S PSI 0901685 Chapter1

1

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Payudara (buah dada) adalah bagian tubuh manusia yang tidak asing lagi,

terutama bagi pemiliknya. Kebanyakan orang berpikir bahwa pria tidak memiliki
payudara. Faktanya, pria juga memiliki payudara sama seperti wanita. Tetapi
terdapat perbedaan yang mencolok antara payudara pria dan payudara wanita.
Payudara wanita biasanya membesar seiring dengan perkembangan hormonal,
sementara payudara pria umumnya tidak akan mengalami pembesaran karena
hormon yang berkembang pada pria berbeda dengan hormon yang berkembang
pada wanita. Selain itu menurut yahoo.com (2007), fungsi dari payudara wanita
dan pria juga tentunya berbeda, payudara wanita berfungsi untuk menyusui,
sedangkan payudara pria tidak memiliki fungsi yang mencolok, hanya sebagai
daerah sensitif saja.
Walaupun tidak dapat membesar layaknya payudara dan puting pada

wanita, namun ditemukan kasus bahwa payudara pria juga dapat mengalami
pembesaran. Pembesaran kelenjar payudara pada pria ini disebut ginekosmatia
(Soemitro, 2012). Menurut American Cancer Society (2013), ginekosmatia
umumnya terjadi pada laki-laki karena keseimbangan hormon tubuhnya berubah
ketika masa remaja
Oleh karena kondisi payudara pria yang pada umumnya tidak dapat
membesar seperti payudara wanita, banyak orang yang beranggapan bahwa
kanker payudara hanya dapat terjadi pada wanita saja. Tetapi ternyata kanker
payudara dapat ditemukan pada pria juga.
Kanker payudara pada pria adalah kanker yang relatif jarang yang
menyerang payudara kaum pria. Kanker payudara terjadi 100 kali lebih sering
pada wanita dibandingkan pria. Sebagaimana kanker payudara pada wanita, maka
kanker payudara pada pria juga didefinisikan sebagai pertumbuhan sel-sel
Henny Listianingsih, 2014
D INAMIKA PSIKOLOGIS PENERIMAAN D IRI PASIEN KANKER PAYUD ARA PRIA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2

abnormal dari jaringan payudara yang tidak terkendali. Kanker payudara pria

terjadi saat hormon estrogen lebih tinggi daripada hormon testosteron dalam
tubuhnya (Soemitro, 2012).
Kanker payudara pada pria cenderung lebih berbahaya dibandingkan dengan
kanker payudara pada wanita. Hal ini disebabkan oleh sel kanker payudara pada
pria lebih mudah menyebar ke jaringan tubuh lain akibat payudara pria tidak
memiliki lolubus dan asinus, yaitu kelenjar pembuat ASI yang berkembang.
Karena bentuk payudara pria berbeda dengan wanita, penyebaran kanker payudara
pada pria lebih cepat karena jaringan sekitar payudara pria lebih tipis
dibandingkan perempuan. Sehingga dalam waktu singkat sel kanker sudah
menyebar pada jaringan di sekitar tubuh.

Kelangsungan hidup pria penderita

kanker payudara juga lebih rendah dari pada wanita penderita kanker payudara
karena pria lebih rentan mengalami metastasis sel darah (Bima, 2013).
Banyak pasien terlambat menyadari penyakit kanker payudara, meskipun
telah mengetahui akan bahayanya penyakit ini, terlebih bagi pria. Pria justru
menyepelekan penyakit ini karena kurangnya pengetahuan mengenai penyakit
yang sangat jarang diderita oleh pria ini. Keyakinan tidak mungkin diderita atau
alasan tidak percaya yang dialami pria, maka membuat penderita kanker payudara

pria justru semakin tinggi derajat keparahan penyakitnya, tutur dr. Mulawan
Umar, SpB (K) Onk dalam Palembang Pos (2013). Dia juga menyayangkan,
penderita

kanker

payudara

selalu

terlambat

melakukan

tindakan

atau

memeriksakan diri ke dokter setelah penyakit tersebut menggerogoti bagian
payudara dengan tingkatan stadium lanjut.

Kebanyakan kasus kanker payudara pada pria ini terdeteksi ketika berusia
60-70 tahun, walaupun kondisinya dapat berubah pada usia berapapun. Sedangkan
menurut Gradishar dalam rshs.or.id (2013), rata-rata munculnya kanker payudara
pada pria ini sekitar usia 65-67 tahun, kira-kira 5 sampai 10 tahun lebih tua dari
kanker payudara yang diidap oleh wanita. Seperti kanker payudara pada wanita,
kejadian kanker payudara pada pria ini juga meningkat. Sebuah laporan yang
Henny Listianingsih, 2014
D INAMIKA PSIKOLOGIS PENERIMAAN D IRI PASIEN KANKER PAYUD ARA PRIA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3

dikutip dari artikel dalam rshs.or.id (2013) menyebutkan bahwa kejadian ini
meningkat 26% pada 25 tahun terakhir ini.
The American Cancer Society (2013) memperkirakan kanker payudara pada

pria di Amerika Serikat pada tahun 2013 adalah sekitar 2240 kasus baru
terdiagnosa kanker payudara invasif, dan sekitar 410 pria akan meninggal karena
kanker payudara. Untuk pria, resiko hidup dari kanker payudara ini sekitar satu
dalam seribu. Angka kejadian kanker payudara pada pria ini relatif stabil pada 30

tahun terakhir ini. Tetapi di Tanzania dan beberapa bagian di Afrika Tengah,
kanker payudara pria mencapai 6% dari seluruh kasus kanker payudara
(Gradishar, 2013).
Data jumlah penduduk tahun 2007 diambil dari data Proyeksi Penduduk
Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Barat website Resmi Pemerintah Provinsi Jawa
Barat , Cimahi, Banjar dan Tasikmalaya (diperbaharui Kamis, 13 Maret 2008).
Data morbiditas pasien rawat inap dengan kanker payudara RSUP dr.Hasan
Sadikin (ykpjabar.org, 2008):
TAHUN
JUMLAH PASIEN
2006
Perempuan : 985 orang
Laki-laki : 0
2007
Perempuan : 899 orang
Laki-laki : 5 orang
2008
Perempuan : 682 orang
Laki-laki : 8 orang


KETERANGAN
Jumlah OS Keluar : 985 orang
Keluar/meninggal : 16 orang
Jumlah OS Keluar : 904 orang
Keluar/meninggal : 20 orang
Jumlah OS Keluar : 590 orang
Keluar/meninggal : 23 orang

Walaupun kanker payudara pada pria belum ditemukan faktor penyebab
utamanya, tetapi beberapa sudah diketahui, dan kebanyakan berhubungan dengan
tingkat hormon pada tubuh. Beberapa faktor resikonya juga sama dengan kanker
payudara pada wanita, termasuk riwayat keluarga, obesitas, rendahnya kegiatan
fisik, radiasi pada dinding dada, dan gangguan payudara yang masih jinak. Faktor
beresiko lainnya adalah tidak menikah, ginekomastia, riwayat penyakit pada hati,
riwayat patah tulang di atas 45 tahun, dan sindrom klinefelter (Gradishar, 2013).

Henny Listianingsih, 2014
D INAMIKA PSIKOLOGIS PENERIMAAN D IRI PASIEN KANKER PAYUD ARA PRIA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


4

Berdasarkan wawancara awal yang sudah dilakukan, subjek SD (85 tahun)
menemukan gejala kanker payudara pada usia 80 tahun. Mulanya subjek
menemukan benjolan kecil di payudara kiri dan ia merasakan adanya perubahan
yang semakin membesar dari payudaranya tersebut. Subjek merasakan sakit dan
pegal-pegal pada payudara kirinya. Selain itu, payudara S berwarna kemerahan,
dan gatal.
Mulanya subjek hanya mengira bahwa payudaranya hanya mengalami
pembesaran kelenjar, tetapi setelah memeriksakan dirinya ke Rumah Sakit,
ternyata dokter memvonisnya mengidap kanker payudara. Awalnya subjek juga
tidak mau mengobati penyakitnya tersebut di Rumah Sakit, ia melakukan
pengobatan di berbagai pengobatan alternatif. Tetapi S merasa payudaranya
semakin membesar. Dokter menyarankan subjek untuk melakukan biopsi, yaitu
tindakan untuk mengambil contoh jaringan payudara dan dilihat di bawah lensa
mikroskop untuk mengetahui adanya sel kanker payudara (Pamungkas, 2011).
Menurut dokter jika setelah biopsi benjolan pada payudara subjek tidak
membesar, maka benjolan tersebut bukanlah kanker ganas. Kemudian subjek
mengikuti saran dokter untuk melakukan biopsi. Tidak lama setelah tindakan
biopsi, S merasa payudaranya membesar secara cepat, dan bentuknya menyerupai

payudara wanita.
Subjek tidak mengetahui penyebab mengidapnya kanker payudara pada
tubuhnya. Ia tidak memiliki riwayat keluarga yang pernah mengidap kanker
payudara, dan juga tidak memiliki penyakit hati. Subjek juga tidak mengetahui
apakah ada kelainan hormon dalam dirinya. Selain itu, subjek memiliki tubuh
yang kurus, jauh dari tanda-tanda obesitas.
Tidak diketahuinya penyebab dan gejala kanker payudara pada pria ini,
karena kurangnya pengetahuan pasien mengenai penyakit kanker payudara ini.
Karena gejala yang tidak diketahui tersebut, sangat mungkin bahwa sel kanker
menyebar sangat cepat ke tubuh subjek, karena terlambatnya melakukan deteksi.

Henny Listianingsih, 2014
D INAMIKA PSIKOLOGIS PENERIMAAN D IRI PASIEN KANKER PAYUD ARA PRIA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5

Pada tahun 2011, subjek melakukan operasi pengangkatan payudara.
Setelah itu subjek tidak pernah merasakan pegal-pegal dan gejala-gejala lain yang
dialami ketika benjolan tersebut masih ada. Ukuran benjolan yang diambil ketika

ia dioperasi sekitar 200 gram.
Kanker payudara adalah ‘penyakit wanita’ yang sangat jarang terjadi pada
pria, perawatan medis dan rehabilitasinyapun disesuaikan dengan pasien kanker
payudara pada wanita. Oleh karena itu pria yang mengidap kanker payudara
mengalami

kesulitan,

diantaranya

mengalami gangguan

fungsional,

gangguan

citra tubuh, dan selain itu juga kurangnya dukungan psikososial (Kowalski et al,
2012).
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh Utami & Hasanat (dalam
Lubis 2009) menunjukkan ketika mengetahui bahwa mereka menderita kanker,

pasien kanker akan mengalami kondisi psikologis yang tidak menyenangkan,
misalnya merasa kaget, cemas, takut, bingung, sedih, panik, gelisah atau merasa
sendiri, dan dibayangi oleh kematian. Kecemasan meningkat ketika individu
membayangkan terjadinya perubahan dalam hidupnya di masa depan akibat dari
penyakit yang diderita ataupun akibat dari proses penanganan suatu penyakit.
Kadangkala proses penanganan kanker sangat membebani pasien dibandingkan
penyakitnya sendiri, misalnya proses radiasi dan obat-obatan yang digunakan
untuk membunuh sel kanker tenyata dapat mengakibatkan kerusakan tubuh
bahkan bepotensi untuk menyebabkan hilangnya fungsi tubuh yang tidak dapat
diperbaiki (Burish, dalam Lubis 2009). Proses penanganan kanker juga disertai
dengan rasa sakit, kecemasan, disfungsi seksual, dan kemungkinan perawatan di
rumah sakit dalam jangka waktu yang lama (Redd &

Jacobsen, dalam Lubis

2009).
Sayangnya tidak semua orang bisa menerima bahwa dirinya mengidap
kanker payudara. Bahkan vonis kanker payudara mungkin dapat menimbulkan
penolakan terhadap diri penderita sendiri. Penderita kadang tidak menerima
kondisinya yang terkena kanker payudara lalu mengalihkan perasaan tidak terima

Henny Listianingsih, 2014
D INAMIKA PSIKOLOGIS PENERIMAAN D IRI PASIEN KANKER PAYUD ARA PRIA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6

dan takut pada hal-hal lain yang sebenarnya kurang memberikan kontribusi bagi
penyembuhannya.
Menurut keluarga subjek, ketika payudara subjek mengalami pembesaran,
subjek belum dapat menerima bahwa dirinya mengidap kanker payudara, sebab
penyakit tersebut sangat jarang diderita oleh pria. Pada awalnya subjek juga tidak
mau memeriksaan penyakitnya ke rumah sakit,

