KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI KONSEP DIRI DAN JENIS KELAMIN Kenakalan Remaja Ditinjau Dari Konsep Diri Dan Jenis Kelamin.
KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI KONSEP DIRI DAN JENIS
KELAMIN
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh
Gelar Derajat Sarjana S-1 Psikologi
Diajukan oleh:
GILDA RISKINAYASARI
F 100 110 173
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
i
KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI KONSEP DIRI DAN JENIS
KELAMIN
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh
Gelar Derajat Sarjana S-1 Psikologi
Diajukan oleh:
GILDA RISKINAYASARI
F 100 110 173
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
ii
KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI KONSEP DIRI DAN JENIS
KELAMIN
Gilda Riskinayasari
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
gilda.pooh@yahoo.co.id
Pembimbing:
Dra. Partini, M.Si
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk hubungan antara konsep diri dengan
kenakalan remaja, dan perbedaan kanakalan remaja ditinjau dari jenis kelamin,.
Peneliti memilih metode kuantitatif untuk mencapai tujuan penelitian ini. Subjek
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XI SMA
Negeri 1 Gemolong, SMA Muhammadiyah 2 Gemolong, SMA Negeri 1
Sumberlawang. Hasil nilai koefisien korelasi (r) sebesar -0,250 dengan p value =
0,007 < 0,01 yang berarti ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara
konsep diri dengan kenakalan remaja. Dan hasil dari analisis t test diperoleh
nilai Z sebesar -5,042 dengan p value = 0,000 (p < 0,01) yang berarti ada
perbedaan yang sangat signifikan pada kenakalan remaja ditinjau dari jenis
kelamin, laki-laki memiliki tingkat kenakalan remaja yang lebih tinggi dari pada
perempuan. Berdasarkan hasil analisis diketahui variabel konsep diri mempunyai
rerata empirik (RE) sebesar 83,92 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 70 yang
berarti konsep diri subjek penelitian tergolong tinggi. Variabel kenakalan remaja
mempunyai rerata empirik (RE) sebesar 46,56 dan rerata hipotetik (RH) sebesar
70 yang berarti kenakalan remaja pada subjek penelitian tergolong rendah.
Kata kunci : kenakalan remaja, konsep diri, jenis kelamin
Menurut
PENDAHULUAN
Sarwono
(2011),
Masa remaja awal merupakan
menyebutkan bahwa remaja adalah
masa transisi, dimana usianya berkisar
masa trasnisi dari periode anak ke
antara 13 sampai 16 tahun atau yang
dewasa, karena itulah masa remaja ini
biasa disebut dengan usia belasan
menjadi masa yang penting. Masa
yang tidak menyenangkan, dimana
transisi ini oleh Hurlock disebut
terjadi juga perubahan pada dirinya
sebagai masa badai dan tekanan,
baik secara fisik, psikis, maupun
kenakalan anak dari dulu hingga
secara sosial (Hurlock, 1973).
sekarang bahkan seterusnya perlu
1
diperhatikan. Karena saat ini perilaku
yang
sering
kenakalan
masuk
remaja
ke
masih
Konsep diri merupakan salah
dalam
satu aspek yang penting bagi individu
banyak
dalam berperilaku. Menurut Hurlock
dijumpai dilingkungan sekitar kita
(dalam Maria, 2007)
seperti
menyatakan
perkelahian,
membolos
bahwa konsep diri adalah gambaran
memakai
narkoba,
seseorang mengenai diri sendiri yang
berbohong, mencuri, pergi ke luar
merupakan gabungan dari keyakinan
rumah tanpa pamit, berkelahi dengan
fisik, psikologis, sosial, emosional
teman, sex bebas, tindakan kriminal.
aspiratif, dan prestasi yang hendak
sekolah,
Berbagai data temuan yang
dicapai.
telah dikemukakan dapat dipahami
bahwa
masa
remaja
Menurut
memberikan
konsep
diri
Mandel
yang
negatif
(2009),
juga
pengaruh sangat kuat pada dorongan
merupakan salah satu faktor kontribusi
seksual remaja, dorongan tersebut
bagi kenakalan remaja. Ketika remaja
ditunjukkan remaja dengan aktivitas
memiliki konsep diri yang negatif,
seksual
yang
maka dalam perkembangannya remaja
benar. Menurut BKKBN diperoleh
melihat lingkungan, orangtua dan
data bahwa sedikitnya 30% siswa
kehidupan secara negatif. Dengan
SMP dan SMA di Indonesia sudah
memiliki konsep diri yang positif,
melakukan seks bebas secara aktif.
maka remaja mampu melaksanakan
Selain itu, sebanyak 12.9% remaja
tuntutan
pada usia 13-17 tahun mengalami
lingkungan (Maria, 2005).
tanpa
pertimbangan
hamil di luar nikah (Pikiran Rakyat,
edisi
30
2007).
Remaja
diberikan
laki-laki
oleh
banyak
Sedangkan
melakukan tingkah laku anti sosial
perilaku negatif remaja terlihat dari
daripada perempuan. Menurut catatan
data
kepolisian
yang
Juli
yang
dicatat
oleh
BKKBN
Kartono
(2002)
pada
mengenai tingkat aborsi di Indonesia
umumnya jumlah remaja laki-laki
yaitu sekitar 2.4 juta jiwa per tahun
yang melakukan kejahatan dalam
dan sekitar 700 ribu diantaranya
kelompok gang diperkirakan 50 kali
dilakukan oleh para remaja (BKKBN,
lipat daripada gang remaja perempuan.
2007).
