan bahwa komponen pembelajaran meliputi 8 hal.

  a. Tujuan Pembelajaran Tujuan yakni target atau hal-hal yang harus dicapai dalam proses pembelajaran. Tujuan pembelajaran biasanya berkaitan denan dimensi kognitif, afektif dan psikomotorik. Tujuan

  26 pembelajaran bisa tercapai jika peserta didik mampu menguasai dimensi kognitif dan afektif dengan baik, serta cekatan dan terampil dalam aspek psikomotoriknya.

  Tujuan pendidikan sendiri adalah untuk meningkatkan keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dengan kata lain, pendidikan merupakan peran sentral dalam upaya mengembangkan sumber daya manusia (Rusman, 2013 : 41)

  b. Kurikulum Kurikulum mengandung arti sejumlah pengetahuan atau mata pelajaran yang harus ditempuh dan diselesaikan siswa guna mencapai suatu tingkatan atau ijazah. Pengertian kurikulum secara luas tidak hanya berupa mata pelajaran atau bidang studi dan aktivitas belajar siswa saja, tetapi juga segala sesuatu yang berpengaruh terhadap pembentukan pribadi siswa sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan.

  Dalam kurikulum tergambar jelas secara berencana bagaimana dan apa saja yang harus terjadi dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik. Kurikulum menggambarkan kegiatan pembelajaran dalam suatu lembaga pendidikan.

  27 c. Guru

Guru berasal dari bahasa sansekerta “guru” yang juga berarti guru atau pendidik, yaitu seorang pengajar suatu ilmu

  Dalam Bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik membimbing, mengarahkan, melatih, memfasilitasi, menilai dan mengevaluasi peserta didik.

  Peranan guru tidak hanya terbatas sebagai pengajar (penyampai ilmu pengetahuan), tetapi juga sebagai pembimbing, pengembang dan pengelola kegiatan pembelajaran yang dapat memfasilitasi kegiatan belajar siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

  d. Siswa Siswa adalah seseorang yang mengikuti suatu program pendidikan di sekolah atau lembaga pendidikan di bawah bimbingan seorang atau beberapa guru, pelatih dan instruktur. Setiap siswa memiliki latar belakang, minat dan kebutuhan serta kemampuan yang berbeda.

  e. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran adalah suatu model atau cara yang dapat dilakukan untuk menggelar aktivitas belajar-mengajar agar berjalan dengan baik. Beberapa contoh metode pembelajaran adalah : metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi,

  28 metode demonstrasi, metode karya wisata, metode eksperimen, metode bermain peran dan metode eksplorasi.

  f. Materi Materi merupakan salah satu faktor penentu keterlibatan besar keterlibatan siswa akan tinggi, begitu pula sebaliknya, jika materi pelajaran tidak menarik, keterlibatan siswa akan rendah.

  g. Alat pembelajaran Alat pembelajaran (media) yaitu perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Media pembelajaran adalah perangkat lunak (soft ware) atau perangkat keras (hard

ware) yang berfungsi sebagai alat belajar atau alat bantu belajar.

  Alat-alat ini berupa fisik atau nonfisik yang dalam proses kependidikan perlu didayagunakan secara bervariasi sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Tujuan utama mempergunakan alat- alat tersebut adalah untuk mencapai hasil yang optimal dalam proses kependidikan itu (Arifin, 2011 : 109).

  h. Evaluasi Evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari suatu hal. Evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya, sedalam-dalamnya yang bersangkutan dengan kapabilitas siswa, guna mengetahui sebab akibat dan hasil belajar siswa yang dapat mendorong dan

  29 mengembangkan kemampuan belajar. Evaluasi yang efektif harus mempunyai dasar yang kuat dan tujuan yang jelas.

  Komponen pembelajaran adalah penentu dari keberhasilan proses pembelajaran. Komponen-komponen tersebut memiliki fungsi

  5. Tujuan Pembelajaran SKI Tujuan pembelajaran merupakan konponen yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Apa yang akan disampaikan kepada siswa, apa yang harus dimiliki oleh siswa, semuanya tergantung kepada pembelajaran yang ingin dicapai. Jika diibaratkan, tujuan pembelajaran sama dengan komponen jantung pada sistem tubuh manusia.oleh karenanya, tujuan pembelajaran merupakan komponen yang utama (Sanjaya, 2010 : 58).

