PENGARUH MODEL EXPERIENTIAL LEARNING TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SMA.

PENGARUH MODEL EXPERIENTIAL LEARNING
TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS
SISWA SMA
(Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Kelas X
di Salah Satu SMA Negeri di Cimahi)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh
WITA APRIALITA
0900320
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2013
Wita Aprialita, 2013
Pengaruh Model Experiential Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis
Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENGARUH MODEL EXPERIENTIAL LEARNING
TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS
SISWA SMA
(Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Kelas X
di Salah Satu SMA Negeri di Cimahi)

Oleh
Wita Aprialita

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada
Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Wita Aprialita 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,
dengan dicetak ulang, difoto-kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.

Wita Aprialita, 2013
Pengaruh Model Experiential Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis
Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Wita Aprialita, 2013
Pengaruh Model Experiential Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis
Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Penelitian yang berjudul PENGARUH MODEL EXPERIENTIAL
LEARNING TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN
MATEMATIS SISWA SMA dilatarbelakangi oleh fakta bahwa kemampuan
pemahaman matematis siswa masih rendah. Salah satu model pembelajaran yang
berpotensi meningkatkan kemampuan tersebut adalah model experiential

learning. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan
pemahaman matematis antara siswa SMA yang memperoleh pembelajaran
experiential learning dengan yang memperoleh pembelajaran konvensional.
Penelitian ini termasuk kedalam jenis penelitian kuasi eksperimen dengan
menggunakan Desain Kelompok Kontrol Non-Ekivalen (The Non-Equivalent
Control Group Design). Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas X SMA
Negeri 2 Cimahi pada tahun ajaran 2013-2014 dengan sampel penelitian adalah
dua kelas yang ditentukan oleh pihak sekolah, dimana satu kelas sebagai kelas
eksperimen dan satunya lagi sebagai kelas kontrol. Teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tes pemahaman matematis yang
diberikan pada saat permulaan pembelajaran yang disebut dengan pretes dan pada
saat akhir pembelajaran yang disebut dengan postes dimana model experiential
learning telah diterapkan pada kelas eksperimen dan model pembelajaran
konvensional telah diterapkan pada kelas kontrol. Teknik pengumpulan data
lainnya yaitu jurnal harian siswa diberikan pada setiap akhir pertemuan, lembar
observasi diisi oleh guru mata pelajaran matematika sebagai observer ketika
proses pembelajaran sedang berlangsung, dan data mengenai proses pembelajaran
pada kelas eksperimen akan diambil melalui rekaman audio visual. Kesimpulan
dari penelitian ini adalah kemampuan pemahaman matematis siswa SMA yang
memperoleh pembelajaran experiential learning tidak lebih tinggi daripada yang

memperoleh pembelajaran konvensional. Hal ini diduga karena kurangnya
pengalaman dalam menampilkan perilaku kognitif guru yang luwes sebagai
karakteristik kepribadian guru yang dapat memotivasi siswa dalam belajar, kurang
menghayati setiap tahapan dalam model experiential learning sehingga belum
dapat mengimplementasikan model pembelajaran tersebut dengan baik, dan
terdapat faktor luar yang tidak terkontrol selama penelitian berlangsung.
Kata kunci: model experiential learning, kemampuan pemahaman matematis.

ii
Wita Aprialita, 2013
Pengaruh Model Experiential Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis
Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

A research entitled PENGARUH MODEL EXPERIENTIAL LEARNING
TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS
SISWA SMA is motivated by the fact that student's mathematical understanding
ability is still low. A model that has the potential to improve this mathematical

understanding ability is experiential learning model. The purpose of this research
is to find out the ability of mathematical understanding between high school
students who acquire experiential learning and conventional learning. The type of
this research is quasi experimental research using The Non-Equivalent Control
Group Design. The population is all students of class X SMA Negeri 2 Cimahi in
2013-2014, and the sample is two classes selected by school, where one class as
an experimental class and another one as a control class. Data collection
techniques consist of mathematical comprehension test given at the beginning of
the learning called by pre-test and at the end of the learning called by post-test
when experiential learning model has been applied to the experimental class and
the conventional learning model has been applied to the control class. Other data
collection techniques are a daily journal given to students at the end of each
learning session, observation sheets filled out by the mathematics teachers as an
observer when the learning process is ongoing, and data on the learning process
in the experimental class will be taken through the audio-visual recording. The
conclusion of this study is the high school student's mathematical understanding
ability who acquired experiential learning was not higher than that student who
acquired conventional learning. Allegations that led to these conclusions were the
lack of teacher’s experience in showing a flexible cognitive behavior as
personality characteristics of teachers who can motivate students to learn, the

lack in comprehending fully each stage in the model of experiential learning that
has not been able to implement the learning model well, and there was external
variable that is not controlled during the research.
Keywords: experiential learning model, mathematical understanding ability.

ii
Wita Aprialita, 2013
Pengaruh Model Experiential Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis
Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ....................................................................................................... i
ABSTRAK .............................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................................. iv
DAFTAR ISI ............................................................................................................v
DAFTAR TABEL ................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ix

