Analisis dan Desain Struktur Tahan Gempa Dengan Sistem Balok Anak dan Balok Induk Menggunakan Pelat Dua Arah.

(1)

MENGGUNAKAN PELAT DUA ARAH

Hernando Batuwael NRP : 0321043

Pembimbing : Daud Rachmat W., Ir., M.Sc. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

ABSTRAK

Pada umumnya Arsitek menginginkan desain struktur gedung dengan tinggi balok yang kecil sehingga bangunan tidak terkesan terlalu tinggi. Untuk mendapatkan tinggi balok yang lebih kecil pada sistem balok anak dan balok induk dengan pelat dua arah perlu dilakukan beberapa pemodelan jumlah balok anak yang dipakai. Disamping itu dari owner menginginkan desain struktur yang ekonomis, sehingga perlu menghitung RAB dari beberapa model yang ditinjau untuk mencari harga yang ekonomis. Pemodelan akan dilakukan untuk 3 model struktur. Model 1 jumlah balok anak 2 buah pada masing-masing bentang, model 2 jumlah balok anak 4 pada masing-masing bentang dan model 3 jumlah balok anak 6 pada masing-masing bentang.

Dengan adanya program komputer Etabs ver. 9.04 proses pencarian dimensi balok yang kecil dapat dilakukan tetapi masih memenuhi persyaratan kekuatan dan lendutan dengan cara coba -coba dengan memasukan input data pelat, balok anak, balok induk dan kolom. Perhitungan volume dan berat tulangan memakai persyaratan detailing yang berlaku untuk struktur bertulang tahan gempa sedangkan untuk harganya dipakai harga yang berlaku saat ini.

Dari hasil perhitungan diperoleh kesimpulan, untuk model 3 memberikan dimensi balok anak yang sama dengan model 2, sedangkan ba lok induk dan kolom lebih kecil dari model 2. Dimensi balok anak, balok induk dan kolom model 1 lebih besar dibandingkan dimensi model 2 dan model 3. Berat tulangan model 1 lebih kecil dibandingkan model 2 dan model 3, volume beton model 2 lebih kecil diba ndingkan model 1 dan model 3 sedangkan untuk Harga struktur yang paling ekonomis adalah model 1


(2)

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas Kasih Karunia dan AnugerahNya serta pertolonganNya yang tidak pernah berkesudahan bagi saya, khususnya da lam membimbing saya dari awal pembuatan tugas akhir ini hingga sampai akhir penyusunan tugas akhir dapat terselesaikan dengan baik, biarlah kiranya ini menjadi pembelajaran yang beharga bagi saya untuk menyerahkan seluruh pembelajaran ini hanya kepada Alla h. Terima kasih Tuhan Yesus.

Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan program pendidikan sarjana di Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Kristen Maranatha Bandung.

Untuk memenuhi persyaratan tersebut dipilih bidang struktur dengan judul : “ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR TAHAN GEMPA DENGAN SISTEM BALOK ANAK DAN BALOK INDUK MENGGUNAKAN PELAT DUA ARAH”.

Pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar– besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan saran, arahan, dukungan doa, semangat dan harapan. Dalam penyususunan tugas akhir ini, yaitu kepada :

1. Bapak Daud Rachmat W., Ir., M.Sc., selaku dosen pembimbing tugas akhir yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan dukungan 2. Ibu Hanny Juliany Dani, ST., MT., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil


(3)

4. Ibu Olga C. Pattipawaej, Ph.D, Bapak Anang Kristianto, ST., MT, Bapak Yosafat Aji Pranata, ST., MT., selaku penguji yang telah bersedia menguji saya dalam penyusunan tugas akhir ini

5. Papi, Mami dan adikku Erich, terimakasih atas dukungan doa,harapan, semangat dan perhatiannya

6. Bang Candra, Bang Heber, Franky, Vanlie, Hadi, Saut, Rudy, Pandapotan, Daniel, Boy (KTB dan KK), Anta, Niko (Saudara KK) serta Bang Dedy, Irma, Lusy, Astri, Hadi, Nikki, Hendra, David, Wendy, Sehat, Corry, dan Cindra (Teman-teman Satpelma). Terimakasih atas dukungan doa, semangat dan nasehatnya serta perhatian yang diberikan 7. Ibu Eny, Tina, Wawa, Lanny, Ely, dan teman PMK yang lainnya.

Terimakasih atas dukungan doa, semangat dan nasehatnya serta perhatian yang diberikan

8. Anton, David, and All Crew Civil Enggineering spesial ’03

Semua adalah Anugerah yang diberikan Allah pada kita, biarlah kiranya Allah saja yang membalas semua kebaikan dari semua yang telah menolong berjalannya tugas akhir ini sampai selesai. Tuhan Yesus Mengasihi kita semua.

Bandung, 10 Agustus 2007


(4)

Halaman

SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR...i

SURAT KETERANGAN SELESAI TUGAS AKHIR...ii

ABSTRAK...iii

PRAKATA...iv

DAFTAR ISI...vi

DAFTAR TABEL...viii

DAFTAR GAMBAR...ix

DAFTAR NOTASI...xi

DAFTAR LAMPIRAN...xv

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah...1

1.2 Tujuan Penulisan...5

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan...5

1.4 Sistematika Penulisan...6

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Struktur...7

2.2 Sistem Balok Anak dan Balok Induk...8

2.2.1 Penentuan Dimensi Balok...9


(5)

2.3.2 Menghitung Gaya Dalam Pelat...15

2.3.3 Menghitung Penulangan Pelat... 16

BAB III : ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR TAHAN

GEMPA

3.1 Beban Gempa di Indonesia... 18

3.2 Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK)...25

3.3 Analisis Struktur Gedung 3 Dimensi... 28

BAB IV : STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

4.1 Pemodela n Sistem Balok Anak dan Balok Induk dengan Pelat Dua Arah………...31

4.1.1 Model 1...34

4.1.2 Model 2...45

4.1.3 Model 3...56

4.2 Pembahasan………...67

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan………...71

5.2 Saran………...72

DAFTAR PUSTAKA

………...73


(6)