dan hanya mengandalkan

pengobatan alternatif. Subjek menyangkal bahwa ia mengidap kanker payudara, ia
mengira- ngira penyakitnya tersebut hanya pembesaran kelenjar pada bagian dada.
Bagi penderita kanker payudara pria, penyakit kanker payudara ini tentunya
akan mempengaruhi semua aspek kehidupan pasien. Diantaranya perubahan fisik,
pekerjaan, dan aktivitas sosial.
Menurut Supratiknya (1995), penerimaan diri berkaitan dengan kerelaan
untuk membuka atau mengungkapkan pikiran, perasaan, dan reaksi kepada orang
lain. Untuk itu, apabila pasien kanker payudara tidak dapat menerima kelebihan
dan kekurangan dalam dirinya, terutama penerimaan bahwa dirinya mengidap
penyakit kanker payudara, maka dapat menghambat proses kesembuhannya,
karena penerimaan diri berkaitan terhadap kesehatan psikologis.
Penerimaan diri adalah sejauh mana seseorang dapat menyadari dan
mengakui

karakteristik

pribadi

dan

menggunakannya

dalam

menjalani

kelangsungan hidupnya. Jika dikaitkan dengan kanker payudara, penerimaan diri
ini dibutuhkan agar penderita kanker tidak hanya mengakui kelemahan dan
terpaku

pada

keterbatasan

yang

dimilikinya

saja,

tetapi

juga

mampu

mempergunakan berbagai potensi yang masih dimiliki agar dapat meningkatkan
rasa berharga dan kepercayaan diri sehingga dapat menjalani kehidupannya secara
normal.
Dari latar belakang tersebut, maka penulis ingin meneliti bagaiamana pasien
kanker payudara pria menerima penyakitnya dan faktor apa saja yang mendukung
pasien tersebut dapat menerima keadaan dirinya.

Henny Listianingsih, 2014
D INAMIKA PSIKOLOGIS PENERIMAAN D IRI PASIEN KANKER PAYUD ARA PRIA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

7

B.

Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka peneliti

tertarik untuk mengetahui “Dinamika Psikologis Penerimaan Diri Pada Pasien
Kanker Payudara Pria”.
C.

Rumusan Masalah
Secara umum, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana

dinamika psikologis penerimaan diri pasien kanker payudara pria? “
Adapun dari rumusan masalah tersebut, diturunkan pertanyaan penelitian,
yaitu:
Bagaimana dinamika psikologis pasien kanker payudara pria menerima
keadaannya dirinya ditinjau dari faktor penerimaan diri?

D.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran psikologis

pasien

kanker

payudara

menerima

keadaan

dirinya,

ditinjau

dari faktor

penerimaan diri.

E.

Manfaat Penelitian
1.

Manfaat Teoritis
a. Dapat

memberikan

sumbangan informasi mengenai bagaimana

pasien penyakit kanker payudara pria dapat menerima keadaannya
sehingga

dapat

menambah

literatur

penelitian

dalam

ilmu

psikologi.
b. Dapat

memberikan

sumbangan

informasi dan

referensi bagi

peneliti lain yang ingin mengadakan penelitian-penelitian lanjutan
pasien kanker payudara pria, terutama yang berkaitan dengan
penerimaan diri pasien tersebut.
2.

Manfaat praktis

Henny Listianingsih, 2014
D INAMIKA PSIKOLOGIS PENERIMAAN D IRI PASIEN KANKER PAYUD ARA PRIA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

8

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah membantu pasien
kanker payudara menerima keadaannya dirinya dan memberikan
informasi kepada masyarakat mengenai penerimaan diri pasien kanker
payudara terutama kepada keluarga dan lingkungan sosialnya.

F.

Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam penulisan ini adalah
sebagai berikut:
Bab I: Pendahuluan
Bab I ini terdiri atas latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II: Tinjauan Pustaka
Bab II ini terdiri dari uraian teori yangmenjadi acuan pembahasan.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori mengenai kanker
payudara pria dan penerimaan diri.
Bab III: Metode Penelitian
Pada bab III diuraikan mengenai subjek penelitian, desain penelitian,
definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik
analisis data, dan uji keabsahan data
Bab IV: Analisis Data dan Pembahasan
Bab IV terdiri dari analisis data dan pembahasan yang berisi mengenai
gambaran subjek penelitian, hasil, dan pembahasan
Bab V: Kesimpulan dan saran
Bab V meliputi kesimpulan yang telah diperoleh dari penelitian,
kemudian berdasarkan kesimpulan yang telah dibuat akan diajukan saran
bagi yang membaca penelitian ini dan peneliti selanjutnya.

Henny Listianingsih, 2014
D INAMIKA PSIKOLOGIS PENERIMAAN D IRI PASIEN KANKER PAYUD ARA PRIA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu