SIKAP MASYARAKAT HUKUM ADAT BALI TERHADAP PUTUSAN MK NO 46 PUU-VIII 2010 TERKAIT KEDUDUKAN ANAK LUAR KAWIN.

LAPORAN PENELITIAN

SIKAP MASYARAKAT HUKUM ADAT BALI
TERHADAP PUTUSAN MK NO. 46/PUU-VIII/2010 TERKAIT
KEDUDUKAN ANAK LUAR KAWIN

Oleh:
1. Dr. Ni Nyoman Sukerti, SH. MH. (Ketua)
2. Prof. Dr. I Gst. Ayu Agung Ariani, SH. MS. (Anggota)
3. Dr. I Ketut Sudantra, SH., MH.(Anggota)
4. I Gst. A. Jatiana Manik W., SH. ( Mahasiswa S2)
5. A.A. Istri Agung Yuniana, SE.(Sekretariat Peneliti)

PENELITIAN INI DIDIBIAYAI DARI DANA DIPA BLU PROGRAM
STUDI MAGISTER (S2) ILMU HUKUM PPS UNUD DENGAN SPK
NO:750/UN.14.4/KU/2015 TANGGAL 29 MEI 2015
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI
DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PROGRAM STUDI MAGISTER (S2) ILMU HUKUM
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR
2015

i

HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN PENELITIAN
1. Judul Peneitian

: Sikap Masyarakat Hukum Adat Bali Terhadap
Putusan MK No. 46/PUU-VIII/2010 Terkait
Kedudukan Anak Luar Kawin

2. Bidang Ilmu

: Ilmu Hukum

3. Ketua Peneliti

:


a. Nama lengkap dengan gelar

: Dr Ni Nyoman Sukerti, SH.,MH.

b. Jenis Kelamin

: Perempuan

c. NIP

: 19560807 198303 2 001

d. Pangkat/Golongan

: Pembina Utama Muda/IV c

e. Jabatan

: Lektor Kepala


f. Program Studi/Konsentrasi

: Ilmu Hukum/Hukum & Masyarakat

4. Jumlah Tim Peneliti

: 5 Orang

5. Lokasi Penelitian

: Denpasar

6. Jangka Waktu Peneltian

: 6 (enan) bulan dari Mei s/d Oktober 2015

7. Biaya Penelitian

: Rp. 9.900.000,(Sembilan juta sembilan ratus ribu rupiah)


Denpasar, 10 Oktober 2015
Mengetahui
Ketua Program Studi Magister (S2) Ilmu Hukum

Dr. Ni Ketut Supasti Dharmawan,SH.,M.Hum.,LLM.
NIP.196111011986012001

Ketua Peneliti

Dr. Ni Nyoman Sukerti, SH.,MH.
NIP. 195608071983032001

Mengetahui
Direktur Program Pascasarjana

Prof. Dr.dr.A.A. Raka Sudewi, Sp.S.(K)
NIP.195902151985102001

ii


PRAKATA

Berkat asung kertha wara nugraha Ida Sanghyang Widhi Wasa (Tuhan Yang
Maha Esa), penelitian yang berjudul “Sikap Masyarakat Hukum Adat Bali Terhadap
Putusan MK No. 46/PUU-VIII/2010 Terkait Kedudukan Anak Luar Kawin ” dapat
diselesaikan sesuai jadwal.
Selama penelitian, berbagai hambatan ditemukan, berupa kesibukan-kesibukan
fakultas yang tidak dapat dikesampingkan serangkaian dengan ulang tahun Fakultas
Hukum Universitas Udayana.
Penyelesaian penelitian ini tidak terlepas dari bantuan Program Studi Magister (S2)
Ilmu Hukum yang telah memproses surat ijin penelitian dan tentunya juga telah
membiayai penelitian ini. Di samping itu kerjasama antar tim peneliti juga tidak kalah
pentingnya dalam penyelesaian laporan penelitian ini.
Sangat disadari bahwa laporan penelitian ini, masih banyak kekurangannya, oleh
karena itu, kritik dan saran maupun komentar yang positif sangat diharapkan demi
sempurnanya laporan penelitian ini.
Atas segala bantuan, kritik, saran dan komentar yang telah diberikan oleh berbagai
pihak, melalui laporan peneletian ini kami mengucapkan terimakasih.

Denpasar, 10 Oktober 2015.

Ketua Tim Peneliti

(Dr. Ni Nyoman Sukerti, SH.,MH)

iii

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan masyarakat hukum adat
Bali terhadap Putusan MK No.46/PUU-VII/2010, makna Putusan MK terkait kedudukan
anak luar kawin, untuk mengetahui dan menganalisis sikap masyarakat hukum adat Bali
atas keluarnya Putusan MK tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris
dengan pendekatan non doktrinal (socio legal research).
Hasil penelitian menunjukan bahwa masyarakat hukum adat Bali secara umum
belum mengetahui Putusan MK No.46/PUU-VII/2010 tersebut. Maknanya memberikan
anak luar kawin hak yang sama dengan anak yang lahir dalam perkawinan. Sikap
masyarakat adat Bali terkait putusan tersebut, dapat digolongkan menjadi dua: 1.
Sebagian besar menerima putusan tersebut alasannya; anak luar kawin statusnya menjadi
jelas, si ibu dapat menuntut tanggung jawab ayah biologis si anak, si anak tidak lagi
dipandang hina dalam keluarga dan masyarakat. 2. Sebagain kecil menolak alasannya;
anak luar kawin dapat menimbulkan masalah dalam pewarisan di bapak biologisnya,

bertentangan dengan hukum adat Bali, anak perempuan bisa lebih memilih tidak kawin.
Sikap masyarakat adat Bali pro dan kontra merupakan budaya hukum masyarakat.
Simpulannya: Maknanya untuk memberikan anak luar kawin yang hak sama
dengan anak yang lahir dalam perkawinan. Masyarakat hukum adat Bali secara umum
belum mengetahui Putusan MK tersebut. Sikap masyarakat adat Bali terhadap Putusan
MK tersebut pro dan kotra.
Kata kunci : Putusan MK, anak luar kawin, sikap masyarakat adat Bali.

iv

ABSTRACT

This study aimed to determine the knowledge of indigenous people of Bali against
the Constitutional Court No.46 / PUU-VII / 2010, meaning the Constitutional Court
ruling related to the child outside the mating position, to identify and analyze the attitudes
of indigenous communities Bali on the discharge of the Constitutional Court. This study
is an empirical law with non-doctrinal approach (socio legal research).
The results showed that indigenous people in general do not yet know Bali Court
Decision No.46 / PUU-VII / 2010 was. Meaning beyond mating gives children the same
rights as children born within marriage. Balinese people's attitudes related to this

decision, can be classified into two: 1. Most accept the decision of the reason; children
outside the mating status to clear, the mother can claim responsibility for the biological
father of the child, the child is no longer despised in the family and society. 2. small
Sebagain reject reason; children outside mating can cause problems in inheritance in
biological father, contrary to the customary law of Bali, girls may prefer not to marry.
The attitude of the indigenous peoples of Bali pros and cons of the legal culture of
society.
Conclusion: Its meaning is to give children the right to marry outside the same as
children born within marriage. Balinese customary law community in general have not
been aware of the Constitutional Court. Balinese people's attitudes towards the
Constitutional Court ruling pro and cons.
Keywords: constitutional court ruling, beyond mating child, ttitude indigenous people of
Bali.

v

RINGKASAN

Sebuah keluarga merupakan komunitas kecil (keluarga batih) yang terdiri dari
ayah, ibu dan anak-anaknya. Dalam sebuah perkawinan ada kalanya tidak adanya anak

dan hal itu dipandang belum lengkap sebagai sebuah keluarga. Dengan demikian
kehadiran seorang anak mempunyai makna dan peran yang sangat penting dalam
kehidupan rumah tangga, karena tujuan dari sebuah perkawinan selain membina rumah
tangga yang bahagia dan sejahtera juga untuk meneruskan keturunan atau generasi agar
tidak terjadi kepunahan keluarga (camput).
Kelahiran seorang anak ke dunia ini tidak selalu bernasib baik, artinya ada anak
yang lahir dari perkawinan yang sah orang tuanya. Di samping itu ada juga anak yang
lahir tanpa adanya perkawinan orang tuanya. terhadap anak tersebut disebut anak luar
kawin (anak bebinjat, anak astra). Anak bebinjat adalah anak yang lahir dari bibi yang
jahat sehingga tidak dapat menunjuk siapa bapak biologisnya, sementara anak astra
adalah anak yang diketahui siapa ayah biologisnya. Keberadaan anak luar kawin sering
menimbulkan persoalan dalam keluarga dan masyarakat, hal itulah yang menjadi kajian
dalam penelitian ini, terkait keluarnya Putusan Mahkamah Konstitusi No. . 46/PUUVIII/2010 tentang Uji Materiil Undang-Undang Perkawinan. Tujuan penelitian untuk
mengetahui dan menganalisis

apakah masyarakat adat Bali mengetahui keluarnya

Putusan MK tersebut, apa makna Putusan MK itu, menggali dan menganalisis sikap
masyarakat hukum adat Bali terkait keluarnya keluarnya Putusan MK No. 46/PUUVIII/2010 mengenai kedudukan anak luar kawin dan akibat hukumnya dalam keluarga.
Metode pendekatan yang digunakan untuk mencapai tujuan dalam penelitian ini

adalah non doktrinal (socio legal reseach), dimana dalam pelaksanaannya diawali dengan
penelitian hukum normatif, kemudian dilanjutkan dengan penelitian hukum empiris,
dengan analisis data kualitatif. Dalam penelitian hukum empris selalu mengacu pada
premis hukum normatif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa masyarakat hukum adat Bali secara umum
belum mengetahui adanya Putusan Mahkamah Konstitusi No.46/PUU-VII/2010 tentang
Uji Materiil Undang-Undang Perkawinan mengenai kedudukan anak luar kawin. Makna
putusan MK tersebut memberi hak yang sama terhadap anak luar kawin dengan anak-

vi

anak yang lahir dalam perkawinan dalam bidang keperdataan. Sikap masyarakat adat Bali
terkait Putusan MK tersebut, dapat digolongkan menjadi dua kelompok yaitu: Kelompok:
1. Sebagian besar menerima putusan tersebut alasannya; anak luar kawin statusnya
menjadi jelas, si ibu dapat menuntut tanggung jawab terhadap ayah biologis si anak
dalam bidang

keperdataan, si anak tidak lagi dipandang hina dalam keluarga dan

masyarakat, si anak tidak jauh berbeda dengan anak yang lahir dalam perkawinan.

Kelomopk 2. Sebagain kecil menolak dengan alasannya bahwa anak luar kawin dapat
menimbulkan masalah dalam pewarisan di bapak biologisnya karena mempunyai yang
sama dengan anak yang dalam perkawinan. Memberikan yang sama terhadap luar kawin
dengan yang lahir dalam perkawinan bertentangan dengan hukum adat Bali yang berlaku
sejak dahulu. Dapat berakibat anak perempuan lebih memilih tidak melakukan
perkawinan karena toh anaknya akan mendapat hak di ayah biologisnya sementara si ibu
tetap berada dalam lingkungan keluarganya. Sikap masyarakat adat Bali yang pro dan
kontra terhadap Putusan MK tersebut adalah merupakan budaya hukum masyarakat adat
Bali terhadap suatu peristiwa hukum.
Simpulannya bahwa makna dari Putusan MK tersebut untuk memberikan hak
yang sama terhadap anak luar kawin dengan anak yang lahir dalam perkawinan dalam
bidang keperdataan. Masyarakat hukum adat Bali secara umum belum mengetahui
keluarnya Putusan MK tersebut. Sikap masyarakat adat Bali terhadap Putusan MK
tersebut pro dan kotra.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan publikasi ilmiah dalam bentuk
artkel yang dimuat pada jurnal ilmiah baik lokal maupun nasional.

vii

SUMMARY

A family is a small community (extended family) consisting of father, mother and
children. In a marriage there are times when the absence of the child and it was deemed
not yet complete as a family. Thus the presence of a child has a meaning and a very
important role in the life of the household, because the purpose of a marriage apart foster
home happy and prosperous as well as to continue the descent or generation to prevent
the extinction of the family (camput).
The birth of a child into the world is not always fared well, meaning there are
children born of legitimate marriage of his parents. In addition there are also children
who are born without the marriage of his parents. of the child called the child outside of
mating (bebinjat children, child astra). Bebinjat child is a child born of an evil aunt and
so can not designate who the biological father, while the child is a child astra known
who the biological father. The existence of a child outside of mating often cause
problems in the family and society, that's the assessment in this study, related to the
release of the Constitutional Court Decision No. , 46 / PUU-VIII / 2010 on the Material
Test Marriage Act. The aim of research to determine and analyze whether indigenous
Balinese know the discharge of the Constitutional Court ruling, what the meaning of the
Constitutional Court ruling, explore and analyze public attitudes related to the discharge
of indigenous Bali discharge Constitutional Court No. 46 / PUU-VIII / 2010 concerning
the position of the child outside of mating and the legal consequences in the family.
The method used to achieve the objectives of this research are non-doctrinal
(socio legal research), which in practice starting with normative legal research, followed
by empirical legal research, with qualitative data analysis. In legal research empirical
always refers to the normative legal premise.
The results showed that indigenous people of Bali are generally not aware of the
Constitutional Court Decision No.46 / PUU-VII / 2010 on the Material Test Marriage Act
regarding the position of a child outside of marriage. Meaning of the Constitutional
Court's decision to give the same rights to children outside of mating with children born
in marriage in the civil field. Balinese people's attitudes related to the Constitutional
Court, can be classified into two groups: Group 1. Most accept the decision of the reason;

viii

children outside the mating status to clear, the mother can claim responsibility for the
biological father of the child in the civil field, the child is no longer despised in the family
and society, the child is not much different from children born in marriage. 2. Most small
group refused to reason that a child outside of mating can cause problems in inheritance
in biological father because it has the same with children in marriage. Provide the same to
mate with born outside of marriage is contrary to the customary law in force since the
first Bali. Can result in more girls choose not to mate because after her son will get right
on biological father while the mother remains in the family environment. Attitude
indigenous Balinese pros and cons of the Constitutional Court is a legal culture of
indigenous people of Bali against a legal event.
The conclusion that the meaning of the Constitutional Court's decision to give the
same rights to children outside of mating with children born in marriage in the civil field.
Bali customary law community in general not yet know the discharge of the
Constitutional Court. Balinese people's attitudes towards the Constitutional Court ruling
pro and cons.
Results of this study are expected to produce scientific publications in the form,
articles, published in scientific journals both locally and nationally.

ix

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................

ii

PRAKATA ..............................................................................................

iii

ABSTRAK DAN ABSTRACT ...............................................................

iv

RINGKASAN DAN SUMMARY ..........................................................

vi

DAFTAR ISI ...........................................................................................

x

BAB I

PENDAHULUAN ...................................................................