2.1 Lendutan Izin Maksimum...13

2.2 Momen di dalam Pelat Persegi yang Menumpuh pada Keempat Tepinya akibat Beban terbagi rata...16

3.1 Percepatan Puncak Batuan Dasar dan Percepatan Puncak Muka Tanah untuk masing-masing Wilayah Gempa Indonesia...21

3.2 Spektrum Respons Gempa Rencana...25

3.3 Faktor Daktilitas Maksimum, Faktor Reduksi Gempa Maksimum, Faktor Tahanan lebih Struktur dan Tahanan lebih Total beberapa jenis Sistem dan Subsistem Struktur Gedung...27

4.1 Penulangan Struktur Model 1...43

4.2 Volume Beton Model 1…………...43

4.3 Berat Tulangan Model 1 …………...44

4.4 Penulangan Struktur Model 2...54

4.5 Volume Beton Model 2…………...54

4.6 Berat Tulangan Model 2 …………...55

4.7 Penulangan Struktur Model 3...65

4.8 Volume Beton Model 3…………...65

4.9 Berat Tulangan Model 3 …………...66

4.10 Dimensi Ketiga Model Struktur...67

4.11 Volume Beton dan Berat Tulangan Ketiga Model Struktur…...67


(7)

1.1 Struktur Model 1...3

1.2 Struktur Model 2...4

1.3 Struktur Model 3...4

2.1 Skema Sistem Struktur Rangka...8

2.2.a Pelat Satu Arah...12

2.2.b Pelat Dua Arah... 12

2.3.a Pelat Satu Arah...12

2.3.b Pelat Dua Arah... 12

3.1 Wilayah Gempa Indonesia dengan Percepatan Puncak Batuan Dasar dengan Periode Ulang 500 Tahun...20

3.2 Respons Spektrum Gempa Rencana...23

3.3 Mekanisme Keruntuhan Ideal suatu Struktur Gedung dengan Sendi Plastis terbentuk pada ujung-ujung Balok, kaki Kolom...26

4.1 Diagram Alir Desain Penulangan Struktur ...33

4.2 Tampak Atas Model 1…...34

4.3 Tampak Samping Model 1...35

4.4 3 Dimensi gedung Model 1...35

4.5 Hasil Desain Struktur untuk Balok Tepi Model 1...37

4.6 Hasil Desain Struktur untuk Balok Tengah Model 1...40

4.7 Hasil Desain Struktur untuk Kolom Model 1...42

4.8 Lendutan Maksimum (combo 2) Model 1 ...44

4.9 Tampak Atas Model 2…...45


(8)

4.13 Hasil Desain Struktur untuk Balok Tengah Model 2...51

4.14 Hasil Desain Struktur untuk Kolom Model 2...53

4.15 Lendutan Maksimum (combo 2) Model 2...55

4.16 Tampak Atas Model 3…...56

4.17 Tampak Samping Model 3...57

4.18 3 Dimensi gedung Model 3. ...57

4.19 Hasil Desain Struktur untuk Balok Tepi Model 3...59

4.20 Hasil Desain Struktur untuk Balok Tengah Model 3...62

4.21 Hasil Desain Struktur untuk Kolom Model 3...64


(9)

Ao = Ca = Percepatan puncak muka tanah akibat pengaruh Gempa Rencana yang bergantung pada Wilayah Gempa dan jenis tanah tempat struktur gedung berada

Am = Percepatan respons maksimum atau Faktor Respons Gempa maksimum pada Spektrum Respons Gempa Rencana

Ar = Cv = Pembilang dalam persamaan hiperbola Faktor Respons Gempa C pada Spektrum Respons Gempa Rencana

As = Luas tulangan utama Av = Luas tulangan sengkang b = Lebar balok

C = Faktor Respons Gempa dinyatakan dalam percepatan gravitasi yang nilainya bergantung pada waktu getar alami struktur gedung dan kurvanya ditampilkan dalam Spektrum Respons Gempa Rencana

C1 = Nilai Faktor Respons Gempa yang didapat dari Spektrum Respons Gempa Rencana untuk waktu getar alami fundamental dari struktur gedung

d = h = Tebal pelat D = Diameter tulangan DL = Berat sendiri

Ec = Modulus elastisitas beton

f = Faktor kuat lebih total yang terkandung di dalam struktur gedung secara keseluruhan, rasio antara beban gempa maksimum akibat pengaruh Gempa Rencana yang dapat diserap oleh struktur gedung pada saat mencapai kondisi di ambang keruntuhan dan beban gempa nominal

fy = Kuat leleh tulangan longitudional non-prategang yang disyaratkan, MPa

fys = Kuat leleh tulangan transversal non-prategang yang disyaratkan, MPa


(10)

F2 = Sumbu minor

g = Percepatan gravitasi; dalam subskrip menunjukkan momen yang bersifat momen guling

h = Tinggi balok

hmin = Tebal pelat minimum hmax = Tebal pelat maksimun

I = Faktor Keutamaan gedung, faktor pengali dari pengaruh Gempa Rencana pada berbagai kategori gedung, untuk menyesuaikan perioda ulang gempa yang berkaitan dengan penyesuaian probabilitas dilampauinya pengaruh tersebut selama umur gedung itu dan penyesuaian umur gedung itu

I1 = Faktor Keutamaan gedung untuk menyesuaikan perioda ulang gempa yang berkaitan dengan penyesuaian probabilitas terjadinya gempa itu selama umur gedung

I2 = Faktor Keutamaan gedung untuk menyesuaikan perioda ulang gempa yang berkaitan dengan penyesuaian umur gedung jd = perkalian antara 0.9 dan tebal pelat

ln = Bentang bersih arah panjang LL = Beban hidup

Mu = Momen maksimum n = Jumlah tulangan

R = Faktor reduksi gempa, rasio antara beban gempa maksimum akibat pengaruh Gempa Rencana pada struktur gedung elastic penuh dan beban gempa nominal akibat pengaruh Gempa Rencana pada struktur gedung daktail, bergantung pada faktor daktilitas struktur gedung tersebut; factor reduksi gempa representatif struktur gedung tidak beraturan

Rm = Faktor reduksi gempa maksimum yang dapat dikerahkan oleh suatu jenis sistem atau subsistem struktur gedung


(11)

