S SEJ 0901576 Abstract

ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Tengkulak Dan Petani: Kajian Historis Terhadap
Perkembangan Tengkulak Sayur di Desa Nanggerang Kecamatan Cililin
Kabupaten Bandung Barat Tahun 1990-2013”. Latar belakang peneliti mengambil
permasalahan ini karena melihat adanya kondisi dimana petani sayur di Desa
Nanggerang begitu bergantung kepada peran tengkulak sayur dalam menjalankan
usaha pertaniannya, padahal para petani sendiri mengetahui bahwa tengkulak
mempunyai konotasi negatif sebagai “pemonopoli harga” dalam praktek usahanya
terutama dalam hal pengambilan keuntungan pinjaman modal dan transaparansi
harga jual sayuran. Masalah utama yang diangkat dalam skripsi ini adalah
“Bagaimana Perkembangan Tengkulak Sayur di Desa Nanggerang Kecamatan
Cililin Kabupaten Bandung Barat Tahun 1990-2013 ?”. Masalah utama tersebut
kemudian dibagi menjadi empat pertanyaan penelitian, yaitu (1) Bagaimana latar
belakang munculnya tengkulak sayur di Desa Nanggerang Kecamatan Cililin
Kabupaten Bandung Barat? (2) Bagaimana pola hubungan yang terjadi antara
tengkulak dan petani sayur di Desa Nanggerang Kecamatan Cililin Kabupaten
Bandung Barat? (3) Bagaimana upaya yang dilakukan petani dalam menghadapi
kehadiran tengkulak sayur? (4) Bagaimana dampak yang ditimbulkan tengkulak
terhadap kehidupan sosial-ekonomi petani sayur di Desa Nanggerang Kecamatan
Cililin Kabupaten Bandung Barat?. Metode yang digunakan adalah metode
historis dengan melakukan empat langkah penelitian, yaitu heuristik, kritik,

interpretasi, dan historiografi. Sedangkan teknik yang digunakan dalam
pengumpulan data adalah studi literatur dan teknik wawancara, yaitu mengkaji
sumber-sumber tertulis dan melakukan wawancara dengan narasumber yang
relevan dengan kajian penelitian. Pendekatan yang digunakan dalam penulisan
skripsi ini adalah pendekatan interdisipliner. Berdasarkan hasil penelitian, didapat
beberapa kesimpulan. Pertama, pada awal berkembangnya pertanian sayur di Desa
Nanggerang yakni pada awal tahun 1990-an terdapat kendala-kendala yang
dihadapi petani, yaitu kurangnya modal, akses yang jauh untuk memasarkan hasil
panen sayur dan kurangnya sarana transportasi untuk pendistribusian hasil panen.
Kedua, hubungan petani dan tengkulak berawal dari hubungan dagang antara
penjual dan pembeli, kemudian hubungan tersebut berlanjut menjadi hubungan
yang lebih intens yang terkait satu sama lain dan sulit dipisahkan karena didasari
rasa saling membutuhkan satu sama lain, petani membutuhkan tengkulak sebagai
pemberi pinjaman modal dan penjual hasil panen sayur mereka begitupun
tengkulak membutuhkan petani untuk bisa mendapatkan keuntungan dari
pinjaman modal dan penjualan hasil panen sayurnya. Ketiga, upaya petani
menghadapi tengkulak adalah dengan berusaha menjadi petani mandiri untuk
tidak mengandalkan peran tengkulak. Keempat, terdapat dampak positif dan
negatif dari hadirnya tengkulak. Dampak positifnya adalah petani dapat
meminjam modal dan membuka peluang usaha baru bagi masyarakat yakni

pekerjaan buruh tani dan buruh kemas sayur, dampak negatifnya adalah
pemberian harga dari penjualan sayur yang berada di bawah harga pasaran dan
petani tidak bisa dengan bebas menjual hasil panen sayur ke pasar karena terikat
oleh pinjaman modal tengkulaknya.
Sutisna, 2015
TENGKULAK D AN PETANI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT
The title of this study is " Wholesalers and Farmers: Historical study
towards the development of vegetable wholesaler at Nanggerang- Cililin West
Bandung in the 1990th-2013th”. As the background of this study, the researcher
raised the problem about the condition where vegetable farmers at Nanggerang
could not be separated from the role of vegetable wholesalers in the farm
business. However the farmers themselves knew that brokers have a negative
connotation as "monopolists price" in its business practices, especially in terms of
making a profit capital loans and transparency selling prices of vegetables. The
focused issue in this research was "How the vegetable wholesalers was developed
at Nanggerang - Cililin West Bandung in the 1990th – 2013th?". It was then
divided into four research questions: (1) how the vegetable wholesaler was begun

at Nanggerang - Cililin West Bandung? (2) What are the patterns of the
relationship between the vegetable wholesaler and farmer at Nanggerang – Cililin
West Bandung? (3) what are the efforts that the farmers do in facing the presence
of a vegetable wholesalers? (4) what are the socio-economic impacts of vegetable
wholesalers towards the farmers’ life at Nanggerang - Cililin West Bandung?.
This study employed the historical method by following four steps namely
heuristic, criticism, interpretation, and historiography. While, in collecting data
this study used the study of literature and interview, including reviewing written
sources and interviewing with interviewees who are suitable with the main of this
research. Furthermore, the approach of this study utilized an interdisciplinary
approach. Based on the data analysis, several conclusions were gathered. First, in
the early development of vegetable farmers at Nanggerang in 1990's, there were
constraints faced by farmers such as the lack of capital, lack of infrastructure to
sell vegetable crops and the lack of transportations to distribute vegetable crops.
Second, the relationship between vegetable wholesaler and farmer begun as the
seller and the buyer, then the relationship continues to be a more intense
relationship which difficult to be separated each other; it because their relationship
alike symbiosis mutualism, the farmers need wholesalers as lenders of capital and
sellers their vegetable crops as well as wholesalers require farmers to achieve
profits from a loan and selling of vegetable crops. Third, in facing wholesalers the

farmers was trying to become an independent farmer and not become reliant to
wholesalers. Fourth, there were positive and negative effects of the presence of
wholesalers. The positive impacts were the farmers could borrow money and
opened up new business opportunities for vegetable farmers and laborers
packaging of vegetable, the negative impacts were the price of vegetable sales
under the market price and farmers could not freely sell their vegetables crops to
the market because bounded by wholesalers’ capital loans.

Sutisna, 2015
TENGKULAK D AN PETANI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu