MEKANISME PENEGAKAN HUKUM TERHADAP KEJAHATAN PERANG BAGI NEGARA BUKAN PESERTA BERDASARKAN STATUTA ROMA 1998 (STUDI KASUS SERANGAN ISRAEL KE JALUR GAZA SEJAK JANUARI 2009 HINGGA DESEMBER 2014).

MEKANISME PENEGAKAN HUKUM TERHADAP KEJAHATAN
PERANG BAGI NEGARA BUKAN PESERTA BERDASARKAN STATUTA
ROMA 1998 (STUDI KASUS SERANGAN ISRAEL KE JALUR GAZA
SEJAK JANUARI 2009 HINGGA DESEMBER 2014)
ABSTRAK
NABILLA UTAMI DHIYA RAHMANI
110111100151
Konflik yang bertahun-tahun terjadi diantara Israel dan Palestina di
jalur Gaza telah memakan tidak hanya korban militer namun juga korban sipil
yang dilindungi oleh hukum internasional. Perlindungan terhadap penduduk
sipil dalam konflik bersenjata pada dasarnya diatur dalam Konvensi Jenewa
tahun 1949 yang telah diratifikasi oleh Israel dan Palestina dimana
pelanggaran terhadap ketentuannya merupakan kejahatan perang.
Metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah pendekatan
yuridis normatif yang mengkaji, menguji, dan menerapkan asas-asas hukum
serta prinsip-prinsip umum hukum internasional, hukum humaniter
internasional dan hukum pidana internasional. Spesifikasi penelitian yang
digunakan bersifat deskriptif-analitis. Penulis dalam skripsi ini membahas
mengenai mekanisme International Criminal Court (ICC) berdasarkan Statuta
Roma 1998 dalam menegakkan hukum terhadap kejahatan perang di jalur
Gaza. ICC memiliki mekanisme penegakan hukum berdasarkan pasal 13 dan

15 Statuta Roma 1998. Palestina telah melakukan beberapa upaya
penerimaan yurisdiksi ICC pada tahun 2009 dan 2015, yaitu melalui deklarasi
dan aksesi berdasarkan pasal 13 Statuta Roma 1998 yang menimbulkan
beberapa implikasi pada implementasi hukumnya.
Berdasarkan penelitian tersebut, diperoleh hasil yakni: pertama,
deklarasi yang dilakukan oleh Palestina terhadap Statuta Roma 1998 tahun
2009 tidak memberikan implikasi terhadap penegakan hukum kejahatan
perang di Jalur Gaza karena status Palestina yang dianggap tidak sah
sebagai negara oleh PBB. Namun deklarasi Palestina terhadap Statuta Roma
1998 pada tahun 2015 dianggap sah karena adanya resolusi No. 67/19
Majelis Umum PBB yang menyebutkan Palestina sebagai non-member
observer state. Kedua: Aksesi yang dilakukan oleh Palestina pada tahun
2015 membuat yurisdiksi ICC berlaku sepenuhnya bagi Palestina sejak April
2015 namun hal ini tidak mengubah implikasi yang diberikan oleh deklarasi
yang dilakukan Palestina pada awal tahun 2015.

iv

LAW ENFORCEMENT MECHANISM AGAINST WAR CRIMES FOR NONSTATE PARTIES BASED ON THE ROME STATUTE 1998 (CASE STUDY
OF ISRAELI ATTACKS ON GAZA STRIP FROM JANUARY 2009 TO

DECEMBER 2014)
ABSTRACT
Nabilla Utami Dhiya Rahmani
110111100151

The conflict between Israel and Palestine on Gaza Strip has caused
not only military casualties but also civilian casualties which are protected by
the international law. The protection of civilians in armed conflict is basically
set in the Geneva Convention of 1949 which has been ratified by Israel and
Palestine in which violations of its provisions constitute war crimes.
The method used by the author is a normative-juridical approach that
examines, tests, and implements the principles of international law. The
specification of research used by the author is descriptive-analytic. This paper
discusses the mechanism of the International Criminal Court (ICC) based on
the Rome Statute 1998 in enforcing the law against war crimes on Gaza
Strip. Articles 13 and 15 of Rome Statute 1998 provide jurisdiction for the
settlement of an international criminal case. Palestine has made several
attempts in accepting the jurisdiction of the ICC which was made in 2009 and
2015, namely through their declaration and accession which further gave
legal implication on the implementation of the international law.

Based on these studies, the results obtained are: first, the declaration
to the Roma Statute 1998 made by the Palestine in 2009 did not provide legal
implication for war crimes committed on the Gaza Strip since the Palestinian
statehood was considered invalid by the United Nations. But the Palestine’s
declaration to the Rome Statute of 1998 in 2015 was considered valid
because of the resolution No. 67/19 of the UN General Assembly which
considered Palestine as a non-member observer state. Second: the
accession carried out by the Palestine in 2015 made the ICC jurisdiction
solely applicable to the Palestine since April 2015 but this does not change
the legal implication given by the Palestine’s 2015 declaration.
iv