BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - BAB I BAGUS SEPTRISIA ARIFIN SEJARAH'18

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Situs merupakan tempat-tempat dimana ditemukan peninggalan-peninggalan arkeologi, di

  kediaman makhluk manusia pada zaman dahulu dikenal dengan nama situs. Situs biasanya ditentukan berdasarkan survey suatu daerah. Ahli arkeologi mempelajari peninggalan- peninggalan yang berupa benda untuk menggambarkan dan menerangkan perilaku manusia. Jadi situs sejarah adalah tempat dimana terdapat informasi tentang peninggalan-peninggalan bersejarah (Warsito, 2012: 25).

  Di Indonesia terdapat banyak situs peninggalan sejarah, yang beberapa telah dikenal dunia dan masuk menjadi 7 keajaiban di dunia, yaitu Candi Borobudur, Candi Prambanan, Candi Ratu Boko, dan lain sebagainya. Situs merupakan sebuah warisan peradaban yang seharusnya perlu dijaga. Beberapa upaya pelestarian dilakukan demi menjaga ke-eksisitensiannya, salah satu upayanya yaitu menjadikan situs sebagai tempat pariwisata.

  Jejak pariwisata di Indonesia dapat ditelusuri kembali ke dasawarsa 1910-an, yang ditandai dengan dibentuknya VTV (Vereeneging Toeristen Verkeer), sebuah badan pariwisata Belanda, di Batavia. Badan pemerintah ini sekaligus juga bertindak sebagai tour operator dan travel agent, yang secara gencar mempromosikan Indonesia, khususnya Jawa dan Bali. Pada 1926 berdiri pula, di Jakarta, sebuah cabang dari Lislind (Lissonne Lindeman) yang pada 1928 berubah menjadi Nitour (Nederlansche Indische Touriten Bureau), sebagai anak perusahaan pelatanan Belanda (KPM). KPM secara rutin ,elayani pelayaran yang menghubungkan Batavia, Surabaya, Bali, dan Makasar, dengan mengangkut wisatawan (Pitana dkk, 2009: 35).

  Sumber daya manusia merupakan atribut alam yang bersifat netral sampai ada campur tangan manusia dari luar untuk mengubahnya agar dapat memenuhi kebutuhan dan kepuasan manusia itu. Dalam konteks pariwisata, sumber diartikan sebagai segala sesuatu yang mempunyai potensi untuk dikembangkan guna mendukung pariwisata, baik secara langsung maupun tidak langsung.

  Sumber daya yang terkait dengan pengembangan pariwisata umumnya berupa sumber daya alam, sumber daya budaya, sumber daya minat khusus, di samping sumber daya manusia. Orang ataupun organisasi menggunakan sumberdaya untuk beragam kegiatan pariwisata (Pitana dkk, 2009: 69).

  Ditinjau dari letak geografis, Desa Baseh terletak pada ketinggian 600 mdl dengan suhu rata- rata harian berkisar di antara 35-36 C. bentang wilayah desa baseh ialah bukit. Secara ekologi desa Baseh memiliki potensi sumber daya alam yang digunakan sebagai destinasi dengan suguhan panorama terasering dan perbukitan. Dengan mengandalakan alam sebagai potensinya seperti memanfaakan sungai, air terjun dan hutan lindung. Kini di desa Baseh telah berdiri beberapa lokawisata seperti Batur Agung Mount of fun, curug Gomblang, curug Lima, curug Dadap, curug Menceng.

  Salah satu hal yang menyebabkan orang ingin melakukan perjalanan wisata adalah keinginan untuk melihat cara hidup dan budaya orang lain di belahan dunia lain serta keinginan untuk mempelajari budaya orang lain tersebut. Industri pariwisata mengakui peran budaya sebagai faktor penarik dengan mempromosikan karakteristik budaya sebagai destinasi. Sumber daya budaya dimungkinkan untuk ,menjadi faktor utama yang menarik wisatawan untuk melakukan perjalanan wisatanya.

  Pariwisata budaya dapat dilihat sebagai peluang bagi wisatawan untuk mengalami, memahami, dan menghargai karakter dari destinasi, kekayaan dan keragaman budayanya. Pariwisata budaya memberikan kesempatan kontak pribadi secara langsung dengan masyarakat lokal dan kepada individu yang memiliki pengetahuan khusus tentang sesuatu objek budaya.

