Formulasi Sediaan Salep Antikeloidal Yang Mengandung Ekstrak Terfasilitasi Panas Microwave Dari Herba Pegagan (centella Asiatica (l.) Urban).

SEMINAR KEBUDAYAAN INDONESIA MALAYSIA KUALALUMPUR, 28–31 MEI 2007

FORMULASI SEDIAAN SALEP ANTIKELOIDAL YANG
MENGANDUNG EKSTRAK TERFASILITASI PANAS MICROWAVE
DARI HERBA PEGAGAN (Centella asiatica (L.) Urban)
Yudi Padmadisastra, Amin Syaugi, Shinta Anggia
Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran, Bandung, Indonesia

ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian mengenai formulasi sediaan salep antikeloidal, dengan basis
salep hidrokarbon dan basis salep serap, yang mengandung ekstrak terfasilitasi panas microwave
dari herba pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) dalam pelarut hidroglikolik 80% dan 60%. Dari
hasil analisis fitokimia secara Kromatografi Lapis Tipis terhadap ekstrak yang didapat, diketahui
bahwa penggunaan metode ekstraksi ini menunjukkan adanya kandungan utama dari herba
pegagan yang tertarik yaitu golongan triterpenoid terutama asiatikosida, asam asiatat dan asam
madekasat. Hasil pengujian terhadap sediaan salep yang dibuat menunjukkan bahwa kedua sediaan
salep aman untuk digunakan, dimana selama waktu penyimpanan delapan minggu, salep berbasis
hidrokarbon memiliki bentuk, warna, bau dan viskositas yang tetap serta mengalami penurunan
pH, dan salep berbasis serap juga memiliki bentuk, warna, bau yang tetap dan mengalami
penurunan pH dan viskositas, serta paling disukai oleh responden.
Kata kunci : Sediaan salep antikeloidal, ekstraksi terfasilitasi panas microwave, KLT,

stabilitas sediaan salep.

ABSTRACT
A study on formulation of antikeloidal ointments preparations within hydrocarbon
ointment base and absorption ointment base contain of microwave-assisted extract from Pegagan
herbs (Centella asiatica (L.) Urban) in hidroglycolic (80% and 60 %) mixture has been conducted.
The yield of phytochemical analysis determined by thin layer chromatography showed that this
method of extraction successfully extracts the main constituent of pegagan herbs known as
triterpenoid components especially asiaticoside, asiatic acid and madecasic acid. The yield of
examination of ointments preparations that has been made showed that both of these ointments are
not irritable to use, where as in eight weeks of storage time, hydrocarbon based ointment has a
constant homogeneity, odour, colour, viscosity and showed the decreasing pH. Likewise, the
absorption based ointment has a constant homogeneity, odour and colour also showed the
decreasing in pH and viscosity value, and statistically performed preferable ointment base.
Key words: antikeloidal ointments, microwave-assisted extraction, TLC, stability of
ointments.

SEMINAR KEBUDAYAAN INDONESIA MALAYSIA KUALALUMPUR, 28–31 MEI 2007

PENDAHULUAN

Tubuh
manusia
mampu
melaksanakan aksi pertahanannya dengan
menggantikan sel yang rusak atau mati dan
memperbaiki jaringan setelah terjadinya
inflamasi, sehingga penyembuhan terhadap
suatu luka dapat dilakukan. Adanya
ketidaknormalan dalam proses penyembuhan
luka ini dapat mengakibatkan terjadinya
pembentukan bekas luka hipertropi dan
keloid. Ditandai dengan aktifitas fibroblas
yang berlebihan serta deposisi kolagen.
Kondisi keloidal dapat dideskripsikan sebagai
pertumbuhan berlebihan dari jaringan fibrosa,
padat,
biasanya
terbentuk
setelah
penyembuhan luka kulit. Jaringan ini meluas

melampaui batas-batas luka asli. (Roberts and
Walters, 1998; Harahap, 1998)
Penggunaan herba pegagan (Centella
asiatica (L.) Urban) untuk penatalaksanaan
kondisi dermatologis, telah menjadi suatu
tradisi bagi penduduk asli dari berbagai
daerah. Aktivitas farmakologi
Centellae
Herba disebabkan oleh beberapa senyawa
termasuk asiatikosida, asam asiatat dan asam
madekasat. Ekstrak Centellae Herba dan
khususnya kandungan utamanya yang berupa
triterpen yaitu asiatikosida mempunyai nilai
terapetik untuk pengobatan hipertropi bekas
luka dan keloid. Asiatikosida dilaporkan
mampu menurunkan fibrosis pada luka
sehingga mencegah pembentukan bekas luka
baru. Mekanisme aksi diperkirakan melalui
dua arah yaitu dengan meningkatkan sintesis
kolagen dan asam mukopolisarida, serta

dengan menghambat fase inflamasi hipertropi
dan keloid. (Departemen Kesehatan RI, 2000)
Ekstrak Centellae Herba dapat
diperoleh dengan memfasilitasi panas yang
dihasilkan microwave pada suatu maserasi
yang menggunakan pemanasan ringan selama
proses ekstraksinya. Ekstraksi dilakukan
dengan kenaikan temperatur yang sedang dan
dapat diperoleh peningkatan
efisiensi
penggunaan pelarut ekstrak. Pada suhu yang
rendah ekstraksi dapat dilakukan tanpa
merusak kandungan-kandungan yang sensitif
terhadap panas. Dengan terfasilitasinya
pemanasan oleh microwave dapat diperoleh
suatu proses ekstraksi dengan durasi yang
lebih singkat, sehingga diharapkan terjadinya

