THIRD PARTIES IN ARBITRATION

HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA ALTERNATIF DAN ARBITRASE

Third Parties in Arbitration

Oleh

Bella Anggini Putri
110110140251

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2017

Hukum arbitrase memiliki peraturan yang ketat dalam menentukan
perjanjian arbitrase sehingga menjadi pertanyaan untuk menentukan
pihak mana saja yang memenuhi persyaratan sebagai pihak yang sah.
Persyaratan

formal


sebuah

perjanjian

arbitrase

pada

dasarnya

berpedoman pada dua traktat internasional yaitu New York Convention
dan the United Nations Commission on International Trade Law
(UNCITRAL) Model Law. Tujuan utama New York Convention adalah
untuk menghindari proses pengadilan di pengadilan asing 1. Kedua
persyaratan ini hanya berkaitan dengan ada tidaknya perjanjian bukan
ada tidaknya pihak ketiga yang akan terikat.
Perjanjian arbitrase adalah syarat yang sangat diperlukan bagi
seseorang untuk berpartisipasi dalam prosedur arbitrase dan untuk terikat
dalam putusan arbitrase2. Sehingga para pihak dalam proses arbitrase
ditentukan secara kontraktual namun keadaan ini mengarah pada hasil

yang tidak menguntungkan terutama pada situasi hubungan komersial
pihak lain, terdapat keterbatasan konsensual yang menghalangi orang
yang tidak terikat untuk mengambil bagian dalam proses arbitrase. Pihak
ketiga dikecualikan dalam proses arbitrase terlepas dari kepentingan
hukum ataupun keuangan. SIngkatnya pihak ketiga dianggap sebagai
alien3.
Ada beberapa teori untuk menentukan perluasan lingkup perjanjian
arbitrase yang membenarkan bahwa pihak ketiga dapat terlibat dalam
proses penyelesaian sengketa arbitrase yaitu “group of companies”
doktrin yang berarti dalam sebuah perusahaan yang menjadi bagian dari
perusahaan besar bisa dinobatkan sebagai single legal identity atau “une
réalité économique unique” contohnya Singapore International Arbitration
1 Pedro J Martinez Fraga, “The Dilemma of Extending International Commercial”,
Cornell International Law Journal 291.
2 Dr. Stavros Brekoulakis, “The Relevance of the Interests of Third Parties in
Arbitration: Taking a Closer Look at the Elephant in the Room”, Penn State Law
Review Vol 113 : 4, hlm 1166
3 Ibid

Centre (SIAC) memperpanjang klausul perusahaan induk yang tidak

menandatangani atas dasar “maksud dari pihak berdasarkan bukti
sebelum”4. Berdasarkan hukum Amerika perjanjian arbitrase hanya bisa
diperluas kepada pihak ketiga yang tidak menandatangani berdasarkan
doktrin veil-piercing, estoppel dan incorporation by reference. Pengadilan
menganggap bahwa doktrin-doktrin ini bergantung pada "niat objektif
untuk menyetujui arbitrase" oleh pihak yang tidak menandatangani.
Pengadilan Inggris menganggap pihak ketiga bisa menjadi pihak atau
tidak

bukanlah

prosedur

tapi

substansi.

Selanjutnya

yang


bisa

memperluas lingkup perjanjian adalah doktrin Estoppel yang berbeda
dengan “group of companies” karena pihak ketiga tidak harus setuju untuk
menjadi pihak arbitrase. Meskipun prinsip estoppel diakui secara luas dan
bahkan dapat dicirikan sebagai lex mercatoria, hanya 31 pengadilan
Amerika yang menerapkan doktrin tersebut untuk memperluas cakupan
klausula arbitrase.
Transaksi bisnis saat ini terutama dalam konteks internasional
sudah sangat komprehensif yang melibatkan beberapa pihak sekaligus.
Pihak lain ini biasanya memiliki kontrak bilateral sendiri yang berisi
penyelesaian sengketa bilateral berupa dalam bentuk arbitrase atau
penyelesaian melalui jalur litigasi di pengadilan. Dengan demikian
permasalahan yang timbul antara dua orang yang terikat oleh perjanjian
arbitrase sehubungan dengan pihak ketiga harus diselesaikan dengan
arbitrase secara ekslusif antara kedua orang itu. Pihak lain tidak dapat
berpartisipasi dalam penyelesaian melalui arbitrase walaupun ia memiliki
peran aktif.
Beberapa yurisdiksi memberi jalan bagi pihak ketiga melawan

putusan arbitrase sehingga menggambarkan bahwa kepentingan pihak
ketiga pada umumnya layak untuk dilindungi. Arbitrase komersial yang
4 Simon Brinsmead, “Extending the application of an arbitration clause to third-party
non-signatories: which law should apply?”, (April 15, 2007),
SSRN: https://ssrn.com/abstract=980483

mengukur para pihak terbatas pada perjanjian ternyata tidak serta merta
dipakai dalam arbitrase lain karena pada arbitrase investasi terdapat
perbedaan.
Arbitrase investasi melibatkan investor dengan negara biasanya
menyangkut sektor pelayanan publik, seperti air, minyak dan gas, atau
pengelolaan limbah. Dilihat dari sejarah permulaannya investasi secara
internasional sangat populer karena kekhawatiran investor dengan
tindakan sewenang-wenang dan diskriminatif oleh pemerintah negara
berkembang5.
Pihak

ketiga

atau


pihak

yang

tidak

bersengketa

sering

berpartisipasi dalam mekanisme penyelesaian sengketa sebaga amicus
curiae yang diterjemahkan sebagai “teman pengadilan”. Keberadaannya
dibenarkan untuk memberikan pandangan atau perspektif khusus
sehubungan dengan sengketa. Partisipasi amicus dalam penyelesaian
sengketa

biasanya

berupa


pengajuan

tertulis

kepada

pengambil

keputusan namun tidak sampai disitu saja keterlibatannya misalnya
European Court of Human Rights (ECHR) sebelumnya telah mengizinkan
pihak ketiga untuk berpartisipasi dalam proses oral hearing6.
Jika amicus curiae telah melalui proses yang tepat akan memberi
kontribusi pada kualitas pada putusan arbitrase dengan adanya perspektif
yang lebih luas, argumen hukum, pengetahuan ahli. Secara mendasar
telah menjembatani kesenjangan antara aspek substantive (publik) dan
procedural arbitrase (privat)7.

5 Eugina Levine, Amicus Curiae In International Investment Arbitration: The
Implications Of An Increase In Third-Party Participation, Berkeley J Int L 200, hlm 2

6 ibid
7 Tomoko Ishikawa, “Third Party Participation In Investment Treaty Arbitration”, The
International and Comparative Law Quarterly, Vol. 59, No. 2, hlm 411

Adanya kontroversi terhadap issu pihak ketiga ini telah dilirik oleh
UNCITRAL dengan mengusulkan perubahan UNCITRAL Model Law :
“The Swiss Rules, for instance, expressly provide, under Article 4,
paragraph (2) that: “Where a third party requests to participate in
arbitral proceedings already pending under these Rules or where a
party to arbitral proceedings under these Rules intends to cause a
third party to participate in the arbitration, the arbitral tribunal shall
decide on such request, after consulting with all parties, taking into
account all circumstances it deems relevant and applicable”.
Formulasi ini tidak memerlukan penerapan hukum suatu yurisdiksi untuk
memecahkan masalah. Oleh karena itu pemberlakuannya ke dalam
undang-undang nasional tidak harus mengklarifikasi masalah masalah
yang ada.
Mengutip pendapat Professor Stephen Schwebel bahwa solusi
utama untuk permasalahan pihak ketiga ini dan ketidakpastian lainnya di
dalam arbitrase internasional adalah menciptakan arbitrase dunia. Sampai

saat itu ketidakpastian pasti akan terus berlanjut 8.

8 Simon Brinsmead, “Extending the application of an arbitration clause to third-party
non-signatories: which law should apply?”, Op.cit

KESIMPULAN
Keterlibatan pihak ketiga dalam proses arbitrase komersial tidak
diterima karena sangat berpedoman terhadap perjanjian arbitrase namun
diketahui pada arbitrase investasi dibenarkan adanya “teman pengadilan”
yang dikenal sebagai amicus curiae Keberadaannya dibenarkan untuk
memberikan pandangan atau perspektif khusus sehubungan dengan
sengketa. Adanya beberapa teori yang membenarkan bolehnya pihak
ketiga masuk akibat dari perluasan perjanjian arbitrase yaitu doktrin group
of companies, doktrin veil-piercing, estoppel dan incorporation by
reference.
Terlibatnya pihak ketiga dalam arbitrase telah diketahui oleh
UNCITRAL sehingga pada putaran swiss dibenarkan permintaan pihak
ketiga tersebut. Terlepas dari itu berdasarkan pendapat Professor Stephen
Schwebel bahwa solusi utama untuk permasalahan pihak ketiga ini dan
ketidakpastian


lainnya

di

menciptakan arbitrase dunia.

dalam

arbitrase

internasional

adalah

DAFTAR PUSTAKA

Dr. Stavros Brekoulakis, “The Relevance of the Interests of Third Parties
in Arbitration: Taking a Closer Look at the Elephant in the Room”, Penn
State Law Review Vol 113 : 4


Eugina Levine, Amicus Curiae In International Investment Arbitration: The
Implications Of An Increase In Third-Party Participation, Berkeley J Int L
200, hlm 2

Tomoko Ishikawa, “Third Party Participation In Investment Treaty
Arbitration”, The International and Comparative Law Quarterly, Vol. 59, No.
2, hlm 411
Pedro J Martinez Fraga, “The Dilemma of Extending International
Commercial”, Cornell International Law Journal 291.

Simon Brinsmead, “Extending the application of an arbitration clause to
third-party non-signatories: which law should apply?”, (April 15, 2007),
SSRN: https://ssrn.com/abstract=980483