2
Perbandingan
perilaku
anak
perempuan,
agresivitas
delinkuen remaja laki-laki dengan
diwujudkan secara tidak langsung.
perempuan
50:1
Bentuknya adalah menyebarkan gosip
(Kartono, 2010). Remaja laki-laki
atau kabar burung (Baron & Byrne,
pada umumnya melakukuan perilaku
1994).
diperkirakan
delinkuen dengan jalan kekerasan,
Senada dengan hal tersebut
perkelahian, penyerangan, perusakan,
Santrock (2003) menyatakan bahwa
pengacauan,
dan
identitas negatif pada remaja dapat
agresivitas. Hal ini didukung oleh
menyebabkan terjadinya kenakalan
Kelly et al., (2007) yang menyatakan
remaja (juvenile delinquency), seperti
anak laki-laki memiliki resiko yang
perkelahian,
lebih besar untuk munculnya perilaku
narkotika, psikotropika, dan zat adiktif
merusak (dalam Zahra, 2011).
lainnya (NAPZA), serta pelanggaran
perampasan,
susila, seperti seks bebas (free sex)
Seiring diungkapkan bahwa
laki-laki
lebih
perempuan,
agresif
ini
daripada
atau kehamilan di luar nikah.
dari
Ciri karakteristik individual
banyaknya penelitian yang berbeda
Remaja yang nakal ini mempunyai
dengan
sifat
indikator
dibuktikan
penyalahgunaan
yang
sama.
kepribadian
khusus
yang
Penelitian eksperimen yang dilakukan
menyimpang, seperti : 1) Rata-rata
oleh Bandura menguatkan pernyataan,
remaja nakal ini hanya berorientasi
bahwa laki-laki lebih agresif dari pada
pada
perempuan. Hasil penelitian lintas
senang dan puas pada hari ini tanpa
budaya yang dilakukan oleh Whiting
memikirkan
dan Edward (dalam Segall dkk, 1999),
Kebanyakan dari mereka terganggu
dalam penelitian ini menunjukkan
secara emosional, 3) Mereka kurang
bahwa anak lelaki lebih menunjukkan
bersosialisasi
ekspresi
normal,
masa
sekarang,
masa
depan,
dengan
2)
masyarakat
dominan,
anak
laki-laki
secara
agresif
hingga
mengenal norma-norma kesusilaan,
memulai tingkah laku agresif, anak
dan tidak bertanggung jawab secara
laki-laki lebih menampilkan agresi
sosial, 4) Kurang memiliki disiplin
merespon
dalam bentuk fisik atau verbal. Pada
3
sehingga
bersenang-
tidak
mampu
Skala kenakalan remaja yang
diri dan kontrol diri sehingga mereka
digunakan
menjadi liar dan jahat.
dimodifikasi
Kenakalan remaja disebabkan
dalam
penelitian
dari
digunakan
perasaan konsistensi atas kehidupan
Rohmadani (2011) berdasarkan aspek
dengan pencapaian identitas peran.
kenakalan remaja yang dikemukakan
Remaja yang dibatasi oleh lingkungan
oleh Jensen (dalam Sarwono, 2002)
terhadap
(yang
kenakalan yang menimbulkan korban
semestinya dapat diterima remaja),
materi, kenakalan yang menimbulkan
membuat remaja merasa tidak mampu
korban fisik, kenakalan yang melawan
menerima
yang
status, kenakalan sosial yang tidak
dibebankan kepadanya (Erikson dalam
menimbulkan korban dipihak orang
Santrock, 1997).
lain. Terdapat 28 aitem valid dan 5
sosial
tuntutan
sosial
Zahro
yang
kegagalan remaja mengintegrasikan
peran
oleh
skala
ini
Vasrina
aitem gugur. Aitem valid mempunyai
corrected
METODE PENELITIAN
Subjek penelitian adalah siswasiswi
kelas
XI SMA
Negeri
SMA
Negeri
correlation
bergerak dari 0,305 sampai 0,604 dan
koefisien reliabilitas alpha (α) = 0,839.
1
Gemolong, SMA Muhammadiyah 2
Gemolong,
item-total
Skala
1
digunakan
konsep
dalam
diri
penelitian
yang
ini
Sumberlawang dengan jumlah 115
dimodifikasi skala yang disusun oleh
siswa
kelamin
Asep Purnomo (2011) berdasarkan
perempuan berjumlah 76 dan laki-laki
aspek konsep diri yang dikemukakan
berjumlah 39. Teknik sampling yang
oleh Fittz (dalam Burns, 1979), yakni
cluster random
konsep diri fisik, konsep diri moral
sampling. Dari beberapa kelas XI
etik, konsep diri sosial, konsep diri
yang berada di ketiga SMA tersebut,
pribadi, konsep diri keluarga. Terdapat
terpilihlah tiga kelas yang menjadi
28 aitem valid dan 3 aitem gugur.
subjek penelitian yaitu kelas XI IPS1
Aitem valid mempunyai corrected
(39 siswa), XI IPS1 (38 siswa) dan XI
item-total correlation bergerak dari
IPS2 (38 siswa).
0,350 – 0,692 dan koefisien reliabilitas
yang
berjenis
digunakan adalah
alpha (α) = 0,911.
4
Penelitian
analisis
ini
statistik
menggunakan
teknik
konsep diri yang positif, maka remaja
korelasi
mampu melaksanakan tuntutan yang
product moment dan teknik komparasi
diberikan oleh lingkungan (Maria,
t test untuk menguji hipotesis dengan
2005).
asumsi variabel konsep diri dengan
Remaja yang memiliki konsep
variabel kenakalan remaja memenuhi
diri positif mampu mengatasi dirinya,
asumsi linier, normal. Sedangkan,
menperhatikan
variabel
mempunyai
jenis
kelamin
memenuhi
dunia
luar,
kemampuan
dan
untuk
berinteraksi sosial (Beane & Lipka,
asumsi homogenitas.
1986). Dengan memiliki konsep diri
yang positif, maka remaja mampu
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil uji asumsi
melakukan tuntutan yang diberikan
variabel konsep diri dengan kenakalan
oleh lingkungan, sebaliknya, remaja
remaja memnuhi asumsi normal dan
yang memiliki konsep diri negatif
linier, sehingga analisis yang telah
(rendah) sering kali melanggar aturan
dilakukan
dan norma yang ada dalam masyarakat
teknik
dengan
korelasi
menggunakan
product
moment
yang mengarah pada kenakalan remaja
Pearson diperoleh hasil nilai koefisien
(Maria, 2007).
korelasi (r) sebesar -0,250 dengan p
Berdasarkan uji asumsi yang
value = 0,007 < 0,01 yang berarti ada
meliputi uji normalitas sebaran dan uji
hubungan
sangat
homogenitas diketahui bahwa variabel
signifikan antara konsep diri dengan
kenakalan remaja dan variabel jenis
kenakalan remaja. Hal ini sesuai
kelamin diketahui data normal tetapi
dengan teori Mandel (2009), konsep
tidak
diri yang negatif juga merupakan salah
analisis data yang digunakan adalah
satu faktor kontribusi bagi kenakalan
teknik
remaja.
Mann-Whitney
negatif
Ketika
yang
remaja
memiliki
homogen,
sehingga
komparasi
non
U
Teknik
parametrik
Test
dengan
konsep diri yang negatif, maka dalam
menggunakan bantuan SPSS version
perkembangannya
15.0.
remaja
melihat
lingkungan, orangtua dan kehidupan
secara
negatif.
Dengan
Menurut
memiliki
Statistika
5
Non
Sulityanto
(2014)
Parametrik
Mann
Whitney
U
Test
digunakan
jika
untuk munculnya perilaku merusak
perbedaan dua sampel bebas sudah
(dalam Zahra, 2011).
dapat memperoleh data yang berskala
Remaja
laki-laki
banyak
interval, tetapi tidak memenuhi uji
melakukan tingkah laku anti sosial
normalitas. Berdasarkan uji hipotesis
daripada perempuan. Menurut catatan
dengan teknik Mann Whitney U Test
kepolisian
diperoleh nilai Z sebesar -5,042 dan
umumnya jumlah remaja laki-laki
nilai signifikansi (p) sebesar 0,000 (p
yang melakukan kejahatan dalam
< 0,01). Artinya ada perbedaan yang
kelompok gang diperkirakan 50 kali
sangat
kenakalan
lipat daripada gang remaja perempuan.
remaja ditinjau dari jenis kelamin.
Hasil di atas sesuai dengan
signifikan
Rata-rata
pada
kenakalan
remaja
pada
penelitian
perempuan sebesar 46,78. Rata-rata
Herdina
kenakalan
sebesar
remaja
79,86.
Kartono
(2002)
yang
dilakukan
(dalam
Aprilia,
-
penelitian
pada
laki-laki
Penelitian
Artinya
laki-laki
menunjukkan
bahwa,
pada
oleh
2014)
ini
memang
memiliki tingkat kenakalan remaja
terdapat bukti kuat yang membedakan
yang
perilaku agresivitas antara laki-laki
lebih
tinggi,
dari
pada
perempuan.
dan
Hasil diatas seusai dengan
perbandingan
perilaku
perempuan,
baik
dari
segi
intensitas, arah, dan bentuk-bentuk
delinkuen
agresi yang dimunculkan. Remaja
remaja laki-laki dengan perempuan
laki-laki
lebih
diperkirakan 50:1 (Kartono, 2010).
agresivitas
dalam
Remaja
umumnya
sedangkan perempuan lebih kepada
delinkuen
ekspresi emosional. Hal ini juga
dengan jalan kekerasan, perkelahian,
sejalan dengan kasus-kasus tawuran
penyerangan, perusakan, pengacauan,
pelajar yang terjadi hampir seluruhnya
perampasan, dan agresivitas. Hal ini
dilakukan oleh anak laki-laki.
laki-laki
melakukuan
pada
perilaku
didukung oleh Kelly et al., (2007)
yang
menyatakan
anak
Berdasarkan
menunjukkan
ekspresi
hasil
fisik,
analisis
laki-laki
diketahui variabel konsep diri dan
memiliki resiko yang lebih besar
kenakalan remaja mempunyai masingmasing rerata empirik konsep diri
6
tergolong sangat tinggi (RE = 83,92)
ini
dan retata empirik kenakalan remaja
koefisien korelasi (r) sebesar -
tergolong rendah (RE = 46,56) hal ini
0,250 dengan p value = 0,007 <
membuktikan bahwa konsep diri yang
0,01
2.
tinggi dapat menimbulkan kenakalan
dapat
Ada
dilihat
perbedaan
dari
yang
nilai
sangat
remaja yang rendah. Hasil di atas
signifikan pada kenakalan remaja
sesuai
ditinjau dari jenis kelamin. Hal ini
dengan
penelitian
yang
dilakukan oleh Dewi Retno (dalam
dapat
Aroma,
dari
komparasi nilai Z sebesar -5,042
individu
dan nilai signifikansi (p) sebesar
2012)
penjabaran
Rasionalisasi
diatas
ialah
melakukan
resiko
dari
koefisien
0,000 (p < 0,01).
dengan konsep diri yang rendah
senang
dilihat
3.
dan
Remaja laki-laki memiliki tingkat
melanggar aturan tanpa memikirkan
kenakalan
efek jangka panjangnya. Sedangkan
tinggi, jika dibandingkan dengan
individu dengan konsep diri yang
remaja perempuan.
4.
tinggi akan menyadari akibat dan efek
jangka
panjang
menyimpang.
dari
remaja
yang
lebih
Konsep diri pada penelitian ini
perbuatan
tergolong dalam kategori tinggi
antara
dengan rerata empirik (RE =
Keterkaitan
konsep diri sebagai salah satu faktor
83,92),
penyebab
perilaku
remaja tergolong dalam kategori
yang
rendah dengan rerata empirik (RE
kecenderungan
kenakalan
remaja
itulah
sedangkan
kenakalan
= 46,56).
menggelitik minat penulis. Penulis
tertarik untuk mengetahui apakah
benar
terdapat
hubungan
negatif
SARAN
Berdasarkan hasil kesimpulan
antara konsep diri dengan kenakalan
penelitian,
pada remaja.
penulis
menyampaikan
rekomendasi sebagai berikut :
Kepercayaan diri merupakan
KESIMPULAN
1.
yang
salah satu unsur psikologis yang
sangat signifikan antara konsep
penting dalam konteks pembentukan
diri dengan kenakalan remaja. Hal
konsep diri. Kepercayaan diri yang
Ada
hubungan
negatif
7
tinggi
mempengaruhi
Jurnal Psikologi Pendidikan dan
Perkembangan. Vol. 3 No. 01,
April 2014.
terbentuknya
konsep diri yang positif, demikian
pula sebaliknya yaitu kepercayaan diri
Badan Keluarga Berencana Nasional.
2007. Kurikulum dan Modul
Pelatihan Pemberian Informasi
Kesehatan Reproduksi Remaja
Oleh Pendidik Sebaya. Jakarta:
Direktorat
Remaja
dan
Perlindungan
Hak
Hak
Reproduksi.
yang rendah, berpengaruh pula pada
terbentuknya konsep diri yang negatif.
Terkait dengan hal tersebut, maka
konsep diri positif dan tingkat percaya
diri siswa dapat dibangun dengan
berbagai kegiatan-kegiataan seperti
ekstrakulikuler maupun intrakulikuler
Burns, R.B. 1979. Self Concept: In
Theory
Measurement,
Development
and
Behavior.
Longman Group Limited. New
York
guna meningkatkan keyakinan diri
para siswa.
Terkait dalam pihak institusi,
untuk
mengimbangi
hal
tersebut
Hurlock, E.B. 1973. Adolescent
Development (4th ed). Tokyo:
McGraw-Hill Kogakusha Ltd.
ketersediaan kegiatan ekstrakulikuler
dari pihak sekolah menjadi sangat
penting dalam pembentukan konsep
Kartono. 2003. Patologi Sosial 2.
Kenakalan
Remaja.
Jakarta:
Rajawali Pers.
_______. 2010. Patologi Sosial 2:
Kenakalan Remaja. Jakarta: CV.
Rajawali Expres.
diri positif pada siswa. Bimbingan dan
pengawasan dari pihak guru dalam
pelaksanaan kegiatan ekstrakulikuler
juga memiliki kontribusi yang penting
dalam pembentukan konsep diri pada
siswa, disamping itu
mengurangi
waktu
juga
luang
Maria, U. 2005. Peran Persepsi
Keharmonisan Keluarga dan
Konsep
Diri
terhadap
Kecenderungan
Kenakalan
Remaja.
Tesis
(tidak
dipublikasikan).
Fakultas
Psikologi: Universitas Gadjah
Mada.
____.
2007.
Peran
Persepsi
Keharmonisan Keluarga Dan
Konsep
Diri
Terhadap
Kecenderungan
Kenakalan
Remaja.
Tesis.
(Tidak
Diterbitkan).
Yogyakarta:
dapat
siswa
sehingga pelanggaran peraturan oleh
siswa juga bisa terhindarkan.
DAFTAR PUSTAKA
Aprilia, N. 2014. Hubungan Antara
Kecerdasan
Emosi
dengan
Perilaku Tawuran pada Remaja
Laki-laki yang Pernah Terlibat
Tawuran di SMK ‘B’ Jakarta.
8
Pascasarjana Fakultas Psikologi
UGM.
Purnomo, A. 2011. Hubungan antara
Konsep
Diri
dengan
Perilaku Kenakalan Remaja.
Skripsi (Tidak Diterbitkan).
Surakarta:
Fakultas
Psikologi UMS.
Rohmadani, Z.V. 2011. Hubungan
Kecerdasan Emosi dengan
Kenakalan Remaja Pada
Remaja. Skripsi (Tidak
Diterbitkan).
Jakarta:
Fakultas
Psikologi
Universitas Gunadharma.
Santrock. John W. 2003. Adolescence
Tenth Edition. New York: The
McGraw-Hill Companies, Inc.
Sarwono. S.W. 2011. Psikologi
Remaja. Cetakan 3. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
_______. S.W. 2002. Psikologi
Remaja. Edisi Enam. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Suliyanto. (2014). Statistika Non
Parametrik. Yogyakarta: C. V
Andi Offset.
Zahra, Y. 2011. Pengaruh Kecerdasan
Emosional Terhadap Perilaku
Delikuen Pada Remaja Laki-Laki.
Skripsi
(tidak
diterbitkan).
Universitas
Sumatera
Utara.
9
KELAMIN
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh
Gelar Derajat Sarjana S-1 Psikologi
Diajukan oleh:
GILDA RISKINAYASARI
F 100 110 173
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
i
KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI KONSEP DIRI DAN JENIS
KELAMIN
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh
Gelar Derajat Sarjana S-1 Psikologi
Diajukan oleh:
GILDA RISKINAYASARI
F 100 110 173
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
ii
KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI KONSEP DIRI DAN JENIS
KELAMIN
Gilda Riskinayasari
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
gilda.pooh@yahoo.co.id
Pembimbing:
Dra. Partini, M.Si
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk hubungan antara konsep diri dengan
kenakalan remaja, dan perbedaan kanakalan remaja ditinjau dari jenis kelamin,.
Peneliti memilih metode kuantitatif untuk mencapai tujuan penelitian ini. Subjek
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XI SMA
Negeri 1 Gemolong, SMA Muhammadiyah 2 Gemolong, SMA Negeri 1
Sumberlawang. Hasil nilai koefisien korelasi (r) sebesar -0,250 dengan p value =
0,007 < 0,01 yang berarti ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara
konsep diri dengan kenakalan remaja. Dan hasil dari analisis t test diperoleh
nilai Z sebesar -5,042 dengan p value = 0,000 (p < 0,01) yang berarti ada
perbedaan yang sangat signifikan pada kenakalan remaja ditinjau dari jenis
kelamin, laki-laki memiliki tingkat kenakalan remaja yang lebih tinggi dari pada
perempuan. Berdasarkan hasil analisis diketahui variabel konsep diri mempunyai
rerata empirik (RE) sebesar 83,92 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 70 yang
berarti konsep diri subjek penelitian tergolong tinggi. Variabel kenakalan remaja
mempunyai rerata empirik (RE) sebesar 46,56 dan rerata hipotetik (RH) sebesar
70 yang berarti kenakalan remaja pada subjek penelitian tergolong rendah.
Kata kunci : kenakalan remaja, konsep diri, jenis kelamin
Menurut
PENDAHULUAN
Sarwono
(2011),
Masa remaja awal merupakan
menyebutkan bahwa remaja adalah
masa transisi, dimana usianya berkisar
masa trasnisi dari periode anak ke
antara 13 sampai 16 tahun atau yang
dewasa, karena itulah masa remaja ini
biasa disebut dengan usia belasan
menjadi masa yang penting. Masa
yang tidak menyenangkan, dimana
transisi ini oleh Hurlock disebut
terjadi juga perubahan pada dirinya
sebagai masa badai dan tekanan,
baik secara fisik, psikis, maupun
kenakalan anak dari dulu hingga
secara sosial (Hurlock, 1973).
sekarang bahkan seterusnya perlu
1
diperhatikan. Karena saat ini perilaku
yang
sering
kenakalan
masuk
remaja
ke
masih
Konsep diri merupakan salah
dalam
satu aspek yang penting bagi individu
banyak
dalam berperilaku. Menurut Hurlock
dijumpai dilingkungan sekitar kita
(dalam Maria, 2007)
seperti
menyatakan
perkelahian,
membolos
bahwa konsep diri adalah gambaran
memakai
narkoba,
seseorang mengenai diri sendiri yang
berbohong, mencuri, pergi ke luar
merupakan gabungan dari keyakinan
rumah tanpa pamit, berkelahi dengan
fisik, psikologis, sosial, emosional
teman, sex bebas, tindakan kriminal.
aspiratif, dan prestasi yang hendak
sekolah,
Berbagai data temuan yang
dicapai.
telah dikemukakan dapat dipahami
bahwa
masa
remaja
Menurut
memberikan
konsep
diri
Mandel
yang
negatif
(2009),
juga
pengaruh sangat kuat pada dorongan
merupakan salah satu faktor kontribusi
seksual remaja, dorongan tersebut
bagi kenakalan remaja. Ketika remaja
ditunjukkan remaja dengan aktivitas
memiliki konsep diri yang negatif,
seksual
yang
maka dalam perkembangannya remaja
benar. Menurut BKKBN diperoleh
melihat lingkungan, orangtua dan
data bahwa sedikitnya 30% siswa
kehidupan secara negatif. Dengan
SMP dan SMA di Indonesia sudah
memiliki konsep diri yang positif,
melakukan seks bebas secara aktif.
maka remaja mampu melaksanakan
Selain itu, sebanyak 12.9% remaja
tuntutan
pada usia 13-17 tahun mengalami
lingkungan (Maria, 2005).
tanpa
pertimbangan
hamil di luar nikah (Pikiran Rakyat,
edisi
30
2007).
Remaja
diberikan
laki-laki
oleh
banyak
Sedangkan
melakukan tingkah laku anti sosial
perilaku negatif remaja terlihat dari
daripada perempuan. Menurut catatan
data
kepolisian
yang
Juli
yang
dicatat
oleh
BKKBN
Kartono
(2002)
pada
mengenai tingkat aborsi di Indonesia
umumnya jumlah remaja laki-laki
yaitu sekitar 2.4 juta jiwa per tahun
yang melakukan kejahatan dalam
dan sekitar 700 ribu diantaranya
kelompok gang diperkirakan 50 kali
dilakukan oleh para remaja (BKKBN,
lipat daripada gang remaja perempuan.
2007).
