DAFTAR ISI KONST BETON 2
KONSTRUKSI BETON BERTULANG
KURIKULUM 2013
Jilid 2
Semester 4
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
2013
KATA PENGANTAR
Buku siswa atau Bahan ajar ini disusun dalam bentuk paket pembelajaran yang
berisi uraian materi untuk mendukung penguasaan kompetensi/elemen kompetensi tertentu
yang ditulis sequensial, sistematis dan sesuai dengan prinsip pembelajaran yang mengacu
kepada kurikulum SMK 2013.
Buku siswa ini, merupakan salah satu bahan ajar yang sangat sesuai dan mudah
dipelajari secara individu. Karena itu, meskipun buku siswa
ini dipersiapkan untuk
pengembangan kompetensi kejuruan bagi siswa SMK khususnya bidang teknik Konstruksi
Batu dan Beton dan atau tenaga kependidikan, dapat digunakan juga untuk pendidikan lain
yang sejenis. Di dalam penggunaannya, bahan ajar ini tetap mengharapkan penerapan
azas keluwesan dan keterlaksanaan, yaitu menyesuaikan dengan karakteristik peserta,
kondisi fasilitas dan tujuan kurikulum SMK 2013.
Dengan demikian, kepada semua pihak baik unit kerja maupun guru/tenaga
pengajar diharapkan untuk dapat berusaha mengoptimalkan penggunaannya sehingga
kegiatan pembelajaran yang dilakukan lebih bermakna dalam meningkatkan/membekali
kompetensi peserta didik/siswa.
Kami, atas nama Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Bidang Mesin dan Teknik Industri (PPPPTK BMTI) Bandung, menyampaikan
terima kasih dan penghargan yang setinggi-tingginya kepada para penulis dan semua pihak
yang terkait atas peran sertanya dalam penulisan buku ini.
Demikian, semoga buku yang telah disusun ini dapat bermanfaat dalam mendukung
pengembangan pendidikan kejuruan, khususnya dalam peningkatan kompetensi kejuruan
peserta didik/siswa.
Bandung, Desember 2013
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
GLOSARIUM
v
BAB I PENDAHULUAN
1
A. DESKRIPSI
1
B. PRASYARAT
1
C. PETUNJUK PENGGUNAAN
1
D. TUJUAN AKHIR
2
E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR
3
F. CEK KEMAMPUAN AWAL
5
BAB II. PEMBELAJARAN
6
A. DESKRIPSI
6
B. KEGIATAN BELAJAR
6
1. KEGIATAN BELAJAR 1. PENAMPANG BALOK t DAN BALOK
BERTULANGAN RANGKAP
6
a. Tujuan Pembelajaran
6
b. Uraian Materi
6
1) Tugas 1. Analisis Balok T Terlentur
6
2) Tugas 2. Pembatasan Penulangan Tarik Balok T
12
3) Tugas 3. Perencanaan Balok T
19
4) Tugas 4. Balok Persegi Bertulanan Rangkap
22
c. Rangkuman
28
d. Tugas
28
e. Tes Formatif
29
f.
29
Kunci Jawaban Tes Formatif
2. KEGIATAN BELAJAR 2. PENULANGAN GESER BALOK TERLENTUR
33
a. Tujuan Pembelajaran
33
b. Uraian Materi
33
1) Tugas 1. Kuat Geser
33
2) Tugas 2. Perilaku Balok Tanpa Tulangan Geser
38
3) Tugas 3. Perencanaan Penulangan geser
40
c. Rangkumam
55
d. Tugas
55
e. Tes Formatif
56
f.
56
Kunci Jawaban Tes Formatif
3. KEGIATAN BELAJAR 3. STRUKTUR KOLOM
61
a. Tujuan Pembelajaran
61
b. Uraian Materi
61
1) Tugas 1. Kolom
61
2) Tugas 2. Kekuatan Kolom Eksentrisitas kecil
65
3) Tugas 3. Persyaratan deail penulangan kolom
68
4) Tugas 4. Analisis Kolom pendek Eksentrisitas kecil
71
5) Tugas 5. Perencanaan kolom Pendek Eksentrisitas Kecil
74
6) Tugas 6. Hubungan Beban Aksial dan Momen
80
c. Rangkuman
135
d. Tugas
136
e. Tes Formatif
122
f.
137
Kunci Jawaban Tes Formatif
4. KEGIATAN BELAJAR 4. KEKUATAN TEKAN BETON
KARAKTERISTIK (fc’)
140
a. Tujuan Pembelajaran
140
b. Uraian Materi
140
1) Tugas 1. Kekuatan Tekan Beton Karakteristik (fc’)
141
2) Tugas 2. Kuat Tekan Yang Diharapkan (Target)
146
3) Tugas 3. Persyaratan Bahan-Bahan Beton Bertulang
149
4) Tugas 4. Tahapan Perancangan Campuran Beton Normal
159
c. Rangkuman
182
d. Tugas
183
e. Tes Formatif
184
f.
187
Kunci jawaban Tes Formatif
5. KEGIATAN BELAJAR 5. PENGUJIAN BETON SEGAR
DAN BETON KERAS
189
a. Tujuan Pembelajaran
189
b. Uraian Materi
189
1) Tugas 1. Pengujian Beton Segar
189
2) Tugas 2. Pengujian Beton Segar
195
c. Rangkuman
209
d. Tugas
210
e. Tes Formatif
211
f.
Kunci Jawaban
6. KEGIATAN BELAJAR 6. EVALUASI MUTU BETON
212
215
a. Tujuan Pembelajaran
215
b. Uraian Materi
215
c. Rangkuman
232
d. Tugas
233
e. Tes Formatif
234
f.
235
Kunci Jawaban tes Formatif
7. KEGIATAN BELAJAR 7. PERANCAH DAN BEKISTING
224
a. Tujuan Pembelajaran
224
b. Uraian Materi
224
1) Tugas 1. Tujuan dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pekerjaan Perancah
228
2) Tugas 2. Pemeliharaan Bahan dan Komponen Perancah
240
3) Tugas 3. Konstruksi Perancah
243
4) Tugas 4. Sistem Sambungan Bekisting Kolom
262
c. Rangkuman
277
d. Tugas
277
e. Tes Formatif
281
f.
