Faktor Determinan Perilaku Deteksi Dini Kanker Serviks Pada Pegawai Yang Mendapatkan Vaksinasi HPV di Pemkab Badung.
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKTOR DETERMINAN PERILAKU DETEKSI DINI KANKER
SERVIKS PADA PEGAWAI YANG MENDAPATKAN
VAKSINASI HPV DI PEMKAB BADUNG
MADE INTAN KUSUMA DEWI
NIM: 1220025011
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2016
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah dipresentasikan dan diuji dihadapan
Tim Penguji Skripsi
Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Denpasar, 09 Juni 2016
Tim Penguji Skripsi
Ketua (Penguji I)
(Made Pasek Kardiwinata, S.KM., M.Kes)
NIP. 19770101 200501 1 001
Anggota (Penguji II)
(dr. I Wayan Gede Artawan Eka Putra, M. Epid )
NIP. 19810404 200604 1 005
i
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah dipresentasikan dan diuji dihadapan
Tim Penguji Skripsi
Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Denpasar, 09 Juni 2016
Pembimbing
(Ni Luh Putu Suariyani, S.KM, MHlth&IntDev)
NIP. 19800113 200501 2 005
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan
Yang Maha Esa), karena berkat rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Faktor Determinan Perilaku Deteksi Dini Kanker Serviks Pada
Pegawai Yang Telah Mendapatkan Vaksinasi HPV Di Pemkab Badung” sebagai
salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada Program Studi Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, maka dari itu
pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Bapak dr. Made Ady Wirawan, MPH, PhD, selaku Ketua Program
Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana.
2. Ibu Ni Luh Putu Suaryani, S. KM, MHlth&IntDev selaku pembimbing
skripsi yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan
selama penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Made Pasek Kardiwinata, S.KM. M.Kes dan Bapak dr. I Wayan
Gede Artawan Eka Putra, M.Epid selaku penguji yang telah membantu
dalam memberikan masukan dan saran dalam skripsi ini.
4. Seluruh dosen, staf dan pegawai PSKM FK UNUD yang telah
memberikan dukungan dan kerjasama selama penyusunan skripsi ini.
5. Bapak dr. I Gede Putra Suteja selaku Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten Badung yang telah memberikan ijin bagi penulis untuk
mendapatkan data dalam penyusunan skripsi ini.
6. Seluruh staf P2PL Dinas Kesehatan Kabupaten Badung yang telah
membantu penulis dalam pengumpulan data skripsi.
7. Seluruh responden yang telah bersedia meluangkan waktu untuk
diwawancarai.
iii
8. Bapak Drs. I Gede Dana, Ibu Rai Muryani, Putu Dian Andryani dan
Nyoman Andika Suputra selaku keluarga penulis yang tidak hentihentinya memberikan dukungan baik moril maupun materiil.
Terimakasih juga kepada sahabat penulis Artika Dewi Amri, Ni Ketut
Swandewi, Sharryl Alicia Kainde dan A.A Ratna Maadnyani Dewi
yang telah setia menemani dan membantu selama penyusunan skripsi
ini.
9. Sahabat dan teman-teman penulis di PSKM FK UNUD yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah bersedia memberikan
bantuan kritik, saran, dan dukungannya selama penyusunan proposal
penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu segala
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan dari pembaca dalam
rangka penyempurnaan lebih lanjut. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pembaca khususnya.
Denpasar, Mei 2016
Penulis
iv
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
PEMINATAN EPIDEMIOLOGI
Skripsi Mei 2016
Made Intan Kusuma Dewi
Faktor Determinan Perilaku Deteksi Dini Kanker Serviks Pada Pegawai Yang
Mendapatkan Vaksinasi HPV di Pemkab Badung
ABSTRAK
Kanker serviks adalah salah satu penyebab kematian tertinggi kedua pada wanita
setelah kanker payudara. Berdasarkan data WHO, insiden kanker serviks pada tahun
2012 di perkirakan terjadi sebanyak 528.000 kasus yang terjadi di seluruh dunia dan
sebesar 90% dari kasus tersebut diperkirakan terjadi pada negara-negara berkembang.
Pemberian vaksinasi HPV merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
mencegah terjadinya kanker serviks. Pemberian vaksinasi HPV lebih efektif diberikan
pada wanita dengan usia 9-26 tahun dan belum pernah melakukan hubungan seksual.
Berdasarkan laporan CDC, pada wanita usia subur yang telah mendapatkan vaksin
HPV dan telah berhubungan seksual secara aktif sebaiknya mau melakukan deteksi
dini kanker serviks. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor
determinan yang mempengaruhi perilaku untuk melakukan deteksi dini kanker serviks
pada pegawai yang telah mendapatkan vaksinasi HPV di Pemkab Badung.
Penelitian ini adalah penelitian crosectional deskriptif dengan total jumlah
sampel sebanyak 150 orang, dengan teknik pengambilan sampel menggunakan metode
PPS.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dari 7 variabel yang diteliti yaitu:
pengetahuan, sikap, dukungan keluarga, dukungan teman, adanya faktor risiko kanker
serviks, adanya gejala kanker serviks dan persepsi dapat menderita kanker serviks
terhadap perilaku deteksi dini kanker serviks, yang memiliki hubungan yang signifikan
dengan perilaku deteksi dini kanker serviks pada responden yang telah mendapatkan
vaksinasi HPV adalah pengetahuan (OR = 4,45;CI 95% = 1,399-18,589), dukungan
keluarga (OR = 3,53;CI 95% = 1,197-12,6), dukungan teman (OR = 6,06;CI 95% =
2,292-16,055) dan dari 16 responden yang memiliki gejala kanker serviks 11
diantaranya telah melakukan deteksi dini. Sedangkan variabel sikap, adanya faktor
risiko kanker serviks, dan persepsi dapat menderita kanker serviks tidak memiliki
hubungan yang signifikan.
Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah perlunya peningkatan
dalam pemberian komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) mengenai cara pencegahan
dari penyakit kanker serviks.
Kata Kunci: Faktor Determinan, Kanker Serviks, Deteksi Dini, Vaksinasi HPV,
Pemkab Badung
v
STUDY PROGRAM OF PUBLIC HEALTH
FACULTY OF MEDICINE
UDAYANA UNIVERSITY
DEPARTMENT OF EPIDEMIOLOGY
Minithesis May 2016
Made Intan Kusuma Dewi
The Determinant Behavior Factor of Cervical Cancer Screening at Badung
Regency Employees Who Get HPV Vaccination
ABSTRACT
Cervical cancer is one of the second-highest causes of death in women after
breast cancer. Based on WHO’s data, the incidence cervical cancer on 2012 estimated
occurred as many as 528.000 cases worldwide and 90% on that cases estimated
occurred in developing countries. HPV vaccination is one way that can be done to
prevent the occurrence of cervical cancer. HPV vaccination is more effective to
women aged 9-26 years and never had sexual intercourse. Based on the CDC report,
women in childbearing age who have received the HPV vaccine and have been
sexually active should still doing cervical cancer screening. The purpose of this study
is to determinant factor influence behavior of cervical cancer screening at employes
who get HPV vacctination in Badung regency.
This study is descriptive cross sectional with the 150 people total number of
sample which obtained by PPS sampling method.
The result of this study showed that of the seven variables studied, that is:
knowledge, attitude, family support, peer support, presence of risk factors for cervical
cancer, the symptoms of cervical cancer and the perception to getting cervical cancer
about behavior of cervical cancer screening, which knowledge has a significant
correlation with the behavior of cervical cancer screening (OR = 4,45 and CI 95% =
1,399-18,589), family support (OR = 3,53 and CI 95% = 1,197-12,6), peer support
(OR = 6,06 and CI 95% = 2,292-16,055) and 11 of the 16 respondents who have
symptoms of cervical cancer was already screening. While the attitudinal variables,
presence of risk factors for cervical cancer, and the perception to getting cervical
cancer do not have a significant correlation.
The advice on the result of this study are provision of communication,
information and education about the prevention of cervical cancer needs to be
improved.
Keywords: Determinant Factor, Cervical Cancer, Screening, HPV Vaccine, Badung
Regency
vi
DAFTAR ISI
PERNYATAAN PERSETUJUAN ..................................................................... i
PERNYATAAN PERSETUJUAN .................................................................... ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
ABSTRAK ......................................................................................................... v
ABSTRACT ...................................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN........................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1
Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah............................................................................... 6
1.3
Pertanyaan Penelitian ......................................................................... 6
1.4
Tujuan Penelitian ................................................................................ 6
1.5
Manfaat Penelitian .............................................................................. 8
1.6
Ruang Lingkup Penelitian .................................................................. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 9
2.1
Kanker Serviks ................................................................................... 9
vii
2.2
Vaksinasi HPV ................................................................................. 10
2.3
Deteksi Dini Kanker Serviks ............................................................ 11
2.4
Perilaku Deteksi Dini Kanker Serviks .............................................. 14
2.5
Variabel Yang Diasumsikan Berhubungan Dengan Perilaku Deteksi
Dini Kanker Serviks ......................................................................... 17
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ............. 23
3.1
Kerangka Konsep ............................................................................. 23
3.2
Variabel dan Definisi Operasional ................................................... 25
BAB IV METODE PENELITIAN ................................................................... 29
4.1
Desain Penelitian .............................................................................. 29
4.2
Tempat dan Waktu Penelitian........................................................... 29
4.3
Populasi dan Sampel Penelitian ........................................................ 30
4.4
Pengumpulan Data ............................................................................ 33
4.5
Pengolahan Data ............................................................................... 33
4.6
Teknik Analisi Data .......................................................................... 34
BAB V HASIL PENELITIAN ......................................................................... 36
5.1
Gambaran Umum Lokasi Penelitian................................................. 36
5.2
Karakteristik Sampel Penelitian ....................................................... 37
5.3
Analisis Univariat Perilaku Deteksi Dini Pada Pegawai Yang Telah
Mendapatkan Vaksinasi HPV di Pemkab Badung ........................... 38
5.4
Analisis Bivariat Perilaku Deteksi Dini Pada Pegawai Yang
Mendapatkan Vaksinasi HPV di Pemkab Badung ........................... 46
viii
BAB VI PEMBAHASAN ................................................................................ 51
6.1
Tingkat Pengetahuan Responden Terhadap Perilaku Deteksi Dini
Kanker Serviks ................................................................................. 51
6.2
Sikap Responden Terhadap Perilaku Deteksi Dini Kanker Serviks..52
6.3
Dukungan Keluarga Terhadap Perilaku Deteksi Dini Kanker Servi
54
6.4
Dukungan Teman Terhadap Perilaku Deteksi Dini Kanker Serviks 56
6.5
Adanya Faktor Risiko Kanker Serviks Terhadap Perilaku Deteksi Dini
Kanker Serviks ................................................................................. 57
6.6
Adanya Gejala Kanker Serviks Terhadap Perilaku Deteksi Dini
Kanker Serviks ................................................................................. 59
6.7
Persepsi Dapat Menderita Kanker Serviks Terhadap Perilaku Deteksi
Dini Kanker Serviks ......................................................................... 60
6.8
Keunggulan dan Kelemahan Penelitian ............................................ 62
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 63
7.1
Simpulan ........................................................................................... 63
7.2
Saran ................................................................................................. 65
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 66
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi Hasil Tes Pap Smear ....................................................... 12
Tabel 3.1 Variabel dan definisi Operasional ...................................................... 25
Tabel 4.1 Proporsi Besar Sampel Berdasarkan Instansi ..................................... 32
Tabel 4.2 Contoh Tabel Analisis Bivariat .......................................................... 35
Tabel 5.1 Karakteristik Sampel Penelitian ......................................................... 37
Tabel 5.2 Gambaran Perilaku Deteksi Dini Kanker Serviks .............................. 39
Tabel 5.3 Gambaran Distribusi Jawaban Soal Pengetahuan Pada Responden
Tentang Kanker Serviks ..................................................................................... 40
Tabel 5.4 Gambaran Pengetahuan Responden Tentang Kanker Serviks ........... 41
Tabel 5.5 Gambaran Distribusi Jawaban Pertanyaan Sikap Pada Responden
Tentang Kanker Serviks ..................................................................................... 42
Tabel 5.6 Gambaran Sikap Responden Tentang Kanker Serviks ....................... 43
Tabel 5.7 Gambaran Faktor Determinan Untuk Melakukan Deteksi Dini Kanker
Serviks ................................................................................................................ 43
Tabel 5.8 Distribusi Silang Faktor Determinan Untuk Melakukan Deteksi Dini
Kanker Serviks Pada Responden Yang Mendapatkan Vaksinasi HPV di Pemkab
Badung ............................................................................................................... 46
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Modifikasi dari Teori Preced-Proceed & Teori
H.B.M ......................................................................................................................... 23
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor.