kerusakan bahan aktif akibat pemanasan dapat
diminimalisir dan penggunaan jumlah pelarut

pun lebih sedikit. (Troy et al, 2005; Saifuddin
and Chua, 2003; Anonym, 2006)
Efek antikeloidal dapat dicapai obat
dengan formulasi sediaan topikal yang
bersifat oklusif dan dapat meningkatkan
hidrasi
pada
kulit,
sehingga
akan
meningkatkan permeabilitas kulit terhadap
obat. Salep adalah sediaan setengah padat
yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai
obat luar, bahan obatnya larut atau terdispersi
homogen dalam dasar salep yang cocok.
Formulasi sediaan salep yang dapat bersifat
oklusif
dan
meningkatkan
hidrasi,

mengandung basis yang berlemak atau
berminyak dengan pengemulsi air dalam
minyak atau minyak dalam air. (Berman,
2005; Anief, 2005; Aulton, 1998)

METODE PENELITIAN
Alat
Oven microwave domestik Sanyo EMW700AL 700 watt, chamber camag 10x10
cm, sprayer penampak bercak, mikrokapiler
lima mikroliter, Stirrer Ultra Turax RW20,
timbangan analitik, pH meter, dan viskometer
Brookfield LVT spindel F, serta alat-alat
gelas yang biasa digunakan di Laboratorium
Formulasi
Sediaan
Non-Steril
dan
Farmakognosi
Bahan
Propilen glikol (Dow Chemicals), Bahan baku

serbuk Centella asiatica (L.) Urban (Indena),
lempeng KLT silika gel GF 254 (Merck),
Kloroform p.a (Merck), Metanol p.a (Merck),
Etanol p.a (Merck), Penampak bercak
Liebermann-Bourchard, Media Nutrien agar
(Oxoid), Media Saburoud agar (Difco),
Vaselin putih, Montanox 80 (Seppic) :
Polisorbat 80, Cremophor A6 (BASF) :
Makrogol (6) stearil eter, Cremophor A25
(BASF) : Makrogol (25) staril eter, Cutina
GMS (Cognis) : Gliseril monostearat, Mentol,
Parafin cair, Nipagin, Nipasol, dan air suling.
Pengumpulan
Herba

dan

Pengolahan

Bahan


SEMINAR KEBUDAYAAN INDONESIA MALAYSIA KUALALUMPUR, 28–31 MEI 2007

Bahan herba pegagan yang diperoleh
dari
perkebunan
Manoko,
Lembang
dideterminasi di Jurusan Biologi, FMIPA,
Universitas Padjadjaran. Herba segar disortasi
basah terhadap tanah dan kerikil, rumputrumputan, bagian tanaman lain yang tidak
digunakan dan bagian tanaman yang rusak.
Kemudian dicuci berulang kali, lalu dianginanginkan tanpa terkena sinar matahari hingga
tidak berair, setelah itu herba segar disimpan
pada suhu sejuk dalam wadah yang bersih dan
kedap udara, sehingga didapat herba segar
pegagan untuk siap diekstraksi.
Ekstraksi Terfasilitasi Panas Microwave
dari Herba Pegagan
Sebanyak dua kilogram herba

pegagan segar yang diperoleh, ditimbang
sebanyak dua puluh bagian, masing-masing
100 g. Sepuluh bagian pertama herba segar
diekstraksi dengan tahapan sebagai berikut:
1. Seratus gram pertama herba segar
dimasukkan ke dalam gelas piala
2. Ditambahkan pelarut propilen glikol
dan air dengan rasio 80:20, hingga
herba terendam.
3. Dipanaskan dalam oven microwave
pada waktu dan skala energi tertentu
hingga suhunya mencapai 35-40ºC
4. Diaduk perlahan pada suhu ruangan
hingga suhu turun sampai 27-30ºC
5. Dipanaskan dan diaduk kembali seperti
diatas hingga pengulangan sampai tiga
kali. Kemudian disaring sehingga
didapat maserat
6. Terhadap maserat yang didapat,
dimasukkan 100 g herba segar

baru,yang kemudian dilakukan kembali
tahap ketiga hingga kelima. Perlakuan
ini terus diulangi sebanyak sepuluh
kali, yakni hingga 100 g herba segar
terakhir. Sehingga akan didapatkan
suatu ekstrak hidroglikolik cair.
Sepuluh bagian kedua dari herba
segar yang telah ditimbang juga diekstraksi
dengan tahapan-tahapan yang sama, akan
tetapi pelarut yang digunakan adalah propilen
glikol dan air dengan rasio 60:40.
Pemeriksaan
Terhadap
Ekstrak
Hidroglikolik yang Didapat
a) Pengukuran Berat Jenis Ekstrak

