GAMBARAN PENDERITA KANKER SERVIKS YANG TERLAMBAT MELAKUKAN DETEKSI DINI KANKER SERVIKS Gambaran Penderita Kanker Serviks Yang Terlambat Melakukan Deteksi Dini Kanker Serviks.

 


 

GAMBARAN PENDERITA KANKER SERVIKS YANG TERLAMBAT
MELAKUKAN DETEKSI DINI KANKER SERVIKS

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh :

DYAH ISNA ROMADANI
J 210.100.014

FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
 

 


ii 
 

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
Jln. A.Yani, Tromol Pos 1 Pabelan, Kartasura Telp. (0271) 717417 Surakarta 57102
Surat Persetujuan Artikel Publikasi Ilmiah
Yang bertanda tangan di bawah ini pembimbing skripsi/tugas akhir :
Pembimbing I
Nama : Bd. Sulastri, S.Kp., M.Kes
Pembimbing II
Nama : Dian Hudiyawati, S.Kep., Ns
Telah membaca dan mencermati naskah artikel publikasi ilmiah, yang merupakan
ringkasan skripsi/tugas akhir dari mahasiswa :
: DYAH ISNA ROMADANI
Nama
NIM

: J 210.100.014


Fakultas

: Ilmu Kesehatan

Program Studi

: S1 Keperawatan

Judul Skripsi

: GAMBARAN PENDERITA KANKER SERVIKS YANG
TERLAMBAT MELAKUKAN DETEKSI DINI KANKER
SERVIKS

Naskah artikel tersebut layak dan dapat disetujui untuk dipublikasikan. Demikian
persetujuan ini dibuat, semoga dapat dipergunakan seperlunya.
Surakarta, 18 Juli 2014
Pembimbing I


Pembimbing II

Bd. Sulastri, S.Kp., M.Kes

Dian Hudiyawati, S.Kep., Ns

iii
 

SURAT PER
RNYATAAN
N PUBLIKA
ASI KARYA
A ILMIAH
H

Y
Yang
bertannda tangan dii bawah ini, saya :
N

Nama

: DYA
AH ISNA R
ROMADANII

N
NIM

: J 210.100.014

F
Fakultas

: Ilmuu Kesehatan

P
Program
Stu
udi


: S1 Keperawatan
K
n

J
Judul
Skrippsi

: GAM
MBARAN PENDERIT
TA KANKE
ER SERVIK
KS YANG
TER
RLAMBAT MELAKUK
KAN DETE
EKSI DINI KANKER
SER
RVIKS


bahwa sayaa menyetujui untuk :
D
Dengan
ini menyatakan
m
1. Memberrikan hak bebas
b
royaltti kepada perpustakaann UMS atass penulisan
karya ilm
miah saya, demi
d
pengem
mbangan ilm
mu pengetahuuan.
2. Memberrikan hak menyimpann, mengalihh mediakann/mengalih formatkan,
mengelo
ola dalam bentuk pangkkalan data (database),
(d
m

mendistribussikan, serta
menamp
pilkannya daalam bentukk softcopy unntuk kepentingan akadem
mis kepada
perpustaakaan UMS
S, tanpa peerlu memin
nta ijin darri saya sellama tetap
mencan
ntumkan nam
ma saya sebagai penulis/ppencipta.
3. Bersedia dan menjaamin untuk menanggunng secara priibadi tanpa melibatkan
m
p
n UMS, darii semua ben
ntuk tuntutaan hukum yaang timbul
pihak perpustakaan
atas pelaanggaran haak cipta dalam
m karya ilmiiah ini.
Demikian surat pernyattaan ini sayaa buat dengan sesungguhhnya dan sem
moga dapat

s
a semestinyaa.
digunakan sebagaimana
S
Surakarta,
19 Juli 2014
Yang Menyyatakan

DYAH
H ISNA ROM
MADANI

 

Gambaran Penderita Kanker Serviks Yang Terlambat Melakukan Deteksi
  Dini Kanker Serviks

iv 

PENELITIAN


ABSTRAK
GAMBARAN PENDERITA KANKER SERVIKS YANG TERLAMBAT
MELAKUKAN DETEKSI DINI KANKER SERVIKS
Dyah Isna Romadani*, Sulastri**, Dian Hudiyawati***

kanker serviks adalah penyebab kematian kedua terkait kanker dikalangan
perempuan dewasa. Pada tahun 2009 terdapat 500.000 kasus baru dan >250.000
kematian. Berdasarkan survey pendahuluan di puskesmas Kartasura terdapat 25
penderita kanker serviks sudah mengalami stadium lanjut dan 5 penderita
diantaranya sudah meninggal. Hasil wawancara, penderita sebelumnya tidak
pernah merasakan gejala dan belum pernah melakukan deteksi dini setelah
menikah, ketika mengalami perdarahan hebat pasien diperiksakan dan sudah
mengalami stadium lanjut.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran
penderita kanker serviks yang terlambat melakukan deteksi dini kanker serviks.
Metode penelitian menggunakan deskriptif kuantitatif. Pengambilan sampel
dengan cara total sampling yaitu sebanyak 20 sampel dengan kriteria penderita
kanker serviks yang mengalami stadium lanjut (stadium ≥2B). Analisa data
menggunakan analisis univariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian
besar responden memiliki jarak rumah dengan pemeriksaan IVA rata-rata berjarak

3 km (25%), pengetahuan yang cukup (70%), sikap yang cukup (50%), dari
dukungan petugas kesehatan sebagian responden mengatakan buruk (85%) dan
memiliki dukungan keluarga yang buruk (50%).

Kata kunci: kanker serviks, terlambatan deteksi dini
 
 
 
 

 

Gambaran Penderita Kanker Serviks Yang Terlambat Melakukan Deteksi
  Dini Kanker Serviks



ABSTRACT
DESCRIBTION OF PATIENTS CERVICAL CENCER LATER DOING
EARLY DETECTION OF CERVICAL CENCER

Dyah Isna Romadani*, Sulastri**, Dian Hudiyawati***

Cervical cancer is the second cause of death related of adult women. In 2009
there were 500,000 new cases and> 250,000 deaths. Based on preliminary
surveys in primary health centers Kartasura 25 patients with cervical cancer are
already experiencing advanced stages and 5 patients had died. Results of
interview, people have never tasted before obvious symptoms and have not been
early detection after marriage, when massive bleeding patients examined and
experiencing an advanced stage and eventually died when the duration of
treatment. The purpose of this study is to know describtion from patients of
cervical cencer who later early detection of cervical cencer. Methode research
used is quantitative descriptive. Sampling by total sampling as many as 20
samples with criteria of cervical cancer patients who have undergone an
advanced stage (stage ≥ 2B). Analysis of the data using univariate analysis. The
results showed that the majority of respondents have distance from home with
check up IVA average 3 km (25%), having enough knowledge (70%), sufficient
attitude (50%), from support health workers have support health workers in poor
health (85%) and poor family support (50%).

Keywords: cervical cancer, early detection delay

 
 
 
 
 

 

Gambaran Penderita Kanker Serviks Yang Terlambat Melakukan Deteksi
  Dini Kanker Serviks

PENDAHULUAN
Kanker merupakan istilah
umum untuk pertumbuhan sel tidak
normal, kondisi yang tumbuh sangat
cepat, tidak terkontrol dan tidak
berirama yang dapat menyusup ke
jaringan tubuh yang normal, dan
akhirnya menekan perkembangan
jaringan yang normal (Diananda,
2008). Kanker menjadi masalah
kesehatan serius baik di negara maju
maupun
berkembang.
Kanker
merupakan
penyebab
utama
kematian di seluruh dunia dan
menyumbang 7,6 juta kematian,
sehingga jumlah kematian yang
disebabkan kanker mencapai 13%
dari semua kematian (WHO, 2008).
Kanker serviks merupakan
beban masalah serius pada kesehatan
reproduksi perempuan di seluruh
dunia, meskipun faktanya hal
tersebut dapat dicegah. Secara
global, kanker serviks adalah
penyebab kematian kedua terkait
kanker di kalangan perempuan
dewasa. Pada tahun 2009 ada sekitar
500.000 kasus baru dan lebih dari
250.000 kematian, dimana lebih dari
90% berada di negara berkembang
(Haque,et al, 2013).
Di Indonesia kanker serviks
menduduki peringkat pertama dari
semua kasus kanker, tercatat 3.686
kasus
(17,85%).
Hal
ini
membuktikan bahwa kanker serviks
masih menjadi masalah kesehatan
pada perempuan di Indonesia
(Rasjidi I, 2009). Tercatat setiap satu
jam terdapat satu wanita yang
meninggal karena kanker serviks.
Diperkirakan 40 ribu kasus baru
kanker serviks ditemukan setiap
tahunnya. Di Rumah Sakit Dr. Cipto
Mangunkusumo, frekuensi kanker

 



serviks 76,2% di antara kanker
ginekologi.
Berdasarkan
profil
kesehatan 2010 menyebutkan bahwa
prosentase penyakit kanker serviks
adalah 19.70% per 10.000 penduduk
(DinKes, 2005).
Kanker serviks dapat dicegah
dengan deteksi dini dan pengobatan
prakanker lesi. Seperti pengalaman
di
negara-negara
maju
telah
menunjukan
bahwa
program
skrening yang terencana dan
terprogram dengan cakupan tinggi
dapat secara signifikan mengurangi
jumlah kasus baru kanker serviks dan
tingkat kematian yang terkait
(Manetta A, 2004).
Berdasarkan
survey
pendahuluan di puskesmas Kartasura
Kabupaten Sukoharjo, Kasus kanker
serviks pada tahun 2012 dapat data
18 kasus sudah mengalami stadium
lanjut, dan pada tahun 2013 hingga
bulan Agustus 20 kasus diantaranya
18 kasus lama dan 7 kasus baru.
Sedangkan 5 pasien di tahun 2012
sudah meninggal. Menurut petugas
puskesmas, salah satu penderita
sebelumnya tidak pernah melakukan
deteksi dini. Penderita datang ke
Puskesmas, sudah sering mengalami
perdarahan hebat dan dari tenaga
medis di puskesmas langsung
dilakukan rujukan. Hasil wawancara
keluarga dari salah satu penderita
kanker
serviks
yang
sudah
meninggal, penderita sebelumnya
tidak pernah merasakan gejala yang
jelas tentang penyakit kanker serviks
dan belum pernah melakukan deteksi
dini kanker serviks setelah menikah,
ketika mengalami perdarahan hebat
pasien diperiksakan dan tiba-tiba
sudah mengalami stadium lanjut dan
akhirnya meninggal ketika masa
pengobatan.

