PENDAHULUAN Pengelolaan Pembelajaran Memainkan Karawitan Bersama Bagi Siswa Inklusi Di Smk Negeri 8 Surakarta.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Upaya
pemerataan
pendidikan
oleh
pemerintah
dalam
rangka
menuntaskan wajib belajar yang berkualitas memiliki makna yang sangat
strategis untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Semua elemen masyarakat
harus dapat merasakan upaya pemerintah ini, dengan tidak memandang
status sosial, ekonomi, etnis, kondisi fisik maupun gender, hal ini berarti
semua lapisan masyarakat Indonesia harus mengikuti program pemerintah
dalam dunia pendidikan.
Pendidikan inklusif diharapkan dapat menjadi salah satu upaya untuk
meningkatkan partisipasi anak sekolah atau dalam upaya pemerataan
kesempatan memperoleh pendidikan dan dalam waktu yang bersamaan
dapat meningkatkan mutu pendidikan.Pendidikan inklusif juga diharapkan
dapat menjawab kesenjangan yang terjadi di masyarakat berkaitan dengan
pemenuhan
hak-hak
semua
warga
negara
dalam
bidang
pendidikan(Kustawan,2012:1-2).
Pengelolaan Pembelajaran pendidikan inklusif sangat penting, karena
melibatkan berbagai elemen masyarakat dengan berbagai macam kondisi fisik
maupun sosial. Lahirnya paradigma pendidikan inklusi berkaitan dengan rasa
keadilan, kemanusiaan serta hak asasi manusia. Pemerintah telah menyusun
1
2
perundang-undangan dan peraturan yang merupakan landasan pelaksanaan
pendidikan inklusi.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 tahun 2009 tentang
Pendidikan Inklusif (Pensif) bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan
Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa adalah upaya nyata
dari Pemerintah dalam bentuk regulasi untuk menjadi acuan semua pihak
yang terkait dalam pelaksanaan pendidikan inklusif. Pasal 3 ayat (1) pada
peraturan tersebut menyebutkan Setiap peserta didik yang memiliki kelainan
fisik, emosional, mental, dan sosial atau memiliki potensi kecerdasan
dan/atau bakat istimewa berhak mengikuti pendidikan secara inklusif pada
satuan pendidikan tertentu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, pada bagia
Pe jelasa
Pasal 15
e yebutka
bahwa :
…
Pendidikan khusus merupakan penyelenggaraan pendidikan untuk peserta
didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa
yang diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan pendidikan khusus
tingkat pendidikan dasar dan menengah. Peraturan Pemerintah Nomor 17
Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan mengatur
kewenangan pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten kota dalam
menyelenggarakan pendidikan khusus yang intinya bahwa pendidikan khusus
melalui satuan pendidikan khusus diselenggarakan oleh pemerintah provinsi
3
dan pendidikan khusus melalui satuan pendidikan umum dan satuan
pendidikan kejuruan diselenggarakan oleh pemerintah kabupaten/kota.
Pelaksanaan pendidikan inklusif di sekolah umum (SMA/SMK) kota
Surakarta baru di mulai tahun 2009, tentunya dengan persiapan yang masih
minim.Di sekolah umum belum ada guru khusus yang harus menangani
peserta didik inklusi. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 41
tentang Standar Nasional Pendidikan, menyebutkan bahwa : setiap satuan
pendidikan yang melaksanakan pendidikan inklusif harus memiliki tenaga
kependidikan yang mempunyai kompetensi menyelenggarakan pembelajaran
bagi peserta didik dengan kebutuhan khusus. SMK Negeri 8 Surakarta belum
mempunyai tenaga kependidikan seperti tersebut dalam pasal tersebut,
namun harus melaksanakan pendidikan inklusi.
Konferensi Internasional yang ke 48 tentang Pendidikan, Inclusive
Education: The Way of the Future(UNESCO IBE 2008), menyerukan kepada
masyarakat internasional untuk mengadopsi pendidikan inklusif sebagai cara
untuk mencapai tujuan Pendidikan untuk Semua (PUS), maka dianjurkan
enam tindakan khusus untuk guru pendidikan dan pengembangannya
diantaranya : (1) Melatih guru dengan melengkapi mereka dengan
keterampilan yang tepat dan bahan-bahan untuk mengajar beragam populasi
mahasiswa dan memenuhi kebutuhan belajar beragam kategori peserta didik
yang berbeda melalui metode seperti pengembangan profesional di tingkat
sekolah, pralayanan pelatihan tentang inklusi, dan memperhatikan instruksi
4
pengembangan dan kekuatan individu para pelajar. (2) Mendorong penelitian
inovatif dalam proses belajar mengajar yang berhubungan dengan pendidikan
inklusif(Acedo, 2011:1).
Pengelolaan Pendidikan Inklusi di SMK Negeri 8 Surakarta terutama pada
mata pelajaran Bermain Karawitan Bersama masih berupaya untuk memenuhi
Standar seperti yang diinginkan pemerintah. Peserta Didik Inklusi digabung
dengan siswa normal, harus mempelajari semua gamelan yang ada, pada
kondisi seperti ini tentunya guru umum dituntut bisa menguasai serta
mengelola pembelajaran dengan kondisi 2 kelompok yang berbeda, di satu
kelompok mengajar yang normal, satu kelompok lain adalah peserta didik
inklusi yang sebenarnya memerlukan penanganan guru khusus.
Pengelolaan Pembelajaran Mata Pelajaran Bermain Karawitan Bersama di
SMK Negeri 8 Surakarta meliputi Perencanaan Pembelajaran, Pelaksanaan
Pembelajaran, serta Evaluasi Pembelajaran. Dengan adanya penggabungan
peserta didik normal dan inklusi tentunya memerlukan perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi yang berbeda. Perencanaan Pembelajaran dalam
kondisi seperti ini diawali dengan identifikasi peserta didik, sehingga diketahui
kondisi siswa untuk menentukan model pembelajaran yang akan di
terapkan.Pelaksanaan Pembelajaran dilaksanakan sesuai hasil identifikasi awal
yang telah dilakukan, karena tidak mudah mengelola pembelajaran dengan
kondisi peserta didik yang berbeda, belum ada diklat khusus bagi guru umum
dalam pembelajaran peserta didik yang inklusi. Evaluasi yang dilakukan
5
melihat kondisi peserta didik, tentunya penentuan laporan maupun kriteria
ketuntasan minimal juga berbeda antara peserta didik normal dengan peserta
didik inklusi.
Beberapa hal tersebut diatas diantaranya, dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 70 tahun 2009 bahwa pendidikan di Indonesia
harus merata, harus dapat dinikmati semua lapisan tanpa memandang
kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial atau memiliki potensi kecerdasan
dan/atau bakat istimewa, seruan pada Konferensi Internasional UNESCO yang
ke 48 tentang Pendidikan menyerukan enam tindakan khusus untuk guru
pendidikan dan pengembangannya terutama point (4) Mendorong penelitian
inovatif dalam proses belajar mengajar yang berhubungan dengan pendidikan
inklusif.
Kenyataan di lapangan pendidikan inklusif telah dimulai sejak tahun
1999 di SMK Negeri 8 Surakarta namun baru ada payung hukum resmi sejak
keluarnya Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 tahun 2009
dengan kondisi sekolah yang masih minim persiapan namun harus tetap
menjalankan pendidikan inklusi, maka penulis berusaha untuk meneliti
mengenai implementasi pelaksanaan pendidikan inklusi di sekolah tersebut
dengan mengambil objek penelitian yaitu pengelolaan pembelajaran bermain
karawitan bersama bagi siswa inklusi.