T = Waktu getar alami struktur gedung dinyatakan dalam detik yang menentukan besarnya Faktor Respons Gempa struktur gedung dan kurvanya ditampilkan dalam Spektrum Respons Gempa Rencana

Tc = Waktu getar alami sudut, yaitu waktu getar alami pada titik perubahan diagram C dari garis datar menjadi kurva hiperbola

pada Spektrum Respons Gempa Rencana

T1 = Waktu getar alami fundamental struktur gedung beraturan maupun tidak beraturan dinyatakan dalam detik

v = Volume (m3)

V = Beban (gaya) geser dasar nominal statik ekuivalen akibat pengaruh Gempa Rencana yang bekerja di tingkat dasar struktur gedung beraturan dengan tingkat daktilitas umum, dihitung berdasarkan waktu getar alami fundamental struktur gedung beraturan tersebut

Vc = Kuat geser nominal

Ve = Pembeba nan gempa maksimum akibat pengaruh Gempa Rencana yang dapat diserap oleh struktur gedung elastik penuh dalam kondisi di ambang keruntuhan

Vn = Kuat geser nominal yang dihitung

Vs = Gaya geser dasar nominal akibat beban gempa yang dipikul oleh suatu jenis subsistem struktur gedung tertentu di tingkat dasar Vt = Gaya geser dasar nominal akibat pengaruh Gempa Rencana pada

taraf pembebanan nominal yang bekerja di tingkat dasar struktur gedung dan yang didapat dari hasil analisis ragam spektrum respons atau dari hasil analisis respons dinamik riwayat waktu Vu = Kuat geser terfaktor pada penampang yang ditinjau

V1 = Gaya geser dasar nominal yang bekerja di tingkat dasar struktur gedung tidak beraturan dengan tingkat daktilitas umum, dihitung berdasarkan waktu getar alami fundamental struktur gedung Wt = Berat total gedung, termasuk beban hidup yang sesuai


(12)

am (delta-m) = Nilai rata-rata a untuk semua balok pada tepi-tepi dari suatu panel

ß (beta) = Perbandingan antara bentang bersih arah panjang dengan arah pendek

? (lamda) = Pengali untuk penambahan lendutan jangka -panjang seperti yang didefinisikan dalam SNI 03-1726-2002 pasal 11.5(2(5))

µ (mu) = Faktor daktilitas struktur gedung, rasio antara simpangan maksimum struktur gedung akibat pengaruh Gempa Rencana pada saat mencapai kondisi di ambang keruntuhan dan simpangan struktur gedung pada saat terjadinya pelelehan pertama

(pi) = Faktor reduksi = 0,8 ? (rou) = Rasio tulangan tekan ?min (rou min)= Rasio tulangan minimum ?max (rou max)= Rasio tulangan maksimum

?b (rou balance)= Rasio tulangan dalam kondisi seimbang S (sigma) = Tanda penjumlahan.


(13)

Lampiran 1 : Prosedur Analisis dan Desain Struktur menggunakan

Etabs ver. 9.04...74

Lampiran 2 : Output Etabs Ver. 9.04...108

Lampiran 3 : Langkah Perhitungan Volume Beton dan Berat Tulangan...110


(14)

(15)

LAMPIRAN 1 : Prosedur Analisis dan De sain Struktur menggunakan Etabs ver. 9.04

A. Prosedur Pemodelan Struktur Gedung (SRPMK) untuk Kontrol Simpangan Antar Tingkat Menggunakan Program ETABS v9.04

1. Input data-data pemodelan seperti : Satuan : kg-m Data-data dimensi gedung : Jumlah lantai = 5 Tinggi lantai = 4,0 m Jarak antar kolom (as-ke-as) = 10 m

Gambar L-1-1 Building Plan Grid System and Story Data Definition

Data-data material/bahan :

Berat per unit volume = 2400 kg/m3

Massa per unit = 244.648318 kg det2/m2 Mutu beton : f’c = 30 Mpa


(16)

Mutu baja : fy = 400 Mpa (tulangan longitudinal) fys = 400 Mpa (tulangan transversal) modulus elastisitas beton : Ec = 2.6154 x 109 kg/m2

Gambar L-1 -2 Define Materials


(17)

Data-data dimensi kolom, balok, pelat : Ukuran kolom dan balok

a. Kolom = 90 x 90 cm

Gambar L-1 -4 Rectangular Section


(18)

b. Balok induk = 75 x 90 cm

Gambar L-1 -6 Rectangular Section


(19)

c. Balok anak = 30 x 65 cm

Gambar L-1 -8 Rectangular Section


(20)

Ukuran pelat = 12 cm

Gambar L-1-10 Define Wall/Slab/Deck/ Sections


(21)

Perletakan

Jenis perletakan yang dipakai adalah jepit

Gambar L-1-12 Assign Restraints

2. Input beban-beban gravitasi yang bekerja pada struktur gedung (DL, SDL, LL) :

Pada pelat atap : LL = 400 kg/m2 SDL = 140 kg/m2


(22)

Gambar L-1 -14 Unifrom Surface Loads

Pada pelat lantai : LL = 400 kg/m2 SDL = 140 kg/m2


(23)

Gambar L-1 -16 Unifrom Surface Loads

Pada balok tepi (beban dinding) : SDL = 1000 kg/m


(24)

Catatan :

- Berat sendiri struktur dimasukkan dalam DL, sehingga self weight multipliernya = 1

Gambar L-1-18 Define Static Load Case Names

- Define mass source

Mass Definition : From Self and Specified Mass and Loads Define Mass Multiplier for loads : sesuai dengan peraturan pembebanan hanya LL yang menggunakan 30%, beban lainnya 100%.


(25)

3. Lakukan analisis tahap 1 Catatan :

SetAnalysis Options

Gambar L-1-20 Analysis Options

Set Dynamic Parameters : Type of Analysis = Eigenvectors


(26)

Set P-Delta Parameters : Non-iterative-Based on Mass

Suatu gedung yang tingginya diukur dari taraf penjepitan lateral adalah ledih dari 10 – 40 m, harus diperhitungkan terhadap pengaruh P-Delta, yaitu suatu gejala yang terjadi pada sturktur gedung yang fleksibel, dimana simpangan ke samping yang besar akibat beban gempa lateral menimbulkan beban lateral tambahan akibat momen guling yang terjadi oleh gravitasi yang titik tangkapnya menyimpang ke samping.

Gambar L-1 -22 P-Delta Parameters

4. Berdasarkan analisa tahap 1 dilakukan pengecekan terhadap :

Mode : apakah mode 1 dan mode 2 dominan translasi, bila dominan rotasi maka struktur diperbaiki karena menunjukkan perilaku yang buruk dan tidak nyaman bagi penghuni saat terjadi gempa, sehingga perlu dilakukan


(27)

Gambar L-1-23 Plan View Mode 1


(28)

5. Buat diafragma tiap lantai

Gambar L-1 -25 Plan View Rigid Diaphragms

6. Input beban dinamik respons spektrum

Gunakan UBC 97 Response Spectrum. Menurut SNI 03 – 1726 - 2002, masukkan koefisien Ca dan Cv sesuai dengan wilayah gempa Indonesia (lihat Gambar 3.2)

Wilayah gempa 4 tanah sedang : Ca = 0,28 Cv = 0,42


(29)

Gambar L-1 -26 Response Spectrum UBC 97 Function Definition

Definisikan Respon Spectra Case, untuk arah U1 (sumbu mayor gunakan SPECI) dan U2 (sumbu minor gunakan SPEC2)

Gunakan Damping = 5%, Modal Combination = CQC, Directional Combination = SRSS, Scale Factor= 9,81 (percepatan gravitasi), Excitation Angle = sudut sumbu utama yang telah ditentukan sebelumnya


(30)

(31)

7. Lakukan analisis tahap 2

8. Berdasarkan analisis tahap 2, dilakukan pemeriksaan sebagai berikut : - Respon Spec Base Reaction : apakah menghasilkan nilai terbesar pada

arah sumbu utama (F1) dan 0 pada sumbu minor (F2), apabila belum menghasilkan nilai seperti diatas maka arah gempa yang diberikan belum tepat pada sumbu utama. Lakukan lagi dengan mengubah sudutnya.

Gambar L-1 -29 Response Spectrum Base Reactions

Diketahui hasil ETABS : F1 = 171836,22 kg F2 = -648080,69 kg

a = arc tan (L.1.1)

a = -75,49939°

Jadi sudutnya harus di ubah menjadi -79,01102224°, kemudian sumbu minornya menjadi -75,49939° + 90° = 14,85006°.


(32)

- Nilai akhir respon dinamik struktur gedung terhadap pembebanan gempa nominal akibat gempa rencana dalam satu arah tertentu, tidak boleh diambil kurang dari 80% nilai respons ragam yang pertama. Untuk memenuhinya, maka gaya geser tingkat akibat pengaruh gempa rencana sepanjang tinggi struktur gedung hasil analisis ragam spektrum respon dalam arah tertentu harus dikalikan dengan faktor skala :

Dimana : Vs = gaya geser dasar statik (kg) Vd = gaya geser dasar dinamik (kg) R = faktor reduksi gempa (lihat Tabel 3.3)

- Hitung faktor skala dengan melihat output Respon Spec Base Reaction untuk menentukan nilai Vd (gaya geser dinamik), sedangkan Vs (gaya geser dasar statik) dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Dimana : Wt = berat total seluruh lantai kecuali base (kg) T = periode (det.)


(33)

Perhitungan faktor skala

Gambar L-1-30 adalah Massa perlantai gedung yang didapatkan dari langkah perhitungan tahap 1 dan tahap 2.

Gambar L-1 -30 Assembled Point Masses

Gambar L-1-31 adalah periode getar atau waktu getar yang didapatkan dari langkah perhitungan tahap 1 dan tahap 2.


(34)

Gambar L-1 -32 Response Spectrum Base Reactions

Diketahui : I = 1 R = 8,5

Ca = 0,28 ; Cv = 0,42

Dari ETABS : Wt = mt x g

= (1011272,04664 + 119849,44833 + 119849,45074 + 119849,45074) x 9,81

= 13447748,08 kg T = 0,563720 det. Vd = 2646808,59 kg


(35)

Vs = min [110743,9595 , 1178735,833] Vs = 110743,9595 kg

f = max [0,03347 , 0,11765] f = 0,11765

f* = f x g

= 0,11765 x 9,81 = 1,15415 m/det2

(kemudian f* dimasukkan ke dalam ETABS untuk analisis berikutnya) Kemudian digunakan SPEC1 dan SPEC 2 dengan data sebagai berikut : Directional Combination : SRSS

Input Response Spectra diisikan untuk SPEC1 dengan arah U1 dan SPEC2 dengan arah U2, dan dengan faktor skala f* yang telah didapat di atas


(36)

(37)

9. Lakukan analisis tahap 3, kemudian lakukan control simpangan antar tingkat berdasarkan output Etabs tersebut di atas.

(selain simpangan antar tingkat, batas lahan juga harus dikontrol. Akan tetapi dalam tugas akhir ini, dianggap jarak gedung cukup jauh dari bangunan-bangunan lainnya, sehingga batas lahan tidak perlu dikontrol lagi.)


(38)

(39)

B. Prosedur Pemodelan Struktur Gedung (SRPMK) untuk Keperluan Analisis dan De sain dengan Menggunakan Program ETABS v9.04 dan Perhitungannya

Untuk langkah-langkah pemodelannya hampir sama dengan langkah-langkah pemodelan untuk kontrol simpangan antar tingkat (sub bab 4.2.1) yaitu pada langkah 1 sampai dengan langkah 7. Untuk selanjutnya ada sedikit perbedaan, seperti di bawah ini :

8. Berdasarkan analisis tahap 2, dilakukan pemeriksaan sebagai berikut : - Response Spec Base Reaction : apakah menghasilkan nilai terbesar

pada arah sumbu utama (F1) dan 0 pada sumbu minor (F2), apabila belum menghasilkan nilai seperti di atas maka arah gempa yang diberikan belum tepat pada sumbu utama. Lakukan lagi dengan mengubah sudutnya.