286
Kunci Jawaban tes Formatif
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Nilai As (maks) untuk balok T
13
Tabel 2. A-5 Luas penampang Tulangan baja permeter panjang plat
91
Tabel 3. A-6 Konstanta perencanaan
91
Tabel 4. A-8 Rasio penulangan va koefisien tahanan (k) (fc’ = 17 MPa, fy = 240 MPa,
K dalam MPa)
92
Tabel 5. A-9 Rasio penulangan va koefisien tahanan (k) (fc’ =20 MPa, fy = 240 MPa,
K dalam MPa)
93
Tabel 6. A-10 Rasio penulangan va koefisien tahanan (k) (fc’ = 25 MPa, fy = 240 MPa,
K dalam MPa)
94
Tabel 7. A-11 Rasio penulangan va koefisien tahanan (k) (fc’ = 30 MPa, fy = 240 MPa,
K dalam MPa)
96
Tabel 8. A-12 Rasio penulangan va koefisien tahanan (k) (fc’ = 35 MPa, fy = 240 MPa,
K dalam MPa)
98
Tabel 9. A-13 Rasio penulangan va koefisien tahanan (k) (fc’ = 40 MPa, fy = 240 MPa,
K dalam MPa)
100
Tabel 10. A-14 Rasio penulangan va koefisien tahanan (k) (fc’ = 17 MPa, fy = 300 MPa,
K dalam MPa)
101
Tabel 11. A-15 Rasio penulangan va koefisien tahanan (k) (fc’ = 20 MPa, fy = 300 MPa,
K dalam MPa)
102
Tabel 12. A-16 Rasio penulangan va koefisien tahanan (k) (fc’ = 25 MPa, fy = 300 MPa,
K dalam MPa)
103
Tabel 13. A-17 Rasio penulangan va koefisien tahanan (k) (fc’ = 30 MPa, fy = 300 MPa,
K dalam MPa)
104
Tabel 14. A-18 Rasio penulangan va koefisien tahanan (k) (fc’ = 35 MPa, fy = 300 MPa,
K dalam MPa)
106
Tabel 15. A-19 Rasio penulangan va koefisien tahanan (k) (fc’ = 40 MPa, fy = 300 MPa,
K dalam MPa)
108
Tabel 16. A-20 Rasio penulangan va koefisien tahanan (k) (fc’ = 17 MPa, fy = 350 MPa,
K dalam MPa)
110
Tabel 17. A-21 Rasio penulangan va koefisien tahanan (k) (fc’ = 20 MPa, fy = 350 MPa,
K dalam MPa)
111
Tabel 18. A-22 Rasio penulangan va koefisien tahanan (k) (fc’ = 25 MPa, fy = 350 MPa,
K dalam MPa)
112
Tabel 19. A-23 Rasio penulangan va koefisien tahanan (k) (fc’ = 30 MPa, fy = 350 MPa,
K dalam MPa)
113
Tabel 20. A-24 Rasio penulangan va koefisien tahanan (k) (fc’ = 35 MPa, fy = 350 MPa,
K dalam MPa)
114
Tabel 21. A-25 Rasio penulangan va koefisien tahanan (k) (fc’ = 40 MPa, fy = 350 MPa,
K dalam MPa)
116
Tabel 22. A-26 Rasio penulangan va koefisien tahanan (k) (fc’ = 17 MPa, fy = 400 MPa,
K dalam MPa)
118
Tabel 23. A-27 Rasio penulangan va koefisien tahanan (k) (fc’ = 20 MPa, fy = 400 MPa,
K dalam MPa)
119
Tabel 24. A-28 Rasio penulangan va koefisien tahanan (k) (fc’ = 25 MPa, fy = 400 MPa,
K dalam MPa)
120
Tabel 25. A-29 Rasio penulangan va koefisien tahanan (k) (fc’ = 30 MPa, fy = 400 MPa,
K dalam MPa)
121
Tabel 26. A-30 Rasio penulangan va koefisien tahanan (k) (fc’ = 35 MPa, fy = 400 MPa,
K dalam MPa)
122
Tabel 27. A-31Rasio penulangan va koefisien tahanan (k) (fc’ = 40 MPa, fy = 400 MPa,
K dalam MPa)
123
Tabel 28. A-32 Rasio penulangan va koefisien tahanan (k) (fc’ = 17 MPa, fy = 500 MPa,
K dalam MPa)
125
Tabel 29. A-33 Rasio penulangan va koefisien tahanan (k) (fc’ = 20 MPa, fy = 500 MPa,
K dalam MPa)
125
Tabel 30. A-34 Rasio penulangan va koefisien tahanan (k) (fc’ = 25 MPa, fy = 500 MPa,
K dalam MPa)
125
Tabel 31. A-35 Rasio penulangan va koefisien tahanan (k) (fc’ = 30 MPa, fy = 500 MPa,
K dalam MPa)
126
Tabel 32. A-36 Rasio penulangan va koefisien tahanan (k) (fc’ = 35 MPa, fy = 500 MPa,
K dalam MPa)
127
Tabel 33. A-37 Rasio penulangan va koefisien tahanan (k) (fc’ = 170 MPa, fy = 240 MPa,
K dalam MPa)
128
Tabel 34. A-38 Lebar balok minimum
129
Tabel 35. A-39 Panjang Penyaluran Dasar (mm)
130
Tabel 36. A-40 Jumlah maksimum batang tulangan dalam satu baris penulangan
kolom
132
Tabel 37. Nilai Faktor Pengali Bila Benda Uji Kurang Dari 30 Pasang
138
Tabel 38. Nilai Konstanta dan Kegagalan
138
Tabel 39. Hasil Pengujian Kuat Tekan
139
Tabel 40. Syarat Fisika
145
Tabel 41. Klasifikasi Agregat Berdasarkan Bentuk
147
Tabel 42. Klasifikasi Agregat Berdasarkan Tektur Permukaan
148
Tabel 43. Besar Tegangan Leleh dan Tegangan Dasar
152
Tabel 44. Daftar Isian Rancangan Proporsi Campuran Beton
152
Tabel 45. Perkiraan Kekuatan Tekan (N/mm2) Beton dengan Faktor Air Semen 0,5 154
Tabel 46. Persyaratan Jumlah Semen Minimum dan Faktor Air Semen Maksimum
157
Tabel 47. Ketentuan Untuk Beton Yang Berhubungan Dengan Air Tanah
156
Tabel 48. Ketentuan Minimum Untuk Beton Bertulang Kedap Air
159
Tabel 49. Nilai Slump Untuk Berbagai Pekerjaan Beton (SNI)
159
Tabel 50. Persyaratan Batas-Batas Susunan Besar Butir Agregat Kasar
160
2
Tabel 51 Perkiraan Kadar Air bebas (kgf/cm ) yang Dibutuhkan
162
Tabel 52. Data Bahan
166
Tabel 53. Perhitungan Proporsi Campuran Beton
167
Tabel 54. Hasil Perhitungan dan Data Bahan
171
Tabel 55. Data Kuat Tekan beton
174
Tabel 56.Daftar Isian Rancangan Campuran Beton (Metode DOE)
176
Tabel 57. Nilai-nilai slump untuk berbagai pekerjaan beton (PBI’71)
184
Tabel 58. Berbagai sifat pekerjaan dan nilai slup (Ditjen Bina Marga)
184
Tabel 59. Contoh Perhitungan Kekuatan Tekan Beton dari Hasil Pengujian
186
Tabel 60. Koreksi Sudut
193
Tabel 61. Contoh perhitungan Destruktif
199
Tabel 62. Kuat Tekan Beton Berdasarkan Umur