  PERMENAG RI pada lampiran 4a-Bab III-Standar Isi PAI DAN Bahasa Arab tahun 2013 menjelaskan bahwa mata pelajaran SKI di MTs bertujuan agar peserta didik memiliki kemapuan-kemampuan sebagai berikut :

  a. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya mempelajari landasan ajaran, nilai-nilai dan norma-norma Islam yang telah dibangun oleh Rasulullah Saw dalam rangka mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.

  30 b. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini dan masa mendatang.

  c. Melatih daya krisis peserta didik untuk memahami fakta sejarah

  d. Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah Islam sebagai bukti peradaban umat Islam di masa lampau.

  e. Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengambil ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh berprestasi dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.

  6. Fungsi Pembelajaran SKI Mawaddah (2014) menyebutkan terdapat tiga fungsi yang digaris bawahi dalam mata pelajaran SKI yang tercantum dalam kurikulum madrasah.

  a. Fungsi Edukatif Melalui SKI peserta didik ditanamkan untuk menegakkan nilai, prinsip, sikap hidup yang luhur dan islami dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.

  b. Fungsi Keilmuan

  31

  32 Melalui materi SKI peserta didik diharapkan memperoleh

  pengetahuan yang memadai tentang masa lalu Islam, kebudayaan dan peradabannya.

  c. Fungsi Transformasi merancang transformasi masyarakat.

  7. Ruang Lingkup Mata Pelajaran SKI PERMENAG RI pada lampiran 4b-Bab III-Standar Isi PAI dan

  Bahasa Arab tahun 2013 menjelaskan mengenai ruang lingkup SKI di Madrasah Tsanawiyah yang meliputi :

  a. Memahami sejarah Nabi Muhammad Saw periode Makkah

  b. Memahami sejarah Nabi Muhammad Saw periode Madinah

  c. Memahami peradaban Islam pada masa Khulafaurrasyidin

  d. Perkembangan masyarakat Islam pada masa Dinasti Bani Umayyah

  e. Perkembangan masyarakat Islam pada masa Dinasti Bani Abasiyah

  f. Perkembangan masyarakat Islam pada masa Dinasti Bani Ayyubiyah B.

Problematika Pembelajaran

  1. Pengertian Problematika Istilah problema/problematika berasal dari bahasa Inggris yaitu

  “problematic” yang artinya persoalan atau masalah. Sedangkan dalam

  Kamus Besar Bahasa Indonesia problematika berarti hal yang masih menimbulkan masalahatau hal yang masih belum dapat dipecahkan.

  Menurut Saondi (2010 : 156) masalah dapat digambarkan sebagai suatu keadaan (terlihat atau tidak terlihat) di mana antara yang diharapkan dengan kenyataan tidak sesuai. Antara yang direncanakan dengan kenyataan tidak sesuai atau terdapat hambatan antara yang dipecahkan akan dapat menimbulkan masalah yang baru.

  Problematika adalah segala sesuatu yang menyimpang dari apa yang diharapkan, direncanakan, ditentukan untuk dicapai sehingga merupakan rintangan menuju tercapainya tujuan.

  Problematika pembelajaran adalah suatu kendala yang dapat menghambat proses pembelajaran dan harus dipecahkan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal.

  2. Faktor Terjadinya Masalah Pembelajaran Berkenaan dengan problematika pembelajaran SKI, karena

  SKI masuk ke dalam lingkup Pendidikan Agama Islam (PAI), maka problematika atau permasalahan yang dialami tidak jauh berbeda dengan problematika atau permasalahan PAI. Menurut Arifin (2011 : 5) dalam proses pembelajaran Islam terdapat problem-problem yang kompleks (tidak sederhana). Ilmu pendidikan Islam jika dilihat dari segi psikologis dan paedagogis dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya pendidik, peserta didik, alat-alat pendidikan dan lingkungan sekitar (Arifin, 2011 : 108).