Gambaran Penderita Kanker Serviks Yang Terlambat Melakukan Deteksi
  Dini Kanker Serviks

Tujuan penelitian ini adalah
Untuk
mengetahui
gambaran
penderita kanker serviks yang
terlambat melakukan deteksi dini
kanker serviks. Tujuan khususnya
yaitu:
1)
Untuk
mengetahui
gambaran jarak tempat pemeriksaan
IVA. 2) Untuk mengetahui gambaran
pengetahuan
penderita
kanker
serviks yang terlambat melakukan
deteksi dini kanker serviks. 3) Untuk
mengetahui
gambaran
sikap
penderita kanker serviks yang
terlambat melakukan deteksi dini
kanker serviks. 4) Untuk mengetahui
gambaran
dukungan
petugas
kesehatan.. 5) Untuk mengetahui
gambaran
dukungan
keluarga
penderita kanker serviks yang
terlambat melakukan deteksi dini
kanker serviks.
TINJAUAN PUSTAKA
Kanker serviks merupakan
penyakit kanker perempuan yang
pernah melakukan hubungan seksual,
disebabkan oleh infeksi Human
Papillomavirus
(HPV)
yang
merangsang pertumbuhan sel epitel
serviks
(Baziad,
A,
2011).
Kebanyakan
HPV
menginfeksi
secara spontan, dan jika tidak diobati
dapat menyebabkan kanker (Rasjidi
I, 2009). Perkembangan dari infeksi
virus HPV sampai menjadi kanker
serviks memerlukan waktu bertahuntahun, bahkan lebih dari 10 tahun.
Tahap awal infeksi virus akan
menyebabkan perubahan sel-sel
epitel pada serviks, sel-sel menjadi
tidak terkendali perkembangannya
dan bila berlanjut akan berkembang
menjadi kanker (Azwas, 2009).
Proses terjadi kanker serviks
dimulai dengan sel yang mengalami

 



mutasi lalu berkembang menjadi sel
displastik sehingga terjadi kelainan
epitel yang disebut displasia.
Kelainan epitel atau displasia disebut
juga dengan nama neoplasma
intraepitel serviks (NIS). Neoplasma
intraepitel
serviks
ini
dapat
diklasifikasikan ke dalam NIS 1
(displasia ringan), NIS 2 (displasia
sedang), NIS 3 (displasia berat) dan
akhirnya menjadi karsinoma in-situ
(KIS), dan kemudian berkembang
menjadi karsinoma invasif. Dari
diplasia menjadi kanker in-situ
diperlukan
waktu
1-7
tahun,
sedangkan karsinoma in-situ menjadi
karsinoma invasif berkisar 3-20
tahun (Diananda, 2008).
Faktor resiko kanker serviks
menurut
Manuaba
(2003)
diantaranya usia saat berhubungan
seksual pertama kali, usia dari
kehamilan pertama, jumlah pasangan
seksual, jumlah kehamilan, penyakit
menular seksual (Herpes, infeksi
HIV) dan aktivitas seksual.
Selain faktor- faktor resiko
yang disebutkan diatas, ada pula
beberapa faktor - faktor lain yang
beresiko penyebab kejadian kanker
serviks diantaranya adalah paparan
tembakau / merokok, kurangnya
skrining yang tepat, kontrasepsi
hormonal dan pengobatan terhadap
neoplasia
servikal
intraepitelial
sebelumnya (Rasjidi, 2009).
Kelainan pra-kanker/ NIS
(neoplasia intraepitel serviks) sering
kali tanpa gejala yang spesifik.
Namun, kadang ditemukan gejala
seperti keputihan (lekore) berbau
busuk, keluar cairan kuning dan
berbau, perdarahan setelah senggama
atau
hubungan
seksual
yang
kemudian berlanjut pada perdarahan
abnormal, perdarahan diluar siklus

Gambaran Penderita Kanker Serviks Yang Terlambat Melakukan Deteksi
  Dini Kanker Serviks

haid atau setelah menopause, dan
rasa berat atau nyeri diperut bagian
bawah (Gyenwali, et al. 2014).
Kanker ada stadium awal tidak
menunjukkan gejala yang khas, akan
tetapi jika sudah menimbulkan gejala
diatas kanker sudah masuk ke
stadium lanjut karena adanya
keterlambatan deteksi dini.
Keterlambatan deteksi dini
adalah penderita kanker serviks yang
sudah mengalami stadium lanjut atau
sudah mengalami lebih dari stadium
2B
yang sudah parah sehingga
tindakan
kesembuhan
sedikit
(Diananda, 2008). Kondisi kanker
dengan stadium ≥2B secara klinis
telah
mengalami
pertumbuhan
kanker secara meluas (invasif), dan
penyebarannya ke tempat yang jauh
(metastasis). Kondisi seperti ini
prognosis penyembuhannya ≤ 43,5%
(Sarjadi, 1995).
Menurut Green (1980) dalam
Notoatmodjo
(2007),
perilaku
kesehatan dipengaruhi 3 faktor utama
yaitu 1. faktor-faktor predisposisi
(presdiposing
factors)
meliputi
pengetahuan, sikap, tempat tinggal,
pendidikan,
status
perkawinan,
pekerjaan,
jaminan
kesehatan,
kepercayaan terhadap pengobatan
dan riwayat keluarga. 2. faktor-faktor
pemungkin (enabling factors) terdiri
dari
ketersediaan
pelayanan
kesehatan (petugas, sumber daya
atau fasilitas kesehatan), dan jarak
tempat pelayanan kesehatan. 3.
faktor-faktor penguat (reinforcing
factors) merupakan faktor yang
menentukan tindakan kesehatan
memperoleh dukungan atau tidak,
yang meliputi dukungan keluarga,
dukungan teman dan dukungan
petugas kesehatan. Faktor-faktor
yang berhubungan erat menyebabkan

 



keterlambatan
deteksi
dini
diantaranya faktor pengetahuan,
sikap, jarak fasilitas kesehatan,
dukungan
petugas
kesehatan,
dukungan keluarga (Jia, et al. 2013).
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan
jenis
penelian deskriptif
dan
desainnya menggunakan deskriptif
kuantitatif dengan pendekatan cross
Sectional. Pendekatan cross sectional
adalah jenis penelitian observasional
yang dilakukan untuk mengukur
variabel-variabel
yang
mana
dilakukan pengukuran hanya satu
kali (satu saat). Studi Cross Sectional
adalah peneliti mencari hubungan
faktor-faktor apa yang menyebabkan
timbulnya suatu peristiwa tertentu
(Sastroasmoro, 2006). Penelitian
dilakukan
di
wilayah
kerja
puskesmas Kartasura pada tanggal 7
sampai 16 April 2012. Populasi
dalam penelitian ini adalah penderita
kanker serviks yang sudah terlambat
deteksi dini yaitu stadium ≥2B yang
berjumlah 20 penderita. Teknik
pengambilan sampel menggunakan
teknik total sampling yaitu sampel
yang diambil sesuai dengan jumlah
subjek atau jumlah populasi yang
berada di wilayah puskesmas
Kartasura.
Teknik pengumpulan data
menggunakan kuesioner yang terdiri
dari pertanyaan jarak pemeriksaan
IVA, pengetahuan, sikap, dukungan
petugas kesehatan dan dukungan
keluarga. Analisa data dilakukan
secara komputerisasi mengunakan
program SPSS (Statistical Package
for Sosial Science) dengan analisis
univariat.
Analisis
univariat
bertujuan
untuk
menganalisis



Gambaran Penderita Kanker Serviks Yang Terlambat Melakukan Deteksi
  Dini Kanker Serviks

frekuensi distribusi dari tiap-tiap
variabel yang akan diteliti.
HASIL PENELITIAN

3. Deskripsi sikap responden
Tabel 4.7
Distribusi frekuensi respoonden
berdasarkan sikap

Analisis Univariat
1. Deskripsi
jarak
tempat
pemeriksaan IVA
Tabel 4.5
Distribusi frekuensi responden
berdasarkan Jarak tempat
Pemeriksaan IVA
Jarak
Rumah
1 km
2 km
3 km
4 km
5 km
6 km
7 km
8 km
Total

Jumla
h
1
4
5
1
2
1
3
3
20

2. Deskripsi
Responden

Persentase
(%)
5,0
20,0
25,0
5,0
10,0
5,0
15,0
15,0
100,0
Pengetahuan

Tabel 4.6
Distribusi frekuensi responden
berdasarkan Pengetahuan
Pengetahuan

Jumlah

Persentase
(%)

Kurang

4

20,0

Cukup

14

70,0

Baik

2

10,0

20

100,0

Total

 

Sikap

Jumlah

Persentase (%)

Kurang

1

5,0

Cukup

10

50,0

Baik

9

45,0

20

100,0

Total

4. Deskripsi
kesehatan

dukungan

petugas

Tabel 4.8.
Distribusi frekuensi responden
berdasarkan dukungan petugas
kesehatan
Jumlah

Persentase (%)

Buruk

17

85,0

Cukup

2

10,0

Baik

1

5,0

20

100,0

Dukungan
Petugas
Kesehatan

Total

Gambaran Penderita Kanker Serviks Yang Terlambat Melakukan Deteksi
  Dini Kanker Serviks

5. Deskripsi
responden

dukungan

keluarga

Tabel 4.9
Distribusi frekuansi responden
berdasarkan dukungan keluarga
Dukungan
Keluarga
Buruk
Cukup
Baik
Total

Jumlah
10
5
5
20

Persentase
(%)
50,0
25,0
25,0
100,0

PEMBAHASAN
1. Jarat tempat pemeriksaan IVA
Berdasarkan
hasil
penelitian pada tabel 4.5
digambarkan
dari
sekian
responden rata-rata memiliki
jarak rumah responden dengan
pelayanan kesehatan berjarak 3
km sebanyak 5 responden
(25%), 2 km ada 4 responden
(20%), yang berjarak 7 km dan 8
km masing-masing 3 responden
(15%). Ada 2 reponden yang
berjarak 5 km dan yang berjarak
1 km, 4 km, dan 6 km masingmasing 1 responden (5%). Rata rata responden ketika ke
pelayanan
kesehatan
atau
puskesmas
menggunakan
transportasi motor atau angkutan
umum saat memeriksakan diri
ketika
memiliki
masalah
kesehatan. Namun demikian
karena responden merasa takut
dan merasa malu yang ada pada
dirinya
mengenai
penyakit
kanker serviks sehingga rata-rata
penderita
tidak
pernah
melakukan deteksi dini kanker
serviks ketika sudah menikah
dan akhirnya ketika mengalami
gejala penderita memeriksakan

 



diri dan menderita kanker
serviks stadium lanjut.
Hal ini sesuai dengan teori
Sukardja (2000) mengatakan
bahwa jarak tempuh yang jauh
dari pelayanan kesehatan juga
merupakan
penyebab
keterlambatan penderita deteksi
dini kanker serviks. Hasil
penelitian ini juga diperkuat
dengan hasil penelitian Dewi,
dkk (2011) yang mengatakan
bahwa Banyak penderita kanker
serviks tidak melakukan deteksi
dini kanker serviks karena
memiliki jarak yang jauh dari
tempat pemeriksaan Pap Smear
atau pun IVA. Hal ini juga
sejalan
dengan
penelitian
Chadza, et al (2012) yang
menyatakan
bahwa
jarak
berkontribusi dalam faktor yang
menghambat
wanita
untuk
mengakses pelayanan kesehatan
gratis
sehingga
mengalami
keterlambatan dalam pengobatan
penyakit kanker serviks.
2. Pengetahuan
Berdasarkan
hasil
penelitian
diketahui
bahwa
sebagian
besar
responden
mempunyai
pengetahuan
tergolong cukup yaitu sebanyak
14 orang (70,0%) dan yang
sedikit mempunyai pengetahuan
baik yaitu sebanyak 2 orang
(10,0%) namun yang tergolong
kurang pengetahuan sebanyak 4
orang
(20,0%).
Hal
ini
disebabkan oleh informasi yang
diperoleh sangat kurang yang
berkaitan
dengan
penyakit
kanker serviks, serta tingkat
pendidikan yang dimiliki yaitu
sebagian besar responden tamat
SD (45%) dan sedikit responden

Gambaran Penderita Kanker Serviks Yang Terlambat Melakukan Deteksi
  Dini Kanker Serviks

yang sudah tamat Diploma dan
Sarjana serta SLTA. Tingkat
pendidikan yang rendah akan
berdampak
pada
tingkat
penerimaan dan pemahaman
suatu
pengetahuan
tentang
kanker serviks menjadi kurang,
sehingga akan menyebabkan
ketidaktahuan
responden
mengenai pemeriksaan deteksi
dini kanker serviks. Semakin
tinggi pendidikan seseorang,
semakin
mudah
menerima
informasi, sehingga semakin
banyak pula pengetahuan yang
dimiliki, sebaliknya pendidikan
yang kurang akan menghambat
perkembangan sikap seseorang
terhadap
nilai-nilai
yang
diperkenalkan
(Notoatmodjo,
2007).
Hasil penelitian Jia, et al
(2013) bahwa faktor yang
berhubungan erat dengan faktor
penyebab keterlambatan deteksi
dini kanker serviks yaitu faktor
predisposisi salah satunya yaitu
pengetahuan individu tentang
penyakit kanker serviks tersebut.
Pengetahuan merupakan faktor
yang sangat penting dalam
membentuk tindakan sehingga
kurangnya pengetahuan menjadi
alasan datang dengan kanker
seriks pada stadium lanjut
karena kurangnya informasi
mengenai
kanker
serviks
(Sukardja, 2000). Kurangnya
pengetahuan mengenai gejala
kanker serviks mengakibatkan
penderita mengabaikan gejala
yang serius mengenai kanker
serviks sehingga menyebabkan
keterlambatan
diagnostik
penyakit
kanker
serviks
(Gyenwali, et al. 2014).

 



Hal ini juga didukung oleh
hasil penelitiannya Tresnawati,
dkk pada tahun 2012 tentang
“faktor-faktor
yang
mempengaruhi ibu melakukan
deteksi dini kanker serviks di
desa dorowati klirong 2011”
yang
mengatakan
bahwa
pengetahuan tentang kanker
serviks yang masih kurang
mempengaruhi
ibu
untuk
melakukan deteksi dini kanker
serviks, sehingga pengetahuan
menjadi faktor predisposisi
karena dapat mempermudah
untuk terjadinya perubahan
perilaku
dalam
mengatasi
masalah kesehatan.
Pengetahuan merupakan
hasil dari tahu (know) dan ini
terjadi
setelah
seseorang
mengindrai
suatu
objek,
pengetahuan
tersebut
baik
diperoleh
dari
pengalaman
secara
langsung
maupun
pengalaman orang lain (Sunaryo,
2004). pengetahuan merupakan
faktor yang sangat penting
dalam
pembentukan
suatu
tindakan (Notoatmodjo, 2007).
Secara teori tingkat pengetahuan
yang dikateorikan rendah hingga
cukup akan berisiko lebih dari
2X untuk terjadi kegagalan
pengobatan dibanding dengan
tingkat pengetahuan yang tinggi
(Dewi,dkk. 2011). Dari hasil
penelitian bahwa perilaku yang
didasari pengetahuan akan lebih
lama dari pada perilaku yang
tidak
didasari
pengetahuan
(Notoatmodjo, 2007).
3. Sikap
Berdasarkan
hasil
penelitian diketahui bahwa dari
20 penerita kanker serviks yang

Gambaran Penderita Kanker Serviks Yang Terlambat Melakukan Deteksi
  Dini Kanker Serviks

berada
di
wilayah
kerja
Puskesmas Kartasura dapat
diketahui bahwa sebagian besar
responden mempunyai sikap
tergolong cukup yaitu sebanyak
10 orang (50%) dan yang sedikit
mempunyai sikap kurang yaitu
hanya
1
orang
(5,0%),
sedangkan yang tergolong baik
sebanyak 9 orang (45,0%). Hal
ini disebabkan oleh tingkat
pendidikan sebagian besar hanya
tamat SD dan mereka memiliki
perasaan malu serta takut
terhadap penyakit kanker, takut
dioperasi dan juga kurangnya
biaya yang ada pada penderita
kanker serviks tersebut.
Sikap merupakan salah
satu faktor predisposisi yang
mendasari dan mempermudah
terjadinya perilaku seseorang.
Sikap merupakan reaksi atau
respon yang masih tertutup dari
seseorang
terhadap
suatu
stimulus atau objek. Sebagian
besar responden memiliki sikap
yang
cukup
terhadap
pemeriksaan deteksi dini kanker
serviks yaitu sebanyak 10 orang
(50%).
Sedangkan
untuk
menjadikan
sikap
menjadi
perbuatan yang nyata diperlukan
kondisi atau faktor pendukung
yang memungkinkan, salah
satunya ada atau tidaknya
dukungan
dari
keluarga
(Notoadmodjo, 2005). Dalam
penelitian rata-rata responden
memiliki dukungan keluarga
yang buruk seperti yang
ditampilkan pada tabel 4.9
bahwa sebanyak 10 orang
(50,0%) oleh karena itu,
responden
mengalami

 



keterlambatan
deteksi
dini
kanker serviks.
Hasil
penelitian
ini
didukung
dengan
pendapat
Susanti pada tahun 2002 bahwa
faktor yang berhubungan dengan
faktor penyebab keterlambatan
deteksi dini kanker serviks
adalah faktor sikap penderita.
Semakin baik sikapnya terhadap
penyakit kanker serviks maka
semakin baik pula mereka dalam
mendeteksi dini kanker serviks
tersebut
sehingga,
dengan
mempunyai sikap yang baik
maka diharapkan keterlambatan
deteksi dini kanker serviks tidak
akan terjadi.
4. Dukungan petugas kesehatan
Berdasarkan
hasil
penelitian
diketahui
bahwa
sebagian
besar
responden
mempunyai
dukungan
dari
petugas
kesehatan
yang
tergolong buruk yaitu sebanyak
17 orang (85%) dan yang sedikit
mempunyai dukungan yang baik
yaitu hanya 1 orang (5,0%),
sedangkan
yang
tergolong
dukungan cukup sebanyak 2
orang (10,0%). Hal ini berarti
dilihat dari dukungan petugas
kesehatan menurut pandangan
responden tergolong buruk.
Dikarenakan kurangnya peran
aktif dari petugas kesehatan
mengenai penyuluhan kesehatan
tentang
pemeriksaan
menyebabkan responden tidak
mengetahui akan pentingnya
pemeriksaan deteksi dini kanker
serviks.
Dukungan
petugas
kesehatan merupakan faktor
pemungkin yang berada di luar

Gambaran Penderita Kanker Serviks Yang Terlambat Melakukan Deteksi
  Dini Kanker Serviks

individu yang mempengaruhi
perilaku kesehatan yang ada
pada penderita kanker serviks
sehingga menjadi penyebab
keterlambatan
deteksi
dini
kanker serviks. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian bahwa
ketersediaan
pelayanan
pemeriksaan Pap Smear menjadi
faktor yang paling besar wanita
mengalami
keterlambatan
deteksi dini kanker serviks.
Banyak penderita kanker serviks
yang tidak melakukan deteksi
dini kanker serviks karena
disebabkan
tidak
adanya
informasi
dari
tempat
pemeriksaan
Pap
Smear
(Susanti, dkk, 2002). Hal ini
dapat diartikan bahwa dukungan
dari tenaga kesehatan yang
buruk menjadi faktor yang
sangat
besar
terhadap
keterlambatan
deteksi
dini
kanker serviks.
Sikap dan perilaku deteksi
dini akan terjadi jika faktor
pendukung
yang
memungkinkan, salah satunya
yaitu dukungan dari petugas
kesehatan setempat. Banyak
penderita kanker serviks tidak
melakukan deteksi dini kanker
serviks disebabkan karena tidak
ada informasi dan dukungan
yang
nyata
dari
petugas
kesehatan setempat.
5. Dukungan keluarga
Berdasarkan
hasil
penelitian
diketahui
bahwa
sebagian
besar
responden
mempunyai
dukungan
dari
keluarga yang tergolong buruk
yaitu sebanyak 10 orang (50,0%)
dan yang mempunyai dukungan
yang baik dan cukup masing-

 



masing hanya 5 orang (5,0%).
Hal ini berarti dilihat dari
dukungan keluarga menurut
pandangan responden tergolong
mempunyai dukungan yang
buruk. Hal ini juga disebabkan
karena tidak adanya dukungan
dari anggota keluarga khususnya
suami, disebabkan karena tidak
tahu akan bahaya kanker serviks
disamping
itu
mereka
beranggapan bahwa pemeriksaan
biaya mahal dan ketidaktahuan
mengenai adanya pemeriksaan
di puskesmas.
Dukungan dari keluarga
merupakan faktor pemungkin
yang berada di luar individu
yang mempengaruhi perilaku
kesehatan yang ada pada
penderita
kanker
serviks
sehingga menjadi penyebab
keterlambatan
deteksi
dini
kanker serviks. Tresnawati, dkk
(2012) menyatakan bahwa faktor
penyebab seseorang melakukan
deteksi dini kanker serviks yang
terpenting sangat dipengaruhi
oleh
dukungan
keluarga
khususnya suami. Peran suami
diharapkan dapat memberikan
dukungan / anjuran bagi istrinya
untuk melakukan deteksi dini
kanker serviks.
Dukungan
keluarga
merupakan bentuk pemberian
dukungan terhadap anggota
keluarga yang lain yang
mengalami
permasalahan
kesehatan yaitu memberikan
dukungan
pemeliharaan
kesehatan maupun emosional
untuk mencapai kesejahteraan
anggota keluarga (Potter &
Perry, 2005). Dalam hal ini
bentuk
dukungan
untuk

Gambaran Penderita Kanker Serviks Yang Terlambat Melakukan Deteksi
  Dini Kanker Serviks

melakukan deteksi dini kanker
serviks.
Dengan
adanya
dukungan baik secara informan,
instrumental maupun emosional
diharapkan
tidak
terjadi
keterlambatan
deteksi
dini
kanker serviks.
Namun demikian, ada
beberapa faktor lain yang
menentukan perilaku untuk
deteksi dini kanker serviks yaitu
dukungan atau tidak adanya
dukungan dari teman dalam
deteksi dini kanker serviks,
dengan mendapatkan anjuran
dan dukungan dari orang-orang
terdekat sehingga dapat merubah
perilakunya untuk melakukan
pemeriksaan IVA ataupun Pap
Smear.
Dengan adanya dukungan
keluarga yang buruk maka,
banyak penderita kanker serviks
yang berada di wilayah kerja
Puskesmas Kartasura sudah
berada di stadium 2B keatas
sehingga tindakan kesembuhan
sulit untuk dilakukan kecuali
dengan tindakan medis dengan
jalan sinar dan kemoterapi. Hal
ini sesuai yang dinyatakan
Diananda (2008), bahwa lesi pra
kanker
lebih
mudah
disembuhkan sedangkan kanker
invasif sukar atau tidak dapat
disembuhkan lagi. Makin dini
kanker itu dapat ditemukan dan
diobati
makin
baik
prognosisnya.
KESIMPULAN
1. Sebagian besar responden dilihat
dari jarak rumah dengan tempat
pemeriksaan IVA sebagian besar
berjarak 3 km (25%).

 



2. Sebagian
besar
responden
mempunyai
pengetahuan
tergolong cukup (70%).
3. Sebagian
besar
responden
mempunyai sikap tergolong
cukup (50%).
4. Sebagian
besar
responden
mengatakan dukungan dari
petugas
kesehatan
yang
tergolong buruk (85%).
5. Sebagian
besar
responden
mempunyai dukungan yang
tergolong buruk (50%).
SARAN
1. Bagi Penderita
Peneliti
menyarankan
bagi
penderita
kanker
serviks
diharapkan dapat secara sadar
untuk memeriksakan secara rutin
walaupun
sudah
tergolong
stadium lanjut penyakitnya,
namun kalau ada usaha untuk
mengobati
diharapkan
penyakitnya dapat terobati. Bagi
penderita yang sudah dinyatakan
sembuh
diharapkan
tetap
melakukan pemeriksaan Pap
Smear sesuai anjuran dokter.
2. Bagi Keluarga
Diharapkan dapat memberikan
dukungan baik secara materiil
maupun
moril
sehingga
penderita
dapat
melakukan
pengobatan dan secara rutin
berkonsultasi dengan petugas
kesehatan.
3. Bagi Petugas Kesehatan
Diharapkan
bagi
petugas
kesehatan dapat memberikan
pengawasan dan pendidikan
kesehatan untuk tentang hal
yang berkaitan dengan deteksi
dini kanker serviks.
4. Bagi Peneliti Berikutnya

Gambaran Penderita Kanker Serviks Yang Terlambat Melakukan Deteksi
  Dini Kanker Serviks

Diharapkan dari hasil penelitian
ini bisa dijadikan bahan referensi
serta
acuan
untu
mengembangkan
dengan
menambah variabel lain serta
menghubungkan varibel tersebut
dengan
kejadian
penyebab
keterlambatan
deteksi
dini
kanker serviks. Untuk teknik
pengambilan sampel diharapkan
bisa mengadakan observasi
langsung
dan
wawancara
mendalam (kualitatif) kepada
responden serta mendapatkan
data yang lengkap.
DAFTAR PUSTAKA
Azwas, B. (2009). Cervical Cancer/
Carsinoma Cervisis Uteri. Http://
Suara Dokter. Com/ 2009/07/
Kanker Serviks.
Chadza, Eleanor, Chirwa E, Maluwa
A, Malata A, Kazembe A,
Chimwaza W. (2012). Factors
that contribute to delay in
seeking
cervical
cancer
diagnosis and treatment among
women in malawi. Vol.4, No.11,
ISSN
1015-1022.
http://dx.Doi.org/10.4236/health
.2012.411155.
Dewi, Ratna sari., Luthfiya, Sari.,
Marhabang, Rabiah. (2011).
Faktor Yang Mempengaruhi
Keterlambatan Klien Kanker
Serviks Memeriksakan Diri Ke
Pelayanan Kesehatan. Vol 7, No.
2. 2011.
Diananda, Rama. (2008). Mengenal
Seluk-Beluk Kanker. Jogjakarta:
Katahati.

 

10 

Dinkes. (2005). Profil Kesehatan
Indonesia 2005. Jakarta
Gyenwali, Deepak., Khanal, G.,
Paudel, R., Atmaya, A., Pariyar,
J., Onta, S R. (2014). Estimater
Of Delay In Diagnosis Of
Cervical Cencer In Nepal. BMC
Women’s Health. ISSN: 14726874/14/29.
http://www.biomedcentral.com/.
Haque, M., Agusti, C., Godines, J
M., Montoliu, A. (2013).
Awareness of cervical cancer,
papanicolau's smear and its
utilization among female, final
year undergraduates in durban,
south africa. Journal of Cancer
Research and Therapeutics,
9(1),ISSN:
0973-1482
258.http://dx.doi.org/10.4103/1103
50.
Jia, Y., Li Shuang., Yang, R. Zhou,
H., Xiang, Q., Hu, T., Feng ,L.
(2013).
Knowledge
About
Cervical Cancer and Barrier of
Screening Program Among
Women in Wufeng Country, a
High-Icidence
Region
of
Cervikal Cancer In China. Plos
One. 0067005, Volume 8. Doi:
10.1371/journal.pone.0067005
Manetta, Alberto. (2004). Cancer
Prevention And Early Diagnosis
In Women. Elservier USA.
Manuaba, Ida Bagus Gde. (2003).
Kepaniteraan Klinik Obstretri
Klinik Obstetri & Ginekologo.
Jakarta:
Penerbit
buku
kedokteran.

Gambaran Penderita Kanker Serviks Yang Terlambat Melakukan Deteksi
  Dini Kanker Serviks

11 

Notoatmodjo, S. (2005). Promosi
kesehatan teori dan aplikasi.
Jakarta: Rineka Cipta.

Sukardja,I
Dewa
G.
(2000).
Onkologi Klinik. Surabaya:
Airlangga University Press.

.(2007).
Promosi
kesehatan teori dan ilmu
perilaku
manusia.
Jakarta:
Rineka Cipta.

Sunaryo. (2004). Psikologi untuk
kesehatan. Jakarta: EGC

Rasjidi, imam. (2009). Deteksi dini
& pencegahan kanker pada
wanita. Malang: Sagung Seto.
Potter & Perry. (2005). Buku Ajar
Fundamental
Keperawatan
Konsep, Proses, Dan Praktek
Edisi 4. Jakarta:EGC.
Sastroasmoro, Sudigdo. (2006).
Dasar-Dasar
Metodologi
Penelitian
Klinis.
Jakarta:
Sagung Seto.
Sarjadi.
(1995).
Patologi
ginekologik. Jakarta: hipokrates.
Susanti, Ni Negah., Azis, F.M.,
Bachtiar, A.(2002). An Analysis
on the Delay og Cervical Cencer
Patients in seeking Medical
Check up in Dr. Cipto
Mangunkusumo National Centar
General
Hosptal
Jakarta.
Medical journal indonesia, ISSN
12: 162-5, Vol 12, no 3.

 

Tresnawati, nias, Warsiti. (2012).
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
ibu
untuk
melakukan deteksi dini kanker
serviks di desa dorowati klirong
kebumen 2011. ISSN: 19783741
World Health Organization. (2008).
World Health Statistic 2008.
Geneva : World Health
Organization Press.

*Dyah
Isna
Romadani
:
Mahasiswa S1 Keperawatan FIK
UMS. Jln A Yani Tromol Post 1
Kartasura.
**Sulastri, S.Kp., M.Kes : Dosen
Keperawatan FIK UMS. Jln A Yani
Tromol Post 1 Kartasura.
***Dian Hudiyawati, S.Kep., Ns :
Dosen Keperawatan FIK UMS. Jln
A Yani Tromol Post 1 Kartasura.

Dokumen yang terkait

Pengetahuan dan Sikap Remaja Puteri Tentang Kanker Serviks di SMA Negeri 2 Pematangsiantar

4 74 104

Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Kanker Serviks terhadap Motivasi Wanita Usia Subur dalam Melakukan Pemeriksaan Pap Smear di Wilayah Kerja Puskesmas Labuhan Deli

37 214 128

Evaluasi Penggunaan Antiemetika Pada Pasien Kanker Serviks Dengan Terapi Sitostatika Di Instalasi Rawat Inap Rindu B 1 Obstetrics Gynecology Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

0 49 78

Determinan Keterlambatan Penderita Kanker Serviks Mencari Pengobatan Ke Rumah Sakit Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013

6 83 103

Hubungan tingkat Pengetahuantentang Kanker Serviks Dan Tindakan Pap Smear berdasarkan Teori Health Belief Modelpada Ibu Di Kelurahan Belawan Sicanang, Kecamatan Medan Belawan

1 45 92

Evaluasi Tipe DNA HPV Kanker Serviks Pascaradiasi/ Kemoradiasi Di RSUP H. Adam Malik Medan

1 67 10

Analisis Resiko Dari Faktor-Faktor Predisposisi Penderita Kanker Serviks Di RSUP H. Adam Malik Medan

0 41 47

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEDIAAN WUS DALAM MELAKUKAN DETEKSI DINI KANKER SERVIKS Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesediaan Wus Dalam Melakukan Deteksi Dini Kanker Serviks Di Puskesmas Manahan Surakarta.

1 6 19

GAMBARAN PENDERITA KANKER SERVIKS YANG TERLAMBAT MELAKUKAN DETEKSI DINI KANKER Gambaran Penderita Kanker Serviks Yang Terlambat Melakukan Deteksi Dini Kanker Serviks.

0 2 17

PENDAHULUAN Gambaran Penderita Kanker Serviks Yang Terlambat Melakukan Deteksi Dini Kanker Serviks.

0 4 7