2
Perbandingan
perilaku
anak
perempuan,
agresivitas
delinkuen remaja laki-laki dengan
diwujudkan secara tidak langsung.
perempuan
50:1
Bentuknya adalah menyebarkan gosip
(Kartono, 2010). Remaja laki-laki
atau kabar burung (Baron & Byrne,
pada umumnya melakukuan perilaku
1994).
diperkirakan
delinkuen dengan jalan kekerasan,
Senada dengan hal tersebut
perkelahian, penyerangan, perusakan,
Santrock (2003) menyatakan bahwa
pengacauan,
dan
identitas negatif pada remaja dapat
agresivitas. Hal ini didukung oleh
menyebabkan terjadinya kenakalan
Kelly et al., (2007) yang menyatakan
remaja (juvenile delinquency), seperti
anak laki-laki memiliki resiko yang
perkelahian,
lebih besar untuk munculnya perilaku
narkotika, psikotropika, dan zat adiktif
merusak (dalam Zahra, 2011).
lainnya (NAPZA), serta pelanggaran
perampasan,
susila, seperti seks bebas (free sex)
Seiring diungkapkan bahwa
laki-laki
lebih
perempuan,
agresif
ini
daripada
atau kehamilan di luar nikah.
dari
Ciri karakteristik individual
banyaknya penelitian yang berbeda
Remaja yang nakal ini mempunyai
dengan
sifat
indikator
dibuktikan
penyalahgunaan
yang
sama.
kepribadian
khusus
yang
Penelitian eksperimen yang dilakukan
menyimpang, seperti : 1) Rata-rata
oleh Bandura menguatkan pernyataan,
remaja nakal ini hanya berorientasi
bahwa laki-laki lebih agresif dari pada
pada
perempuan. Hasil penelitian lintas
senang dan puas pada hari ini tanpa
budaya yang dilakukan oleh Whiting
memikirkan
dan Edward (dalam Segall dkk, 1999),
Kebanyakan dari mereka terganggu
dalam penelitian ini menunjukkan
secara emosional, 3) Mereka kurang
bahwa anak lelaki lebih menunjukkan
bersosialisasi
ekspresi
normal,
masa
sekarang,
masa
depan,
dengan
2)
masyarakat
dominan,
anak
laki-laki
secara
agresif
hingga
mengenal norma-norma kesusilaan,
memulai tingkah laku agresif, anak
dan tidak bertanggung jawab secara
laki-laki lebih menampilkan agresi
sosial, 4) Kurang memiliki disiplin
merespon
dalam bentuk fisik atau verbal. Pada
3
sehingga
bersenang-
tidak
mampu
Skala kenakalan remaja yang
diri dan kontrol diri sehingga mereka
digunakan
menjadi liar dan jahat.
dimodifikasi
Kenakalan remaja disebabkan
dalam
penelitian
dari
digunakan
perasaan konsistensi atas kehidupan
Rohmadani (2011) berdasarkan aspek
dengan pencapaian identitas peran.
kenakalan remaja yang dikemukakan
Remaja yang dibatasi oleh lingkungan
oleh Jensen (dalam Sarwono, 2002)
terhadap
(yang
kenakalan yang menimbulkan korban
semestinya dapat diterima remaja),
materi, kenakalan yang menimbulkan
membuat remaja merasa tidak mampu
korban fisik, kenakalan yang melawan
menerima
yang
status, kenakalan sosial yang tidak
dibebankan kepadanya (Erikson dalam
menimbulkan korban dipihak orang
Santrock, 1997).
lain. Terdapat 28 aitem valid dan 5
sosial
tuntutan
sosial
Zahro
yang
kegagalan remaja mengintegrasikan
peran
oleh
skala
ini
Vasrina
aitem gugur. Aitem valid mempunyai
corrected
METODE PENELITIAN
Subjek penelitian adalah siswasiswi
kelas
XI SMA
Negeri
SMA
Negeri
correlation
bergerak dari 0,305 sampai 0,604 dan
koefisien reliabilitas alpha (α) = 0,839.
1
Gemolong, SMA Muhammadiyah 2
Gemolong,
item-total
Skala
1
digunakan
konsep
dalam
diri
penelitian
yang
ini
Sumberlawang dengan jumlah 115
dimodifikasi skala yang disusun oleh
siswa
kelamin
Asep Purnomo (2011) berdasarkan
perempuan berjumlah 76 dan laki-laki
aspek konsep diri yang dikemukakan
berjumlah 39. Teknik sampling yang
oleh Fittz (dalam Burns, 1979), yakni
cluster random
konsep diri fisik, konsep diri moral
sampling. Dari beberapa kelas XI
etik, konsep diri sosial, konsep diri
yang berada di ketiga SMA tersebut,
pribadi, konsep diri keluarga. Terdapat
terpilihlah tiga kelas yang menjadi
28 aitem valid dan 3 aitem gugur.
subjek penelitian yaitu kelas XI IPS1
Aitem valid mempunyai corrected
(39 siswa), XI IPS1 (38 siswa) dan XI
item-total correlation bergerak dari
IPS2 (38 siswa).
0,350 – 0,692 dan koefisien reliabilitas
yang
berjenis
digunakan adalah
alpha (α) = 0,911.
4
Penelitian
analisis
ini
statistik
menggunakan
teknik
konsep diri yang positif, maka remaja
korelasi
mampu melaksanakan tuntutan yang
product moment dan teknik komparasi
diberikan oleh lingkungan (Maria,
t test untuk menguji hipotesis dengan
2005).
asumsi variabel konsep diri dengan
Remaja yang memiliki konsep
variabel kenakalan remaja memenuhi
diri positif mampu mengatasi dirinya,
asumsi linier, normal. Sedangkan,
menperhatikan
variabel
mempunyai
jenis
kelamin
memenuhi
dunia
luar,
kemampuan
dan
untuk
berinteraksi sosial (Beane & Lipka,
asumsi homogenitas.