(40)

Diketahui hasil ETABS : F1 = 171836,22 kg F2 = -648080,69 kg

a = arc tan (L.1.4)

a = -75,49939°

Jadi sudutnya harus di ubah menjadi -79,01102224°, kemudian sumbu minornya menjadi -75,49939° + 90° = 14,85006°.

Nilai akhir respon dinamik struktur gedung terhadap pembebanan gempa nominal akibat gempa rencana dalam satu arah tertentu, tidak boleh diambil kurang dari 80% nilai respons ragam yang pertama. Untuk memenuhinya, maka gaya geser tingkat akibat pengaruh gempa rencana sepanjang tinggi struktur gedung hasil analisis ragam spektrum respon dalam arah tertentu harus dikalikan dengan faktor skala :

Dimana : Vs = gaya geser dasar statik (kg) Vd = gaya geser dasar dinamik (kg) R = faktor reduksi gempa (lihat Tabel 3.3)

- Hitung faktor skala dengan melihat output Respon Spec Base Reaction untuk menentukan nilai Vd (gaya geser dinamik), sedangkan Vs (gaya geser dasar statik) dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Dimana : Wt = berat total seluruh lantai kecuali base (kg) T = periode (det.)


(41)

TETABS = 1,2 Ta à T = TETABS (L.1.7)

T > 1,2 Ta à T = Ta (L.1.8) Dimana : Ta = 0,0731 H¾

Perhitungan faktor skala

Gambar L-1-36 adalah Massa perlantai gedung yang didapatkan dari langkah perhitungan tahap 1 dan tahap 2.


(42)

Gambar L-1-37 adalah periode getar atau waktu getar yang didapatkan dari langkah perhitungan tahap 1 dan tahap 2.

Gambar L-1-37 Modal Participating Mass Ratios


(43)

Diketahui : I = 1 R = 8,5

Ca = 0,28 ; Cv = 0,42

Dari ETABS : Wt = mt x g

= (1011272,04664 + 119849,44833 + 119849,45074 + 119849,45074) x 9,81

= 13447748,08 kg TETABS = 0,563720 det.

Vd = 2646808,59 kg

Ta = 0,0731 H¾ Ta = 0,0731 x 16¾ Ta = 0,5848

1,2 Ta = 1,2 x 0,5848 = 0,70176

TETABS = 1,2 Ta à T = TETABS

0,563720 = 0,70176 à T = 0,563720 det.

Vs = min [110743,9595 , 1178735,833] Vs = 110743,9595 kg


(44)

f = max [0,03347 , 0,117647] f = 0,117647

f* = f x g

= 0,11765 x 9,81 = 1,15415 m/det2


(45)

9. Berdasarkan analisis tahap 2, dilakukan pemeriksaan sebagai berikut : Adapun kombinasinya adalah :

1) 1,4 DL + 1,4 SDL

Gambar L-1 -39 Load Combination Data

2) 1,2 DL + 1,2 SDL + 1,6 LL


(46)

3) 1,2 DL + 1,2 SDL + 0,5 LL ± E

Gambar L-1 -41 Load Combination Data

4) 0,9 DL + 0,9 SDL ± E


(47)

Pada tahap ini digunakan hanya SPEC1 dengan data sebagai berikut :

Directional Combination : ABS dengan Scale Factor = 0.3

(mengakomodasi 30% arah tegak lurus sumbu utama)

Input Response Spectra diisikan untuk arah U1 dan U2 dengan faktor skala f* yang telah didapat di atas

Gambar L-1-43 Response Spectrum Case Data

Menurut SNI 03 – 1726 – 2002, untuk mensimulasi arah pengaruh Gempa Rencana yang sembarang terhadap struktur gedung, pengaruh pembebanan ke arah utama dianggap efektif 100% dan harus dianggap terjadi bersamaan dengan pengaruh pembebanan gempa dalam arah tegak lurus dari arah utama, tetapi dengan efektifitas hanya 30%

f* = faktor skala yang didapat dari perhitungan faktor skala (langkah 8)

Sudut yang dinyatakan arah sumbu utama gedung yang juga didapat dalam langkah 8


(48)

10.Input faktor-faktor reduksi kapasitas untuk desain penulangannya.

Inputkan faktor-faktor sesuai dengan SNI 03 – 1726 – 2002, pada Concrete Frame Design Preferences

Phi Bending Tension = 0,8

Phi Compression Tied = 0,65 Phi Compression Spiral = 0,7

Phi Shear = 0,75

Gambar L-1-44 Concrete Frame Design Preferences

11.Untuk jenis Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK), maka dapat diinputkan pada Concrete Frame Design Overwrites dengan memberikan tanda / check mark pada Element Type dan memilih Sway Special


(49)

Lampiran 2 : Output Etabs Ver. 9.04

Gambar L-2 -1 Longitudinal Reinforcing Model 1


(50)

(51)

Lampiran 3 : Langkah perhitungan volume beton dan berat tulangan

1. Volume beton

Langkah-langkah perhitungan Volume struktur gedung

V = b x h x L

Dimana :

v : Volume (m3) b : Lebar (m) h : Tinggi (m)

L : Panjang bentang (m)

Contoh perhitungan : Diketahui : b = 0,3 m

h = 0,4 m

Panjang bentang = 10 m Penyelesaian :

v = b x h x L v = 0,3 x 0,4 x 10 v = 1,2 m3


(52)

2. Berat tulangan

Langkah-langkah perhitungan Berat sturktur gedung Contoh perhitungan :

a) Kolom

Diketahui : Kolom ukuran 75/75 Panjang bentang (L) = 4 m Tulangan utama = 12 D 25 Tulangan sengakang = F10 – 200 Berat besi dia. 25 = 3,85 Kg/m Berat besi dia. 10 = 0,62 Kg/m Selimut beton = 40 mm Penyelesaian :

• Volume kolom = 0,75 x 0,75 x 4 m = 2,25 m3

• Tulangan utama = (4 x 12 buah) x Berat besi = (4 x 12 buah) x 3,85 = 184,8 Kg

• Tulangan sengkang = [{2 x ((0,75 – 0,08) + (0,75 – 0,08) + 0,04) + (0,75 – 0,08) + (0,75 – 0,08) + 0,2} x 4/0,2 bh] x Berat besi