  33 Terkait dengan problematika pembelajaran tersebut, terdapat tiga faktor yang menjadi dasar pembahasan ini.

  a. Faktor Intern 1) Siswa atau Peserta Didik dalam proses perkembangan/pertumbuhan menurut fitrah masing-masing, sangat memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju ke arah titik optimal kemampuan fitrahnya (Arifin, 2011 : 109). Peserta didik adalah manusia yang memiliki potensi untuk selalu mengalami perkembangan sejak dilahirkan sampai meninggal dunia. Perubahan-perubahan ini terjadi secara bertahap dan wajar.

  Dalam paradigm pendidikan Islam, peserta didik merupakan orang yang belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi (kemampuan) dasar yang masih perlu dikembangkan (Nizar, 2002 : 47). Diantara komponen terpenting dalam pendidikan Islam adalah peserta didik, dimana peserta didik merupakan subjek dan objek pembelajaran.

  Menurut Dimyati dan Mudjiono (2010 : 239), siswa mengalami beragam masalah dalam belajar, jika mereka dapat menyelesaikannya maka mereka tidak akan mengalami masalah atau kesulitan dalam belajar. Terdapat berbagai faktor intern dalam diri siswa, yaitu :

  34 a) Sikap Terhadap Belajar Sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu yang membawa diri sesuai dengan penilaian. Adanya penilaian tentang sesuatu, mengabaikan.

  Setiap siswa tentu mempunyai kesempatan untuk belajar, namun siswa dapat menerima, menolak atau mengabaikan kesempatan itu. Akibat dari penerimaan, penolakan atau mengabaikan kesempatan tersebut tentulah akan mempengaruhi perkembangan kepribadian siswa. Oleh karena itu, dalam pembelajaran sebaiknya disampaikan akibat dari sikap belajar agar siswa mampu mengikuti proses pembelajaran dengan baik.

  b) Motivasi Belajar Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang mendorong terjadinya proses belajar. Motivasi belajar pada diri siswa tidak selalu stabil, artinya kadang kuat dan kadang dapat menjadi lemah.

  Lemahnya motivasi atau tidak adanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan pembelajaran. Dengan lemahnya kegiatan pembelajaran, maka mutu hasil

  35 pembelajaran juga akan menjadi rendah. Oleh karena itu, maka motivasi belajar pada diri siswa perlu diperkuat terus menerus. Agar siswa memiliki motivasi belajar yang kuat, maka diciptakan suasana belajar yang menggembirakan.

  Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada sisi bahan belajar maupun proses memperolehnya. Untuk memperkuat perhatian pada pelajaran, guru menggunakan bermacam-macam strategi belajar-mengajar dan memperhitungkan waktu belajar serta selingan istirahat.

  Siswa yang memiliki konsentrasi belajar yang baik dalam kegiatan pembelajaran tentu akan mudah menerima materi yang disampaikan oleh guru, sedangkan siswa yang konsentrasi belajarnya rendah akan kesulitan dalam belajarnya.

  d) Rasa Percaya Diri Siswa Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari segi perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari lingkungan.

  36 Siswa yang sering berhasil menyelesaikan tugas dan mendapat pengakuan umum, rasa percaya dirinya akan kuat. Sebaliknya, siswa yang mengalami kegagalan berulang kali dapat menimbulkan rasa tidak percaya diri. akan menjadi siswa yang aktif dalam berjalannya kegiatan pembelajaran sehingga proses pembelajaran menjadi lebih hidup. Sedangkan siswa yang memiliki rasa percaya diri rendah cenderung menjadi siswa yang pasif.

  e) Intelegensi Menurut Slameto (2010 : 57) intelegensi adalah kemampuan psiko fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Intelegensi memainkan peran yang besar, khususnya berpengaruh pada tinggi rendahnya prestasi yang dapat dicapai siswa.

  Intelegensi besar pengaruhnya terhadap proses belajar siswa, dimana siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih mudah menerima materi yang disampaikan oleh pendidik. Sebaliknya, siswa yang memiliki intelegensi yang rendah cenderung mengalami kesulitan dalam menerima materi yang disampaikan.

  37 f) Kebiasaan Belajar Dalam kegiatan sehari-hari ditemukan adanya kebiasaan belajar yang kurang baik. Kebiasaan belajar tersebut antara lain berupa (i) belajar pada akhir semester, belajar dan (iv) belajar hanya ketika ada tugas.

  Kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut dapat ditemukan baik di sekolah yang ada di kota besar, kota kecil dan di pelosok tanah air. Untuk sebagian, kebiasaan belajar tersebut disebabkan oleh ketidakmengertian siswa pada arti belajar bagi diri sendiri. 2) Guru/Pendidik

  Guru/pendidik adalah pengajar yang mendidik. Ia tidak hanya mengajar bidang studi yang sesuai dengan keahliannya, tetapi juga menjadi pendidik generasi muda bangsanya. Sebagai pendidik, ia memusatkan perhatian pada kepribadian siswa (Dimyati, 2010 : 248).

  Guru/pendidik merupakan faktor yang sangat dominan dan paling penting dalam pendidikan formal pada umumnya karena bagi siswa, guru sering dijadikan tokoh teladan bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. Di sekolah, guru merupakan unsur yang sangat mempengaruhi tercapainya tujuan pendidikan selain unsur murid dan unsur lainnya. Keberhasilan

  38 penyelenggaraan pendidikan sangat ditentukan oleh kesiapan guru dalam mempersiapkan peserta didiknya melalui kegiatan pembelajaran (Saodin, 2010 : 3).

  Guru/pendidik dituntut memiliki kinerja yang mampu pihak terutama masyarakat umum yang telah mempercayai sekolah dan guru dalam membina anak didik.

  b. Faktor Institusional 1) Kurikulum

  Hakikat kurikulum adalah kegiatan yang mencakup berbagai rencana kegiatan peserta didik yang terperinci berupa bentuk-bentuk bahan pendidikan, saran-saran strategi pembelajaran, peraturan-peraturan program agar dapat diterapkan, dan hal-hal yang mencakup pada kegiatan yang bertujuan mencapai tujuan yang diinginkan (Suyanto, 2006 : 123).

  Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam suatu sistem pendidikan. Karena kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran pada semua jenis dan tingkat pendidikan.

  Menurut Sulistiyorini (2009 : 42) kurikulum Pendidikan Agama Islam adalah bahan-bahan Pendidikan

  39 Agama Islam berupa kegiatan pengetahuan dan pengalaman yang dengan sengaja dan sistematis diberikan kepada siswa dalam rangka mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam.

  Kurikulum disusun berdasarkan tuntutan kemajuan Perubahan kurikulum di sekolah dapat menimbulkan masalah.

  Masalah yang dapat timbul ialah kemungkinan berubahnya tujuan pembelajaran. Jika tujuan berubah, maka pokok bahasan, kegiatan pembelajaran serta evaluasi juka akan berubah (Dimyati dan Mudjiono, 2010 : 253).

  2) Sarana Prasarana Menurut Sulistiyorini (2009 : 115) sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dalam menunjang proses pendidikan khususnya proses pembelajaran, seperti gedung, ruang kelas, meja, kursi serta peralatan dan media pembelajaran yang lain. Adapun yang dimaksud dengan prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau pembelajaran seperti kebun, halaman, taman sekolah dan jalan menuju sekolah.

  Menurut Haitami dan Syamsul (2012 : 190) dalam Pendidikan Agama Islam alat/media jelas diperlukan, sebab alat/media pembelajaran mempunyai peran yang besar dan

  40 berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan. Alat/media yang berupa benda dalam pendidikan mempunyai nilai-nilai praktis edukatif yang meliputi : (1) membuat konsep abstrak menjadi konkret (2) menampilkan dapat diamati dengan mata telanjang (4) memungkinkan keseragaman pengamatan dan persepsi bagi pengalaman belajar siswa (5) membangkitkan motivasi belajar.

  Sarana dan prasarana yang ada di sekolah perlu didayagunakan dan dikelola untuk kepentingan proses pembelajaran di sekolah. Pengelolaan itu dimaksudkan agar dalam penggunaan sarana dan prasarana di sekolah bisa berjalan dengan efektif dan efisien sehingga dapat mendukung suksesnya proses pembelajaran di sekolah.

  Sarana dan prasarana pendidikan yang baik juga diharapkan dapat menciptakan sekolah yang bersih, rapi dan indah sehingga menciptakan sekolah yang menyenangkan bagi terlaksananya proses pendidikan.

  c. Faktor Eksternal Lingkungan pendidikan pada dasarnya adalah segala sesuatu yang ada dan terjadi di sekeliling proses pendidikan yang terdiri dari manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda mati (Haitami dan Syamsul, 2010 : 261). Pendidikan tidak hanya terpacu

  41 pada lingkup sekolah saja, akan tetapi lingkungan selain sekolah mempunyai peran yang penting dalam sebuah proses pendidikan.

  Lingkungan sosial berperan penting dalam keberhasilan pendidikan, karena perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh berpengaruh pada proses pembelajaran adalah lingkungan keluarga dan lingkungan sosial di sekolah.

  Menurut Syah (2008 : 138) lingkungan yang paling banyak mempengaruhi kegiatan belajar adalah orangtua dan keluarga siswa itu sendiri, seperti sifat-sifat orangtua, praktik pengelolaan keluarga (letak rumah), semuanya dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil belajar siswa.

  Keluarga disebut sebagai pendidikan yang pertama dan utama, serta merupakan peletak fondasi dari watak dan pendidikan setelahnya. Keluarga sebagai salah satu lingkungan pendidikan yang paling berpengaruh atas jiwa anak karena keluarga adalah lingkungan pertama dimana manusia melakukan komunikasi dan sosialisasi diri dengan manusia selain dirinya.

  Selain keluarga, lingkunga yang juga paling berpengaruh adalah lingkungan sosial siswa di sekolah. Siswa-siswa di sekolah membentuk suatu lingkungan pergaulan, yang dikenal sebagai lingkungan sosial siswa. Dalam lingkungan sosial tersebut ditemukan adanya kedudukan dan peranan tertentu.

  42 Setiap siswa berada dalam lingkungan sosial siswa di sekolah. Ia memiliki kedudukan dan peranan yang diakui oleh sesama. Jika seorang siswa diterima, maka ia dengan mudah menyesuaikan diri dan segera dapat belajar. Sebaliknya, jika ia menyesuaikan diri sehingga proses belajarnyapun akan terganggu (Dimyati dan Mudjiono, 2010 : 252).

  Selanjutnya, menurut Mawaddah (2014) setidaknya terdapat dua hal yang menjadi problematika pembelajaran SKI yang berkembang dalam proses pendidikan Islam di Madrasah, yaitu terkait dengan penulisan dan metode pemahamannya.

  a. Penulisan SKI masih didominasi oleh konsep penulisan sejarah konvensional yang mempunyai ciri-ciri diantaranya : 1) dokumen menjadi pedoman dan sumber utama, 2) uraiannya cenderung naratif dan deskriptif, 3) bersifat ensiklopedis, sehingga kurang memperhatikan kedalaman informasi, 4) orientasinya lebih mengarah ke Timur Tengah. Beberapa ciri penulisan sejarah konvensional ini menimbulkan kesan bahwa pembelajaran SKI itu membosankan, identik dengan dunia Arab dan sebagainya.

  b. Metode pemahaman SKI masih terkesan monoton, yakni SKI hanya dipahami sebatas kisah atau hikayat. Penjelasan guru terkadang kurang memperhatikan aspek-aspek lain semisal faktor sosiologis, faktor politik, ekonomi maupun geografis dan

  43 sebagainya. Dalam menjelaskan suatu materi dapat melalui beberapa sudut pandang yang berbeda, sehingga pemahaman siswa menjadi lebih komprehensif.

  SKI merupakan materi yang penting untuk disampaikan umat Islam. Kendati demikian, namun pada realitanya sering kurang disadari, sehingga mata pelajaran SKI kurang diminati. SKI justru hanya dipandang sebagai mata pelajaran pelengkap, hal ini terbukti dengan terbatasnya durasi waktu yang diberikan terhadap mata pelajaran SKI di lingkungan madrasah.

  Skripsi yang berjudul “Pengelolaan Kelas pada Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada Kelas IV MI

Istiqomah Sambas Purbalingga” yang disusun oleh Annisa Fadhila (1306010025) mahasiswa Fakultas

  Agama Islam Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa bentuk pengelolaan kelas pada pembelajaran SKI di MI Istiqomah Sambas menggunakan unsur preventif dan unsur represif. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan otoriter, intimidasi, permisif, kehangatan dan keantusiasan.

  Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan peneliti lakukan terletak pada variabel penelitian, yaitu tentang pembelajaran SKI. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada fokus penelitian, dimana penelitian ini berfokus pada

  44 pengelolaan kelas mata pelajaran SKI sedangkan peneliti akan melakukan penelitian mengenai problematika pembelajaran mata pelajaran SKI 2. Skripsi yang berjudul “Problematika Pembelajaran Baca Tulis Al- Qur‟an dan Solusinya (Studi Kasus Mahasiwa PAI Semester I Universitas Muhammadiyah Purwokerto)” yang disusun oleh Edi Suworo (1306010011). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pada pembelajaran BTQ mahasiswa semester I di Universitas Muhammadiyah Purwokerto terdapat dua problem yaitu problem bacaan yang terdiri dari problem lahn al-jaliy dan problem al-khafiy.

  Sedangkan problem menulis yaitu problem menguasai kaidah-kaidah imla, perbedaan kaidah imla‟ dan kaidah rasm usmani.

  Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah pada jenis penelitian dan fokus penelitian yaitu tentang problematika pembelajaran. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada objek penelitian dan tempat penelitian.

  Kebahasaan di Sekolah dan Solusinya”. Berdasarkan penelitian disimpulkan bahwa problem utama yang muncul dalam pembelajaran aspek kebahasaan di sekolah bersumber pada buku pelajaran yang tidak relevan dengan kurkulum dan tingkat perkembangan kejiwaan siswa.

  45 Letak perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah pada objek penelitian, dimana penelitian ini meneliti problematika pada aspek kebahasaan sedangkan penelitian yang akan peneliti lakukan berfokus pada problematika pembelajaran

  46

Dokumen yang terkait

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Penerapan model pembelajaran snowball throwing pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Kelas VIII B MTs Muslimat NU Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 1 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Sebelumnya - Penerapan model pembelajaran snowball throwing pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Kelas VIII B MTs Muslimat NU Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 20

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Singkat Berdirinya MTs Muslimat NU Palangka Raya - Penerapan model pembelajaran snowball throwing pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Kelas VIII B MTs Muslima

0 0 37

BAB VIII TARIKH / SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM - SEJARAK KEBUDAYAAN ISLAM

0 3 7

BAB XII TARIKH/ SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM - SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM

0 0 4

Peningkatan Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) Materi Dinasti Al Ayyubiyyah Dengan Metode Index Card Match (Studi kasus di Kelas VIII MTs YASPIA Ngroto Kecamatan Gubug Kab Grobogan) Tahun 2017 - Test Repository

0 41 130

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum MTs Riyadlotul Ulum 1. Sejarah Berdirinya MTs Riyadlotul Ulum - IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING BERMUATAN KARAKTER PADA MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DI MTS RIYADLOTUL U

0 0 33

BAB IV DATA PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Dengan Menggunakan Teknik - HUBUNGAN PENERAPAN TEKNIK ASK THE WINNER DAN METODE DISKUSI TERHADAP KEMAMPUAN BERTANYA PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (

0 0 38

BAB II PENILAIAN PROSES DALAM PEMBELAJARAN PADA MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM A. Deskripsi Pustaka 1. Penilaian Proses Dalam Pembelajaran - PELAKSANAAN PENILAIAN PROSES DALAM PEMBELAJARAN PADA MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DI MA NU NUR

0 2 21

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kabupaten Banjarnegara - Rizki Alip Suryanto BAB II

0 0 12