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah .....................................................................................1
B. Batasan Masalah.................................................................................................7
C. Rumusan Masalah ..............................................................................................7
D. Tujuan Penelitian ...............................................................................................8
E. Manfaat Penelitian .............................................................................................8
F. Anggapan Dasar .................................................................................................9
G. Definisi Operasional...........................................................................................9
BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................................................10
A. Kajian Pustaka ..................................................................................................10
1. Kemampuan Pemahaman Matematis .........................................................11
2. Indikator Pemahaman Matematis ...............................................................12
3. Model Experiential Learning .....................................................................14
4. Kaitan antara Kemampuan Pemahaman Matematis dan Model
Experiential Learning ................................................................................19
5. Model Pembelajaran Konvensional ...........................................................20
B. Penelitian Relevan ............................................................................................21
C. Hipotesis Penelitian ..........................................................................................21
v

Wita Aprialita, 2013
Pengaruh Model Experiential Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis
Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III METODE DAN DISAIN PENELITIAN ................................................22
A. Metode dan Disain Penelitian ..........................................................................22
B. Populasi dan Sampel Penelitian .......................................................................24
C. Bahan Pembelajaran .........................................................................................25
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ................................................25
2. Lembar Tugas Siswa ..................................................................................25
D. Instrumen Penelitian.........................................................................................26
1. Tes Pemahaman Matematis........................................................................26
a. Validitas Butir Soal ..............................................................................28
b. Reliabilitas Instrumen ..........................................................................30
c. Daya Pembeda ......................................................................................31
d. Indeks Kesukaran .................................................................................32
2. Jurnal Harian ..............................................................................................34
3. Lembar Observasi ......................................................................................34
E. Teknik Pengumpulan Data ...............................................................................34

F. Teknik Analisis Data ........................................................................................34
1. Analisis Data Kuantitatif ............................................................................35
a. Analisis Kemampuan Awal Pemahaman Matematis ...........................36
b. Analisis Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis ................37
c. Analisis Kualitas Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis ..38
2. Analisis Data Kualitatif ..............................................................................39
a. Analisis Jurnal Harian ..........................................................................39
b. Analisis Lembar Observasi dan Rekaman Audio Visual .....................39
G. Prosedur Penelitian...........................................................................................40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................................42
A. Hasil Penelitian ...............................................................................................42
1. Analisis Data Kuantitatif ............................................................................42
a. Analisis Kemampuan Awal Pemahaman Matematis ...........................42
vi
Wita Aprialita, 2013
Pengaruh Model Experiential Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis
Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Analisis Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis ................46

c. Analisis Kualitas Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis ..50
2. Analisis Data Kualitatif ..............................................................................51
a. Analisis Jurnal Harian ..........................................................................51
b. Analisis Lembar Observasi dan Rekaman Audio Visual .....................56
B. Pembahasan .....................................................................................................59
1. Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran Experiential Learning.....................59
2. Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa ..............................................62
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI .................................................70
A. Kesimpulan .....................................................................................................70
B. Temuan Lain ...................................................................................................70
C. Rekomendasi ...................................................................................................71
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................72
LAMPIRAN-LAMPIRAN.....................................................................................75
RIWAYAT HIDUP ..............................................................................................216

vii
Wita Aprialita, 2013
Pengaruh Model Experiential Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis
Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


DAFTAR TABEL
Tabel
3.1

Nilai Koefisien Validitas Setiap Butir Soal................................................29

3.2

Validitas Setiap Butir Soal .........................................................................29

3.3

Daya Pembeda Setiap Butir Soal ...............................................................32

3.4

Indeks Kesukaran Setiap Butir Soal ...........................................................33

3.5

Interpretasi Skor Gain Ternormalisasi Rata-rata........................................39

4.1

Statistik Deskriptif terhadap Skor Pretes ...................................................43

4.2

Hasil Uji Normalitas Skor Pretes ...............................................................44

4.3

Hasil Uji Homogenitas Varians Skor Pretes ..............................................45

4.4

Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-rata Skor Pretes .........................................45

4.5

Statistik Deskriptif terhadap Skor Postes ...................................................46

4.6

Hasil Uji Normalitas Skor Postes ...............................................................47

4.7

Hasil Uji Homogenitas Varians Skor Postes ..............................................48

4.8

Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata Skor Postes .........................................49

4.9

Skor Gain Ternormalisasi Rata-rata Kelas Eksperimen dan Kontrol .............50

4.10

Hasil Jurnal Harian Siswa pada Pertemuan Pertama..................................51

4.11

Hasil Jurnal Harian Siswa pada Pertemuan Kedua ....................................52

4.12

Hasil Jurnal Harian Siswa pada Pertemuan Ketiga ....................................53

4.13

Hasil Jurnal Harian Siswa pada Pertemuan Keempat ................................55

viii
Wita Aprialita, 2013
Pengaruh Model Experiential Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis
Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ix
Wita Aprialita, 2013
Pengaruh Model Experiential Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis
Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR
Gambar
2.1

Siklus Experiential Learning dan Gaya Belajar Dasar Kolb .................16

4.1

Aktivitas pada Tahap Konkret-Reflektif ...............................................60

4.2

Aktivitas pada Tahap Konkret-Aktif .....................................................61

4.3

Aktivitas pada Tahap Abstrak-Reflektif ................................................61