= [{(2 x (0,67 + 0,67 + 0,04)) + (0,67 + 0,67 + 0,2)} x 20 ] x 0,62


(53)

• Berat tulangan untuk 1 buah kolom/m3

= (184,8 + 53,32) / 2,25 = 105,83 K g

b) Balok

Diketahui : Balok ukuran 60/60

Panjang bentang (L) = 4 m

Tulangan Tumpuan = 12 D 22 (Kiri) Tulangan Tumpuan = 12 D 22 (Kanan) Tulangan Lapangan = 9 D 22

Tulangan sengakang = F 10 – 100 (tumpuan) dan F 10 – 200 (lapangan)

Berat besi dia. 22 = 2.98 Kg/m Berat besi dia. 10 = 0,62 Kg/m Selimut beton = 40 mm Penyelesaian :

Tumpuan kiri :

• Volume kolom = 0,6 x 0,6 x 3,33 m = 1,1988 m3

• Tulangan utama = (3,33 x 12 buah) x Berat besi = (3,33 x 12 buah) x 2,98 = 119,08 Kg

• Tulangan sengkang = [{2 x ((0,6 – 0,1) + (0,6 – 0,1) + 0,05) + (0,6 – 0,1) + 0,1} x 3,33/0,1 bh] x Berat besi


(54)

= [{(2 x (0,5 + 0,5 + 0,05)) + (0,5 + 0,1)} x 33,3 ] x 0,62

= 55,74 Kg

• Berat tulangan untuk 1 buah kolom/m3

= (119,08 + 55,74) / 1,1988 = 145,83 Kg

Lapangan :

• Volume kolom = 0,6 x 0,6 x 5 m = 1,8 m3

• Tulangan utama = (5 x 9 buah) x Berat besi = (5 x 9 buah) x 2,98 = 134,1 Kg

• Tulangan sengkang = [{2 x ((0,6 – 0,1) + (0,6 – 0,1) + 0,05) } x 5/0,2bh] x Berat besi

= [{2 x (0,5 + 0,5 + 0,05)} x 25 ] x 0,62 = 32,55 Kg

• Berat tulangan untuk 1 buah kolom/m3 = (134,1 + 32,55) / 1,8 = 92,58 K g

Tumpuan kanan :

• Volume kolom = 0,6 x 0,6 x 3,33 m = 1,1988 m3

• Tulangan utama = (3,33 x 12 buah) x Berat besi = (3,33 x 12 buah) x 2,98


(55)

= 119,08 Kg

• Tulangan sengkang = [{2 x ((0,6 – 0,1) + (0,6 – 0,1) + 0,05) + (0,6 – 0,1) + 0,1} x 3,33/0,1 bh] x Berat besi

= [{(2 x (0,5 + 0,5 + 0,05)) + (0,5 + 0,1)} x 33,3 ] x 0,62

= 55,74 Kg

• Berat tulangan untuk 1 buah kolom/m3

= (119,08 + 55,74) / 1,1988 = 145,83 Kg

c) Pelat

Diketahui : Tebal pelat = 0,1 m Tualngan = F10 – 160 Selimut beton = 15 mm Penyelesaian :

• Volume pelat lantai = 2,5 x 2,5 x 0,1 = 0,625 m

• Tulangan (selimut beton = 15 mm)

= [2 x {(2,5 - 0,03) + (0,1 - 0,03)} x 2,5/0,16 buah] +

[2 x {(2,5 - 0,03) + (0,1 - 0,03)} x 2,5/0,16 buah] x Berat besi

= [2 x (2,47 + 0,07) x 15,625 buah] + [2 x (2,47 + 0,07) x 15,625 buah] x 0,62

= 98,425 Kg

• Berat tulangan untuk pelat lantai/m3 = = 157.48 Kg


(56)

Lampiran 4 : Denah Penulangan 1. Penulangan Model 1

Gambar L-4 -1 Denah Penulangan Pelat


(57)

Pot. A-A Pot. B -B Pot. C-C Gambar L -4 -3 Potongan Penulangan Balok Induk

Pot. A-A Pot. B -B Pot. C-C Gambar L-4 -4 Potongan Penulangan Kolom

2. Penulangan Model 2


(58)

Gambar L -4 -6 Denah Penulangan Balok Induk dan Kolom

Pot. A-A Pot. B -B Pot. C-C Gambar L -4 -7 Potongan Penulangan Balok Induk


(59)

3. Penulangan Model 3

Gambar L-4 -9 Denah Penulangan Pelat


(60)

Pot. A-A Pot. B -B Pot. C -C Gambar L-4-11 Potongan Penulangan Balok Induk

Pot. A-A Pot. B -B Pot. C -C Gambar L -4 -12 Potongan Penulangan Kolom


(61)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Sistem struktur sangat perlu untuk dipahami oleh seorang perencana struktur agar dapat mendesain suatu struktur gedung yang baik. Pemahaman akan akan sistem stuktur diperlukan sehubungan dengan negara Indonesia yang saat ini sedang dalam pemulihan ekonomi memerlukan desain struktur yang ekonomis agar para investor dapat menjual kembali nilai bangunan yang dibangunnya


(62)

dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat. Selain hal yang telah dikemukakan tadi, salah satu alternatif pemilihan desain struktur adalah berdasarkan keinginan arsitek yaitu menginginkan agar tampilan desainnya propors ional dan indah dari sudut pandang arsitek. Salah satu keinginan arsitek adalah tinggi balok yang kecil sehingga bangunan tidak berkesan terlalu tinggi dan juga jumlah anak tangganya tidak terlalu banyak. Masing-masing jenis sistem struktur memiliki kelebihan dan kekurangannya, sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal dari masing-masing jenis sistem struktur tersebut. Dua parameter yang bisa dijadikan tolak ukur bagi penilaian struktur adalah kecilnya tinggi balok dan dimensi kolom dan ekonomisnya nilai bangunan.

