Bunga Rampai Orasi APU Pustekolah

ISBN 978-979-3132-44-0

  Penyusun: Sihati Suprapti Barly Paimin Sukartana

  Jamal Balfas Sona Suhartana M. Muslich Han Roliadi

  Efrida Basri HIMPUNAN BUNGA RAMPAI ORASI ILMIAH AHLI PENELITI UTAMA PUSLITBANG KETEKNIKAN KEHUTANAN DAN PENGOLAHAN HASIL HUTAN Bogor, 3 Desember 2012

  ISBN : 978-979-3132-44-0 Editor : Prof . Dr. Ir. H.R. Sudradjat, M.Sc.

  Prof . Ir. Dulsalam, M.M. Prof . Dr. Gustan Pari, M.Si. Prof . Dr. Drs. Adi Santoso, M.Si.

  Sekretariat : Ir. Syarif Hidayat, M.Sc.

  Ayit Tau ¿ k Hidayat, S.Hut.T, M.Sc. Drs. Juli Jajuli Deden Nurhayadi, S.Hut.

  Dede Rustandi, S.Kom.

  Sophia Pujiastuti Dipublikasikan oleh: Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan Jln. Gunung Batu No. 5 Bogor 16610 Telp. 0251 - 8633 378, Fax. 0251 - 8633413 Website : www.pustekolah.org E-mail : - info@pustekolah.org publikasi@pustekolah.org - c 2013 Pustekolah

  

Dilarang menggandakan buku ini, sebagian atau seluruhnya baik dalam bentuk foto copy, cetak, mikro

¿ lm elektronik maupun dalam bentuk lainnya tanpa izin penerbit/penulis, kecuali untuk keperluan

pendidikan atau non komersial lainnya, dengan mencantumkan sumbernya.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan YME, karena atas karunianya sehingga rangkaian kegiatan Pertemuan Ilmiah Nasional berupa Orasi Ahli Peneliti Utama (APU) lingkup Pustekolah yang dilaksanakan pada tanggal 3 Desember 2012 di Bogor hingga tersusunnya buku Himpunan Orasi APU ini dapat direalisasikan.

  Kegiatan seperti ini merupakan wahana diseminasi/penyebarluasan IPTEK yang telah dicapai oleh Peneliti Pustekolah kepada pengguna dan masyarakat luas. Peneliti yang menyampaikan orasi adalah dikhususkan pada peneliti yang telah mencapai jenjang fungsional peneliti tertinggi (Gol. IV/e), akan tetapi belum terkena kewajiban menyampaikan Orasi.

  Sebagaimana amanat Kepala Badan Litbang Kehutanan pada acara tersebut, bahwa acara ini merupakan yang pertama di Badan Litbang Kehutanan sebagai wujud memberikan penghargaan dan fasilitasi kepada peneliti yang telah mencapai jenjang fungsional tertinggi. Kegiatan seperti ini perlu ditiru dan terus dilangsungkan oleh Puslit/UPT Balai Litbang lainnya.

  Buku ini merupakan kumpulan orasi APU pada acara tersebut, diharapkan dengan diterbitkannya buku ini dapat menyediakan dan menambah khasanah informasi IPTEK hasil litbang yang ditekuni oleh para pakar Pustekolah dari mulai jenjang peneliti terendah hingga mencapai jabatan fungsional puncak. Selain sebagai wahana monumental bagi yang bersangkutan dalam menyampaikan hasil-hasil penelitiannya secara umum kepada khalayak luas.

  Kepada semua pihak yang telah membantu kegiatan ini hingga terbitnya buku ini diucapkan terima kasih yang sebesar besarnya, dan semoga buku ini bermanfaat.

  Bogor, Juni 2013 Kepala Pusat,

  Dr. Ir. I.B. Putera Parthama, M.Sc

  

SAMBUTAN

KEPALA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KETEKNIKAN

KEHUTANAN DAN PENGOLAHAN HASIL HUTAN

PADA ORASI AHLI PENELITI UTAMA

Bogor , 3 Desember 2012

  Yang terhormat:

  • Bapak Kepala Badan Litbang Kehutanan,

  Pimpinan Perusahan/Asosiasi/Lembaga Swadaya Masyarakat, dan Perguruan Tinggi, - Pimpinan instansi kehutanan pusat dan daerah, -

  • Profesor Riset, pejabat fungsional peneliti, akademisi, widyaiswara maupun penyuluh kehutanan, dan - Para hadirin undangan sekalian. Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua. Pada kesempatan ini marilah kita awali dengan memanjatkan syukur kepada Tuhan YME yang telah memberikan kesempatan kepada kita sekalian dapat berkumpul dalam rangka pertemuan ilmiah nasional yaitu orasi delapan orang peneliti Pustekolah yang telah mencapai jenjang fungsional peneliti tertingggi Ahli Peneliti Utama (APU). Kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Kepala Badan Litbang Kehutanan dan undangan sekalian, karena disela-sela kesibukannya menyempatkan hadir pada acara ini. Saudara sekalian, dalam dua hari kedepan ditempat ini kita mengadakan forum dalam rangka diseminasi dan penyebarluasan IPTEK hasil litbang lingkup Pustekolah serta menjaring feed- bagi peningkatan kegiatan litbang untuk masa yang akan datang. Hari ini berupa acara

  back

  orasi APU, sedangkan besok adalah ekspose hasil penelitian Pustekolah. Perlu diketahui pula bahwa seminggu yang lalu Pustekolah telah mengadakan acara serupa berupa promosi 4 paten invensi hasil litbang yang telah mendapatkan serti

  ¿ kat paten dari Kemeterian Hukum dan HAM dengan inventornya 4 orang peneliti Pustekolah. Jabatan fungsional peneliti untuk mencapai jenjang puncak boleh dikatakan sangat relatif terbebas dari tekanan eksternal, karena benar-benar harus muncul kreati

  ¿ tas dan akti¿ tas yang tinggi dari personal peneliti yang bersangkutan, sehingga yang perlu dilakukan adalah mengelola sendiri akumulasi kredit poin dari hasil karyanya. Disisi lain, dibalik semakin ketatnya peraturan LIPI untuk meningkatkan kualitas peneliti dalam mencapai jenjang fungsional. Terdapat ketentuan bahwa pejabat peneliti setiap akan naik jabatan fungsionalnya harus melakukan presentasi ilmiah. Hal itu peraturannya baru berlaku beberapa tahun yang lalu, dimana jabatan peneliti muda akan naik ke peneliti utama diwajibkan menyampaikan orasi, akan tetapi tidak ada keharusan bagi para peneliti yang telah lebih dahulu mencapai jenjang APU, terkecuali bagi peneliti yang akan dikukuhkan menjadi profesor riset. Sehingga acara Orasi APU ini dapat dikatakan sesuatu yang baru yang digagas oleh Pustekolah, karena secara kebetulan ke-delapan orang peneliti tersebut belum dikenakan kewajiban menyampaikan orasi. Para peneliti yang akan menyampaikan orasi kali ini adalah insan-insan spesial dan khusus, dimana akumulasi ilmu pengetahuannya, pengalamannya sudah dikumpulkan puluhan tahun. Mestinya perlu dibuat sistem sedemikian rupa supaya begitu peneliti mencapai jenjang APU terbuka tantangan lebih besar dan luas untuk mengekpose diri keluar menyampaikan ide-idenya kepada masyarakat luas. Oleh karena itu kami harapkan tanggapan dari hadirin sekalian untuk menyampaikan ekspektasinya, harapan ataupun kekecewaannya, kritik dan sarannya, kepada para peneliti utama kami yang akan menyampaikan orasi, yaitu:

  1. Dra. Sihati Suprapti, akan menyampaikan topik Pengelolaan Jamur Perusak Kayu untuk Mendukung Pelestarian dan Pemanfaatan Sumber Daya Hutan.

  2. Barly, B.Sc, SH, M.Pd, akan menyampaikan topik “Peran Pengawetan Kayu, Status Penelitian dan Penerapannya dalam Praktek”.

  3. Drs. Paimin Sukartana, akan menyampaikan topik “Arti Penting Pemahaman Perilaku Serangga Perusak Kayu untuk Pengendaliannya yang Lebih Ramah Lingkungan”.

  4. Ir. Jamal Balfas, M.Sc, akan menyampaikan topik “Pemanfaatan Limbah Batang Sawit untuk Produk Solid dan Panel Kayu Lapis”.

  5. Ir. Sona Suhartana, akan menyampaikan topik “Pemanenan Hutan Ramah Lingkungan Menjamin Produksi Kayu yang Berkelanjutan”,

  6. Ir. Efrida Basri, M.Sc, akan menyampaikan topik “Pengeringan Kayu di Indonesia, Status Penelitian dan Aplikasinya dalam Praktek”,

  7. Drs. M. Muslich, M.Sc, akan menyampaikan topik “Permasalahan dan Solusi Penggerek Kayu di Laut”.

  8. Dr. Ir. Han Roliadi, MS, M.Sc akan menyampaikan topik “Teknologi Pengolahan Bahan Berserat Ligno-selulosa Ramah Lingkungan Menjadi Pulp dan Produk Turunannya”. Untuk itu, kepada Bapak Kepala Badan Litbang Kehutanan dimohon berkenan untuk memberi arahan dan sekaligus membuka acara ini.

  Akhirnya kepada seluruh peserta, kami ucapkan selamat mengikuti Orasi APU, dan semoga acara ini dapat bermanfaat. Sekian dan terima kasih. Selamat Pagi,

  Bogor, Desember 2012 Kepala Pusat, Dr. Ir. I.B. Putera Parthama, M.Sc.

  NIP.19590502 198603 1 001

  

SAMBUTAN KEPALA BADAN LITBANG KEHUTANAN

PADA ORASI AHLI PENELITI UTAMA (APU)

PUSLITBANG KETEKNIKAN KEHUTANAN DAN PENGOLAHAN HASIL HUTAN

BOGOR, 3 DESEMBER 2012

  Assalamu’alaikum wr. wb. Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua. Bapak/Ibu yang kami hormati;

  • Ketua Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, atau yang mewakili;

  Kepala Pusat Bindiklat LIPI, atau yang mewakili; - Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan, atau yang mewaklli; - Dekan Fakultas Kehutanan PTN/PTS, atau yang mewakili; -

  • Kepala Dinas yang Membidangi Kehutanan atau yang mewakili;

  Direktur/Pimpinan BUMN/BUMS bidang Kehutanan/Perkayuan; -

  • Direktur/Kepala Pusat/Kepala UPT lingkup Kementerian Kehutanan;

  Ketua/Pengurus Asosiasi Perusahaan/Profesi bidang Kehutanan; - Ketua Lembaga Litbang atau yang mewakili; - Para pejabat fungsional peneliti, dosen, widyaiswara, penyuluh kehutanan serta hadirin - yang kami hormati.

  Pertama-tama, marilah kita senantiasa panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmatNya yang diberikan kepada kita semua, karena pada hari ini kita dapat berkumpul bersilaturahmi dalam rangka pertemuan Ilmiah nasional berupa forum orasi ilmiah yang akan disampaikan oleh delapan orang peneliti Pusat Penelitian dan Keteknikan Pengolahan Hasil Hutan (Pustekolah) yang teIah mencapai jenjang jabatan fungsional tertinggi Ahli Peneliti Utama (APU).

  Kami ucapkan terima kasih atas kehadiran Bapak/Ibu sekalian, semoga apa yang kita lakukan hari ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Acara hari ini sebagaimana yang disampaikan Kepala Pustekolah merupakan rangkaian dua acara yang diselenggarakan selama dua hari. Hari pertama tentunya kita akan mendengarkan orasi APU dan pada hari ke-dua berupa “Ekspose Hasil Peneiltian”.

  Hari ini merupakan sesuatu yang sangat istimewa, karena merupakan suatu acara baru yang digagas Pustekolah. Menurut saya ini adalah hal yang sangat positlf, layak dan Insya Allah mudah-mudahan dapat diikuti oleh Pusat ataupun Balai Litbang lainnya. Kita segera mengetahui apa yang sudah kita kerjakan dan capai, serta mengetahui bahwa kita mempunyai hal-hal yang harus dikerjakan untuk tiap-tiap bidang yang belum sempurna.

  Hadirin sekalian, mungkin sudah banyak dibahas tapi perlu sekali lagi saya sampaikan, bahwa kita banyak menghadapi berbagai macam tantangan dan masalah yang harus dijawab. Masalah utama yang kita hadapi saat ini adalah bahwa nampaknya suka tidak suka atau setuju tidak setuju, kita akan menghadapi banyak tantangan di dalam persoalan pengukuhan hutan kita. Dinamika kehidupan dan pembangunan semakin cepat dan kompleks, serta semakin besar kita tidak bisa mempertahankan hutan kita seluas yang ada sekarang. Karena pengalokasian kawasan hutan yang selama ini kita terima adalah buah dari pengaruh hasil penataagunaan kawasan hutan tahun 1980an. Pada saat itu data-data masih belum sempurna dan belum menggunakan teknologi Sistem Informasi Geogra

  ¿ s dan sebagainya. Apa yang kita petakan adalah sifatnya makro. Apabila kita kaji dengan ilmu pengetahuan dan teknologi maka akan sangat mungkin pengalokasian kawasan akan berubah, dan perubahan itu lebih banyak akan terjadi pada kawasan hutan produksi. Karena hampir tidak mungkin kita merencanakan pemanfaatan kawasan hutan lindung yang mempunyai hajat hidup orang banyak dan sebagai kawasan konservasi. Oleh karena itu hasil peneiltian di bidang keteknikan dan pengolahan hasil hutan pada hutan produksi tentunya sangat relevan.

  Kedua tentunya kita akan semakin dihadapkan pada kendala bahan baku industri hasil hutan yang semakin terbatas. Konsekuensinya akan membawa kita harus semakin irit, semakin hemat, dan semakin perlu teknologi pengawetan hasil hutan. Dengan demikian, maka merupakan tantangan berat kedepan untuk para peneliti. Oleh karena itu even Orasi Ilmiah APU pada masing-masing bidang ilmu yang ditekuninya pada hari ini menjadi sangat penting. Hadirin yang kami horrnati.

  Sebagaimana disampaikan Kepala Pustekotah, bahwa peneliti yang akan menyampaikan orasi ini merupakan peneliti senior yang akumulasi pengalaman penetitian di bidangnya masing- masing cukup lama, dengan telah melampaui berbagai ritme dinamika profesionalismenya sehingga berhasil mencapai derajat peneliti utama. Untuk itu mereka kita beri kesempatan lebih luas untuk menyampaikan keahlian dan hasil karyanya.

  Saya ucapkan selamat atas prestasi yang dicapai Bapak/Ibu Peneliti Pustekolah yang telah mencapai derajat jabatan fungsional peneliti tertinggi, dan penghargaan yang tinggi atas dedikasinya terhadap penelitian selama ini, yaitu;

  1. Sdr. Dra Sihati Suprapti, yang selama ini banyak menekuni bidang “Pengeloaan Jamur Perusak Kayu”. Keahliannya ini merupakan bidang yang sangat penting terkait dengan upaya teknologi pengawetan hasil hutan.

  2. Sdr. Barly, B.Sc, yang menekuni masalah “Pengawetan Kayu”, yang kebetulan beliau ini pada tahun 2013 memasuki masa purna tugas.

  3. Sdr. Dr. Ir. Han Roliadi, M.Sc, atas ketekunannya pada bidang “Teknologi Papan Serat”;

  4. Sdr. Drs. Paimin Sukartono, yang mendalami bidang “Entomologi”;

  5. Sdr. Ir. Jamal Balfas, M.Sc, yang menekuni teknologi bidang “Panel Kayu” dan sumber- sumber yang Inkonvensional, salah satunya berupa teknologi pembuatan panel kayu dari batang sawit.

  6. Sdr. Ir. Sona Suhartana, yang menekuni bidang “Pemanenan Kayu Ramah Lingkungan”;

  7. Sdr. Ir. Efrida Basri, M.Sc, atas ketekunannya di bidang “Pengeringan Kayu?,

  8. Sdr. Ir. M. Muslich, M.Sc, atas ketekunannya mendalami pengawetan kayu dan hama/ penyakit kayu, terutama penggerek kayu di laut (marine boorer).

  Hadirin yang saya hormati, jabatan APU adalah suatu prestasi sekaligus komitmen untuk lebih mengembangkan apa yang selama ini kita lakukan di dalam sistem kehutanan maupun sistem pembangunan nasional dan sistem kedepannya. Sebagai contoh jika kita menekuni bidang pengawetan kayu sehingga kita mendapatkan gelar profesor riset ataupun APU. Dengan begitu kita akan menguasai lebih dalam aspeknya dari A sampai Z. Lebih lanjut apakah itu artinya bagi pembangunan kehutanan dan bagi pembangunan nasional. Sehingga APU betul- betul menguasai bidang yang ditekuninya. Sehingga ketika mencapai suatu jabatan tertinggi ini mempunyai konsekuensi keahlian tertinggi yang memang diperlukan masyarakat dan digunakan di dalam pembangunan nasional.

  Hadirin sekalian, kesempatan ini merupakan suatu hal yang baik untuk kita diskusikan, sehingga masyarakat tahu siapa ahli peneliti kita? dimana tempat bertanya mengenai aspek dalam penelitian kehutanan kita, siapa ahli eksploitasi hutan kita? siapa ahli hama kayu? dan siapa ahli dalam bidang-bidang lainnya?.

  Saya harapkan APU bisa lebih berperan di masyarakat, dan tentunya jenjang APU ini bukanlah sesuatu yang akhir dan masa pengabdian ini, akan tetapi menjadi awal bagi pengabdian yang lebih luas.

  Sekali lagi saya ucapkan terima kasih atas adanya acara ini. Semoga apa yang kita kerjakan hari ini merupakan amal ibadah kita yang diridhoi Allah SWT.

  Wassalamualaikum Wr. Wb.

  Bogor, 3 Desember 2012 Kepala Badan Litbang Kehutanan Dr. Ir. R. Iman Santoso, M.Sc

  

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i

SAMBUTAN KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PEMGEMBANGAN

  .............................................................................................................. iii

  KEHUTANAN

DAFTAR ISI …............................................................................................................ xi

DAFTAR LAMPIRAN ….............................................................................................. xii

MAKALAH ORASI

  1. Pengelolaan Jamur Perusak Kayu untuk Mendukung Pelestarian dan Pemanfaatan Sumber Daya Hutan .....................................................................................................

  1 Sihati Suprapti

  2. Peran Pengawetan Kayu Status Penelitian dan Penerapannya dalam Praktek

Barly .....................................................................................................................

  45

  3. Arti Penting Pemahaman Perilaku Serangga Perusak Kayu untuk Pengendaliannya yang Lebih Ramah Lingkungan.

  

Paimin Sukartana ................................................................................................

  69

  4. Pemanfaatan Limbah Batang Sawit untuk Produk Solid dan Panel Kayu Lapis ......................................................................................................... 105

  Jamal Balfas

  5. Pemanenan Hutan Ramah Lingkungan Menjamin Produksi Kayu yang Berkelanjutan

  Sona Suhartana ................................................................................................... 123

  6. Pengeringan Kayu Di Indonesia, Status Penelitian dan Aplikasinya dalam Praktek

  Efrida Basri ......................................................................................................... 157

  7. Permasalahan dan Solusi Penggerek Kayu di Laut” ........................................................................................................... 183

  M. Muslich

  8. Teknologi Pengolahan Bahan Berserat Ligno-selulosa Ramah Lingkungan Menjadi Pulp dan Produk Turunannya

  Han Roliadi .......................................................................................................... 211 LAMPIRAN

  

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1. Surat Keputusan Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan .......................... 261

  Lampiran 2. Jadwal Acara Orasi Ahli Peneliti Utama (APU) ................................... 264 Lampiran 3. Tanggapan/ Pembahasan ...................................................................... 265 Lampiran 4. Daftar Hadir ........................................................................................ 278

  

ORASI ILMIAH AHLI PENELITI UTAMA

(APU)

PENGELOLAAN JAMUR PERUSAK KAYU UNTUK

MENDUKUNG PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN

SUMBER DAYA HUTAN

  

Oleh:

Dra. Sihati Suprapti

KEMENTERIAN KEHUTANAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KETEKNIKAN KEHUTANAN DAN

PENGOLAHAN HASIL HUTAN

  

Bogor, 2013

  PROFIL Sihati Suprapti , dilahirkan di Yogyakarta pada tanggal 9 September 1954 adalah

  anak pertama dari enam bersaudara pasangan Bapak Prapto Suwito dengan Ibu Suprapti. Menikah dengan Drs. Djarwanto MSi, pada tanggal 6 April 1983. Pendidikan mulai SD Negeri Grogolan di Sleman tamat tahun 1966, SMP Negeri Bogem di Sleman tamat tahun 1969, SMA Negeri II IKIP di Yogyakarta tamat tahun 1972, dan Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta tamat tahun 1978.

  Pendidikan non formal yang diikuti yaitu Penataran Statistika dan Perancangan Percobaan di Jakarta tahun 1982, dan Training Forestry and Forest Products Research di Jepang tahun 1985.

  Mulai bekerja sebagai pegawai bulanan proyek pada Lembaga Penelitian Hasil Hutan pada bulan Pebruari-Nopember 1979, calon pegawai negeri sipil pada bulan Desember 1979, pegawai negeri sipil (Penata Muda/IIIa) pada tahun 1981, dan kemudian Pembina Utama/IVe pada tahun 2003. Jabatan fungsional peneliti dimulai staf peneliti pada Lembaga Penelitian Hasil Hutan tahun 1979-1985, Asisten Peneliti Madya tahun 1985, Ajun Peneliti Madya tahun 1988, Peneliti Muda tahun 1989, Peneliti Madya tahun 1992, Ahli Peneliti Muda tahun 1995, Ahli Peneliti Madya tahun 1999 dan Ahli Peneliti Utama tahun 2001.

  Bidang penelitian yang ditekuni adalah Pengolahan Hasil Hutan terutama biodeteriorasi hasil hutan. Selain sebagai peneliti juga diminta sebagai pengajar pada kursus/pelatihan dan pembimbing mahasiswa di FMIPA Universitas Indonesia, Fakultas Kehutanan dan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian Universitas Djuanda, Bogor dan FKIP Universitas Pakuan, Bogor.

  Kegiatan ilmiah dilakukan untuk menambah wawasan penelitian. Mengikuti beberapa seminar dan pertemuan ilmiah nasional maupun internasional baik sebagai pembicara ataupun peserta. Sampai saat ini karya tulis ilmiah yang ditulis sendiri maupun bersama peneliti lain berjumlah 130 buah.

  Keanggotaan profesi ilmiah. Sebagai anggota Perhimpunan Mikrobiologi Indonesia, Perhimpunan Biologi Indonesia, Masyarakat Peneliti Kayu Indonesia, Perhimpunan Entomologi Indonesia, dan Himpunan Perlindungan Tanaman Indonesia.

  Selain itu, untuk menambah wawasan dan kemampuan dilakukan saling komunikasi di antara peneliti seprofesi dan kerjasama penelitian, antara lain kerjasama penelitian dengan Korea (UNESCO) tahun 1994-1995, Forestry Research Institute, Korea tahun 1999, dan JIFTRO, Japan tahun 1999-2004.

  PRAKATA

  Bismillahirrohmanirrohim Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarakattuh, Yang terhormat Bapak/Ibu, Kepala Badan Litbang Kehutanan, Kepala Pusat Lingkup Badan Litbang Kehutanan, Rekan-rekan peneliti dan pejabat fungsional lingkup Kementerian Kehutanan, Para undangan dan hadirin yang berbahagia,

  Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan berkah-Nya kepada kita semua, sehingga kita dapat hadir dalam acara orasi ilmiah Ahli Peneliti Utama lingkup Pustekolah. Suatu kehormatan bagi saya untuk tampil di hadapan hadirin yang mulia, mempresentasikan tentang jasad renik ciptaan Allah, yaitu jamur, yang merupakan salah satu sumberdaya hutan yang berukuran sangat kecil sehingga sering tidak diperhatikan. Allah menciptakan makhluk pasti memiliki manfaat bagi kehidupan. Oleh karena itu, manusia berkewajiban mencari atau meneliti kegunaan mikroba/jasad renik tersebut. Jamur memiliki peran besar dalam kehidupan di bumi ini. Jamur memberi manfaat bagi kehidupan manusia antara lain sebagai perombak utama limbah lignoselulosa, dan sumber pangan.

  Untuk itu perkenankanlah saya membacakan orasi ilmiah saya selaku Ahli Peneliti Utama, dengan judul:

  

PENGELOLAAN JAMUR PERUSAK KAYU UNTUK MENDUKUNG

PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA HUTAN

I. PENDAHULUAN

  Para hadirin yang saya hormati,

  Jamur atau supa atau cendawan atau fungi perusak kayu dapat dikelompokkan menjadi: jamur pelapuk yaitu jamur pelapuk putih (white rot fungi), jamur pelapuk cokelat (brown rot ) dan jamur pelunak (soft rot fungi), dan jamur pewarna antara lain jamur biru (blue stain)

  fungi

  dan jamur pewarna permukaan atau kapang (mold). Serangan jamur tersebut dapat terjadi pada kayu, rotan, bambu dan biji-bijian yang masih segar/basah sampai yang sudah kering. Hampir semua jenis kayu, rotan dan bambu dapat terserang jamur baik berupa bahan baku maupun barang jadi yang terpasang. Serangan jamur tersebut dapat menurunkan kekuatan dan atau kualitasnya. Penurunan kualitasnya secara umum ditandai oleh cacat genetis,

  ¿ sis, mekanis dan biologis. Cacat biologis dipandang sebagai faktor yang paling menentukan karena meninggalkan bekas serangan, merusak struktur dan kekuatannya. Namun di balik itu terdapat juga jamur yang bermanfaat bagi kehidupan manusia dan lingkungan, antara lain sebagai pangan fungsional, bioaktivator dalam pembuatan kompos, untuk proses biopulping, biobleaching, dan bioremediasi lingkungan.

II. JAMUR PERUSAK KAYU

  Hadirin yang saya muliakan,

A. Jamur Pewarna Kayu

  Jamur biru adalah sejenis jamur dari kelompok Ascomycetes dan fungi imperfect yang dapat menimbulkan cacat warna pada beberapa jenis kayu yang masih basah, terutama kayu yang berwarna cerah seperti ramin (Gonystylus bancanus Kurs.), damar (Agathis spp.), tusam (Pinus merkusii Jung et de Vr.), meranti (Shorea spp.), jelutung (Dyera costulata Hkf.), jabon (Anthocephalus cadamba Miq.), dan karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.). Serangan jamur biru ini dapat terjadi pada dolok yang baru ditebang, biasanya dimulai pada bontos atau kulit yang terkelupas, dan pada kayu gergajian yang masih basah. Serangan tersebut tidak

  1

  menurunkan kekuatan kayu dan tidak menyebabkan pelapukan kayu, namun menurunkan nilai estetika kayu, karena warna kayu menjadi abu-abu muda sampai biru kehitaman atau sering juga berwarna cokelat gelap, sehingga tampak kotor, akibatnya nilai ekonomis kayu menurun. Oleh karena kayu yang terserang jamur biru ini masih dapat digunakan untuk kayu kontruksi bangunan. Upaya menghindari (mencegah) serangannya pada kayu bulat (dolok) antara lain dengan mengangkut dan mengolahnya sesegera mungkin. Tindakan proteksi tersebut dapat dilakukan pula dengan cara merendam dolok di dalam air atau menyemprotnya terus menerus. Sedangkan pencegahan jamur biru pada kayu gergajian yaitu dengan mengeringkan kayu secepatnya. Kayu gergajian dapat ditumpuk di dalam ruang yang berventilasi baik. Kayu ganjal (sticker) pada penumpukan sebaiknya dibuat dari kayu yang tahan terhadap serangan jamur biru berupa kayu teras atau kayu yang telah diawetkan. Apabila tindakan pencegahan tersebut sulit dilakukan maka pada bagian ujung dolok (bontos) atau di seluruh permukaan dolok yang kulitnya terkelupas disemprot larutan bahan kimia. Perlindungan ini harus dilakukan paling lambat 48 jam setelah pohon ditebang.

  Bahan kimia yang dinilai efektif mencegah serangan jamur biru dan aman terhadap lingkungan adalah pestisida yang mengandung bahan aktif: boron, dichlo À uanida,

  3,4,5 bromodichlorophenol, tributyltin, 8-hydroxy-quinoline, thyocyanat, dan benzothiazole .

  Bahan aktif murni tersebut sulit diperoleh, sehingga digunakan pestisida yang formulasinya mengandung salah satu bahan aktif tersebut. Apabila musim hujan penggunaan bahan pengawet larut minyak lebih baik dibandingkan dengan bahan pengawet larut air. Jika ditemukan serangan kumbang ambrosia (pinhole) maka bahan pengawet yang digunakan untuk jamur biru dapat ditambah insektisida (misalnya benzenehexachlorida dengan konsentrasi larutan 5-10%). Apabila pengeringan tidak dapat dilakukan dengan cepat maka kayu yang sudah digergaji segera disemprot dengan bahan pengawet atau dicelupkan ke dalam bak pengawetan. Pestisida komersil yang mengandung bahan aktif dichlo

  À uanid atau Na-4-bromo-2,5-dichlorophenol atau tributyltin acetate + insektisida, dengan konsentrasi larutan 1,5% dapat mencegah serangan

  3

  jamur biru pada kayu gergajian sampai 4 minggu Selain itu, pencegahan serangan jamur biru dapat dilakukan dengan menginokulasikan jamur tertentu pada kayu. Misalnya dengan menginokulasi colorless mutant fungus yaitu

  

Ophiostoma piliferum dan Phlebiopsis gigantea dapat mencegah perkembangan jamur biru

  2

  pada kayu . Pencegahan serangan jamur dapat pula dilakukan menggunakan bahan penghambat (cairan jernih “primer” diformulasi dengan fungisida), seperti “Aidol Primer/Blue Stain

  

Inhibitor ” dengan cara pelaburan, pencelupan pada kayu di bagian luar (jendela, pintu luar)

  6

  tetapi tidak kontak dengan tanah, dan kadar air kayunya tidak lebih 15% . Didapatkan 6 jenis bakteri dapat mencegah serangan Ceratocystis coerulescens (blue stain) dan Trichoderma

  7 harzianum (mold) pada kayu Pinus sp. (southern yellow pine) .

B. Jamur Pelapuk Kayu

  Hadirin yang saya hormati,

  Jamur pelapuk dapat menyerang kayu bangunan perumahan, bantalan rel kereta api, tiang

  8

  listrik, menara pendingin (cooling tower), perahu, penyangga jembatan, patok, dan pagar , serangannya kadang ditandai oleh munculnya tubuh buah jamur. Munculnya jamur tersebut dapat dijumpai pada kayu yang baru dipasang satu bulan sampai beberapa tahun. Serangan jamur umumnya terjadi terhadap kayu yang dipasang di tempat dengan kondisi lingkungan lembab atau pada bagian yang sering terkena air atau bagian yang berhubungan dengan tanah. Jamur berperan utama pada kerusakan 37 jenis kayu Dipterocarpaceae yang dikubur pada

  9

  tanah lembab yakni sebesar 59,5% . Didapatkan bahwa sekitar 30 jenis jamur pelapuk dapat

  10

  menyerang kayu bangunan . Di Jawa Barat, kerusakan kayu bangunan perumahan oleh jamur

  11

  mencapai 67,10% Serangan jamur tersebut dapat menurunkan kekuatan kayu. Keteguhan pukul kayu sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Fosb.) turun sampai 80% setelah terinfeksi

  12 Schizophyllum commune dengan masa inkubasi selama 24 minggu . Beberapa jenis jamur

  pelapuk juga menyerang kayu bantalan rel kereta api, walaupun kayu yang digunakan memiliki kelas awet dan kuat tinggi (I-II), seperti jati (Tectona grandis), merbau (Intsia bijuga), ulin (Eusideroxylon zwageri), keruing (Dipterocarpus sp.), bangkirai (Shorea laevifolia Endert), balau (Shorea sp.). Dari seluruh kayu bantalan yang rusak disebabkan oleh jamur pelapuk sebanyak 49,6%, retak dan pecah 17,1%, patah 1,9%, serangan rayap 0,0%, dan tidak tercatat 31,2%. Tindakan pencegahan serangan jamur perusak kayu bantalan antara lain mengawetkan

  3

  kayu keruing dengan 4% coppernaphtenate dalam resex (7,3 kg/m ) yang dapat memperpanjang usia pakai tiga kali lipat dibandingkan dengan kayu kontrol (3 tahun). Kayu rengas yang

  

3

  diawetkan dengan coppernaphtenate (10,3 kg/m ) usia pakainya 4,5 kali dibandingkan dengan

  13

  kayu kontrol (2 tahun) . Kayu jati yang diawetkan dengan Boliden BIS setelah 50 tahun

  14

  kondisinya masih layak dan terpasang baik . Pemakaian bantalan kayu yang diawetkan dapat

  15

  menghemat biaya 50% . Menurut PT KAI (2001) pemakaian kayu bantalan untuk perawatan atau penggantian sambungan, jembatan, tikungan di Daop I sekitar 1700 batang per semester

  3

  (+ 260 m per tahun), sedangkan untuk di Bogor-Jakarta diperlukan 700 batang per semester

  3

  (+ 105 m per tahun). Jika usia pakai kayu dapat ditingkatkan satu tahun saja, maka akan dapat dihemat pemakaian kayu sebanyak volume tersebut. Rumah dari kayu sengon yang diawetkan

  16 dengan CCA setelah 47 tahun masih dalam keadaan terpasang dengan baik .

  Jamur yang telah menyerang kayu sulit dimatikan dengan pestisida, karena fungisida umumnya bersifat mencegah atau menghambat pertumbuhan. Jika faktor lingkungannya menguntungkan maka jamur pelapuk dapat menyerang kayu walaupun kayu tersebut telah diawetkan. Ini mungkin disebabkan beberapa jenis jamur memiliki toleransi yang tinggi terhadap bahan pengawet atau memiliki kemampuan mendegradasi bahan pengawet yang digunakan. Kayu bantalan rel kereta api dan tiang listrik masih diserang Lentinus lepideus walaupun telah

  17,18

  diawetkan dengan creosot . Jamur pelunak dapat membusukkan kayu yang telah diawetkan dengan CCA. Phialophora spp. dapat menyerang kayu tiang listrik yang diawetkan dengan

19 CCA .

  Selain itu, untuk menghindari serangan jamur pelapuk dapat dilakukan dengan merubah faktor lingkungannya sampai batas yang tidak menguntungkan pertumbuhannya. Kadar air kayu diusahakan kurang dari 20%. Kayu yang telah kering disimpan di gudang dan dipertahankan agar tetap kering. Pemberian aerasi yang cukup pada tumpukan kayu sehingga tidak terjadi akumulasi uap lembab. Penumpukan kayu yang telah lama tidak dicampur dengan yang masih baru, dan kayu yang telah terserang jamur pelapuk harus diisolir atau dihilangkan. Lantai gudang disemprot dengan antiseptik seperti sodium fl uoride (NaF), zinc chloride (ZnCl ), dan copper

  2

sulphate (CuSO ). Sanitasi harus sudah dilakukan mulai di hutan, tempat penumpukan kayu

  4

  (logpond), dan gudang kayu. Diketahui 6 jenis bakteri dapat menghambat serangan jamur pelapuk

  7 cokelat (Postia placenta) dan jamur pelapuk putih (Coriolus versicolor) pada kayu Pinus sp. .

  Pencegahan serangan jamur dapat juga dilakukan dengan karbonisasi pada suhu rendah (low

  

temperature carbonization ). Dalam percobaan kuburan, ketahanan kayu Pinus sylvestris yang

o

  dikarbonisasi pada suhu rendah (275

  C) lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol, sedangkan

  20

  ketahanan terhadap mikroba pelapuk setara dengan sampel yang diimpregnasi creosot . Kayu yang dipasang di tempat terbuka dan yang berhubungan dengan tanah atau sering terkena air sebaiknya diawetkan dengan pestisida yang berfungsi sebagai fungisida dan insektisida. Golongan pestisida yang diizinkan antara lain tembaga khrom boron (CCB) dan tembaga khrom

  À uor (CCF), pemakaiannya dengan cara melaburkan atau merendamnya (metode rendaman dingin, rendaman panas dingin) dan secara vakum tekan. Kedua kelompok bahan kimia tersebut mudah luntur, namun masih digunakan karena pilihannya terbatas. Pemerintah diharapkan memfasilitasi penelitian inovasi teknologi peramuan bahan pengawet kayu kepada Litbang dan Universitas, serta teknologi bioremediasi limbah kimia menggunakan jamur.

III. KEMAMPUAN JAMUR DALAM MELAPUKKAN KAYU

  Hadirin yang terhormat,

  Kemampuan jamur dalam melapukkan kayu berarti juga ketahanan kayu atau daya tahan suatu jenis kayu terhadap jamur. Contoh jamur yang memiliki kemampuan melapukkan kayu tinggi antara lain Pycnoporus sanguineus HHBI-324, Tyromyces palustris, Schizophyllum

  HHBI-204, dan Polyporus sp. HHBI-209. Jika kemampuan jamur dalam melapukkan

  commune

  kayu tinggi maka dapat menurunkan kelas ketahanan kayu. Ketahanan suatu jenis kayu terhadap berbagai jenis jamur bervariasi. Beberapa faktor antara lain tempat tumbuh, kecepatan tumbuh, umur pohon waktu ditebang, bagian batang, zat ekstraktif kayu dan tempat pemasangan kayu dapat mempengaruhi ketahanan kayu tersebut. Ketahanan suatu jenis kayu berperan dalam menentukan usia pakai kayu. Ketahanan kayu rasamala (Altingia excelsa Noronha) yang berasal dari hutan alam termasuk kelas awet I dan kayu yang dari hutan tanaman umur 48 tahun termasuk kelas III-IV21. Ketahanan kayu jati yang berumur < 75 tahun termasuk kayu kelas II–IV. Agar masuk ke dalam kayu kelas 1 (kelompok kayu sangat-tahan) maka pohonnya harus ditebang pada umur lebih dari 93 tahun. Dalam penelitian ketahanan kayu jati, ternyata 85% contoh kayu hancur karena serangan jamur dan sisanya karena serangan rayap atau karena keduanya. Tiga belas varietas jati yang berasal dari dua tempat tumbuh memiliki ketahanan

  22

  yang sama, yakni kelas II (kelompok kayu tahan) . Kayu mangium asal Parung Panjang dengan umur 5-8 tahun termasuk kayu kelas III (agak-tahan) dan umur 11 tahun termasuk kayu kelas

  II, serta kayu yang berasal dari Serang dengan umur pohon 11 tahun termasuk kayu kelas IV (tidak-tahan). Ketahanan kayu mangium bagian tepi (dianggap gubal) dan kayu bagian dalam

  23

  (dianggap bagian teras) termasuk dalam kelompok yang sama yaitu kelas III . Dari 40 jenis kayu tropis yang duji terhadap tiga jenis jamur pelapuk dan percobaan kuburan didapatkan bahwa yang termasuk kelas I (8 jenis kayu), kelas II (7 jenis), kelas III (9 jenis), kelas IV (12

  24

  jenis) dan kelas V (4 jenis) . Ketahanan kayu dari dolok diameter <30 cm terhadap jamur menunjukkan bahwa hanya 1 jenis kayu yaitu Palaquium gutta yang termasuk kelas III dan 4 jenis kayu termasuk kelas IV, bagian tepi dan dalam dolok memiliki kelas yang sama yaitu kelas

25 IV . Didapatkan juga bahwa dua tegakan pohon dari lima jenis kayu asal Sukabumi memiliki

  26

  kelas yang sama yaitu kelas IV . Tingkat ketahanan sembilan jenis kayu asal Kalimantan Timur termasuk kelompok kelas III-IV, dan kayu asal Jawa Barat dan Kalimatan Tengah

  27,28

  termasuk kelas II (3 jenis), kelas III (2 jenis) dan kelas IV (3 jenis kayu) . Demikian pula uji ketahanan 6 jenis kayu terhadap 9 jamur pelapuk menunjukkan bahwa kayu kelas II (1 jenis),

  29

  kelas III (2 jenis) dan kelas IV (3 jenis) . Berdasarkan ketahanan 84 jenis kayu terhadap jamur didapatkan 30 jenis termasuk kelompok kayu kelas II, 20 jenis (kelas III), 32 jenis (kelas IV)

  30

  dan 2 jenis (kelas V) . Kelas ketahanan kayu dapat digunakan sebagai acuan dalam mengambil keputusan tentang pentingnya perlakuan khusus terhadap suatu jenis kayu yang akan dipakai.

  Berdasarkan hasil penelitian, kayu kelas III-IV jika hendak dipakai sebagai bahan bangunan

  31

  sebaiknya diawetkan terlebih dahulu guna mencegah serangan jamur pelapuk . Saat ini kayu yang beredar di masyarakat memiliki kelas II-V. Oleh karena itu, jika akan menggunakan kayu tersebut untuk perumahan dan gedung, bantalan rel kereta api, dan jembatan sebaiknya kayu tersebut diawetkan dahulu sebelum dipasang agar terhindar dari serangan jamur.

IV. JAMUR PERUSAK PADA ROTAN DAN BAMBU

  Hadirin yang saya hormati,

  Jamur perusak rotan dan bambu umumnya termasuk kelompok jamur pewarna/blue stain, kapang/mold dan jamur pelapuk. Pertumbuhan jamur tersebut dapat terjadi pada kadar air 23-

  o 32,33

  150%, dan tumbuh baik pada kadar 35-120% dan suhu 22-30 C . Pertumbuhan jamur tersebut

  o

  34

  terhambat pada kadar air kurang dari 20% dan suhu lebih dari 40 C . Serangan jamur tersebut terjadi segera setelah rotan atau bambu ditebang, baik di tempat pemungutan, pengumpulan, pengangkutan dan pengeringan atau penjemuran, dan biasanya dimulai pada bagian bontos atau permukaan yang kulitnya terkelupas. Noda pewarnaan blue stain yang tampak abu-abu muda sampai biru kehitaman atau sering juga berwarna cokelat gelap.

  Hadirin yang berbahagia,

A. Jamur Perusak Rotan

  Rotan yang terserang jamur pewarna nampak kotor tetapi kekuatannya tidak menurun sehingga masih dapat digunakan untuk perabot yang pada proses fi nishing/akhir dipakai warna gelap, dan apabila serangannya ringan dapat dikurangi dengan diserut lagi atau diputihkan dengan bahan kimia. Rotan segar yang dikuliti lebih rentan terhadap jamur dibandingkan dengan rotan yang tidak dikuliti bila dikeringkan ditempat terbuka dan kena hujan dan embun. Uji kerentanan tiga jenis rotan (manau, semambu dan irit) menunjukkan bahwa 93,33% terdapat serangan internal (noda pewarnaan bagian dalam) dan sebanyak 46,67% mendapat serangan

  35 internal yang hebat . Serangan jamur tersebut dapat menurunkan nilai jual bahan baku rotan.

  Serangan jamur di permukaan 11 jenis rotan berkisar antara 13,30–100% dan turunnya nilai jual berkisar antara 14,29-100%. Nilai jual turun 100% berarti rotan tersebut afkir dan tidak dapat digunakan lagi, yang ditemukan pada rotan irit dan sega dengan serangan permukaan 89,90% dan 87,60%, rotan mandola dengan serangan jamur 72,7% dan jumlah lubang akibat

  2

  serangan bubuk 845 buah/m . Khusus untuk rotan manau yang mendapat serangan jamur 100% termasuk kriteria afkir dan nilai jualnya turun 71,91%36. Serangan jamur pelapuk dapat terjadi mulai rotan segar dan dapat mengakibatkan kekuatan rotan menurun. Munculnya tubuh buah jamur pelapuk telah terlihat pada umur 38 hari (S. commune), 52 hari (Coprinus sp.), lebih kurang 6 bulan (Polyporus sp.) dan lebih dari 12 bulan (D. spathularia) sejak rotan ditebang. Pelapukan rotan yang ditandai oleh penurunan berat akibat serangan S. commune adalah 5,79%37. Penurunan berat tiga jenis rotan yang digoreng dan yang tidak digoreng lalu dicelup larutan kaporit 3% oleh Pycnoporus sanguineus, Dacryopinax spathularia dan S. commune

  38 berkisar antara 10,43 - 32,87% .

  Untuk menghindari serangan perlu dilakukan tindakan pencegahan antara lain jika memungkinkan penebangan rotan dilakukan pada musim kemarau, kemudian segera diangkut, diolah dan dikeringkan. Hasil pengamatan di beberapa industri rotan, pengolahan rotan yang cepat dapat menekan serangan jamur pewarna kurang dari 10% (pengeringan dengan sinar matahari dan tidak terkena hujan). Penggorengan rotan dan atau pengasapan rotan tidak mengurangi serangan jamur secara efektif. Penggorengan rotan dengan minyak tanah mampu menekan serangan jamur pewarna 13,13% selama 2 bulan pengeringan ditempat terbuka,

  39

  namun masih ditemukan serangan jamur pelapuk . Pengasapan terhadap rotan yang tidak digoreng maupun yang digoreng dapat mencegah serangan jamur biru, jika rotan tesebut dikeringkan dengan sinar matahari dan bila hujan atau malam disimpan di ruangan berventilasi

  40

  baik . Pencegahan serangan jamur pada rotan dapat dilakukan dengan pengeringan memakai

  o

  34

  dehumidi C . Selain itu, pencegahan serangan jamur dapat dilakukan ¿ er pada suhu 40-45 dengan menggunakan pestisida. Batang rotan dipotong sesuai ukuran kemudian diawetkan dengan fungisida di lokasi penebangan, pemotongan, pengumpulan, dan pengolahan kemudian dikeringkan. Fungisida yang digunakan yaitu bahan kimia sama seperti yang digunakan pada kayu dan berfungsi mencegah serangan jamur dan bubuk. Pencelupan rotan segar dengan bahan kimia konsentrasi 0,5-2,5% dapat mencegah serangan jamur pewarna selama 2-4 minggu dalam

  41

  proses pengeringan di tempat terbuka dan dengan kondisi setiap hari hujan . Pencelupan tiga jenis rotan ke dalam larutan asam borat, boraks dan polibor 1–4%, kemudian dikeringkan di ruang beratap seng dan berventilasi baik selama 8 minggu dapat mencegah serangan jamur

  42

  pewarna menjadi kurang dari 18% dan pewarnaan internal sekitar 1% . Pencegahan serangan jamur pada rotan kering sebaiknya digunakan campuran fungisida dan insektisida (untuk mencegah serangan bubuk).

  Hadirin yang saya hormati,

B. Jamur Perusak Bambu

  Bambu yang telah diserang jamur pewarna terlihat kotor namun kekuatannya tidak menurun. Sedangkan bambu yang diserang jamur pelapuk kekuatannya menurun. Jenis jamur pelapuk yang menyerang bambu antara lain Schizophyllum commune, Dacryopinax spathularia, Polyporus spp., Pycnoporus sp., Pleurotus sajor-caju, Pleurotus spp., dan Auricularia spp.

  Upaya menghindari serangan jamur pada bambu, jika mungkin penebangan bambu dilakukan setelah masak tebang pada musim kemarau, kemudian segera dipotong, diangkut, diolah dan dikeringkan. Jika tidak mungkin, bambu setelah dipotong direndam dalam air mengalir. Pencegahan serangan jamur pada bambu dapat dilakukan seperti terhadap rotan, dan harus dipilih bahan kimia yang aman terhadap manusia karena umumnya bambu digunakan untuk bahan bangunan/rumah, perabotan dan kerajinan. Sedangkan pencegahan serangan jamur terhadap bambu kering dapat dilakukan dengan cara menyimpan atau memasangnya di tempat kering, terlindung dan tidak terkena atau berhubungan dengan air dan udara lembab. Pencegahan serangan organisme pada bambu kering dapat digunakan campuran fungisida dan insektisida. Selain itu tindakan pencegahan serangan jamur pada bambu untuk bangunan dapat dilakukan menggunakan senyawa kimia golongan tembaga chrom boron (CCB), dan tembaga

  43 chrom .

  À uor (CCF)

  Hadirin yang berbahagia,

  Dalam rangka pemasyarakatan pencegahan serangan organisme pada rotan dan bambu telah dilakukan sosialisasi, pelatihan, sedangkan praktek dan evaluasi di salah satu industri rotan di Klaten. Pertemuan antara pengusaha dan peneliti litbang yang di koordinir oleh Asmindo (Asosiasi Mebel Indonesia) di Jawa Timur. Transfer teknologi dan iptek telah bekerjasama dengan Departemen Perindustrian dan indutri serta pengrajin. Dukungan pemerintah diperlukan untuk mendorong pengusaha bahan pengawet meramu sendiri dengan bahan aktif yang tersedia. Pengusaha diharuskan mencegah serangan jamur sejak di penebangan, pengumpulan dan pengolahan agar kualitasnya prima.

  Penggunaan pestisida bukan satu-satunya cara untuk mencegah serangan jamur perusak dan bukan suatu keharusan, karena pemakaian yang tidak hati-hati dapat menimbulkan pencemaran lingkungan serta berbahaya bagi manusia. Oleh karena itu, penggunaan pestisida hanya dilakukan apabila cara lain sudah tidak memungkinkan. Selain itu, pestisida yang dipakai harus dipilih yang aman terhadap lingkungan dan efektif terhadap organisme sasaran serta tidak mengubah warna.

V. PERANAN JAMUR KAYU DALAM MENDUKUNG KEHIDUPAN

  Para hadirin yang saya muliakan,