Halaman
1
Jadwal Penelitian..………………………………………………….71
2
Dokumentasi………………………………………………………..72
3
Kuesioner…………………………………………………………...74
4
Analisis Stata……………………………………………………….81
5
Surat Ijin Rekomendasi Penelitian…………………………………96
xii
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN
Daftar Arti Lambang
%
: Persentase
‰
: Perseribu
<
: Kurang dari
˃
: Lebih dari
≤
: Kurang dari sama dengan
≥
: Lebih dari sama dengan
=
: Sama dengan
α
: Sampai dengan
: Lambang alpa
Daftar Singkatan
CDC
: Center of Disease Control
CI
: Confident Interval
Depkes RI
: Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Dinkes
: Dinas Kesehatan
HPV
: Human Papilloma Virus
IVA
: Inspeksi Visual Asam Asetat
Kemenkes RI
: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Mawas
: Mangunpura Woman Service
PNS
: Pegawai Negeri Sipil
WHO
: World Health Organization
WUS
: Wanita Usia Subur
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Penyakit kanker adalah salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia, dimana
pada tahun 2012 sebesar 8,2 juta kasus kematian disebabkan oleh kanker (Kemenkes RI,
2015). Kanker disebabkan oleh terjadinya pertumbuhan abnormal pada sel-sel tubuh yang
bersifat ganas yang menyebar keseluruh tubuh dan menyebabkan kematian pada
penderitanya (Depkes RI, 2009). Kanker serviks adalah salah satu penyebab kematian
tertinggi kedua pada wanita setelah kanker payudara. Kanker serviks merupakan salah
satu jenis penyakit tidak menular yang bersifat kronik yang sebagian besar kasusnya
disebabkan oleh Human Papilloma Virus (HPV). Lebih dari 100 tipe HPV yang telah
diidentifikasi, secara klinis dibedakan menjadi dua kelompok yaitu kelompok virus yang
memiliki risiko tinggi dan risiko rendah untuk terjadinya kanker serviks (Mahendra,
2012).
Untuk seseorang yang terinfeksi HPV yang tergolong dalam katagori risiko rendah,
antara lain adalah tipe 6, 11, 40, 42, 43, 44, dan 45 dapat memiliki peluang untuk sembuh
tanpa perlu melakukan tindakan medis. Hal ini dikarenakan bekerjanya sistem imun
didalam tubuh yang dapat melawan Human Papilloma Virus (HPV). Untuk Human
Papilloma Virus (HPV) yang memiliki risiko tinggi untuk kejadian kanker serviks adalah
tipe 16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52, dan 58. Tipe-tipe HPV tersebut dapat meningkatkan
risiko untuk terkena kanker serviks, vulva, dan vagina pada wanita, kanker penis pada
pria, kanker anal dan kanker mulut pada pria maupun wanita. Dari 10 jenis HPV dengan
1
2
katagori risiko tinggi terdapat dua jenis HPV yang berperan sebesar 95% terhadap
kejadian kanker serviks di seluruh dunia yaitu tipe 16 dan 18 (Savitri, 2015 : 107).
Kejadian kanker serviks biasanya terjadi pada wanita dengan usia 35-55 tahun, akan
tetapi kasus tertinggi biasanya terjadi pada wanita dengan usia di atas 40 tahun (Manan,
2011: 67). Berdasarkan data WHO, insiden kanker serviks pada tahun 2012 di perkirakan
terjadi sebanyak 528.000 kasus yang terjadi di seluruh dunia dan sebesar 90% dari kasus
tersebut diperkirakan terjadi pada negara-negara berkembang. Kematian akibat kanker
serviks diprediksi akan meningkat sebesar 25% selama 10 tahun mendatang (WHO,
2015). Kejadian kanker serviks di Indonesia merupakan penyebab kematian dengan angka
prevalensi tertinggi pada wanita yang sebagian besar di tularkan melalui hubungan seksual
dan kejadian kanker serviks sebagaian besar ditemui pada stadium lanjut (Kemenkes RI,
2013).
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar Kemenkes RI 2013, kejadian kanker
serviks yang telah didiagnosis oleh dokter sebesar 0,8 ‰ dengan estimasi jumlah kanker
serviks sebanyak 98.692 kasus. Sedangkan untuk kejadian kanker serviks di Provinsi Bali
yang telah terdiagnosis oleh dokter sebesar 0,7‰ dengan estimasi jumlah kanker serviks
sebanyak 1.438 kasus (Kemenkes RI, 2015). Berdasarkan data Dinas Kesehatan
Kabupaten Badung tahun 2014 angka insiden kanker serviks mencapai 3 per 100.000
penduduk (Dinkes Badung, 2015). Tingginya kejadian kanker serviks saat ini tidak hanya
menjadi masalah pada dunia kesehatan tetapi juga berdampak pada masalah sosial,
ekonomi, pembanguanan dan juga berimplikasi pada hak asasi manusia (YKI, 2014).
3
Beberapa faktor penyebab terjadinya kanker serviks adalah usia pertama kali saat
berhubungan seksual, usia saat kehamilan pertama, jumlah pasangan seksual, jumlah
kehamilan, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi, paparan asap rokok dan kurangnya
deteksi dini yang tepat (Rasjidi, 2009:100). Pemberian vaksinasi HPV merupakan salah
satu cara yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kanker serviks. Vaksin HPV
yang tersedia saat ini dapat memproteksi terhadap virus HPV tipe 16 dan 18 dengan
efektivitas vaksin sebesar 70%. Pemberian vaksinasi HPV lebih efektif diberikan pada
wanita dengan usia 9-26 tahun dan belum pernah melakukan hubungan seksual (Radji,
2009). Penelitian lain menyatakan bahwa pemberian vaksin HPV sebaiknya diberikan
pada anak yang belum mengalami masa pubertas hal ini dikarenakan pemberian vaksin
pada usia tersebut akan meningkatkan kekebalan tubuh dibandingkan dengan pemberian
vaksin setelah masa pubertas (Rasjidi & Henri, 2007:).
Sedangkan berdasarkan laporan CDC, pada wanita usia subur yang telah
mendapatkan vaksin HPV dan telah berhubungan seksual secara aktif sebaiknya tetap
melakukan deteksi dini kanker serviks, karena vaksin HPV yang diberikan pada wanita
dengan usia >26 tahun hanya dapat memproteksi sebesar 30% dan di Amerika vaksin HPV
tidak di rekomendasikan untuk diberikan pada wanita dengan usia >26 tahun (CDC,
2010). Pelaksanaan deteksi dini untuk kanker serviks yang populer dilaksanakan adalah
melalui metode Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) dan Pap Smear. Pemeriksaan deteksi
dini dengan metode IVA dilakukan dengan mata telanjang dan menggunakan bantuan
asam asetat atau cuka yang diencerkan. Sedangkan metode pap smear adalah pemeriksaan
sitologi dari asupan sel-sel yang diambil dari leher lahim (Depkes RI, 2009).
4
Di Bali khusunya di Kabupaten Badung merupakan satu-satunya kabupaten yang
yang memiliki program yang bernama “Mangupura Women Service” yang bertujuan
untuk mengurangi angka kejadian kanker pada wanita yang dimana salah satunya adalah
kanker serviks. Program yang di gagas oleh pemerintah Kabupaten Badung juga
merupakan suatu bentuk dukungan untuk mewujudkan upaya pemerintah Provinsi dalam
mencapai “Bali Bebas Kanker Serviks 2020”. Salah satu cara yang dilaksanakan oleh
pemerintah Kabupaten Badung untuk mengurangi angka kejadian kanker serviks adalah
dengan memberikan vaksinasi HPV secara gratis yang dimulai pada tahun 2012 untuk
siswa di SMA negeri dan pada tahun 2014 pertama kali diberikan untuk pegawai negeri
sipil (PNS) serta pada pegawai kontrak yang berada di lingkungan pemerintahan
Kabupaten Badung. Sampai tahun 2014 terdapat 4.963 siswa yang telah menerima
vaksinasi HPV secara gratis dan sebanyak 1.144 pada PNS serta pegawai kontrak.
Namun berdasarkan laporan CDC yang telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya
bahwa pemberian vaksinasi HPV pada wanita yang telah melakukan hubungan seksual
secara aktif memiliki efektifitas yang lebih rendah jika dibandingkan dengan wanita yang
belum melakukan hubungan seksual. Selain itu vaksinasi HPV hanya dapat bertahan pada
tubuh seseorang yang belum pernah terinfeksi virus HPV selama 4,5 tahun (Astrid Savitri
dkk, 2015 : 215). Oleh karena itu pelaksanaan deteksi dini harus tetap dilakukan pada
wanita yang telah aktif secara seksual walaupun telah mendapatkan vaksinasi HPV.
Berdasarkan data profil kesehatan Provinsi Bali tahun 2014 target cakupan deteksi
dini dengan metode inspeksi visual asam asetat (IVA) adalah sebesar 1,28% sedangkan
Kabupaten Badung merupakan salah satu Kabupaten yang memiliki cakupan deteksi dini
5
terendah yaitu sebesar 0,41%. Sedangkan berdasarkan data dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Badung pada tahun 2014 jumlah wanita usia subur yang melakukan deteksi
dini dengan metode IVA hanya sebesar 592 orang dengan 57 orang dinyatakan positif,
dan jumlah wanita usia subur yang melakukan deteksi dini dengan metode pap smear
sebesar 161 orang dengan 22 orang dinyatakan positif.
Berdasarkan teori Health Belief Model yang dikembangkan oleh Becker (1974)
menyebutkan bahwa rendahnya ataupun tingginya perilaku penerimaan individu terhadap
usaha-usaha pencegahan penyakit disebabkan oleh empat variabel utama diantaranya
adalah kerentanan yang dirasakan terhadap suatu penyakit, keseriusan yang dirasakan,
manfaat yang diterima dan rintangan yang dialami dalam tindakannya untuk melawan
penyakitnya maupun hal-hal yang memotivasi tindakan tersebut. Keempat variabel
tersebut juga dihubungani oleh variabel struktural yang mencakup pengetahuan dan sikap
dari masing-masing individu (Notoatmojo, 2014 : 115-116) . Sebelumnya telah dilakukan
penelitian oleh Sri Dewi (2013) yang menyatakan tingkat pengetahuan dan sikap WUS
memiliki hubungan yang positif dengan perilaku deteksi dini WUS melalui metode IVA
di Puskesmas Buleleng I dengan hasil pengetahuan (p = 0,007) dan sikap (p = 0,014).
Namun penelitian tentang faktor determinan deteksi dini kanker serviks pada WUS yang
telah mendapatkan vaksinasi HPV belum pernah dilakukan. Berdasarkan hal tersebut
maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengetahui faktor determinan perilaku
deteksi dini kanker serviks pada pegawai yang mendapatkan vaksinasi HPV di lingkungan
Pemkab Badung.
6
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat diketahui bahwa pemberian vaksinasi HPV
pada wanita yang berusia lebih dari 26 tahun dan telah berhubungan seksual hanya mampu
memproteksi terhadap virus kanker serviks sebesar 30%. Sedangkan di Amerika Serikat
sendiri vaksin HPV ini tidak direkomendasikan untuk diberikan kepada wanita yang
berusia diatas 26 tahun dan lebih disarankan untuk melakukan deteksi dini kanker serviks.
Sedangkan di Provinsi Bali yaitu Kabupaten Badung merupakan salah satu Kabupaten
yang memiliki program pemberian vaksinasi HPV kepada seluruh pegawai di Pemkab
Badung dan juga Kabupaten yang memiliki cakupan deteksi dini terendah dengan
persentase hanya sebesar 0,41% dengan target yang ditetapkan yaitu sebesar 1,28%. Oleh
karena itu maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengetahui faktor
determinan perilaku deteksi dini kanker serviks pada pegawai yang mendapatkan
vaksinasi HPV di lingkungan Pemkab Badung.
1.3
Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas adapun pertanyaan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut : faktor determinan apasajakah yang mempengaruhi perilaku deteksi dini
kanker serviks pada pegawai yang telah mendapatkan vaksinasi HPV di Pemkab Badung.
1.4
1.4.1
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor determinan
yang mempengaruhi perilaku untuk melakukan deteksi dini kanker serviks pada pegawai
yang telah mendapatkan vaksinasi HPV di Pemkab Badung.
7
1.4.2
Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan pegawai yang mendapatkan
vaksinasi HPV di lingkungan Pemkab Badung untuk melakukan deteksi dini
kanker serviks.
2. Untuk mengetahui hubungan sikap pegawai yang mendapatkan vaksinasi HPV di
lingkungan Pemkab Badung untuk melakukan deteksi dini kanker serviks.
3. Untuk mengetahui apakah dukungan keluarga berhubungan terhadap perilaku
pegawai yang mendapatkan vaksinasi HPV di lingkungan Pemkab Badung untuk
melakukan deteksi dini kanker serviks.
4. Untuk mengetahui apakah dukungan teman kerja berhubungan terhadap perilaku
pegawai yang mendapatkan vaksinasi HPV di lingkungan Pemkab Badung untuk
melakukan deteksi dini kanker serviks.
5. Untuk mengetahui apakah adanya faktor risiko untuk menderita kanker serviks
berhubungan terhadap perilaku pegawai yang mendapatkan vaksinasi HPV di
lingkungan Pemkab Badung untuk melakukan deteksi dini kanker serviks.