Salah satu sistem struktur yang banyak dipakai adalah sistem struktur balok anak dan balok induk. Pada sistem struktur balok anak dan balok induk ini, perilaku strukturnya tergantung pada kondisi pelatnya. Untuk pelat yang perbandingan antara bentang panjang dengan bentang pendek lebih kecil dua disebut pelat dua arah. Variasi yang dapat dibuat pada sistem pelat dua arah ini adalah dengan meletakkan sejumlah balok anak pada kedua arah yang membagi panel pelat menjadi pelat dua arah. Dimensi balok anak yang membagi pelat menjadi pelat dua arah dapat merupakan balok anak dengan dimensi yang sama besarnya atau merupakan balok anak dengan dimensi yang berbeda. Untuk balok anak yang dimensinya sama besarnya akan menghasilkan gaya dalam pada balok induk yang hampir sama besarnya pada kedua arah, sehingga memberikan penulangan yang ekonomis untuk kolom yang berbentuk bujur sangkar. Untuk balok anak yang dimensinya berbeda akan menghasilkan gaya dalam pada balok induk yang tidak sama pada masing-masing arah karena kekakuan yang berbeda


(63)

dari balok anak mengakibatkan salah satu balok anak memikul balok anak yang lainnya, hal ini mengakibatkan penulangan pada kolomnya tidak ekonomis untuk bentuk kolom bujur sangkar.

Pada Tugas Akhir ini akan dibahas sistem struktur balok anak dan balok induk dengan pelat dua arah yang memakai balok anak pada kedua arah dengan dimensi yang sama. Untuk mempelajari perilaku sistem struktur ini terhadap kecilnya tinggi balok anak maupun balok induk serta ekonomisnya akan dilakukan perhitungan struktur untuk beberapa model balok anak dengan jarak yang berbeda-beda. Disini akan ditijau tiga model variasi peletakan balok anak, yaitu model satu dengan satu buah balok anak pada kedua arah, model dua dengan dua buah balok anak pada kedua arah dan model tiga dengan tiga buah balok anak pada kedua arah. Gambar (1.1, 1.2 dan 1.3).

Gambar 1.1 Struktur Model 1

Keterangan :

Jarak antar Balok Anak = 5 m Dimensi Kolom = 90x90 cm Dimensi Balok Induk = 75x90 cm Dimensi Balok Anak = 30x65 cm


(64)

Gambar 1.2 Struktur Model 2

Gambar 1.3 Struktur Model 3

Keterangan :

Jarak antar Balok Anak = 3,33m Dimensi Kolom = 80x80 cm Dimensi Balok Induk = 60x70 cm Dimensi Balok Anak = 30x40 cm

Keterangan :

Jarak antar Balok Anak = 2,5 m Dimensi Kolom = 75x75 cm Dimensi Balok Induk = 60x60 cm Dimensi Balok Anak = 30x40 cm


(65)

1.2

Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah :

1. Mencari dimensi yang terkecil untuk balok anak, balok induk dan kolom yang masih memenuhi persyaratan kekuatan dan lendutan dengan cara coba-coba pada program ETABS ver.9.04 untuk ketiga model yang ditinjau

2. Menghitung volume beton dan berat tulangan untuk pelat, balok anak, balok induk dan kolom untuk ketiga model yang ditinjau

3. Menghitung RAB (Rencana Anggaran Biaya) ketiga model untuk mencari struktur yang paling ekonomis

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Ruang lingkup pembahasan pada tugas akhir ini adalah sebagai berikut : 1. Struktur gedung yang ditinjau adalah struktur gedung lima lantai

2. Perhitungan struktur dipilih Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK)

3. Beban gempa yang dipakai adalah beban gempa wilayah 4, tanah sedang 4. Perhitungan volume beton dan berat tulangan dilakukan tiap lantai, kecuali

sloof tidak dimasukkan didalam perhitungan

5. Panjang bentang struktur gedung pada masing-masing arah adalah 10 m 6. Model 1 jumlah balok anak 2 buah pada masing-masing bentang dengan

jarak 5 m

7. Model 2 jumlah balok anak 4 buah pada masing-masing bentang dengan jarak 3,33 m


(66)

8. Model 3 jumlah balok anak 6 buah pada masing-masing bentang dengan jarak 2,5 m

9. Output Desain Penulangan memanjang untuk balok dan kolom

10.Penulangan sengkang balok maupun kolom tidak dihitung melainkan nilainya diasumsikan.

1.4 Sistematika Pembahasan

Secara garis besar sistematika penulisan tugas akhir ini sebagai berikut : BAB I : Pendahuluan berisi tentang latar belakang masalah, tujuan

penulisan, ruang lingkup pembahasan dan sistematika tugas akhir.

BAB II : Bab ini berisi teori mengenai sistem struktur balok anak dan balok induk, penentuan tebal pelat, menghitung gaya dalam pelat dan mendesain penulangan pelat dua arah.

BAB III : Bab ini berisi teori tentang analisis dan desain struktur gedung tahan gempa

BAB IV : Bab ini menyajikan hasil desain penulangan struktur cara program ETABS ver. 9.04 untuk tiga model struktur dan membandingan volume, berat dan harga ketiga model tersebut.

BAB V : Dari hasil perhitungan dan pembahasan cara program ETABS ver. 9.04 dibuat kesimpulan dan saran.


(67)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Setelah dilakukan analisis menggunakan program ETABS ver.9.04 pada Bab IV, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Makin kecil jarak balok anak, maka balok induk akan menerima beban yang lebih besar. Karena pela t yang makin kaku sehingga gayanya beralih ke balok induk


(68)

2. Semakin sedikit balok anak, harga semakin murah tetapi dimensi balok anak lebih besar

3. Dari hasil pembahasan ketiga model struktur tersebut didapat besar biaya pengeluaran per meter persegi dari tiap model struktur :

• Model 1 : Rp. 644.233,27 /m2 Rp. 645.000 /m2

• Model 2 : Rp. 835.949,63 /m2 Rp. 836.000 /m2

• Model 3 : Rp. 1.008.347,28 /m2 Rp. 1.009.000 /m2

Perbandingan persen per meter persegi struktur model 2 terhadap struktur model 1 adalah 11,44 %, sedangkan struktur model 3 terhadap struktur model 1 adalah 40 % dan struktur model 3 terhadap struktur model 2 adalah 10%

Maka dapat disimpulkan struktur model 1 yang paling ekonomis 4. Struktur model 3 harganya lebih mahal dibandingkan struktur model 1

dan struktur model 2, tetapi mendapatkan dimensi balok induk dan kolom yang lebih kecil.