Pengukuran
berat
jenis

ekstrak
terfasilitasi panas microwave dari herba
pegagan dilakukan pada suhu kamar
menggunakan
piknometer
sepuluh
mililiter.
b) Pengukuran pH Ekstrak
Pengukuran pH ekstrak dilakukan
dengan
mengukur
pH
ekstrak
hidroglikolik
80%
dan
60%
menggunakan pH meter.
c) Pemeriksaan
Kualitatif
Golongan
Senyawa Kimia
Dilakukan penapisan fitokimia terhadap
ekstrak yang didapat akan golongan
senyawa
kimia
yang
terdapat
didalamnya.
d) Analisis
Senyawa
Golongan
Triterpenoid pada Ekstrak Secara
Kromatografi Lapis Tipis
1. Ekstrak
hidroglikolik
herba
pegagan 80% dan 60% sebanyak
masing-masing tujuh mililiter
dilarutkan dengan etanol 70%
dalam labu ukur dua puluh
mililiter hingga tanda batas.
2. Sebagai pembanding digunakan
bahan baku serbuk Centella
asiatica (L.) Urb. ditimbang
sebanyak 80 mg, lalu dilarutkan
dengan etanol 70% dalam labu
ukur dua puluh mililiter hingga
tanda batas. Larutan dipipet
sebanyak satu mililiter kedalam
labu ukur dua puluh mililiter, lalu
ditambahkan dengan etanol 70%
hingga tanda batas.
3. Disiapkan larutan pengembang
KLT yang terdiri dari kloroformmetanol-air (65 : 25 : 4)
(Departemen Kesehatan RI, 2005).
Campuran tersebut dijenuhkan
dalam chamber glass selama
kurang lebih tujuh jam.
4. Supernatan Ekstrak dan larutan
pembanding
masing-masing
ditotolkan pada lempeng silika gel
GF 254 mengunakan mikrokapiler
lima mikroliter
5. Lempeng silika gel dimasukkan
dalam
chamber
glass
dan
dibiarkan
hingga
larutan

SEMINAR KEBUDAYAAN INDONESIA MALAYSIA KUALALUMPUR, 28–31 MEI 2007

pengembang mencapai tanda batas
atas yang telah ditentukan
6. Lempeng silika gel disemprot
dengan
penampak
bercak
Liebermann-Bourchard kemudian
dipanaskan dalam oven selama
sepuluh menit pada suhu 105ºC.
Diamati bercak pada cahaya
terbuka. (Departemen Kesehatan
RI, 2005).
7. Dihitung nilai Rf terhadap bercak
yang teramati dari ekstrak dengan
cara mengukur jarak bercak dan
dibandingkan
dengan
jarak
pengembang.
e) Pemeriksaan Total Bakteri dan Jamur
Terhadap Ekstrak
Prinsip dari pemeriksaan bakteri adalah
berdasarkan pertumbuhan bakteri setelah
sampel ekstrak diinkubasikan dalam
media Nutrien agar selama 24-48 jam
pada suhu 35ºC. Sedangkan pemeriksaan
jamur berprinsip pada pertumbuhan
jamur dalam media Saburoud agar
setelah dinkubasikan pada suhu kamar
selama lima hari.
Formulasi Sediaan Salep
Masing-masing
ekstrak
hidroglikolik
diformulasikan ke dalam basis salep pilihan
yang sesuai, dengan pertimbangan basis salep
yang paling oklusif dan mendukung hidrasi
pada kulit, dimana konsentrasi ekstrak
hidroglikolik yang digunakan dalam formulasi
adalah sebanyak lima belas persen, yaitu
berdasarkan posologi dosis Centella asiatica
(L.) Urb. yang tercantum dalam monografi
herba tersebut. Adapun pilihan formula yang
digunakan adalah :
1.

Formula sediaan salep dengan golongan
basis salep hidrokarbon atau berlemak
Vaselin Putih
Ekstrak Hidroglikolik
Centellae Herba
Montanox 80
Mentol
Nipagin
Nipasol

Pembuatan :

82,75%
15 %
2%
0,05 %
0,15 %
0,05 %

Ditimbang masing-masing zat diatas.
Fase I yaitu Vaselin dan Montanox
80,dipanaskan pada suhu suhu 80ºC. Fase II
yaitu Ekstrak hidroglikolik, mentol, nipagin
dan nipasol, dicampur dan dilarutkan
bersama. Fase I diaduk dengan stirrer ultra
turax dengan kecepatan sedang hingga suhu
turun sampai 35ºC, kemudian ke dalamnya
ditambahkan fase II sambil campuran tetap
diaduk secara terus menerus hingga homogen.

2.