  Tujuannya adalah memahami makna suatu budaya dibandingkan dengan sekedar mendeskripsikan atau melihat daftar fakta yang ada mengenai suatu budaya. Sumber budaya yang bisa dikembangkan menjadi daya tarik wisata di antaranya adalah sebagai berikut : 1.

  Bangunan sejarah, situs, monumen, museum, galeri seni, stus budaya kuno dan sebagainya.

  2. Seni dan patung kontemporer, arsitektur, tekstil, pusat kerajinan tangan dan seni, pusat desain, studio artis, industri film dan penerbit, dan sebagainya.

  3. Seni pertunjukan, drama, sendratari, lagu daerah, teater jalanan, eksibisi foto, festival, dan even khusus lainnya.

  4. Peninggalan keagamaan seperti pura, candi, masjid, situs, dan sejenisnya.

  5. Kegiatan dan cara hidup masyarakat lokal, sistem pendidikan, sanggar, teknologi tradisional, cara kerja, dan sistem keidupan setempat.

  6. Perjalanan (trekking) ke tempat bersejarah menggunakan alat transportasi unik (Berkuda, dokar, cikar, dan sebagainya).

  7. Mencoba kuliner (masakan) setempat. Melihat persiapan, cara membuat, menyajikan dan menyantapnya merupakan atraksi budaya yang sangat menarik bagi wisatawan.

  Situs Batur Agung terletak di dusun Lakah desa Baseh Kecamatan Kadungbanteng Kabupaten Banyumas. Situs Batur Agung merupakan salah satu warisan budaya dari peradaban sebelum masehi, yang terletak di Kabupaten Banyumas. Kabupaten Banyumas sedang mengalami massa terbaiknya di sektor pariwisata pada khususnya terletak di kawasan Baturraden. Letak wilayah Baturraden yang tidak jauh menjadikan situs sejarah Batur Agung perlu mendapat perhatian. Dari moment tersebut melatar belakangi peneliti melakukan pengkajian terhadap situs sejarah Batur Agung sebagai destinasi wisata sejarah di Kabupaten Banyumas.

  Secara umum para wisatawan memiliki kepuasan yang ambigu. Wisata jenis sejarah juga memiliki ciri khas tersendiri terutama dalam pembentukan karakter bangsa dengan cara memperlajari sejarah. Namun sayangnya wisata jenis sejarah masih diminiati sebagian kecil kelompok masyarakat. Dengan adanya kajian ilmiah ini, sebagai sarana untuk mengkaji lebih dalam mengenai keunggulan yang terdapat pada situs sejarah Batur Agung. Terletak di desa Baseh dikarenakan situs tersebut berada di wilayah desa wisata yang ramai dikunjungi namun tidak berlaku bagi situs tersebut.

  Kajian ilmiah ini memiliki bertujuan untuk menambah umur dari situs sejarah Batur Agung, melalui kajian ilmiah serta diharapkan dapat membantu pemerintah atau investor dalam upaya pengembangan yang bersangkutan dengan situs sejarah Batur Agung. Kajian mengenai sejarah lokal memiliki dampak pada pembentukan karakter yang mendalam, serta diharapkan dapat lebih memahami semangat nasionalis. Hal tersebut menjadi salah satu upaya dalam mengatasi gradasi budaya yang datang di dalam arus globalisasi.

  Meskipun pada akhirnya, memilih setidaknya pengetahuan itu telah bersemayam di dalam khazanah pemahaman individu yang tinggal meledak pada waktu yang tepat. Objek wisata sejarah dapat meningkatkan jumlah pengunjung dengan melengkapi fasilitas standar disesuaikan dengan tujuan yang disajikan untuk wisata sejarah. Segala upaya dapat tercipta jika adanya hubungan timbal balik dari masyarakat dan dinas yang terkait dalam menjaga dan mempromosikan daerah lokal wisata ini lebih baik lagi. Hal ini yang mendasari penulis dalam mengkaji lebih dalam mengenai potensi wisata sejarah dengan judul “Situs Sejarah Batur Agung Sebagai Objek Wisata Kabupaten Banyumas (1997- 2015)”.

  B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang permasalahan mengenai Situs Sejarah Batur Agung Sebagai

  Objek Wisata Kabupaten Banyumas yang telah di uraikan diatas, maka dapat dirumuskan

  pokok masalah tersebut : 1.

  Bagaimana sejarah dari situs Batur Agung? 2. Bagaimana potensi situs sejarah Batur Agung sebagai objek wisata sejarah? 3. Bagaimana upaya pelestarian terhadap situs sejarah Batur Agung sebagai objek wisata sejarah?