6. Untuk mengetahui apakah adanya gejala untuk menderita kanker serviks
berhubungan terhadap perilaku pegawai yang mendapatkan vaksinasi HPV di
lingkungan Pemkab Badung untuk melakukan deteksi dini kanker serviks.
7. Untuk mengetahui apakah adanya persepsi untuk dapat menderita kanker serviks
berhubungan terhadap perilaku pegawai yang mendapatkan vaksinasi HPV di
lingkungan Pemkab Badung untuk melakukan deteksi dini kanker serviks.
8
1.5
1.5.1
Manfaat Penelitian
Manfaat Praktis
1. Sebagai masukan bagi pemerintah Kabupaten Badung khususnya Dinas Kesehatan
Kabupaten Badung dalam membuat kebijakan untuk upaya menurunkan angka
kejadian kanker serviks.
2. Sebagai informasi bagi masyarakat luas tentang kanker serviks dan pentingnya
melaksanakan deteksi dini kanker serviks.
3. Bagi penulis adalah untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam
penerapan ilmu yang diperoleh khususnya mengenai faktor determinan yang
menghubungkan perilaku untuk melakukan deteksi dini kanker serviks pada
pegawai yang telah mendapatkan vaksinasi HPV di Pemkab Badung.
1.5.2
Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis adalah hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam
memberikan sumbangan serta mengembangkan khasanah keilmuan dengan memperkuat
teori-teori yang telah ada khususnya mengenai faktor determinan yang menghubungkan
perilaku untuk melakukan deteksi dini kanker serviks pada pegawai yang telah
mendapatkan vaksinasi HPV di Pemkab Badung.
1.6
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dari penelitian ini adalah penelitian epidemiologi penyakit tidak
menular mengenai faktor determinan yang menghubungkan perilaku deteksi dini kanker
serviks pada Pegawai yang mendapatkan vaksinasi HPV di lingkungan pemerintahan
Kabupaten Badung
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Kanker Serviks
Kanker serviks atau kanker leher rahim dikenal dengan nama latin Carcinoma
Cervicis Uteri yang merupakan tumor ganas yang sebagian besar terjadi pada wanita
dengan usia 35-50 tahun. Berdasarkan data International Agency for Research on Cancer
(IARC) dimana sebesar 85% kasus kanker yang terjadi di dunia atau sekitar 493.000 kasus
dengan jumlah kematian sebesar 273.000 kasus terjadi di negara berkembang yang dimana
salah satu dari negara berkembang tersebut adalah Indonesia. Angka kematian akibat
kanker serviks yang terjadi di Indonesia tergolong tinggi. Hal ini disebabkan karena
keterlambatan dari diagnosa (Savitri A, 2015 : 97).
Besarnya angka insiden untuk kejadian kanker serviks di Indonesia pada tahun 2012
berdasarkan data GLOBOCAN adalah sebesar 14% dan jumlah kematian sebesar 6%.
Sedangkan berdasarkan laporan dari instalasi deteksi dini dan promosi kesehatan RS
Kanker Dharmais pada tahun 2010 – 2013 kanker serviks merupakan salah satu dari tiga
jenis kanker dengan jumlah kasus yang terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2010
tercatat jumlah insiden kanker serviks yang terjadi di RS Kanker Dharmais adalah sebesar
296 kasus dan di tahun 2013 sebesar 356 kasus. Sedangkan untuk jumlah kematian pada
tahun 2010 sebesar 36 kasus dan di tahun 2013 sebesar 65 kasus (Kemenkes RI, 2015).
Proses terjadinya kanker serviks terjadi secara bertahap dan memerlukan waktu yang
9
10
cukup panjang, yang di awali dengan terjadinya mutasi pada sel yang berkembang
menjadi sel displastik yang menyebabkan kelainan pada sel-sel di permukaan serviks yang
disebut dengan lesi skuamosa intraepitel (El Manan, 2011 : 67).
2.2
Vaksinasi HPV
Vaksin HPV adalah vaksin yang diciptakan untuk menurunkan angka kejadian
kanker di dunia dan merupakan vaksin kedua yang berhasil diaplikasikan setelah vaksin
hepatitis B (HBV). Vaksin HPV yang tersedia saat ini terdiri dari dua jenis vaksin, yang
pertama adalah vaksin kanker profilaksi (cancer prophylactic vaccines), vaksin ini
bermanfaat untuk meningkatkan imunitas tubuh agar terlindung dari HPV. Kedua, adalah
vaksin kanker terapeutik (cancer therapeutic vaccines) yang digunakan untuk
menstimulus kekebalan tubuh seluler agar sel yang terinfeksi HPV dapat dihilangkan
(Savitri A, 2015 : 211).
Vaksin kanker bekerja dengan cara mengaktifkan sel B yang memproduksi antibodi
yang dapat mengenali dan mencegah terjadinya infeksi. Sampai pada saat ini penggunaan
vaksin untuk mencegah terjadinya infeksi HPV di dunia terdapat dua jenis vaksin yaitu
vaksin Gradasil dan Cervarix. Vaksin kanker Gradasil adalah vaksin kanker untuk
mencegah infeksi HPV tipe 16 dan 18 yang merupakan penyebab utama dari terjadinya
kanker serviks di seluruh dunia. Selain itu vaksin Gradasil juga dapat mencegah infeksi
tipe 6 dan 11 yang merupakan penyebab dari kutil kelamin. Pemberian vaksin Gradasil
dianjurkan untuk diberikan pada wanita yang berusia antara 9 – 12 tahun, karena efek dari
vaksin akan lebih optimal jika diberikan pada wanita yang belum melakukan hubungan
11
seksual. Walaupun demikian vaksin Gradasil juga dapat diberikan pada wanita dengan
usia 9 – 26 tahun (Savitri A, 2015 : 214).
Vaksin kanker yang kedua adalah Cevarix yang merupakan vaksin bivalent, yang
terdiri dari virus-like particles (VLPs) HPV tipe 16 dan 18, oleh karena itu vaksin ini
hanya mampu mencegah dari infeksi HPV tipe 16 dan 18. Selain itu vaksin ini juga
mampu mencegah infeksi kronis lainnya sperti kanker anus, penis, dan orofaring. Efikasi
dari vaksin Cevarix dapat mencapai 90% dan mampu bertahan pada tubuh selama 4,5
tahun. Cara pemberian vaksin Gradasil maupun Cervarik sama-sama dilakukan secara
intra muscular dengan pemberian sebanyak tiga kali dalam waktu enam bulan dengan
dosis sebesar 0,5 ml. Dosis pertama diberikan pada awal bulan ke- 0, dosis kedua pada
bulan kedua, dan dosis ketiga pada bulan keenam (Savitri A, 2015 : 215).
2.3
Deteksi Dini Kanker Serviks
Pencegahan terhadap kanker serviks dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah
satunya adalah dengan melakukan deteksi dini terhadap kanker serviks. Deteksi dini
adalah suatu cara untuk mendeteksi keberadaan HPV dan kanker serviks di stadium awal.
Beberapa deteksi dini yang dapat dilakukan untuk mengetahui keberadaan kanker serviks
adalah Pap Smear, Inpeksi Visual Asam Asetat (IVA), Pap Net, Servikografi, Kolposkopi,
Thin Prep Liquid Base Cytologi, tes HPV, Tes Liquid Base Cytology (LBC), Biopsi, dan
Konisasi. Dari 10 jenis motode deteksi dini yang tersedia di pelayanan kesehatan, terdapat
dua metode deteksi dini yang paling populer di masyarakat yaitu pap smear dan IVA
(Savitri A, 2015 : 235-236).
12
2.3.1
Pap Smear
Melakukan deteksi dini dengan metode pap smear mampu mendeteksi kasus kanker
serviks secara akurat hingga 90%. Terdapatnya metode pap smear mampu dalam
membantu menurunkan angka kejadian kanker serviks hingga 50%. Deteksi dini kanker
serviks disarankan untuk dilakukan oleh wanita yang telah aktif secara seksual dengan
usia telah mencapai 18 tahun. Pemeriksaan pap smear dapat dilakukan satu kali dalam
setahun, dan apabila pemeriksaan pap smear selama tiga tahun berturut-turut
menunjukkan hasil yang negatif. Maka pemeriksaan dapat dilakukan dalam rentang waktu
dua sampai tiga tahun sekali (Manan, 2011:69).
Menurut Papanicolau klasifikasi hasil tes dapat dibagi menjadi lima kelas adapun
klasifikasinya adalah sebagai berikut (Savitri A, 2015 : 242 - 243)
Tabel 2.1 Klasifikasi Hasil Tes Pap Smear
Kelas
Klasifikasi
Kelas 0
Kelas I
Tidak Terdeteksi.
Sel Normal.
Kelas II
Interpretasi
Melakukan tes ulang.
Tes pap smear dapat
diulang satu tahun setelah
tes terakhir.
Ditemukan sel atipik tetapi tidak ditemukan Menunjukan
adanya
keganasan.
infeksi ringan non spesifik,
yang dapat disertai:
- Kuman atau virus
tertentu.
- Sel dengan kariotik
ringan.
Diharapkan
untuk
melakukan tes pap smear
ulang 1 tahun setelah tes
terakhir.
Lakukan
pengobatan yang sesuai
dan apabila terjadi erosi
atau radang bernanah harus
13
Kelas III
Tanda pra
peradangan.
Kelas IV
Dicurigai kanker
Kelas V
Positif kanker
2.3.2
kanker
dengan
dilakukan
pemeriksaan
ulang 1 bulan setelah
pengobatan.
disertai Sel diagnostik sedang
dengan keradangan berat.
Pemeriksaan ulang dapat
dilakukan 1 bulan setelah
pengobatan.
Terdapatnya sel-sel yang
dicurigai ganas. Setelah
pemeriksaan diharapkan
dilanjutkan pemeriksaan
dengan metode biopsi dan
segera dilakuakan tes pap
smear
ulang
dengan
kreping lebih dalam dan
diambil pada tiga bagian.
Ditemukan sel-sel ganas
dan dilakukan pemeriksaan
lebih dalam.
IVA (Inpeksi Visual Asam Asetat)
Tes IVA (Inpeksi Visual Asam Asetat) adalah salah satu metode deteksi dini kanker
serviks dengan menggunakan larutan asam cuka (asam asetat 3-5%) dan larutan iosium
lugol. Larutan ini kemudian akan dioleskan pada serviks atau leher rahim dan akan melihat
perubahan warna yang terjadi. Perubahan warna dapat diamati sekitar 1-2 menit setelah
pengolesan dengan mata telanjang (Rasjidi, 2009:132).
Pemeriksaan IVA positif terinfeksi sel kanker adalah apabila ditemukannya area
berwarna putih serta permukaan meninggi dan memiliki batas yang tegas di sekitar zona
tranformasi (Savitri A, 2015 : 244). Zona transformasi abnormal adalah area berwarna
keputihan dengan bintik kemerahan pucat, lesi berbatas tegas dengan bentuk mosaic,
14
jaringan putih dengan batas tegas atau pembuluh darah atipic. Jika hasil pemeriksaan
abnormal, pasien direkomendasikan untuk melakukan tes biopsi (Rasjidi, 2009:136).
2.4
Perilaku Deteksi Dini Kanker Serviks
Perilaku merupakan suatu kegiatan ataupun tindakan yang dilakukan oleh makhluk
hidup yang dipengearuhi oleh faktor internal maupun faktor eksternal (Notoatmodjo, 2014
: 75). Sedangkan menurut Skiner perilaku kesehatan adalah respon seseorang terhadap
stimulus maupun objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit serta faktor-faktor
yang menghubungkan kejadian sehat-sakit tersebut (Notoatmodjo, 2014 : 23). Perilaku
kesehatan terbagi menjadi dua yaitu perilaku yang dapat diamati dan perilaku yang tidak
dapat diamati dan pemeliharaan kesehatan mencegah maupun melindunggi diri dari
penyakit ataupun masalah kesehatan lainnya. Oleh karena itu perilaku kesehatan secara
garis besar terbagi menjadi dua kelompok, yaitu (Notoatmodjo, 2014 : 24):
a. Perilaku orang yang sehat agar tetap sehat dan meningkat. Perilaku ini disebut
dengan perilaku sehat atau healthy behavior yang mencakup perilaku
pencegahan atau menghindari diri dari sumber-sumber penyakit.
b. Perilaku orang yang sakit untuk memperoleh penyembuhan atau jalan keluar
dari masalah kesehatan yang dialaminya. Perilaku seperti ini disebut dengan
perilaku pencarian pelayanan kesehatan. Tempat pencarian kesembuhan ini
adalah fasilitas layanan kesehatan baik tradisional maupun modern.
Salah satu perilaku kesehatan adalah perilaku deteksi dini kanker serviks. Perilaku
deteksi dini kanker serviks merupakan suatu tindakan atau respon yang dilakukan oleh
15
individu untuk melakukan pemeriksaan atau skrining yang bertujuan untuk mengetahui
apakah terdapat perubahan yang abnormal pada sel serviks (Dalimartha dalam Nungky
Marcellia, 2013). Perilaku deteksi dini tergolong dalam perilaku orang sehat agar tetap
sehat dan meningkat. Masih rendahnya kesadaran, pengertian, dan pengetahuan
masyarakat tentang deteksi dini ataupun pencegahan dan penyembuhan penyakit
menyebabkan masih banyak masyarakat yang memiliki perilaku yang tidak sehat (Depkes
RI, 2010).
Oleh karena itu maka munculah teori yang menjelaskan perilaku pencegahan
penyakit (preventive health behavior) yang oleh Braker (1974) dikembangkan kembali
dengan teori Lewin (1954) menjadi model kepercayaan kesehatan (Health Belive Model)
Berdasarkan teori Health Belief Model. Pada teori ini menjelaskan bahwa perilaku
seseorang ditentukan oleh motif dan kepercayaannya. Pada teori ini terdapat empat unsur
utama yang menghubungkan perilaku kesehatan seseorang, adapun keempat unsur
tersebut adalah sebagai berikut (Notoatmojo, 2014 : 115-116).
1. Kerentanan yang dirasakan (Perceived susceptibility)
Perilaku seseorang untuk mengobati ataupun mencegah penyakitnya biasanya
dihubungkan terlebih dahulu oleh kerentanan terhadap penyakit tersebut.
Dengan kata lain tindakan seseorang akan timbul apabila seseorang tersebut
ataupun keluarganya telah merasakan rentan terhadap penyakit tersebut.
16
2. Keseriusan yang dirasakan (Perceived seriousness)
Tindakan seseorang untuk mencari pengobatan dan pencegahan terhadap suatu
penyakit dapat dihubungkan oleh keseriusan yang dirasakan dari penyakit
tersebut. Sebagai contoh apabila seseorang merasa bahwa penyakit kanker
serviks merupakan penyakit yang bersifat serius dan mengancam kesehatannya
maka seseorang akan melakukan tindakan pencegahan terhadap penyakit
tersebut.
3. Manfaat dan rintangan – rintangan yang di rasakan (Perceived benefit and
barrier)
Tindakan seseorang untuk melakukan pencegahan maupun pengobatan
terhadap suatu penyakit juga dihubungkan oleh besarnya manfaat yang dapat
dirasakan dan juga hambatan ataupun rintangan-rintangan yang dapat ditemui
saat mengambil tindakan tersebut. Pada umumnya manfaat tindakan akan lebih
menentukan dibandingkan dengan rintangan-rintangan yang ditemui didalam
melakukan tindakan tersebut.
4. Isyarat untuk bertindak (Cues to action)
Untuk mendapatkan tingkat penerimaan yang benar tentang kerentanan,
kegawatan dan keuntungan tindakan, maka diperlukan isyarat-isyarat yang
berupa faktor pencetus yang dapat datang dari dalam diri individu (munculnya
gejala-gejala penyakit dari dalam diri individu) dan dari luar (nasehat keluarga,
teman, atapun kampanye kesehatan).
17
2.5
Variabel Yang Diasumsikan Berhubungan Dengan Perilaku Deteksi Dini
Kanker Serviks
2.5.1
Pengetahuan
Perilaku manusia tentang kesehatan sangat dihubungkan oleh tingkat pengetahuan
yang dimiliki. Pengetahuan adalah hasil tahu manusia terhadap suatu objek melalui indera
yang dimiliki. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui indera pendengaran
(telinga), dan indera pengelihatan (mata). Dari beberapa penelitian yang dilakukan
menyatakan bahwa perilaku yang didasari atas pengetahuan akan bersifat lebih langgeng
dibandingkan dengan perilaku yang tidak didasari atas pengetahuan (Notoatmodjo, 2014
: 27). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Shinta Lutfiana Sari (2010)
tentang hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku pencegahan dini kanker serviks di
Klinik Seroja Kediri menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat
pengetahuan dengan perilaku pencegahan dini kanker serviks pada pasien di klinik seroja
Kota Kediri dengan nilai signifikan α = 0,05 dan nilai p value = 0,008.
2.5.2
Sikap
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Newcomb, salah seorang ahli
psikologi sosial berpendapat bahwa sikap adalah kesiapan ataupun kesediaan untuk
bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap juga dapat diartikan
sebagai respon tertutup seseorang terhadap suatu stimulus ataupun objek tertentu yang
telah melibatkan faktor pendapat dan emosi. Jadi sikap bukan merupakan suatu tindakan
akan tetapi hanya merupakan predisposisi perilaku atau reaksi tertutup (Notoatmodjo,
2014 : 29). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dewi, dkk (2013) menyatakan
bahwa WUS yang memiliki sikap yang baik, memiliki kemungkinan untuk melakukan
18
deteksi dini kanker serviks lebih besar jika dibandingkan dengan WUS yang memiliki
sikap yang kurang. Hal ini diperkuat dengan diperolehnya hasil penelitian dengan nilai (p
= 0,014 ; OR = 28,769 ; CI 95 % = 1,993-415,381). Berbeda halnya dengan penelitian
yang dilakukan oleh Sumastri, dkk (2013) yang memperoleh hasil bahwa tidak ada
hubungan yang bermakna antara sikap ibu dengan perilaku deteksi dini dengan p value =
1,000 > α 0,05.
2.5.3
Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga adalah suatu proses yang terjadi sepanjang kehidupan seseorang
dimana bentuk maupun sifat dukungan yang diberikan oleh keluarga berbeda-beda pada
setiap siklus kehidupan seseorang. Namun dalam semua tahapan siklus kehidupan,
dukungan keluarga mampu untuk membantu meningkatkan kesehatan dan adaptasi
seseorang (Friedman, 2008 dalam Kartini, dkk, 2013). Sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh Dewi (2014) menunjukan bahwa dukungan keluarga tidak memiliki
hubungan secara signifikan terhadap penerimaan program vaksinasi kanker serviks (nilai
p > 0.005). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ningrum (2015) menyatakan,
rendahnya motivasi responden untuk melakukan deteksi dini disebabkan oleh faktor
ekternal yaitu dukungan keluarga yang tergolong rendah.
2.5.4
Dukungan Teman
Dukungan sosial merupakan salah satu hal yang dapat dilakukan dengan
memberikan kenyamanan, kepedulian, penghargaan, serta bantuan yang dapat diterima
oleh seseorang dari orang lain maupun kelompok organisasi (Sarafino, 2008 dalam Sofy
Ariany Hansa, 2014). Salah satu sumber dukungan sosial adalah sahabat atau teman yang
19
dapat memberikan dukungan dalam bentuk sumber informasi maupun dukungan
emosional. Berdasarkan beberapa teori menyatakan bahwa dukungan sosial baik yang
bersumber dari keluarga maupun orang yang dianggap penting seperti tokoh masyarakat
maupun teman dan sahabat dapat menghubungkan perilaku seseorang. Namun penelitian
yang dilaksanakan oleh Sulistyoningrum (2013) tentang hubungan dukungan sosial dan
akses terhadap informasi dengan perilaku sehat reproduksi remaja menyatakan bahwa
tidak ada hubungan dukungan teman sebaya terhadap perilaku sehat reproduksi siswa slow
leaner. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fatayati Aminatul (2015) yang
menyatakan bahwa tidak adanya hubungan yang signifikan antara dukungan sahabat dekat
dengan perilaku SADARI di wilayah kerja Puskesmas Manyaran Kabupaten Wonogiri
dengan (OR = 0,68; P = 0,01).
2.5.5
Faktor Risiko Untuk Menderita Kanker Serviks
Berdasarkan teori yang dikembangkan oleh Breker salah satu faktor yang
menghubungkan perilaku kesehatan seseorang untuk melakukan pengobatan maupun
pencegahan terhadap suatu penyakit adalah isyarat untuk bertindak yang muncul dari
dalam maupun dari luar tubuh responden. Salah satu isyarat yang dapat muncul dari luar
tubuh responden adalah adanya faktor risiko dari perilaku individu untuk menderita
kanker serviks. Adapun beberapa hal yang dapat meningkatkan faktor risiko untuk
menderita kanker serviks adalah (Savitri A dkk, 2015 : 123-125):
1. Melakukan hubungan seksual sebelum usia 20 tahun.
Melakukan hubungan seksual sebelum usia 20 tahun menjadi faktor risiko
dikarenakan pada usia tersebut organ reproduksi wanita belum memiliki tingkat
20
kematangan yang sempurna. Risiko untuk menderita kanker serviks juga akan
meningkat 2 kali lipat jika wanita dengan usia dibawah 20 tahun mengalami
kehamilan dibandingkan dengan wanita yang hamil dengan usia 25 tahun atau
lebih.
2. Riwayat Keluarga Menderita Kanker Serviks
Terdapatnya riwayat keluarga yang pernah menderita kanker serviks (ibu atau
saudara perempuan) dapat meningkatkan risiko seseorang 2-3 lebih besar untuk
menderita kanker serviks dibandingkan dengan seseorang yang tidak memiliki
riwayat keluarga menderita kanker serviks. Hal ini disebabkan kurang
mampunya imunitas tubuh dalam melawan virus HPV yang diturunkan secara
genetik (Handayani, 2012 : 9).
3. Berganti-ganti pasangan seksual
Seseorang yang memiliki jumlah pasangan seksual lebih dari enam akan
meningkatkan risiko untuk menderita kanker serviks 10 kali lipat lebih tinggi
dibandingkan dengan seseorang yang setia dengan satu pasangan. Penularan
virus HPV tidak hanya disebabkan oleh wanita yang suka untuk berganti-ganti
pasangan seksual, akan tetapi dapat disebabkan oleh pria yang melakukan
hubungan seksual dengan beberapa wanita. Jadi pria dapat berisiko tinggi
sebagai vektor dari agen yang dapat menimbulkan infeksi.
4. Paritas yang tinggi
Beberapa alhi berpendapat bahwa paritas atau jumlah kelahiran yang tinggi akan
meningkatkan risiko wanita untuk menderita kanker serviks. Hal ini diakibatkan
ketika terjadinya kelahiran yang terus menerus maka akan menimbulkan trauma
21
pada serviks. Selain itu perubahan hormonal pada wanita yang mengalami
kehamilan ketiga akan mempermudah terjadinya infeksi HPV dan pertumbuhan
sel kanker.
5. Penggunaan kontrasepsi hormonal
Penggunaan alat kontrasepsi oral dalam jangka waktu lama dapat meningkatkan
risiko untuk menderita kanker serviks 1,53 kali lebih tinggi dibandingkan
dengan wanita yang tidak menggunakan alat kontrasepsi hormonal.
6. Merokok
Perilaku merokok merupakan salah satu faktor risiko untuk menderita kanker
serviks. Pernyataan ini dilatar belakangi oleh beberapa penelitian yang
menyatakan bahwa lendir pada wanita perokok mengandung nikotin dan zat-zat
lainnya yang terdapat dalam kandungan rokok. Adanya nikotin dan zat-zat
tersebut dapat merusak daya tahan serviks secara optimal.
Pernyataan tentang beberapa faktor risiko kanker serviks diatas juga sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Hestuningtyas (2015) yang mendapatkan hasil bahwa
terdapat hubungan antara jumlah paritas dengan kejadian kanker serviks dengan (p =
0,004 ; OR= 4,9). Sedangkan penelitian lain menyatakan bahwa paparan asap rokok dapat
meningkatkan risiko lesi prakanker serviks. Penelitian ini dilakukan oleh Novya Dewi
(2012) dengan hasil (p = 0,0001 ; OR = 4,75 ; 95% CI = 2,19-10,33). Namun, penulis
belum mendapatkan penelitian yang menghubungkan dengan adanya faktor risiko
menderita kanker serviks dengan perilaku deteksi dini kanker serviks.
22
2.5.6
Gejala Untuk Menderita Kanker Serviks
Perilaku untuk melakukan deteksi dini kanker serviks dapat dipengaruhi oleh dua
faktor, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu (internal) dan berasal dari faktor
luar (ekternal). Salah satu faktor internal yang dapat menghubungkan perilaku individu
untuk melakukan deteksi dini kanker serviks adalah timbulnya gejala untuk menderita
kanker serviks. Adapun gejala dari kanker serviks adalah keputihan tidak normal,
pendarahan tidak normal, dan mengalami rasa sakit yang aneh pada organ reproduksi
(Savitri, 2015 : 199-121). Namun, beberapa penelitian yang berhubungan dengan perilaku
deteksi dini kanker serviks belum terdapat yang menghubungkan adanya gejala kanker
serviks dengan perilaku untuk melakukan deteksi dini.
2.5.7
Persepsi Tentang Risiko Untuk Menderita Kanker Serviks
Persepsi tentang risiko untuk terkena penyakit kanker serviks adalah pandangan
ataupun kepercayaan individu, bahwa dirinya memiliki risiko untuk dapat menderita
kanker serviks. Individu yang memiliki persepsi bahwa dirinya memiliki risiko untuk
dapat menderita kanker serviks akan melakukan tindakan pencegahan dengan
melaksanakan deteksi dini kanker serviks.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nurcholis Arif B
FAKTOR DETERMINAN PERILAKU DETEKSI DINI KANKER
SERVIKS PADA PEGAWAI YANG MENDAPATKAN
VAKSINASI HPV DI PEMKAB BADUNG
MADE INTAN KUSUMA DEWI
NIM: 1220025011
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2016
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah dipresentasikan dan diuji dihadapan
Tim Penguji Skripsi
Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Denpasar, 09 Juni 2016
Tim Penguji Skripsi
Ketua (Penguji I)
(Made Pasek Kardiwinata, S.KM., M.Kes)
NIP. 19770101 200501 1 001
Anggota (Penguji II)
(dr. I Wayan Gede Artawan Eka Putra, M. Epid )
NIP. 19810404 200604 1 005
i
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah dipresentasikan dan diuji dihadapan
Tim Penguji Skripsi
Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Denpasar, 09 Juni 2016
Pembimbing
(Ni Luh Putu Suariyani, S.KM, MHlth&IntDev)
NIP. 19800113 200501 2 005
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan
Yang Maha Esa), karena berkat rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Faktor Determinan Perilaku Deteksi Dini Kanker Serviks Pada
Pegawai Yang Telah Mendapatkan Vaksinasi HPV Di Pemkab Badung” sebagai
salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada Program Studi Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, maka dari itu
pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Bapak dr. Made Ady Wirawan, MPH, PhD, selaku Ketua Program
Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana.
2. Ibu Ni Luh Putu Suaryani, S. KM, MHlth&IntDev selaku pembimbing
skripsi yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan
selama penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Made Pasek Kardiwinata, S.KM. M.Kes dan Bapak dr. I Wayan
Gede Artawan Eka Putra, M.Epid selaku penguji yang telah membantu
dalam memberikan masukan dan saran dalam skripsi ini.
4. Seluruh dosen, staf dan pegawai PSKM FK UNUD yang telah
memberikan dukungan dan kerjasama selama penyusunan skripsi ini.
5. Bapak dr. I Gede Putra Suteja selaku Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten Badung yang telah memberikan ijin bagi penulis untuk
mendapatkan data dalam penyusunan skripsi ini.
6. Seluruh staf P2PL Dinas Kesehatan Kabupaten Badung yang telah
membantu penulis dalam pengumpulan data skripsi.
7. Seluruh responden yang telah bersedia meluangkan waktu untuk
diwawancarai.
iii
8. Bapak Drs. I Gede Dana, Ibu Rai Muryani, Putu Dian Andryani dan
Nyoman Andika Suputra selaku keluarga penulis yang tidak hentihentinya memberikan dukungan baik moril maupun materiil.
Terimakasih juga kepada sahabat penulis Artika Dewi Amri, Ni Ketut
Swandewi, Sharryl Alicia Kainde dan A.A Ratna Maadnyani Dewi
yang telah setia menemani dan membantu selama penyusunan skripsi
ini.
9. Sahabat dan teman-teman penulis di PSKM FK UNUD yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah bersedia memberikan
bantuan kritik, saran, dan dukungannya selama penyusunan proposal
penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu segala
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan dari pembaca dalam
rangka penyempurnaan lebih lanjut. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pembaca khususnya.
Denpasar, Mei 2016
Penulis
iv
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
PEMINATAN EPIDEMIOLOGI
Skripsi Mei 2016
Made Intan Kusuma Dewi
Faktor Determinan Perilaku Deteksi Dini Kanker Serviks Pada Pegawai Yang
Mendapatkan Vaksinasi HPV di Pemkab Badung
ABSTRAK
Kanker serviks adalah salah satu penyebab kematian tertinggi kedua pada wanita
setelah kanker payudara. Berdasarkan data WHO, insiden kanker serviks pada tahun
2012 di perkirakan terjadi sebanyak 528.000 kasus yang terjadi di seluruh dunia dan
sebesar 90% dari kasus tersebut diperkirakan terjadi pada negara-negara berkembang.
Pemberian vaksinasi HPV merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
mencegah terjadinya kanker serviks. Pemberian vaksinasi HPV lebih efektif diberikan
pada wanita dengan usia 9-26 tahun dan belum pernah melakukan hubungan seksual.
Berdasarkan laporan CDC, pada wanita usia subur yang telah mendapatkan vaksin
HPV dan telah berhubungan seksual secara aktif sebaiknya mau melakukan deteksi
dini kanker serviks. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor
determinan yang mempengaruhi perilaku untuk melakukan deteksi dini kanker serviks
pada pegawai yang telah mendapatkan vaksinasi HPV di Pemkab Badung.
Penelitian ini adalah penelitian crosectional deskriptif dengan total jumlah
sampel sebanyak 150 orang, dengan teknik pengambilan sampel menggunakan metode
PPS.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dari 7 variabel yang diteliti yaitu:
pengetahuan, sikap, dukungan keluarga, dukungan teman, adanya faktor risiko kanker
serviks, adanya gejala kanker serviks dan persepsi dapat menderita kanker serviks
terhadap perilaku deteksi dini kanker serviks, yang memiliki hubungan yang signifikan
dengan perilaku deteksi dini kanker serviks pada responden yang telah mendapatkan
vaksinasi HPV adalah pengetahuan (OR = 4,45;CI 95% = 1,399-18,589), dukungan
keluarga (OR = 3,53;CI 95% = 1,197-12,6), dukungan teman (OR = 6,06;CI 95% =
2,292-16,055) dan dari 16 responden yang memiliki gejala kanker serviks 11
diantaranya telah melakukan deteksi dini. Sedangkan variabel sikap, adanya faktor
risiko kanker serviks, dan persepsi dapat menderita kanker serviks tidak memiliki
hubungan yang signifikan.
Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah perlunya peningkatan
dalam pemberian komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) mengenai cara pencegahan
dari penyakit kanker serviks.
Kata Kunci: Faktor Determinan, Kanker Serviks, Deteksi Dini, Vaksinasi HPV,
Pemkab Badung
v
STUDY PROGRAM OF PUBLIC HEALTH
FACULTY OF MEDICINE
UDAYANA UNIVERSITY
DEPARTMENT OF EPIDEMIOLOGY
Minithesis May 2016
Made Intan Kusuma Dewi
The Determinant Behavior Factor of Cervical Cancer Screening at Badung
Regency Employees Who Get HPV Vaccination
ABSTRACT
Cervical cancer is one of the second-highest causes of death in women after
breast cancer. Based on WHO’s data, the incidence cervical cancer on 2012 estimated
occurred as many as 528.000 cases worldwide and 90% on that cases estimated
occurred in developing countries. HPV vaccination is one way that can be done to
prevent the occurrence of cervical cancer. HPV vaccination is more effective to
women aged 9-26 years and never had sexual intercourse. Based on the CDC report,
women in childbearing age who have received the HPV vaccine and have been
sexually active should still doing cervical cancer screening. The purpose of this study
is to determinant factor influence behavior of cervical cancer screening at employes
who get HPV vacctination in Badung regency.
This study is descriptive cross sectional with the 150 people total number of
sample which obtained by PPS sampling method.
The result of this study showed that of the seven variables studied, that is:
knowledge, attitude, family support, peer support, presence of risk factors for cervical
cancer, the symptoms of cervical cancer and the perception to getting cervical cancer
about behavior of cervical cancer screening, which knowledge has a significant
correlation with the behavior of cervical cancer screening (OR = 4,45 and CI 95% =
1,399-18,589), family support (OR = 3,53 and CI 95% = 1,197-12,6), peer support
(OR = 6,06 and CI 95% = 2,292-16,055) and 11 of the 16 respondents who have
symptoms of cervical cancer was already screening. While the attitudinal variables,
presence of risk factors for cervical cancer, and the perception to getting cervical
cancer do not have a significant correlation.
The advice on the result of this study are provision of communication,
information and education about the prevention of cervical cancer needs to be
improved.
Keywords: Determinant Factor, Cervical Cancer, Screening, HPV Vaccine, Badung
Regency
vi
DAFTAR ISI
PERNYATAAN PERSETUJUAN ..................................................................... i
PERNYATAAN PERSETUJUAN .................................................................... ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
ABSTRAK ......................................................................................................... v
ABSTRACT ...................................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN........................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1
Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah............................................................................... 6
1.3
Pertanyaan Penelitian ......................................................................... 6
1.4
Tujuan Penelitian ................................................................................ 6
1.5
Manfaat Penelitian .............................................................................. 8
1.6
Ruang Lingkup Penelitian .................................................................. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 9
2.1
Kanker Serviks ................................................................................... 9
vii
2.2
Vaksinasi HPV ................................................................................. 10
2.3
Deteksi Dini Kanker Serviks ............................................................ 11
2.4
Perilaku Deteksi Dini Kanker Serviks .............................................. 14
2.5
Variabel Yang Diasumsikan Berhubungan Dengan Perilaku Deteksi
Dini Kanker Serviks ......................................................................... 17
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ............. 23
3.1
Kerangka Konsep ............................................................................. 23
3.2
Variabel dan Definisi Operasional ................................................... 25
BAB IV METODE PENELITIAN ................................................................... 29
4.1
Desain Penelitian .............................................................................. 29
4.2
Tempat dan Waktu Penelitian........................................................... 29
4.3
Populasi dan Sampel Penelitian ........................................................ 30
4.4
Pengumpulan Data ............................................................................ 33
4.5
Pengolahan Data ............................................................................... 33
4.6
Teknik Analisi Data .......................................................................... 34
BAB V HASIL PENELITIAN ......................................................................... 36
5.1
Gambaran Umum Lokasi Penelitian................................................. 36
5.2
Karakteristik Sampel Penelitian ....................................................... 37
5.3
Analisis Univariat Perilaku Deteksi Dini Pada Pegawai Yang Telah
Mendapatkan Vaksinasi HPV di Pemkab Badung ........................... 38
5.4
Analisis Bivariat Perilaku Deteksi Dini Pada Pegawai Yang
Mendapatkan Vaksinasi HPV di Pemkab Badung ........................... 46
viii
BAB VI PEMBAHASAN ................................................................................ 51
6.1
Tingkat Pengetahuan Responden Terhadap Perilaku Deteksi Dini
Kanker Serviks ................................................................................. 51
6.2
Sikap Responden Terhadap Perilaku Deteksi Dini Kanker Serviks..52
6.3
Dukungan Keluarga Terhadap Perilaku Deteksi Dini Kanker Servi
54
6.4
Dukungan Teman Terhadap Perilaku Deteksi Dini Kanker Serviks 56
6.5
Adanya Faktor Risiko Kanker Serviks Terhadap Perilaku Deteksi Dini
Kanker Serviks ................................................................................. 57
6.6
Adanya Gejala Kanker Serviks Terhadap Perilaku Deteksi Dini
Kanker Serviks ................................................................................. 59
6.7
Persepsi Dapat Menderita Kanker Serviks Terhadap Perilaku Deteksi
Dini Kanker Serviks ......................................................................... 60
6.8
Keunggulan dan Kelemahan Penelitian ............................................ 62
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 63
7.1
Simpulan ........................................................................................... 63
7.2
Saran ................................................................................................. 65
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 66
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi Hasil Tes Pap Smear ....................................................... 12
Tabel 3.1 Variabel dan definisi Operasional ...................................................... 25
Tabel 4.1 Proporsi Besar Sampel Berdasarkan Instansi ..................................... 32
Tabel 4.2 Contoh Tabel Analisis Bivariat .......................................................... 35
Tabel 5.1 Karakteristik Sampel Penelitian ......................................................... 37
Tabel 5.2 Gambaran Perilaku Deteksi Dini Kanker Serviks .............................. 39
Tabel 5.3 Gambaran Distribusi Jawaban Soal Pengetahuan Pada Responden
Tentang Kanker Serviks ..................................................................................... 40
Tabel 5.4 Gambaran Pengetahuan Responden Tentang Kanker Serviks ........... 41
Tabel 5.5 Gambaran Distribusi Jawaban Pertanyaan Sikap Pada Responden
Tentang Kanker Serviks ..................................................................................... 42
Tabel 5.6 Gambaran Sikap Responden Tentang Kanker Serviks ....................... 43
Tabel 5.7 Gambaran Faktor Determinan Untuk Melakukan Deteksi Dini Kanker
Serviks ................................................................................................................ 43
Tabel 5.8 Distribusi Silang Faktor Determinan Untuk Melakukan Deteksi Dini
Kanker Serviks Pada Responden Yang Mendapatkan Vaksinasi HPV di Pemkab
Badung ............................................................................................................... 46
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Modifikasi dari Teori Preced-Proceed & Teori
H.B.M ......................................................................................................................... 23
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor.
Halaman
1
Jadwal Penelitian..………………………………………………….71
2
Dokumentasi………………………………………………………..72
3
Kuesioner…………………………………………………………...74
4
Analisis Stata……………………………………………………….81
5
Surat Ijin Rekomendasi Penelitian…………………………………96
xii
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN
Daftar Arti Lambang
%
: Persentase
‰
: Perseribu
<
: Kurang dari
˃
: Lebih dari
≤
: Kurang dari sama dengan
≥
: Lebih dari sama dengan
=
: Sama dengan
α
: Sampai dengan
: Lambang alpa
Daftar Singkatan
CDC
: Center of Disease Control
CI
: Confident Interval
Depkes RI
: Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Dinkes
: Dinas Kesehatan
HPV
: Human Papilloma Virus
IVA
: Inspeksi Visual Asam Asetat
Kemenkes RI
: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Mawas
: Mangunpura Woman Service
PNS
: Pegawai Negeri Sipil
WHO
: World Health Organization
WUS
: Wanita Usia Subur
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Penyakit kanker adalah salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia, dimana
pada tahun 2012 sebesar 8,2 juta kasus kematian disebabkan oleh kanker (Kemenkes RI,
2015). Kanker disebabkan oleh terjadinya pertumbuhan abnormal pada sel-sel tubuh yang
bersifat ganas yang menyebar keseluruh tubuh dan menyebabkan kematian pada
penderitanya (Depkes RI, 2009). Kanker serviks adalah salah satu penyebab kematian
tertinggi kedua pada wanita setelah kanker payudara. Kanker serviks merupakan salah
satu jenis penyakit tidak menular yang bersifat kronik yang sebagian besar kasusnya
disebabkan oleh Human Papilloma Virus (HPV). Lebih dari 100 tipe HPV yang telah
diidentifikasi, secara klinis dibedakan menjadi dua kelompok yaitu kelompok virus yang
memiliki risiko tinggi dan risiko rendah untuk terjadinya kanker serviks (Mahendra,
2012).
Untuk seseorang yang terinfeksi HPV yang tergolong dalam katagori risiko rendah,
antara lain adalah tipe 6, 11, 40, 42, 43, 44, dan 45 dapat memiliki peluang untuk sembuh
tanpa perlu melakukan tindakan medis. Hal ini dikarenakan bekerjanya sistem imun
didalam tubuh yang dapat melawan Human Papilloma Virus (HPV). Untuk Human
Papilloma Virus (HPV) yang memiliki risiko tinggi untuk kejadian kanker serviks adalah
tipe 16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52, dan 58. Tipe-tipe HPV tersebut dapat meningkatkan
risiko untuk terkena kanker serviks, vulva, dan vagina pada wanita, kanker penis pada
pria, kanker anal dan kanker mulut pada pria maupun wanita. Dari 10 jenis HPV dengan
1
2
katagori risiko tinggi terdapat dua jenis HPV yang berperan sebesar 95% terhadap
kejadian kanker serviks di seluruh dunia yaitu tipe 16 dan 18 (Savitri, 2015 : 107).
Kejadian kanker serviks biasanya terjadi pada wanita dengan usia 35-55 tahun, akan
tetapi kasus tertinggi biasanya terjadi pada wanita dengan usia di atas 40 tahun (Manan,
2011: 67). Berdasarkan data WHO, insiden kanker serviks pada tahun 2012 di perkirakan
terjadi sebanyak 528.000 kasus yang terjadi di seluruh dunia dan sebesar 90% dari kasus
tersebut diperkirakan terjadi pada negara-negara berkembang. Kematian akibat kanker
serviks diprediksi akan meningkat sebesar 25% selama 10 tahun mendatang (WHO,
2015). Kejadian kanker serviks di Indonesia merupakan penyebab kematian dengan angka
prevalensi tertinggi pada wanita yang sebagian besar di tularkan melalui hubungan seksual
dan kejadian kanker serviks sebagaian besar ditemui pada stadium lanjut (Kemenkes RI,
2013).
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar Kemenkes RI 2013, kejadian kanker
serviks yang telah didiagnosis oleh dokter sebesar 0,8 ‰ dengan estimasi jumlah kanker
serviks sebanyak 98.692 kasus. Sedangkan untuk kejadian kanker serviks di Provinsi Bali
yang telah terdiagnosis oleh dokter sebesar 0,7‰ dengan estimasi jumlah kanker serviks
sebanyak 1.438 kasus (Kemenkes RI, 2015). Berdasarkan data Dinas Kesehatan
Kabupaten Badung tahun 2014 angka insiden kanker serviks mencapai 3 per 100.000
penduduk (Dinkes Badung, 2015). Tingginya kejadian kanker serviks saat ini tidak hanya
menjadi masalah pada dunia kesehatan tetapi juga berdampak pada masalah sosial,
ekonomi, pembanguanan dan juga berimplikasi pada hak asasi manusia (YKI, 2014).
3
Beberapa faktor penyebab terjadinya kanker serviks adalah usia pertama kali saat
berhubungan seksual, usia saat kehamilan pertama, jumlah pasangan seksual, jumlah
kehamilan, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi, paparan asap rokok dan kurangnya
deteksi dini yang tepat (Rasjidi, 2009:100). Pemberian vaksinasi HPV merupakan salah
satu cara yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kanker serviks. Vaksin HPV
yang tersedia saat ini dapat memproteksi terhadap virus HPV tipe 16 dan 18 dengan
efektivitas vaksin sebesar 70%. Pemberian vaksinasi HPV lebih efektif diberikan pada
wanita dengan usia 9-26 tahun dan belum pernah melakukan hubungan seksual (Radji,
2009). Penelitian lain menyatakan bahwa pemberian vaksin HPV sebaiknya diberikan
pada anak yang belum mengalami masa pubertas hal ini dikarenakan pemberian vaksin
pada usia tersebut akan meningkatkan kekebalan tubuh dibandingkan dengan pemberian
vaksin setelah masa pubertas (Rasjidi & Henri, 2007:).
Sedangkan berdasarkan laporan CDC, pada wanita usia subur yang telah
mendapatkan vaksin HPV dan telah berhubungan seksual secara aktif sebaiknya tetap
melakukan deteksi dini kanker serviks, karena vaksin HPV yang diberikan pada wanita
dengan usia >26 tahun hanya dapat memproteksi sebesar 30% dan di Amerika vaksin HPV
tidak di rekomendasikan untuk diberikan pada wanita dengan usia >26 tahun (CDC,
2010). Pelaksanaan deteksi dini untuk kanker serviks yang populer dilaksanakan adalah
melalui metode Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) dan Pap Smear. Pemeriksaan deteksi
dini dengan metode IVA dilakukan dengan mata telanjang dan menggunakan bantuan
asam asetat atau cuka yang diencerkan. Sedangkan metode pap smear adalah pemeriksaan
sitologi dari asupan sel-sel yang diambil dari leher lahim (Depkes RI, 2009).
4
Di Bali khusunya di Kabupaten Badung merupakan satu-satunya kabupaten yang
yang memiliki program yang bernama “Mangupura Women Service” yang bertujuan
untuk mengurangi angka kejadian kanker pada wanita yang dimana salah satunya adalah
kanker serviks. Program yang di gagas oleh pemerintah Kabupaten Badung juga
merupakan suatu bentuk dukungan untuk mewujudkan upaya pemerintah Provinsi dalam
mencapai “Bali Bebas Kanker Serviks 2020”. Salah satu cara yang dilaksanakan oleh
pemerintah Kabupaten Badung untuk mengurangi angka kejadian kanker serviks adalah
dengan memberikan vaksinasi HPV secara gratis yang dimulai pada tahun 2012 untuk
siswa di SMA negeri dan pada tahun 2014 pertama kali diberikan untuk pegawai negeri
sipil (PNS) serta pada pegawai kontrak yang berada di lingkungan pemerintahan
Kabupaten Badung. Sampai tahun 2014 terdapat 4.963 siswa yang telah menerima
vaksinasi HPV secara gratis dan sebanyak 1.144 pada PNS serta pegawai kontrak.
Namun berdasarkan laporan CDC yang telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya
bahwa pemberian vaksinasi HPV pada wanita yang telah melakukan hubungan seksual
secara aktif memiliki efektifitas yang lebih rendah jika dibandingkan dengan wanita yang
belum melakukan hubungan seksual. Selain itu vaksinasi HPV hanya dapat bertahan pada
tubuh seseorang yang belum pernah terinfeksi virus HPV selama 4,5 tahun (Astrid Savitri
dkk, 2015 : 215). Oleh karena itu pelaksanaan deteksi dini harus tetap dilakukan pada
wanita yang telah aktif secara seksual walaupun telah mendapatkan vaksinasi HPV.
Berdasarkan data profil kesehatan Provinsi Bali tahun 2014 target cakupan deteksi
dini dengan metode inspeksi visual asam asetat (IVA) adalah sebesar 1,28% sedangkan
Kabupaten Badung merupakan salah satu Kabupaten yang memiliki cakupan deteksi dini
5
terendah yaitu sebesar 0,41%. Sedangkan berdasarkan data dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Badung pada tahun 2014 jumlah wanita usia subur yang melakukan deteksi
dini dengan metode IVA hanya sebesar 592 orang dengan 57 orang dinyatakan positif,
dan jumlah wanita usia subur yang melakukan deteksi dini dengan metode pap smear
sebesar 161 orang dengan 22 orang dinyatakan positif.
Berdasarkan teori Health Belief Model yang dikembangkan oleh Becker (1974)
menyebutkan bahwa rendahnya ataupun tingginya perilaku penerimaan individu terhadap
usaha-usaha pencegahan penyakit disebabkan oleh empat variabel utama diantaranya
adalah kerentanan yang dirasakan terhadap suatu penyakit, keseriusan yang dirasakan,
manfaat yang diterima dan rintangan yang dialami dalam tindakannya untuk melawan
penyakitnya maupun hal-hal yang memotivasi tindakan tersebut. Keempat variabel
tersebut juga dihubungani oleh variabel struktural yang mencakup pengetahuan dan sikap
dari masing-masing individu (Notoatmojo, 2014 : 115-116) . Sebelumnya telah dilakukan
penelitian oleh Sri Dewi (2013) yang menyatakan tingkat pengetahuan dan sikap WUS
memiliki hubungan yang positif dengan perilaku deteksi dini WUS melalui metode IVA
di Puskesmas Buleleng I dengan hasil pengetahuan (p = 0,007) dan sikap (p = 0,014).
Namun penelitian tentang faktor determinan deteksi dini kanker serviks pada WUS yang
telah mendapatkan vaksinasi HPV belum pernah dilakukan. Berdasarkan hal tersebut
maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengetahui faktor determinan perilaku
deteksi dini kanker serviks pada pegawai yang mendapatkan vaksinasi HPV di lingkungan
Pemkab Badung.
6
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat diketahui bahwa pemberian vaksinasi HPV
pada wanita yang berusia lebih dari 26 tahun dan telah berhubungan seksual hanya mampu
memproteksi terhadap virus kanker serviks sebesar 30%. Sedangkan di Amerika Serikat
sendiri vaksin HPV ini tidak direkomendasikan untuk diberikan kepada wanita yang
berusia diatas 26 tahun dan lebih disarankan untuk melakukan deteksi dini kanker serviks.
Sedangkan di Provinsi Bali yaitu Kabupaten Badung merupakan salah satu Kabupaten
yang memiliki program pemberian vaksinasi HPV kepada seluruh pegawai di Pemkab
Badung dan juga Kabupaten yang memiliki cakupan deteksi dini terendah dengan
persentase hanya sebesar 0,41% dengan target yang ditetapkan yaitu sebesar 1,28%. Oleh
karena itu maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengetahui faktor
determinan perilaku deteksi dini kanker serviks pada pegawai yang mendapatkan
vaksinasi HPV di lingkungan Pemkab Badung.
1.3
Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas adapun pertanyaan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut : faktor determinan apasajakah yang mempengaruhi perilaku deteksi dini
kanker serviks pada pegawai yang telah mendapatkan vaksinasi HPV di Pemkab Badung.
1.4
1.4.1
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor determinan
yang mempengaruhi perilaku untuk melakukan deteksi dini kanker serviks pada pegawai
yang telah mendapatkan vaksinasi HPV di Pemkab Badung.
7
1.4.2
Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan pegawai yang mendapatkan
vaksinasi HPV di lingkungan Pemkab Badung untuk melakukan deteksi dini
kanker serviks.
2. Untuk mengetahui hubungan sikap pegawai yang mendapatkan vaksinasi HPV di
lingkungan Pemkab Badung untuk melakukan deteksi dini kanker serviks.
3. Untuk mengetahui apakah dukungan keluarga berhubungan terhadap perilaku
pegawai yang mendapatkan vaksinasi HPV di lingkungan Pemkab Badung untuk
melakukan deteksi dini kanker serviks.
4. Untuk mengetahui apakah dukungan teman kerja berhubungan terhadap perilaku
pegawai yang mendapatkan vaksinasi HPV di lingkungan Pemkab Badung untuk
melakukan deteksi dini kanker serviks.
5. Untuk mengetahui apakah adanya faktor risiko untuk menderita kanker serviks
berhubungan terhadap perilaku pegawai yang mendapatkan vaksinasi HPV di
lingkungan Pemkab Badung untuk melakukan deteksi dini kanker serviks.
6. Untuk mengetahui apakah adanya gejala untuk menderita kanker serviks
berhubungan terhadap perilaku pegawai yang mendapatkan vaksinasi HPV di
lingkungan Pemkab Badung untuk melakukan deteksi dini kanker serviks.
7. Untuk mengetahui apakah adanya persepsi untuk dapat menderita kanker serviks
berhubungan terhadap perilaku pegawai yang mendapatkan vaksinasi HPV di
lingkungan Pemkab Badung untuk melakukan deteksi dini kanker serviks.
8
1.5
1.5.1
Manfaat Penelitian
Manfaat Praktis
1. Sebagai masukan bagi pemerintah Kabupaten Badung khususnya Dinas Kesehatan
Kabupaten Badung dalam membuat kebijakan untuk upaya menurunkan angka
kejadian kanker serviks.
2. Sebagai informasi bagi masyarakat luas tentang kanker serviks dan pentingnya
melaksanakan deteksi dini kanker serviks.
3. Bagi penulis adalah untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam
penerapan ilmu yang diperoleh khususnya mengenai faktor determinan yang
menghubungkan perilaku untuk melakukan deteksi dini kanker serviks pada
pegawai yang telah mendapatkan vaksinasi HPV di Pemkab Badung.
1.5.2
Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis adalah hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam
memberikan sumbangan serta mengembangkan khasanah keilmuan dengan memperkuat
teori-teori yang telah ada khususnya mengenai faktor determinan yang menghubungkan
perilaku untuk melakukan deteksi dini kanker serviks pada pegawai yang telah
mendapatkan vaksinasi HPV di Pemkab Badung.
1.6
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dari penelitian ini adalah penelitian epidemiologi penyakit tidak
menular mengenai faktor determinan yang menghubungkan perilaku deteksi dini kanker
serviks pada Pegawai yang mendapatkan vaksinasi HPV di lingkungan pemerintahan
Kabupaten Badung
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Kanker Serviks
Kanker serviks atau kanker leher rahim dikenal dengan nama latin Carcinoma
Cervicis Uteri yang merupakan tumor ganas yang sebagian besar terjadi pada wanita
dengan usia 35-50 tahun. Berdasarkan data International Agency for Research on Cancer
(IARC) dimana sebesar 85% kasus kanker yang terjadi di dunia atau sekitar 493.000 kasus
dengan jumlah kematian sebesar 273.000 kasus terjadi di negara berkembang yang dimana
salah satu dari negara berkembang tersebut adalah Indonesia. Angka kematian akibat
kanker serviks yang terjadi di Indonesia tergolong tinggi. Hal ini disebabkan karena
keterlambatan dari diagnosa (Savitri A, 2015 : 97).
Besarnya angka insiden untuk kejadian kanker serviks di Indonesia pada tahun 2012
berdasarkan data GLOBOCAN adalah sebesar 14% dan jumlah kematian sebesar 6%.
Sedangkan berdasarkan laporan dari instalasi deteksi dini dan promosi kesehatan RS
Kanker Dharmais pada tahun 2010 – 2013 kanker serviks merupakan salah satu dari tiga
jenis kanker dengan jumlah kasus yang terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2010
tercatat jumlah insiden kanker serviks yang terjadi di RS Kanker Dharmais adalah sebesar
296 kasus dan di tahun 2013 sebesar 356 kasus. Sedangkan untuk jumlah kematian pada
tahun 2010 sebesar 36 kasus dan di tahun 2013 sebesar 65 kasus (Kemenkes RI, 2015).
Proses terjadinya kanker serviks terjadi secara bertahap dan memerlukan waktu yang
9
10
cukup panjang, yang di awali dengan terjadinya mutasi pada sel yang berkembang
menjadi sel displastik yang menyebabkan kelainan pada sel-sel di permukaan serviks yang
disebut dengan lesi skuamosa intraepitel (El Manan, 2011 : 67).
2.2
Vaksinasi HPV
Vaksin HPV adalah vaksin yang diciptakan untuk menurunkan angka kejadian
kanker di dunia dan merupakan vaksin kedua yang berhasil diaplikasikan setelah vaksin
hepatitis B (HBV). Vaksin HPV yang tersedia saat ini terdiri dari dua jenis vaksin, yang
pertama adalah vaksin kanker profilaksi (cancer prophylactic vaccines), vaksin ini
bermanfaat untuk meningkatkan imunitas tubuh agar terlindung dari HPV. Kedua, adalah
vaksin kanker terapeutik (cancer therapeutic vaccines) yang digunakan untuk
menstimulus kekebalan tubuh seluler agar sel yang terinfeksi HPV dapat dihilangkan
(Savitri A, 2015 : 211).
Vaksin kanker bekerja dengan cara mengaktifkan sel B yang memproduksi antibodi
yang dapat mengenali dan mencegah terjadinya infeksi. Sampai pada saat ini penggunaan
vaksin untuk mencegah terjadinya infeksi HPV di dunia terdapat dua jenis vaksin yaitu
vaksin Gradasil dan Cervarix. Vaksin kanker Gradasil adalah vaksin kanker untuk
mencegah infeksi HPV tipe 16 dan 18 yang merupakan penyebab utama dari terjadinya
kanker serviks di seluruh dunia. Selain itu vaksin Gradasil juga dapat mencegah infeksi
tipe 6 dan 11 yang merupakan penyebab dari kutil kelamin. Pemberian vaksin Gradasil
dianjurkan untuk diberikan pada wanita yang berusia antara 9 – 12 tahun, karena efek dari
vaksin akan lebih optimal jika diberikan pada wanita yang belum melakukan hubungan
11
seksual. Walaupun demikian vaksin Gradasil juga dapat diberikan pada wanita dengan
usia 9 – 26 tahun (Savitri A, 2015 : 214).
Vaksin kanker yang kedua adalah Cevarix yang merupakan vaksin bivalent, yang
terdiri dari virus-like particles (VLPs) HPV tipe 16 dan 18, oleh karena itu vaksin ini
hanya mampu mencegah dari infeksi HPV tipe 16 dan 18. Selain itu vaksin ini juga
mampu mencegah infeksi kronis lainnya sperti kanker anus, penis, dan orofaring. Efikasi
dari vaksin Cevarix dapat mencapai 90% dan mampu bertahan pada tubuh selama 4,5
tahun. Cara pemberian vaksin Gradasil maupun Cervarik sama-sama dilakukan secara
intra muscular dengan pemberian sebanyak tiga kali dalam waktu enam bulan dengan
dosis sebesar 0,5 ml. Dosis pertama diberikan pada awal bulan ke- 0, dosis kedua pada
bulan kedua, dan dosis ketiga pada bulan keenam (Savitri A, 2015 : 215).
2.3
Deteksi Dini Kanker Serviks
Pencegahan terhadap kanker serviks dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah
satunya adalah dengan melakukan deteksi dini terhadap kanker serviks. Deteksi dini
adalah suatu cara untuk mendeteksi keberadaan HPV dan kanker serviks di stadium awal.
Beberapa deteksi dini yang dapat dilakukan untuk mengetahui keberadaan kanker serviks
adalah Pap Smear, Inpeksi Visual Asam Asetat (IVA), Pap Net, Servikografi, Kolposkopi,
Thin Prep Liquid Base Cytologi, tes HPV, Tes Liquid Base Cytology (LBC), Biopsi, dan
Konisasi. Dari 10 jenis motode deteksi dini yang tersedia di pelayanan kesehatan, terdapat
dua metode deteksi dini yang paling populer di masyarakat yaitu pap smear dan IVA
(Savitri A, 2015 : 235-236).
12
2.3.1
Pap Smear
Melakukan deteksi dini dengan metode pap smear mampu mendeteksi kasus kanker
serviks secara akurat hingga 90%. Terdapatnya metode pap smear mampu dalam
membantu menurunkan angka kejadian kanker serviks hingga 50%. Deteksi dini kanker
serviks disarankan untuk dilakukan oleh wanita yang telah aktif secara seksual dengan
usia telah mencapai 18 tahun. Pemeriksaan pap smear dapat dilakukan satu kali dalam
setahun, dan apabila pemeriksaan pap smear selama tiga tahun berturut-turut
menunjukkan hasil yang negatif. Maka pemeriksaan dapat dilakukan dalam rentang waktu
dua sampai tiga tahun sekali (Manan, 2011:69).
Menurut Papanicolau klasifikasi hasil tes dapat dibagi menjadi lima kelas adapun
klasifikasinya adalah sebagai berikut (Savitri A, 2015 : 242 - 243)
Tabel 2.1 Klasifikasi Hasil Tes Pap Smear
Kelas
Klasifikasi
Kelas 0
Kelas I
Tidak Terdeteksi.
Sel Normal.
Kelas II
Interpretasi
Melakukan tes ulang.
Tes pap smear dapat
diulang satu tahun setelah
tes terakhir.
Ditemukan sel atipik tetapi tidak ditemukan Menunjukan
adanya
keganasan.
infeksi ringan non spesifik,
yang dapat disertai:
- Kuman atau virus
tertentu.
- Sel dengan kariotik
ringan.
Diharapkan
untuk
melakukan tes pap smear
ulang 1 tahun setelah tes
terakhir.
Lakukan
pengobatan yang sesuai
dan apabila terjadi erosi
atau radang bernanah harus
13
Kelas III
Tanda pra
peradangan.
Kelas IV
Dicurigai kanker
Kelas V
Positif kanker
2.3.2
kanker
dengan
dilakukan
pemeriksaan
ulang 1 bulan setelah
pengobatan.
disertai Sel diagnostik sedang
dengan keradangan berat.
Pemeriksaan ulang dapat
dilakukan 1 bulan setelah
pengobatan.
Terdapatnya sel-sel yang
dicurigai ganas. Setelah
pemeriksaan diharapkan
dilanjutkan pemeriksaan
dengan metode biopsi dan
segera dilakuakan tes pap
smear
ulang
dengan
kreping lebih dalam dan
diambil pada tiga bagian.
Ditemukan sel-sel ganas
dan dilakukan pemeriksaan
lebih dalam.
IVA (Inpeksi Visual Asam Asetat)
Tes IVA (Inpeksi Visual Asam Asetat) adalah salah satu metode deteksi dini kanker
serviks dengan menggunakan larutan asam cuka (asam asetat 3-5%) dan larutan iosium
lugol. Larutan ini kemudian akan dioleskan pada serviks atau leher rahim dan akan melihat
perubahan warna yang terjadi. Perubahan warna dapat diamati sekitar 1-2 menit setelah
pengolesan dengan mata telanjang (Rasjidi, 2009:132).
Pemeriksaan IVA positif terinfeksi sel kanker adalah apabila ditemukannya area
berwarna putih serta permukaan meninggi dan memiliki batas yang tegas di sekitar zona
tranformasi (Savitri A, 2015 : 244). Zona transformasi abnormal adalah area berwarna
keputihan dengan bintik kemerahan pucat, lesi berbatas tegas dengan bentuk mosaic,
14
jaringan putih dengan batas tegas atau pembuluh darah atipic. Jika hasil pemeriksaan
abnormal, pasien direkomendasikan untuk melakukan tes biopsi (Rasjidi, 2009:136).
2.4
Perilaku Deteksi Dini Kanker Serviks
Perilaku merupakan suatu kegiatan ataupun tindakan yang dilakukan oleh makhluk
hidup yang dipengearuhi oleh faktor internal maupun faktor eksternal (Notoatmodjo, 2014
: 75). Sedangkan menurut Skiner perilaku kesehatan adalah respon seseorang terhadap
stimulus maupun objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit serta faktor-faktor
yang menghubungkan kejadian sehat-sakit tersebut (Notoatmodjo, 2014 : 23). Perilaku
kesehatan terbagi menjadi dua yaitu perilaku yang dapat diamati dan perilaku yang tidak
dapat diamati dan pemeliharaan kesehatan mencegah maupun melindunggi diri dari
penyakit ataupun masalah kesehatan lainnya. Oleh karena itu perilaku kesehatan secara
garis besar terbagi menjadi dua kelompok, yaitu (Notoatmodjo, 2014 : 24):
a. Perilaku orang yang sehat agar tetap sehat dan meningkat. Perilaku ini disebut
dengan perilaku sehat atau healthy behavior yang mencakup perilaku
pencegahan atau menghindari diri dari sumber-sumber penyakit.
b. Perilaku orang yang sakit untuk memperoleh penyembuhan atau jalan keluar
dari masalah kesehatan yang dialaminya. Perilaku seperti ini disebut dengan
perilaku pencarian pelayanan kesehatan. Tempat pencarian kesembuhan ini
adalah fasilitas layanan kesehatan baik tradisional maupun modern.
Salah satu perilaku kesehatan adalah perilaku deteksi dini kanker serviks. Perilaku
deteksi dini kanker serviks merupakan suatu tindakan atau respon yang dilakukan oleh
15
individu untuk melakukan pemeriksaan atau skrining yang bertujuan untuk mengetahui
apakah terdapat perubahan yang abnormal pada sel serviks (Dalimartha dalam Nungky
Marcellia, 2013). Perilaku deteksi dini tergolong dalam perilaku orang sehat agar tetap
sehat dan meningkat. Masih rendahnya kesadaran, pengertian, dan pengetahuan
masyarakat tentang deteksi dini ataupun pencegahan dan penyembuhan penyakit
menyebabkan masih banyak masyarakat yang memiliki perilaku yang tidak sehat (Depkes
RI, 2010).
Oleh karena itu maka munculah teori yang menjelaskan perilaku pencegahan
penyakit (preventive health behavior) yang oleh Braker (1974) dikembangkan kembali
dengan teori Lewin (1954) menjadi model kepercayaan kesehatan (Health Belive Model)
Berdasarkan teori Health Belief Model. Pada teori ini menjelaskan bahwa perilaku
seseorang ditentukan oleh motif dan kepercayaannya. Pada teori ini terdapat empat unsur
utama yang menghubungkan perilaku kesehatan seseorang, adapun keempat unsur
tersebut adalah sebagai berikut (Notoatmojo, 2014 : 115-116).
1. Kerentanan yang dirasakan (Perceived susceptibility)
Perilaku seseorang untuk mengobati ataupun mencegah penyakitnya biasanya
dihubungkan terlebih dahulu oleh kerentanan terhadap penyakit tersebut.
Dengan kata lain tindakan seseorang akan timbul apabila seseorang tersebut
ataupun keluarganya telah merasakan rentan terhadap penyakit tersebut.
16
2. Keseriusan yang dirasakan (Perceived seriousness)
Tindakan seseorang untuk mencari pengobatan dan pencegahan terhadap suatu
penyakit dapat dihubungkan oleh keseriusan yang dirasakan dari penyakit
tersebut. Sebagai contoh apabila seseorang merasa bahwa penyakit kanker
serviks merupakan penyakit yang bersifat serius dan mengancam kesehatannya
maka seseorang akan melakukan tindakan pencegahan terhadap penyakit
tersebut.
3. Manfaat dan rintangan – rintangan yang di rasakan (Perceived benefit and
barrier)
Tindakan seseorang untuk melakukan pencegahan maupun pengobatan
terhadap suatu penyakit juga dihubungkan oleh besarnya manfaat yang dapat
dirasakan dan juga hambatan ataupun rintangan-rintangan yang dapat ditemui
saat mengambil tindakan tersebut. Pada umumnya manfaat tindakan akan lebih
menentukan dibandingkan dengan rintangan-rintangan yang ditemui didalam
melakukan tindakan tersebut.
4. Isyarat untuk bertindak (Cues to action)
Untuk mendapatkan tingkat penerimaan yang benar tentang kerentanan,
kegawatan dan keuntungan tindakan, maka diperlukan isyarat-isyarat yang
berupa faktor pencetus yang dapat datang dari dalam diri individu (munculnya
gejala-gejala penyakit dari dalam diri individu) dan dari luar (nasehat keluarga,
teman, atapun kampanye kesehatan).
17
2.5
Variabel Yang Diasumsikan Berhubungan Dengan Perilaku Deteksi Dini
Kanker Serviks
2.5.1
Pengetahuan
Perilaku manusia tentang kesehatan sangat dihubungkan oleh tingkat pengetahuan
yang dimiliki. Pengetahuan adalah hasil tahu manusia terhadap suatu objek melalui indera
yang dimiliki. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui indera pendengaran
(telinga), dan indera pengelihatan (mata). Dari beberapa penelitian yang dilakukan
menyatakan bahwa perilaku yang didasari atas pengetahuan akan bersifat lebih langgeng
dibandingkan dengan perilaku yang tidak didasari atas pengetahuan (Notoatmodjo, 2014
: 27). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Shinta Lutfiana Sari (2010)
tentang hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku pencegahan dini kanker serviks di
Klinik Seroja Kediri menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat
pengetahuan dengan perilaku pencegahan dini kanker serviks pada pasien di klinik seroja
Kota Kediri dengan nilai signifikan α = 0,05 dan nilai p value = 0,008.
2.5.2
Sikap
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Newcomb, salah seorang ahli
psikologi sosial berpendapat bahwa sikap adalah kesiapan ataupun kesediaan untuk
bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap juga dapat diartikan
sebagai respon tertutup seseorang terhadap suatu stimulus ataupun objek tertentu yang
telah melibatkan faktor pendapat dan emosi. Jadi sikap bukan merupakan suatu tindakan
akan tetapi hanya merupakan predisposisi perilaku atau reaksi tertutup (Notoatmodjo,
2014 : 29). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dewi, dkk (2013) menyatakan
bahwa WUS yang memiliki sikap yang baik, memiliki kemungkinan untuk melakukan
18
deteksi dini kanker serviks lebih besar jika dibandingkan dengan WUS yang memiliki
sikap yang kurang. Hal ini diperkuat dengan diperolehnya hasil penelitian dengan nilai (p
= 0,014 ; OR = 28,769 ; CI 95 % = 1,993-415,381). Berbeda halnya dengan penelitian
yang dilakukan oleh Sumastri, dkk (2013) yang memperoleh hasil bahwa tidak ada
hubungan yang bermakna antara sikap ibu dengan perilaku deteksi dini dengan p value =
1,000 > α 0,05.
2.5.3
Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga adalah suatu proses yang terjadi sepanjang kehidupan seseorang
dimana bentuk maupun sifat dukungan yang diberikan oleh keluarga berbeda-beda pada
setiap siklus kehidupan seseorang. Namun dalam semua tahapan siklus kehidupan,
dukungan keluarga mampu untuk membantu meningkatkan kesehatan dan adaptasi
seseorang (Friedman, 2008 dalam Kartini, dkk, 2013). Sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh Dewi (2014) menunjukan bahwa dukungan keluarga tidak memiliki
hubungan secara signifikan terhadap penerimaan program vaksinasi kanker serviks (nilai
p > 0.005). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ningrum (2015) menyatakan,
rendahnya motivasi responden untuk melakukan deteksi dini disebabkan oleh faktor
ekternal yaitu dukungan keluarga yang tergolong rendah.
2.5.4
Dukungan Teman
Dukungan sosial merupakan salah satu hal yang dapat dilakukan dengan
memberikan kenyamanan, kepedulian, penghargaan, serta bantuan yang dapat diterima
oleh seseorang dari orang lain maupun kelompok organisasi (Sarafino, 2008 dalam Sofy
Ariany Hansa, 2014). Salah satu sumber dukungan sosial adalah sahabat atau teman yang
19
dapat memberikan dukungan dalam bentuk sumber informasi maupun dukungan
emosional. Berdasarkan beberapa teori menyatakan bahwa dukungan sosial baik yang
bersumber dari keluarga maupun orang yang dianggap penting seperti tokoh masyarakat
maupun teman dan sahabat dapat menghubungkan perilaku seseorang. Namun penelitian
yang dilaksanakan oleh Sulistyoningrum (2013) tentang hubungan dukungan sosial dan
akses terhadap informasi dengan perilaku sehat reproduksi remaja menyatakan bahwa
tidak ada hubungan dukungan teman sebaya terhadap perilaku sehat reproduksi siswa slow
leaner. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fatayati Aminatul (2015) yang
menyatakan bahwa tidak adanya hubungan yang signifikan antara dukungan sahabat dekat
dengan perilaku SADARI di wilayah kerja Puskesmas Manyaran Kabupaten Wonogiri
dengan (OR = 0,68; P = 0,01).
2.5.5
Faktor Risiko Untuk Menderita Kanker Serviks
Berdasarkan teori yang dikembangkan oleh Breker salah satu faktor yang
menghubungkan perilaku kesehatan seseorang untuk melakukan pengobatan maupun
pencegahan terhadap suatu penyakit adalah isyarat untuk bertindak yang muncul dari
dalam maupun dari luar tubuh responden. Salah satu isyarat yang dapat muncul dari luar
tubuh responden adalah adanya faktor risiko dari perilaku individu untuk menderita
kanker serviks. Adapun beberapa hal yang dapat meningkatkan faktor risiko untuk
menderita kanker serviks adalah (Savitri A dkk, 2015 : 123-125):
1. Melakukan hubungan seksual sebelum usia 20 tahun.
Melakukan hubungan seksual sebelum usia 20 tahun menjadi faktor risiko
dikarenakan pada usia tersebut organ reproduksi wanita belum memiliki tingkat
20
kematangan yang sempurna. Risiko untuk menderita kanker serviks juga akan
meningkat 2 kali lipat jika wanita dengan usia dibawah 20 tahun mengalami
kehamilan dibandingkan dengan wanita yang hamil dengan usia 25 tahun atau
lebih.
2. Riwayat Keluarga Menderita Kanker Serviks
Terdapatnya riwayat keluarga yang pernah menderita kanker serviks (ibu atau
saudara perempuan) dapat meningkatkan risiko seseorang 2-3 lebih besar untuk
menderita kanker serviks dibandingkan dengan seseorang yang tidak memiliki
riwayat keluarga menderita kanker serviks. Hal ini disebabkan kurang
mampunya imunitas tubuh dalam melawan virus HPV yang diturunkan secara
genetik (Handayani, 2012 : 9).
3. Berganti-ganti pasangan seksual
Seseorang yang memiliki jumlah pasangan seksual lebih dari enam akan
meningkatkan risiko untuk menderita kanker serviks 10 kali lipat lebih tinggi
dibandingkan dengan seseorang yang setia dengan satu pasangan. Penularan
virus HPV tidak hanya disebabkan oleh wanita yang suka untuk berganti-ganti
pasangan seksual, akan tetapi dapat disebabkan oleh pria yang melakukan
hubungan seksual dengan beberapa wanita. Jadi pria dapat berisiko tinggi
sebagai vektor dari agen yang dapat menimbulkan infeksi.
4. Paritas yang tinggi
Beberapa alhi berpendapat bahwa paritas atau jumlah kelahiran yang tinggi akan
meningkatkan risiko wanita untuk menderita kanker serviks. Hal ini diakibatkan
ketika terjadinya kelahiran yang terus menerus maka akan menimbulkan trauma
21
pada serviks. Selain itu perubahan hormonal pada wanita yang mengalami
kehamilan ketiga akan mempermudah terjadinya infeksi HPV dan pertumbuhan
sel kanker.
5. Penggunaan kontrasepsi hormonal
Penggunaan alat kontrasepsi oral dalam jangka waktu lama dapat meningkatkan
risiko untuk menderita kanker serviks 1,53 kali lebih tinggi dibandingkan
dengan wanita yang tidak menggunakan alat kontrasepsi hormonal.
6. Merokok
Perilaku merokok merupakan salah satu faktor risiko untuk menderita kanker
serviks. Pernyataan ini dilatar belakangi oleh beberapa penelitian yang
menyatakan bahwa lendir pada wanita perokok mengandung nikotin dan zat-zat
lainnya yang terdapat dalam kandungan rokok. Adanya nikotin dan zat-zat
tersebut dapat merusak daya tahan serviks secara optimal.
Pernyataan tentang beberapa faktor risiko kanker serviks diatas juga sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Hestuningtyas (2015) yang mendapatkan hasil bahwa
terdapat hubungan antara jumlah paritas dengan kejadian kanker serviks dengan (p =
0,004 ; OR= 4,9). Sedangkan penelitian lain menyatakan bahwa paparan asap rokok dapat
meningkatkan risiko lesi prakanker serviks. Penelitian ini dilakukan oleh Novya Dewi
(2012) dengan hasil (p = 0,0001 ; OR = 4,75 ; 95% CI = 2,19-10,33). Namun, penulis
belum mendapatkan penelitian yang menghubungkan dengan adanya faktor risiko
menderita kanker serviks dengan perilaku deteksi dini kanker serviks.
22
2.5.6
Gejala Untuk Menderita Kanker Serviks
Perilaku untuk melakukan deteksi dini kanker serviks dapat dipengaruhi oleh dua
faktor, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu (internal) dan berasal dari faktor
luar (ekternal). Salah satu faktor internal yang dapat menghubungkan perilaku individu
untuk melakukan deteksi dini kanker serviks adalah timbulnya gejala untuk menderita
kanker serviks. Adapun gejala dari kanker serviks adalah keputihan tidak normal,
pendarahan tidak normal, dan mengalami rasa sakit yang aneh pada organ reproduksi
(Savitri, 2015 : 199-121). Namun, beberapa penelitian yang berhubungan dengan perilaku
deteksi dini kanker serviks belum terdapat yang menghubungkan adanya gejala kanker
serviks dengan perilaku untuk melakukan deteksi dini.
2.5.7
Persepsi Tentang Risiko Untuk Menderita Kanker Serviks
Persepsi tentang risiko untuk terkena penyakit kanker serviks adalah pandangan
ataupun kepercayaan individu, bahwa dirinya memiliki risiko untuk dapat menderita
kanker serviks. Individu yang memiliki persepsi bahwa dirinya memiliki risiko untuk
dapat menderita kanker serviks akan melakukan tindakan pencegahan dengan
melaksanakan deteksi dini kanker serviks.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nurcholis Arif B