6
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, fokus penelitian ini,
yaitu Bagaimana Pengelolaan Pembelajaran Memainkan Karawitan Bersama
bagi Siswa Inklusi Di SMK Negeri 8 Surakarta? .Fokus pe elitia ini, dirinci
dalam tiga sub-fokus.
1. Bagaimana karakteristik aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran
Memainkan Karawitan Bersama bagi siswa inklusi?
2. Bagaimana karakteristik aktivitas siswa inklusi dalam mengikuti
pembelajaran Memainkan Karawitan Bersama?
3. Bagaimana interaksi guru dan siswa inklusi dalam pelajaran Memainkan
Karawitan Bersama?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui dan mendeskripsikan karakteristik aktivitas guru dalam
mengelola pembelajaran Memainkan Karawitan Bersama bagi siswa
inklusi.
2. Mengetahui dan mendeskripsikan karakteristik aktivitas siswa inklusi
dalam mengikuti pembelajaran Memainkan Karawitan Bersama.
3. Mengetahui dan mendeskripsikan interaksi guru dan siswa inklusi dalam
pelajaran Memainkan Karawitan Bersama.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini sebagai studi pendidikan yang bersifat terapan atau praktek,
studi ini memberikan sumbangan substansial kepada lembaga pendidikan
7
formal yang menyelenggarakan pendidikan inklusif, guru/calon guru, yang
berupa langkah pengelolaan pembelajaran bagi siswa inklusi.
1. Manfaat teoritis
Secara teoritis, studi ini menemukan prinsip-prinsip pengelolaan
pembelajaran siswa inklusi pada sekolah menengah kejuruan,
memberikan sumbangan kepada program kejuruan karawitan, serta
sekolah-sekolah kejuruan yang melaksanakan pendidikan inklusif.
2. Manfaat praktis
Studi ini mengimplementasikan hasil temuan dalam pengelolaan
pembelajaran Memainkan Karawitan Bersama bagi siswa inklusi agar
dapat dimanfaatkan bagi sekolah, guru/calon guru, siswa. Sekolah
segera dapat memanfaatkan temuan ini untuk pengembangan
pengelolaan pendidikan siswa inklusi. Pengelolaan pembelajaran bagi
siswa inklusi di tingkat sekolah menengah kejuruan mendesak untuk
segera di realisasikan dengan baik agar siswa inklusi dapat memperoleh
keahlian yang diinginkan. Bagi guru/calon guru produktif di lingkungan
SMK dapat memanfaatkan temuan ini untuk memberikan layanan
optimal untuk siswa inklusi. Siswa dapat mempelajari temuan ini untuk
mengetahui dan mempraktekkan cara berinteraksi dengan guru untuk
memperoleh kompetensi keahlian yang diinginkannya.
8
E. Penegasan Istilah
1. Pengelolaan merupakan suatu tindakan atau kegiatan merencanakan,
mengorganisasikan,
menggerakkan
dan
mengendalikan/melakukan
pengawasan.
2. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah antara guru sebagai
tenaga pendidik dan siswa sebagai peserta didik yang dilakukan secara
terprogram dan terencana.
3. Memainkan Karawitan Bersama merupakan salah satu mata pelajaran
produktif pada program keahlian Seni Karawitan di SMK Negeri 8
Surakarta.
4. Siswa Inklusi merupakan siswa yang karena suatu hal khusus membutuhkan
pelayanan pendidikan khusus, agar potensinya dapat berkembang secara
optimal.
5. Aktivitas mengajar merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
guru dari awal kegiatan belajar mengajar, dan setelah kegiatan belajar
mengajar selesai.
6. Aktivitas belajar siswa merupakan kegiatan yang dilakukan oleh siswa
dalam proses pembelajaran untuk mencapai hasil belajar.