  C. Tujuan Penelitian

  Berdasarkan rumusan masalah diatas penelitian ini bertujuan untuk mengkaji: 1.

  Mengungkap latar belakang situs sejarah Batur Agung 2. Mengungkap potensi wisata yang ada di situs sejarah Batur Agung 3. Mengungkap upaya pelestarian oleh pemerintah dan instansi masyarakat terhadap situs sejarah Batur Agung

  D. Manfaat Penelitian

  Berdasarkan tujuan yang dicapai dalam penelitian ini, manfaat yang diharapkan antara lain:

1. Manfaat teoritis a.

  Bagi penulis

  Menambah pengetahuan dan wawasan sejarah mengenai salah satu warisan budaya lokal yang tidak lain situs Batur Agung.

  b.

  Bagi ilmu pengetahuan Karya tulis ilmiah ini dapat menambah referensi ilmu pengetahuan dalam bidang kesejarah dan strategi pelestarian cagar budaya.

  c.

  Bagi pendidikan Karya tulis ilmiah ini dapat dijadikan sumber referensi dalam kajian pengetahuan sejarah lokal.

2. Manfaat Praktis a.

  Bagi pemerintah daerah Karya ilmiah ini dapat dimanfaatkan oleh pemerintah daerah sebagai bahan kajian pertimbangan kebijakan mengenai cagar budaya.

  b.

  Bagi masyarakat Dapat dimanfaatkan sebagai dasar referensi pengetahuan muatan lokal dalam upaya pelestarian cagar budaya agar terjaga kelestariannya.

  c.

  Bagi Wisatawan Diharapkan karya ilmiah ini dapat menjadi pedoman dan rujukan bagi wisatawan dalam kunjungan ke tempat bersejarah .

E. Kajian Pustaka dan Penelitian Yang Relevan

1. Kajian Pustaka

a. Situs Sejarah

  Situs sejarah adalah tempat temuan peninggalan-peninggalan purbakala berupa benda fosil di daerah yang diusulkan untuk diteliti, fosil dalam bahasa latin fossa yang berarti "menggali keluar dari dalam tanah adalah sisa-sisa atau bekas-bekas Dalam ilmu sejarah benda bangunan bersejarah merupakan data atau sumber yang keliatandan bisa dipegang, benda dan bangunan itu disebut artefak. Artinya, di satu sisi benda dan bangunan itu disebut data sejarah, tetapi di sisi laindisebut fakta sejarah. Fakta benda dan bangunan itu ada, tetapi fakta sosial (sosifact) sudah tidak kelihatan lagi karena peristiwa itu hanya sekali terjadi begitu dengan mentifact. Mentifact adalah fakta yang benar-benar tidak kelihatan karena ia tersimpan dalam memori otak atau terkandung dalam dokumen- dokumen yang dihasilkan manusia.dokumennya memang tampak jelas seperti artifact, tetapi mentifact tidak dengan sendirinya keluar dari dokumen tanpa dibaca dengan teliti (Priyadi, 2013: 69).

  Banyumas sendiri terdapat beragam situs peninggalan purbakala yang sekarang menjadi aset berharga bagi Kabupaten Banyumas dan pada khususnya daerah daerah yang menjadi tempat keberadaan situs di tempat tersebut menambah nilai estetika yang menarik serta nilai tambah bagi pengetahuan masyarakat lokal perihal sejarah dari daerah tersebut, menjadi saksi benda nyata (artifact) sebagai mahakarya dari para pendahulunya. Dapat juga menjadi jalan bagi para gengerasi penerus dalam penulisan sejarah dengan situs sebagai bahan kajiannya. Sebuah pengharapan bagi bangsa Indonesia dalam bidang kesejarahan semakin bertambahnya sejarawan yang berkualitas tinggi terlahir dan membawa nama Indonesia ke jenjang ke abadian.

  Seperti halnya Banyumas sebagai Tempat yang terdapat situs peninggalan purbakala salah satunya situs Batur Agung yang mendapat perhatian dari pemerintah setempat dan telah menjadi situs cagar budaya yang sebelumnya telah menjadi tempat pariwisata.

b. Pariwisata

  Pariwisata menurut Spillane (1987 : 20) adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan / keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi social, budaya, alam dan ilmu.

  Sedangkan Pendit (2003 : 20), mendefinisikan Pariwisata sebagai suatu proses kepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain seperti karena sekedar ingin tahu, menambah pengalaman ataupun untuk belajar.

  Dengan pemanfaatan situs peninggalan sejarah sebagai objek wisata, merupakan langkah maju dalam meningkatkan kepedulian terhadap sejarah di saat era globalisasi.Ini bentuk kepedulian terhadap sejarah sama halnya bertahan hidup untuk masa depan.Dengan mengenal belajar sejarah menawarkan permasalahan dengan berbagai pola, sehingga sebagai manusia yang di anugrahi dengan pemikiran dinamis. Akan janggal rasanya jika tidak sanggup belajar dari sebuah pengalaman. Karena dengan carabelajar sejarah dapat membantu keberlangsungan keberlangsungan hidup.

  Menurut definisi yang luas pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam, dan ilmu. Namun banyak batasan mengenai apa yang dimaksud dengan “wisatawan”. Dalam instruksi presiden No. 9/1969 dinyatakan: “wisatawan adalah setiap orang yang berpergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ketempat lain dengan menikmati perjalan dari kunjungan itu.”

  Konferensi PBB tentang Perjalan dan Pariwisata Internasional di Roma pada tahun 1963 menganut pandangan yang sangat luas. Menurut konferensi tersebut, turis adalah mereka yang melakukan perjalanan lebih dari 24 jam dengan tujuan: a)leisure “(recreation, holiday,

  

health, study, religion and sport) ; b) business, family, meeting. Sebaiknya, International

Union of Official Travel Organization (IUOTO) menetapkan suatu batasan tentang

  wisatawan internasional sebagai: “... setiap orang yang datang ke suatu negara selain tempat tinggalnya dengan maksud apapun, kecuali untuk mencari upah atau pekerjaan” (Spillane, 1991: 21). Ada beberapa jenis pariwisata yang di kategorikan sesuai denga tujuan dan objek wisata sebagai berikut:

  1. Pariwisata untuk menikmati perjalanan (Pleasure Tourism)

  Bentuk pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang meninggalkan tempat tinggalnya untuk berlibur, untuk mencari udara segar yang baru, untuk memenuhi kehendak ingin tahunya, untuk mengendorkan ketegangan sarafnya, untuk melihat sesuatu yang, untuk menikmati keindahan alam, dan lain-lain (Spillane, 1991: 29)

  2. Pariwisata untuk rekreasi

  Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang menghendakai pemanfaatan hari- hari liburnya untuk beristirahat untuk memulihkan kesegaran jasmani dan rohaninya, yang ingin menyegarkan dan kelelahannya (Spillane, 1991: 29).

  3. Pariwisata untuk kebudayaan (Cultur Tourism)

  Jenis ini ditandai oleh adanya rangkaian motivasi, seperti keinginan untuk belajar di pusat-pusat pengajaran dan riset, untuk mempelajari adat-istiadat, cara hidup rakyat, dan lain-lain (Spillane, 1991: 30).

  4. Pariwisata untuk olah raga (Sport Tourism)

  Dibagi menjadi: (1) Big sport events, yaitu peristiwa-peristiwa olah raga besar seperti

  

olimpiade game , kejuaraan tinju dunia, dan lain-lain. (2) Sporting tourism of the

practitioners , yaitu pariwisata olah raga bagi mereka yang ingin berlatih dan mempratikan

  sendiri, seperti pendakian gunung, rafting, berburu, dan lain-lain. e) Pariwisata untuk urusan usaha dagang (Business Tourism) Jenis pariwisata ini seperti industri pariwisata, tetapi juga mencakup semua kunjungan ke pameran, kunjungan ke instalasi teknis yang bahkan menarik orang-orang luar profesi ini (Spillane, 1991: 30).

5. Pariwisata untuk berkonvensi (Convention Tourism)

  Peranan jenis wisata ini makin lama makin penting. Konvensi dan pertemuan bentuk ini sering dihadiri oleh ratusan bahkan ribuan peserta yang biasanya tinggal di beberapa kota atau negara penyelenggara (Spillane, 1991: 31).

2. Penelitian Yang Relevan

  Situs Batur Agung adalah salah satu yang menawarkan ilmu yang perlu di kaji dalam meningkatkan kharakter lokal dan penelitian yang berjudul Situs Sejarah Batur Agung sejauhpengamatan penulis, adalah

  Sebagai Objek Wisata Sejarah di Kabupaten Banyumas yang pertama kali dan belum pernah di jumpai di pustaka perihal judul penelitian tersebut, adapun sebagai pembanding untuk analisa pustaka penelitian yang relevan terdahulu penulisan yang berkaitan dengan situs-situs benda peninggalan.

