Model Peningkatan Kompetensi Pemandu Wisata Lokal melalui Metode Tourism Interpretation untuk Mendukung Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat secara Berkelanjutan.

Model Peningkatan Kompetensi Pemandu Wisata Lokal melalui Metode Tourism
Interpretation untuk Mendukung Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat secara
Berkelanjutan
Kata kunci: pemandu wisata lokal, tourism interpretation
Sugiarti, Rara; Sutirto, Tundjung Wahadi
LPPM UNS, Penelitian, DP2M DIkti, Hibah Bersaing Lanjutan, 2012
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk merumuskan model peningkatan kompetensi pemandu
wisata lokal melalui metode tourism interpretation untuk mendukung pengembangan pariwisata
berbasis masyarakat secara berkelanjutan. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Karanganyar. Data
dikumpulkan dengan menggunakan beberapa metode, yakni pengamatan, wawancara, diskusi kelompok
terarah (FGD/Focus Group Discussion), dan metode simak dokumen (content analysis). Data dianalisis
dengan menggunakan metode analisis interaktif (Miles & Huberman, 1984) dan analisis tematik (Hayes,
1997).
Penelitian tahun kedua dititikberatkan pada sosialisasi draf model yang telah disusun pada tahun
pertama. Sosialisasi draf model tersebut dimaksudkan untuk menyempurnakannya menjadi model
peningkatan kompetensi pemandu wisata lokal melalui metode tourism interpretation untuk mendukung
pengembangan pariwisata berbasis masyarakat secara berkelanjutan di Kabupaten Karanganyar yang
diberi nama model interpretasi pariwisata melalui peningkatan kompetensi atau Tourism Interpretation
Model through Locals’ Competence Improvement (TIMLoCI).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan sosialisasi draf model tersebut maka disusun model
peningkatan kompetensi pemandu wisata lokal melalui metode tourism interpretation untuk mendukung

pengembangan pariwisata berbasis masyarakat secara berkelanjutan.Model akhir yang disusun
mengalami sedikit perubahan sehingga model tersebut sedikit berbeda dari draf model yang disusun
pada tahun pertama (Tahun 2011). Perubahan tersebut terletak pada komponen kompetensi yang harus
dimiliki oleh seorang pemandu wisata lokal.
Pada draf model TIMLoCI di bagian kompetensi hanya memuat 5 (lima) unsur yakni pengetahuan,
bahasa, etika, pengalaman, dan profesionalitas. Berdasarkan sosialisasi yang dilakukan pada tahun ke-2
(tahun 2012) komponen kompetensi mengalami penambahan sebanyak satu unsur, yakni komitmen.
Dengan demikian pada model akhir yang disusun pada tahun ke-2 terdapat enam unsur komptensi yang
harus dimiliki oleh seorang pemandu wisata lokal, yakni pengetahuan, bahasa, etika, pengalaman,
profesionalitas, dan komitmen.
Dengan syarat atau kriteria yang cukup banyak tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi
pemandu wisata lokal di Kabupaten Karanganyar pada saat ini masih tergolong rendah dan oleh karena
itu perlu upaya peningkatan kompetensi. Penelitian ini telah menghasilkan sebuah model peningkatan
kompetensi pemandu wisata lokal yang dapat diaplikasikan dengan memperhatikan seluruh komponen
model dan mengikuti strategi atau langkah-langkah untuk meningkatkan kompetensi pemandu wisata
lokal.