1986). Dengan memiliki konsep diri
yang positif, maka remaja mampu
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil uji asumsi
melakukan tuntutan yang diberikan
variabel konsep diri dengan kenakalan
oleh lingkungan, sebaliknya, remaja
remaja memnuhi asumsi normal dan
yang memiliki konsep diri negatif
linier, sehingga analisis yang telah
(rendah) sering kali melanggar aturan
dilakukan
dan norma yang ada dalam masyarakat
teknik
dengan
korelasi
menggunakan
product
moment
yang mengarah pada kenakalan remaja
Pearson diperoleh hasil nilai koefisien
(Maria, 2007).
korelasi (r) sebesar -0,250 dengan p
Berdasarkan uji asumsi yang
value = 0,007 < 0,01 yang berarti ada
meliputi uji normalitas sebaran dan uji
hubungan
sangat
homogenitas diketahui bahwa variabel
signifikan antara konsep diri dengan
kenakalan remaja dan variabel jenis
kenakalan remaja. Hal ini sesuai
kelamin diketahui data normal tetapi
dengan teori Mandel (2009), konsep
tidak
diri yang negatif juga merupakan salah
analisis data yang digunakan adalah
satu faktor kontribusi bagi kenakalan
teknik
remaja.
Mann-Whitney
negatif
Ketika
yang
remaja
memiliki
homogen,
sehingga
komparasi
non
U
Teknik
parametrik
Test
dengan
konsep diri yang negatif, maka dalam
menggunakan bantuan SPSS version
perkembangannya
15.0.
remaja
melihat
lingkungan, orangtua dan kehidupan
secara
negatif.
Dengan
Menurut
memiliki
Statistika
5
Non
Sulityanto
(2014)
Parametrik
Mann
Whitney
U
Test
digunakan
jika
untuk munculnya perilaku merusak
perbedaan dua sampel bebas sudah
(dalam Zahra, 2011).
dapat memperoleh data yang berskala
Remaja
laki-laki
banyak
interval, tetapi tidak memenuhi uji
melakukan tingkah laku anti sosial
normalitas. Berdasarkan uji hipotesis
daripada perempuan. Menurut catatan
dengan teknik Mann Whitney U Test
kepolisian
diperoleh nilai Z sebesar -5,042 dan
umumnya jumlah remaja laki-laki
nilai signifikansi (p) sebesar 0,000 (p
yang melakukan kejahatan dalam
< 0,01). Artinya ada perbedaan yang
kelompok gang diperkirakan 50 kali
sangat
kenakalan
lipat daripada gang remaja perempuan.
remaja ditinjau dari jenis kelamin.
Hasil di atas sesuai dengan
signifikan
Rata-rata
pada
kenakalan
remaja
pada
penelitian
perempuan sebesar 46,78. Rata-rata
Herdina
kenakalan
sebesar
remaja
79,86.
Kartono
(2002)
yang
dilakukan
(dalam
Aprilia,
-
penelitian
pada
laki-laki
Penelitian
Artinya
laki-laki
menunjukkan
bahwa,
pada
oleh
2014)
ini
memang
memiliki tingkat kenakalan remaja
terdapat bukti kuat yang membedakan
yang
perilaku agresivitas antara laki-laki
lebih
tinggi,
dari
pada
perempuan.
dan
Hasil diatas seusai dengan
perbandingan
perilaku
perempuan,
baik
dari
segi
intensitas, arah, dan bentuk-bentuk
delinkuen
agresi yang dimunculkan. Remaja
remaja laki-laki dengan perempuan
laki-laki
lebih
diperkirakan 50:1 (Kartono, 2010).
agresivitas
dalam
Remaja
umumnya
sedangkan perempuan lebih kepada
delinkuen
ekspresi emosional. Hal ini juga
dengan jalan kekerasan, perkelahian,
sejalan dengan kasus-kasus tawuran
penyerangan, perusakan, pengacauan,
pelajar yang terjadi hampir seluruhnya
perampasan, dan agresivitas. Hal ini
dilakukan oleh anak laki-laki.
laki-laki
melakukuan
pada
perilaku
didukung oleh Kelly et al., (2007)
yang
menyatakan
anak
Berdasarkan
menunjukkan
ekspresi
hasil
fisik,
analisis
laki-laki
diketahui variabel konsep diri dan
memiliki resiko yang lebih besar
kenakalan remaja mempunyai masingmasing rerata empirik konsep diri
6
tergolong sangat tinggi (RE = 83,92)
ini
dan retata empirik kenakalan remaja
koefisien korelasi (r) sebesar -
tergolong rendah (RE = 46,56) hal ini
0,250 dengan p value = 0,007 <
membuktikan bahwa konsep diri yang
0,01
2.
tinggi dapat menimbulkan kenakalan
dapat
Ada
dilihat
perbedaan
dari
yang
nilai
sangat
remaja yang rendah. Hasil di atas
signifikan pada kenakalan remaja
sesuai
ditinjau dari jenis kelamin. Hal ini
dengan
penelitian
yang
dilakukan oleh Dewi Retno (dalam
dapat
Aroma,
dari
komparasi nilai Z sebesar -5,042
individu
dan nilai signifikansi (p) sebesar
2012)
penjabaran
Rasionalisasi
diatas
ialah
melakukan
resiko
dari
koefisien
0,000 (p < 0,01).
dengan konsep diri yang rendah
senang
dilihat
3.
dan
Remaja laki-laki memiliki tingkat
melanggar aturan tanpa memikirkan
kenakalan
efek jangka panjangnya. Sedangkan
tinggi, jika dibandingkan dengan
individu dengan konsep diri yang
remaja perempuan.
4.
tinggi akan menyadari akibat dan efek
jangka
panjang
menyimpang.
dari
remaja
yang
lebih
Konsep diri pada penelitian ini
perbuatan
tergolong dalam kategori tinggi
antara
dengan rerata empirik (RE =
Keterkaitan
konsep diri sebagai salah satu faktor
83,92),
penyebab
perilaku
remaja tergolong dalam kategori
yang
rendah dengan rerata empirik (RE
kecenderungan
kenakalan
remaja
itulah
sedangkan
kenakalan
= 46,56).
menggelitik minat penulis. Penulis
tertarik untuk mengetahui apakah
benar
terdapat
hubungan
negatif
SARAN
Berdasarkan hasil kesimpulan
antara konsep diri dengan kenakalan
penelitian,
pada remaja.
penulis
menyampaikan
rekomendasi sebagai berikut :
Kepercayaan diri merupakan
KESIMPULAN
1.
yang
salah satu unsur psikologis yang
sangat signifikan antara konsep
penting dalam konteks pembentukan
diri dengan kenakalan remaja. Hal
konsep diri. Kepercayaan diri yang
Ada
hubungan
negatif
7
tinggi
mempengaruhi
Jurnal Psikologi Pendidikan dan
Perkembangan. Vol. 3 No. 01,
April 2014.
terbentuknya
konsep diri yang positif, demikian
pula sebaliknya yaitu kepercayaan diri
Badan Keluarga Berencana Nasional.
2007. Kurikulum dan Modul
Pelatihan Pemberian Informasi
Kesehatan Reproduksi Remaja
Oleh Pendidik Sebaya. Jakarta:
Direktorat
Remaja
dan
Perlindungan
Hak
Hak
Reproduksi.
yang rendah, berpengaruh pula pada
terbentuknya konsep diri yang negatif.
Terkait dengan hal tersebut, maka
konsep diri positif dan tingkat percaya
diri siswa dapat dibangun dengan
berbagai kegiatan-kegiataan seperti
ekstrakulikuler maupun intrakulikuler
Burns, R.B. 1979. Self Concept: In
Theory
Measurement,
Development
and
Behavior.
Longman Group Limited. New
York
guna meningkatkan keyakinan diri
para siswa.
Terkait dalam pihak institusi,
untuk
mengimbangi
hal
tersebut
Hurlock, E.B. 1973. Adolescent
Development (4th ed). Tokyo:
McGraw-Hill Kogakusha Ltd.
ketersediaan kegiatan ekstrakulikuler
dari pihak sekolah menjadi sangat
penting dalam pembentukan konsep
Kartono. 2003. Patologi Sosial 2.
Kenakalan
Remaja.
Jakarta:
Rajawali Pers.
_______. 2010. Patologi Sosial 2:
Kenakalan Remaja. Jakarta: CV.
Rajawali Expres.
diri positif pada siswa. Bimbingan dan
pengawasan dari pihak guru dalam
pelaksanaan kegiatan ekstrakulikuler
juga memiliki kontribusi yang penting
dalam pembentukan konsep diri pada
siswa, disamping itu
mengurangi
waktu
juga
luang
Maria, U. 2005. Peran Persepsi
Keharmonisan Keluarga dan
Konsep
Diri
terhadap
Kecenderungan
Kenakalan
Remaja.
Tesis
(tidak
dipublikasikan).
Fakultas
Psikologi: Universitas Gadjah
Mada.
____.
2007.
Peran
Persepsi
Keharmonisan Keluarga Dan
Konsep
Diri
Terhadap
Kecenderungan
Kenakalan
Remaja.
Tesis.
(Tidak
Diterbitkan).
Yogyakarta:
dapat
siswa
sehingga pelanggaran peraturan oleh
siswa juga bisa terhindarkan.
DAFTAR PUSTAKA
Aprilia, N. 2014. Hubungan Antara
Kecerdasan
Emosi
dengan
Perilaku Tawuran pada Remaja
Laki-laki yang Pernah Terlibat
Tawuran di SMK ‘B’ Jakarta.
8
Pascasarjana Fakultas Psikologi
UGM.
Purnomo, A. 2011. Hubungan antara
Konsep
Diri
dengan
Perilaku Kenakalan Remaja.
Skripsi (Tidak Diterbitkan).
Surakarta:
Fakultas
Psikologi UMS.
Rohmadani, Z.V. 2011. Hubungan
Kecerdasan Emosi dengan
Kenakalan Remaja Pada
Remaja. Skripsi (Tidak
Diterbitkan).
Jakarta:
Fakultas
Psikologi
Universitas Gunadharma.
Santrock. John W. 2003. Adolescence
Tenth Edition. New York: The
McGraw-Hill Companies, Inc.
Sarwono. S.W. 2011. Psikologi
Remaja. Cetakan 3. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
_______. S.W. 2002. Psikologi
Remaja. Edisi Enam. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Suliyanto. (2014). Statistika Non
Parametrik. Yogyakarta: C. V
Andi Offset.
Zahra, Y. 2011. Pengaruh Kecerdasan
Emosional Terhadap Perilaku
Delikuen Pada Remaja Laki-Laki.
Skripsi
(tidak
diterbitkan).
Universitas
Sumatera
Utara.
9