  Skripsi yang ditulis oleh Rizal Rahman Alfaridi (2017) yang berjudul Situs Sejarah

  

Sangiang Sebagai Objek Wisata Kabupaten Majalengka (1997-2015). Yang berkesimpulan

  kepada terbentuknya desa Banjaran, serta awal terbentuknya situs Sangiang terjadi suatu peristiwa yang menyebabkan Prabu Talaga Manggung meninggal dunia, letak situs Sangiang dan TNGC dan KOMPEPAR sebagai badan yang mengelola situs Sangiang, kepercayaan- kepercayaan yang ada di situs Sangiang, ritual adat yang biasa dilaksanakan di desa Sangiang, yaitu ritual Nyapu, ritual Nyiramkeun, ritual Pareresan, dan Ritual Nadzar/ Motong Domba.

  Penelitian yang dilakukan Daryanti (2002) yang berjudul Situs-situs Peninggalan Sejarah

  

di Baturraden Banyumas . Situs-situs sejarah yang terdapat di Baturraden juga mempunyai

  mitos-mitos tertentu. Mitos adalah sebuah cerita yang memberikan pedoman dan arah tertentu kepada sekelompok orang. Cerita ini dapat dituturkan, tetapi juga diungkapkan lewat tarian-tarian atau pementasan wayang. Mitos mengatasi cerita dalam arti kata modern isinya lebih daripada rangkaian peristiwa yang menggambarkan dan menghibur saja. Mitos tidak hanya terbatas pada semacam reportase mengenal peristiwa-peristiwa yang dahulu terjadi. mitos memberikan arah kepada kelakuan manusia dan merupakan semacam pedoman untuk manusia.

  Novrianti (2015) yang berjudul Situs Sejarah Situ Lenkong Sebaai Objek Wisata

  

Kabupaten Ciamis Jawa Barat (Tahun 2001-2014). Yang berkesimpulan sebagai berikut

  penjalu adalah sebuah kerajaan yang terletak di ketinggian 731 mdpl dan berada kaki

  Gunung Sawal (1.764 mdpl) Jawa Barat. Pendiri kerajaan Panjalu adalah bernama Prabu Batara Tesnajati yang perilisannya terdapat di Karantenan Gunung Sawal. Ketika masa pemerintahan Prabu Rangga Gumilang memindahkan Ibu kota kerajaan tersebut didasarkan atas pertimbangan untuk mengembangkan kerajaan.

F. Landasan Teori dan Pendekatan

1. Landasan Teori

  Salah satu unsur terpenting dalam penelitian yang memiliki peran sangat besar dalam penelitian adalah teori. Suatu landasan teori dari suatu penelitian tertentu atau karya ilmiah sering juga disebut sebagai studi literatur atau tinjauan pustaka. Salah satu contoh karya tulis yang penting adalah tulisan itu berdasarkan riset. Landasan teori ini perlu ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh dan bukan sekedar perbuatan coba-coba. Adanya landaasan teori ini merupakan ciri bahwa penelitian ini merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data.

  Teori arkeologi ditempuh menjelaskan konsep lokal genius dalam kebudayaan. Pertama-tama, Hayati Soebadio mendefeinisikan konsep local genius dengan istilah kepribadian budaya bangsa. Definisi itu bermula dengan konsep cultural identity atau identitas atau kepribadian budaya yang mampu menyerap atau mengolah kebudayaan atau mengolah kebudayaan luar sesuai dengan karakter pribadinya. Kemampuan menyerap dan mengolah itu merupakan ketahanan di segala bidang sehingga dapat menolak yang tidak cocok dan menyerap yang cocok (Ayatrohedi, 1986:19, Priyadi, 2015:142).

  Arkeologi terutama memberikan bahan penting tentang zaman yang tidak mewariskan bahan tulis, dalam hal ini pada periode pra sejarah. Pada zaman ini belum ada tulisan atau berita-berita tertullis. Di Sulawesi misalnya, zaman pra sejarah antara lain dapat ditelusuri melalui tinggalan arkeolog berupa gua-gua alam seperti Leang-leang dan Sumpang Bita.

  Tidak ada catatan tertulis disana yang memberi keterangan bahwa tempat itu pernah dihuni oleh makhluk manusia. Akan tetapi melalui peninggalan yang dilakukan para arkeolog diketahui adanya jejak-jejak yang ditinggalkan oleh manusia yang pernah menghuni tempat itu. Tumpukan kerang yang sudah bercampur tanah dan lukisan dinding-dinding gua. Dari hasil penggalian dan penelitian laboratorium diketahui bahwa pada kurun waktu tertentu gua itu pernah dihuni oleh manusia (Hamid & Madjid, 2008: 26).

  Kontribusi arkeolog terhadap studi sejarah kebudayaan sangatlah berarti, hampir semuanya berasal dari hasil kebudayaan material, hampir semuanya berasal dari hasil penggalian arkeologi misalnya pembentukan kota dan perumahan, struktur rumah, perabot rumah tangga, pakaian, perhiasan, alat kerja, senjata, kuburan dan sebagainya.

  Demikian juga dengan pengetahuan agama banyak diperoleh dari tinggalan berbagai tinggal arkeologi, misalnya, arsitektur candi, struktur bangunan masjid, keraton, makam, dan sebagainya (Hamid & Madjid, 2008: 26-27).

  Korelasi antara sumber tertulis dan tidak tertulis sangat membantu dalam penggalian arkeologi. Abad ke-17 sampai abad ke-18 perdagangan maritim berkembang dengan pesat seiring dengan upaya perolehan rempah-rempah langsung di kepulauan Maluku. Untuk memperolehnya, tidak jarang terjadi persaingan antara kapal-kapal yang mengangkut rempah-rempah mewarnai aktivitas niaga laut. Oleh sebab itu banyak kapal- kapal yang tenggelam di sepanjang jalur pelayaran dari dan ke kepulauan Maluku. Demikian keterangan tertulis yang terdapat dalam sejumlah dalam dokumen yang merekam pada masa itu. Dengan sumber tertulis ini para arkeolog dapat melakukan penggalian dibawah laut (Hamid & Madjid, 2008: 27).

  Pernyataan Notosusanto (1984: 18-21) mengenai fungsi sejarah bahwa sejarah memberi pelajaran, inspirasi dan kesenangan. Fungsi sejarah dalam memberi pelajaran kepada masyarakat masa kini secara terbalik masyarakat harus belajar sejarah. Belajar sejarah bisa ditempuh melalui pendidikan sejarah di sekolah-sekolah atau orang bisa secara individual memperlajari sejarah. Sehubungan dengan pendidikan, sejarah berfungsi sebagai pendidikan moral, penalaran, politik, kebijakan, perubahan, masa depan, dan keindahan (Kuntowijoyo, 1995: 25-30). Orang belajar sejarah diharapkan akan menjadi insan yang bijaksana. Artinya, pengalaman buruk oranglain jangan sampai menimpa dirinya karena ia telah belajar dari kesalahan orang terdahulu, diharapkan dengan mempelajari kesalahan terdahulu dapat berinovasi dan berkratifitas (Priyadi, 2013: 104).

  Fungsi inspirasi sejarah terpancar dari sejarah sebagai ilmu bantu, latar belakang, rujukan dan bukti (Kuntowijoyo). Ilmu sejarah jelas tidak mandiri karena memerlukan ilmu lain sebagai ilmu bantu. Sebaliknya ilmu sejarah juga berstatus sebagai ilmu bantu bagi ilmu lain. Sejarah yang dijadikan latar belakang suatu tindakan atau aktivitas manusia adalah pemanfaatan pengalaman masa lampau yang dijadikan salah satu inspirasi (Priyadi, 2013: 104-105).

  Fungsi kesenangan sejarah tampak dari sifat ilmu sejarah yang terbuka, cara mengetahui masa lampau, pernyataan pendapat, dan profesi (Kuntowijoyo, 2995: 20-24). Ilmu sejarah ternyata merupakan ilmu yang terbuka karena semua orang bisa menjadi sejarawan. Tidak selalu mahasiswa lulusan sejarah bekerja menjadi sejarawan. Sejarah memang menarik banyak orang karena kisah-kisah menyenangkan dengan berpariwisata sejarah melalui pembacaan karya sejarah. Banyak sejarawan menyatakan pendapatnya melalui karya sejarah karena di dalam pikiran sejarawan melekat subjektivitasnya, terutama ketika menafsirkan fakta-fakta sejarah yang dihadapinya (Priyadi, 2013: 109).