7. Evaluasi
atau
penilaian
hasil
pembelajaran
merupakan
usaha
mengumpulkan berbagai informasi secara berkesinambungan dan
menyeluruh tentang proses dan hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa
melalui kegiatan belajar mengajar.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Upaya
pemerataan
pendidikan
oleh
pemerintah
dalam
rangka
menuntaskan wajib belajar yang berkualitas memiliki makna yang sangat
strategis untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Semua elemen masyarakat
harus dapat merasakan upaya pemerintah ini, dengan tidak memandang
status sosial, ekonomi, etnis, kondisi fisik maupun gender, hal ini berarti
semua lapisan masyarakat Indonesia harus mengikuti program pemerintah
dalam dunia pendidikan.
Pendidikan inklusif diharapkan dapat menjadi salah satu upaya untuk
meningkatkan partisipasi anak sekolah atau dalam upaya pemerataan
kesempatan memperoleh pendidikan dan dalam waktu yang bersamaan
dapat meningkatkan mutu pendidikan.Pendidikan inklusif juga diharapkan
dapat menjawab kesenjangan yang terjadi di masyarakat berkaitan dengan
pemenuhan
hak-hak
semua
warga
negara
dalam
bidang
pendidikan(Kustawan,2012:1-2).
Pengelolaan Pembelajaran pendidikan inklusif sangat penting, karena
melibatkan berbagai elemen masyarakat dengan berbagai macam kondisi fisik
maupun sosial. Lahirnya paradigma pendidikan inklusi berkaitan dengan rasa
keadilan, kemanusiaan serta hak asasi manusia. Pemerintah telah menyusun
1
2
perundang-undangan dan peraturan yang merupakan landasan pelaksanaan
pendidikan inklusi.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 tahun 2009 tentang
Pendidikan Inklusif (Pensif) bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan
Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa adalah upaya nyata
dari Pemerintah dalam bentuk regulasi untuk menjadi acuan semua pihak
yang terkait dalam pelaksanaan pendidikan inklusif. Pasal 3 ayat (1) pada
peraturan tersebut menyebutkan Setiap peserta didik yang memiliki kelainan
fisik, emosional, mental, dan sosial atau memiliki potensi kecerdasan
dan/atau bakat istimewa berhak mengikuti pendidikan secara inklusif pada
satuan pendidikan tertentu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, pada bagia
Pe jelasa
Pasal 15
e yebutka
bahwa :
…
Pendidikan khusus merupakan penyelenggaraan pendidikan untuk peserta
didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa
yang diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan pendidikan khusus
tingkat pendidikan dasar dan menengah. Peraturan Pemerintah Nomor 17
Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan mengatur
kewenangan pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten kota dalam
menyelenggarakan pendidikan khusus yang intinya bahwa pendidikan khusus
melalui satuan pendidikan khusus diselenggarakan oleh pemerintah provinsi
3
dan pendidikan khusus melalui satuan pendidikan umum dan satuan
pendidikan kejuruan diselenggarakan oleh pemerintah kabupaten/kota.
Pelaksanaan pendidikan inklusif di sekolah umum (SMA/SMK) kota
Surakarta baru di mulai tahun 2009, tentunya dengan persiapan yang masih
minim.Di sekolah umum belum ada guru khusus yang harus menangani
peserta didik inklusi. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 41
tentang Standar Nasional Pendidikan, menyebutkan bahwa : setiap satuan
pendidikan yang melaksanakan pendidikan inklusif harus memiliki tenaga
kependidikan yang mempunyai kompetensi menyelenggarakan pembelajaran
bagi peserta didik dengan kebutuhan khusus. SMK Negeri 8 Surakarta belum
mempunyai tenaga kependidikan seperti tersebut dalam pasal tersebut,
namun harus melaksanakan pendidikan inklusi.
