Budaya Bali dalam Sastra Kakawin dan Geguritan Tradisional.
ISSN:
2087-1074
UTN,[ANTARA
Jurnal Manuskrip Nusantara
ADEAHMAD SUPRIANTO
Transformasi Tradisi Penulisan Naskah Sunda
Peralihan Ditinjau melalui I{arya-Karya Kai Raga
AGUNG
KRISWANTO
,:,.
Sebuah Catatan tentang Kakawinrsumana(sa)ntaka
ARIF SETIAWAN
Ci.tra Sastra dalam Langendrrya Naskah Peda
Wayang Krucll Lakon Damarwulan
BAGUS KURNIAWAN
Hegemoni Ideologi Perang Sabil sebagai Wacana Anti
dalam Teks Syair Raja Syiak
DHIMAS MUHAMMAD YASIN
Sastra Kitab sebagai Penguatan Iman: Suatu Kajian Kesastraan
dalam Al Mutawassimin
DIDIK PURWANTO
Nilai Kepemimpinan dalam Naskah Hikayat Maharaja Ali Koleksi
Perpustakaan Nasional RI
.
NYOMAN SUKARTHA
Budaya Bali Dalam Sastra Kakawin Dan Geguritan Tradisional
SYAIFUL RAHMAN
Rarnalan Dadu Masyarakat Jawa dalam Serat Kitab Puntir Palakiyah
untuk Suatu Harapan
WIWIN WIDYAWATI RAHAYU
Plndikator Santri Lelana dan Mistik Islam Kejawen dalam Serat
Centhini lilid
XII
YUDHI IRAWAN
Legitimasi Kekuasaan dalam Karya Sastra Babad: Mimikri,
Hibriditas, dan Ambivalensi dalam Babad Pakualaman
DAFTAR ISI
iii
iv
I.
23.
Daftar Isi
Pengantar
ADE AHMAD SUPRIANTO
Transformasi Tradisi Penulisan'Naskah Sunda Kuno
pada Masa Peralihan Ditinjau melalui Karya-Karya
Kai Raga
AGUNG KRISWANTO
Sebuah Catatan tentang Kakawin Sumana(sd)ntaka
33. ARIF SETIAWAN
Citra Sastra dalam Langendriya Naskah Pedalangan
Wayang Krucil Lakon Damarwulan
51. BAGUS KURNIAWAN
Hegemoni Ideologi Perang Sabil sebagai Wacana
Antikolonial dalam Teks Syair Raja Syiak
9I. DHIMAS MUHAMMAD YASIN
Sastra Kitab sebagai Penguatan Iman: Suatu Kajian
Kesastraan dalam Al Mutawassimin
I13. DIDIK PURWANTO
Nilai Kepemimpinan dalam Naskah Hikayat
Maharai a,,4 /l Koleksi Perpustakaan Nasional RI
I31. NYOMAN SUKARTHA
Budaya Bali Dalam Sastra Kakawin Dan Geguritan
Tradisional
147. SYAIFUL RAHMAN
Ramalan Dadu Masyarakat Jawa dalam Serat Kitab
Puntir Palakiyah untuk Suatu Hatapan
157. WIWIN WIDYAWATI RAHAYU
Indikator Santri Lelana dan Mistik Islam Kejawen
T7I.
181.
dalam Serat Centhini
Jilidxll
YUDHI IRAWAN
Legitimasi Kekuasaan dalam Karya Sastra Babad:
Mimikri, Hibriditas, dan Ambivalensi dalam Babad
Pakualaman
KetentuanPenulisan
Jumantara Vol. 6 No.2 Tahun 201 5
Iil
tssF.l 2087-1074
,tuLr$Ill[ll{ilrlu[uil
NYOMAN SUKARTHA
BUDAYA BALI DAI.AM SASTRA KAI$.WIN DAN
GEGURITAN
Abstrak
Cipta sastra kakawin dan geguritan merupakan cipta sastra
tradisional yang dibangun dalam bentuk tembang. Kedua cipta sastra
ini sangat diminati untuk dikaji dan dibicarakan dalam berbagai
kesempatan dan kepentingan. Dalam bidang penelitian, ribuan karya
telah iahir dari para peneliti, baik peneliti asing maupun peneliti
Indonesia. Dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari, di Bali,
kedua karya ini sering dinyanyikan dan juga diterjemahkan, diulas
dan dikomentari terlebih lagi dalam aktivitas kelompok seniman
yang disebut Pesantian. Mereka asik mencari kenikmatan dalam
teert"tisan yang tertuang dalam karya kakawin dan geguritan'
Begitu pandainya para pengawi menuangkan kejeniusannya dalam
berkarya sehingga sampai sekarang masih banyak diminati dan
dimaknai. Di samping estetisitas yang dimiliki oleh sastra kakawin
dan geguritan tentunya ada konsep-konsep nilai budaya luhur yang
terkandung di dalamnya. "Tri Hita Karana".lnTlah penyebabnya
sastra kakiwin dan geguritan tidak pernah kering dan tuntas untuk
dibicarakan.
Konsepsi nilai budaya Bali yang terkandung dalam sastra
kakawin dan geguritan, beberapa di antaranya seperti; Keesaan
Tuhan, etika berbahasa, perbuatan susila, kesederhanaan dan
pembelajaran diri seumur.
Tuhan merupakan kebenaran tertinggi pada
dasarnya
bersifat Esa atau Tunggal. Setiap orang yang berbeda keyakinan
akan menyebut-Nya dengan nama lain. Kenyataan ini hendaknya
dipahami dan diakui bersama. Bila ini tertanam dengan baik di
datam sanubari setiap orang, tentunya toleransi beragama, sikap
saling menghormati antar umat beragama akan tercipta. Pada
akhirnya akan melahirkan sikap solidaritas serta bertumbuhnya
paham kesatuan dan persatuan dalam berbangsa dan bernegara'
Manusia sebagai mahluk berbudaya, dalam berkomunikasi
sehari-hari menggunakan bahasa sebagai medianya. Untuk menjaga
]5.2 Tahun 2015
Nyoman Sukartha
hubungan yang harmonis dengan sesamanya, terutama
g
berbah-asa aipeitutan etika berbahasa. Sastra kakawin dan
sangat kaya akan hal inr.
ldt
FE
-
dr
Perbuatan susila, konsep kesederhanaan dan belajar
hidup di dalam sastra kakawin dan geguritan, merupakan
yang patut diteladani. Bila i4i telah tertanam dan dimaknai
Luit ot"tt seluruh bangsa Indonesia atau pun seluruh umat
lalu diamalkan dalam kehidupan nyata sehari-hari, tentu
yang berbau "sara" hanya bersifat slogan saja' Peristiw'!97
tu
yrg
IH
s
z, bom Mariot, penyerangan warga Ahmadiyah di (
ii
Banten, peristiwa penyerangan pondok Pesantren di Tulung
Jawa Timur, termasuk tragedi Hamas dengan Israel di Gaza
akan terjadi.
Kata kunci: Bahasa, moralitas
1.
SGc
h04r0 Pd
ffimrul
otra t-r
ffmm
rynErO
Pendahuluan
id
Ma
Karya sastra tradisional seperti kakawin, kidung
geguritan, dikenal mengandung konsepsi. !"$wu. lama. yang
dan kee
iiiui. fort"psi dimaksud berupa konsepsi kebinekaan
yang
Tuhan, konsepsi etika berbahasa, konsepsi bertingkahlaku
atau moralitas, konsepsi hidup sederhana/bersahaja dan
belajar seumur hiduP.
Sastra tradiiional sering pula disebut dengan sastra
klas*
dengr
menyamakan
Ia
2)'
(Robson,1978:4 dalam Saputra 1992:
)'sastra periode kl,tna". Jendre sastra ini diciptakan bukan hanla
atro
untuk hiburan semata, namun diciptakan untuk menyampaikan
mewariskan nilai-nilai atau konsep-konsep budaya yang adi luhung
Pengertian konsepsi penciptaan ini mengandung arti antara sastra
danfubudayaan memiliki jalinan tali-temali yang berkaitan secara
padu. Bagai-uru pun dan dengan cara apapun pemahaman yang
iilakukarr akan mendekatakan pengertian, bahwa cipta sastra
tradisional merupakan susastra yang mengandung konsggsl budaVa
yang
yang tepat dan pas untuk dipedomani' Bgrkat nilai-nilai luhur
dit arrdungnya, susastra tradisional (Bali) m1ru-Pakan
suci wedangga (isi kitab suci
f"rg".ju*"uttiahan dari aiatan-ajatan
sarana
wed'a" dalam paham kehinduan)' Ini berfungsi sebagaikebutuhan
menyentuh
pendidikan dan pengajaran yang lebih
'masyarakat
,""u.ui*p1"*ntatif pada semua lini kehidupan. Kalau
il8
T
Jumantara Vol. 6 No.2 Tahun 201 5
humsYm
tui-
@
ffirmilcr
$Etfts s[
tcrtoogh
pem{nglr
selalu
m
kita
si
dcf
Koentjrr
nilai ilP,,
manusia-
konkret r
berp€dm
I
m
abadoleh ade
ssmua z
Hindu- I
retleksi
1978:ll
datam
I
Jurnariil
Geguritan
&rdaya Balidalam Sastra lGkawin dan
pendapat
kita masih meyakininy a kita pun masih mempercayai
yalg baik selalu
klasik yang meng ataian bahwa; karya sastra
untuk berbuat baik' Bahkan
memberikan pesan t"pudu pembaca
U'"tt seperti yang diajarkan oleh konsep
dengan
iiii, p'rriruiho. gutankah pesan yang baik ini disebutbudaya?'
moral yang jamak dit"tgmpft" berupa-konsep-konsep
ingin dicarikan
b,erbicara da berpikir V"'"g
Utf'ft"g a* permasalahan yang
t""it ini' Bagaimanakah blneun
iarvabannya pada tt'tit#
yang terkandung dalam karya
Disinilah letak latar
bm
, Xd.*S
!e f'ang
i
i
dan ket
fu
-vang
dnn kon
I sastra kler&
lakan dengr
bukan hanp
iryaikan atl
E "di luhrry;
I antara sasfrr
Baitan sectr
bhaman Yaq
I cipta sasrre
psepsi budaYe
ihi luhur Yang
'
merupakm
,[6,
kitab suci
hh
kebutuhm
Kalau
irbagai saranl
kJnsepsi--urauyu Bali
Niti'Saitra' Arjuna Wiwaha dan
Kaknwin Sutasoma,
Geguritan Selampah Laku'
r- ^--^: L^L.-,o konsepst
bahwa r.nn,
Secara teorltis-metodologis dipahami
sistem nilai' Sistem nilai
budaya puau auru*yu merupakan. suatu
kebudayaan' Pemahaman
mempunyai t rurrrgi, yang e11^d3q?"
sistem nilai
terhadap
secara hermeneutik u 1fu'aZ",ZOOg;264)
'yang
tinggl .{alam
yang
posisi
dianut masyarakat Iiali mempunyai
kehidupan
rrpr"u.*# tuaaya-- nau'- -^eail.Oaiam penikmatan
makluk
sebagai
dalam komunalitas
secara individu
"ir**
yang dianut-masyarakat Bali
bermasyarakat. J"j;;d; ;istem-nilai
kitab. suci yang
ini, simpulryu ut* p"tt" hulunya ada padabudaya) yang kita
(mahkota
dibumikan metjadi mZkuto *ondito
mereka yang
sebut susastra Bali Klasik' Karena itulah
ang' b ali an'
dal
a)'
"bertongkatkun *ur,ill, seperti para Wiku Qt endet nyastra
ilmuwan
pn*orit u, undagi, sangging, dan sastrawan atau
selalu mendapatkan posisi terhormat'
masyarakat Bali ini dapat
Sistem ril"i;;G" k'ta amati pada
dari seorang
kita dekatkan puau pandangan keilmuan
sistem
terhadap
tesis
Koentjarani rgratllgSi:25) yang memberikan
kelakuan
bagi
tertinggi
nefo1an
nilai itu, dalam d;;;
"uug"ui
lain yang tingkatannya lebih
i'arusia
manusia. Sistem t# f"iuftuu"
khusus' semuanya juga
konkret sepeti norma, hukum, a,.ral-afixan
itu'
U.rp"do-ut, kepada sistem nilai budaya
ttt'ik Bali selama berabadol"h
Agama Hi;i;-;;; dipelut
etnik Bali sangat dipengaruhi
abad, membuat jiwa atai karakter
tidaklah mengherankan bila
oleh adat dan agama Hindu' Karenanya
erat dengan agama
;;;"; aspek febudayaan Bali berhubungan
kebudayaan Bali adalah
Hindu. Krenanya o"p]"i-a-it"t"rtan
-ugu^" bahwa( Sejarah
Bali'
Hindu
.D.ae1ah
refleksi dari p"";;I;
ini' konsepsi budaya Bali
1978:128).
lenertl
il;;i#,
i'iii"
o""g--i""d;il;'
lem*.
dalamKakawinsrturo*udanGeguritanselampahLakudiBali'
i5xo.z tanun 2ot5
Jumantara Vol. 6 No.2 Tahun 20 i 5
119
Nyoman Sukartha
pada dasarnya juga merupakan refleksi dari nilai-nilai dalam
Hindu.
2.
Konsepsi Budaya Bali dalam Kakawin dan Geguritan
Tulisan in.i akan mencoba mengungkap nilai-nilai bi
Bali' :yang terdapat pada karya susastra seperti kakawin
geguritan. Tujuannya untuk meramaikan dan menyamakan
terhadap konsepsi budaya daerah Bali pada panggung p
nasional dan internasional. Dengan cara begini, torrs"pii t
Bali, khususnya yang terdapat dalam kakawin dan geguritan
dipedomani dan dijadikan rafalan dan nyanyian kehidupan seh
hari. Dipedomani guna menerangi sisi-sisi kekosongan rohani
tengah gerusan globalisasi dan demokratisasi bangsa yang
berproses ini. Pembentukan budaya yang diharapkan uOutut
,
masyarakat Bali tidak semakin jauh dari jati dii kebaliannya
tidak tercabut dari akar tradisinya. Tetapi tumbuh berjati
I
menjadi masyarakat yang bermoral dan berbudaya.
Dalam era budaya cyberity dunia maya, pendekatan m
internet, kemajuan informasi telekomunikasi (HTI) yang menj
dunia, dapat mendekatkan konsepsi budaya Bali pada mas
intemasional dan menjadi milik masyarakat dunia. itu berarti
budaya Bali memberikan sumbangan yangbaik dan berharga
adab dunia. Slogan: paenjuhe mapikenoh ayu, yang
sumbangannya bermaloru adiluhung' sebagai sarana
da
mahayu-hayuning buwana (' menyiptakan kebah agiaandunia,).
lebih j elas, pada p embi car aan berikut diketengahlan konsep -t
budaya Bali yang kiranya patut dijadikan paenjuh (sumLangan
pada budaya nasional dan internasional (dunia). Tentu sala Ui
dianggap baik dan benar dalam afti cocok diterapkan dalam li
budaya. Baik-buruk, benar-salah, cocok-tak cocok, kuno_
terserah bagi plus-minus kacamata penilai. wacana yang terrnu
dalam pupuh Ginada, cipta sastra Geguritan Basur di bawah i
mengilhami tulisan ini.
Eda ngaden awak bisa
Depang anake ngadanin
Geginane buka nyampat
Awak sai tumbuh luhu
Ilang luhu ebuk katah
Yadin
ririh
Jumantara Vol. 6 No.2 Tahun
Budaya Balidalam Sastra Kakawin dan Geguritan
Liu
enu p elaj ahang (Basw, 86)
Terjemahannya:
Jangan mengaku
pintar
{
Biar orang lain menilai
Bagai pekerjaan menyapu
Sampah akan tumbuh terus
Sampah hilang, debu akan banyak (datang)
Walau pintar
Masih banyak yang harus dipelajan
Maknanya;
Sebagai manusia yang berbudaya, hendaknya jangan
menyornbongkan kepintaral ata,u kemampuan, apa lagi sampai
mabuk kepintaran. Hidup ini bak pekerjaan menyapu. Sampah akan
bertumbuh setiap hari. Walau sampah mampu dibersihkan, pastilah
debu masih ada dan akan datang setiap saat.
Betapapun
pintamyaljeniusnya manusia, pastilah masih sangat banyak hal yang
harus dipelajari dalam hidup sebagai insan budaya/masyarakat.
Uraian di atas mengajarkan kita bahwa manusia harus
belajar seumur hidup. Kepintaran seseorang, prestasi akademik yang
tinggi, dan tamat pada jenjang pendidikan akademik tertinggi yang
diraih seperti master, dan doktor, bukan merupakan jaminan untuk
tidak atau berhenti belajar. Terlebih lagi bila prestasi akademik
yang tinggi/kepintaran itu disombongkan dan
digunakan
itu tentu akan berdampak sangat buruk. Bahkan
akan bisa mengancam keselamatan dunia. Untuk itu pendidikan
moral sangat penting. Konsep Tri Kaya Parisudha (tiga prilaku
mulya/moralitas) merupakan sarana yang cocok dipahami dan
diterpkan. Kesantunan dalam berbicara (Wacika parisuddha),
kemulyaan tingkah laku (Kayika parisuddha) yang dilandasi oleh
sembarangan. Hal
pemikiran yang bijak dan saleh (Manacika parisuddha) sangat tepat
untuk tuntunan moralitas. Belajar seumur hidup, berilmu
dan
bermoral mulya merupakan makna pokok wacana di atas.
2.1
Konsepsi Keesaan Tuhan
Kakawin Sutasoma merupakan salah satu kakawin yang
sangat besar andilnya dalam mempersatukan dua paham kerohanian
ata:l agarfla yar,g ada pada zamannya. Konsep
Jumantara Vol. 6 No.2 Tahun 2015
Siwa-Budha
t2t
h.$1
Nyoman Sukartha
diidentikkan dengan Si*a dan Sadasiwa. Mpu Tantular dengan
sangat genius memperbandingkan konsepsi ketuhanan yang pada
dasi*ya hanya ada satu (Esa). Berbeda agama berbeda pula-nama
atar- peyebutat Tuhannya. Paham Siwapaksa (aliran filsafat
Siwaistlg menyebut Tuhan dengan sebutan siwa. Sedangkan paham
Budhapal
2087-1074
UTN,[ANTARA
Jurnal Manuskrip Nusantara
ADEAHMAD SUPRIANTO
Transformasi Tradisi Penulisan Naskah Sunda
Peralihan Ditinjau melalui I{arya-Karya Kai Raga
AGUNG
KRISWANTO
,:,.
Sebuah Catatan tentang Kakawinrsumana(sa)ntaka
ARIF SETIAWAN
Ci.tra Sastra dalam Langendrrya Naskah Peda
Wayang Krucll Lakon Damarwulan
BAGUS KURNIAWAN
Hegemoni Ideologi Perang Sabil sebagai Wacana Anti
dalam Teks Syair Raja Syiak
DHIMAS MUHAMMAD YASIN
Sastra Kitab sebagai Penguatan Iman: Suatu Kajian Kesastraan
dalam Al Mutawassimin
DIDIK PURWANTO
Nilai Kepemimpinan dalam Naskah Hikayat Maharaja Ali Koleksi
Perpustakaan Nasional RI
.
NYOMAN SUKARTHA
Budaya Bali Dalam Sastra Kakawin Dan Geguritan Tradisional
SYAIFUL RAHMAN
Rarnalan Dadu Masyarakat Jawa dalam Serat Kitab Puntir Palakiyah
untuk Suatu Harapan
WIWIN WIDYAWATI RAHAYU
Plndikator Santri Lelana dan Mistik Islam Kejawen dalam Serat
Centhini lilid
XII
YUDHI IRAWAN
Legitimasi Kekuasaan dalam Karya Sastra Babad: Mimikri,
Hibriditas, dan Ambivalensi dalam Babad Pakualaman
DAFTAR ISI
iii
iv
I.
23.
Daftar Isi
Pengantar
ADE AHMAD SUPRIANTO
Transformasi Tradisi Penulisan'Naskah Sunda Kuno
pada Masa Peralihan Ditinjau melalui Karya-Karya
Kai Raga
AGUNG KRISWANTO
Sebuah Catatan tentang Kakawin Sumana(sd)ntaka
33. ARIF SETIAWAN
Citra Sastra dalam Langendriya Naskah Pedalangan
Wayang Krucil Lakon Damarwulan
51. BAGUS KURNIAWAN
Hegemoni Ideologi Perang Sabil sebagai Wacana
Antikolonial dalam Teks Syair Raja Syiak
9I. DHIMAS MUHAMMAD YASIN
Sastra Kitab sebagai Penguatan Iman: Suatu Kajian
Kesastraan dalam Al Mutawassimin
I13. DIDIK PURWANTO
Nilai Kepemimpinan dalam Naskah Hikayat
Maharai a,,4 /l Koleksi Perpustakaan Nasional RI
I31. NYOMAN SUKARTHA
Budaya Bali Dalam Sastra Kakawin Dan Geguritan
Tradisional
147. SYAIFUL RAHMAN
Ramalan Dadu Masyarakat Jawa dalam Serat Kitab
Puntir Palakiyah untuk Suatu Hatapan
157. WIWIN WIDYAWATI RAHAYU
Indikator Santri Lelana dan Mistik Islam Kejawen
T7I.
181.
dalam Serat Centhini
Jilidxll
YUDHI IRAWAN
Legitimasi Kekuasaan dalam Karya Sastra Babad:
Mimikri, Hibriditas, dan Ambivalensi dalam Babad
Pakualaman
KetentuanPenulisan
Jumantara Vol. 6 No.2 Tahun 201 5
Iil
tssF.l 2087-1074
,tuLr$Ill[ll{ilrlu[uil
NYOMAN SUKARTHA
BUDAYA BALI DAI.AM SASTRA KAI$.WIN DAN
GEGURITAN
Abstrak
Cipta sastra kakawin dan geguritan merupakan cipta sastra
tradisional yang dibangun dalam bentuk tembang. Kedua cipta sastra
ini sangat diminati untuk dikaji dan dibicarakan dalam berbagai
kesempatan dan kepentingan. Dalam bidang penelitian, ribuan karya
telah iahir dari para peneliti, baik peneliti asing maupun peneliti
Indonesia. Dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari, di Bali,
kedua karya ini sering dinyanyikan dan juga diterjemahkan, diulas
dan dikomentari terlebih lagi dalam aktivitas kelompok seniman
yang disebut Pesantian. Mereka asik mencari kenikmatan dalam
teert"tisan yang tertuang dalam karya kakawin dan geguritan'
Begitu pandainya para pengawi menuangkan kejeniusannya dalam
berkarya sehingga sampai sekarang masih banyak diminati dan
dimaknai. Di samping estetisitas yang dimiliki oleh sastra kakawin
dan geguritan tentunya ada konsep-konsep nilai budaya luhur yang
terkandung di dalamnya. "Tri Hita Karana".lnTlah penyebabnya
sastra kakiwin dan geguritan tidak pernah kering dan tuntas untuk
dibicarakan.
Konsepsi nilai budaya Bali yang terkandung dalam sastra
kakawin dan geguritan, beberapa di antaranya seperti; Keesaan
Tuhan, etika berbahasa, perbuatan susila, kesederhanaan dan
pembelajaran diri seumur.
Tuhan merupakan kebenaran tertinggi pada
dasarnya
bersifat Esa atau Tunggal. Setiap orang yang berbeda keyakinan
akan menyebut-Nya dengan nama lain. Kenyataan ini hendaknya
dipahami dan diakui bersama. Bila ini tertanam dengan baik di
datam sanubari setiap orang, tentunya toleransi beragama, sikap
saling menghormati antar umat beragama akan tercipta. Pada
akhirnya akan melahirkan sikap solidaritas serta bertumbuhnya
paham kesatuan dan persatuan dalam berbangsa dan bernegara'
Manusia sebagai mahluk berbudaya, dalam berkomunikasi
sehari-hari menggunakan bahasa sebagai medianya. Untuk menjaga
]5.2 Tahun 2015
Nyoman Sukartha
hubungan yang harmonis dengan sesamanya, terutama
g
berbah-asa aipeitutan etika berbahasa. Sastra kakawin dan
sangat kaya akan hal inr.
ldt
FE
-
dr
Perbuatan susila, konsep kesederhanaan dan belajar
hidup di dalam sastra kakawin dan geguritan, merupakan
yang patut diteladani. Bila i4i telah tertanam dan dimaknai
Luit ot"tt seluruh bangsa Indonesia atau pun seluruh umat
lalu diamalkan dalam kehidupan nyata sehari-hari, tentu
yang berbau "sara" hanya bersifat slogan saja' Peristiw'!97
tu
yrg
IH
s
z, bom Mariot, penyerangan warga Ahmadiyah di (
ii
Banten, peristiwa penyerangan pondok Pesantren di Tulung
Jawa Timur, termasuk tragedi Hamas dengan Israel di Gaza
akan terjadi.
Kata kunci: Bahasa, moralitas
1.
SGc
h04r0 Pd
ffimrul
otra t-r
ffmm
rynErO
Pendahuluan
id
Ma
Karya sastra tradisional seperti kakawin, kidung
geguritan, dikenal mengandung konsepsi. !"$wu. lama. yang
dan kee
iiiui. fort"psi dimaksud berupa konsepsi kebinekaan
yang
Tuhan, konsepsi etika berbahasa, konsepsi bertingkahlaku
atau moralitas, konsepsi hidup sederhana/bersahaja dan
belajar seumur hiduP.
Sastra tradiiional sering pula disebut dengan sastra
klas*
dengr
menyamakan
Ia
2)'
(Robson,1978:4 dalam Saputra 1992:
)'sastra periode kl,tna". Jendre sastra ini diciptakan bukan hanla
atro
untuk hiburan semata, namun diciptakan untuk menyampaikan
mewariskan nilai-nilai atau konsep-konsep budaya yang adi luhung
Pengertian konsepsi penciptaan ini mengandung arti antara sastra
danfubudayaan memiliki jalinan tali-temali yang berkaitan secara
padu. Bagai-uru pun dan dengan cara apapun pemahaman yang
iilakukarr akan mendekatakan pengertian, bahwa cipta sastra
tradisional merupakan susastra yang mengandung konsggsl budaVa
yang
yang tepat dan pas untuk dipedomani' Bgrkat nilai-nilai luhur
dit arrdungnya, susastra tradisional (Bali) m1ru-Pakan
suci wedangga (isi kitab suci
f"rg".ju*"uttiahan dari aiatan-ajatan
sarana
wed'a" dalam paham kehinduan)' Ini berfungsi sebagaikebutuhan
menyentuh
pendidikan dan pengajaran yang lebih
'masyarakat
,""u.ui*p1"*ntatif pada semua lini kehidupan. Kalau
il8
T
Jumantara Vol. 6 No.2 Tahun 201 5
humsYm
tui-
@
ffirmilcr
$Etfts s[
tcrtoogh
pem{nglr
selalu
m
kita
si
dcf
Koentjrr
nilai ilP,,
manusia-
konkret r
berp€dm
I
m
abadoleh ade
ssmua z
Hindu- I
retleksi
1978:ll
datam
I
Jurnariil
Geguritan
&rdaya Balidalam Sastra lGkawin dan
pendapat
kita masih meyakininy a kita pun masih mempercayai
yalg baik selalu
klasik yang meng ataian bahwa; karya sastra
untuk berbuat baik' Bahkan
memberikan pesan t"pudu pembaca
U'"tt seperti yang diajarkan oleh konsep
dengan
iiii, p'rriruiho. gutankah pesan yang baik ini disebutbudaya?'
moral yang jamak dit"tgmpft" berupa-konsep-konsep
ingin dicarikan
b,erbicara da berpikir V"'"g
Utf'ft"g a* permasalahan yang
t""it ini' Bagaimanakah blneun
iarvabannya pada tt'tit#
yang terkandung dalam karya
Disinilah letak latar
bm
, Xd.*S
!e f'ang
i
i
dan ket
fu
-vang
dnn kon
I sastra kler&
lakan dengr
bukan hanp
iryaikan atl
E "di luhrry;
I antara sasfrr
Baitan sectr
bhaman Yaq
I cipta sasrre
psepsi budaYe
ihi luhur Yang
'
merupakm
,[6,
kitab suci
hh
kebutuhm
Kalau
irbagai saranl
kJnsepsi--urauyu Bali
Niti'Saitra' Arjuna Wiwaha dan
Kaknwin Sutasoma,
Geguritan Selampah Laku'
r- ^--^: L^L.-,o konsepst
bahwa r.nn,
Secara teorltis-metodologis dipahami
sistem nilai' Sistem nilai
budaya puau auru*yu merupakan. suatu
kebudayaan' Pemahaman
mempunyai t rurrrgi, yang e11^d3q?"
sistem nilai
terhadap
secara hermeneutik u 1fu'aZ",ZOOg;264)
'yang
tinggl .{alam
yang
posisi
dianut masyarakat Iiali mempunyai
kehidupan
rrpr"u.*# tuaaya-- nau'- -^eail.Oaiam penikmatan
makluk
sebagai
dalam komunalitas
secara individu
"ir**
yang dianut-masyarakat Bali
bermasyarakat. J"j;;d; ;istem-nilai
kitab. suci yang
ini, simpulryu ut* p"tt" hulunya ada padabudaya) yang kita
(mahkota
dibumikan metjadi mZkuto *ondito
mereka yang
sebut susastra Bali Klasik' Karena itulah
ang' b ali an'
dal
a)'
"bertongkatkun *ur,ill, seperti para Wiku Qt endet nyastra
ilmuwan
pn*orit u, undagi, sangging, dan sastrawan atau
selalu mendapatkan posisi terhormat'
masyarakat Bali ini dapat
Sistem ril"i;;G" k'ta amati pada
dari seorang
kita dekatkan puau pandangan keilmuan
sistem
terhadap
tesis
Koentjarani rgratllgSi:25) yang memberikan
kelakuan
bagi
tertinggi
nefo1an
nilai itu, dalam d;;;
"uug"ui
lain yang tingkatannya lebih
i'arusia
manusia. Sistem t# f"iuftuu"
khusus' semuanya juga
konkret sepeti norma, hukum, a,.ral-afixan
itu'
U.rp"do-ut, kepada sistem nilai budaya
ttt'ik Bali selama berabadol"h
Agama Hi;i;-;;; dipelut
etnik Bali sangat dipengaruhi
abad, membuat jiwa atai karakter
tidaklah mengherankan bila
oleh adat dan agama Hindu' Karenanya
erat dengan agama
;;;"; aspek febudayaan Bali berhubungan
kebudayaan Bali adalah
Hindu. Krenanya o"p]"i-a-it"t"rtan
-ugu^" bahwa( Sejarah
Bali'
Hindu
.D.ae1ah
refleksi dari p"";;I;
ini' konsepsi budaya Bali
1978:128).
lenertl
il;;i#,
i'iii"
o""g--i""d;il;'
lem*.
dalamKakawinsrturo*udanGeguritanselampahLakudiBali'
i5xo.z tanun 2ot5
Jumantara Vol. 6 No.2 Tahun 20 i 5
119
Nyoman Sukartha
pada dasarnya juga merupakan refleksi dari nilai-nilai dalam
Hindu.
2.
Konsepsi Budaya Bali dalam Kakawin dan Geguritan
Tulisan in.i akan mencoba mengungkap nilai-nilai bi
Bali' :yang terdapat pada karya susastra seperti kakawin
geguritan. Tujuannya untuk meramaikan dan menyamakan
terhadap konsepsi budaya daerah Bali pada panggung p
nasional dan internasional. Dengan cara begini, torrs"pii t
Bali, khususnya yang terdapat dalam kakawin dan geguritan
dipedomani dan dijadikan rafalan dan nyanyian kehidupan seh
hari. Dipedomani guna menerangi sisi-sisi kekosongan rohani
tengah gerusan globalisasi dan demokratisasi bangsa yang
berproses ini. Pembentukan budaya yang diharapkan uOutut
,
masyarakat Bali tidak semakin jauh dari jati dii kebaliannya
tidak tercabut dari akar tradisinya. Tetapi tumbuh berjati
I
menjadi masyarakat yang bermoral dan berbudaya.
Dalam era budaya cyberity dunia maya, pendekatan m
internet, kemajuan informasi telekomunikasi (HTI) yang menj
dunia, dapat mendekatkan konsepsi budaya Bali pada mas
intemasional dan menjadi milik masyarakat dunia. itu berarti
budaya Bali memberikan sumbangan yangbaik dan berharga
adab dunia. Slogan: paenjuhe mapikenoh ayu, yang
sumbangannya bermaloru adiluhung' sebagai sarana
da
mahayu-hayuning buwana (' menyiptakan kebah agiaandunia,).
lebih j elas, pada p embi car aan berikut diketengahlan konsep -t
budaya Bali yang kiranya patut dijadikan paenjuh (sumLangan
pada budaya nasional dan internasional (dunia). Tentu sala Ui
dianggap baik dan benar dalam afti cocok diterapkan dalam li
budaya. Baik-buruk, benar-salah, cocok-tak cocok, kuno_
terserah bagi plus-minus kacamata penilai. wacana yang terrnu
dalam pupuh Ginada, cipta sastra Geguritan Basur di bawah i
mengilhami tulisan ini.
Eda ngaden awak bisa
Depang anake ngadanin
Geginane buka nyampat
Awak sai tumbuh luhu
Ilang luhu ebuk katah
Yadin
ririh
Jumantara Vol. 6 No.2 Tahun
Budaya Balidalam Sastra Kakawin dan Geguritan
Liu
enu p elaj ahang (Basw, 86)
Terjemahannya:
Jangan mengaku
pintar
{
Biar orang lain menilai
Bagai pekerjaan menyapu
Sampah akan tumbuh terus
Sampah hilang, debu akan banyak (datang)
Walau pintar
Masih banyak yang harus dipelajan
Maknanya;
Sebagai manusia yang berbudaya, hendaknya jangan
menyornbongkan kepintaral ata,u kemampuan, apa lagi sampai
mabuk kepintaran. Hidup ini bak pekerjaan menyapu. Sampah akan
bertumbuh setiap hari. Walau sampah mampu dibersihkan, pastilah
debu masih ada dan akan datang setiap saat.
Betapapun
pintamyaljeniusnya manusia, pastilah masih sangat banyak hal yang
harus dipelajari dalam hidup sebagai insan budaya/masyarakat.
Uraian di atas mengajarkan kita bahwa manusia harus
belajar seumur hidup. Kepintaran seseorang, prestasi akademik yang
tinggi, dan tamat pada jenjang pendidikan akademik tertinggi yang
diraih seperti master, dan doktor, bukan merupakan jaminan untuk
tidak atau berhenti belajar. Terlebih lagi bila prestasi akademik
yang tinggi/kepintaran itu disombongkan dan
digunakan
itu tentu akan berdampak sangat buruk. Bahkan
akan bisa mengancam keselamatan dunia. Untuk itu pendidikan
moral sangat penting. Konsep Tri Kaya Parisudha (tiga prilaku
mulya/moralitas) merupakan sarana yang cocok dipahami dan
diterpkan. Kesantunan dalam berbicara (Wacika parisuddha),
kemulyaan tingkah laku (Kayika parisuddha) yang dilandasi oleh
sembarangan. Hal
pemikiran yang bijak dan saleh (Manacika parisuddha) sangat tepat
untuk tuntunan moralitas. Belajar seumur hidup, berilmu
dan
bermoral mulya merupakan makna pokok wacana di atas.
2.1
Konsepsi Keesaan Tuhan
Kakawin Sutasoma merupakan salah satu kakawin yang
sangat besar andilnya dalam mempersatukan dua paham kerohanian
ata:l agarfla yar,g ada pada zamannya. Konsep
Jumantara Vol. 6 No.2 Tahun 2015
Siwa-Budha
t2t
h.$1
Nyoman Sukartha
diidentikkan dengan Si*a dan Sadasiwa. Mpu Tantular dengan
sangat genius memperbandingkan konsepsi ketuhanan yang pada
dasi*ya hanya ada satu (Esa). Berbeda agama berbeda pula-nama
atar- peyebutat Tuhannya. Paham Siwapaksa (aliran filsafat
Siwaistlg menyebut Tuhan dengan sebutan siwa. Sedangkan paham
Budhapal