Acep Muslim Beruntung Jadi Penulis Muda Terbaik.

ttEPUTARINDONESIA

AcepMuslimBeruntung
JadiPenulis MudaTerbC\ik
~~

---

~

-

~

Acep Muslim, 20, merasa beruntung dinobatkan
menjadi penulis muda pertanian terbaik 2009 oleh
Menteri PertanianAntonApriantono
di Jakarta,
Sabtu (24/10)lalu.
MAHASISWA angkatan 2004 Fakultas llmu Komunikasi (Fikom)
Universitas Padjadjaran (Unpad)

Jurusan llmu Informasi Perpustakaan itu dinilai juri memiliki tulisan terbaikdi ajanglombamenulis tingkat nasional itu. "Silya beruntung karena tidak sengaja melihat di tvadalombaini.Th1isan pun
barusaya kirim bertepatandengan
deadline terakhir. Jujur sayatidak
puas karena tulisan itu barn jadi
70% dan masih banyak yang bolong.Tapi ternyatajadijuara,"ujarnyakemarin.
Tulisan Acep berjudul "Pengoptimalan Telecenter untuk PengembanganAgribisnis di Pedesaan" berhasil mengesankan sang
juri, Adie M Massardi. Dia menulis
bagaimana teknologi informasi seperti internet yang dikelola lembaga masyarakat bisa menjadi peluang pengembangan agribisnis
pedesaan. Gagasanitudiambil dari
skripsinyayang berjudul sarna. Hebatnya, Acep bisa mengubah gaya
penulisan skripsi yang ilmiah men-

jadi gaya tulisan umum yang
komunikatif dan penuh inspirasi.
"Saya sempat bertanya ke jurinya kenapa tulisan saya bisa me-

nang. Katanya tulisan saya komunikatif dan penuh gagasan," ujar
mahasiswa yangsudah beristeri itu.
Anak pertama dari empat bersaudara ini memang akrab dengan
dunia tulis menulis sejak duduk di

bangku SMA. Latihan menulis di
majalah dinding dan berbagai proposal yang disusun membuat kemampuan menulis Acep terasah.
Kegemarannya membaca menambahnalurimenulisnya bagaikanroket menembus cakrawala. Duduk
di bangkukuliah, berbagai perlombaan menulis dia ikuti. Kegagalan
memenangi lomba tidak lantas
membuatAcep patah arang. Membaca berbagai literatur sebelum
menulis dianggap Acep sebagai
sebuah kemenangan sejati.

INSPIRASI:Acep Muslim, penulis muda pertanian terbaik 2009, saat
di perpustakaan Akatiga, Jalan Tubagus Ismail IIKota Bandung.
pikiran. Tapi, kalau dalam pikiran
saja malah ngalor-ngidul," kata
anak dari pasangan Adang Abdul
Salarn dan Dede Sumiati ini.
Acep belum bepnimpi menjadi
penulisnovelbestselleratau penulis
dialog andal. Pemu4a kelahiran
Nagreg, 20 Mei 1989, itu merasa


"Menang lomba lalu dapat
uang dan sedikit populer tidak seberapa dibandingkan sayamembaca banyak buku, koran, dan sebagainya untuk menulis. Saya jadi tahu bidang yang sebelumnya tidak
saya ketahui," kataAcep.
BeruntungAcep bekerja di perpustakaan milik lembaga pene!itian Akatiga di Jalan Tubagus
Ismail n Kota Bandung, sebuah pekerjaan sambilan kuliah yang sudah digelutinya sejak akhir tahun
2007. Di perpustakaan, anak seorang pedagang aksesori di Pasar
Cicalengka itu bisa membaca apa
punyangmenarik baginya.Sampai
kini, dia belum merasa bosan 9 jam
berada di tengah-tengah buku,jurnal,koran, dan majalah setiap harinya. Justru dari perpustakaan dia
mendapatkan inspirasimenulis.
"Menulis itusama sepertimem-

--- -

baca, yaitu mengstrukturalkan -isi

Kllplng

Hum as


Unpad

2009

dirinya masih dalam proses belajar. Termasuk belajar membuat
rumah belajar di kampung halamannya, Desa Mandalawangi,
Kecamatan Nagrek, Kabupaten
Bandung. "Namanya Rumah Belajar Mandala,"sebutnya.
(rudini)

- .--