BUNGA RAMPAI MARITIM

Bunga Rampai : Isu dan Tantangan Kemaritiman Indonesia menyongsong Abad Asia-Pasifik

i

Bunga Rampai : Isu dan Tantangan Kemaritiman Indonesia menyongsong Abad Asia-Pasifik

relief di Candi borobudur

Indonesia adalah negara maritim, itu pasti.

i

Bunga Rampai : Isu dan Tantangan Kemaritiman Indonesia menyongsong Abad Asia-Pasifik

Judul : Isu dan Tantangan Kemaritiman Indonesia Menyongsong Abad AsiaPasifik

PENYUSUN

Noir Primadona Purba
Yusuf A. Nurrahman
Lantun P. Dewanti

Izza M. Apriliani
Rekomendasi cara mensitasi terhadap buku ini:
[Nama pengarang]. 2017. [judul karangan], Bunga Rampai: Isu dan Tantangan
Kemaritiman Menyongsong Abad Asia Pasifik. Hal [artikel pengarang]

ii

Bunga Rampai : Isu dan Tantangan Kemaritiman Indonesia menyongsong Abad Asia-Pasifik

Copyright @2017
Hak cipta dilindungi oleh undang-undang.
Dilarang mengutip atau meperbanyak sebagian
atau seluruh isi buku tanpa izin tertulis dari Penerbit.

Cetakan 1, Februari 2017
Diterbitkan oleh Unpad Press
Grha Kandaga, Perpustakaan Unpad Lt 1
Jl. Raya Bandung Sumedang Km 21 Bandung 45363
e-mail : press@unpad.ac.id /pressunpad@gmail.com
http://press.unpad.ac.id

Anggota IKAPI dan APPTI

Editor :
Tata Letak : Noir Primadona Purba, Achmad Rizal, Trianda Surbakti, Lantun P.
Dewanti, Izza M. Apriliani
Desainer Sampul : Zaenal Mutaqien
ISBN : 978-602-439-162-1

iii

Bunga Rampai : Isu dan Tantangan Kemaritiman Indonesia menyongsong Abad Asia-Pasifik

UCAPAN TERIMA KASIH
Editor mengucapkan terima kasih kepada para Pemikir yang telah menuliskan ide dan
konsep nya tentang isu dan permasalahan maritim Indonesia pada buku ini. Beberapa
Penulis dalam buku ini merupakan penulis dari dalam dan luar negri. Kami juga
mengucapkan terima kasih atas dukungan dari beberapa lembaga yang telah
mensupport buku ini seperti maritimnews, Komitmen Research Group, LFMT. Rekan
rekan yang telah membantu dalam mereview Bahasa dan tata letak yang menjadikan
buku ini lebih baik.

Salam hangat maritim.

iv

Bunga Rampai : Isu dan Tantangan Kemaritiman Indonesia menyongsong Abad Asia-Pasifik

PRAKATA
Indonesia sebagai negara maritim adalah fakta. Bahwa kita belum
mendapatkan hasil sebagai negara maritim adalah data. Kebanggaan sebagai
negara maritim tercermin sebelum Indonesia merdeka dengan adanya relief di
candi Borobudur. Semangat kemaritiman ini kemudian, pada 13 Desember 1957
adalah menjadi momentum bagi Republik Indonesia yang mengiringi lahirnya
sebuah gagasan revolusioner dan mampu merombak struktur dan tatanan
lautan Republik Indonesia maupun global. Tanggal itu dianggap sebagai
proklamasi kedua setelah 17 Agustus 1945, yang melahirkan Deklarasi Djuanda,
yang menitik beratkan pada archipelagic principal state (asas archipelago).
Deklarasi Djuanda tentu menjadi alasan mengapa Indonesia disebut sebagai
kembalinya Indonesia sebagai negara maritim. Luasnya laut Indonesia dan
berbagai permasalahan di dalamnya dianggap sebagai proses alamiah menuju
Indonesia yang berdaulat atas lautnya sendiri. Indonesia sebagai poros maritim

dunia adalah satu kesatuan (bersinergi) dalam menyongsong abad asia pasifik
dewasa ini. Dalam perjalanannya untuk membentuk kembali negara maritim,
diperlukan pemahaman yang lebih detail, konsep yang menyeluruh dari segala
aspek sekaligus integratif atas aspek-aspek tersebut. Jika dilihat dari
perkembangannya dari tahun ke tahun, model yang tepat pada pengelolaan
laut ini masih terus berkembang. Rendahnya pendapatan nelayan, illegal
fishing, sampah laut, isu perbatasan, dan pencemaran laut merupakan isu yang
tengah hangat pada saat ini dan setidak nya hingga 50 tahun mendatang.
Presiden Susilo Bambang Yudhono menekankan bahwa abad 21 sebagai abad
Asia-Pasifik dalam pidato pada forum APEC CEO Summit 2011 di Waikiki,
Honolulu-Hawai. Beliau menegaskan bahwa kawasan ini akan menjadi poros
dunia yang strategis. Sejalan dengan hal tersebut, Presiden selanjutnya, Joko
Widodo memprakarsai nawacita yang membangun kembali poros kemaritiman
dunia akan beralih ke Indonesia.
Menjadi negara maritim merupakan suatu kebanggaan sekaligus juga
memerlukan tantangan. Tentunya, permasalahan ini membutuhkan pemikiran
dari para pemerhati dan praktisi kelautan. Untuk itu, buku ini merupakan opini
v

Bunga Rampai : Isu dan Tantangan Kemaritiman Indonesia menyongsong Abad Asia-Pasifik


ilmiah yang dikumpulkan dari pemikir-pemikir bangsa dan menjadi sumbangsih
pemikiran bagi seluruh rakyat Indonesia terutama bagi stakeholders terkait.
Diharapkan, buku ini dapat lebih memberikan alasan kepada masyarakat
Indonesia bahwa kekuatan Indonesia berada di laut, memberikan masukan
kepada pemerintah untuk lebih memahami kerangka kelautan Indonesia secara
holistik.
Untuk itu, walaupun tidak lengkap membahas tentang kemaritiman dalam
konteks global, diharapkan buku ini dapat memacu para pemikir pemikir muda
untuk lebih memberikan sumbangsing positif bagi kemaritiman Indonesia. Buku
diharapkan juga sebagai awal dari buku buku lainnya yang berisi kumpulan
pemikiran rekan-rekan di dalam maupun di luar negri yang dapat melihat sisi
lain dari kemaritiman.
Buku ini berisi tentang bagaimana perikanan membangun kemaritiman di
Indonesia. Pada awal buku ini, peran pulau pulau terluar untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan TNI adalah dua hal yang sangat krusial.
Kemudian, pada bagian lain, peran muda sangat penting untuk pengembangan
kemaritiman Indonesia. Diharapkan juga bahwa peran-peran dalam
membangun kemaritiman ini didasarkan pada konsep Pancasila. Penulis lain
dalam buku ini memperhatikan tentang capaian poros maritim saat ini dan

bagaimana tantangan pemerintah pada saat ini dalam meneruskan cita cita
perjuangan bangsa. Kemudian, penulis lainnya mengemukaan bahwa dalam
kedaulatan kemaritiman, ada isu global yakni tentang sampah laut. Hal ini
sangat penting karena Indonesia, sebagai daerah “trapping” sampah di dunia.
Pada bagian lain, hukum internasional dan penataan kebijakan untuk sumber
daya alam hayati dan non hayati sangat penting. Selain itu, transportasi di laut
dan konektivitas antar pulau, memegang peranan penting untuk
menyeimbangkan perkembangan antar pulau di Indonesia.
Akhir kata, semoga buku ini dapat menginspirasi, memberikan manfaat secara
khusus kepada pemangku kebijakan, dan sebagai landasan berpikir untuk para
akademisi, praktisi, dan masyarakat dalam mengelola anugerah perairan
Indonesia yang sangat luas.

vi

Bunga Rampai : Isu dan Tantangan Kemaritiman Indonesia menyongsong Abad Asia-Pasifik

DAFTAR ISI
PENYUSUN ..................................................................................................................... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................................... iv

PRAKATA ....................................................................................................................... v
PERANAN PERIKANAN TANGKAP DALAM MENDUKUNG PERTAHANAN KEAMANAN
SEMESTA BERSAMA TENTARA NASIONAL INDONESIA ................................................ 1
Dulmiad Iriana, Izza M. Apriliani, Lantun P. Dewanti
MARITIM INDONESIA UNTUK PERADABAN DUNIA ..................................................... 10
Yudi N. Ihsan
TEKNOLOGI KESEHATAN PERAIRAN DALAM MENDUKUNG KEMARITIMAN : MODEL
PURWARUPA PENGELOLAAN EKOSISTEM PERAIRAN SECARA PRESISI: ASPEK
TEKNOLOGI DAN MEDIA SOSIAL ................................................................................. 24
Handy Chandra, Romy Ardianto
BUDAYA MARITIM DALAM MEWUJUDKAN INDONESIA SEBAGAI POROS MARITIM
DUNIA .......................................................................................................................... 37
Kirana Agustina
PANCASILA DALAM TINJAUAN KONSEP PENDIDIKAN MARITIM INDONESIA ............. 43

Adit Nugroho
LAUT TULANG PUNGGUNG KETAHANAN NASIONAL PADA MASA MENDATANG ....... 54

Martono
PERANAN JARINGAN ILMU PENGETAHUAN DAN RISET DALAM PEMBANGUNAN

INKLUSIF WILAYAH PESISIR DAN LAUT ....................................................................... 60

Zuzy Anna
PROTOTYPE REGIONALISME ABAD PASIFIK: BY DESIGN ATAU ALAMIAH? ................. 78

Ziyad Falahi
PROBLEM DASAR DAN KEAMANAN MARITIM INDONESIA ......................................... 89

Rayla P.B. Kusrorong
GELIAT LOGISTIK DAN KONEKTIVITAS MARITIM DI NUSANTARA ............................. 105

Hafida Fahmiasari
PENERAPAN STANDAR HUKUM LAUT INTERNASIONAL SEBAGAI HARMONISASI
HUKUM LAUT DI INDONESIA ..................................................................................... 112

Noviana D.K. Adi

vii

Bunga Rampai : Isu dan Tantangan Kemaritiman Indonesia menyongsong Abad Asia-Pasifik


TELAAH SAMPAH LAUT (MARINE DEBRIS): TANTANGAN INDONESIA SEBAGAI
BANGSA MARITIM ..................................................................................................... 119
Noir P. Purba
REVITALISASI POLITIK BEBAS AKTIF DALAM MENYONGSONG ABAD PASIFIK ......... 125

Aulia Rahman
BIOPROSPEKSI DI LAUT: KAYA POTENSI, MISKIN REGULASI .................................... 131

A. Gusman Siswandi
PENGUATAN PEMUDA UNTUK PENGELOLAAN KELAUTAN INDONESIA
BERKELANJUTAN MENUJU POROS MARITIM DUNIA ................................................ 141

Renaldi B. Tambunan, Kaisar Akhir
EKSPLORASI MINERAL LAUT DALAM; SALAH SATU UPAYA PENGELOLAAN SUMBERDAYA
KELAUTAN DALAM MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN BANGSA ....................................... 149

Noor C.D. Aryanto
TANTANGAN PENCAPAIAN INDONESIA SEBAGAI POROS MARITIM DUNIA .............. 159


Ardinanda Sinulingga
WAWASAN KEMARITIMAN BAGI PEMBANGUNAN EKONOMI NASIONAL ................ 181

Achmad Rizal
SISTEM TRANSPORTASI IKAN HIDUP DI INDONESIA MENYONGSONG POROS
MARITIM DUNIA ........................................................................................................ 189

Yopi Novita, Budhi H. Iskandar
INDEKS PENULIS ........................................................................................................ 199


viii

Bunga Rampai : Isu dan Tantangan Kemaritiman Indonesia menyongsong Abad Asia-Pasifik

Indonesiaku, negeri maritim!

Ribuan pulau terhampar
Lautan luas menyebar
Jutaan sungai alirkan merdunya gemercik air ke samudra nan luas

Wah lihat!
Ikan-ikan menari berbalutkan indahnya terumbu
Hembusan angin turut senandungkan keindahan
Para nelayan pun ikut mengalun dalam hembusan
Berjuang berletih lelah demi anak istri
Indonesiaku, negeri maritim?
Kukira itu hanyalah dongeng nenek tua
Kini bukan lagi air yang bermuara
Lalu apa? Sampah!
Kini ikan-ikan pergi, bahkan mati
Karena apa? Limbah!
Kini bukan nelayan yang berlayar
Lalu apa? Kumpulan penjarah yang serakah!
Kini gelombang sedang bergelora,
bagaikan perang yang sedang membara
Ya! Perang terhadap kedursilaan manusia
Indonesiaku, negeri maritim!
Mari Indonesiaku
Mari bangun poros maritim kita
Jangan biarkan sampah dan limbah menumpah
Jangan biarkan terumbu hancur tercacah
Jangan biarkan laut kita terjajah
Jangan biarkan para serakah menjarah
Wujudkan kemaritiman kita!
Ya! Indonesiaku, negeri maritim!
Fransiskus Litani Santoso, SMAK Ketapang 1 Jakarta

ix

Bunga Rampai : Isu dan Tantangan Kemaritiman Indonesia menyongsong Abad Asia-Pasifik

PERANAN PERIKANAN TANGKAP DALAM
MENDUKUNG PERTAHANAN KEAMANAN
SEMESTA BERSAMA TENTARA NASIONAL
INDONESIA
1

Dulmi’ad IRIANA, 2Izza M. APRILIANI, 2Lantun P. DEWANTI
1
Guru Besar Bidang Penangkapan Ikan
2
Staff di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Padjadjaran, Bandung
Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jawa Barat 40600

Keywords
Perikanan Tangkap, Pertahanan, dan Keamanan Nasional
Abstrak
Pemerintah telah membentuk Tim Koordinasi Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil Terluar
untuk menangani tantangan di wilayah perbatasan. Salah satu tim koordinasi
pengelolaan pulau-pulau kecil terluar yaitu TNI. Dalam konsepsi poros maritim, pulaupulau terluar dan terdepan memegang peranan yang penting. Hal ini ditandai dengan
identitas bangsa dalam sisi geostrategis dan geopolitis. Pulau-pulau terluar ini, juga
dilihat dari sisi perikanan sangat strategis sebagai lokasi penangkapan ikan dan
Indonesia merupakan salah satu daerah migrasi ikan-ikan penting komersial di dunia.
Dalam rangka mewujudkan kedaulatan perairan di kawasan Asia dan Pasifik, sistem
integritas antara TNI dan masyarakat sebenarnya dapat terwujud dengan
memaksimalkan objek-objek yang ada di perairan terutama dari sisi perikanan tangkap.
Sinergitas ini harus dianggap sebagai bagian penting untuk menjaga kedaulatan
negara dan juga mensejahterakan masyarakat.

1

Bunga Rampai : Isu dan Tantangan Kemaritiman Indonesia menyongsong Abad AsiaPasifik

TNI sejak tahun 1980-an telah melakukan operasi bakti yang diberi nama
Operasi bakti Surya Bhaskara Jaya (SBJ). Operasi ini juga dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan penduduk di pulau-pulau terpencil dan pulaupulau terluar Indonesia. Para anggota TNI dalam kesehariannya dapat
bekerjasama dengan nelayan setempat yang jumlahnya terbatas untuk bekerja
bersama-sama menangkap ikan, sepanjang tidak bertentangan dengan
perundang-undangan TNI yang berlaku.

Peran Strategis Pemerintah
Beberapa upaya untuk menjaga dan
mempertahankan keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
telah dilakukan oleh bangsa ini.
Bangsa Indonesia telah menyiapkan
perangkat
hukum
untuk
mempertahankan pulau terluar kita,
dan dalam rangka mengantisipasi ke
depan dari kemungkinan munculnya
konflik perbatasan.

pemerintah daerah punya tanggung
jawab bagi pengembangan potensi
kelautan. Tahun 2005 didukung oleh
Peraturan
Presiden
Republik
Indonesia No. 78 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan
Pulau-Pulau
Kecil
Terluar
dengan
tujuan
untuk
menjaga keutuhan wilayah serta
memanfaatkan sumber daya alam, di
samping
memberdayakan
masyarakat.

Indonesia telah menjabarkan HUKLA
1982 ke dalam beberapa ketentuan
hukum dan perundang-undangan.
Beberapa
undang-undang
telah
dihasilkan di antaranya UU No. 6
Tahun 1996 tentang Perairan
Indonesia, PP No. 61 Tahun 1998
tentang Perubahan Titik Dasar dan
Garis Dasar di sekitar Kepulauan
Natuna, dan PP No. 38 Tahun 2002
tentang Daftar Koordinat Geografis
Titik-Titik Garis Pangkal Kepulauan
Indonesia. Undang-Undang No. 22
Tahun 1999 tentang Pemerintah
Daerah,
termasuk
pengelolaan
wilayah
laut
dengan
tujuan

Upaya memberdayakan pulau terluar
Indonesia telah dilakukan oleh
bangsa Indonesia dalam berbagai
kegiatan. Langkah taktis yang
dilakukan
meliputi
aspek
kelembagaan, aspek yuridis dan
aspek program. Pemerintah telah
membentuk
Tim
Koordinasi
Pengelolaan
Pulau-Pulau
Kecil
Terluar dalam menangani masalah
perbatasan. Dilihat dari aspek yuridis,
dalam rangka mempertahankan dan
memberdayakan pulau-pulau terluar
masih memerlukan pembahasan
terkait
perangkat
perundangundangan yang memadai dan sesuai

2

Bunga Rampai : Isu dan Tantangan Kemaritiman Indonesia menyongsong Abad AsiaPasifik

dengan aspek legalitas. Dalam aspek
program nasional, Indonesia akan
melanjutkan dan menyelesaikan
penegasan batas-batas wilayah darat
dan wilayah laut dengan negara
tetangga. Termasuk juga didalamnya
melakukan
pendataan
dan
pembakuan nama pulau serta
disusun pedoman teknis yang
memenuhi standar nasional dan
internasional untuk mendukung
pekerjaan tersebut.

tersebut dipraktekkan oleh TNI AL
dalam
mengamankan
Perairan
Indonesia, termasuk di dalamnya
pulau-pulau terluar dan terpencil. TNI
AL
harus
melakukan
Patroli
Keamanan Laut melalui dukungan
kapal-kapal perang RI di seluruh
perairan Indonesia serta menjangkau
pulau-pulau terpencil dan terluar
Indonesia. Hal tersebut bertujuan
untuk melaksanakan patroli rutin
dalam rangka penegakan keamanan
di laut. Di samping melakukan patroli
rutin juga dimaksudkan untuk
menunjukkan kesungguhan negara
dalam mempertahankan Indonesia
sebagai negara yang startegis di Asia
dan Pasifik serta gangguan dari pihak
asing (deterrence effect).

Salah
satu
tim
koordinasi
pengelolaan pulau-pulau kecil terluar
yaitu TNI. TNI sejak tahun 1980-an
telah melakukan operasi bakti yang
diberi nama Operasi bakti Surya
Bhaskara
Jaya
(SBJ).
Pada
hakekatnya, operasi bakti SBJ
merupakan peran serta wujud
kepedulian
TNI
AL
untuk
pembangunan daerah terpencil,
khususnya pulau-pulau kecil dan
terluar yang tidak terjangkau oleh
transportasi darat dan udara. Operasi
ini
juga
bertujuan
untuk
meningkatkan
kesejahteraan
penduduk di pulau-pulau terpencil
dan pulau-pulau terluar Indonesia
yang sampai saat ini masih
membutuhkan penanganan khusus.

Pengawasan Laut
Peran TNI dalam mengawasi pulau
terluar juga dikaitkan dengan
keterlibatan
dalam
menjaga
sumberdaya
alam,
terutama
sumberdaya laut yang sekarang ini
banyak dicuri oleh negara lain secara
melanggar hukum (illegal fishing).
Salah satu upaya yang disarankan
yaitu TNI AL dapat bekerja sama
sambil mendampingi para nelayan
yang ada di pulau-pulau terluar
dalam
menjalankan
aktivitas
penangkapan ikan. Dengan cara itu
TNI bersama-sama dengan nelayan
bekerja
bahu-membahu
dalam
mengawasi keamanan negara yang

Sebagaimana pengaman batas laut,
TNI AL memiliki tiga peran utama
yaitu peran militer, peran diplomasi
dan peran polisionil. Ketiga peran

3

Bunga Rampai : Isu dan Tantangan Kemaritiman Indonesia menyongsong Abad AsiaPasifik

dulu
dikenal
dengan
istilah
“Pertahanan
Keamanan
Rakyat
Semesta (HANKAMRATA)”. Dengan
kata lain masyarakat dan TNI saling
membantu
dalam
meringankan
tanggung
jawab
pengamanan
Wilayah NKRI dari rongrongan luar
yang merugikan kita baik dari segi
keamanan
maupun
pelestarian
sumberdaya
laut.
Peran
ini
seharusnya
menjadi
perhatian
khusus bagi pemerintah, karena
tugas
TNI
tersebut
selain
mengamankan perairan Indonesia
juga turut meningkatkan produksi
perikanan di pulau-pulau terluar
Indonesia.

nelayan demi menunjang keamanan
di pulau-pulau terluar.
Sarana prasarana perikanan yang
memadai juga diperlukan dalam
menunjang
kegiatan
perikanan
tangkap
dalam
usaha
untuk
peningkatan pemanfaatan dalam
sumberdaya dan produksi perikanan
tangkap di pulau terluar. Alat
tangkap yang diperlukan selain harus
produktif, juga harus sesuai dengan
kondisi lingkungan serta jenis ikan
ekonomis yang ada di lokasi tersebut
sehingga
menunjang
operasi
penangkapan ikan secara efisien dan
ramah lingkungan. Pada gilirannya
dalam upaya pemanfaatan produksi
ikan yang dihasilkan, perlu ditunjang
oleh pemasaran ikan yang ekonomis
dan efisien, melalui pengadaan kapal
pengangkut ikan (fish carrier) yang
kontinu dan mampu menyalurkan ke
pasar-pasar konsumen atau pusat
eksportir
terdekat.
Untuk
menentukan jenis alat tangkap apa
yang tepat untuk di masing-masing
daerah atau pulau terluar tersebut
perlu dilakukan riset terlebih dahulu
sesuai dengan kondisi lingkungan
dan sumberdaya ikan yang dominan
di
wilayah
tersebut.
Dengan
demikian maka pengadaan alat
tangkap dapat disesuaikan dengan
karakteristik
perairan
dan
sumberdaya
ikannya.
Namun
demikian dapat diyakini bahwa jenis

Untuk menjamin kenyamanan tinggal
di daerah yang terpencil seperti itu,
penugasan TNI tersebut harus
diimbangi
dengan
tunjangan
imbangan sosial dan ekonomi yang
memadai serta sarana dan prasarana
yang dapat meningkatkan kinerja
anggota TNI serta nelayan yang ada.
Kurangnya perlindungan pulau-pulau
terluar
dikarenakan
masih
mengalami keterbatasan sarana
transportasi
serta
keterbatasan
sarana prasarana telekomunikasi
yang menghubungkan antara pulau
induk dengan pulau-pulau kecil. Oleh
karena itu, perlu perhatian khusus
mengenai
pengadaan
sarana
prasarana baik untuk TNI maupun

4

Bunga Rampai : Isu dan Tantangan Kemaritiman Indonesia menyongsong Abad AsiaPasifik

ikan yang potensial di daerah terluar
adalah jenis-jenis yang bernili
ekonomis tinggi dengan populasi
yang jauh lebih baik dari pada di
perairan laut pedalaman, seperti
tuna, cakalang, kakap, kerapu,
berbagai jenis ikan, dan fauna habitat
karang.

Pemanfaatan sumberdaya ikan di
pulau-pulau terluar yang didampingi
oleh TNI sebagai perangkat negara
diharapkan dapat menjadi garda
pertahanan yang kuat dari segi
keamanan negara dan produktif dari
segi pemberdayaan wilayah dan
pertumbuhan ekonomi. Hal ini
sejalan dengan Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan Nomor
40/PERMEN/2014 tentang Peran
Serta dan Pemberdayaan Masyarakat
dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir
dan
Pulau-pulau
Kecil bahwa
“Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil yang selanjutnya
disebut PWP-3-K adalah suatu
pengoordinasian
perencanaan,
pemanfaatan, pengawasan, dan
pengendalian sumber daya pesisir
dan pulau-pulau kecil yang dilakukan
oleh Pemerintah dan Pemerintah
Daerah,
antarsektor,
antara
ekosistem darat dan laut, serta
antara ilmu pengetahuan dan
manajemen untuk meningkatkan
kesejahteraan
rakyat”.
Artinya,
semua
pihak
seyogyanya
bekerjasama
demi
terciptanya
pengelolaan yang masif.

Selain penyiapan nelayan yang
tangguh serta alat dan kapal yang
sesuai dan produktif, maka untuk
meningkatkan pendapatannya, para
anggota TNI harus dibekali dengan
pengetahuan
dan
keterampilan
menangkap
ikan
dengan
menggunakan alat tangkap yang
direkomendasikan. Para anggota TNI
dalam
kesehariannya
dapat
bekerjasama
dengan
nelayan
setempat yang jumlahnya terbatas
untuk
bekerja
besama-sama
menangkap ikan, sepanjang tidak
bertentangan dengan perundangundangan TNI yang berlaku. Dengan
cara tersebut para anggota TNI selain
menjaga negara, juga dapat mengisi
kekosongan
waktu
dengan
menangkap ikan sambil bertugas di
laut yang secara tidak lansung
menambah income mereka di luar
gajinya yang reguler. Pada saat gilir
pasukan sesuai penugasan mereka,
selain menerima gaji, juga mereka
mendapat oleh-oleh tambahan dari
hasil kerjasama dengan nelayan dari
kegiatan perikanan.

Selain itu dirancangnya program
Pembangunan Sentra Kelautan dan
Perikanan Terpadu (PSKPT) yang
merupakan
program
prioritas
Kementerian
Kelautan
dan

5

Bunga Rampai : Isu dan Tantangan Kemaritiman Indonesia menyongsong Abad AsiaPasifik

Perikanan (KKP) di beberapa pulau
terluar (Simeulue, Natuna, Saumlaki,
Sangihe,
Merauke,
Mentawai,
Nunukan, Rote Ndao, Maluku Barat
Daya, Tual, Timika, Biak, Sarmi,
Morotai dan Talaud) merupakan
salah satu upaya membangun simpulsimpul ekonomi baru berbasis
sumberdaya perikanan. Progam ini
merupakan upaya mengintegrasikan
aktivitas bisnis perikanan rakyat
berbasis pulau-pulau kecil serta
mengakselerasi
perekonomian
regional yang bertumpu pada
kekuatan sektor kelautan dan
perikanan.
Melalui
program
Pembangunan Sentra Kelautan dan
Perikanan Terpadu ini memperkuat
peran masyarakat nelayan dan
pemangku kepentingan lokal dimana
skenario pelaku utama program ini
adalah nelayan yang berdiam di
pulau-pulau kecil.

potensi sumberdaya ikan di laut
lepas, menjaga kawasan-kawasan
penting
sebagai
penyumbang
produktivitas
perairan
seperti
kawasan terumbu karang, padang
lamun dan hutan mangrove, serta
pengelolaan limbah di kawasan
pesisir. Hal ini dapat terwujud apabila
aparat pemerintah dan masayarakat
saling berdampingan mengelola
kesadaran bersama dalam upaya
pengembangan
kawasan
pulau
terluar yang memiliki orientasi
peningkatan produksi sumberdaya
yang bertanggungjawab.
Dengan program terpadu seperti ini
berarti TNI memiliki tanggung jawab
ke dalam dan ke luar. Tanggung
jawab ke dalam adalah upaya
mengawal
masyarakat
untuk
melakukan
pengelolaan
yang
berprinsip
pada
pengelolaan
sumberdaya yang lestari. Tanggung
jawab ke luar adalah pengawasan
terhadap kemungkinan terjadinya
illegal fishing, seperti yang terjadi di
Natuna yang masih terjadi praktek
illegal fishing oleh KM Kway Fey
10078, pada hari Sabtu (19/3/2016)
pukul 14.15 yang masuk ke perairan
Indonesia
secara
ilegal
dan
menangkap ikan di wilayah perairan
Indonesia.

Idealnya, pemberdayaan nelayan
harus berbasis sumberdaya yang ada
dan
tetap
mengedepankan
pembangunan
perikanan
yang
berkelanjutan.
Artinya
proses
pemanfaatan sumberdaya perikanan
memegang
prinsip-prinsip
keberlanjutan.
Hal
ini
dapat
dilakukan dengan beberapa cara
yaitu, penggunaan alat tangkap yang
selektif dan ramah lingkungan baik
dari segi ukuran maupun jenis ikan
yang ditangkap, memaksimalkan

Selanjutnya pengembangan kawasan
pesisir tidak terlepas dari fasilitas

6

Bunga Rampai : Isu dan Tantangan Kemaritiman Indonesia menyongsong Abad AsiaPasifik

pelabuhan sebagai sarana penggerak
utama berjalannya geliat roda
ekonomi wilayah yang berbasis
sumberdaya ikan, karena berbagai
aktivitas
seperti
pendaratan,
pendistribusian, dan perdagangan
hasil tangkapan dilakukan di lokasi
tersebut.
Pelabuhan
perikanan
adalah suatu kawasan perikanan
yang berfungsi sebagai tempat labuh
kapal perikanan, tempat pendaratan
ikan, tempat pemasaran, tempat
pelaksanaan pembinaan mutu hasil
perikanan, tempat pengumpulan
data tangkapan, tempat pelaksanaan
penyuluhan serta pengembangan
masyarakat nelayan dan tempat
untuk memperlancar operasional
kapal perikanan (Direktorat Jenderal
Perikanan Tangkap, 2005). Eksistensi
sebuah pelabuhan akan berimbas
pada kuantitas dan kualitas produk
perikanan yang dihasilkan. Kondisi
pelabuhan di Indonesia secara umum
dalam upaya mengejar kualitas
ekspor sangat jauh dari standar yang
ada. Indonesia memiliki 5 Pelabuhan
Perikanan Samudera, 12 Pelabuhan
Perikanan Nusantara, 46 Pelabuhan
Perikanan Pantai dan Sejumlah PPI
(PIPP KKP, 2016). Apabila pelabuhan
di Indonesia tidak ditingkatkan
kualitasnya maka mustahil produksi
perikanan memiliki daya saing di
kancah internasional.

Dibangunnya
pelabuhan
dan
berbagai fasilitas pendukungnya
adalah
langkah
awal
geliat
pertumbuhan ekonomi. Misalnya saja
Investasi KKP melalui program
PSKPT di Simeulue sejak 2015 hingga
kini telah mencapai sekitar Rp. 59
miliar yang tersebar pada berbagai
kegiatan dan lokasi di Simeulue.
Harapannya
adalah
investasi
tersebut bermanfaat langsung untuk
masyarakat. Untuk pembangunan
infrastruktur di PPI Lugu misalnya,
telah dihabiskan sekitar Rp. 14 miliar
yang meliputi renovasi cold storage,
pembangunan Pabrik Es dan Air Blast
Freezer (ABF)
serta
prasarana
lainnya.
Investasi
yang
telah
ditanamkan
akan
mempunyai
dampak langsung pada masyarakat
Simeulue, jika dilengkapi dengan
kajian inovasi. Selain itu contoh lain
di Kabupaten Kepulauan Sangihe,
Sulawesi Utara merupakan salah satu
dari 15 pulau terluar dan kawasan
perbatasan
yang
diprioritaskan
pembangunannya sebagai sentra
kelautan dan perikanan terpadu pada
tahun 2016, serta menjadi salah
satu gerbang utama untuk ekspor
produk perikanan di kawasan timur
Indonesia.
Presiden telah meresmikan dermaga
pelabuhan dan pembangunan pesisir
dalam rangka Pembangunan Sentra
Kelautan dan Perikanan Terpadu

7

Bunga Rampai : Isu dan Tantangan Kemaritiman Indonesia menyongsong Abad AsiaPasifik

(PSKPT),
yang
dipusatkan
di
Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP)
Dagho. Dari daerah tersebut telah
berhasil mengekspor tuna froze ke
Jepang yang merupakan kerjasama
antara KKP dan Perindo. Jalur ekspor
ini merupakan pengembangan dari
tol Laut Indonesia menduduki
ranking ke 75 dalam logistic
ferformance index setelah Singapura
(2), Malaysia (29), Thailand (35) dan
Vietnam
(53).
Dengan
pengembangan tol laut diharapkan
logistic cost yang semula sebesar 24
persn dari GDP akan menurun
menjadi 18 persen (Korea 16,3%,
Jepang 10,6% dan USA 10,1% dari GDP)
(Satria, 2014). Untuk itu pengadaan
prasarana dan sarana angkutan dari
sentra produksi perikanan Indonesia
ke lokasi pasar domestik maupun
ekspor melalui laut harus terbentuk
secara baik.

dihasilkan dari daerah tersebut sudah
dapat dipastikan akan memiliki nilai
yang yangat tinggi baik sebagai
komoditi ekspor maupun untuk
pasar dalam negeri.
Integrasi Pemantauan
Usaha pengembangan nelayan di
daerah terluar harus didukung oleh
adanya jaminan keamanan tinggal
dan berusaha serta jaminan pasar
sesuai program KKP dalam bidang
kelautan terutama penyediaan kapal
angkut ikan dari fishing grounds
(sentra
produksi)
ke
daerah
konsumen/pasar. Para nelayan yang
ada di pulau-pulau terluar harus
terjamin kehidupannya lahir batin
serta masa depan mereka, keluarga
dan anak-anaknya sebagaimana
masyarakat yang tinggal di pulaupulau besar seperti Jawa dan
Sumatera.
Cara-cara penanganan
ikan hasil tangkapan yang terbaik
(Best Handling Practices) harus
diterapkan selama ikan berada pada
nelayan, dalam kapal sampai ke
tempat pendaratan ikan (pelabuhan
perikanan). Dengan kata lain semua
kegiatan usaha (ekonomi) kelautan
harus sesuai dengan menerapkan: (1)
skala ekonomi, (2) integrated supply
chain management system, (3) inovasi
teknologi pada setiap mata rantai
suplai,
dan
(4)
sustainable
development principles. Dengan cara
tersebut para nelayan yang tinggal di

Dengan
pertimbangan
bahwa
potensi sumberdaya ikan yang masih
belum
dimanfaatkan
secara
maksimal
berada
di
wilayah
perbatasan NKRI terluar, serta
pembentukan “Prosperity Belt” yang
sekaligus berfungsi sebagai “Security
Belt” dalam rangka menegakan
Kedaulatan NKRI yang kokoh maka
pengembangan di wilayah outer ring
road, dipandang sangat perlu untuk
mendapat prioritas yang tinggi.
Komoditi perikanan yang akan

8

Bunga Rampai : Isu dan Tantangan Kemaritiman Indonesia menyongsong Abad AsiaPasifik

pulau-pulau terluar akan betah
karena terjamin kesejahteraannya,
sumberdaya alam dapat terpelihara,
serta keutuhan NKRI dapat termanin
dengan baik. Dengan kata lain
kerjasama petugas keamanan (dalam
hal ini TNI) dengan para nelayan di
pulau-pulau terluar dalam menjaga

keutuhan negara dan pemanfaatan
sumberdaya ikan dan laut oleh
bangsa sendiri untuk sebesar
besarnya
kemakmuran
rakyat,
menjadi mutlak dan harus mendapat
dukungan pemerintah dan semua
pihak yang terkait.

Referensi
Markas Besar TNI AL. 2002. Doktrin TNI AL “Eka Sasana Jaya” dan Pokok-pokok Pikiran
TNI Angkatan Laut tentang Keamanan di Laut, Jakarta : Markas Besar TNI AL
Sondakh, B.K. 2003. Peranan TNI AL dalam Pengamanan dan Pemberdayaan Pulau
Terluar RI”, Makalah dalam Diskusi Ilmiah “Kasus Sipadan-Ligitan : Masalah
Pengisian Konsep Negara Kepulauan”
Kusumo, A.T.S. 2010. Optimalisasi Pengelolaan dan Pemberdayaan Pulau-pulau Terluar
dalam Rangka Mempertahankan keutuhan NKRI. Jurnal Dinamika Hukum Vol. 10
No. 3 September 2010.

9

Bunga Rampai : Isu dan Tantangan Kemaritiman Indonesia menyongsong Abad AsiaPasifik

MARITIM INDONESIA UNTUK
PERADABAN DUNIA
Yudi N. IHSAN
Program Studi Sains Kemaritiman
SPS Universitas Padjadjaran
Jl. Dipati Ukur No. 35, Bandung-Jawa Barat

Keywords
Restorasi, maritim, geostrategic, pendidikan
Abstrak
Sejarah membuktikan bahwa Indonesia telah berjaya menaklukkan daratan
lainnya melalui konstelasi sistem kemaritiman. Untuk itu, pada jaman modern ini
diperlukan konsepsi yang lebih komprhensif melalui pendidikan, penataan laut,
dan juga riset yang mendalam. Secara khusus, program nawacita memberikan
aspek lebih dalam pembangunan maritim, namun perlu lebih diperhatikan pada
berbagai aspek. Cita-cita Indonesia menjadi negara maritim dapat diwujudkan
apabila masyaratnya unggul secara SDM dan mampu merealisasikan konsep.
Penerapan ilmu dan teknologi adalah basis dalam mengembangkan
kemaritiman Indonesia.


10

Bunga Rampai : Isu dan Tantangan Kemaritiman Indonesia menyongsong Abad AsiaPasifik

Pada abad ke-14, Majapahit berhasil menguasai wilayah-wilayah yang
berdekatan dengan Indonesia. Bukan hanya Majapahit, tetapi kerajaan lain
juga memantapkan kekuasaannya dengan menaklukkan laut. Untuk itu, dari
sejarah kekuatan maritim di Indonesia, maka bangsa Indonesia sudah
seharusnya melakukan restorasi dalam bidang kemaritiman yang dahulu
sempat jaya. Restorasi ini dianggap sebagai bentuk perubahan yang sangat
penting dan mendasar dalam membangun kembali peradaban maritim
Indonesia. Cita-cita pemerintah ini tertuang dalam nawacita dan diharapkan
dapat menjadikan Indonesia sebagai pusat maritim dunia terutama di kawasan
Asia-Pasifik dan berdampak bagi peradaban dunia.
Berangkat dari sejarah maritim di
Indonesia, maka sudah seharusnya
melakukan suatu restorasi di bidang
kemaritiman. Restorasi merupakan
suatu bentuk perubahan penting dan
mendasar
dalam
membangun
kembali kepada peradaban maritim
Indonesia yang jaya. Gagasan
Indonesia
sebagai
salah
satu
kekuatan maritim dunia terutama di
wilayah Asia dan Pasifik adalah
aktualisasi jati diri bangsa yang sudah
tertuang dalam konsep wawasan
nusantara sebagai pola pikir, sikap,
dan tindakan bangsa Indonesia dalam
bersikap pro aktif dalam gugusan
kemaritiman.

Jaman Kemaritiman
Sejak zaman kerajaan Sriwijaya dan
Majapahit, Indonesia mengalami
kejayaan masa keemasan dalam
kekuatan maritim. Armada laut
kerajaan yang kuat dalam invasi dan
perdagangan sangat disegani dan
menyebar ke berbagai belahan
negara terutama di benua Asia
Tenggara.
Sektor
perdagangan
internasional melalui laut dikuasai
oleh kerajaan Sriwijaya pada periode
tahun 900-1300. Pada masanya,
perdagangan
melalui
laut
di
nusantara berkembang lebih pesat
apabila
dibandingkan
dengan
perdagangan laut yang dilakukan oleh
Jepang.
Kejayaan
perdagangan
melalui laut ini dilanjutkan oleh
kekuatan Kerajaan Majapahit. Tidak
hanya wilayah Nusantara, pada abad
ke-14 Majapahit berhasil menaklukan
dan menguasai negara-negara asing
yang menjadi tetangganya.

Seiring
dengan
perkembangan
lingkungan Indonesia dalam posisi
yang strategis, peran laut menjadi
penting
dan
dominan
dalam
mengantar kemajuan suatu negara
untuk lebih giat dalam. Alfred Thayer
Mahan,

dalam

bukunya

“The

Influence of Sea Power upon

11

Bunga Rampai : Isu dan Tantangan Kemaritiman Indonesia menyongsong Abad AsiaPasifik

yang digelar di Pelabuhan Lampulo
kota Banda Aceh menguatkan
kembali bahwa Indonesia merupakan
negara kepulauan terbesar di dunia.
Pengakuan Indonesia sebagai negara
kepulauan di mata internasional tentu
bukan hal mudah. Butuh perjuangan
dan upaya gigih dalam menyamakan
persepsi mengenai negara kepulauan.
Deklarasi Djoeanda yang dilakukan
pada tanggal 13 Desember 1957
pernah mengalami penolakan dari
berbagai negara disebabkan pada
masa itu wilayah perairan Indonesia
dijadikan
rute
utama
untuk
kepentingan jalur trasnportasi laut
sebagai lalu lintas perdagangan
dunia. Padahal, hal ini sudah jelas
tertuang di dalam Deklarasi Djoeanda
bahwa Indonesia merupakan Negara
Kesatuan beserta perairan nusantara,
wilayah laut, zona tambahan, ZEE,
dan landas kontinennya disebut
sebagai negara maritim.

History” dengan teori bahwa sea
power merupakan salah satu unsur
penting bagi negara untuk lebih maju
dan jaya, dimana apabila kekuatankekuatan laut tersebut disinergikan,
maka
akan
meningkatkan
kesejahteraan masyarakat secara
masiv dan tentunya keamanan suatu
negara. Anti tesisnya, jika kekuatan
tersebut diabaikan atau menjadi
nomor dua, maka akan berakibat
kerugian bagi suatu negara atau
bahkan dapat membuat negara
tersebut kolaps.
Secara geopolitik, posisi Indonesia
sangat strategis di kawasan Asia
Pasifik dan Selat Malaka. Dan secara
ekonomi, Indonesia adalah negara
yang
sangat
kaya
dengan
sumberdaya alam dan mineral
lautnya. Potensi kekayaan alam
Indonesia ini jelas sangat menggoda
negara-negara industri dikawasan ini
seperti Tiongkok dan Amerika untuk
memanfaatkannya baik langsung
ataupun tidak langsung. Potensi
lainnya adalah dengan jumlah
penduduk lebih dari 243 juta jiwa,
Indonesia adalah pasar potensial bagi
produk-produk negara industri yang
menumbuhkan kembali “jalur sutra
laut”.

Melalui perjalanan panjang dan
perjuangan yang gigih di tingkat
forum internasional, akhirnya pada
tahun 1982 di Teluk Montego,
Jamaika, sebanyak 119 negara
menandatangani
United
Nations
Convention on the Law of the Sea
(UNCLOS), yang di dalamnya memuat
sembilan
buah
pasal
terkait
ketentuan tentang Prinsip Negara
Kepulauan. Menurut UNCLOS 1982,
prinsip negara kepulauan yaitu

Negara Kepulauan
Puncak peringatan hari nusantara
2015 pada tanggal 13 Desember 2015

12

Bunga Rampai : Isu dan Tantangan Kemaritiman Indonesia menyongsong Abad AsiaPasifik

memandang laut bukanlah alat
pemisah, melainkan sebagai alat yang
menyatukan pulau yang satu dan
pulau yang lainnya.

sebagai pemimpin bangsa ini. Beliau
merencanakan menjadikan maritim
sebagai kekuatan ekonomi masa
depan, bahkan akan menjadikan
Indonesia sebagai poros maritim
dunia. Visi Jokowi tersebut telah
merubah
cara
pandang
pembangunan nasional dari orientasi
daratan
(continental
oriented)
menjadi orientasi lautan (ocean
oriented). Hal ini dibuktikan oleh
kabinet kerja Presiden Jokowi yang
menjadikan sektor Maritim dan
Perikanan sebagai dua sektor
prioritas pembangunan nasional.
Menurut Dahuri (2014) potensi laut
Indonesia memiliki nilai ekonomi
sebesar 1,2 triliun dollar Amerika.

Kini 33 tahun pasca UNCLOS 1982,
Indonesia melalui Presiden Jokowi
mencanangkan Indonesia sebagai
Poros Maritim Dunia. Sebagai negara
yang 2/3 wilayahnya merupakan
lautan, Indonesia menyimpan potensi
yang cukup besar jika mampu
mengelola
sektor
ini
untuk
kesejahteraan masyarakat. Dua aspek
yang perlu diperhatikan di dalam
pembangunan maritim adalah aspek
ekonomi dan aspek pendidikan.
Dalam
bidang
ekonomi,
laut
Indonesia menyimpan SDA baik yang
dapat diperbaharui seperti ekosistem
mangrove, lamun, terumbu karang
serta berbagai biota yang berasosiasi
dengan ekosistem tersebut, maupun
sumberdaya alam yang tidak dapat
diperbaharui seperti minyak dan gas.
Sebagai negara kepulauan terbesar di
dunia dengan keanekaragaman serta
kekayaan sumberdaya perairannya.
Bukan
hal
yang
mustahil
pembangunan
kelautan
(blue
economy) ditempatkan sebagai arus
utama dalam pembangunan ekonomi
nasional
untuk
mengembalikan
kejayaan Indonesia sebagai negara
maritim seperti yang disampaikan
oleh Presiden Jokowi ketika terpilih

Nawacita dan kerja pemerintah
Indonesia merupakan salah satu
negara kepulauan terbesar di dunia
yang terletak di Asia Tenggara dan
diapit oleh dua samudera besar, yaitu
samudera Pasifik dan Samudera
Hindia. Oleh karena itu, Indonesia
merupakan negara strategis yang
menjadi jalur padat perdagangan
dunia, tidak kurang dari 200 kapal per
hari melalui selat Malaka. Disamping
itu, kawasan Indonesia memiliki
potensi sumberdaya alam yang cukup
besar baik di daratan maupun
dilautan. Kaya akan sumberdaya
mineral dan gas, perikanan, rempahrempah, serta hutan tropis yang
subur makmur.

13

Bunga Rampai : Isu dan Tantangan Kemaritiman Indonesia menyongsong Abad AsiaPasifik

Melihat potensi yang cukup besar
tersebut maka alangkah tepatnya
ketika Jokowi menjadi Presiden beliau
mencanangkan Indonesai sebagai
poros maritim dunia. Berbagai macam
program telah digagas oleh Presiden
Jokwi
untuk
membangun
Kemaritiman Indonesia, diantaranya
tertuang
di
dalam
semangat
Nawacita. Tidak tanggung-tanggung,
Presiden Jokowi pun membentuk
khusus Kementerian Koordinator
Kemaritiman untuk mewujudkan
kekuatan Maritim Indonesia di masa
yang akan datang.

wilayah tersebut
kedaulatan.

dan

penegakan

Perundingan
damai
merupakan
metode utama dalam menyelesaikan
permasalahan delimitasi maritim.
Diperlukan studi literatur (teks-teks
sejarah,
putusan-putusan
hakim
international court of justice untuk
kepentingan
yurisprudensi,
perkembangan
teori
delimitasi
maritim
kontemporer)
yang
mendalam
untuk
membantu
pembuktian atas kepemilikan pulau
dan wilayah perairan (laut teritorial,
zona ekonomi eksklusif, dan landas
kontinen). Maka, kerja sama antara
Kementrian Luar Negeri, pendidikan
tinggi, dan lembaga penelitian milik
negara sangat diperlukan untuk
penguatan wacana dalam menyusun
argumen
kepemilikian
wilayah,
diseminasi opini hukum atas sebuah
sengketa batas maritim kepada
kalangan
akademik,
penjelasan
kepada masyarakat.

Beberapa poin dalam nawacita yang
terkait langsung dengan kemaritiman
adalah sebagai berikut:
a. Menghadirkan kembali negara
untuk melindungi segenap bangsa
dan memberikan rasa aman pada
seluruh warga negara
Untuk bidang kemaritiman, poin ini
selalu dikaitkan dengan kedaulatan
negara di wilayah perbatasan laut
(maritime delimitation). Saat ini,
masih banyak perjanjian batas laut
dengan negara tetangga yang belum
terselesaikan. Pemerintah dapat
merencanakan untuk mempercepat
proses perundingan sehingga di akhir
masa pemerintahan sebagian besar
delimitasi maritim telah memiliki
status hukum yang pasti untuk
memudahkan usaha pengelolaan

Lepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan
pada tahun 2012 menjadi pelajaran
berharga bagi pemerintah Indonesia
untuk
lebih
tekun
melakukan
penelitian tentang sejarah pulaupulau terluar yang menjadi titik dasar
garis pangkal kepulauan maupun
pemanfaatan yang telah dilakukan di
wilayah perairan strategis yang belum
memiliki keputusan final tentang


14

Bunga Rampai : Isu dan Tantangan Kemaritiman Indonesia menyongsong Abad AsiaPasifik

kepemilikan, kemudian melakukan
publikasi
atas
hasil
penelitian
tersebut sebagai upaya pendidikan
bagi masyarakat dan kesiap-siagaan
menghadapi
tuntutan
negara
tetangga. Karena suatu keniscayaan,
penelitian-penelitian
tentang
kepemilikan pulau maupun perairan
startegis yang belum mendapatkan
keputusan final kepemilikan akan
dilakukan oleh ilmuwan lain yang
dimilki negara tetangga.

pembangunan
untuk
mengatasi
ketimpangan ekonomi politik di
wilayah pesisir perlu dilakukan
terutama wilayah pesisir yang rentan
di bidang sosial-ekonomi. Perlu peta
tentang kerentanan sosial-ekonomi
seluruh wilayah pesisir Indonesia.
Sehingga,
lokasi
pembangunan
memiliki dasar argumen yang tepat
yang
pada
akhirnya
mampu
mengurangi
kerentanan
sosialekonomi wilayah pesisir yang terukur
dari tingkat kesejahteraan penduduk
pesisir terutama nelayan miskin dan
buruh nelayan. Hal ini merupakan
kritik terhadap Rencana Kerja
Pemerintah 2016 (RKP) yang selalu
menuliskan target pembangunan
wilayah pesisir dalam bentuk angka
tanpa ada keterangan dimana wilayah
sasaran dan bagaimana kondisi
wilayah
tersebut.
Penulis
berpendapat,
hal
ini
dapat
mengakibatkan
program
pembangunan wilayah pesisir salah
sasaran dalam arti pembangunan
tidak fokus pada wilayah pesisir yang
paling
membutuhkan
bantuan
melainkan dilakukan hanya untuk
memenuhi target tanpa dasar
argumen
yang
dapat
dipertanggungjawabkan.

Patroli di wilayah perbatasan laut juga
wajib dilakukan untuk menyatakan
kehadiran
negara
dalam
hal
memberikan rasa aman bagi warga
negara khususnya nelayan yang
mencari ikan di perairan perbatasan.
Patroli dilakukan setiap hari dalam
satu tahun. Perahu beserta peralatan
pendukungnya senantiasa diperiksa
untuk maksimalisasi fungsi perahu,
kualitas pengamanan perahu, dan
tindakan penangkapan ikan yang
ramah lingkungan.
b. Membangun Indonesia dari
pinggiran
Konsep membangun dari pinggiran
tidak hanya dipahami dalam konteks
geografis tetapi juga konteks yang
lain yaitu ekonomi, sosial, politik, dan
budaya. Data sebaran populasi
Indonesia
menyatakan
±
60%
penduduk tinggal di wilayah pesisir
dan mayoritas masyarakat pesisir
tergolong miskin. Oleh karena itu,

Pembangunan pesisir juga erat
kaitannya
dengan
konektivitas
sebagaimana sering dilontarkan oleh
Presiden Jokowi. Kenyataan saat ini


15

Bunga Rampai : Isu dan Tantangan Kemaritiman Indonesia menyongsong Abad AsiaPasifik

adalah wilayah pesisir yang terletak di
pulau-pulau
terluar
mengalami
kesulitan
mendapatkan
barangbarang kebutuhan pokok setiap
pergantian tahun karena kontrak
kapal perintis milik swasta belum
diperpanjang oleh pemerintah terkait
kendala administrasi. Tidak adanya
kapal perintis menyebabkan harga
barang kebutuhan pokok melonjak
tajam karena kelangkaan. Kejadian ini
selalu saja berulang. Hal ini harus
mendapatkan
perhatian
khusus
dengan target tidak ada lagi
kekosongan waktu kapal perintis
tidak dapat melayani penduduk
pulau-pulau terluar akibat belum ada
izin dari pemerintah. Pemerintah
memiliki program pengadaan ± 3.500
kapal untuk nelayan. Seharusnya
program ini juga dilengkapi dengan
program pengadaan kapal perintis
yang dioperasikan langsung oleh
pemerintah
untuk
melayani
kebutuhan masyarakat pulau-pulau
terluar. Bukankah salah satu program
bapak presiden adalah menekan
kesenjangan harga barang antar
pulau.

untuk rakyat dalam arti khusus dan
kedaulatan maritim dalam arti luas.
c. Penegakan hukum yang bebas
korupsi, bermartabat dan terpercaya
Pemberantasan penangkapan ikan
ilegal tetap menjadi fokus utama. Bila
negara menunjukan ketegasannya,
niscaya tingkat penangkapan ikan
ilegal akan menurun drastis sehingga
memberi keadilan bagi nelayan dalam
bentuk meningkatnya tangkapan
ikan.
Menurunnya
kegiatan
penangkapan
ikan
ilegal
juga
mencegah
penangkapan
ikan
berlebih sehingga keseimbangan
ekosistem dapat terjaga. Walau
demikian, kejahatan lain yang
mungkin terjadi di laut juga menjadi
perhatian
seperti
perompakan,
perdagangan manusia, perdangan
narkotika dan obat-obatan terlarang,
serta kejahatan lainnya.
Contoh kasus:
Wacana
internasionalisasi
Selat
Malaka
mengemuka
di
dunia
internasional sejak awal ’70-an
didasari oleh argumen bahwa
Indonesia, Malaysia dan Singapura
tidak mampu menjaga keamanan
wilayah ini. Terhadap hal ini,
Indonesia dan Malaysia tegas
menolak. Singapura berada di sisi lain
dengan
mendukung
usaha
internasionalisasi
Selat
Malaka.
Internasionalisasi berarti ada pihak
ketiga yang bertugas menjaga

Sebelum memikirkan konektivitas
untuk memperlancar perdagangan
barang dan jasa dalam skala industri,
terlebih dahulu harus dipikirkan
memberi
kemudahan
bagi
masyarakat
untuk
mencukupi
kebutuhan dasar hidupnya. Inilah
perwujudan dari konsep negara hadir

16

Bunga Rampai : Isu dan Tantangan Kemaritiman Indonesia menyongsong Abad AsiaPasifik

wilayah Selat Malaka dimana tidak
ada perairan bebas di keseluruhan
wilayah Selat Malaka. Kehadiran
pihak ketiga dipandang sebagai
gangguan
terhadap
kedaulatan.
Perhatian tidak hanya di Selat Malaka
melainkan merata di semua alur laut
kepulauan
Indonesia.
Ancaman
terhadap internasionalisasi selalu
mengintip di pintu.

pelabuhan, buangan sampah di
pelabuhan harus senantiasa diawasi
di seluruh wilayah perairan terutama
lalu lintas kapal yang ramai, tidak
hanya terpaku pada beberapa
kawasan. Juga risiko tumpahan
minyak di tambang lepas pantai harus
mendapat
perhatian
karana
berdampak sangat buruk, contoh
kasus: tumpahan minyak di Teluk
Meksiko, Amerika Serikat, 2010.

Selain itu, pengawasan terhadap
penerbitan
izin
untuk:
usaha
penangkapan
ikan,
kapal
penangkapan ikan, usaha budidaya
ikan, usaha pengolahan ikan dan hasil
laut lainnya tidak boleh diabaikan.
Perizinan bagi nelayan miskin, buruh
nelayan, dan pelaku budidaya kecil
mendapatkan
prioritas
utama.
Pendampingan pemerintah terhadap
kelompok ini sangat diperlukan untuk
memperlancar
pengurusan
izin.
Masih saja ada keluhan nelayan
mengenani sulitnya pengurusan izin
penangkapan
ikan
terutama
disampaikan oleh nelayan kecil atau
buruh nelayan.

Penyelesaian kasus kejahatan di laut
dan pelanggaran berbagai izin di
bidang kelautan dan perikanan harus
dilakukan dengan cepat dan tegas
untuk memberi efek jera sehingga
menurunkan tingkat pelanggaran.
Target yang dapat ditetapkan adalah
terselesainya 100% kasus pada tahun
yang sama dengan tahun pelaporan.
d. Meningkatkan kualitas hidup
manusia Indonesia
Peningkatan kualitas hidup sangat
terkait dengan sistem pendidikan.
Pengenalan indonesia sebagai negara
maritim harus dilakukan sejak
pendidikan dasar. Dan puncaknya
pada perguruan tinggi dengan
memfasilitasi berbagai penelitian di
bidang kelautan dan perikanan.

Pengawasan terhadap alat tangkap
ikan juga menjadi prioritas untuk
menjaga ketersediaan ikan dari masa
ke masa juga menjaga kelestarian
ekosistem
laut
dan
pesisir.
Pencemaran akibat tumpahan minyak
di laut (akibat tabrakan kapal atau
kebocoran lambung kapal) dan

Indonesia yang 2/3 wilayahnya
merupakan perairan dengan garis
pantai terpanjang kedua di dunia (±
95.000 km) maka iklimnya sangat


17

Bunga Rampai : Isu dan Tantangan Kemaritiman Indonesia menyongsong Abad AsiaPasifik

dipengaruhi oleh interaksi laut
dengan
atmosfer
di
atasnya.
Penelitian
ini
sangat
kurang.
Dampaknya, Indonesia selalu gamang
menghadapi variabilitas iklim yang
selalu terjadi walaupun dalam periode
yang tidak selalu sama.
Contoh kasus:

Tentunya kepentingan Indonesia
harus terpenuhi dalam kerja sama
tersebut. Dalam RKP 2016 disebutkan
sasaran dari kegiatan penelitian
oseanografi adalah pembangunan
stasiun penelitian di pantai barat
Sumatera. Saat ini telah ada stasiun
pemantau cuaca hasil kerja sama
penelitian Indonesia – Tiongkok di
Sumatera Barat. Bentuk kerja sama
penelitian
seperti
ini
dapat
ditingkatkan mengingat Tiongkok
bersedia membiayai sebagian besar
biaya penelitian.

El Nino yang selalu terjadi berulang.
Dengan
penggunaan
teknologi
kelautan yang telah ada saat ini,
pemerintah
seharusnya
mampu
memberikan peringatan dini bagi
seluruh rakyat 6 bulan sebelum El
Nino terjadi sehingga langkah siap
sedia dapat dilakukan. Sehingga
dampak buruk El Nino yang dirasakan
sepanjang 2015 dapat diminamalisir
tidak seperti yang telah terjadi:
kebakaran hutan yang menimbulkan
korban jiwa akibat asap, kekeringan
yang menyebabkan petani gagal
panen sehingga petani kecil dan
buruh tani semakin terperosok di
jurang kemiskinan. Walaupun El Nino
tahun 2015 merupakan El Nino
terparah sejak akhir abad 19 tetapi
dengan tata kelola pemerintahan
yang baik, El Nino menjadi sebuah
fenomena alam yang biasa dan tidak
pernah dipersalahkan sebagai sumber
bencana.

Pemerintah
berkewajiban
mengalokasikan dana untuk kegiatan
penelitian. Indonesia telah memiliki 12
kapal penelitian tetapi dengan harga
BBM yang mahal maka rata-rata hari
layar kurang dari 50 hari per tahun
ditambah kapabilitas instrumen yang
kurang menyebabkan kualitas hasil
penelitian kurang maksimal. Kegiatan
penelitian masih di anak tirikan oleh
birokrat pemerintahan, kegiatan ini
masih dianggap abstrak karena
hasilnya tidak dapat dirasakan dalam
waktu
dekat.
Tetapi
kegiatan
penelitian dapat menjamin keamanan
nelayan dalam menangkap ikan di
laut karena mengetahui prediksi
cuaca pada suatu masa, dapat
membantu
petani
menetapkan
permulaan masa tanam, dapat
memberikan peringatan awal akan
variabilitas cuaca sehingga dapat

Penelitian di bidang kelautan dan
perikanan memerlukan dana besar.
Kerja sama internasional bidang ini
dapat ditempuh sebagai solusinya.


18

Bunga Rampai : Isu dan Tantangan Kemaritiman Indonesia menyongsong Abad AsiaPasifik

menekan risiko yang ditimbulkan,
dapat membantu meningkatkan
pendapatan
masyarakat
melalui
inovasi kegiatan produksi, inilah
wujud nyata negara hadir di tengah
masyarakat.