BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Karakter Percaya Diri a. Pengertian Karakter - UPAYA MENINGKATKAN SIKAP PERCAYA DIRI DAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN PKn MATERI MENGHARGAI KEPUTUSAN BERSAMA MENGGUNAKAN MODEL TEAM QUIZ BERBANTUAN MEDIA POSTER

  7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Karakter Percaya Diri

a. Pengertian Karakter

  Istilah karakter yang dalam bahasa Inggris character, berasal dari istilah Yunani, character dari kata charassein yang berarti membuat tajam atau membuat dalam. Karakter juga dapat berarti mengukir. Sifat utama ukiran adalah melekat kuat di atas benda yang di ukir. Screnko dalam Samani (2012: 42) Mendefinisikan karakter sebagai atribut atau ciri-ciri yang membentuk dan membedakan ciri pribadi, ciri etis dan kompleksitas mental dari seseorang, suatu kelompok atau bangsa.

  Karakter meliputi sikap seperti keinginan untuk melakukan hal yang terbaik, kapasitas intelektual seperti kritis dan alasan moral, perilaku seperti jujur dan bertanggungjawab, mempertahankan prinsip-prinsip moral dalam situasi penuh ketidakadilan, kecakapan interpesonal dan emosional yang memungkinkan seseorang berinteraksi secara efektif dalam berbagai keadaan, dan komitmen untuk berkontribusi dengan komunitas dan masyarakatnya menurut Zubaidi dalam Kurniawan (2013: 29)

  Berdasarkan pengertian menurut para ahli, dapat disimpulkan bahwa karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah

  7 individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang diperbuat.

b. Pengertian Pendidikan karakter

  Karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang dapat membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusannya. Pendidikan karakter menurut Ratna Megawangi Dalam Kesuma (2012: 5), adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya.

  Pendidikan karakter menurut Fakry Gaffar Dalam Kesuma (2012: 5) adalah sebuah proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuh kembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang itu. Dalam definisi tersebut, ada tiga ide pikiran penting, yaitu: 1) proses transformasi nilai-nilai, 2) ditumbuh kembangkan dalam kepribadian, dan 3) menjadi satu dalam perilaku. Pendidikan karakter Menurut Samani (2012: 44) dapat didefinisikan sebagai pendidikan yang mengembangkan karakter yang mulia (good character) dari peserta didik dengan mempraktikkan dan mengajarkan nilai-nilai moral dan pengambilan keputusan yang beradab dalam hubungan dengan sesama manusia maupun dalam hubungannya dengan Tuhannya. Pendidikan Karakter Menurut Screnko dalam Samani (2012: 45) dapat dimaknai sebagai upaya yang sungguh-sungguh dengan cara mana ciri kepribadian positif dikembangkan, didorong, dan diberdayakan melalui keteladanan, kajian (sejarah, dan biografi para bijak dan pemikir besar), serta pratik emulasi (usaha yang maksimal untuk mewujudkan hikmah dari apa-apa yang diamati dan dipelajari).

  Berdasarkan pengertian menurut para ahli, dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.

c. Pengertian percaya diri

  Hakikat percaya diri menurut Mustari (2014: 51) adalah bahwa orang mempunyai kemampuan untuk melakukan tujuan tertentu. Percaya diri juga merupakan keyakinan orang atas kemampuannya untuk melaksanakan level-level pelaksanaan yang memengaruhi kejadian-kejadian yang memengaruhi kehidupan mereka. Percaya diri adalah keyakinan bahwa orang mempunyai kemampuan untuk memutuskan jalannya suatu tindakan yang dituntut untuk mengurusi situasi-situasi yang dihadapi.

  Percaya diri disebut-sebut sebagai konsep yang berevolusi dalam literatur dan masyarakat sebagai rasa percaya bahwa tindakan-tindakan seseorang mempunyai pengaruh pada lingkungan sebagai keputusan orang atas kemampuannya berdasarkan kriteria penguasaan rasa mampu seseorang di dalam kerangka khusus, memfokuskan kemampuan diri untuk melakukan tugas-tugas khusus dalam hubungannya dengan tujuan dan standar.

  Percaya diri itu penting dalam hubungannya dengan percaya pada orang lain. Hanya orang yang mempunyai keyakinan pada dirinyalah yang mampu untuk percaya pada orang lain, karena hanya dialah yang dapat yakin bahwa dia akan tetap sama di masa yang akan datang sebagaimana dia hari ini, yang dengan demikian, ia akan merasakan dan bertindak sebagaimana dia sekarang harapkan.

  Percaya diri menurut Desmita (2009: 206) adalah kemampuan individu untuk dapat memahami dan meyakini seluruh potensinya agar dapat dipergunakan dalam menghadapi penyesuaian diri dengan lingkungan hidupnya. Orang yang pecaya diri biasanya mempunyai inisiatif, kreatif dan optimis terhadap masa depan, mampu menyadari kelemahan dan kelebihan diri sendiri, berpikir positif, menganggap semua permasalahan pasti ada jalan keluarnya. Orang yang tidak percaya diri ditandai dengan sikap-sikap yang cenderung melemahkan semangat hidupnya, seperti minder, pesimis, pasif, apatis dan cenderung apriori.

  Berdasarkan pengertian menurut para ahli, dapat disimpulkan bahwa percaya diri adalah suatu keyakinan terhadap kemampuan diri sendiri untuk mengerjakan segala sesuatu dalam kehidupan sehari-hari guna mencapai kesuksesan. Percaya diri itu penting dalam hubungannya dengan percaya pada orang lain. Hanya orang yang mempunyai keyakinan pada dirinyalah yang mampu untuk percaya pada orang lain, karena hanya dialah yang dapat yakin bahwa dia akan tetap sama di masa yang akan datang sebagaimana dia hari ini, yang dengan demikian, ia akan merasakan dan bertindak sebagaimana dia sekarang harapkan. Percaya diri ini harus selalu ada, karena dengan percaya diri itulah manusia ada, dan dengan percaya diri pula dia bisa berprestasi.

d. Indikator Percaya Diri

  Kepercayaan diri merupakan sikap individu atau peserta didik yang yakin akan kemampuan dirinya atau mempunyai pandangan yang bersifat positif terhadap dirinya, dengan tidak perlu membandingkan dengan orang lain. Indikator percaya diri berdasarkan Leman (2006: 6) adalah sebagai berikut: 1) Bersifat lebih independen, tidak terlalu tergantung orang lain 2) Mampu memikul tanggung jawab yang dibenarkan 3) Bisa menghargai diri dan usahanya sendiri 4) Tidak mudah mengalami rasa frustasi 5) Mampu menerima tantangan atau tugas baru

  6) Memiliki emosi yang lebih hidup, tetapi tetap stabil 7) Mudah berkomunikasi dan membantu orang lain

  Berdasarkan indikator rasa percaya diri di atas dapat disimpulkan bahwa percaya diri yang diharapkan peneliti adalah keyakinan dalam diri peserta didik dengan kemampuan yang dimilikinya dan apa adanya konsep diri peserta didik yang selalu berpikiran positif sehingga selalu optimis dalam pembelajaran. Peserta didik yang yakin akan kemampuan dirinya dalam pembelajaran akan membuat peserta didik berpikir positif dalam belajar sehingga menjadikan peserta didik pribadi yang optimis, pantang menyerah dan mandiri.

e. Kiat-kiat Menumbuhkan Percaya Diri

  Lautser (1994: 11) ada sepuluh kiat-kiat meningkatkan percaya diri, antara lain sebagai berikut: 1) Cari sebab-sebab merasa rendah diri. Jika sudah mengetahui sebab itu, maka dapat dilakukan suatu perbaikan.

  2) Atasi kelemahan yang dimiliki, hal yang terpenting harus memiliki kemauan yang kuat, sehingga akan memandang perbaikan kecil sebagai keberhasilan yang sebenarnya. 3) Mencoba mengembangkan bakat dan kemauan lebih jauh, sehingga dapat mengadakan kompensasi bagi kelemahan yang dimiliki.

  4) Bahagia dengan keberhasilan dalam suatu bidang tertentu dan jangan ragu untuk bangga.

  5) Bebaskan diri dari pendapat orang lain. Jangan berbuat berlawanan dengan keyakinan diri sendiri.

  6) Jika tidak puas dengan pekerjaan sendiri maka kembangkan bakat melalui hobby, sehingga akan mengobati kekecewaan dan dapat menjaga diri dari tidak yakin atas diri sendiri. 7) Jika dituntut untuk melakukan pekerjaan atau tugas yang sulit, coba melakukan pekerjaan atau tugas tersebut dengan rasa optimis.

  8) Jangan terlalu bercita-cita, karena cita-cita yang kelewat batas tidak baik. Makin besar cita-cita maka akan semakin sulit untuk memenuhi tuntutan tersebut. 9) Jangan terlalu sering membandingkan diri sendiri dengan orang lain. 10) Jangan mengambil motto yang dilakukan orang lain pasti bisa dilakukan diri kita, karena tidak seorangpun mempunyai hasil yang sama persis.

  Havighurts (Desmita, 2009) tugas perkembangan anak usia sekolah meliputi: 1) Menguasai keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan dan aktifitas fisik.

  2) Membina hidup sehat. 3) Belajar bergaul dan bekerja kelompok.. 4) Belajar membaca, menulis, dan berhitung agar mampu berpartisipasi dalam masyarakat.

  5) Mencapai kemandirian pribadi.

  Sikap untuk menumbuhkan rasa percaya diri sangatlah penting dalam tugas perkembangan pada peserta didik. Percaya diri pada seorang anak akan muncul jika anak telah mengalami pengalaman pribadi dalam melakukan tindakan yang memberi keberhasilan, selain itu guru juga harus senantiasa menumbuhkan rasa percaya diri pada peserta didik.

2. Belajar

a. Pengertian belajar

  Pengertian psikologis menurut Slameto (2010: 2) “belajar adalah suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya ”.

  Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. James O Whittaker dalam Ahmadi (2013: 126) belajar dapat didefinisikan sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.

  Belajar menurut Muhibbin (2011: 63) adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Belajar menurut Suyono (2014: 10) adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan mengokohkan kepribadian. Belajar menurut Hamalik (2011: 27) adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modification or strengthening of

  

behavior through experiencing ) pengertian belajar ini merupakan suatu

  proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan.

  Menurut pendapat beberapa ahli, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari latihan dan pengalaman yang dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja dari yang belum bisa menjadi bisa. Belajar juga sebagai upaya mendewasakan pribadi anak. Manusia belajar sepanjang hayat, dan belajar terjadi terus menerus.

b. Ciri-ciri belajar

  Slameto (2010: 3) ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar yaitu: 1) Perubahan terjadi secara sadar

  Seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu, atau sekurang-kurangnya merasakan lebih terjadi adanya perubahan dalam dirinya. 2) Perubahan dalam belajar bersifat kontinou dan fungsional

  Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya.

  3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya, dengan demikian makin banyak usaha belajar itu dilakukan makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu sendiri.

  4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara Perubahan yang bersifat sementara atau temporer terjadi hanya untuk beberapa saat saja, seperti berkeringat, kelaur air mata, bersin, menangis, dan sebagainya, tidak dapat digolongkan sebagai perubahan dalam arti belajar. Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap dan permanen. Tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan menetap.

  5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai.

  Perbuatan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar- benar disadari.

  6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.

3. Prestasi belajar

a. Pengertian prestasi belajar

  Prestasi menurut Hamdani (2011: 137) adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan kegiatan. Prestasi belajar menurut Winkel dalam Hamdani (2011: 138) merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Dengan demikian, prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar

  Prestasi belajar menurut Nuh (2014: 8) adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah menempuh kegiatan belajar, sedangkan belajar pada hakekatnya merupakan usaha sadar yang dilakukan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya. Menurut Arifin (2010: 12) kata

  “prestasi” berasal dari bahasa belanda yaitu prestatie, kemudian dalam bahasa indonesia menjadi “prestasi” yang berarti “hasil usaha”. Istilah prestasi belajar umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan. Prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat perennial dalam sejarah kehidupan manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing- masing.

  Dari pendapat beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah suatu keberhasilan dalam mencapai indikator-indikator pembelajaran sesuai bidang dan kemampuan masing-masing serta dapat menimbulkan rasa kepuasan tersendiri.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

  Hamdani (2011: 139-145) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu: 1) Faktor internal

  Faktor internal adalah faktor yang berasal dari siswa. Faktor ini antara lain sebagai berikut: a) Kecerdasan (inteligensi)

  Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya kecerdasan yang normal selalu menunjukan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya. Kecerdasan yang tinggi merupakan faktor yang sangat penting bagi anak dalam usaha belajar. Tingkat kecerdasan sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Semakin tinggi kecerdasan seorang siswa, semakin tinggi juga peluang untuk meraih prestasi yang tinggi.

  b) Faktor jasmaniah atau faktor fisiologis Kondisi jasmaniah atau fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang.

  c) Sikap Sikap yaitu suatu kecenderungan untuk mereaksi terhadap suatu hal, orang atau benda dengan suka, tidak suka, atau acuh tak acuh. Sikap seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, kebiasaan, dan keyakinan.

  d) Minat Minat menurut para ahli psikologi adalah suatu kecenderungan untuk selalu memerhatikan dan mengingat sesuatu secara terus menerus.

  Minat ini berkaitan erat dengan perasaan, terutama perasaan senang. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa minat terjadi karena perasaan senang pada sesuatu hal.

  e) Bakat bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Setiap orang memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing.

  f) Motivasi Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.

  2) Faktor eksternal

  a) Keadaan keluarga Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Oleh karena itu, orang tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan dimulai dari keluarga. b) Keadaan sekolah Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa. Oleh karena itu, lingkungan sekolah yang baik dapat mendorongsiswa untuk belajar giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran, dan kurikulum.

  c) Lingkungan masyarakat Lingkungan alam sekitar sangat berpengaruh terhadap perkembangan pribadi anak sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan tempat ia berada. Lingkungan membentuk kepribadian anak karena dalam pergaulan sehari-hari, seorang anak akan selalu menyesuaikan dengan kebiasaan lingkungannya. Apabila seorang siswa bertempat tinggal di suatu lingkungan temannya yang rajin belajar, kemungkinan besar hal tersebut akan membawa pengaruh pada dirinya sehingga ia akan turut belajar sebagaimana temannya.

c. Fungsi Prestasi Belajar

  Arifin (2010: 12-13) prestasi belajar mempunyai beberapa fungsi diantaranya: 1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik.

  2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai tendensi keingintahuan dan merupakan kebutuhan umum manusia. 3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.

  Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan pendorong peserta didik dalam meningkatkan ilmu dan teknologi dan berperan sebagai umpan balik dalam meningkatkan mutu pendidikan. 4) Prestasi belajar sebagai indikator interen dan ekteren dari suatu intuisi pendidikan. Idikator interen dalam arti bahwa prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu intuisi pendidikan. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan dengan kebutuhan masyarakat dan anak didik. Indikator ekteren dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi didik di masyarakat. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan pula dengan kebutuhan masyarakat.

  5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) peserta didik. Dalam proses pembelajaran, peserta didik menjadi fokus utama yang harus diperhatikan, karena peserta didik diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran.

  Prestasi belajar disekolah salah satunya diukur mengguanakan tes prestasi belajar, dari hasil tes prestasi belajar ini merupakan salah satu informasi yang penting guna mengambil keputusan pendidikan. Tes prestasi yang layak tentu dapat diperoleh apabila penyusunannya didasari prinsip- prinsip pengukuran yang berlaku, sehingga menjadi saran yang positif dalam meningkatkan proses belajar mengajar.

  Prinsip dasar pengukuran prestasi menurut Gronland (dalam Azwar, 2010: 18) adalah sebagai berikut: 1) Tes prestasi harus mengukur hasil belajar yang telah dibatasi secara jelas sesuai dengan tujuan instruksional.

  2) Tes prestasi harus mengukur suatu sempel yang repsentif dari hasil belajar dan dari materi yang dicakup oleh program instruksional atau pengajaran. 3) Tes prestasi harus berisi item-item dengan tipe yang paling cocok guna mengukur hasil belajar yang diinginkan.

  4) Tes prestasi harus dirancang sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan penggunaan hasilnya.

  5) Rebilitas tes prestasi belajar harus diusahakan setinggi mungkin dan hasil ukurnya harus ditafsirkan dengan hati-hati.

  6) Tes prestasi harus dapat digunakan untuk meningkatkan belajar para anak didik.

4. Pembelajaran Mata Pelajaran Pkn SD

a. Pengertian Mata pelajaran Pkn

  Pendidikan Kewarganegaraan atau yang disingkat dengan PKn merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai peran penting dalam dunia pendidikan, terutama pada jenjang pendidikan seperti jenjang sekolah dasar (SD), SMP, SMA dan perguruan tinggi. Pendidikan Kewarganegaraan penting karena mempunyai tugas untuk membentuk dan mengembangkan nilai-nilai moral, karakter dan budi pekerti siswa sebagai warga negara yang baik.

  Guru dengan peran dan fungsi serta tanggung jawabnya dalam pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada setiap jenjang pendidikan diharapkan mampu membentuk para siswa sebagai para calon warga negara negara yang baik. Siswa diharapkan mampu memiliki sikap religius, jujur, disiplin, dan tanggung jawab. Kemudian sadar akan hak dan kewajiban, mencintai kebenaran dan keadilan, peka terhadap lingkungan, mandiri dan percaya diri, sederhana, terbuka penuh pengertian terhadap kritik dan saran, patuh dan taat terhadap peraturan, serta kreatif dan inovatif.

  Penjelasan Pasal 39 Undang-Undang No 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam Taniredja (2012: 2) bahwa Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antarwarga negara dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara.

  Pendidikan kewarganegaraan menurut Tanireja (2012: 3) adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis, melalui aktifitas menanamkan kesadaran kepada generasi baru bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang paling menjamin hak-hak warga masyarakat.

  Istilah Pendidikan Kewarganegaraan menurut Rosyada (Tanireja, 2009: 3) secara substantif tidak saja mendidik generasi muda menjadi warga Negara yang cerdas dan sadar akan hak dan kewajibannya dalam konteks kehidupan masyarakat dan bernegara yang merupakan penekanan dalam istilah Pendidikan Kewarganegaraan, melainkan juga membangun kesiapan warga Negara menjadi warga dunia (global society). Dengan demikian, orientasi Pendidikan Kewarganegaraan secara substantif lebih luas cakupannya dari istilah Pendidikan Kewarganegaraan suatu prose yang dilakukan oleh lembaga pendidikan ketika seseorang mempelajari orientasi, sikap dan perilaku politik sehingga yang bersangkutan memiliki political

  

knowledge, awareners, attitude, political efficacy dan political

participation, serta kemampuan mengambil keputusan politik secara

  rasional dan menguntungkan bagi dirinya juga bagi masyarakat dan bangsa. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan hubungan antar warga Negara dengan Negara serta pendidikan pendahuluan bela Negara menjadi warga Negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan Negara.

  Jadi dapat disimpulkan PKn adalah suatu proses yang dilakukan oleh lembaga pendidikan yang menyangkut pengalaman, kepentingan masyarakat, pribadi dan hidup bernegara. Mata pelajaran ini mencakup bidang politik, hukum dan moral. Ketiga cakupan tersebut berisi ketrampilan partisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga membentuk peserta didik yang memiliki karakter percaya diri, komitmen, penguasaan atas nilai religius, norma dan moral luhur, nilai keadilan, demokratis, toleransi, kebebasan berbicara, kebebasan pers, kebebasan berserikat, berkumpul dan perlindungan terhadap minoritas.

b. Tujuan Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

  Setiap mata pelajaran yang akan diajarkan memiliki tujuan untuk diajarkan. Salah satunya adalah mata pelajaran pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang merupakan mata pelajaran yang selalu dijumpai dari bangku Sekolah Dasar sampai dengan Perguruan Tinggi.

  Tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No 22 Tahun 2006 adalah untuk memberikan kompetensi-kompetensi sebagai berikut: 1) Berpikir kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.

  2) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggungjawab dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara 3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membantu diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya. 4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

c. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan

  Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No 22 Tahun 2006 ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi aspek-aspek sebagai berikut: 1) Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan, kebanggan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda,

  Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan Negara, sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan. 2) Norma, hukum dan peraturan meliputi: tertib dalam kehidupan keluarga, tata tertib disekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan- peraturan daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan internasional. 3) Hak asasi manusia meliputi: hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM, pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM. 4) Kebutuhan warga Negara meliputi: hidup gotong royong, harga diri sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kebebasan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warga Negara.

  5) Konstitusi Negara meliputi: proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, konstitusi-kinstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan dasar Negara dengan konstitusi.

  6) Kekuasaan dan politik meliputi: pemerintahan desa dan kecamatan, pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan sistem politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi.

  7) Pancasila meliputi: kedudukan pancasila, sebagai dasar Negara dan ideologi Negara, proses perumusan pancasila sebagai dasar Negara, pengalaman nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari pancasila sebagai ideologi terbuka.

  8) Globalisasi meliputi: globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri Indonesia di era globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional, organisasi internasional dan mengevaluasi globalisasi.

d. Materi PKn kelas V materi menghargai keputusan bersama.

  Materi yang digunakan oleh peneliti tercantum pada kurikulum KTSP sebagai berikut:

Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas V Standar Kompetensi Dasar Indikator

  Kompetensi

  1. Menghargai

  1.1 Mengenal 1) Menjelaskan keputusan bentuk-bentuk pengertian bersama keputusan musyawarah bersama 2) Menjelaskan cara

  1.2 Mematuhi mengemukakan keputusan pendapat dalam bersama musyawarah

  3) Menjelaskan cara mengambil keputusan bersama dalam musyawarah

  4) Menyebutkan bentuk-bentuk keputusan bersama

  5) Menjelaskan cara mematuhi keputusan bersama

  6) Menjelaskan cara melaksanakan keputusan bersama

  7) Memberi contoh pelaksanaan keputusan bersama

  8) Menjelaskan manfaat keputusan bersama

  Pada siklus I pertemuan pertama dengan indikator: 1) menjelaskan pengertian musyawarah. 2) menjelaskan cara mengemukakan pendapat dalam musyawarah. Peneliti mengajarkan 2 indikator dari 8 indikator materi menghargai keputusan bersama. Siklus I pertemuan dua dengan indikator: 3) menjelaskan cara mengambil keputusan bersama dalam musyawarah. 4) menyebutkan bentuk-bentuk keputusan bersama. 5) menjelaskan cara mematuhi keputusan bersama. Pada pertemuan dua peneliti mengajarkan 3 indikator dari 8 indikator materi menghargai keputusan bersama.

  Siklus II pertemuan pertama dan kedua peneliti mengajarkan tiga indikator yaitu: 6) menjelaskan cara melaksanakan keputusan bersama. 7) memberi contoh pelaksanaan keputusan bersama. 8) menjelaskan manfaat keputusan bersama.

  Materi: 1) Memahami keputusan bersama

  Organisasi adalah kelompok manusia yang diatur untuk bekerjasama guna mencapai tujuan yang sama. Setiap organisasi pasti terdapat perbedaan, misalnya perbedaan pendapat, pikiran, dan lain sebagainya. Salah satu cara mengatasi perbedaan adalah dengan musyawarah.

  Musyawarah dilakukan untuk menetapkan keputusan bersama. Keputusan bersama adalah keputusan yang melibatkan semua orang yang berkepentingan. Dalam organisasi tidak dapat menyerahkan keputusan hanya pada satu orang. Keputusan juga tidak boleh deserahkan kepada ketua organisasi saja. Semua warga organisasi harus terlibat dalam pengambilan keputusan.

  Ada beberapa nilai dasar yang harus diperhatikan dalam melakukan musyawarah. Beberapa nilai dasar tersebut antara lain: a) Kebersamaan

  b) Persamaan hak, kebebasan mengemukakan pendapat

  c) Pengahrgaan terhadap pendapat orang lain

  d) Pelaksanaan hasil keputusan secara tanggungjawab

  1) Bentuk-bentuk keputusan bersama

  a) Musyawarah untuk Mufakat Musyawarah untuk mufakat adalah bentuk pengambilan keputusan bersama yang mengedepankan kebersamaan. Musyawarah dilakukan dengan cara mempertemukan semua pendapat yang berbeda-beda. Setelah semua pendapat didengar dan ditampung, pendapat yang paling baik akan disepakati bersama.

  b) Pemungutan Suara (Voting)

  Voting merupakan cara kedua jika cara musyawarah untuk

  mufakat gagal dilakukan. Misalnya, beberapa pendapat dianggap sama baiknya. Atau karena beberapa pendapat dianggap tidak menguntungkan semua pihak. Jika demikian, ditempuhlah pemungutan suara atau voting.

  c) Aklamasi Aklamasi adalah pernyataan setuju lisan dari seluruh anggota kelompok. Pernyataan setuju ini dilakukan untuk melahirkan keputusan bersama. Pernyataan setuju dilakukan tanpa melalui pemungutan suara. Aklamasi terjadi karena adanya pendapat yang dikehendaki oleh semua anggota kelompok. 2) Menerima dan Mematuhi Keputusan Bersama

  Dalam melaksanakan keputusan bersama, ada asas-asas yang harus dijunjung tinggi. Asas-asas tersebut antara lain asas kekeluargaan dan gotong royong. Dalam melaksanakan keputusan bersama, asas kekeluargaan perlu diutamakan. Asas kekeluargaan memandang setiap anggota kelompok sebagai keluarga sendiri. Semua anggota diperlakukan sama tidak pandang bulu, termasuk diantaranya adalah ketua dan pengurus lain. Kelompok adalah ibarat sebuah keluarga, setiap anggota harus membantu yang lain.

  Dalam melaksanakan keputusan bersama, semua anggota juga harus mengedepankan asas gotong royong. Dengan gotong royong, putusan apapun akan mudah dilaksanakan. Tidak ada perbedaan antara anggota dan pengurus. Semuanya harus bergotong royong untuk mencapai tujuan bersama.

  active learning) Model Team Quiz

5. Pembelajaran Aktif (

a. Pengertian Pembelajaran Aktif ( active learning)

  Pembelajaran aktif menurut Khairrudin (2007: 208) merupakan model pembelajaran yang lebih banyak melibatkan peserta didik dalam mengakses berbagai informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam pembelajaran di kelas, sehingga mereka mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat meningkatkan kompetensinya. Selain itu belajar aktif juga memungkinkan peserta didik dapat mengembangkan kemampuan analisis dan sintesis serta mampu merumuskan nilai-nilai baru yang diambil dari hasil analisis mereka sendiri. Pembelajaran ini meniscayakan adanya minimalisasi peran guru di kelas. Guru lebih memposisikan dirinya sebagai fasilitator pembelajaran yang mengatur sirkulasi dan jalannya pembelajaran dengan terlebih dahulu menyampaikan tujuan dan kompetensi yang akan dicapai dalam suatu pembelajaran. Peserta didiklah yang banyak berperan dalam proses pembelajaran tersebut dan guru lebih banyak memberikan arahan dan bimbingan saja.

b. Pengertian model team quiz

  Quiz team merupakan model pembelajaran aktif yang dikembangkan

  oleh Mel Silberman, yang mana dalam model quiz team ini siswa di bagi menjadi tiga tim. Setiap siswa dalam tim bertanggung jawab untuk menyiapkan kuis jawaban singkat, dan tim yang lain menggunakan waktunya untuk memeriksa catatan. Dalam model quiz team ini, diawali dengan guru menerangkan materi secara klasikal, lalu siswa dibagi dalam tiga kelompok besar. Semua anggota kelompok bersama-sama mempelajari materi tersebut, saling memberi arahan, saling memberikan pertanyaan dan jawaban untuk memahami mata pelajaran tersebut. Setelah selesai materi maka diadakan suatu pertandingan akademis. Dengan adanya pertandingan akademis ini maka terciptalah kompetisi antar kelompok, para siswa akan senantiasa berusaha belajar dengan motivasi yang tinggi agar dapat memperoleh nilai yang tinggi dalam pertandingan.

  Seperti yang dikemukakan Silberman (2012: 175), Team Quiz merupakan tehnik yang dapat meningkatkan rasa tanggung jawab siswa atas apa yang mereka pelajari dengan cara yang menyenangkan dan tidak mengancam atau tidak membuat mereka takut. Jadi dapat dikatakan bahwa model team quiz merupakan salah satu model pembelajaran bagi siswa yang membangkitkan semangat dan pola pikir kritis, tanpa mengekang siswa dalam proses pembelajarannya. Model team quiz bermaksud melempar pertanyaan dari kelompok satu ke kelompok lain untuk mengetahui jawabannya, dalam tipe quiz team ini, diawali dengan guru menerangkan materi secara klasikal, lalu siswa dibagi kedalam tiga kelompok besar. Semua anggota kelompok bersama-sama mempelajari materi tersebut, kemudian membuat pertanyaan untuk dilemparkan ke kelompok lain.

  Berdasarkan pembahasan tentang model team quiz dapat disimpulkan bahwa team quiz adalah model pembelajaran aktif yang mana siswa dibagi dalam tiga kelompok besar dan semua anggota bersama-sama mempelajari materi tersebut, mendiskusikan materi, saling memberi arahan, saling memberikan pertanyaan dan jawaban, setelah materi selesai diadakan suatu pertandingan akademis, dengan adanya pertandingan akademis ini maka terciptalah kompetensi antar kelompok, para siswa akan senantiasa berusaha belajar dengan motivasi yang tinggi agar dapat memperoleh nilai yang tinggi dalam pertandingan guna meningkatkan prestasi dalam belajar siswa.

  1) Keuntungan dan Kelemahan model team quiz menurut Zaini (2002).

  Keuntungan model team quiz:

  a) Dapat meningkatkan keseriusan

  b) Dapat menghilangkan stres dalam lingkungan belajar c) Mengajak siswa untuk terlibat penuh

  d) Meningkatkan proses belajar

  e) Membangun kreatifitas diri

  f) Meraih makna belajar melalui pengalaman

  g) Memfokuskan siswa sebagai subjek belajar

  h) Menambah semangat dan minat belajar Kelemahan model team quiz:

  a) Memerlukan kendali yang ketat dalam mengkondisikan kelas saat keributan terjadi b) Hanya siswa tertentu yang dianggap pintar dalam kelompok tersebut, yakni yang bisa menjawab kuis, karena permainan kuis merupakan permainan yang dituntut cepat dan memberikan kesempatan diskusi yang singkat.

  c) Waktu yang diberikan sangat terbatas jika kuis dilaksanakan oleh seluruh tim dalam satu pertemuan.

  2) Prosedur model team quiz Menurut Silberman (2012: 163) prosedur model team quiz:

  a) Pilihlah topik yang bisa disajikan dalam tiga segmen

  b) Bagilah siswa menjadi tiga tim

  c) Jelaskan format pelajaran dan mulailah penyajian materinya. Batasi hingga 10 menit atau kurang dari itu. d) Perintahkan tim A untuk menyiapkan kuis jawaban singkat. Kuis tersebut harus sudah siap dalam tidak lebih dari 5 menit. Tim B dan C menggunakan waktu ini untuk memeriksa catatan mereka.

  e) Tim A memberi kuis kepada anggota tim B. Jika tim B tidak bisa menjawab satu pertanyaan, tim C segera menjawabnya.

  f) Tim A mengarahkan pertanyaan berikutnya kepada anggota tim C dan mengulang proses tersebut.

  g) Ketika kuisnya selesai, lanjutkan dengan segmen kedua dan tunjukan tim B sebagai pemandu kuis.

  h) Setelah tim B menyelesaikan kuisnya, lanjutkan dengan segmen ketiga dan tunjukan tim C sebagai pemandu kuis.