5.2 SARAN

1. Untuk menghasilkan biaya struktur yang ekonomis, perencana struktur harus mencoba -coba desain struktur yang paling cocok

2. Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) dengan memakai pelat dua arah dapat dilakukan untuk struktur gedung yang lebih tinggi asalkan didukung dengan dimensi kolom yang diijinkan oleh arsitek.


(69)

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Pekerjaan Umum, (2002), Standar Nasional Indonesia : SNI – 03 – 1726 – 2002, Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung. Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.

2. Departemen Pekerjaan Umum, (2002), Standar Nasional Indonesia : SNI – 03 – 1726 – 2002, Tata cara perencanaan struktur beton untuk bangunan gedung. Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.

3. Edward G. Nawy, (2003), Reinforced Concrete, Fifth Edition, Pearson Education, Inc., New Jersey.

4. ETABS, (2004), Concrete Frame Design Manual, Computer and Structures Inc.


(1)

4

Gambar 1.2 Struktur Model 2

Gambar 1.3 Struktur Model 3

Keterangan :

Jarak antar Balok Anak = 3,33m Dimensi Kolom = 80x80 cm Dimensi Balok Induk = 60x70 cm Dimensi Balok Anak = 30x40 cm

Keterangan :

Jarak antar Balok Anak = 2,5 m Dimensi Kolom = 75x75 cm Dimensi Balok Induk = 60x60 cm Dimensi Balok Anak = 30x40 cm


(2)

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah :

1. Mencari dimensi yang terkecil untuk balok anak, balok induk dan kolom yang masih memenuhi persyaratan kekuatan dan lendutan dengan cara coba-coba pada program ETABS ver.9.04 untuk ketiga model yang ditinjau

2. Menghitung volume beton dan berat tulangan untuk pelat, balok anak, balok induk dan kolom untuk ketiga model yang ditinjau

3. Menghitung RAB (Rencana Anggaran Biaya) ketiga model untuk mencari struktur yang paling ekonomis

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Ruang lingkup pembahasan pada tugas akhir ini adalah sebagai berikut : 1. Struktur gedung yang ditinjau adalah struktur gedung lima lantai

2. Perhitungan struktur dipilih Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK)

3. Beban gempa yang dipakai adalah beban gempa wilayah 4, tanah sedang 4. Perhitungan volume beton dan berat tulangan dilakukan tiap lantai, kecuali

sloof tidak dimasukkan didalam perhitungan

5. Panjang bentang struktur gedung pada masing-masing arah adalah 10 m 6. Model 1 jumlah balok anak 2 buah pada masing-masing bentang dengan

jarak 5 m

7. Model 2 jumlah balok anak 4 buah pada masing-masing bentang dengan jarak 3,33 m


(3)

6

8. Model 3 jumlah balok anak 6 buah pada masing-masing bentang dengan jarak 2,5 m

9. Output Desain Penulangan memanjang untuk balok dan kolom

10.Penulangan sengkang balok maupun kolom tidak dihitung melainkan nilainya diasumsikan.

1.4 Sistematika Pembahasan

Secara garis besar sistematika penulisan tugas akhir ini sebagai berikut : BAB I : Pendahuluan berisi tentang latar belakang masalah, tujuan

penulisan, ruang lingkup pembahasan dan sistematika tugas akhir.

BAB II : Bab ini berisi teori mengenai sistem struktur balok anak dan balok induk, penentuan tebal pelat, menghitung gaya dalam pelat dan mendesain penulangan pelat dua arah.

BAB III : Bab ini berisi teori tentang analisis dan desain struktur gedung tahan gempa

BAB IV : Bab ini menyajikan hasil desain penulangan struktur cara program ETABS ver. 9.04 untuk tiga model struktur dan membandingan volume, berat dan harga ketiga model tersebut.

BAB V : Dari hasil perhitungan dan pembahasan cara program ETABS ver. 9.04 dibuat kesimpulan dan saran.


(4)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Setelah dilakukan analisis menggunakan program ETABS ver.9.04 pada Bab IV, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Makin kecil jarak balok anak, maka balok induk akan menerima beban yang lebih besar. Karena pela t yang makin kaku sehingga gayanya beralih ke balok induk


(5)

72

2. Semakin sedikit balok anak, harga semakin murah tetapi dimensi balok anak lebih besar

3. Dari hasil pembahasan ketiga model struktur tersebut didapat besar biaya pengeluaran per meter persegi dari tiap model struktur :

• Model 1 : Rp. 644.233,27 /m2 Rp. 645.000 /m2 • Model 2 : Rp. 835.949,63 /m2 Rp. 836.000 /m2 • Model 3 : Rp. 1.008.347,28 /m2 Rp. 1.009.000 /m2

Perbandingan persen per meter persegi struktur model 2 terhadap struktur model 1 adalah 11,44 %, sedangkan struktur model 3 terhadap struktur model 1 adalah 40 % dan struktur model 3 terhadap struktur model 2 adalah 10%

Maka dapat disimpulkan struktur model 1 yang paling ekonomis 4. Struktur model 3 harganya lebih mahal dibandingkan struktur model 1

dan struktur model 2, tetapi mendapatkan dimensi balok induk dan kolom yang lebih kecil.

5.2 SARAN

1. Untuk menghasilkan biaya struktur yang ekonomis, perencana struktur harus mencoba -coba desain struktur yang paling cocok

2. Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) dengan memakai pelat dua arah dapat dilakukan untuk struktur gedung yang lebih tinggi asalkan didukung dengan dimensi kolom yang diijinkan oleh arsitek.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Pekerjaan Umum, (2002), Standar Nasional Indonesia : SNI – 03 – 1726 – 2002, Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung. Badan Standarisasi Nasional, Jakarta. 2. Departemen Pekerjaan Umum, (2002), Standar Nasional Indonesia : SNI –

03 – 1726 – 2002, Tata cara perencanaan struktur beton untuk bangunan gedung. Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.

3. Edward G. Nawy, (2003), Reinforced Concrete, Fifth Edition, Pearson Education, Inc., New Jersey.

4. ETABS, (2004), Concrete Frame Design Manual, Computer and Structures Inc.