  Budaya secara harfiah berasal dari Bahasa Latin yaitu colere yang memiliki arti mengerjakan tanah, mengolah, memelihara ladang (Menurut Soerjanto Poespowardojo 1993). Menurut The American Herritage Dictionary mengartikan kebudayaan adalah sebagai suatu keseluruhan dari pola perilaku yang dikirim melalui kehidupan sosial, seni agama, kelembagaan, dan semua hasil kerja dan pemikiran manusia dari suatu kelompok manusia.

  Dapat diasumsikan bahwa kebudayaan adalah sebagai perwujudan tanggapan manusia terhadap tantangan-tantangan yang dihadapi dalam proses penyesuaian diri mereka dengan lingkungan. Kebudayaan adalan keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakannya untuk memahami dan menginterpretasi lingkungan dan pengalamannya, serta menjadi kerangka landasan untuk mewujudkan dan mendorong terwujudnya kelakuan. Dalam definisi ini, kebudayaan dilihat sebagai “mekanisme

  

kontrol” bagi kelakuan dan tindakan-tindakan manusia (Greetz, 1973), atau sebagai pola-

  pola bagi kelakuan manusia (Keesing & Keesing, 1971). Kebudayaan telah menjadi sistem pengetahuannya, secara terus menerus dan setiap saat bila ada rangsangan, digunakan untuk dapat memahami dan menginterpretasi berbagai gejala, peritiwa, dan benda-benda yang ada dalam lingkungannya sehingga kebudayaan itu juga dimiliki oleh masyarakat dimana dia hidup (Mujianto, Elmubarok, Sunahrowi, 2010: 2-3).

2. Pendekatan

  Pendekatan ditempuh karena akan memudahkan pekerjaan peneliti dalam mencari sumber-sumber sejarah. Sejarawan Indonesia pada awalnya memang tidak terbiasa dalam pencarian dan penemuan sumber karena langkah tersebut sebagai langkah yang bersifat mendasar. Tanpa keberadaan sumber, penulisan sejarah tidak mungkin diwujudkan.

  Sumber-sumber yang dibutuhkan oleh penelitian sejarah meliputi dokumen-dokumen (autobiografi atau biografi, surat-surat pribadi, buku harian, memoire, surat kabar, dokumen pemerintah, dan cerita roman)(Kartodirdjo, 1982:101-112, Priyadi, 2015: 59).

  Pendekatan yang digunakan dalam mengkaji objek penelitian mengenai situs sejarah Batur Agung sebagai objek wisata sejarah di kabupaten Banyumas agar menjadi penelitian ilmiah peneliti menggunakan pendekatan Sosiologi untuk mengkaji sejarah melalui peradaban masyarakat kontemporer dan juga pendekatan Arkeologis ditinjau terdapat beberapa artefak peninggalan pada masa lampau, pendekatan dilakukan dalam upaya menentukan jalan peneliti dalam menggali sumber data sejarah dalam metode yang akan dilakukan.

G. Metode Penelitian

  Metode dilakukan untuk menemukan jalan atau cara yang ditempuh untuk memperoleh pemahaman tentng sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Penelitian ini berusaha mengkaji lebih dalam situs sejarah Batur Agung sebagai objek wisata pada tahun 1997- 2015. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian sejarah, penerapan metode penelitian ini meliputi empat tahapan, yaitu:

  1. Heuristik (Pengumpulan Sumber)

  Heuristik adalah langkah-langkah awal dalam mencari data sejarah secara langsung (Priyadi, 2013:112).Dalam tahap ini peneliti akan melakukanobservasi terlebih dahulu melihat-lihat kondisi wilayah situs Batur Agung dan menemui juru pemelihara serta kepala desa. Setelah mengerti dan memahami kedatangan peneliti untuk tujuan akademisi maka pihak desa Baseh memberikan pelayanan yang baik dan sesuai dengan kebutuhan peneliti. kemudian melakukan berbagai cara peneliti dalam memperoleh sumber-sumber data mengenai objek penelitian yaitu Batur Agung sebagai situs peninggalan yang merupakan sejarah lokal dari kabupaten Banyumas. Data sejarah terbagi menjadi tiga jenis: 1. Sumber tertulis (Dokumen), 2. Sumber sejarah lisan, 3. Sumber benda dan bangunan. Dengan begitu peneliti akan mengumpulkan data-data dari hasil dokumentasi berupa berkas dari pemerintah/ perorangan serta melakukan wawancara kepada pihak- pihak yang turut serta peranannya di objek kajian seperti juru kunci dari situs Batur Agung, kepada dinas pemerintahan yang terkait, serta kepada masyarakat umum.

  2. Kritik Sumber (Eksternal dan Internal)

  Dalam usaha mencari kebenaran (truth), sejarawan dihadapkan dengan kebutuhan untuk membedakan apa yang benar dan apa yang tidak benar (palsu), apa yang mungkin dan apa yang mergukan atau mustahil. (Helius Sjamsudin, 2007: 131).

  Kritik eksternal ialah cara melakukan verifikasi atau pengujian terhadap aspek-aspek “luar” dari sumber sejarah.perlu adanya pemeriksaan agar setiap sumber dapat harus dinyatakan otentik dan integral. Saksi mata atau penulis itu harus diketahui sebagai orang yang dapat di percaya (credible).

  Kritik intern bertalian dengan (1) penilaian intrinsik terhadap sumber-sumber, (2) melakukan perbandngan dari berbagai kesaksian atau sumber sejarah lain. Penilaian intrinsik adalah kritik intern yang di fokuskan pada isi yang termuat dalam berbagai sumber sejarah. Penilaian intrinsik sumber-sumber sejarah bisa mencermati sifat sumber dan penulis dokumen (Priyadi, 2015: 103)

  3. Interpretasi (Penafsiran)

  Interpretasi adalah langkan metode sejarah yang harus didukung oleh heuristik sebagai petunjuk ke arah penelitian (Kuntowijoyo, 2004:11) dan kritik. Intepretasi yang ditopang oleh heuristik dan kritik akan membawa sejarawan membawa sejarawan kepada suasana sikap kritik yang tinggi masukan fakta yang beraneka ragam. Sikap kritik yang tinggi akan memacu kapasitas interpretasi yang lebih tinggi. (Priyadi, 2015: 107).

  Dalam tahap ini peneliti akan menggabungkan fakta sejarah yan gtelah di peroleh dari tahap sebelumnya agar ditemukan kesimpulan atau gambaran sejarah ilmiah. Hal ini peneliti dituntut agar lebih cermat dan sikap objektif sejarawan, terutama dalam hal interpretasi subjektif terhadap fakta sejarah. Itu dapat dilakukan dengan mengetahui watak-watak peradaban, atau dengan kata lain kondisi umum yang sebenarnya dan menggunakan nalar kritis (Khaldun 1982: 76).

  4. Historiografi (Penulisan Sejarah)

  Merupakan tahap penulisan pada tahap ini peneliti mulai menuliskan data-data yang telah diperoleh agar tersajikan maksud dan tujuan dari penelitian tersebut. Pada hakikatnya, penyajian historiografi meliputi (1) pengantar, (2) hasil penelitian, dan (3) simpulan. Penulisan sejarah sebagai laporan seringkali disebut karya historiografi yang harus memperhatikan aspek kronologis, periodesasi, serialisasi, dan kausalitas (Priyadi, 2015: 92).

H. Sistematika Penyajian

  Agar penelitian ini dapa dijadikan penelitian ilmiah perlu adanya sistematika penyajian sebagai berikut: Bab Satu Pendahuluan pada tahap ini peneliti akan menyajikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat, kajian pustaka, penelitian yang relevan, landasan teori, pendekatan, metodologi dan sistematika penyajian.

  Bab dua Latar Belakang Situs Sejarah Batur Agung berisi penjelasan dari rumusan masalah yang pertama berupa sejarah dari situs sejarah Batur Agung dilanjutkan dengan letak geografis dari desa Baseh desa yang menjadi lokasi dari situs Batur Agung.

  Bab tiga Potensi Situs Ssejarah Batur Agung berisi penjelasan dari rumusan masalah kedua mengenai potensi yang terkandung sehingga Situs sejarah Batur Agung dapat dijadikan objek wisata kemudian akan terbagi menjadi beberapa bahasan tentang ekologi pariwisata

  Bab empat Upaya Pelestarian Situs Sejarah Batur Agung berisi penjabaran dari rumusan masalah ketiga mengenai keterkaitan oleh pemerintah dan instansi masyarakat dalam upaya pelestarian dan kemajuan dari situs Batur Agung

  Bab lima Simpulan dan saran berisi simpulan yang merupakan serapan initisari dari seluruh pembahasan-pembahasan dari bab-bab sebelumnya serta berisi saran untuk mengembangkan institusi yang diteliti.