6. Media

  a. Pengertian Media Anitah (2009: 1) kata media berasal dari bahasa Latin, yaitu merupakan bentuk jamak dari kata medium, yang berarti sesuatu yang terletak di tengah (antara dua pihak atau kutub) atau suatu alat. Media juga dapat diartikan sebagai perantara atau penghubung antara dua pihak, yaitu antara sumber pesan dengan penerima pesan atau informasi. Oleh karena itu, media pembelajaran berarti sesuatu yang mengantarkan pesan pembelajaran antara pemberi pesan kepada penerima pesan. Association

  for educational communications and technology (AECT, 1997)

  mendifinisikan media sebagai segala bentuk yang digunakan untuk menyalurkan informasi.

  Media menurut Bretz dalam Anitah (2009: 1) adalah sesuatu yang terletak di tengah-tengah, jadi suatu perantara yang menghubungkan semua pihak yang membutuhkan terjadinya suatu hubungan, dan membedakan antara media komunikasi dan alat bantu komunikasi. Perbedaannya adalah bahwa yang pertama merupakan sesuatu yang berkemampuan untuk menyajikan keseluruhan informasi dan menggerakkan saling tindak antara pebelajar dengan subjek yang dipelajari, sedangkan yang keduasemata- mata adalah penunjang pada penyajian yang dilakukan oleh guru.

  Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran memberikan kejelasan dan memperlancar jalannya proses belajar mengajar, serta dapat mengaktifkan komunikasi interaksi antara guru dengan siswa dan memberikan informasi dari suatu sumber atau pengirim kepada penerimanya sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar yang efektif terjadi. Lebih lanjut dijelaskan bahwa media pembelajaran wahana penyalur atau wadah pesan pembelajaran. Media pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Disamping dapat menarik perhatian siswa, media pembelajaran juga dapat menyampaikan pesan yang ingin disampaikan dalam setiap pembelajaran. Dalam pembelajaran di sekolah, guru dapat menciptakan suasana belajar yang sangat menarik dengan menggunankan media pembelajaran yang kreatif, inovatif, dan variatif.

  1) Media Grafis Media Grafis menurut Sadiman (2012: 28) termasuk media visual. Sebagaimana halnya media yang lain media grafis berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Saluran yang dipakai menyangkut indera penglihatan. Pesan yang akan disampaikan dituangkan kedalam simbol-simbol komunikasi visual. Simbol-simbol tersebut perlu di pahami benar artinya agar proses penyampaian pesan dapat berhasil dan efisien. Selain fungsi umum tersebut, secara khusus grafis berfungsi pula untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan bila tidak digrafiskan.

  Selain sederhana dan mudah pembuatannya media grafis termasuk media yang relatif murah ditinjau dari segi biayanya.

  2) Poster Poster menurut Anitah (2009: 4)

  “merupakan suatu gambar yang mengombinasikan unsur-unsur visual seperti garis, gambar dan kata- kata, yang bermaksud menarik perhatian serta mengkomunikasikan pesan secara singka t”. Poster salah satu media yang terdiri dari lambang kata atau simbol yang sangat sederhana dan pada umumnya mengandung anjuran atau larangan, Poster dapat diartikan plakat yang dipasang di tempat umum (berupa pengumuman atau iklan).

  Berdasarkan pengertian di atas dapat dsimpulkan bahwa pengertian poster adalah suatu gambar yang digunakan sebagai media untuk menyampaikan informasi, pesan, saran ide dan lain sebagainya atau karya seni yang memuat komposisi gambar dan huruf di atas kertas berukuran besar.

  Karakteristik poster menurut Ahmad Rohani (1997: 76-77) antara lain: 1) Berupa suatu lukisan/gambar 2) Menyampaikan suatu pesan, atau ide tertentu 3) Memberikan kesan yang luas atau menarik perhatian 4) Menangkap penglihatan dengan seksama terhadap orang-orang yang melihatnya 5) Menarik dan memusatkan perhatian orang yang melihatnya 6) Menggunakan ide dan maksud melalui fakta yang tampak 7) Merangsang orang yang melihat untuk ingin melaksanakan maksud poster 8) Berani, langsung, dinamis dan menimbulkan kejutan 9) Ilustrasi tidak perlu banyak, menarik dan mudah dimengerti 10) Teks ringkas, jelas dan bermakna 11) Ilustrasi dan tulisan harus ada keseimbangan 12) Dalam rangka visual, kata dan lukisan harus membawa ide tertentu 13) Dapat dibaca dalam waktu yang singkat 14) Warna dan gambar harus kontras dengan warna dasar 15) Sederhana tetapi mempunyai daya tarik dan daya guna yang maksimal Ada 5 fungsi poster untuk media pembelajaran, yaitu: 1) Sebagai bahan untuk mengembangkan ide dan kreativitas 2) Sebagai bahan pelajaran untuk suatu topik atau masalah tertentu 3) Sebagai alat membangkitkan motivasi 4) Sebagai petunjuk untuk dikerjakan siswa 5) Sebagai alat pendidikan preventif