4.4

Aktivitas pada Tahap Abstrak-Aktif .....................................................62

x
Wita Aprialita, 2013
Pengaruh Model Experiential Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis
Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1

Chapter Design Materi Eksponen Kelas X Semester Ganjil ..............76

2

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen...........80

3

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol .................98

4

Revisi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas
Eksperimen ........................................................................................118

5

Kisi-kisi Tes Pemahaman Matematis pada Materi Eksponen dan
Jawaban .............................................................................................138

6

Instrumen Tes Pemahaman Matematis .............................................143

7

Jurnal Harian Siswa...........................................................................144

8

Lembar Observasi terhadap Aktivitas Pembelajaran .......................145

9

Contoh Jawaban Siswa pada Lembar Tugas Siswa ..........................148

10

Contoh Jawaban Siswa pada Pengujian Kualitas Soal Tes ...............166

11

Contoh Jawaban Siswa pada Pretes ..................................................169

12

Contoh Jawaban Siswa pada Postes ..................................................176

13

Hasil Pengujian Kualitas Soal Tes Menggunakan Anates ................184

14

Diagram Skor Pretes dan Postes .......................................................187

15

Hasil Pengujian Data Kuantitatif Menggunakan SPSS .....................189

16

Nilai-nilai dalam Distribusi t .............................................................195

17

Hasil Jurnal Harian Siswa Setiap Pertemuan ....................................196

18

Hasil Observasi Setiap Pertemuan ....................................................200

19

Kartu Bimbingan Skripsi/Tugas Akhir (TA) ....................................212

20

Surat Izin Melaksanakan Penelitian ..................................................214

21

Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ............................215

xi
Wita Aprialita, 2013
Pengaruh Model Experiential Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis
Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan berkembangnya zaman, persaingan-persaingan ketat dalam
segala bidang kehidupan saat ini, menuntut setiap bangsa untuk mampu
menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Salah satu solusi
permasalahan tersebut adalah dengan menciptakan pendidikan yang berkualitas.
Pembangunan dalam bidang pendidikan menjadi hal yang diutamakan bagi
terciptanya pendidikan yang berkualitas. Indonesia juga telah menyadari betapa
pentingnya

pendidikan

saat

ini.

Pemerintah

pun

mengupayakan

agar

terselenggaranya pendidikan yang berkualitas dengan didasari oleh nilai-nilai
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, seperti yang termuat dalam Undangundang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 yang
menyatakan bahwa pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap
terhadap tuntutan zaman (Departemen Pendidikan Nasional, 2003).
Upaya menciptakan pendidikan yang berkualitas dapat dilakukan secara
formal maupun non formal. Salah satu upaya menciptakan pendidikan formal
yang berkualitas yaitu dengan dilakukan penyempurnaan kurikulum. Pada tahun
2013, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) telah disempurnakan
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
Upaya penyempurnaan kurikulum tentunya harus sejalan dengan upaya
implementasinya dalam pembelajaran di sekolah. Pembelajaran yang diberikan di
sekolah disampaikan melalui berbagai macam mata pelajaran. Pada setiap mata
pelajaran berisikan materi-materi yang mewakili kemampuan yang harus dicapai
1
Wita Aprialita, 2013
Pengaruh Model Experiential Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis
Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2

siswa. Salah satu mata pelajaran yang penting untuk dipelajari adalah matematika.
Konsep, prinsip, dan prosedur baku dalam matematika selalu digunakan dalam
menyelesaikan permasalahan-permasalahan di hampir setiap mata pelajaran yang
diajarkan di sekolah. Oleh karena itu, mata pelajaran matematika selalu diberikan
pada setiap jenjang pendidikan.
Setiap mata pelajaran yang diajarkan dalam suatu satuan pendidikan tentu
memiliki kemampuan-kemampuan yang diharapkan dapat dicapai oleh semua
siswa, begitu pula dengan matematika. Kemampuan-kemampuan matematika
yang diharapkan dapat dicapai oleh semua siswa berdasarkan KTSP (Departemen
Pendidikan Nasional, 2006: 346) yaitu sebagai berikut.
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
mengaplikasikan konsep atau logaritma, secara luwes, akurat, efisien dan tepat
dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola, sifat atau melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan
gagasan dan pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi
yang diperoleh.
4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, grafik, atau diagram untuk
memperjelas keadaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika,
serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Kemampuan-kemampuan matematika di atas diperinci oleh Kilpatrick et al.
(2001: 116) menjadi lima aspek yang disebut dengan mathematical proficiency
(kemahiran matematika), yaitu sebagai berikut:
1. conceptual understanding (pemahaman konseptual), adalah pemahaman pada
konsep-konsep, operasi-operasi, dan relasi-relasi matematika.
2. procedural fluency (kelancaran prosedural), adalah keterampilan dalam
memilih porsedur secara fleksibel, akurat, efisien, dan tepat.
Wita Aprialita, 2013
Pengaruh Model Experiential Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis
Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3

3. strategic competence (kemampuan strategis), adalah kemampuan untuk
merumuskan, merepresentasikan, dan memecahkan permasalahan matematika.
4. adaptive reasoning (penalaran adaptif), adalah kemampuan berpikir logis,
refleksi, penjelasan, dan justifikasi.
5. productive disposition (disposisi yang produktif) adalah kecenderungan yang
terbiasa memandang matematika sebagai pengetahuan yang masuk akal,
berguna, dan bermanfaat ditambah dengan keyakinan pada ketekunan dan
keberhasilan sendiri.
Empat aspek yang pertama termasuk kedalam ranah kognitif sedangkan aspek
yang kelima termasuk kedalam aspek afektif. Kelima aspek tersebut saling
berkaitan dan diperlukan oleh siswa dalam memahami dan menggunakan
matematika.
Salah satu kemampuan matematika yang perlu dicapai oleh siswa adalah
kemampuan pemahaman matematis. Kemampuan ini adalah kemampuan
matematika yang paling mendasar sebagai fondasi dalam mencapai kemampuan
matematika lainnya yang lebih tinggi. Kemampuan pemahaman matematis
menurut KTSP adalah kemampuan untuk memahami konsep matematika,
menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma,
secara fleksibel, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah. Kemampuan
matematika tersebut jika dipandang dari pengklasifikasian oleh Kilpatrick et al.,
akan serupa dengan kemampuan conceptual understanding dan procedural
fluency. Kedua kemampuan tersebut lebih lanjut merujuk pada kemampuan
pemahaman matematis yang digunakan pada penelitian ini. Kemampuan
conceptual understanding mengacu pada kemampuan menguasai gagasangagasan matematika secara fungsional dan terintegrasi (Kilpatrick et al., 2001:
118), sedangkan procedural fluency mengacu pada pengetahuan tentang prosedur,
pengetahuan tentang kapan dan bagaimana menggunakan prosedur secara
fleksibel, akurat, efisien, dan tepat (Kilpatrick et al., 2001: 121). Kedua
kemampuan ini saling berkaitan seperti yang disampaikan oleh Hiebert dan
Carpenter (Mulyana, 2009: 23) bahwa pemahaman membuat belajar keterampilan
menjadi lebih mudah, mengurangi terjadinya kesalahan yang biasa dilakukan, dan
mengurangi terjadinya lupa. Di lain pihak, keterampilan pada level tertentu
Wita Aprialita, 2013
Pengaruh Model Experiential Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis
Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4

diperlukan untuk memahami berbagai konsep matematika secara mendalam. Oleh
karena itulah, kemampuan pemahaman matematis perlu dicapai oleh siswa dalam
menguasai konsep, prinsip, dan prosedur baku dalam matematika secara utuh.
Salah satu materi ajar matematika yang penting untuk dipahami oleh siswa
adalah Bentuk Akar, Pangkat dan Logaritma pada jenjang Sekolah Menengah
Atas (SMA) kelas X. Kemampuan pemahaman matematis yang terdiri dari
kemampuan conceptual understanding dan procedural fluency, diperlukan untuk
menguasai materi ajar yang memuat banyak rumus ini supaya siswa dapat
memahami konsep-konsep dalam materi tersebut secara utuh serta terampil
menggunakan berbagai prosedur di dalamnya secara fleksibel, akurat, efisien, dan
tepat. Jika siswa memiliki kemampuan-kemampuan tersebut, maka guru tidak
perlu mengkhawatirkan siswanya melupakan konsep-konsep mengenai materi ajar
tersebut, karena pengetahuan mengenai konsep-konsep tersebut lebih tertanam
dalam pemikiran siswa.
Namun pembelajaran konvensional yang biasa diterapkan oleh guru
sehari-hari mengakibatkan kemampuan pemahaman matematis siswa menjadi
rendah. Organization for Economic Cooperation and Development (OECD)
dalam hasil penilaian oleh Programme for International Student Assessment
(PISA) pada tahun 2009 menyatakan bahwa Indonesia menempati urutan ke-60
dalam hal prestasi matematika siswa sekolah menengah dari 65 negara yang
berpartisipasi (OECD, 2010). PISA menggunakan enam level proficiency
(kemahiran) dalam menilai kemampuan matematika siswa. Siswa pada level 1
dapat menjawab pertanyaan yang melibatkan konteks yang dikenal dimana
terdapat semua informasi yang relevan dan maksud dari pertanyaan tersebut
mudah dimengerti. Mereka dapat mengidentifikasi informasi yang ada dan
menggunakan prosedur rutin berdasarkan instruksi langsung dalam situasi yang
jelas. Level ini sejalan dengan kemampuan procedural fluency. Siswa pada level 2
dapat

menginterpretasikan

dan

mengenali

situasi

dalam

konteks

yang

membutuhkan kesimpulan langsung. Mereka dapat menggunakan algoritma rutin,
rumus, prosedur, serta mampu dalam penalaran secara langsung. Level ini sejalan
Wita Aprialita, 2013
Pengaruh Model Experiential Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis
Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5

dengan kemampuan conceptual understanding, sehingga kedua level ini akan
sejalan dengan kemampuan pemahaman matematis. Penilaian PISA untuk
Indonesia berdasarkan level proficiency matematika untuk keseluruhan soal tes
yang diberikan yaitu, sebesar 33,1% dari total siswa yang mengikuti tes berada
pada level 1 dan 16,9% berada pada level 2. Apabila dibandingkan dengan ratarata persentase negara-negara anggota OECD yakni sebesar 14% untuk level 1
dan 22% untuk level 2, Indonesia berada di atas rata-rata untuk level 1 tetapi
berada di bawah rata-rata untuk level 2. Hal ini menandakan hanya kemampuan
conceptual understanding siswa di Indonesia yang masih rendah. Namun baik
kemampuan ini maupun kemampuan procedural fluency saling berkaitan dan
tidak bisa diprioritaskan salah satunya, sehingga dalam meningkatkan kemampuan
conceptual understanding diperlukan kemampuan procedural fluency. Hal ini
berimplikasi pada upaya untuk meningkatkan kedua kemampuan tersebut yang
terintegrasi menjadi kemampuan pemahaman matematis. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa kemampuan pemahaman matematis siswa di Indonesia pada tahun 2009
dapat dikatakan rendah menurut penilaian yang dilakukan oleh PISA. Hal ini
diperkuat oleh Mulyana (2009: 5) yang mengungkapkan bahwa belajar
matematika dengan pembelajaran konvensional mengakibatkan siswa mengetahui
dan hafal konsep-konsep dan terampil menggunakan suatu prosedur yang satu
sama lain terpisah-pisah (disconnected and memorized knowledge), disebut juga
pemahaman tingkat permukaan (surface level). Pemahaman pada tingkat ini
bertentangan dengan pemahaman matematis pada penelitian ini yang menekankan
penguasaan konsep dan keterampilan menggunakan prosedur secara utuh.
Metode pembelajaran matematika yang umum digunakan oleh para guru
matematika adalah metode ekspositori (Tim MKPBM, 2001: 171). Siswa dalam
proses pembelajarannya hanya menonton bagaimana gurunya mendemonstrasikan
penyelesaian soal-soal matematika di papan tulis dan siswa mengkopi apa yang
telah dituliskan oleh gurunya (Turmudi, 2010: 62). Metode ekspositori yang
menggunakan ceramah dalam penyampaian materi kepada siswa, cenderung
membuat siswa melupakan pengetahuannya dengan mudah. Hal ini sesuai dengan
Wita Aprialita, 2013
Pengaruh Model Experiential Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis
Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6

Learning

Pyramid

dari

National

Training

Laboratories

(2007)

yang

menyampaikan bahwa Average Retention Rates (Tingkat Ingatan Rata-rata) siswa
yang memperoleh metode pengajaran ceramah mengakibatkan mereka hanya
dapat mengingat sebanyak 5% dari pengetahuan yang diajarkan. Hal ini berarti
siswa lebih banyak melupakan pengetahuan yang diperolehnya daripada
mengingatnya, sehingga mereka belum dapat menguasai konsep-konsep
matematika dengan baik. Masalah ini pada akhirnya mengakibatkan rendahnya
kemampuan pemahaman matematis siswa. Padahal, pembelajaran akan lebih
bermakna apabila siswa membangun pengetahuannya sendiri sehingga akan lebih
tertanam

dalam

pemikirannya.

Hal

ini

sejalan

dengan

teori

belajar

konstruktivisme yang menekankan bahwa pengetahuan merupakan konstruksi
(bentukan) kita sendiri. Pengetahuan itu bukanlah sesuatu fakta yang tinggal
ditemukan, melainkan suatu perumusan yang diciptakan orang yang sedang
mempelajarinya (Sardiman, 2010: 37). Konstruktivisme dilandasi suatu premis
bahwa dengan merefleksikan pengalaman, kita membangun (mengkonstruksi)
pengetahuan pemahaman kita tentang dunia tempat kita hidup (Suyono dan
Hariyanto, 2011: 105).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 32 tahun 2013 tentang Standar
Nasional Pendidikan pasal 19, proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan

secara

interaktif,

inspiratif,

menyenangkan,

menantang,

memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, memberikan ruang gerak yang cukup
bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologi siswa. Oleh karena itu, guru dituntut untuk
dapat menerapkan model pembelajaran yang tepat sehingga dapat menciptakan
proses pembelajaran yang sesuai dengan KTSP untuk mengakomodasi siswa
dalam mencapai kemampuan-kemampuan yang diharapkan, terutama dalam
mencapai kemampuan pemahaman matematis.
Salah satu model pembelajaran yang cocok diterapkan untuk menjawab
tuntutan tersebut adalah model experiential learning. Model pembelajaran ini
berorientasi pada teori belajar konstruktivisme yang mendefinisikan belajar
Wita Aprialita, 2013
Pengaruh Model Experiential Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis
Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

7

sebagai proses dimana pengetahuan diciptakan melalui transformasi pengalaman.
Pengetahuan

merupakan

mentransformasikan

hasil

pengalaman.

perpaduan
Model

antara

pembelajaran

memahami
ini

tidak

dan
hanya

memberikan wawasan pengetahuan konsep-konsep saja, tetapi juga memberikan
pengalaman yang akan membangun pemahaman dan keterampilan siswa melalui
penugasan-penugasan nyata. Berdasarkan uraian tersebut, terdapat suatu
keterkaitan antara kemampuan pemahaman matematis dengan model experiential
learning. Model pembelajaran ini berpotensi dalam meningkatkan kemampuan
conceptual understanding dan procedural fluency siswa melalui pemberian tugastugas sebagai proses pembentukan konsep secara aktif dalam membangun
pemahaman dan keterampilan.
Penerapan model experiential learning diharapkan dapat membantu guru
dalam mengakomodasi siswa dalam mencapai kemampuan pemahaman
matematis, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar. Selain itu diharapkan pula
dapat membantu siswa dalam memahami konsep-konsep dan menggunakan
prosedur dalam matematika, khususnya pada materi bentuk akar, pangkat dan
logaritma SMA. Berdasarkan uraian permasalahan sebelumnya, penulis tertarik
untuk membuat penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Experiential Learning
terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa Sekolah
Menengah Atas”.
B. Batasan Masalah
Permasalahan yang telah diuraikan pada latar belakang sebelumnya akan
dibatasi dalam penelitian ini. Hal ini dilakukan agar masalah yang dikaji menjadi
lebih terfokus. Masalah akan dibatasi pada variabel terikat yang digunakan pada
penelitian ini, yaitu kemampuan pemahaman matematis. Kemampuan ini akan
dikhususkan pada kemampuan matematika dalam ranah kognitif yang
dikemukakan oleh Kilpatrick et al., yang terdiri dari kemampuan conceptual
understanding dan procedural fluency. Batasan masalah lainnya yaitu mengenai
materi ajar yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran, yang difokuskan
Wita Aprialita, 2013
Pengaruh Model Experiential Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis
Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

8

pada submateri eksponen pada materi bentuk akar, pangkat dan logaritma di kelas
X SMA.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah sebelumnya, maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut.
Apakah peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa SMA yang
memperoleh pembelajaran experiential learning lebih tinggi daripada yang
memperoleh pembelajaran konvensional?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman matematis antara siswa SMA
yang memperoleh pembelajaran experiential learning dengan yang memperoleh
pembelajaran konvensional.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari dilakukannya penelitian ini yaitu:
1.

Bagi siswa, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan conceptual
understanding dan procedural fluency matematika siswa SMA melalui
penerapan model experiential learning, sehingga prestasi belajarnya pun
meningkat.

2.

Bagi guru mata pelajaran matematika, diharapkan dapat lebih mengenal
tentang model experiential learning dan pengaruhnya terhadap kemampuan
conceptual understanding dan procedural fluency matematika siswa SMA
sehingga dapat menciptakan suasana pembelajaran matematika yang lebih
bermakna.

3.

Bagi sekolah, diharapkan dapat memfasilitasi siswa dan guru ketika proses
penerapan model experiential learning serta dapat dipakai oleh sekolahsekolah

lain

sebagai

salah

satu alternatif dalam penerapan model

pembelajaran yang bervariasi.
Wita Aprialita, 2013
Pengaruh Model Experiential Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis
Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

9

4.

Bagi dunia pendidikan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangsih
terhadap perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan, khususnya dalam
bidang matematika.

5.

Bagi peneliti, dapat mengenal model experiential learning sehingga kelak
ketika menjadi guru, dapat dijadikan salah satu alternatif model pembelajaran
yang akan digunakan.

F. Anggapan Dasar
Dalam penelitian ini diasumsikan siswa menampilkan kemampuan dan
sikap yang sebenarnya selama kegiatan pembelajaran berlangsung, dimulai dari
tahap pelaksanaan sampai tahap evaluasi. Hasil tes yang diperoleh dari siswa
diasumsikan sebagai hasil dari treatment masing-masing model pembelajaran
yang akan dibandingkan.
G. Definisi Operasional
Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Kemampuan

pemahaman

matematis

adalah

salah

satu

kemampuan

matematika dalam ranah kognitif yang dikemukakan oleh Kilpatrick, et al.
yang terdiri dari kemampuan conceptual understanding (pemahaman
konseptual) dan procedural fluency (kelancaran prosedural).
2. Conceptual understanding adalah suatu kemampuan menguasai gagasangagasan matematika secara fungsional dan terintegrasi.
3. Procedural fluency adalah pengetahuan tentang prosedur, pengetahuan tentang
kapan dan bagaimana menggunakan prosedur secara fleksibel, akurat, efisien,
dan tepat.
4. Model experiential learning adalah model pembelajaran yang menekankan
belajar sebagai proses dimana pengetahuan diciptakan melalui transformasi
pengalaman.

Wita Aprialita, 2013
Pengaruh Model Experiential Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis
Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

10

5. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang biasa dilakukan oleh
guru sehari-hari. Metode pembelajaran yang biasa digunakan adalah metode
ekspositori.

Wita Aprialita, 2013
Pengaruh Model Experiential Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis
Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Metode Dan Desain Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dikemukakan pada bab
pendahuluan, maka penelitian ini dimaksudkan untuk melihat perbedaan
peningkatan kemampuan pemahaman matematis (dalam hal ini terbatas pada
kemampuan conceptual understanding dan procedural fluency) antara siswa yang
mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan model experiential learning
dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Penelitian
yang sesuai dengan tujuan tersebut adalah penelitian eksperimen. Hal ini sesuai
dengan yang dikemukakan oleh Arikunto (2010: 9) bahwa penelitian eksperimen
dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat suatu perlakuan. Namun sampel
penelitian tidak diambil secara acak (non random) pada tahap pelaksanaannya,
tetapi ditentukan oleh pihak satuan pendidikan yang dijadikan sebagai lokasi
penelitian. Dengan demikian, penelitian ini lebih cocok termasuk ke dalam jenis
penelitian kuasi eksperimen. Seperti yang dikemukakan oleh Ruseffendi (2010:
52) bahwa pada kuasi eksperimen ini subjek tidak dikelompokkan secara acak,
tetapi peneliti menerima keadaan subjek seadanya.
Penelitian jenis kuasi eksperimen muncul karena adanya penelitian
eksperimen, sehingga karakteristik dari penelitian jenis kuasi eksperimen akan
sejalan dengan penelitian eksperimen. Menurut Ruseffendi (2010: 45),
karakteristik dari penelitian eksperimen diantaranya:
1. Adanya kesetaraan subjek dalam kelompok-kelompok yang berbeda;
2. Paling tidak ada dua kelompok atau kondisi yang berbeda pada saat yang sama
atau satu kelompok tetapi untuk dua saat yang berbeda;
3. Variabel terikatnya diukur secara kuantitatif atau dikuantitatifkan;
4. Menggunakan statistika inferensial;
5. Adanya kontrol terhadap variabel-variabel luar; dan
6. Paling tidak ada satu variabel bebas yang dimanipulasikan.

22
Wita Aprialita, 2013
Pengaruh Model Experiential Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis
Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

23

Lebih lanjut Ruseffendi mengemukakan karakteristik pertama dari penelitian
eksperimen dapat dilakukan dengan cara pemilihan sampel, salah satu cara
pemilihan sampel adalah subjek secara acak atau menggunakan kelompok yang
homogen. Karena jenis penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen, maka
dalam memperoleh kesetaraan subjek dalam kelompok-kelompok dapat dilakukan
dengan menggunakan kelompok yang homogen. Maksud dari kelompok yang
homogen adalah kelompok tersebut memiliki subjek-subjek yang kemampuannya
setaraf. Cara pemilihan sampel juga digunakan dalam mengontrol variabelvariabel luar sehingga pengaruhnya terhadap variabel terikat tidak ada. Cara lain
untuk mengontrol variabel luar adalah dengan memanipulasikannya secara fisik.
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Desain Kelompok
Kontrol Non-Ekivalen (The Non-Equivalent Control Group Design). Desain ini,
menggunakan kelompok eksperimen dan kontrol yang tidak diambil secara acak,
namun dipilih dua kelompok yang homogen. Hal ini seperti yang diungkapkan
oleh Ruseffendi (2010: 52-53) bahwa eksperimen macam ini mensyaratkan
kelompok-kelompok yang akan dibandingkan serupa, sehingga untuk mencapai
kondisi tersebut banyaknya kelompok bisa diperbanyak lebih dari dua buah.
Kelompok eksperimen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model experiential
learning, sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok yang mendapatkan
pembelajaran konvensional. Sebelum diberikan perlakuan yang berbeda, terlebih
dahulu setiap kelompok diberikan pretes untuk mengukur kemampuan awal
pemahaman matematis setiap siswa pada kedua kelompok tersebut, dan
sesudahnya, setiap kelompok diberi postes untuk dibandingkan dengan hasil
pretes. Adapun gambar disainnya adalah sebagai berikut (Ruseffendi , 2010: 53).
O X1 O
O X2 O
Gambar 2 Desain Kelompok Kontrol Non-Ekivalen

Keterangan:
O

=

pretes/ postes;

Wita Aprialita, 2013
Pengaruh Model Experiential Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis
Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

24

X1 =

perlakuan

berupa

pembelajaran

matematika

yang

menggunakan

yang

menggunakan

pembelajaran experiential learning; dan
X2 =

perlakuan

berupa

pembelajaran

matematika

pembelajaran konvensional.
B. Populasi Dan Sampel Penelitian
Menurut Sudjana (2002: 6), populasi adalah totalitas semua nilai yang
mungkin mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang
lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya, sedangkan sampel adalah
sebagian yang diambil dari populasi. Populasi biasanya berukuran besar yang
memungkinkan sulitnya mempelajari semua yang ada pada populasi, sehingga
peneliti dapat menggunakan sampel. Apa yang diteliti dari sampel, kesimpulannya
akan diberlakukan untuk populasi, sehingga sampel harus representatif/mewakili
(Sugiyono, 2012: 62).
Populasi yang akan dipilih pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
X di SMA Negeri 2 Cimahi tahun ajaran 2013-2014. Alasan pemilihan populasi
penelitian ini adalah masih sedikit penelitian yang dilakukan di sekolah tersebut,
terutama penelitian dalam bidang pendidikan matematika. Adapun sampel
penelitian yang dipilih adalah dua kelas yang ditentukan oleh pihak sekolah. Dari
dua kelas yang diambil, satu kelas akan menjadi kelas eksperimen dengan
menggunakan pembelajaran experiential learning, sedangkan satunya lagi
menjadi kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Dua
kelas yang dipilih dalam penelitian ini dapat mewakili populasi seluruh siswa
kelas X. Hal ini berdasarkan proses pendistribusian siswa kedalam kelas-kelas
pada saat penerimaan siswa baru. Setelah mewawancarai pihak sekolah yang
berwenang menangani hal tersebut, dapat diketahui bahwa pada saat penerimaan
siswa baru, seluruh siswa yang telah diterima diurutkan berdasarkan Nilai
Evaluasi Murni (NEM) yang diperoleh, mulai dari NEM tertinggi sampai ke yang
terendah. Siswa yang telah diurutkan, kemudian dikelompokkan berdasarkan jenis
kelaminnya. Delapan orang pertama pada setiap kelompok disebar satu per satu