Formula sediaan salep dengan golongan
basis salep serap
Vaselin Putih
Parafin Cair
Cutina GMS
Cremophor A6
Cremophor A25
Ekstrak Hidroglikolik
Centellae Herba
Nipagin
Nipasol
Air Suling

20 %
10 %
10%
3%
3%
15 %
0,15 %
0,05 %
38,8 %

Pembuatan :
Ditimbang masing-masing zat diatas.
Fase I yaitu Vaselin putih, Cutina GMS,
Parafin cair, Cremophor A6, Cremophor A25
dicampur dan dipanaskan hingga suhu 75ºC.
Fase II yaitu air suling dipanaskan hingga
suhu 75ºC. Kedua fase dicampur pada suhu
sama sambil diaduk dengan stirrer ultra turax
dengan kecepatan agak tinggi hingga suhunya
turun sampai 35ºC. Kemudian ke dalamnya
ditambahkan ekstrak hidroglikolik sambil
tetap diaduk terus menerus hingga homogen.
Pemeriksaan Kestabilan Sedian Salep
a) Pemeriksaan kestabilan fisik
Sediaan salep diamati secara organoleptis
untuk mengetahui homogenitas, warna
dan bau setiap minggu selama delapan
minggu pada suhu kamar.
b) Pemeriksaan pH
Sediaan salep diukur nilai pH-nya
menggunakan pH meter setiap minggu
selama dalapan minggu pada suhu kamar .
c) Pemeriksaan Viskositas
Sediaan salep dimasukkan ke dalam
wadah viskometer kemudiaan diukur

SEMINAR KEBUDAYAAN INDONESIA MALAYSIA KUALALUMPUR, 28–31 MEI 2007

viskositasnya menggunakan viskometer
Brookfield LVT, spindel F, rpm tiga
selama satu menit, setiap minggu selama
delapan minggu pada suhu kamar.
Pengujian Keamanan Sediaan Salep
Pengujian keamanan sediaan salep
yang dibuat dilakukan terhadap dua puluh
orang sukarelawan dengan uji tempel terbuka
(Patch test), yakni :
Sejumlah sediaan uji dioleskan pada
punggung tangan kanan sukarelawan dan
dibiarkan terbuka selama lima menit.
Punggung tangan kiri diolesi sediaan basis
salep tanpa ekstrak sebagai pembanding.
Selanjutnya perubahan warna yang terjadi
pada punggung tangan kanan masing-masng
sukarelawan diamati. Jika tidak terjadi reaksi
(tidak merah dan tidak bengkak) diberi tanda
(-), jika terjadi reaksi (kulit memerah) diberi
tanda
(+),
selanjutnya
jika
terjadi
pembengkakan diberi tanda (++).
Pengujian Kesukaan (Hedonic test) Sediaan
Salep
Uji kesukaan dilakukan terhadap
kedua formula basis salep pilihan, kepada dua

puluh orang responden dengan metode
angket. Faktor yang menjadi evaluasi yaitu
kesukaan mereka terhadap sediaan salep yang
mudah dioleskan, mudah dicuci dan tidak
lengket serta memberikan kenyamanan
pemakaian akan sediaan salep yang dioleskan
ke permukaan kulit mereka.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Ektraksi Terfasiliasi Panas
Microwave dari Herba Pegagan
Dengan menggunakan metode ekstraksi
terfasilitasi panas microwave terhadap dua
kilogram herba pegagan segar didapatkan
suatu ekstrak cair dalam pelarut hidroglikolik
80% dan 60%, dengan nilai pH yang dapat
dikategorikan
sebagai
asam,
dan
terekstraksinya kandungan utama dari herba
tersebut yaitu golongan triterpenoid serta
dengan angka cemaran mikroba yang relatif
kecil. Adapun karakteristik ekstrak tersebut
dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini

Tabel 1. Karakteristik Ekstrak Terfasilitasi Panas Microwave dari Herba Pegagan
Ekstrak

Paramater
Bentuk Fisik
Warna
Bau
pH
Berat Jenis

A
Cairan
Kecoklatan
Khas herba pegagan
5,56
1,0414 g/ml

B
Cairan
Coklat lebih pekat
Khas herba pegagan
5,65
1,0077 g/ml





+


+


+
+

+
+

+
+


+
+


Kandungan Senyawa
Alkaloid
Flavonoid
Steroid
Triterpenoid
Saponin
Polifenol
Tanin
Kuinon
Rata-rata Koloni/ml

4,6 x 10

1

2,7 x 10

2

SEMINAR KEBUDAYAAN INDONESIA MALAYSIA KUALALUMPUR, 28–31 MEI 2007

Bakteri
Rata-rata Koloni/ml
Jamur

6

Keterangan :
A = Ekstrak herba pegagan dalam pelarut
hidroglikolik 80%
B = Ekstrak herba pegagan dalam pelarut
hidroglikolik 60%
Hasil
Analisis
Senyawa
Golongan
Triterpenoid
pada
Ekstrak
Secara
Kromatografi Lapis Tipis
Analisis secara kromatografi lapis
tipis terhadap masing-masing ekstrak herba
pegagan dalam pelarut hidroglikolik 80% dan
60%, yang dibandingkan terhadap bahan baku
serbuk Centella
asaitica
(L.)
Urb.
menghasilkan tiga pita bercak yang sama dan
sejajar, yaitu dengan Rf~0,26, Rf~0,83 serta
Rf~0,9. Bercak pertama berwarna biru mudakelabu, diduga sebagai asam asiatat, dan
bercak kedua berwarna ungu, diduga sebagai
asam madekasat, serta bercak ketiga berwarna
kuning-coklat,
diduga
asitikosida.(The
Department of Health of Great Britain, 2001).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam
masing-masing ekstrak terdapat komponenkomponen yang sama dengan bahan baku
pembanding, yakni mengandung senyawa
golongan triterpenoid yaitu asitikosida, asam
asiatat dan asam madekasat.

14

Keterangan :
BP = Bahan baku serbuk Centella asiatica
(L.) Urb.
A = Ekstrak hidroglikolik 80% herba
pegagan
B = Ekstrak hidroglikolik 60% herba
pegagan
Hasil
Pengamatan
Formulasi
dan
Pemeriksaan Stabilitas Sediaan Salep
Dari sediaan salep yang dibuat
didapatkan hasil seperti yang tertera pada
tabel 2 dan gambar 2, 3 berikut ini
Gambar 2. Sediaan salep dengan formula
basis salep ke-1

Gambar 1. Hasil Kromatografi Lapis Tipis
Tabel 2. Sifat Fisik Salep Antikeloidal dengan Basis Salep Hidrokarbon dan Basis Salep Serap
beserta Variasi Ekstak Herba yang Digunakan
Formula
FI0
FIA
FIB

Bentuk
Massa lebih kental
Massa lebih kental
Massa lebih kental

Homogenitas
Homogen
Homogen
Homogen

Warna
Putih kekuningan
Putih kekuningan
Putih kekuningan

Bau
Khas lemak
Khas lemak
Khas lemak

SEMINAR KEBUDAYAAN INDONESIA MALAYSIA KUALALUMPUR, 28–31 MEI 2007

FII0
FIIA
FIIB

Massa kental
Massa kental
Massa kental

Homogen
Homogen
Homogen

Keterangan :
FI0 = Formula basis salep ke-1
FIA = Formula basis salep ke-1 yang
mengandung ekstrak hidroglikolik
80%
herba
pegagan
dengan
konsentrasi 15%
FIB = Formula basis salep ke-1 yang
mengandung ekstrak hidroglikolik
60%
herba
pegagan
dengan
konsentrasi 15%
FII0 = Formula basis salep ke-2
FIIA = Formula basis salep ke-2 yang
mengandung ekstrak hidroglikolik
80% herba pegagan dengan
konsentrasi 15%
FIIB = Formula basis salep ke-2 yang
mengandung ekstrak hidroglikolik
60%
herba
pegagan
dengan
konsentrasi 15%

Gambar 3. Sediaan salep dengan formula
basis salep ke-2

Putih
Khas lemak
Putih
Khas lemak
Putih
Khas lemak
Dari data hasil pengamatan stabilitas
secara
organoleptis
selama
waktu
penyimpanan selama delapan minggu pada
suhu kamar menunjukkan bahwa tidak
terjadinya perubahan homogenitas, warna
maupun bau.
Selama waktu penyimpanan dalam
suhu kamar, sediaan salep tetap homogen
hingga pengamatan pada minggu kedelapan,
yakni secara organoleptis setiap sediaan salep
tetap konsistensi bentuk fisiknya tanpa ada
pemisahan atupun ketidakseragaman dalam
bentuknya.
Hasil pemeriksaan warna pada setiap
formula sediaan salep menunjukkan tidak
adanya perubahan selama waktu penyimpanan
pada suhu kamar, yakni sediaan salep dengan
formula basis salep pertama beserta variasi
ekstrak hidroglikolik yang digunakan masingmasing
menunjukkan
warna
putihkekuningan, sedangkan formula basis salep
kedua beserta variasi ekstrak hidroglikolik
yang digunakan masing-masing menunjukkan
warna putih.
Hasil pemeriksaan bau pada setiap
formula sediaan salep selama waktu
penyimpanan pada suhu kamar menunjukkan
bahwa tidak terjadinya perubahan bau, yakni
bau yang teramati pada setiap sediaan salep
adalah berbau seperti susu atau bau khas basis
berlemak.
Dengan demikian secara organoleptis
sediaan salep hidrokarbon dan salep serap
tersebut dapat dikatakan memiliki kestabilan
yang cukup baik.

Hasil Pemeriksaan pH
Tabel 3. Hasil Pemeriksaan pH Sediaan Salep Selama Waktu Penyimpanan
pada Suhu Kamar
Formula
FI0
FIA
FIB
FII0
FIIA
FIIB

1
6,13
5,73
5,79
6,51
5,83
5,74

2
6,13
5,73
5,79
6,51
5,83
5,74

3
6,13
5,73
5,65
6,51
5,83
5,69

pH minggu ke4
5
6,13
6,13
5,68
5,68
5,65
5,65
6,51
6,51
5,79
5,79
5,69
5,57

6
6,13
5,62
5,59
6,51
5,79
5,57

7
6,13
5,62
5,57
6,51
5,69
5,48

8
6,13
5,62
5,57
6,51
5,69
5,48

SEMINAR KEBUDAYAAN INDONESIA MALAYSIA KUALALUMPUR, 28–31 MEI 2007

Keterangan :
FI0 = Formula basis salep ke-1
FIA =
Formula basis salep ke-1 yang
mengandung ekstrak hidroglikolik
80% herba pegagan dengan
konsentrasi 15%
FIB =
Formula basis salep ke-1 yang
mengandung ekstrak hidroglikolik
60% herba pegagan dengan
konsentrasi 15%
FII0 =
Formula basis salep ke-2
FIIA = Formula basis salep ke-2 yang
mengandung ekstrak hidroglikolik
80% herba pegagan dengan
konsentrasi 15%
FIIB = Formula basis salep ke-2 yang
mengandung ekstrak hidroglikolik
60% herba pegagan dengan
konsentrasi 15%
Pemeriksaan pH adalah salah satu
bagian dari kriteria pemeriksaan fisika-kimia
dalam memprediksi kestabilan sediaan salep.
Dimana profil pH menentukan stabilitas
bahan aktif dalam suasana asam atau
basa.(Lachman,1994). Dari tabel 3 dapat
terlihat bahwa hasil pengamatan pH pada
setiap sediaan salep kecuali basis salepnya,
mengalami
perubahan
selama
waktu
penyimpanan pada suhu kamar. Perubahannya
terlihat menurun atau bertambah asam. Akan
tetapi nilai-nilai pH ini telah memenuhi
persyaratan nilai pH yang aman untuk kulit,
yaitu pH 5 hingga 10, dan kedua basis salep
yang digunakan pun telah memenuhi syarat
nilai pH basis salep yang baik, yaitu pH 5,5

hingga 7 (Troy et al, 2005). Penurunan yang
terjadi pada sediaan-sediaan salep tersebut
mungkin terjadi karena adanya perbedaan
suhu dan kondisi penyimpanan pada waktu
pengamatan.
Berdasarkan perhitungan statistik
dengan Desain Blok Acak (DBLA) model
tetap, menunjukkan bahwa ada perbedaan
yang nyata pada perubahan harga pH pada
suhu kamar terhadap formula sediaan salep.
Dimana setelah dilakukan uji Newman Keuls
dengan nilai RST sebesar 0,0180, 0,0226,
0,0239, 0,0255 dan 0,0273, lebih kecil
daripada nilai rata-rata masing-masing
formula, dapat disimpulkan bahwa harga pH
dari formula FIIB berbeda nyata dengan FIB,
FIA,FIIA,FI0,FII0 dengan selisih nilai rata-rata
sebesar 0,11, 0,17, 0,48, 1,53 dan 2,68, harga
pH dari formula FIB berbeda nyata dengan
FIA,FIIA,FI0,FII0 dengan selisih nilai rata-rata
sebesar 0,06, 0,37, 1,42 dan 2,57 , harga pH
dari formula FIA berbeda nyata dengan
FIIA,FI0,FII0 dengan selisih nilai rata-rata
sebesar 0,31, 1,36 dan 2,51, dan harga pH
formula FIIA berbeda nyata dengan FI0 dan
FII0 dengan selisih nilai rata-rata sebesar 1,05
dan 2,2 serta harga pH formula FI0 berbeda
nyata dengan FII0 dengan selisih nilai ratarata sebesar 1,15.

Hasil Pemeriksaan Viskositas
Tabel 4. Hasil Pemeriksaan Viskositas Sediaan Salep Selama Waktu
Penyimpanan pada Suhu Kamar
Formula
FI0
FIA
FIB
FII0
FIIA
FIIB

1
340
340
337
226
226
223

2
340
340
337
226
226
223

Viskositas(10²poise) minggu ke3
4
5
6
340
340
340
340
340
340
340
340
337
337
337
337
226
226
226
226
226
226
226
226
223
223
223
223

7
340
340
337
226
219
214

8
340
340
337
226
219
214

SEMINAR KEBUDAYAAN INDONESIA MALAYSIA KUALALUMPUR, 28–31 MEI 2007

Keterangan :
FI0 = Formula basis salep ke-1
FIA =
Formula basis salep ke-1 yang
mengandung ekstrak hidroglikolik
80% herba pegagan dengan
konsentrasi 15%
FIB =
Formula basis salep ke-1 yang
mengandung ekstrak hidroglikolik
60% herba pegagan dengan
konsentrasi 15%
FII0 =
Formula basis salep ke-2
FIIA = Formula basis salep ke-2 yang
mengandung ekstrak hidroglikolik
80% herba pegagan dengan
konsentrasi 15%
FIIB = Formula basis salep ke-2 yang
mengandung ekstrak hidroglikolik
60% herba pegagan dengan
konsentrasi 15%
Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa
viskositas sediaan salep formula FIA dan FIB
selama waktu penyimpanan pada suhu kamar
menunjukkan nilai yang tetap atau tidak
berubah yakni dengan nilai viskositas formula
FIA sebesar 340 x 10² poise, sama dengan
nilai viskositas basis salepnya, dan nilai
viskositas formula FIB sebesar 337 x 10²
poise. Perbedaan nilai viskositas pada formula
FIA dan FIB , begitu pula pada formula FIIA
dan FIIB dapat disebabkan oleh variasi ekstrak
hidroglikolik yang digunakan, dimana pada
formula FIB dan FIIB, dengan kandungan air
yang lebih tinggi yang telah bercampur pada
fase dalamnya, menunjukkan penurunan pada
nilai viskositasnya.
Dari tabel 4 dapat dilihat pula bahwa
nilai viskositas pada formula FIIA dan FIIB
selama waktu penyimpanan mengalami
penurunan pada minggu ketujuh dan minggu
kedelapan. Hal ini mungkin disebabkan oleh
faktor perubahan suhu serta kondisi
penyimpanan
Berdasarkan perhitungan statistik
dengan Desain Blok Lengkap Acak (DBLA)
model tetap, menunjukkan bahwa ada
perbedaan yang nyata pada perubahan harga
viskositas pada waktu penyimpanan terhadap
formula sediaan salep. Dimana setelah
dilakukan uji Newman Keuls dengan nilai
RST sebesar 3,199, 3,851, 4,246, 4,535 dan
4,746 dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang nyata antara harga dari

formula FIA dan FI0 yaitu dengan selisih nilai
rata-rata sebesar 1,00 lebih kecil dari nilai
RST. Sedangkan harga viskositas FIIB
berbeda nyata dengan FIIA, FII0, FIB, FIA dan
FI0 yaitu dengan selisih nilai rata-rata sebesar
10,75, 15,87, 349,12, 357, 358, harga
viskositas FIIA berbeda nyata dengan FII0,
FIB, FIA dan FI0 yaitu dengan selisih nilai ratarata sebesar 5,12, 338,37, 346,25, 347,25 dan
harga viskositas FII0 berbeda nyata dengan
FIB, FIA dan FI0 yaitu dengan selisih nilai ratarata sebesar 333,25, 341,13, 342,13 serta
harga viskositas FIB berbeda nyata dengan FIA
dan FI0 yaitu dengan selisih nilai rata-rata
sebesar 7,88 dan 8,88.
Hasil Pengujian Keamanan Sediaan Salep
Dari data hasil pengamatan, dapat
diketahui bahwa setiap formula sediaan salep
yang
mengandung
variasi
ekstrak
hidroglikolik herba pegagan maupun yang
tidak mengandung ekstrak herba pegagan,
tidak memberikan reaksi iritasi baik reaksi
kemerahan maupun pembengkakan pada kulit
sukarelawan, hal ini sesuai literatur yang
menyatakan bahwa kemungkinan efek
samping mengiritasi terhadap penggunaan
herba pegagan secara topikal, kapasitasnya
dapat dikatergorikan rendah (Gruenwald et al,
2000). Sehingga dapat disimpulkan bahwa
sediaan salep tersebut aman untuk digunakan.
Tabel 5. Hasil Pengujian Keamanan Sediaan
Salep
Sukarelawan ke1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

FI0
-

FIA
-

Formula
FIB
FII0
-

FIIA
-

FIIB
-

SEMINAR KEBUDAYAAN INDONESIA MALAYSIA KUALALUMPUR, 28–31 MEI 2007

kesukaan responden yang signifikan terhadap
formula salep I dengan formula salep II dalam
taraf signifikansi 0,05. Dimana jika dilihat
dari rata-ratanya formula II lebih disukai
responden dibandingkan formula I.

Hasil Uji Kesukaan Sediaan Salep
Dari hasil penelitian yang dilakukan
terhadap dua puluh subjek penelitian, dimana
di ukur kesukaan sediaan salep pada formula
yang berbeda, berdasarkan statistik uji MannWhitney dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan

600
500
400
Jumlah
Peringkat
300
Kesukaan
Responden 200
100
0
1

2
Formula

Grafik 1. Hasil Uji Kesukaan Sediaan Salep

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan
dapat disimpulkan bahwa :
Metode ekstraksi terfasilitasi panas
microwave dari herba pegagan dengan pelarut
hidroglikolik 80% dan 60% menunjukkan
adanya komponen utama dari herba tersebut
yang terekstrak, yaitu senyawa golongan
triterpenoid khususnya asiatikosida, asam
asiatat dan asam madekasat.
Basis salep hidrokarbon yang
mengandung kedua variasi
ekstrak
hidroglikolik herba pegagan tersebut secara
organoleptis dan nilai viskositasnya relatif
stabil, namun terjadi sedikit penurunan nilai
pH, aman untuk digunakan akan tetapi kurang
disukai responden.
Basis salep serap yang mengandung
kedua variasi ekstrak hidroglikolik herba
pegagan tersebut secara organoleptis relatif
stabil, namun terjadi sedikit penurunan nilai
pH dan perubahan nilai viskositas, aman
untuk digunakan dan paling disukai oleh
responden.

Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
maka disarankan agar :
1) Dilakukan penelitian lebih lanjut
mengenai keefektifan terapi dari
sediaan salep yang telah dibuat
terhadap penatalaksanaan
kondisi
keloidal pada kulit.
2) Terhadap ekstrak terfasilitasi panas
microwave dari herba pegagan,
dilakukan
perbandingan
terhadap
ekstrak yang diperoleh dengan metode
klasik sehingga dapat ditentukan
keunggulan dan kekurangannya.
3) Dilakukan metode ekstraksi terfasilitasi
panas microwave terhadap tumbuhantumbuhan lain dengan pelarut yang
cocok sebagai salah satu usaha
pengembangan
metode
ekstraksi
modern ini
4)
Terhadap ekstrak terfasilitasi panas
microwave dari herba pegagan yang
telah didapat, diformulasikan dalam
bentuk sediaan semisolid topikal lain
yang stabil, aman dan sesuai untuk
penatalaksanaan
kondisi
dermatologisnya.

SEMINAR KEBUDAYAAN INDONESIA MALAYSIA KUALALUMPUR, 28–31 MEI 2007

DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh. 2005. Farmasetika. Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press. Hal.
110-125.
Anonym. 2006. Milestone’s Microwave
Extraction.
http://www.milestonesci.com/extract
ion.php
Aulton, M.E. 1998. Pharmaceutics of Dosage
Form Design. New York : Churchill
Livingston Press. Hal. 395, 406-408.
Berman, B. 2005. Keloid and Hypertropic
Scar. http://www.webMD/eMedicine
Specialities/Dermatology/Benign
Neoplasms.htm
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
2000. Acuan Sediaan Herbal. Jakarta
: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Hal. 121-125.
Harahap, M. 1998. Ilmu Penyakit Kulit.
Jakarta : Hipocrates. Hal. 215-216.
Roberts, M.S., and K.A. Walters 1998.
Dermal Absorption and Toxicity
Assesment. New York : Marcel and
Dekker,Inc. Hal. 420-421, 432-434.
Saifuddin, N., and K.H Chua. 2003.
Extraction of Tetrachloroethylene
from Weathered Soils : A
Comparison
between
Soxhlet
Extraction and Microwave-assisted
Extraction. Malaysian Journal of
Chemistry. Vol 5. No.1. Hal : 30-33.
The Department of Health of Great Britain.
2001.
British
Pharmacopoeia.
Volume 1. London : Crown
Copyright. Hal 285.
Troy, D.B., et al. 2005. Remington’s The
Science and Practice of Pharmacy.
Twenty first Edition. Philadelphia :
Lippincott William and Wilkins
Publication. Hal. 845-849, 773-774.

Ucapan terimakasih
Terima kasih yang sebesar-besarnya bagi
semua pihak atas bantuan yang
diberikan kepada penulis. Untuk

Shinta Anggia, yang dengan baik
telah melaksanakan percobaan di
Jakarta dan Bandung
Terima kasih yang sebesar-besarnya juga
disampaikan kepada Bapak Amin
Syaugi dari Industri Farmasi
Pharmacore Laboratories atas saran
dan bantuan micro wave oven yang
telah disumbangkan dalam rangka
penelitian ini
Tidak lupa pula terimakasih ontuk Sdr. Dedih
Heryadi yang telah membantu dalam
perlatan yang diperlukan dalam
penelitian ini.

Dokumen yang terkait

Uji Aktivitas Penghambatan Pembentukan Batu Ginjal (Anti Nefrolitiasis) Ekstrak Etanol dari Herba Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) pada Tikus Putih Jantan

0 61 88

FORMULASI SALEP EKSTRAK HERBA PEGAGAN (Centella asiatica (L.) Urban) DENGAN BASIS Formulasi Salep Ekstrak Herba Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) Dengan Basis Polietilenglikol Dan Uji Aktivitas Antibakteri Terhadap Staphylococcus aureus.

0 1 13

PENDAHULUAN Formulasi Salep Ekstrak Herba Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) Dengan Basis Polietilenglikol Dan Uji Aktivitas Antibakteri Terhadap Staphylococcus aureus.

0 2 8

DAFTAR PUSTAKA Formulasi Salep Ekstrak Herba Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) Dengan Basis Polietilenglikol Dan Uji Aktivitas Antibakteri Terhadap Staphylococcus aureus.

0 9 4

FORMULASI SALEP EKSTRAK HERBA PEGAGAN (Centella asiatica (L.) Urban) DENGAN BASIS Formulasi Salep Ekstrak Herba Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) Dengan Basis Polietilenglikol Dan Uji Aktivitas Antibakteri Terhadap Staphylococcus aureus.

0 2 16

FORMULASI SEDIAAN GEL EKSTRAK HERBA PEGAGAN (CENTELLA ASIATICA L. URBAN) DENGAN HPMC SH 60 Formulasi Sediaan Gel Ekstrak Herba Pegagan (Centella Asiatica L. Urban) Dengan HPMC SH 60 Sebagai Gelling Agent Dan Uji Penyembuhan Luka Bakar Pada Kulit Punggung

2 4 12

FORMULASI SEDIAAN GEL EKSTRAK HERBA PEGAGAN (CENTELLA ASIATICA L. URBAN) DENGAN HPMC SH 60 Formulasi Sediaan Gel Ekstrak Herba Pegagan (Centella Asiatica L. Urban) Dengan HPMC SH 60 Sebagai Gelling Agent Dan Uji Penyembuhan Luka Bakar Pada Kulit Punggung

0 1 16

FORMULASI KRIM EKSTRAK ETANOL HERBA PEGAGAN (Centella asiatica (L.) Urban) KONSENTRASI 6% DAN 10% DENGAN Formulasi Krim Ekstrak Etanol Herba Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) Konsentrasi 6% Dan 10% Dengan Basis Cold Cream Dan Vanishing Cream Serta U

0 0 15

Formulasi tablet effervescent ekstrak daun singkong (Manihot utillissima Pohl.) dan ekstrak herba pegagan (Centella asiatica (L.) Urban).

0 0 12

Formulasi Sediaan Salep Antikeloidal Yang Mengandung Ekstrak Terfasilitasi Panas Microwave Dari Herba Pegagan (centella Asiatica (l.) Urban).

0 1 11