1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................

4

BAB III TUJUAN DAN MANFAAT ...................................................

7

BAB IV METODE PENELITIAN ........................................................

8

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................

10

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................

16

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................

18

LAMPIRAN .............................................................................................

19

a. Rincian Biaya Penelitian .................................................................

19

b. Jadwal Pelaksanaan ……………………………………………….

21

c. Instrumen Penelitian ………………………………………………

21

d. Personalia Tenaga Penelitian & Tugas ............................................

23

e. CV Peneliti ………………………………………………………...

24

f. Informan dan Responden …………………………………………..

50

x

BAB I
PENDAHULUAN
Negara Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang sudah
berumur 70 tahun. Pada umurnya yang 70 tahun tersebut sudah cukup banyak
peraturan perundang-undangan yang berhasil dibuatnya. Namun demikian dalam
hukum keluarga dan hukum waris belum berhasil dibuatnya. Jadi dalam hukum
keluarga dan hukum waris belum ada hukum yang berlaku secara nasional sehingga
masih berlaku pluralisme hukum.
Hukum keluarga dan hukum waris yang berlaku di Indonesia masih
bersifat pluralisme hukum. Artinya dalam bidang hukum keluarga dan hukum waris
berlaku lebih dari satu sistem hukum. Adapun sistem hukum tersebut yaitu sistem
hukum adat, hukum islam dan hukum perdata barat atau Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata (KUHPerdata). Masih berlakunya pluralisme hukum disebabkan
belum mampunya negara atau pemerintah membuat unifikasi hukum dalam dua
lapangan hukum tersebut. Sehubungan dengan tersebut namun dalam kajian ini
difokuskan pada hukum adat yakni hukum adat Bali.
Dalam pewarisan ahli waris merupakan salah satu unsur esensiil untuk
dapat terjadinya pewarisan oleh karena itu dalam penentuan ahli waris erat
kaitannya dengan sistem kekeluargaan yang dianut oleh masyarakat di Indonesia.
Pada umumnya kehadiran seorang anak dalam sebuah keluarga sangat di
dambakan, apabila dalam sebuah keluarga kecil atau keluarga batih, ketidakhadiran
seorang anak dapat menggoyahkan pondasi rumah tangga tersebut. Kehadiran
seorang anak mempunyai peranan yang sangat penting dalam suatu perkawinan,

1

karena tujuan perkawinan selain membina rumah tangga yang bahagia dan sejahtera
adalah untuk melanjutkan keturunan, agar tidak terjadi kepunahan (camput). Begitu
pentingnya kehadiran seorang anak dalam sebuah keluarga, terlebih anak laki-laki
yang di Bali dipercaya sebagai penyelamat roh leluhur dari siksaan neraka.
Tiadanya anak dalam keluarga (perkawinan), dapat dipakai alasan oleh sang suami
untuk melakukan poligami dan bahkan ada kalanya juga dipakai alasan untuk
menceraikan sang istri, walaupun belum tentu sang istri yang mandul.
Anak-anak yang lahir dari perkawinan yang sah orang tuanya disebut
anak sah, sedangkan anak yang lahir tanpa ada perkawinan orang tuanya disebut
anak tidak sah atau anak luar kawin. Antara anak sah dan anak luar kawin sebagai
keturunan mempunyai kedudukan yang tidak sama dalam keluarga. Seseorang
sebagai keturunan mempunyai hubungan darah dengan orang menurunkannya. Di
samping mempunyai hubungan darah dan juga mempunyai hubungan hukum
dengan orang yang menurunkannya. Sehubungan dengan tersebut Djojodiguno
dalam Surojo Wignjodipuro, mengatakan bahwa keturunan adalah ketunggalan
leluhur, artinya ada perhubungan darah antara orang seorang dan dan orang lain.
Dua orang atau lebih yang mempunyai hubungan darah, jadi yang tunggal
leluhur, adalah keturunan yang seorang dari yang lain1.
Mencermati mendapat dari Djojodiguno tersebut, dimana
adalah

orang

yang

mempunyai

hubungan

darah

dengan

keturunan

orang

yang

menurunkannya. Ini berarti orang yang dimaksudkan adalah laki-laki dan

1

Surojo Wignjodipuro, Pengantar Dan Asas-Asas Hukum Adat, Gunung Agung, Jakarta,
1967, h.108.

2

perempuan yang menyebabkan keturunan itu ada sudah melangsungkan
perkawinan. Lantas bagaimana manakala laki-laki dan perempuan yang
menyebabkan keturunan itu tidak melangsungkan perkawinan? Kalau dicermati
lebih dalam, walaupun tidak ada perkawinan antara laki-laki dan perempuan yang
menyebabkan seorang keturunan (anak) itu lahir tetap sang anak mempunyai
hubungan darah, tetapi sang anak tidak mempunyai hubungan hukum dengan
laki-laki yang menyebabkan ia lahir. Dalam kaitan penelitian ini, lantas
bagaimana hubungan hukum anak yang bersangkutan dengan laki-laki yang
menyebabkan dia lahir. Sebuhungan dengan hal tersebut maka menjadi penting
untuk melakukan penelitian berkenaan dengan kedudukan hukum anak luar kawin
setelah keluarnyan putusan MK No.46/PUU-VIII/2010.

3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pasal 42 UURI No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menyebutkan
bahwa anak sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat
perkawinan yang sah. Sementara pada Pasal 43 ayat 1 disebutkan bahwa anak
yang lahir di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya
dan keluarga ibunya.
Mencermati ketentuan Pasal 43 ayat 1 tersebut, dimana secara jelas diatur
bahwa anak luar kawin hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan
keluarga ibunya. Ini berarti anak yang lahir di luar perkawinan tidak mempunyai
hubungan perdata dengan ayah biologisnya. Sehubungan anak luar kawin, Djaren
Saragih mengatakan bahwa dalam hukum adat anak yang lahir di luar perkawinan
hanya mempunyai hubungan hukum dengan wanita yang melahirkannya,
sedangkan antara anak itu dengan laki-laki yang menyebabkan anak itu lahir tidak
terdapat

terdapat hubungan hukum2. Kelahiran anak di luar perkawinan

keberadaan sering dicela oleh masyarakat, pada hal anak yang bersangkutan tidak
mempunyai kesalahan apapun, oleh karena itu untuk mencegah anak yang
dilahirkan di luar perkawinan di beberapa tempat dapat dilakukan dengan kawin
paksa. Kawin paksa ialah perkawinan dimana seorang wanita, yang tidak dalam
keadaan kawin tetapi sudah mengandung, dikawinkan secara paksa dengan lakilaki yang menyebabkan wanita itu mengandung, di samping itu ada juga kawin
2

Djaren Saragih, Pengantar Hukum Adat Indonesia, Tarsito, Bandung, 1980, h. 126.

4

darurat yaitu perkawinan dimana seorang wanita yang mengandung dikawinkan
dengan laki-laki siapa saja yang mau menjadi suaminya, dan bilamana tidak ada
laki-laki yang mau, maka wanita itu dikawinkan dengan kepala suku (kepala
desa)3.
Terkait dengan anak yang lahir di luar perkawinan, Sukerti mengatakan
bahwa di Kabupaten Tabanan, untuk mengangkat status anak luar kawin dapat
dilakukan dengan cara mengangkat anak tersebut baik oleh saudara ibunya
maupun oleh orang tua dari ibu (kakek- nenek) anak yang bersangkutan4.
Dalam hukum adat Bali dikenal dua macam anak yaitu anak sah dan anak
tidak sah. Anak sah adalah anak yang mempunyai hubungan hukum dengan
kedua orang tuanya5. Sementara anak tidak sah adalah anak yang lahir di luar
perkawinan kedua orang tuanya. Dalam masyarakat Bali anak yang lahir di luar
perkawinan yang sah lazim disebut bebinjat dan astra. I Gde Wayan Pangkat
mengatakan bahwa anak bebinjat adalah

anak yang ayah biologisnya tidak

dikenal/tidak dapat dipastikan, sedangkan anak astra, adalah anak yang ayah
biologisnya diketahui tetapi anak itu telah lahir sebelum perkawinan disahkan 6.
Terkait dengan anak astra kadang-kadang

sang ayah mengawini ibunya,

manakala hal tersebut terjadi maka anak astra berstatus anak sah, apabila tidak
maka anak astra tetap sebagai anak tidak sah atau anak luar kawin.
3

Ibid, h. 125.
Ni Nyoman Sukerti, ”Kedudukan Hukum Anak Luar Kawin Di Kabupaten Tabanan”,
Laporan Penelitian, Fakultas Hukum, Unud, 1990, h. 21.
5
Wayan P. Windia, Ketut Sudantra, Pengantar Hukum Adat Bali, Lembaga Dokumentasi dan
Publikasi Hukum, Fakultas Hukum Universitas Udayana, 2006, h.104.
6
V E Korn, Hukum Adat Waris di Bali(Het Adatrecht Van Bali-Bab IX), diterjemahkan dan
diberi catatan-catatan oleh I Gde Wayan Pangkat, Fakultas Hukum & Pengetahuan Masyarakat,
Universitas Udayana, Denpasar, 1972, h.52.
4

5

Dalam hal anak astra, apabila kemudian ayah dan ibunya melangsungkan
perkawinan maka anak tersebut berstatus anak sah, sehingga timbul hubungan
anak dengan orang tua yang bersifat timbal balik sama seperti anak sah yang lahir
dalam perkawinan orang tuanya. Terhadap hal yang demikian tidak menjadi
masalah, akan tetapi yang menjadi masalah adalah anak luar kawin yang tidak
ada perkawinan orang tuanya, anak yang demikian yang menjadi persoalan
karena sering dipandang rendah dan hina. Terhadap anak yang demikian, MK
dalam pertimbangan hukumnya menyatakan bahwa .... tidak tepat dan tidak adil
manakala hukum menetapkan bahwa anak yang lahir dari suatu kehamilan karena
hubungan seksual di luar perkawinan hanya memiliki hubungan dengan
perempuan yang sebagai ibunya. Adalah tidak tepat dan tidak adil pula jika
hukum membebaskan laki-laki yang melakukan hubungan seksual yang
menyebabkan terjadinya kehamilan dan kelahiran anak tersebut dari tanggung
jawabnya sebagai seorang bapak dan bersamaan dengan itu hukum meniadakan
hak-hak anak terhadap lelaki tersebut sebagai bapaknya ...7
Sehubungan keluarnya Putusan MK tersebut, maka status dan kedudukan
anak luar kawin mengalami suatu perkembangan, dalam mana ini masih dalam
tataran normatif, namun dalam tataran empiris atau dalam realitanya sangat
dipandang perlu untuk mencari tahu sikap masyarakat hukum adat Bali terkait
dengan kedudukan anak luar kawin sehubungan keluarnya Putusan MK No.
46/PUU-VIII/2010 tersebut.

7

D.Y. Witanto, Hukum Keluarga Hak Dan Kedudukan Anak Luar Kawin Pasca Keluarnya
Putusan MK Tentang Uji Materiil U U Perkawinan, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2012,h. 242.

6

BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT
3.1. Tujuan Penelitian
Tujuan umum dari penelitian ini adalah
menganalisis sejauh mana Putusan

untuk mengetahui dan

MK No.46/PUU-VIII/2010 tentang Uji

Materiii Undang-Undang Perkawinan

dalam realitanya diketahui oleh

masyarakat hukum adat Bali, sedangkan tujuan khususnya adalah untuk
mengetahui dan menganalisis makna Putusan MK No.46/PUU-VIII/2010 terkait
kedudukan anak luar kawin dalam hukum Adat Bali dan juga untuk mengetahui
dan menganalisis sikap masyarakat hukum adat Bali terhadap Putusan MK No.
No.46/PUU-VIII/2010 sehubungan dengan kedudukan anak luar kawin tersebut.

3.2. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun
praktis. Secara teoritis dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan
konsep maupun asumsi dalam ilmu hukum khususnya studi hukum dan
masyarakat. di samping itu untuk menambah wawasan dan pemahaman tentang
hukum keluarga dan hukum waris terkait keluarnya Putusan MK No. 46/PUUVIII/2010 dalam hal kedudukan anak luar kawin.
Secara praktis hasil penelitian ini dapat sebagai informasi mengenai
adanya pembaharuan di bidang hukum keperdataan, di samping itu juga sebagai
informasi bagi masyarakat luas terkait

perkembangan kedudukan anak luar

kawin.

7

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1. Jenis dan Sifat Penelitian
Penelitian tentang sikap masyarakat hukum adat Bali terhadap
Putusan MK No. No.46/PUU-VIII/2010 tentang Uji Material UndangUndang Perkawinan sehubungan kedudukan anak luar kawin adalah
merupakan penelitian hukum empiris yang merupakan data lapangan
sebagai data primer. Penelitian ini tidak akan menguji hipotesis, akan tetapi
menggali

informasi

sebanyak

mungkin

sehubungan

dengan

sikap

masyarakat hukum adat Bali terhadap Putusan MK No.46/PUU-VIII/2010
sehubungan dengan kedudukan anak luar kawin tersebut. Oleh karenanya
penelitian ini bersifat deskritif, yaitu menggambarkan atau menjelaskan
sikap masyarakat hukum adat Bali terhadap Putusan MK sehubungan
dengan kedudukan anak luar kawin.
4.2. Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini data yang digali dan dikumpulkan adalah
berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari sumber
data lapangan di wilayah Kota Denpasar. Sebagai lokasi penelitian
ditentukan secara purposif dengan dasar pertimbangan bahwa di Kota
Denpasar yang sekaligus sebagai pusat Pemerintahan Propinsi Bali, dimana
kondisi masyarakatnya relatif lebih maju dengan tingkat pendidikan lebih
tinggi dibandingkan dengan daerah lainya di Bali. Penentuan responden

8

ditentukan dengan teknik snow ball (bola salju) dan responden yang dipilih
adalah tokoh masyarakat, tokoh agama, dan warga masyarakat.
Data sekunder diperoleh dari penelusuran bahan-bahan tertulis atau
dokumen-dokumen yang memuat informasi sehubungan dengan anak yang
lahir di luar perkawinan kedua orang tuanya.
4.3. Teknik Pengumpulan Data.
Untuk mendapatkan data yang diperlukan, teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara yang berpedoman
pada pedoman pertanyaan (interview guide).
4.4. Teknik Pengumpulan Data
Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan metode
yang bersifat kualitatif yang dilengkapi dengan analisis situasional. Metode
ini akan dapat menunjukan tentang sikap masyarakat hukum Adat Bali
terhadap Putusan MK No.46/PUU-VIII/2010 tentang Uji Materiil Undang
Perkawinan terkait kedudukan anak luar kawin.

9

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Tinjauan Umum Tentang Macam-Macam Anak Dalam Hukum Adat.
Secara umum dalam hukum adat dikenal dua jenis anak yaitu anak yang
lahir dalam perkawinan yang disebut anak syah dan anak yang lahir di luar
perkawinan yang disebut anak tidak syah. Anak yang lahir dalam perkawinan
juga banyak macamnya seperti anak kandung, anak tiri, anak angkat dan anak
piara sementara anak yang lahir di luar perkawinan ada disebut anak haram dan
anak haram jadah. Kalau dalam masyarakat Bali anak yang lahir di luar
perkawinan ada dua macam yaitu ada yang disebut anak bebinjat, ada yang
disebut anak astra. Masing-masing anak tersebut di atas mempunyai kedudukan
dan hak tidak sama dalam keluarganya.
Anak bebinjat adalah anak lahir yang tanpa ada perkawinan dari orang
tuannya dimana si ibu tidak dapat menunjukan laki-laki mana yang menyebabkan
dirinya hamil dan melahirkan anak karena laki-lakinya lebih dari satu orang. Oleh
karena itu disebut anak bebinjat artinya ibunya jahat. Sementara anak astra
adalah anak yang lahir di luar perkawinan orang tuanya, ini dikarenakan sesuatu
hal sehingga belum bisa melakukan perkawinan namun anaknya keburu lahir.
Anak astra adalah anak dari perempuan kebanyakan (commonpeople) dengan
laki-laki dari golongan tri wangsa. Anak astra diketahui bapaknya dan biasanya
anak tersebut diberikan biaya hidup oleh ayah biologisnya tetapi anak tersebut
mengikuti garis keturunan ibunya.

10

Anak kandung adalah anak yang mempunyai kedudukan yang sangat
penting dalam setiap somah (gezin) masyarakat adat.8 Anak sebagai penerus
generasi dan wadah (tempat tumpuan) dimana semua harapan orang tuannya
dikemudian hari ditumpahkan, sebagai pelindung orang tuannya dimana secara
fisik orang tuannya tidak mampu bekerja lagi. Sementara anak tiri adalah anak
orang lain yang ada dalam stuatu keluarga. Mengenai anak tiri sebenarnya dapat
dari sudut

siapa anak tersebut dilihat dan dari sistem kekeluargaan yang

dianutnya. Kalau dilihat dari sudut si ayah pada masyarakat patrilinel tidak
dikenal karena dalam masyarakat patrilineal adalah semua masuk dalam garis
bapaknya berapapun ibunya. Kalau dilihat dari sudut si ibu baru dikenal anak tiri,
akan tetapi tidak berpengaruh dalam keluarga dan pewarisan karena semua anak
laki-laki mempunyai hak waris terhadap harta kekayaan orang tuanya, kecuali
anak yang bersangkutan hak warisnya telah gugur.
Pada masyarakat matrilineal masalah anak tiri adalah merupakan
kebalikan dari masyarakat yang patrilineal. Sementara pada masyarakat parental,
anak tiri dapat dilihat dari sudut ayah dan juga ibu karena pada masyarakat
parental ada kalanya masing-masing membawa anak dalam perkawinan. Dalam
mewaris anak tiri tetap mewaris pada orang tua kandungnya. Anak angkat adalah
anak orang lain yang diangkat anak oleh statu keluaga. Mengenai anak angkat ini
ada perbedaan dalam pewarisan antara masyarakat patrilineal dengan masyarakat
parental. Pada masyarakat patrilineal anak angkat mempunyai kedudukan sama

8

Tolib Setiady, Intisari Hukum Adat Indonesia (Dalam Kajian Kepustakaan), Alfabeta,
Bandung, 2008, h.208.

11

dengan anak kandung dalam keluarga dan pewarisan seperti di Bali. Anak angkat
adalah ahli waris penuh pada keluarga angkatnya sementara pada masyarakat
parental seperti di Jawa anak angkat hanya mempunyai hak waris terhadap harta
gono gini orang tua angkatnya sementara terhadap harta-harta lainnya anak
angkat sama sekali tidak berhak. Sementara masyarakat matrilineal seperti
Minangkabau tidak mengenal lembaga pengangkatan anak.
Anak piara adalah anak orang lain yang dipelihara oleh suatu keluarga
karena alasan ekonomi, ini sifatnya hanya sementara karena setelah anak yang
bersangkutan dewasa dan bisa mencari penghidupan sendiri anak tersebut akan
dikembalikan kepada orang tua kandungnya. Jadi terhadap anak piara tidak ada
hubungan dengan masalah pewarisan pada keluarga yang memeliharanya.
Perbuatan memelihara anak orang lain tersebut dilakukan sebatas belas kasihan
saja.
Jadi dalam kaitan macam-macam anak tersebut di atas mempunyai
kedudukan yang tidak sama dalam keluarga dan pewarisan, hal itu tergantung dari
sistem kekeluargaan yang berlaku dalam masyarakat anak-anak tersebut.

5.2. Kedudukan Anak Luar Kawin Pasca Keluarnya Putusan MK No.46/PUUVIII/2010.
Masalah anak yang lahir di luar perkawinan yang menurut hukum adat
hanya mempunyai hubungan dengan ibunya saja, akan tetapi dalam UndangUndang Perkawinan Pasal 43 ayat 1 disebutkan bahwa anak yang lahir di luar

12

perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga
ibunya.
Mencermati anak luar kawin sebagaimana telah disebutkan di atas
menurut hukum adat

hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya

sementara Undang-Undang Perkawinan menyebut dimana anak luar kawin di
samping mempunyai hubungan perdata dengan ibunya juga dengan keluarga
ibunya, maka lingkup undang-undang lebih luas. Terkait dengan hal tersebut
hukum adat harus tunduk pada hukum negara atau hukum nasional dalam hal
ini Hukum Perkawinan Nasional. Hal tersebut sesuai dengan Pasal 28 B ayat 2
U U D R I 1945. Adapun ketentuan pasal tersebut sebagai berikut: setiap anak
berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi (hasil amandemen kedua). Intinya
seorang anak harus hidup aman dan nyaman tanpa memandang anak tersebut
lahir dalam perkawinan atau lahir di luar perkawinan orang tuannya. Ini berarti
anak yang lahir di luar perkawinan harus diperhitungan bidang kepedataannya
pada keluarga ibunya.
Hukum Perkawinan Nasional sudah cukup lama berlaku namun dalam
hal anak luar kawin mempunyai hubungan keperdataan dengan keluarga ibunya
terutama pada masyarakat patrilineal sangat sulit diterimanya. Jadi masalah
anak luar kawin tetap masih dipandang negatif oleh keluarga dan masyarakat.
Jadi dalam kaitan macam-macam anak tersebut di atas mempunyai
kedudukan yang tidak sama dalam keluarga dan pewarisan, hal itu tergantung dari
sistem kekeluargaan yang berlaku dalam masyarakat anak-anak tersebut.

13

Kedudukan anak luar kawin pasca keluarnya Putusan Mahkamah
Konstitusi (MK) No.46/PUU-VIII/2010 tentang Uji Materiil Undang-Undang
Perkawinan telah mengalami perubahan. Hal mana di dalam Putusan MK dalam
pertimbangan hukumnya menyatakan bahwa … tidak tepat dan tidak adil
manakala hukum menetapkan

bahwa anak yang lahir dari suatu kehamilan

karena hubungan seksual di luar perkawinan hanya memiliki hubungan dengan
perempuan yang sebagai ibunya. Adalah tidak tepat dan tidak adil pula jika
hukum membebaskan laki-laki yang melakukan hubungan seksual yang
menyebabkan kehamilan dan kelahiran anak tersebut dari tanggung jawabnya
sebagai seorang bapak dan bersamaan dengan itu hukum meniadakan hak-hak
anak terhadap lelaki tersebut sebagai bapak …9
Makna dari Putusan MK tersebut adalah

memberi hak yang sama

terhadap anak luar kawin dengan anak-anak yang lahir dalam perkawinan yang
syah. Ini berarti akan menimbulkan masalah karena melegalkan hubungan seksual
di luar perkawinan dan bahkan dapat berakibat merebaknya hubungan sek bebas
yang tidak jauh berbeda dengan binatang.
Terhadap Putusan MK tersebut, hasil penelitian menunjukan bahwa
terdapat perbedaan pendapat dari warga masyarakat hukum adat yang dapat
digolongan menjadi

dua kelompok yaitu kelompok

yang menerima dan

kelompok menolak Putusan MK tersebut. Kelompok yang menerima Putusan MK
tersebut adalah sebagian besar dari warga masyarakat hukum adat Bali yang
diteliti, sementara kelompok yang menolak putusan tersebut adalah sebagian kecil
9

D.Y. Witanto, Loc. Cit.

14

dari warga masyarakat hukum adat Bali yang ditelit. Kelompok yang menerima
Putusan MK memberikan beberapa alasan yaitu anak luar kawin statusnya
menjadi jelas, si ibu dapat menuntut tanggung jawab terhadap ayah biologis si
anak, si anak tidak lagi dipandang hina dan rendah dalam keluarga dan
masyarakat. Kelomopk yang menolak Putusan MK tersebut yang merupakan
sebagian kecil dari warga masyarakat memberikan alasannya: anak luar kawin
dapat menimbulkan masalah dalam pewarisan pada bapak biologisnya,
bertentangan dengan hukum adat Bali, anak perempuan bisa lebih memilih tidak
kawin.
Sikap masyarakat adat hukum adat Bali sehubungan dengan keluarnya
Putusan MK yang pro dan contra tiada lain adalah merupaka budaya hukum
masyarakat adat Bali terhadap hukum yang diberlakukan. Budaya hukum (legal
culture) menurut L.M. Friedman, meliputi ide-ide, sikap-sikap, kepercayaan,
nilai-nilai, harapan, dan pandangan tentang hukum10. Sementara Hilman
Hadikusuma, menguraikan budaya hukum adalah tanggapan yang bersifat
penerimaan atau penolakan terhadap statu peristiwa hukum. Ia menrupakan sikap
dan prilaku manusia terhadap masalah hukum yang terbawa ke dalam
masyarakat11.

10

Lawrence M. Friedman, The Legal System : A Social Science Perspective, New York:
Russel, 1975, p. 7.
11
Hilman Hadikusuma, Antropologi Hukum Indonesia, Alumni, Bandung, 1986, h.52.

15

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Dari keseluruhan uraian atau paparan tersebut di atas dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Putusan MK No.46/PUU-VIII/2010 tentang Uji Materiil UndangUndang Perkawinan adalah mempunyai makna memberikan hak
yang sama kepada anak luar kawin dengan anak yang lahir dalam
perkawinan yang syah.
2. Sikap masyarakat hukum adat Bali terkait Putusan MK tersebut
dapat digolongan menjadi dua kelompok yaitu kelompok yang
menerima dan yang menolak. Kelompok yang menerima memberi
alasan yaitu anak luar kawin statusnya menjadi jelas, si ibu dapat
menuntut tanggung jawab terhadap ayah biologis si anak, si anak
tidak lagi dipandang hina dan rendah dalam keluarga dan
masyarakat. Sementara yang menolak memberi alasan yaitu anak
luar kawin dapat menimbulkan masalah dalam pewarisan pada
bapak biologisnya, bertentangan dengan hukum adat Bali, anak
perempuan bisa lebih memilih tidak kawin.

6.2. Saran
Melalui penelitian disarankan agar menyikapi lebih hati-hati makna dari
Putusan MK No.46/PUU-VIII/2010 tentang Uji Materiil Undang-Undang

16

Perkawinan karena dapat melegalkan persinahan dan bisa merubah pandangan
dari warga masyarakat bahwa tidak perlu adanya perkawinan. Kalau hal
tersebut menjadi biasa maka pada akhirnya manusia tidak berbeda dengan
binatang.

17

DAFTAR PUSTAKA

Friedman, Lawrence M, 1975, The Legal System : A Social Science Perspective,
New York: Russel.
Hilman Hadikusuma, Hilman, 1986, Antropologi Hukum Indonesia, Alumni,
Bandung.
Korn, V.E, 1972, Hukum Adat Waris di Bali(Het Adatrecht Van Bali-Bab IX),
diterjemahkan dan diberi catatan-catatan oleh I Gde Wayan Pangkat, Fakultas
Hukum & Pengetahuan Masyarakat, Universitas Udayana, Denpasar.
Saragih, Djaren, 1980, Pengantar Hukum Adat Indonesia, Tarsito, Bandung.
Setiady, Tolib, 2008, Intisari Hukum Adat Indonesia (Dalam Kajian Kepustakaan),
Alfabeta, Bandung.
Sukerti, Ni Nyoman, 1990, ”Kedudukan Hukum Anak Luar Kawin Di Kabupaten
Tabanan”, Laporan Penelitian, Fakultas Hukum, Unud.
Wignjodipuro, Surojo, 1967,
Agung, Jakarta.

Pengantar Dan Asas-Asas Hukum Adat, Gunung

Windia, I Wayan P., Ketut Sudantra, 2006, Pengantar Hukum Adat Bali, Lembaga
Dokumentasi dan Publikasi Hukum, Fakultas Hukum Universitas Udayana.
Witanto, D.Y. 2012, Hukum Keluarga Hak Dan Kedudukan Anak Luar Kawin
Pasca Keluarnya Putusan MK Tentang Uji Materiil U U Perkawinan, Prestasi
Pustaka Publisher, Jakarta.
……...., 2002,
Undang-Undang Negara Republik Indonesia 1945, Hasil
Amandemen , Sinar Grafika, Yakarta.
..........., 2004, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Perkawinan, Lintang
Pustaka, Yogyakarta.

18

LAMPIRAN-LAMPIRAN

JUSTIFIKASI ANGGARAN PENELITIAN TAHUN 2015

I. Anggaran untuk Pelaksana (Honor ) 20% Dari Dana Penelitian
NAMA

HONOR

PAJAK

9,900,000
HONOR
BERSIH

1 DOSEN

400,000

60,000

340,000

2 DOSEN

300,000

45,000

255,000

3 DOSEN

300,000

300,000

4 MHS

300,000

300,000

5 MHS

300,000

300,000

6 PEGAWAI

300,000

300,000

jumlah

1,900,000

105,000

1,795,000

II. Bahan/Perangkat Penunjang/Pelaksanaan Kegiatan Penelitian 70% Dari Dana
Penelitian

NO

URAIAN
Konsumsi Rapat rencana
1 proposal
2 Fotocopy proposal dan jilid
3 Catridge HP Laser Jet
Kertas HVS 25 RIM @
4 47,000
Konsumsi rapat persiapan
5 penjajagan lokasi 2 kali
Konsumsi Rapat
pengumpulan Bahan hukum
6 sekunder 2 kali
Konsumsi Rapat untuk
7 pembuatan instrumen

SATUAN

HARGA
1 300,000

20 50,000
1 1,020,000
20 47,000

JUMLAH
300,000
1,000,000
1,020,000
940,000

2 250,000

500,000

2 250,000

500,000

2 250,000

500,000

19

penelitian 2 kali

8
9

Fotocopy bahan hukum
Konsumsi Rapat Pengolahan
bahan buku

6500

200

1 250,000

Jumlah

1,300,000
250,000
6,310,000

III.
Pelaporan
Penelitian
10 % dari
dana
penelitian
1 Foto copy laporan final
2 Jilid laporan final

4950 200
20 35,000

JUMLAH
JUMLAH TOTAL

990,000
700,000
1,690,000
9,900,000

CATATAN : DANA PENELITIAN BELUM DIPOTONG PAJAK
HONOR DAN ATK

b. Jadwal Pelaksanaan

20

No

Bulan ke

Kegiatan
1

Mei

Juni

Juli

Agust

Sept

Okt

2015

2015

2015

2015

2015

2015

Persiapan & Proposal
Pengumpulan data

3

Pengolahan dan analisis
data

4

Penulisan Laporan

5

Pelaporan - FGD

c. Instrumen Penelitian (Interview Guide)

Identitas Informan dan responden
Nama

:

Tempat, tgl, bln, th lahir :
Pendidikan

:

Pekerjaan

:

Jabatan

:

Agama

:

Alamat

:

Pertanyaan-pertanyaaan
1. Apakah bapak/ibu/saudara mengenal anak luar kawin? Mohon penjelasannya!
2. Kalau ya, apa nama secara adatnya? Mohon penjelasannya!
3. Apakah ada upaya yang dilakukan agar anak tersebut tidak mengalami beban
psikologis nantinya? Mohon penjelasannya!
4. Bagaimana kedudukannya baik dalam keluarga maupun di masyarakar? Mohon
penjelasannya!
5. Apabila anak tersebut laki-laki, apakah ia dapat hak waris ditempat ibunya?
Mohon penjelasannya!

21

6. Apakah bapak/ibu/saudara mengetahui putusan Mahkamah Konstitusi
No.46/PUU-VIII/2010 tentang Uji Materiil UU Perkawinan? Mohon
penjelasannya!
7. Inti putusan tersebut bahwa anak yang lahir di luar perkawinan orang tuanya
mempunyai hubungan hukum dengan ayah biologisnya sepanjang dapat
dibuktikan oleh ibu biologisnya.
8. Apa saran yang dapat disampaikan terkait dengan adanya Putusan MK
tersebut?

d. Personalia Tenaga Penelitian & Tugas

22

N

Nama/NIP

o

Instansi

Bidang

Alokasi

Asal

Ilmu

waktu

Uraian tugas

(jam/minggu)
1

Dr. Ni Nyoman Sukerti, FH Unud

Hukum

SH.,MH./195608071983

6
jam/minggu

032001

2

Pro. Dr. I G. A. Agung FH Unud

Hukum

Ariani,

6
jam/minggu

SH.,MS/194412211975

032001
3

Dr.

I

Ketut FH Unud

Hukum

6
jam/minggu

Sudantra,SH.MH./
196010031985031003

4

5

I Gst.Ayu Jatiana

S2 Ilmu Hukum

6

Manik Wedanti, SH.

Hukum

jam/minggu

A.A.Istri Agung

Sekretari

Yuniana,SE

at S2

-

-

Membuat
proposal, review
data, mengolah
data,
membuat
laporan
dan
menyajikan
publikasi
Membuat
proposal, review
data, mengolah
data,
membuat
laporan
dan
menyajikan
publikasi
Membuat
proposal, review
data, mengolah
data,
membuat
laporan
dan
menyajikan
publikasi
Menggali
data
lapangan
Administrasi
Penelitian

e. CV PENELITI
BIO DATA

23

A. Identitas Diri
1
2
3
4
5
6
7

Nama lengkap (dengan gelar)
Jabatan Fungsional
Jabatan Struktural
NIP
NIDN
Tempat dan Tanggal lahir
Alamat Rumah

8
9
10
11
12

Nomor Telepon/Faks/HP
Alamat Kantor
Nomor Telepon/Faks
Alamat e-mail
Lulusan yang telah dihasilkan

13

Mata kuliah yang diampu

Dr. Ni Nyoman Sukerti,SH.MH.
P
Lektor Kepala
19560807 198303 2 001
0007085602
Gianyar, 7 Agustus 1956
Br. Taruna Bhineka Blok C No.66
Pemogan-Denpasar
(0361)722470/08123635729
Jln. Bali No. 1 Denpasar/
(0361)222666/Faks (0361)234888
nyomansukerti10@yahoo.com
S-1= … orang, S-2= ... Orang, S-3= ..
Orang
1. Hukum Adat (S1)
2. Metode Penelitian dan Penulisan
Hukum(S1)
3. Gender dalam Hukum (S1)
4. Sosiologi Hukum (S1)
5. Hukum dan Kebudayaan (S1)
6. Dinamika Hukum Adat (S2)
7. Psikologi Hukum (S2)
8. Gender dalam Hukum (S2)

FOTO
3X4

B. Riwayat Pendidikan
Program
Nama Perguruan
Tinggi

S-1
Universitas
Udayana

Bidang Ilmu
Tahun Masuk
Tahun Lulus
Judul
Skripsi/Tesis/Disertasi

Hukum
1976
1982
Pelaksanaan
Gadai Tanah
Setelah
Berlakunya
UUPA di
Kabupaten
Gianyar

S-2
Pascasarjana
Universitas
Udayana
Hukum
2003
2005
Kekerasan
Terhadap
Perempuan Dalam
Rumah Tangga:
Kajian Dari
Perspektif Hukum
Dan Gender
(Studi Kasus di
Kota Denpasar)

S-3
Pascasarjana
Universitas
Diponegoro
Hukum
2008
2013
Dinamika dan
Rekonstruksi
Kedudukan
Perempuan
Dalam Hukum
Adat Waris Bali
Dalam
Perspektif
Gender

24

Nama
Tjok. Raka
Pembimbing/Promotor Dherana,SH dan
T.I.P Astiti, SH.

Prof. Dr. T.I.P.
Astiti, SH.,MS.
dan
Purwati,SH.,MH.

Prof. Dr.
Nyoman Serikat
Putra Jaya,
SH.MH. dan
Prof. Dr. Suteki,
SH.,M.Hum.

C. Pengalaman Penelitian 5 Tahun Terakhir
Tahun

Judul Penelitian

No
1

2010

2

2011

3

2011

3

2013

4

2013

5

2013

6

2014

7

2014

Pendanaan
Sumber

Jml (Juta Rp)

Status Perempuan Akibat
Pereceraian Pada Sistem
Kekerabatan Patrilineal (Studi di
Kecamatan Denpasar Selatan)
Pola Hubungan Penduduk
Pendatang Dengan Desa Dinas
Dan Desa Adat

DIPA UNUD

4.000.000

Dana Bagian
Hukum &
Masyarakat

2.000.000

Efektifitas Penanggulangan
Penduduk Pendatang di Kota
Denpasar (Studi di Kecamatan
Denpasar Selatan)
Formulasi Prinsip-Prinsip
Konvensi wanita Dalam AwigAwig Desa Pakraman
Perkembangan Kedudukan
Perempuan Dalam Hukum Adat
Waris Bali (Studi di Kota
Denpasar)

Dana Bagian
Hukum &
Masyaraka

2.000.000

Dana Bagian
Hukum &
Masyarakat
DIPA BLU
Program
Magister (S2)
Ilmu Hukum
PPS Unud
DIPA BLU
Pengaruh Peradilan Adat dalam
Awig-Awig Desa Pakraman: Studi Program
Magister (S2)
Pendahuluan tentang
EksistensiPweradilan Adat dalam Ilmu Hukum
PPS Unud
Kesatuan Masyarakat Hukum
Adat Desa Pakraman
Penegakan Hukum Terhadap Hak DIPA BLU
Program
Asuh Anak Akibat Perceraian
Magister (S2)
Dalam Praktik Peradilan di Bali
Ilmu Hukum
PPS Unud
Identifikasi Lingkup Batas-Batas
DIPA BLU

1.790.000

13.140.000,-

13.140.000,-

11.480.000,-

11.480.000,-

25

Otonomi Desa Pakraman Dalam
Hubungannya Dengan Kekuasaan
Negara
8

2014

Peranan Desa Pakraman Dalam
Pengelolaan Obyek Wisata
Setelah Berlakunya U U No. 32
Tahun 2004

Program
Magister (S2)
Ilmu Hukum
PPS Unud
Dana
Fakultas
Hukum

25. 000.000

D. Pengalaman Pengabdian kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir
No Tahun
1

2012

2

2013

3

2014

4

2014

Judul Pengabdian Kepada
Masyarakat
Pembinaan Awig-Awig di Desa
Pakraman Padangtegal, Ubud,
Gianyar
Penyuluhan Hukum Tentang Hak
Mewaris Perempuan Dalam
Hukum Adat Bali di Desa Belok,
Sidan, Petang, Badung
Sosialisasi U U No. 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak
Terhadap Siswa-Siswi SMP
Darma Wiweka Denpasar
Sosialisasi Pemaknaan Sumpah
Pemuda Sebagai Pemersatu
Bangsa

Pendanaan
Sumber
Dana Bagian
Hukum &
Masyarakat
Prodi
Kenotariatan

Jml (juta Rp)
2.000.000,-

4. 000.000,-

Dana BOPTN
UNUD

5.000.000,-

Dana Fakultas
Hukum

13.400.000,-

E. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah dalam Jurnal dalam 5 Tahun Terakhir
No Judul Artikel Ilmiah
1

2

Volume/Nomor

Nama Jurnal

Perkembangan Hak Perempuan di
Bidang Waris dalam Hukum Adat
Bali
Kedudukan Perempuan Dalam

Jilid 49 Nomor 1,
Maret 2011

Masalah-Masalah
Hukum FH Undip

Volume 6 Nomor

Jurnal Magister

HukumAdat Waris Bali (Studi di

2 Tahun 2014

Hukum Udayana

26

Kota Denpasar)

F. Pengalaman Penyampaian Makalah Secara Oral pada Pertemuan/Seminar
Ilmiah dalam 5 Tahun Terakhir.
Nama Pertemuan
Judul Artikel
No
Waktu dan Tempat
Ilmiah/Seminar
Ilmiah
-

-

-

-

G. Pengalaman Penulisan Buku dalam 5 Tahun Terakhir
No

Judul Buku

Tahun

Penerbit

Jumlah
Halaman

1

2

Hak Mewaris
Perempuan Dalam
Hukum Adat Bali
Sebuah Studi Kritis
Statistik Gender Kota

2012

140

Udayana Press

2014

157

Badan Pemberdayaan

Denpasar Tahun 2013

Perempuan dan
Perlindungan Anak
Kota Denpasar

H. Pengalaman Perolehan HKI dalam 5 Tahun Terakhir
No

Judul/Thema HKI

Tahun

Jenis

No.P/ID

-

-

-

-

-

I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya dalam
5 Tahun Terakhir
Tahun
Tempat
Respon
No. Judul/Tema/Jenis
Rekayasa Sosial Lainnya
Penerapan
Masyarakat
yang Telah Diterapkan
-

27

J. Penghargaan yang Pernah Diraih dalam 10 tahun Terakhir
NO.

Jenis Penghargaan

Institusi Pemberi

Tahun

Penghargaan

1

SATYALANCANA

PEMERINTAH REPUBLIK

KARYASATYA

INDONESIA

2008

XXTAHUN
2

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai
ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima resikonya.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam mengajukan proposal penelitian.
Denpasar, 12 September2015
Ketua Penelitian,

(Dr. Ni Nyoman Sukerti,SH.,MH)

CURRICULUM VITAE

28

IDENTITAS DIRI
Prof. Dr. I Gusti Ayu Agung Ariani,
SH., MS.

1 Nama
2 NIP/NIK

19441221 197503 2 001
3 Tempat dan Tanggal Lahir
Denpasar, 21 Desember 1944
4 Jenis Kelamin
Perempuan
-

5 Status Perkawinan
6 Agama

Hindu
IV/d / Pembina Utama Madya

7 Golongan / Pangkat
8 Jabatan Fungsional Akademik

Guru Besar
Fakultas Hukum Universitas Udayana

9 Perguruan Tinggi
10 Alamat

Jln. P. Bali No.1 Denpasar 80114

11 Telp./Faks.

0361-222666/0361-266888

12 Alamat Rumah
Puri Pemecutan, jalan Tambrin No.2
Denpasar
13 Telp./HP.
0361 (422949) / 08122911099
14 Alamat e-mail

RIWAYAT PENDIDIKAN
No

1

2

Tahun
Lulus

1974

1986

Program Pendidikan (diploma,
sarjana, magister, spesialis, dan
doktor)

Lulus Sarjana Hukum ( S1 )

Lulus Strata II ( S2), Jurusan

Perguruan
Tinggi

Fakultas
Hukum
Universitas
Udayana,
Denpasar-Bali
Institut

Jurusan/
Program Studi
Ilmu Hukum

29

Sosiologi Pedesaan
3

2005

Lulus Strata III ( S3 ) di
Program Doktor Ilmu Hukum
Pasca Sarjana

Pertanian
Bogor
Universitas
Diponegoro,
Semarang

PELATIHAN PROFESIONAL
No

Tahun

1977

1977

1979

1979

Jenis Pelatihan (Dalam/ Luar
Negeri)

Penyelenggara

Universitas
Udayana
Denpasar Bali
Penataran Dokumentasi dan Badan
Pembinaan
Informasi Hukum.
Hukum Nasional
Jakarta
Penataran Normalisasi
Universitas
Kehidupan Kampus
Udayana
Denpasar Bali
Penataran
Metodologi Universitas
Udayana Bali
Penelitian.

Jangka waktu

Penataran Metodologi Proses
Belajar Men