Konferensi Internasional yang ke 48 tentang Pendidikan, Inclusive
Education: The Way of the Future(UNESCO IBE 2008), menyerukan kepada
masyarakat internasional untuk mengadopsi pendidikan inklusif sebagai cara
untuk mencapai tujuan Pendidikan untuk Semua (PUS), maka dianjurkan
enam tindakan khusus untuk guru pendidikan dan pengembangannya
diantaranya : (1) Melatih guru dengan melengkapi mereka dengan
keterampilan yang tepat dan bahan-bahan untuk mengajar beragam populasi
mahasiswa dan memenuhi kebutuhan belajar beragam kategori peserta didik
yang berbeda melalui metode seperti pengembangan profesional di tingkat
sekolah, pralayanan pelatihan tentang inklusi, dan memperhatikan instruksi
4
pengembangan dan kekuatan individu para pelajar. (2) Mendorong penelitian
inovatif dalam proses belajar mengajar yang berhubungan dengan pendidikan
inklusif(Acedo, 2011:1).
Pengelolaan Pendidikan Inklusi di SMK Negeri 8 Surakarta terutama pada
mata pelajaran Bermain Karawitan Bersama masih berupaya untuk memenuhi
Standar seperti yang diinginkan pemerintah. Peserta Didik Inklusi digabung
dengan siswa normal, harus mempelajari semua gamelan yang ada, pada
kondisi seperti ini tentunya guru umum dituntut bisa menguasai serta
mengelola pembelajaran dengan kondisi 2 kelompok yang berbeda, di satu
kelompok mengajar yang normal, satu kelompok lain adalah peserta didik
inklusi yang sebenarnya memerlukan penanganan guru khusus.
Pengelolaan Pembelajaran Mata Pelajaran Bermain Karawitan Bersama di
SMK Negeri 8 Surakarta meliputi Perencanaan Pembelajaran, Pelaksanaan
Pembelajaran, serta Evaluasi Pembelajaran. Dengan adanya penggabungan
peserta didik normal dan inklusi tentunya memerlukan perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi yang berbeda. Perencanaan Pembelajaran dalam
kondisi seperti ini diawali dengan identifikasi peserta didik, sehingga diketahui
kondisi siswa untuk menentukan model pembelajaran yang akan di
terapkan.Pelaksanaan Pembelajaran dilaksanakan sesuai hasil identifikasi awal
yang telah dilakukan, karena tidak mudah mengelola pembelajaran dengan
kondisi peserta didik yang berbeda, belum ada diklat khusus bagi guru umum
dalam pembelajaran peserta didik yang inklusi. Evaluasi yang dilakukan
5
melihat kondisi peserta didik, tentunya penentuan laporan maupun kriteria
ketuntasan minimal juga berbeda antara peserta didik normal dengan peserta
didik inklusi.
Beberapa hal tersebut diatas diantaranya, dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 70 tahun 2009 bahwa pendidikan di Indonesia
harus merata, harus dapat dinikmati semua lapisan tanpa memandang
kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial atau memiliki potensi kecerdasan
dan/atau bakat istimewa, seruan pada Konferensi Internasional UNESCO yang
ke 48 tentang Pendidikan menyerukan enam tindakan khusus untuk guru
pendidikan dan pengembangannya terutama point (4) Mendorong penelitian
inovatif dalam proses belajar mengajar yang berhubungan dengan pendidikan
inklusif.
Kenyataan di lapangan pendidikan inklusif telah dimulai sejak tahun
1999 di SMK Negeri 8 Surakarta namun baru ada payung hukum resmi sejak
keluarnya Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 tahun 2009
dengan kondisi sekolah yang masih minim persiapan namun harus tetap
menjalankan pendidikan inklusi, maka penulis berusaha untuk meneliti
mengenai implementasi pelaksanaan pendidikan inklusi di sekolah tersebut
dengan mengambil objek penelitian yaitu pengelolaan pembelajaran bermain
karawitan bersama bagi siswa inklusi.
6
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, fokus penelitian ini,
yaitu Bagaimana Pengelolaan Pembelajaran Memainkan Karawitan Bersama
bagi Siswa Inklusi Di SMK Negeri 8 Surakarta? .Fokus pe elitia ini, dirinci
dalam tiga sub-fokus.
1. Bagaimana karakteristik aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran
Memainkan Karawitan Bersama bagi siswa inklusi?
2. Bagaimana karakteristik aktivitas siswa inklusi dalam mengikuti
pembelajaran Memainkan Karawitan Bersama?
3. Bagaimana interaksi guru dan siswa inklusi dalam pelajaran Memainkan
Karawitan Bersama?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui dan mendeskripsikan karakteristik aktivitas guru dalam
mengelola pembelajaran Memainkan Karawitan Bersama bagi siswa
inklusi.
2. Mengetahui dan mendeskripsikan karakteristik aktivitas siswa inklusi
dalam mengikuti pembelajaran Memainkan Karawitan Bersama.
3. Mengetahui dan mendeskripsikan interaksi guru dan siswa inklusi dalam
pelajaran Memainkan Karawitan Bersama.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini sebagai studi pendidikan yang bersifat terapan atau praktek,
studi ini memberikan sumbangan substansial kepada lembaga pendidikan
7
formal yang menyelenggarakan pendidikan inklusif, guru/calon guru, yang
berupa langkah pengelolaan pembelajaran bagi siswa inklusi.
1. Manfaat teoritis
Secara teoritis, studi ini menemukan prinsip-prinsip pengelolaan
pembelajaran siswa inklusi pada sekolah menengah kejuruan,
memberikan sumbangan kepada program kejuruan karawitan, serta
sekolah-sekolah kejuruan yang melaksanakan pendidikan inklusif.
2. Manfaat praktis
Studi ini mengimplementasikan hasil temuan dalam pengelolaan
pembelajaran Memainkan Karawitan Bersama bagi siswa inklusi agar
dapat dimanfaatkan bagi sekolah, guru/calon guru, siswa. Sekolah
segera dapat memanfaatkan temuan ini untuk pengembangan
pengelolaan pendidikan siswa inklusi. Pengelolaan pembelajaran bagi
siswa inklusi di tingkat sekolah menengah kejuruan mendesak untuk
segera di realisasikan dengan baik agar siswa inklusi dapat memperoleh
keahlian yang diinginkan. Bagi guru/calon guru produktif di lingkungan
SMK dapat memanfaatkan temuan ini untuk memberikan layanan
optimal untuk siswa inklusi. Siswa dapat mempelajari temuan ini untuk
mengetahui dan mempraktekkan cara berinteraksi dengan guru untuk
memperoleh kompetensi keahlian yang diinginkannya.
8
E. Penegasan Istilah
1. Pengelolaan merupakan suatu tindakan atau kegiatan merencanakan,
mengorganisasikan,
menggerakkan
dan
mengendalikan/melakukan
pengawasan.
2. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah antara guru sebagai
tenaga pendidik dan siswa sebagai peserta didik yang dilakukan secara
terprogram dan terencana.
3. Memainkan Karawitan Bersama merupakan salah satu mata pelajaran
produktif pada program keahlian Seni Karawitan di SMK Negeri 8
Surakarta.
4. Siswa Inklusi merupakan siswa yang karena suatu hal khusus membutuhkan
pelayanan pendidikan khusus, agar potensinya dapat berkembang secara
optimal.
5. Aktivitas mengajar merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
guru dari awal kegiatan belajar mengajar, dan setelah kegiatan belajar
mengajar selesai.
6. Aktivitas belajar siswa merupakan kegiatan yang dilakukan oleh siswa
dalam proses pembelajaran untuk mencapai hasil belajar.
7. Evaluasi
atau
penilaian
hasil
pembelajaran
merupakan
usaha
mengumpulkan berbagai informasi secara berkesinambungan dan
menyeluruh tentang proses dan hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa
melalui kegiatan belajar mengajar.