200
Tabel 63. Data beban hasil pengujian kuat tekan beton
200
Tabel 64. Data beban hasil pengujian kuat tekan beton
201
Tabel 65. Evaluasi Mutu Beton
210
Tabel 66. Contoh penggunaan daftar isian evaluasi mutu beton
215
Tabel 67. Nilai , ß, dan 1
219
Tabel 68. Nilai Tertinggi dan Terrendah S/Sr
221
Tabel 69. Isian Evaluasi mutu beton
224
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Balok T Sebagai Sistem Lantai
7
Gambar 2. Sketsa Contoh
9
Gambar 3. Daerah Tekan Balok T
11
Gambar 4. Sketsa Contoh
17
Gambar 5. Daerah Tekan (beton)
18
Gambar 6. Penampang balok T
20
Gambar 7. Sketsa Perencanaan
22
Gambar 8. Diagram Momen (+ dan -)
23
Gambar 9. Balok dengan Beban Merata
24
Gambar 10. Balok Beton Yang Retak Geser
33
Gambar 11. Balok Beban Merata & Tegangan
35
Gambar 12. Tarik diagonal karena geser
36
Gambar 13. Penampang isometrik susunan sengkang
42
Gambar 14. Penentuan jarak spasi sengkang berdasarkan syarat kekuatan
43
Gambar 15. Sketsa Contoh
48
Gambar 16. Diagram Vs
49
Gambar 17. Sengkang yang diperlukan
51
Gambar 18. Sketsa Perencanaan Contoh Perhitungan
52
Gambar 19. Sketsa Contoh Perhitungan
54
Gambar 20. Diagram Vu
55
Gambar 21. Diagram Vs
56
Gambar 22. Persyaratan Spasi sengkang
57
Gambar 23. Sketsa Rancangan Sengkang
57
Gambar 24. Jenis-Jenis Kolom
60
Gambar 25. Hubungan beban Versus Regangan pada Kolom
61
Gambar 26. Ssunan Penulangan Kolom Spiral
66
Gambar 27. Sketsa Contoh Perhitungan
70
Gambar 28. Sketsa Perencanaan
73
Gambar 29. Sketsa Contoh perhitungan
75
Gambar 30. Hubungan Beban Aksial – Momen – Eksentrisitas
77
Gambar 31. Keadaan Keseimbangan Regangan
79
Gambar 32. Contoh Perhitungan
83
Gambar 33. Contoh Perhitungan
86
Gambar 34. Sketsa Perencanaan
132
Gambar 35. Grafik Kegagalan dan Konstanta
137
Gambar 38. Grafik Standar Deviasi Rencana dan Kuat Tekan
140
Gambar 39. Grafik deviasi Standar Harga dan Kuat Tekan Rata-Rata
140
Gambar 40. Pola Gradasi Agregat
148
Gambar 41. Grafik Pasir Zone I dan Zone II
148
Gambar 42. Grafik Pasir Zone III dan Zone IV
149
Gambar 43. Grafik Hubungan antara Kekuatan Tekan dengan Faktor Air Semen
153
Gambar 44. Grafik Hubungan antara kuat tekan dan faktor air semen
154
Gambar 45. Gradasi Agregat Maksimum 10 mm
158
Gambar 46. Gradasi Agregat Maksimum 20 mm
159
Gambar 47. Gradasi Agregat Maksimum 40 mm
159
Gambar 48. Grafik Persentase Jumlah Pasir dengan Ukuran
Agregat Maksimum 10 mm
161
Gambar 49. Grafik Persentase Jumlah Pasir dengan Ukuran
Agregat Maksimum 20 mm
162
Gambar 50. Grafik Persentase Jumlah Pasir dengan Ukuran
Agregat Maksimum 40 mm
162
Gambar 51. Grafik Berat Jenis Agregat Gabungan dan Beton Basah
163
Gambar 52. Alat slump test dan perlengkapannya
181
Gambar 53. Tiga jenis slump beton
181
Gambar 54. Mesin Tekan dan Benda Uji
187
Gambar 55. Hammer Test
193
Gambar 56. Alat Pundit
195
Gambar 57. Perkembangan awal perancah di China
226
Gambar 58. Perancah penopang sementara konstruksi lengkung Ghotic
227
Gambar 59. Perancah penopang sementara konstruksi atap lengkung
227
Gambar 60. Klem pengikat siku tetap
231
Gambar 61. Pengikat siku putar
231
Gambar 62. Penyambung bentuk soket
231
Gambar 63. Penyambung memanjang dengan Pin
232
Gambar 64. Penyambung Parallel
232
Gambar 65. Klem pengikat pipa horizontal memanjang dan melintang (put log)
233
Gambar 66. Penjepit ujung
233
Gambar 67. Dudukan tiang tetap biasa
234
Gambar 68. Dudukan tiang tetap dengan lubang dan pin
234
Gambar 69. Dudukan tidak tetap
235
Gambar 70. Dudukan di atas baji / pasak
235
Gambar 71. Dudukan tiang dengan ulir yang dilengkapi dengan lubang dan pin
236
Gambar 72. Dudukan balok biasa
236
Gambar 73. Dudukan balok dengan ulir
236
Gambar 74. Penyambung tiang
237
Gambar 75. Dudukan batang horizontal (put log end)
237
Gambar 76. Roda (castor)
238
Gambar 77. Penjepit pipa / balok kayu
238
Gambar 78. Pemasangan kerekan
239
Gambar 79. Pengikat anak tangga
239
Gambar 80. Baut kait
239
Gambar 81. Penjepit papan pengaman
240
Gambar 82. Perancah dengan sistem bahan / komponen lepas
244
Gambar 83. Perancah dengan sistem rangka
244
Gambar 84. Perancah dengan sistem kerangka satu lapis (putlog scaffold)
245
Gambar 85. Perancah dengan sistem kerangka bebas (independent scaffold)
246
Gambar 86. Perancah menara dengan penguat tali baja Perancah menara dengan
penguat rangka
246
Gambar 87. Perancah menara dengan penguat rangka
247
Gambar 88. Perancah menara dengan penguat rangka dan tali baja
247
Gambar 89. Perancah menara dengan penguat rangka dan angkur
247
Gambar 90. Perancah menara dengan kaki gantung
247
Gambar 91. Kunci pas, kunci ring dan kunci sock
248
Gambar 92. Pojer (podger)
249
Gambar 93. Meteran
249
Gambar 94. Waterpass
250
Gambar 95. Selang plastik gulung
250
Gambar 96. Selang plastik diisi air, tidak terdapat gelembung udara
250
Gambar 97. Selang plastik diisi air, terdapat gelembung udara
250
Gambar 98 Macam-macam bentuk unting-unting
251
Gambar 99. Gambar palu cakar
251