Wita Aprialita, 2013
Pengaruh Model Experiential Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis
Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

25

secara acak ke setiap kelas. Cara pengelompokkan seperti ini dilakukan kembali
pada delapan orang selanjutnya dan terus dilakukan hingga delapan orang terakhir
terdistribusikan satu per satu secara acak ke setiap kelas, sehingga terbentuk setiap
kelas yang homogen dengan proporsi jumlah siswa laki-laki dan perempuan yang
seimbang. Karena setiap kelas homogen dengan segala karakteristik seluruh siswa
kelas X tercerminkan pada setiap kelas, maka dua kelas yang dipilih sebagai
sampel memiliki karakteristik yang serupa dengan populasinya. Menurut
Ruseffendi (2010) karakteristik sampel yang serupa dengan populasinya
menandakan sampel yang dipilih cukup representatif.
C. Bahan Pembelajaran
Bahan pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini meliputi
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Tugas Siswa. Adapun
uraian untuk setiap bahan pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut:
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Sebelum menerapkan model pembelajaran pada saat pelaksanaan
penelitian, terlebih dahulu disusun prosedur pembelajaran yang tertuang dalam
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP tersebut disesuaikan dengan
model pembelajaran yang akan diterapkan yang dilengkapi dengan materi ajar dan
tugas-tugas siswa. Dalam penelitian ini, RPP disusun berdasarkan materi bentuk
akar, pangkat dan logaritma untuk kelas X SMA yang difokuskan pada submateri
eksponen. Peneliti sebagai pelaksana memainkan peran sesuai dengan skenario
yang telah ditetapkan sesuai dengan RPP yang disusun.
RPP yang disusun terdiri dari dua macam, yaitu RPP yang menggunakan
pembelajaran experiential learning dan yang menggunakan pembelajaran
konvensional. Baik muatan isi materi ajar maupun teknik pengelompokkan pada
siswa disamakan pada kedua pembelajaran. Berdasarkan materi ajar yang
digunakan, disusunlah empat buah RPP untuk setiap macam pembelajaran yang
akan diterapkan. RPP 1 berisikan materi ajar bentuk sederhana pada akar dan
pecahan, RPP 2 berisikan materi ajar bentuk pangkat sebenarnya dan
Wita Aprialita, 2013
Pengaruh Model Experiential Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis
Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

26

penyederhanaannya, RPP 3 berisikan materi ajar bentuk pangkat pecahan, dan
RPP 4 berisikan materi ajar fungsi dan persamaan eksponen. Setiap RPP akan
disajikan secara terlampir. Satu buah RPP digunakan untuk satu kali pertemuan,
sehingga siswa akan mendapatkan pembelajaran selama empat kali pertemuan.
2. Lembar Tugas Siswa
Lembar tugas siswa yang disusun berisi jawaban siswa atas tugas-tugas
yang harus diselesaikannya. Lembar tugas ini mengacu pada RPP yang disusun
berdasarkan materi bentuk akar, pangkat dan logaritma untuk kelas X SMA yang
difokuskan pada submateri eksponen dengan menggunakan model experiential
learning. Tugas-tugas yang harus diselesaikan oleh siswa tersebut, tidak diberikan
secara sekaligus, tapi diberikan secara bertahap. Bentuk lembar tugas yang
diberikan hanya berupa lembaran kosong semata, sehingga memberikan
kebebasan bagi siswa dalam menjawab.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes, jurnal harian,
dan lembar observasi. Instrumen tes dikembangkan oleh peneliti untuk mengukur
kemampuan pemahaman matematis siswa. Lebih lanjut lagi, instrumen ini akan
disebut dengan tes pemahaman matematis. Sama halnya dengan jurnal harian dan
lembar observasi, kedua instrumen tersebut dikembangkan juga oleh peneliti.
Jurnal harian untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran setiap
pertemuan, sedangkan lembar observasi digunakan untuk mengamati aktivitas
siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung. Berikut ini adalah uraian
mengenai instrumen-instrumen penelitian yang akan digunakan.
1. Tes Pemahaman Matematis
Tes yang digunakan dalam penelitian ini secara khusus bertujuan untuk
mengukur kemampuan conceptual understanding dan procedural fluency siswa.
Penyusunan instrumen tes ini didasarkan oleh dua Kompetensi Inti (KI) Bentuk
Akar, Pangkat dan Logaritma kelas X SMA dalam Kurikulum 2013. KI yang
Wita Aprialita, 2013
Pengaruh Model Experiential Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis
Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

27

pertama yaitu memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, dan prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesif