Hubungan Antara Pola Asuh Demokratis dan Konsep Diri Dengan Perilaku Prososial Siswa di Kelas Inklusi SMPN 12 Surakarta JURNAL

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

NINGRUM/ HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DAN KONSEP DIRI

Hubungan antara Pola Asuh Demokratis dan Konsep Diri
dengan Perilaku Prososial Siswa di Kelas Inklusi
SMPN 12 Surakarta
The Relationship of Democratic Parenting Style and Self-Concept
with The Students’ Pro-Social Behavior In The Inclusive
Classroom of SMPN 12 Surakarta
M etika Ida Satria Ningrum, M achmuroch, Selly Astriana

Program St udi Psikologi Fakult as Kedokt eran
Universit as Sebalas Maret

ABSTRAK
Penyelenggaraan kelas inklusi menunt ut adanya perilaku inklusif dari sisw a non berkebut uhan khusus.
Perilaku inklusif yang diharapkan dari sisw a non berkebut uhan khusus t ersebut t idak hanya sekedar
menerima, t et api juga menolong at au berperilaku prososial kepada sisw a berkebut uhan khusus yang

mengalami kesulit an. Perilaku prososial yang dilakukan sisw a non berkebut uhan khusus kepada sisw a
berkebut uhan khusus dapat dipengaruhi oleh hal-hal t erkait pengaruh ekst ernal sepert i pola asuh
demokrat is yang sering dinilai sebagai pola asuh yang t erbaik sert a pengaruh int ernal sepert i konsep diri
yang dimiliki sisw a.
Penelit ian ini bert ujuan unt uk menget ahui: 1. Hubungan ant ara pola asuh demokrat is dan konsep diri
dengan perilaku prososial sisw a di kelas inklusi SMPN 12 Surakart a; 2. Hubungan ant ara pola asuh
demokrat is dengan perilaku prososial sisw a di kelas inklusi SMPN 12 Surakart a; dan 3. Hubungan ant ara
konsep diri dengan perilaku prososial sisw a di SM PN 12 Surakart a.
Penelit ian ini menggunakan pendekat an kuant it at if. Populasi pada penelit ian ini adalah sejumlah 195 sisw a
non berkebut uhan khusus dari t ujuh kelas inklusi. Berdasarkan perhit ungan dengan rumus Cohen (t ingkat
kesalahan 5%) diperoleh sejumlah 131 subjek penelit ian dan 40 subjek uji coba yang dipilih melalui random
sampling. Dat a penelit ian diperoleh melalui t iga alat pengumpulan dat a yait u skala perilaku prososial,
skala pola asuh demokrat is, dan skala konsep diri. Met ode yang digunakan dalam menguji hipot esis
adalah met ode regresi linear berganda, dan unt uk menget ahui hubungan ant arvariabel dilakukan uji
korelasi.
Hasil penelit ian menunjukkan t erdapat hubungan yang signifikan ant ara pola asuh demokrat is dan konsep
diri dengan perilaku prososial sisw a di kelas inklusi SMPN 12 Surakart a (F hit ung=8,307; p=0,0000,05), sedangkan konsep diri berhubungan secara signifikan dengan
perilaku prososial (rx1y=0,269; p=0,002 F
tabel (8,307 > 3,09)


sehingga disimpulkan

Skala konsep diri diukur menggunakan skala

secara bersama-sama terdapat hubungan yang

Tennessee Self Concept Scale (TSCS) yang

positif

dibuat oleh William H. Fitts. Skala tersebut

demokratis dan konsep diri dengan perilaku

commit to user

dan

signifikan


antara

pola

asuh

7

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

NINGRUM/ HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DAN KONSEP DIRI

prososial siswa non berkebutuhan khusus
kepada siswa berkebutuhan khusus.

berada pada kategori prososial rendah.
Berdasarkan kategori data diketahui tingkat


Secara parsial diperoleh hasil bahwa pola asuh

pula pola asuh demokratis yang didapatkan

demokratis tidak berhubungan secara signifikan

siswa menyebar dari tingkat rendah (0%),

dengan perilaku prososial (sig. 0,729 > 0,05).

sedang

Nilai koefisien korelasi 0,031, mengindikasikan

Berdasarkan kategori data dapat diketahui

nilai hubungan yang sangat rendah antara pola

tingkat konsep diri siswa menyebar dari tingkat


asuh demokratis dengan perilaku prososial,

rendah (0%), sedang (20,61%), dan tinggi

karena berada pada rentang 0,00 – 0,199.

(79,39%).

Konsep diri berhubungan secara signifikan

Berdasarkan data penelitian diperoleh pula

dengan perilaku prososial (sig. 0,002 < 0,05).

informasi bahwa terdapat perbedaan perilaku

Nilai koefisien korelasi 0,269, mengindikasikan

prososial berdasarkan jenis kelamin yang mana


hubungan positif yang lemah antara konsep diri

siswa perempuan memiliki rata-rata tingkat

berhubungan secara positif dengan perilaku

prososial

prososial karena berada pada rentang 0,200 –

dibandingkan siswa laki-laki (61,7593). Selain

0,399.

itu diperoleh perbedaan perilaku prososial

Nilai koefisien determinasi (R²) adalah 0,115
menunjukkan sumbangan pengaruh variabel
pola asuh demokratis dan konsep diri terhadap
perilaku


prososial

adalah

sebesar

relatif variabel pola asuh demokratis terhadap
perilaku prososial sebesar 25,55%, sedangkan

Sumbangan

relatif

sebesar

konsep

diri


2,94%.
terhadap

dan

lebih

tinggi

tinggi

(87,79%).

(65,9740)

berdasar kelas yaitu:
Perbedaan Perilaku Prososial Berdasar Kelas
Kelas

Jenis ABK


7A
8B

ADHD
Grahita dan
Daksa
Autis
Rungu-Wicara
Rungu-Wicara
Daksa
Daksa
Jumlah

luar model penelitian ini. Adapun sumbangan

efektifnya

yang


11,5%

sedangkan 88,5% dipengaruhi faktor lain di

sumbangan

(12,21%)

8E
8F
8H
9C
9F

Siswa
NonBK
20
19
19
20

19
21
13
131

Mean

Kategori

60,1000
68,7895

Sedang
Tinggi

65,8947
61,2500
62,3158
64,3810
68,6923

Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Tinggi

perilaku prososial adalah 74,45% sedangkan
PEMBAHASAN

sumbangan efektifnya sebesar 8,56%.

Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan fakta
Berdasarkan hasil kategori data dapat diketahui

bahwa sebagian besar atau 87,79% siswa

bahwa siswa non berkebutuhan khusus di kelas

mendapatkan pola asuh demokratis yang tinggi

inklusi SMPN 12 Surakarta mayoritas memiliki

dari orang tuanya. Selebihnya, 12,21% siswa

tingkat
59,54%,

prososial
sedangkan

sedang

yaitu

39,69%

sebanyak

berada

commitberada
to userpada kategori sedang dan 0% kategori

pada

rendah. Hal tersebut mengindikasikan bahwa

kategori prososial tinggi dan 0,77% siswa

pola asuh demokratis masih banyak dipilih oleh
8

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

NINGRUM/ HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DAN KONSEP DIRI

para orang tua sebagai pola asuh yang dinilai

perilaku prososial pada anak dalam berbagai

terbaik

situasi, terutama ketika anak berada di luar

untuk diberikan kepada anaknya.

Pendekatan tipologi juga menganggap bahwa
gaya pengasuhan yang paling baik adalah yang
bersifat otoritatif atau demokratis (Lestari,
2012).
Meskipun demikian, dari hasil penelitian
diperoleh informasi bahwa variabel pola asuh
demokratis tidak berhubungan secara signifikan
dengan perilaku prososial (sig. 0,729 > 0,05).
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Husada (2013) yang membuktikan bahwa pola
asuh demokratis berkorelasi signifikan dengan
perilaku prososial pada remaja. Hal tersebut
dapat disebabkan oleh berbagai faktor lain
terkait penelitian. Salah satu faktor tersebut
adalah yang terkait dengan subjek penelitian
yang memiliki rentang usia 12 sampai 16 tahun
sehingga telah memasuki masa remaja awal.
Pada masa remaja, termasuk masa remaja awal,
pengaruh

otoritas

mengendalikan

orang

tindakan

tua
anaknya

dalam
telah

berkurang.
Desmita (2012) berpendapat bahwa pada masa
remaja, orang tua tidak lagi dipandang sebagai
otoritas yang serba tahu. Remaja lebih banyak
berada di luar rumah bersama dengan temanteman sebaya sebagai kelompok, maka dapatlah
dimengerti bahwa pengaruh teman sebaya pada
sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan
perilaku lebih besar daripada pengaruh keluarga
(Hurlock,

2004).

Hasil

penelitian

ini

lingkungan rumah seperti sekolah.
Hasil

perhitungan

dalam

penelitian

ini

menunjukkan bahwa konsep diri dapat menjadi
prediktor munculnya perilaku siswa yang
positif yaitu perilaku prososial meskipun
dengan kisaran nilai koefisien korelasi sebesar
0,269. Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Mayasari dan Janah (2015) yang menunjukkan
adanya hubungan antara konsep diri dengan
perilaku prososial pada remaja. Hasil penelitian
sejalan dengan pernyataan William H. Fitts
(dalam Agustiani, 2006) bahwa konsep diri
merupakan aspek penting dalam diri seseorang,
karena konsep diri seseorang merupakan
kerangka acuan (frame of reference) dalam
berinteraksi dengan lingkungan. Oleh karena
itu, konsep diri mampu menuntun perilaku
individu ke arah positif atau negatif sesuai
dengan positif atau negatifnya pandangan yang
dimiliki individu mengenai dirinya.
Memiliki konsep diri yang positif merupakan
hal yang sangat menguntungkan bagi diri
remaja. Hal tersebut dikarenakan pembentukan
konsep

diri

pada

masa

remaja

akan

mempengaruhi perilaku individu di masa
depannya. Sebagaimana pendapat Hurlock
(2004) bahwa anak yang mengembangkan
konsep diri kurang baik pada masa remaja
cenderung menguatkan konsep tersebut dengan

perilaku yang tidak sosial, dan bukan
commit to user
membuktikan bahwa tidak selamanya model
memperbaikinya. Pembentukan konsep diri
pengasuhan demokratis dapat menjadi prediktor
dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor salah
9

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

NINGRUM/ HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DAN KONSEP DIRI

satunya lingkungan. Konsep diri pada remaja

yang dimiliki siswa berkebutuhan khusus oleh

terbentuk

teman-temannya yang normal tidak dapat

berdasarkan

perlakuan

yang

diberikan oleh orang-orang di lingkungannya

dihindari.

(Hurlock, 2009). Refleksi lingkungan yang

Somantri (2006) menjelaskan bahwa nampak

positif dapat memberi kekuatan bagi anak,

atau tidak nampaknya keadaan tunadaksa itu

sekalipun ia memiliki citra diri yang kurang

merupakan

(Wanei, 2006).

penyesuaian

Beberapa faktor prososial lain di luar penelitian
dapat mempengaruhi penelitian ini. Berdasarkan
faktor-faktor prososial yang diungkap oleh
Baron dan Byrne (2005) faktor situasional
prososial lainnya yang dapat berpengaruh dalam
penelitian ini adalah bystander, daya tarik,
atribusi terhadap korban, model prososial selain
orang tua, desakan waktu, dan sifat kebutuhan.
Selain itu, faktor internal lain yang dapat
berpengaruh terhadap perilaku prososial adalah
suasana hati, sifat, jenis kelamin, dan tempat
tinggal.
Selain itu, perilaku prososial siswa yang penulis
ungkap dalam penelitian ini merupakan perilaku
prososial

yang

bersifat

khusus

sehingga

kemungkinan faktor yang berkaitan dengan
siswa berkebutuhan khusus dapat berpengaruh.
Hal tersebut dikarenakan dalam pelaksanaannya
sekolah inklusi membuka diri pada berbagai
jenis kecacatan seperti pernyataan Staub dan
Peck (dalam Sukarno, 2006) pendidikan inklusif
menempatkan anak berkelainan tingkat ringan,
sedang, dan berat secara penuh di kelas reguler.
Oleh

karena

penyelenggaraan
menghilangkan

itu,

meskipun

sekolah
adanya

inklusi

dalam
berusaha

diskriminasi

dan

faktor

yang

diri

anak

lingkungannya,

karena

penting

dalam

tunadaksa
hal

itu

di

sangat

berpengaruh terhadap sikap dan perlakuan anakanak normal terhadap anak-anak tunadaksa.
Berdasarkan analisis lebih lanjut menunjukkan
bahwa terdapat dua kelas yang rata-rata
siswanya memiliki perilaku prososial tinggi
yaitu kelas VII B dan IX F yang memiliki siswa
berkebutuhan khusus tunadaksa yang lebih
mencolok dibandingkan lima kelas yang ratarata siswanya memiliki perilaku prososial yang
sedang yaitu kelas VII A, VII E, VIII F, VIII H,
dan IX C.
Penelitian ini juga menemukan bahwa rata-rata
siswa perempuan memiliki skor prososial
sebanyak

65,9740

atau lebih

tinggi jika

dibandingkan dengan siswa laki-laki yang
memiliki rata-rata skor 61,7593. Perbedaan
tersebut sesuai dengan pendapat Myers (2012)
tentang jenis kelamin yang menjadi salah satu
faktor prososial. Menurut Myers (2012) pada
situasi-situasi yang lebih aman, seperti menjadi
sukarelawan untuk membantu dalam suatu
eksperimen atau menghabiskan waktu dengan
anak-anak yang memiliki ketidakmampuan
perkembangan,
kecenderungan

para
yang

wanita
lebih

memiliki

besar

untuk

memberikan pertolongan.
commit to user
berkebutuhan
Berdasarkan data penelitian diperoleh pula
khusus, adanya pandangan mengenai perbedaan
informasi bahwa mayoritas siswa di SMPN 12
stigmatisasi

terhadap

anak

10

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

NINGRUM/ HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DAN KONSEP DIRI

Surakarta memiliki tingkat prososial yang Dayakisni, Tri dan Hudaniyah. (2006). Psikologi Sosial.
Yogyakarta: UMM Press.
sedang (59,54%), tinggi (39,69%) dan rendah
(0,77%) sehingga sebaiknya dilakukan upaya Desmita. (2012). Psikologi Perkembangan. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
untuk meningkatkan perilaku prososial siswa
Hurlock, Elisabeth B. (2004). Psikologi Perkembangan,
dengan menambah kegiatan yang dapat
Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan,
Edisi Kelima. Jakarta: Penerbit Erlangga.
meningkatkan konsep diri siswa yang positif.
Selain itu, hendaknya semua guru yang bekerja Hurlock, Elisabeth B. (2009). Psikologi Perkembangan,
Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan,
di lingkungan sekolah inklusif mendapatkan
Edisi Kelima. Jakarta: Penerbit Erlangga.
pelatihan untuk mengembangkan keterampilan
Ilahi, Mohammad Takdir. (2013). Pendidikan Inklusif:
mengajar
siswa
berkebutuhan
khusus.
Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: Ar-Ruz Media.
Kerjasama dengan orang tua siswa non
Lestari, Sri. (2012). Psikologi Keluarga. Jakarta:
berkebutuhan khusus juga perlu dilakukan untuk
Kencana Prenada Media Group.
membentuk

perilaku

siswa

yang

lebih Mayasari, Intan Aprilia dan Janah, Miftakhul. (2015).
Hubungan antara Konsep Diri dengan Perilaku
kooperatif mengingat pola asuh demokratis dan
Prososial pada Remaja di Panti Asuhan
konsep diri secara bersama-sama berpengaruh
Kedungwuni Kabupaten Pekalongan. Skripsi(tidak
dipublikasikan). Pekalongan: Sekolah Tinggi Ilmu
terhadap perilaku prososial.
Kesehatan Muhammadiyah Pekajangan.
DAFTAR PUSTAKA
Mercer, Jenny dan Clayton, Debbie. (2012). Psikologi
Sosial. Jakarta: Erlangga.
Agustiani, Hendriati. (2006). Psikologi Perkembangan
Pendekatan Ekologi Kaitannya dengan Konsep
Diri dan Penyesuaian Diri Pada Remaja. Pangestuti, Dewi Ratna. (2011). Konsep Diri Pelaku
Bullying pada Siswa SMPN Y di Jawa. Tesis(tidak
Bandung: Refika Aditama.
dipublikasikan). Yogyakarta: Universitas Gajah
Mada.
Altay, Fatma Basak dan Gure, Aysen. (2012).
Relationship among the Parenting Styles and the
Social Competence and Prosocial Behaviors of the Partosuwindo, Sri Rahayu. (1992). Penyesuaian Diri
Mahasiswa dalam Kaitannya dengan Konsep Diri
Children Who are Attending to State and Private
Pusat Kendali dan Status Perguruan Tinggi.
Preschools. Journal Educational Sciences: Theory
Disertasi, (tidak dipublikasikan). Universitas
& Practice, vol 12. ISSN:1303-0485.
Gajah Mada, Yogyakarta.
Baron, Robert A., dan Byrne, Donn. (2005). Psikologi
Sosial Jilid 2 (edisi kesepuluh). Jakarta: Penerbit Pitayani, Piti. (2013). Hubungan antara Tingkat
Maskulinitas dengan Perilaku Prososial pada
Erlangga.
Perawat Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soeroyo
Magelang.
Skripsi(tidak
dipublikasikan),
Carter, Erik W., Asmus, Jennifer., Moss, Collen K.,
Universitas
Negeri
Sebelas
Maret
Surakarta.
et.al. (2015). Randomized Evaluation of Peer
Support Arrangements to Support the Inclusion of
High School Students With Severe Disabilities Riduwan. (2012). Dasar-Dasar Statistika. Bandung:
Alfabeta.
(Abstract). SAGE Journals Abstracts, Vol. 82(2)
ISSN:0014-4029.
Rose, Chad A., Stormont, Melissa., Ze Wang., Simpson,
Cynthia G., Preast, June L., and Green, Ambra L.
Choiri, Abdul Salim., dan Yusuf, Munawir. (2009).
(2015). Bullying and Students With Disabilities:
Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Secara
Examination of Disability Status and Educational
commit to user
Inklusif. Surakarta: Yuma Pustaka.
Placement. Jurnal EBSCO, Vol. 44, ISSN: 02796015.

11

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

NINGRUM/ HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DAN KONSEP DIRI

Santjaka, Arif. (2015). Aplikasi SPSS untuk Analisis
Data Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Santrock, J.W. (2002). Life-Span Development. Jakarta:
Erlangga.
___________.. (2003). Adolescence: Perkembangan
Remaja (edisi keenam). Jakarta: Erlangga.
___________. (2007).Remaja Jilid 1 (edisi 11). Jakarta:
Penerbit Erlangga.
___________. (2011). Life-Span Development:
Perkembangan Masa Hidup Jilid 1 (edisi kelima).
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Shochib, Moh. (2010). Pola Asuh Orang Tua: dalam
Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri.
Jakarta: Rineka Cipta.
Slavin, Robert E. (2011). Psikologi Pendidikan, Teori
dan Praktik. Jakarta: PT. Indeks
Sobur, Alex. (2003). Psikologi Umum. Bandung:
Pustaka Setia.
Somantri, Sutjihati. (2006). Psikologi Anak Luar Biasa.
Bandung: Refika Aditama.
Sukarno, Anton. (2006). Pelayanan dan Model
Pembelajaran Anak Berkesulitan Belajar.
Surakarta: UNS Press.
Sunardi., Yusuf, Munawir., Gunarhadi, Priyono., dan
Yeager, John L. (2011). Implementation of
Inclusive Education for Students with Special
Needs in Indonesia (Abstract). Jurnal Konsorsium
Perguruan Tinggi Indonesia-Pittsburgh Abstracst.
ISSN: 2153-9669.
Wicaksono, Andrean Danang. (2014). Hubungan antara
Konsep Diri dan Pola Asuh Demokratis Orang Tua
dengan Penyesuaian Sosial di Sekolah pada Siswa
Kelas VIII SMPN 27 Surakarta. Skripsi, (tidak
dipublikasikan) Universitas Negeri Sebelas Maret
Surakarta.
Wanei, Geraldine K., (2006). Sekolah, Membentuk
Konsep Diri Positif, dalam Sulistyorini. Konsep
Diri Positif, Menentukan Prestasi Anak. (31-38).
Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

commit to user

12