Gambar 100. Pondasi dudukan tiang
252
Gambar 101. Pertemuan tiang penyokong siku dan batang horizontal
252
Gambar 102. Posisi batang melintang pada pasangan
254
Gambar 103. Pemasangan batang pengikat
255
Gambar 104. Pegangan pada perancah dengan sistem kerangka tiang satu lapis
256
Gambar 105. Pengunci batang penyiku
257
Gambar 106. Dudukan tiang dicor beton
258
Gambar 107. Dudukan tiang roda (castor)
258
Gambar 108. Penyambungan Papan Cetakan
263
Gambar 109 Penyambungan Papan Siku
263
Gambar 110. Panel cetakan seperempat lingkaran
263
Gambar 111. Tekanan yang timbul dalam konstruksi bekisting beton pada waktu
pengecoran
264
Gambar 112. Jarak Sumbu Tumpuan
265
Gambar 113. Perkuatan cetakan kayu pada kolom
266
Gambar 114. Perakitan Papan-papan menjadi Bekisting Kolom
267
Gambar 115. Cetakan dengan menggunakan baut
267
Gambar 116 . Cetakan dengan klem baja yang dapat diatur
268
Gambar 117. Cetakan kolom dengan menggunakan sabuk baja
268
Gambar 118. Bekisting Kolom
269
Gambar 119. Cetakan dinding penahan tanah dengan papan kayu dan
kerangka kayu
269
Gambar 120. Cetakan mendaki (Climbing Formwork) satu sisi
270
Gambar 121. Potongan Bekisting Dinding Beton
270
Gambar 122. Cetakan mendaki (climbing Formwork) dua sisi
271
Gambar 123. Detail jangkar cetakan
271
Gambar 124. Kawat jangkar
271
Gambar 125. Cetakan kolom dengan perkuatannya
272
Gambar 126. Konstruksi bekistng dinding penahan tanah
272
Gambar 127. Potongan bekisting dinding beton
273
Gambar 128. Cetakan/bekisting dari papan kayu/panel kayu lapis untuk balok dan
plat lantai, beserta penyangga dan kakinya
274
Gambar 129. Konstruksi tepi pada pelat lantai beton balok T maupun yang datar
275
Gambar 130. Perkuatan balok melintang mempergunakan batang penguat
Samping
275
Gambar 131. Perkuatan balok melintang memergunakan batang penguat samping
dan baut
275
Gambar 132. Stereometris bekisting lantai dan kolom
276
GLOSARIUM
Agregat adalah butiran-butiran mineral yang dicampurkan dengan semen portland dan air
menghasilkan beton
Agregat Halus adalah pasir alam sebagai hasil desintegrasi secara alami dari batu atau
pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir
terbesar 5,0 mm.
Agregat Kasar adalah kerikil sebagai hasil desintegrasi secara alami dari batu atau berupa
batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai ukuran
butir terbesar 5 - 40 mm.
Baja tulangan adalah jenis baja yang dipakai untuk tulangan beton yang harus memenuhi
ketentuan-ketentuan SNI
Batang yang diprofil adalah batang tulangan dengan bentuk penampang khusus untuk
memperbesar lekatan dengan beton
Batang polos adalah batang tulangan dengan permukaan licin dan berbentuk prismatis
sesuai dengan SNI
Berat jenis SSD adalah berat jenis suatu benda dalam kondisi kering permukaan
(saturated Surface Dry Condition) artinya pori-pori benda tersebut diisi oleh air
dengan kata lain sudah jenuh, hanya permukaannya kering.
Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik yang lain, agregat
halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan campuran tambahan
membentuk massa padat
Beton bertulang adalah beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah tulangan yang tidak
kurang dari nilai minimum, yang disyaratkan dengan atau tanpa prategang, dan
direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua material bekerja bersama-sama
dalam menahan gaya yang bekerja.
Beton adalah campuran antara semen Portland atau semen hidraulik yang lain, agregat
halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan membentuk
masa padat. Sedangkan tulangan adalah batang baja berbentuk polos atau
deform atau pipa yang berfungsi untuk menahan gaya tarik pada komponen
struktur, tidak termasuk tendon prategang, kecuali bila secara khusus diikut
sertakan.
Faktor Air Semen (fas) adalah angka perbandingan antara berat air bebas dan berat
semen dalam beton
Ketentuan – ketentuan dimaksud sesuai dengan SK SNI T – 15 – 1991 – 03 yang meliputi
pasal 3.1.5 dan pasal 3.2.1 sampai 3.2.4 yang bertujuan agar pekerjaan
perencanaan dan pelaksanaan komponen struktur beton bertulang yang
memenuhi ketentuan minimum serta mendapatkan hasil pekerjaan struktur yang
aman dan ekonomis.
Kekuatan tekan beton karakteristik adalah kekuatan tekan, dimana dari sejumlah besar
hasil-hasil pemeriksaan, kemungkinan adanya kekuatan tekan yang kurang dari
itu terbatas sampai 5 % saja.
Semen Portland adalah bahan perekat Hidrolis yang dapat mengeras bila bersenyawa
dengan air dan membentuk massa yang padat serta tak larut dalam air.
SK SNI adalah singkatan dari Standar Konsep Standar Nasional Indonesia
Tulangan polos adalah adalah batang baja yang permukaan sisi luarnya rata tidak bersirip
atau berukir, dan tulangan deform adalah batang baja yang permukaan sisi
luarnya tidak rata, tetapi bersirip atau berukir. Sedangkan tulangan spiral adalah
tulangan yang dililitkan secara menerus membentuk suatu ulir lingkar silindris,
(SK SNI T – 15 – 1991 – 03).
KURIKULUM 2013
Jilid 2
Semester 4
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
2013
KATA PENGANTAR
Buku siswa atau Bahan ajar ini disusun dalam bentuk paket pembelajaran yang
berisi uraian materi untuk mendukung penguasaan kompetensi/elemen kompetensi tertentu
yang ditulis sequensial, sistematis dan sesuai dengan prinsip pembelajaran yang mengacu
kepada kurikulum SMK 2013.
Buku siswa ini, merupakan salah satu bahan ajar yang sangat sesuai dan mudah
dipelajari secara individu. Karena itu, meskipun buku siswa
ini dipersiapkan untuk
pengembangan kompetensi kejuruan bagi siswa SMK khususnya bidang teknik Konstruksi
Batu dan Beton dan atau tenaga kependidikan, dapat digunakan juga untuk pendidikan lain
yang sejenis. Di dalam penggunaannya, bahan ajar ini tetap mengharapkan penerapan
azas keluwesan dan keterlaksanaan, yaitu menyesuaikan dengan karakteristik peserta,
kondisi fasilitas dan tujuan kurikulum SMK 2013.
Dengan demikian, kepada semua pihak baik unit kerja maupun guru/tenaga
pengajar diharapkan untuk dapat berusaha mengoptimalkan penggunaannya sehingga
kegiatan pembelajaran yang dilakukan lebih bermakna dalam meningkatkan/membekali
kompetensi peserta didik/siswa.
Kami, atas nama Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Bidang Mesin dan Teknik Industri (PPPPTK BMTI) Bandung, menyampaikan
terima kasih dan penghargan yang setinggi-tingginya kepada para penulis dan semua pihak
yang terkait atas peran sertanya dalam penulisan buku ini.
Demikian, semoga buku yang telah disusun ini dapat bermanfaat dalam mendukung
pengembangan pendidikan kejuruan, khususnya dalam peningkatan kompetensi kejuruan
peserta didik/siswa.
Bandung, Desember 2013
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
GLOSARIUM
v
BAB I PENDAHULUAN
1
A. DESKRIPSI
1
B. PRASYARAT
1
C. PETUNJUK PENGGUNAAN
1
D. TUJUAN AKHIR
2
E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR
3
F. CEK KEMAMPUAN AWAL
5
BAB II. PEMBELAJARAN
6
A. DESKRIPSI
6
B. KEGIATAN BELAJAR
6
1. KEGIATAN BELAJAR 1. PENAMPANG BALOK t DAN BALOK
BERTULANGAN RANGKAP
6
a. Tujuan Pembelajaran
6
b. Uraian Materi
6
1) Tugas 1. Analisis Balok T Terlentur
6
2) Tugas 2. Pembatasan Penulangan Tarik Balok T
12
3) Tugas 3. Perencanaan Balok T
19
4) Tugas 4. Balok Persegi Bertulanan Rangkap
22
c. Rangkuman
28
d. Tugas
28
e. Tes Formatif
29
f.
29
Kunci Jawaban Tes Formatif
2. KEGIATAN BELAJAR 2. PENULANGAN GESER BALOK TERLENTUR
33
a. Tujuan Pembelajaran
33
b. Uraian Materi
33
1) Tugas 1. Kuat Geser
33
2) Tugas 2. Perilaku Balok Tanpa Tulangan Geser
38
3) Tugas 3. Perencanaan Penulangan geser
40
c. Rangkumam
55
d. Tugas
55
e. Tes Formatif
56
f.
56
Kunci Jawaban Tes Formatif
3. KEGIATAN BELAJAR 3. STRUKTUR KOLOM
61
a. Tujuan Pembelajaran
61
b. Uraian Materi
61
1) Tugas 1. Kolom
61
2) Tugas 2. Kekuatan Kolom Eksentrisitas kecil
65
3) Tugas 3. Persyaratan deail penulangan kolom
68
4) Tugas 4. Analisis Kolom pendek Eksentrisitas kecil
71
5) Tugas 5. Perencanaan kolom Pendek Eksentrisitas Kecil
74
6) Tugas 6. Hubungan Beban Aksial dan Momen
80
c. Rangkuman
135
d. Tugas
136
e. Tes Formatif
122
f.
137
Kunci Jawaban Tes Formatif
4. KEGIATAN BELAJAR 4. KEKUATAN TEKAN BETON
KARAKTERISTIK (fc’)
140
a. Tujuan Pembelajaran
140
b. Uraian Materi
140
1) Tugas 1. Kekuatan Tekan Beton Karakteristik (fc’)
141
2) Tugas 2. Kuat Tekan Yang Diharapkan (Target)
146
3) Tugas 3. Persyaratan Bahan-Bahan Beton Bertulang
149
4) Tugas 4. Tahapan Perancangan Campuran Beton Normal
159
c. Rangkuman
182
d. Tugas
183
e. Tes Formatif
184
f.
187
Kunci jawaban Tes Formatif
5. KEGIATAN BELAJAR 5. PENGUJIAN BETON SEGAR
DAN BETON KERAS
189
a. Tujuan Pembelajaran
189
b. Uraian Materi
189
1) Tugas 1. Pengujian Beton Segar
189
2) Tugas 2. Pengujian Beton Segar
195
c. Rangkuman
209
d. Tugas
210
e. Tes Formatif
211
f.
Kunci Jawaban
6. KEGIATAN BELAJAR 6. EVALUASI MUTU BETON
212
215
a. Tujuan Pembelajaran
215
b. Uraian Materi
215
c. Rangkuman
232
d. Tugas
233
e. Tes Formatif
234
f.
235
Kunci Jawaban tes Formatif
7. KEGIATAN BELAJAR 7. PERANCAH DAN BEKISTING
224
a. Tujuan Pembelajaran
224
b. Uraian Materi
224
1) Tugas 1. Tujuan dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pekerjaan Perancah
228
2) Tugas 2. Pemeliharaan Bahan dan Komponen Perancah
240
3) Tugas 3. Konstruksi Perancah
243
4) Tugas 4. Sistem Sambungan Bekisting Kolom
262
c. Rangkuman
277
d. Tugas
277
e. Tes Formatif
281
f.
286
Kunci Jawaban tes Formatif
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Nilai As (maks) untuk balok T
13
Tabel 2. A-5 Luas penampang Tulangan baja permeter panjang plat
91
Tabel 3. A-6 Konstanta perencanaan
91
Tabel 4. A-8 Rasio penulangan va koefisien tahanan (k) (fc’ = 17 MPa, fy = 240 MPa,
K dalam MPa)
92
Tabel 5. A-9 Rasio penulangan va koefisien tahanan (k) (fc’ =20 MPa, fy = 240 MPa,
K dalam MPa)
93
Tabel 6. A-10 Rasio penulangan va koefisien tahanan (k) (fc’ = 25 MPa, fy = 240 MPa,
K dalam MPa)
94
Tabel 7. A-11 Rasio penulangan va koefisien tahanan (k) (fc’ = 30 MPa, fy = 240 MPa,
K dalam MPa)
96
Tabel 8. A-12 Rasio penulangan va koefisien tahanan (k) (fc’ = 35 MPa, fy = 240 MPa,
K dalam MPa)
98
Tabel 9. A-13 Rasio penulangan va koefisien tahanan (k) (fc’ = 40 MPa, fy = 240 MPa,
K dalam MPa)
100
Tabel 10. A-14 Rasio penulangan va koefisien tahanan (k) (fc’ = 17 MPa, fy = 300 MPa,
K dalam MPa)
101
Tabel 11. A-15 Rasio penulangan va koefisien tahanan (k) (fc’ = 20 MPa, fy = 300 MPa,
K dalam MPa)
102
Tabel 12. A-16 Rasio penulangan va koefisien tahanan (k) (fc’ = 25 MPa, fy = 300 MPa,
K dalam MPa)
103
Tabel 13. A-17 Rasio penulangan va koefisien tahanan (k) (fc’ = 30 MPa, fy = 300 MPa,
K dalam MPa)
104
Tabel 14. A-18 Rasio penulangan va koefisien tahanan (k) (fc’ = 35 MPa, fy = 300 MPa,
K dalam MPa)
106
Tabel 15. A-19 Rasio penulangan va koefisien tahanan (k) (fc’ = 40 MPa, fy = 300 MPa,
K dalam MPa)
108
Tabel 16. A-20 Rasio penulangan va koefisien tahanan (k) (fc’ = 17 MPa, fy = 350 MPa,
K dalam MPa)
110
Tabel 17. A-21 Rasio penulangan va koefisien tahanan (k) (fc’ = 20 MPa, fy = 350 MPa,
K dalam MPa)
111
Tabel 18. A-22 Rasio penulangan va koefisien tahanan (k) (fc’ = 25 MPa, fy = 350 MPa,
K dalam MPa)
112
Tabel 19. A-23 Rasio penulangan va koefisien tahanan (k) (fc’ = 30 MPa, fy = 350 MPa,
K dalam MPa)
113
Tabel 20. A-24 Rasio penulangan va koefisien tahanan (k) (fc’ = 35 MPa, fy = 350 MPa,
K dalam MPa)
114
Tabel 21. A-25 Rasio penulangan va koefisien tahanan (k) (fc’ = 40 MPa, fy = 350 MPa,
K dalam MPa)
116
Tabel 22. A-26 Rasio penulangan va koefisien tahanan (k) (fc’ = 17 MPa, fy = 400 MPa,
K dalam MPa)
118
Tabel 23. A-27 Rasio penulangan va koefisien tahanan (k) (fc’ = 20 MPa, fy = 400 MPa,
K dalam MPa)
119
Tabel 24. A-28 Rasio penulangan va koefisien tahanan (k) (fc’ = 25 MPa, fy = 400 MPa,
K dalam MPa)
120
Tabel 25. A-29 Rasio penulangan va koefisien tahanan (k) (fc’ = 30 MPa, fy = 400 MPa,
K dalam MPa)
121
Tabel 26. A-30 Rasio penulangan va koefisien tahanan (k) (fc’ = 35 MPa, fy = 400 MPa,
K dalam MPa)
122
Tabel 27. A-31Rasio penulangan va koefisien tahanan (k) (fc’ = 40 MPa, fy = 400 MPa,
K dalam MPa)
123
Tabel 28. A-32 Rasio penulangan va koefisien tahanan (k) (fc’ = 17 MPa, fy = 500 MPa,
K dalam MPa)
125
Tabel 29. A-33 Rasio penulangan va koefisien tahanan (k) (fc’ = 20 MPa, fy = 500 MPa,
K dalam MPa)
125
Tabel 30. A-34 Rasio penulangan va koefisien tahanan (k) (fc’ = 25 MPa, fy = 500 MPa,
K dalam MPa)
125
Tabel 31. A-35 Rasio penulangan va koefisien tahanan (k) (fc’ = 30 MPa, fy = 500 MPa,
K dalam MPa)
126
Tabel 32. A-36 Rasio penulangan va koefisien tahanan (k) (fc’ = 35 MPa, fy = 500 MPa,
K dalam MPa)
127
Tabel 33. A-37 Rasio penulangan va koefisien tahanan (k) (fc’ = 170 MPa, fy = 240 MPa,
K dalam MPa)
128
Tabel 34. A-38 Lebar balok minimum
129
Tabel 35. A-39 Panjang Penyaluran Dasar (mm)
130
Tabel 36. A-40 Jumlah maksimum batang tulangan dalam satu baris penulangan
kolom
132
Tabel 37. Nilai Faktor Pengali Bila Benda Uji Kurang Dari 30 Pasang
138
Tabel 38. Nilai Konstanta dan Kegagalan
138
Tabel 39. Hasil Pengujian Kuat Tekan
139
Tabel 40. Syarat Fisika
145
Tabel 41. Klasifikasi Agregat Berdasarkan Bentuk
147
Tabel 42. Klasifikasi Agregat Berdasarkan Tektur Permukaan
148
Tabel 43. Besar Tegangan Leleh dan Tegangan Dasar
152
Tabel 44. Daftar Isian Rancangan Proporsi Campuran Beton
152
Tabel 45. Perkiraan Kekuatan Tekan (N/mm2) Beton dengan Faktor Air Semen 0,5 154
Tabel 46. Persyaratan Jumlah Semen Minimum dan Faktor Air Semen Maksimum
157
Tabel 47. Ketentuan Untuk Beton Yang Berhubungan Dengan Air Tanah
156
Tabel 48. Ketentuan Minimum Untuk Beton Bertulang Kedap Air
159
Tabel 49. Nilai Slump Untuk Berbagai Pekerjaan Beton (SNI)
159
Tabel 50. Persyaratan Batas-Batas Susunan Besar Butir Agregat Kasar
160
2
Tabel 51 Perkiraan Kadar Air bebas (kgf/cm ) yang Dibutuhkan
162
Tabel 52. Data Bahan
166
Tabel 53. Perhitungan Proporsi Campuran Beton
167
Tabel 54. Hasil Perhitungan dan Data Bahan
171
Tabel 55. Data Kuat Tekan beton
174
Tabel 56.Daftar Isian Rancangan Campuran Beton (Metode DOE)
176
Tabel 57. Nilai-nilai slump untuk berbagai pekerjaan beton (PBI’71)
184
Tabel 58. Berbagai sifat pekerjaan dan nilai slup (Ditjen Bina Marga)
184
Tabel 59. Contoh Perhitungan Kekuatan Tekan Beton dari Hasil Pengujian
186
Tabel 60. Koreksi Sudut
193
Tabel 61. Contoh perhitungan Destruktif
199
Tabel 62. Kuat Tekan Beton Berdasarkan Umur
200
Tabel 63. Data beban hasil pengujian kuat tekan beton
200
Tabel 64. Data beban hasil pengujian kuat tekan beton
201
Tabel 65. Evaluasi Mutu Beton
210
Tabel 66. Contoh penggunaan daftar isian evaluasi mutu beton
215
Tabel 67. Nilai , ß, dan 1
219
Tabel 68. Nilai Tertinggi dan Terrendah S/Sr
221
Tabel 69. Isian Evaluasi mutu beton
224
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Balok T Sebagai Sistem Lantai
7
Gambar 2. Sketsa Contoh
9
Gambar 3. Daerah Tekan Balok T
11
Gambar 4. Sketsa Contoh
17
Gambar 5. Daerah Tekan (beton)
18
Gambar 6. Penampang balok T
20
Gambar 7. Sketsa Perencanaan
22
Gambar 8. Diagram Momen (+ dan -)
23
Gambar 9. Balok dengan Beban Merata
24
Gambar 10. Balok Beton Yang Retak Geser
33
Gambar 11. Balok Beban Merata & Tegangan
35
Gambar 12. Tarik diagonal karena geser
36
Gambar 13. Penampang isometrik susunan sengkang
42
Gambar 14. Penentuan jarak spasi sengkang berdasarkan syarat kekuatan
43
Gambar 15. Sketsa Contoh
48
Gambar 16. Diagram Vs
49
Gambar 17. Sengkang yang diperlukan
51
Gambar 18. Sketsa Perencanaan Contoh Perhitungan
52
Gambar 19. Sketsa Contoh Perhitungan
54
Gambar 20. Diagram Vu
55
Gambar 21. Diagram Vs
56
Gambar 22. Persyaratan Spasi sengkang
57
Gambar 23. Sketsa Rancangan Sengkang
57
Gambar 24. Jenis-Jenis Kolom
60
Gambar 25. Hubungan beban Versus Regangan pada Kolom
61
Gambar 26. Ssunan Penulangan Kolom Spiral
66
Gambar 27. Sketsa Contoh Perhitungan
70
Gambar 28. Sketsa Perencanaan
73
Gambar 29. Sketsa Contoh perhitungan
75
Gambar 30. Hubungan Beban Aksial – Momen – Eksentrisitas
77
Gambar 31. Keadaan Keseimbangan Regangan
79
Gambar 32. Contoh Perhitungan
83
Gambar 33. Contoh Perhitungan
86
Gambar 34. Sketsa Perencanaan
132
Gambar 35. Grafik Kegagalan dan Konstanta
137
Gambar 38. Grafik Standar Deviasi Rencana dan Kuat Tekan
140
Gambar 39. Grafik deviasi Standar Harga dan Kuat Tekan Rata-Rata
140
Gambar 40. Pola Gradasi Agregat
148
Gambar 41. Grafik Pasir Zone I dan Zone II
148
Gambar 42. Grafik Pasir Zone III dan Zone IV
149
Gambar 43. Grafik Hubungan antara Kekuatan Tekan dengan Faktor Air Semen
153
Gambar 44. Grafik Hubungan antara kuat tekan dan faktor air semen
154
Gambar 45. Gradasi Agregat Maksimum 10 mm
158
Gambar 46. Gradasi Agregat Maksimum 20 mm
159
Gambar 47. Gradasi Agregat Maksimum 40 mm
159
Gambar 48. Grafik Persentase Jumlah Pasir dengan Ukuran
Agregat Maksimum 10 mm
161
Gambar 49. Grafik Persentase Jumlah Pasir dengan Ukuran
Agregat Maksimum 20 mm
162
Gambar 50. Grafik Persentase Jumlah Pasir dengan Ukuran
Agregat Maksimum 40 mm
162
Gambar 51. Grafik Berat Jenis Agregat Gabungan dan Beton Basah
163
Gambar 52. Alat slump test dan perlengkapannya
181
Gambar 53. Tiga jenis slump beton
181
Gambar 54. Mesin Tekan dan Benda Uji
187
Gambar 55. Hammer Test
193
Gambar 56. Alat Pundit
195
Gambar 57. Perkembangan awal perancah di China
226
Gambar 58. Perancah penopang sementara konstruksi lengkung Ghotic
227
Gambar 59. Perancah penopang sementara konstruksi atap lengkung
227
Gambar 60. Klem pengikat siku tetap
231
Gambar 61. Pengikat siku putar
231
Gambar 62. Penyambung bentuk soket
231
Gambar 63. Penyambung memanjang dengan Pin
232
Gambar 64. Penyambung Parallel
232
Gambar 65. Klem pengikat pipa horizontal memanjang dan melintang (put log)
233
Gambar 66. Penjepit ujung
233
Gambar 67. Dudukan tiang tetap biasa
234
Gambar 68. Dudukan tiang tetap dengan lubang dan pin
234
Gambar 69. Dudukan tidak tetap
235
Gambar 70. Dudukan di atas baji / pasak
235
Gambar 71. Dudukan tiang dengan ulir yang dilengkapi dengan lubang dan pin
236
Gambar 72. Dudukan balok biasa
236
Gambar 73. Dudukan balok dengan ulir
236
Gambar 74. Penyambung tiang
237
Gambar 75. Dudukan batang horizontal (put log end)
237
Gambar 76. Roda (castor)
238
Gambar 77. Penjepit pipa / balok kayu
238
Gambar 78. Pemasangan kerekan
239
Gambar 79. Pengikat anak tangga
239
Gambar 80. Baut kait
239
Gambar 81. Penjepit papan pengaman
240
Gambar 82. Perancah dengan sistem bahan / komponen lepas
244
Gambar 83. Perancah dengan sistem rangka
244
Gambar 84. Perancah dengan sistem kerangka satu lapis (putlog scaffold)
245
Gambar 85. Perancah dengan sistem kerangka bebas (independent scaffold)
246
Gambar 86. Perancah menara dengan penguat tali baja Perancah menara dengan
penguat rangka
246
Gambar 87. Perancah menara dengan penguat rangka
247
Gambar 88. Perancah menara dengan penguat rangka dan tali baja
247
Gambar 89. Perancah menara dengan penguat rangka dan angkur
247
Gambar 90. Perancah menara dengan kaki gantung
247
Gambar 91. Kunci pas, kunci ring dan kunci sock
248
Gambar 92. Pojer (podger)
249
Gambar 93. Meteran
249
Gambar 94. Waterpass
250
Gambar 95. Selang plastik gulung
250
Gambar 96. Selang plastik diisi air, tidak terdapat gelembung udara
250
Gambar 97. Selang plastik diisi air, terdapat gelembung udara
250
Gambar 98 Macam-macam bentuk unting-unting
251
Gambar 99. Gambar palu cakar
251
Gambar 100. Pondasi dudukan tiang
252
Gambar 101. Pertemuan tiang penyokong siku dan batang horizontal
252
Gambar 102. Posisi batang melintang pada pasangan
254
Gambar 103. Pemasangan batang pengikat
255
Gambar 104. Pegangan pada perancah dengan sistem kerangka tiang satu lapis
256
Gambar 105. Pengunci batang penyiku
257
Gambar 106. Dudukan tiang dicor beton
258
Gambar 107. Dudukan tiang roda (castor)
258
Gambar 108. Penyambungan Papan Cetakan
263
Gambar 109 Penyambungan Papan Siku
263
Gambar 110. Panel cetakan seperempat lingkaran
263
Gambar 111. Tekanan yang timbul dalam konstruksi bekisting beton pada waktu
pengecoran
264
Gambar 112. Jarak Sumbu Tumpuan
265
Gambar 113. Perkuatan cetakan kayu pada kolom
266
Gambar 114. Perakitan Papan-papan menjadi Bekisting Kolom
267
Gambar 115. Cetakan dengan menggunakan baut
267
Gambar 116 . Cetakan dengan klem baja yang dapat diatur
268
Gambar 117. Cetakan kolom dengan menggunakan sabuk baja
268
Gambar 118. Bekisting Kolom
269
Gambar 119. Cetakan dinding penahan tanah dengan papan kayu dan
kerangka kayu
269
Gambar 120. Cetakan mendaki (Climbing Formwork) satu sisi
270
Gambar 121. Potongan Bekisting Dinding Beton
270
Gambar 122. Cetakan mendaki (climbing Formwork) dua sisi
271
Gambar 123. Detail jangkar cetakan
271
Gambar 124. Kawat jangkar
271
Gambar 125. Cetakan kolom dengan perkuatannya
272
Gambar 126. Konstruksi bekistng dinding penahan tanah
272
Gambar 127. Potongan bekisting dinding beton
273
Gambar 128. Cetakan/bekisting dari papan kayu/panel kayu lapis untuk balok dan
plat lantai, beserta penyangga dan kakinya
274
Gambar 129. Konstruksi tepi pada pelat lantai beton balok T maupun yang datar
275
Gambar 130. Perkuatan balok melintang mempergunakan batang penguat
Samping
275
Gambar 131. Perkuatan balok melintang memergunakan batang penguat samping
dan baut
275
Gambar 132. Stereometris bekisting lantai dan kolom
276
GLOSARIUM
Agregat adalah butiran-butiran mineral yang dicampurkan dengan semen portland dan air
menghasilkan beton
Agregat Halus adalah pasir alam sebagai hasil desintegrasi secara alami dari batu atau
pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir
terbesar 5,0 mm.
Agregat Kasar adalah kerikil sebagai hasil desintegrasi secara alami dari batu atau berupa
batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai ukuran
butir terbesar 5 - 40 mm.
Baja tulangan adalah jenis baja yang dipakai untuk tulangan beton yang harus memenuhi
ketentuan-ketentuan SNI
Batang yang diprofil adalah batang tulangan dengan bentuk penampang khusus untuk
memperbesar lekatan dengan beton
Batang polos adalah batang tulangan dengan permukaan licin dan berbentuk prismatis
sesuai dengan SNI
Berat jenis SSD adalah berat jenis suatu benda dalam kondisi kering permukaan
(saturated Surface Dry Condition) artinya pori-pori benda tersebut diisi oleh air
dengan kata lain sudah jenuh, hanya permukaannya kering.
Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik yang lain, agregat
halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan campuran tambahan
membentuk massa padat
Beton bertulang adalah beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah tulangan yang tidak
kurang dari nilai minimum, yang disyaratkan dengan atau tanpa prategang, dan
direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua material bekerja bersama-sama
dalam menahan gaya yang bekerja.
Beton adalah campuran antara semen Portland atau semen hidraulik yang lain, agregat
halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan membentuk
masa padat. Sedangkan tulangan adalah batang baja berbentuk polos atau
deform atau pipa yang berfungsi untuk menahan gaya tarik pada komponen
struktur, tidak termasuk tendon prategang, kecuali bila secara khusus diikut
sertakan.
Faktor Air Semen (fas) adalah angka perbandingan antara berat air bebas dan berat
semen dalam beton
Ketentuan – ketentuan dimaksud sesuai dengan SK SNI T – 15 – 1991 – 03 yang meliputi
pasal 3.1.5 dan pasal 3.2.1 sampai 3.2.4 yang bertujuan agar pekerjaan
perencanaan dan pelaksanaan komponen struktur beton bertulang yang
memenuhi ketentuan minimum serta mendapatkan hasil pekerjaan struktur yang
aman dan ekonomis.
Kekuatan tekan beton karakteristik adalah kekuatan tekan, dimana dari sejumlah besar
hasil-hasil pemeriksaan, kemungkinan adanya kekuatan tekan yang kurang dari
itu terbatas sampai 5 % saja.
Semen Portland adalah bahan perekat Hidrolis yang dapat mengeras bila bersenyawa
dengan air dan membentuk massa yang padat serta tak larut dalam air.
SK SNI adalah singkatan dari Standar Konsep Standar Nasional Indonesia
Tulangan polos adalah adalah batang baja yang permukaan sisi luarnya rata tidak bersirip
atau berukir, dan tulangan deform adalah batang baja yang permukaan sisi
luarnya tidak rata, tetapi bersirip atau berukir. Sedangkan tulangan spiral adalah
tulangan yang dililitkan secara menerus membentuk suatu ulir lingkar silindris,
(SK SNI T – 15 – 1991 – 03).