PREVALENSI KELAINAN BENTUK KAKI (FLAT FOOT) PADA ANAK USIA 6 - 12 TAHUN DI KOTA SURAKARTA Prevalensi Kelainan Bentuk Kaki (Flat Foot) Pada Anak Usia 6 - 12 Tahun Di Kota Surakarta.
PREVALENSI KELAINAN BENTUK KAKI (FLAT FOOT) PADA ANAK USIA 6 - 12
TAHUN DI KOTA SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Mendapatkan
Gelar Sarjana Sains Terapan Fisioterapi
Disusun Oleh :
SETERIYO WARDANIE
J 110 080 007
PROGRAM STUDI D IV FISIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
ABSTRAK
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV FIOSTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH SURAKARTA
SKRIPSI, 3 JULI 2013
SETERIYO WARDANIE J110080007
“PREVALENSI KELAINAN BENTUK KAKI (FLAT FOOT) PADA ANAK USIA 6 - 12
TAHUN DI KOTA SURAKARTA”
( dibimbing oleh Isnaini Herawati, SST.Ft, M.Sc dan , Wahyuni SST.Ft. M.Kes )
V bab, 22 halaman
Latar belakang :Anak memiliki karakteristik yang unik dan berbeda antara anak satu dengan
yang lain. Memiliki anak yang normal baik di lihat dari fisik, mental, kognitif dan perilaku
merupakan harapan dari semua orang tua. Tetapi pada kenyataannya banyak anak yang
mengalami keterbatasan yang diperoleh sejak dalam kandungan, setelah lahir ataupun dalam
pertumbuhannya menjadi dewasa.Salah satu kondisi yang tidak normal adalah kelainan bentuk
kaki Tujuan: Untuk mengetahui prevelensi kelaian bentuk kaki pada anak usia 6-12 tahun di
Kota Surakarta. Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif.Hasil:
Penelitian yang dilakukan di SD Muhammadiyah 1 Ketelan dan SD Muhammadiyah 4 Kandang
Sapi Surakarta diperoleh subyek berjumlah 1089 orang. Subyek berusia 6-12 tahun menemukan
bahwa 299 responden mengalami flatfoot. Angka kejadian Flatfoot yang diperoleh sebanyak
299 responden atau 27,5 % yang terdiri dari responden yang berjenis kelamin laki – laki
sebanyak 134 orang dan berjenis kelamin perempuan sebanyak 165 orang. Responden yang
mengalami flatfoot terbanyak memiliki indeks massa tubuh sangat kurus berjumlah 140 orang
atau 47%. Kesimpulan: Berdasarkan hasil analisa deskriptif dari total sampel 1089 siswa
didapatkan prevelensi 299 siswa mengalami flatfoot dan 790 siswa memiliki arkus normal.
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin terbanyak adalah perempuan 165 orang,
karakteristik responden berdasarkan umur terbanyak adalah umur 9 tahun, karakteristik
responden berdasarkan indek massa tubuh terbanyak adalah sangat kurus 140 orang atau 47%
dan karakteristik responden berdasarkan tinggi badan adalah 100-120 cm. Dan prevelensi
kelainan bentuk kaki dari 1089 siswa, 299 mengalami flatfoot dan 790 memiliki arkus normal.
Kata kunci: Prevelensi, flatfoot, anak usia 6 – 12 tahun
A. Latar Belakang Masalah
Anak memiliki karakteristik yang unik dan berbeda antara anak satu dengan yang lain.
Seorang anak memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Setiap anak memiliki
cara-cara tersendiri dalam melakukan interaksi dan berekspresi. Memiliki anak yang normal
baik di lihat dari fisik, mental, kognitif dan perilaku merupakan harapan dari semua orang
tua.
Tetapi pada kenyataannya banyak anak yang mengalami keterbatasan yang diperoleh
sejak dalam kandungan, setelah lahir ataupun dalam pertumbuhannya menjadi dewasa
(Kamarul, 2007). Salah satu kondisi yang tidak normal adalah kelainan bentuk kaki.
Kelainan bentuk kaki (kaki ceper atau Flat foot) adalah suatu kelaian pada kaki dimana
lengkungan kaki sebelah dalam (arcus medialis) tidak terbentuk atau menghilang saat anak
berdiri (Harjanto, 2009). Salah satu kondisi yang tidak normal adalah kelainan bentuk kaki.
Kelainan bentuk kaki (kaki ceper atau Flat foot) adalah suatu kelaian pada kaki dimana
lengkungan kaki sebelah dalam (arcus medialis) tidak terbentuk atau menghilang saat anak
berdiri (Harjanto, 2009). Menurut Evans (2008) jumlah populasi anak di dunia yang
mengalami flat foot sekitar 20-30% anak. Prevelensi anak dengan kelainan bentuk kaki di
Taiwan pada tahun 2006 dari 18.006 anak usia 6-12 tahun yang mengalami kaki datar sekitar
2499 atau 13,88% anak, dan kaki dengan arkus tinggi sekitar 237 atau 1,32% anak (Li-wei
chou et al., 2006). Menurut Pande ketut, (2012) hasil survey yang dilakuakan di SDN
Coblong 2 Bandung diperoleh 6 dari 33 siswa (18%) memiliki kecenderungan Flatfoot.
Kelaian bentuk kaki (Flatfoot) dalam jangka panjang akan menyebabkan nyeri pada
telapak kaki, pergelangan kaki dan lutut, selain itu juga akan menyebabkan trauma akut yang
berulang hingga terjadinya deformitas pada kaki. Selain itu cara mendiagnosa lainnya adalah
melihat cara berjalan anak karena obesitas, tibia varum, genu valgum, torsi pada tibia dan
femur, kelemahan otot dan ligament memperparah kaki datar atau flat foot. (Harris et all,
2004). Melihat dari permasalahan diatas, maka penulis ingin melakukan penelitian untuk
mengetahui prevelensi kelainan bentuk kaki pada anak usia 6-12 tahun di Kota Surakarta.
B. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui prevelensi kelaian bentuk kaki pada anak usia 6-12 tahun di Kota
Surakarta.
A. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan
dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau diskripsi tentang suatua keadaan secara
objektif. Metode penelitan diskriptif digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan
yang sedang dihadapi pada situasi sekarang. Penelitian ini dilakukan dengan menempuh langkahlangkah pengumpulan data, klasifikasi, pengolahan atau analisa data, membuat kesimpulan, dan
laporan.
B. Waktu danTempat Penelitian
Tempat pelaksaanaan pengambilan responden adalah SD Muhammadiyah1 Ketelan dan SD
Muhammadiyah 4 Surakarta. Penelitian ini telah dilaksanakan pada 26 Maret 2013.
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum
Penelitian telah dilakukan pada Siswa- Siswi SD Muhammadiyah 1 Ketelan
Surakarta pada tanggal 26 Febuari 2013. SDM 1 Ketelan terletak di daerah
Mangkunegaran yang merupakan lokasi perkotaan yang memiliki jumlah 786 siswa.
Penelitian ini juga telah dilakukan di SD Muhammadiyah 4 Kandang Sapi Kecamatan
Jebres Surakarta yang terletak di Kota Surakarta bagian timur. SDM 4 Kandang Sapi
memiliki jumlah 319 siswa. Dalam penelitian ini didapatkan subjek yang memenuhi
kriteria inklusi sebagai responden penelitian sebayak 1089 siswa.
2. Hasil Penelitian
a. Karakteristik responden berdasarkan umur.
Tabel 4.1 Karakteristik Responden berdasarkan Umur.
Usia
Jumlah (n)
Persentase (%)
6–7
8–9
10 – 11
>12
195
402
251
241
18
37
23
22
Total
1089
100
Sumber: Data primer diolah 2013
b. Karakteristik responden berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.2 Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Responden
Laki- Laki
Perempuan
Jumlah
Sumber: Data primer diolah 2013
Responden
Frekuensi
Persentase
589
54.1 %
500
45.9 %
1089
100
c. Karakteristik responden berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT)
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan IMT
Responden
Indeks Massa Tubuh
Jumlah
Presentase(%)
Sangat kurus
466
42,7
Kurus
174
15,9
Normal
390
35,8
Gemuk
26
2,3
Sangat Gemuk
33
3,0
Jumlah
1089
100
Sumber: Data primer diolah 2013
d. Karakteristik Responden berdasarka Hasil Pengukuran wet foot print test
Tabel 4.4 Karakteristik Responden berdasarkan Hasil Pengukuran wet foot print test
wet foot print test
Flat Foot
Normal
Jumlah
Sumber: Data primer diolah 2013
e.
Responden
Frekuensi
Persentase
299
27.5 %
790
72.5 %
1089
100
Karakteristik Responden berdasarkan Indek Massa Tubuh dan flatfoot
Tabel 4.5 Karakteristik Responden berdasarkan indek massa tubuh dan flatfoot.
Hasilwet foot print test
IMT
Sangat Kurus
Kurus
Normal
Gemuk
Sangat Gemuk
Jumlah
Hasil pengukuran
Normal
Flat foot
140
326
51
123
88
302
10
16
10
23
299
790
Berdasarkan tabel 4.5 karakteristik responden berdasarkan Hasil pengukuran
Wet Test pada siswa yang terkena flat foot terbanyak adalah dengan indek masa tubuh
sangat kurus sebanyak 140 responden.
B. Pembahasan
1.
Deskripsi Subyek
Dalam penelitian ini diperoleh subyek berjumlah 1089 orang. Subyek berusia 612 tahun menemukan bahwa 299 responden mengalami flatfoot dan 790 responden
memiliki arkus normal. Menurut Michel (2005), sebuah kondisi kaki di mana lengkungan
punggung kaki rata sehingga keseluruhan permukaan telapak kaki menyentuh tanah.
Kondisi ini disebabkan tiadanya arkus atau lengkungan pada telapak kaki.
Angka kejadian Flatfoot yang diperoleh sebanyak 299 responden atau 27,5 %
yang terdiri dari responden yang berjenis kelamin laki – laki sebanyak 134 orang dan
berjenis kelamin perempuan sebanyak 165 orang. Responden yang mengalami flatfoot
terbanyak memiliki indeks massa tubuh sangat kurus berjumlah 140 orang atau 47%.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa deskriptif dari total sampel 1089 siswa didapatkan
prevelensi 299 siswa mengalami flat foot dan 790 siswa memiliki arkus normal.
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin terbanyak adalah perempuan 165 orang,
karakteristik responden berdasarkan umur terbanyak adalah umur 9 tahun, karakteristik
responden berdasarkan indek massa tubuh terbanyak adalah sangat kurus 140 orang atau
47% dan karakteristik responden berdasarkan tinggi badan adalah 100-120 cm. Dan
prevelensi kelainan bentuk kaki dari 1089 siswa, 299 mengalami flat foot dan 790 memiliki
arkus normal.
B. Saran
1. Bagi Masyarakat
Masyarakat terutama orang tuadiharapkan dapat memantau permukaan kaki pada
anak supaya tidak terjadi keluhan nyeri pada anak bisa dihindari dan bagi pihak sekolah
untuk menyediakan latihan penguatan otot kaki pada waktu pelajaran olahraga bagi siswa
yang mengalami kelaian bentuk kaki.
2. Bagi Peneliti Lain
Penelitian ini masih dapat dikembangkan lagi dengan memberikan perlakuan
kepada sampel, memperpanjang waktu penelitian dan menggunakan alat ukur lain agar
hasilnya lebih efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Echarri JJ, Forriol F. The development in footprint morphologyin 1851 Congolese children from
urban and rural areas, andthe relationship between this and wearing shoes. J
PediatrOrthop B. 2003;12:141–146
Fallen
Evant.(2008).
Health
A
to
Z.
Aetna
InteliHealth(R).2007-12-18.
2008-05-27.
http://www.intelihealth.com/IH/ihtIH/WS/9339/25652.html.Retrieved
“Unlike a flexible flatfoot, a rigid flatfoot is often the result of a significant problem
affecting the structure or alignment of the bones that make up the foot’s arch.”
Harahap, Tagor Alvin.2006. Proporsi dan gambaran flat foot pada penderita Artritis reumatoid
dan faktor-faktor yang berhubungan. Tesis. Jakarta:UI
Harris, J Edwinet,.al.2004. Diagnosa and treatment of pediatric Flat Foot.Journal of foot &
Ankle Surgery.Volume 43. Nomer 6. November/Desember 2004
Kamarul I. 2007.Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kelainan Tumbuh Kembang Anak. Dalam
Materi Seminar Sehari Tumbuh Kembang Anak Akedemi Siti Hajar-Medan; RSAB
Harapan Kita. Jakarta.
Lin CJ, Lai KA, Kuan TS, Chou YL. Correlating factors andclinical significance of flexible
flatfoot in preschool children.J Pediatr Orthop. 2001;21:378–382
Li-Wei Chou et al,.2009.The prevalence of four common pathomecanical foot Deformities in
primary School Students in Taichung Country.Mid Taiwan Journal Med.2009;14:1-9
Michael,S.2005. Diagnosa and Treatment of adult flatfoot.Journal of foot & Ankle
surgery.Volume 44.Nomer 2. March/April 2005
Pfeiffer M, Rainer Kotz, Thomas Ledl, Gertrude Hauser and Maria Sluga.(2006). Prevelence of
flat foot in Preschool-Aged Children.J Pediatrics. 2006;228;634
Rose GK, Welton EA, Marshall T. The diagnosis of flat foot inthe child.J Bone Joint Surg Br.
1985;67:71–78
Rao UB, Joseph B.(1992). “The influence of footwear on the prevalence of flat foot.A survey of
2300 children“.J Bone Joint Surg Br74 (4): 525–7.
TAHUN DI KOTA SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Mendapatkan
Gelar Sarjana Sains Terapan Fisioterapi
Disusun Oleh :
SETERIYO WARDANIE
J 110 080 007
PROGRAM STUDI D IV FISIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
ABSTRAK
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV FIOSTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH SURAKARTA
SKRIPSI, 3 JULI 2013
SETERIYO WARDANIE J110080007
“PREVALENSI KELAINAN BENTUK KAKI (FLAT FOOT) PADA ANAK USIA 6 - 12
TAHUN DI KOTA SURAKARTA”
( dibimbing oleh Isnaini Herawati, SST.Ft, M.Sc dan , Wahyuni SST.Ft. M.Kes )
V bab, 22 halaman
Latar belakang :Anak memiliki karakteristik yang unik dan berbeda antara anak satu dengan
yang lain. Memiliki anak yang normal baik di lihat dari fisik, mental, kognitif dan perilaku
merupakan harapan dari semua orang tua. Tetapi pada kenyataannya banyak anak yang
mengalami keterbatasan yang diperoleh sejak dalam kandungan, setelah lahir ataupun dalam
pertumbuhannya menjadi dewasa.Salah satu kondisi yang tidak normal adalah kelainan bentuk
kaki Tujuan: Untuk mengetahui prevelensi kelaian bentuk kaki pada anak usia 6-12 tahun di
Kota Surakarta. Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif.Hasil:
Penelitian yang dilakukan di SD Muhammadiyah 1 Ketelan dan SD Muhammadiyah 4 Kandang
Sapi Surakarta diperoleh subyek berjumlah 1089 orang. Subyek berusia 6-12 tahun menemukan
bahwa 299 responden mengalami flatfoot. Angka kejadian Flatfoot yang diperoleh sebanyak
299 responden atau 27,5 % yang terdiri dari responden yang berjenis kelamin laki – laki
sebanyak 134 orang dan berjenis kelamin perempuan sebanyak 165 orang. Responden yang
mengalami flatfoot terbanyak memiliki indeks massa tubuh sangat kurus berjumlah 140 orang
atau 47%. Kesimpulan: Berdasarkan hasil analisa deskriptif dari total sampel 1089 siswa
didapatkan prevelensi 299 siswa mengalami flatfoot dan 790 siswa memiliki arkus normal.
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin terbanyak adalah perempuan 165 orang,
karakteristik responden berdasarkan umur terbanyak adalah umur 9 tahun, karakteristik
responden berdasarkan indek massa tubuh terbanyak adalah sangat kurus 140 orang atau 47%
dan karakteristik responden berdasarkan tinggi badan adalah 100-120 cm. Dan prevelensi
kelainan bentuk kaki dari 1089 siswa, 299 mengalami flatfoot dan 790 memiliki arkus normal.
Kata kunci: Prevelensi, flatfoot, anak usia 6 – 12 tahun
A. Latar Belakang Masalah
Anak memiliki karakteristik yang unik dan berbeda antara anak satu dengan yang lain.
Seorang anak memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Setiap anak memiliki
cara-cara tersendiri dalam melakukan interaksi dan berekspresi. Memiliki anak yang normal
baik di lihat dari fisik, mental, kognitif dan perilaku merupakan harapan dari semua orang
tua.
Tetapi pada kenyataannya banyak anak yang mengalami keterbatasan yang diperoleh
sejak dalam kandungan, setelah lahir ataupun dalam pertumbuhannya menjadi dewasa
(Kamarul, 2007). Salah satu kondisi yang tidak normal adalah kelainan bentuk kaki.
Kelainan bentuk kaki (kaki ceper atau Flat foot) adalah suatu kelaian pada kaki dimana
lengkungan kaki sebelah dalam (arcus medialis) tidak terbentuk atau menghilang saat anak
berdiri (Harjanto, 2009). Salah satu kondisi yang tidak normal adalah kelainan bentuk kaki.
Kelainan bentuk kaki (kaki ceper atau Flat foot) adalah suatu kelaian pada kaki dimana
lengkungan kaki sebelah dalam (arcus medialis) tidak terbentuk atau menghilang saat anak
berdiri (Harjanto, 2009). Menurut Evans (2008) jumlah populasi anak di dunia yang
mengalami flat foot sekitar 20-30% anak. Prevelensi anak dengan kelainan bentuk kaki di
Taiwan pada tahun 2006 dari 18.006 anak usia 6-12 tahun yang mengalami kaki datar sekitar
2499 atau 13,88% anak, dan kaki dengan arkus tinggi sekitar 237 atau 1,32% anak (Li-wei
chou et al., 2006). Menurut Pande ketut, (2012) hasil survey yang dilakuakan di SDN
Coblong 2 Bandung diperoleh 6 dari 33 siswa (18%) memiliki kecenderungan Flatfoot.
Kelaian bentuk kaki (Flatfoot) dalam jangka panjang akan menyebabkan nyeri pada
telapak kaki, pergelangan kaki dan lutut, selain itu juga akan menyebabkan trauma akut yang
berulang hingga terjadinya deformitas pada kaki. Selain itu cara mendiagnosa lainnya adalah
melihat cara berjalan anak karena obesitas, tibia varum, genu valgum, torsi pada tibia dan
femur, kelemahan otot dan ligament memperparah kaki datar atau flat foot. (Harris et all,
2004). Melihat dari permasalahan diatas, maka penulis ingin melakukan penelitian untuk
mengetahui prevelensi kelainan bentuk kaki pada anak usia 6-12 tahun di Kota Surakarta.
B. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui prevelensi kelaian bentuk kaki pada anak usia 6-12 tahun di Kota
Surakarta.
A. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan
dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau diskripsi tentang suatua keadaan secara
objektif. Metode penelitan diskriptif digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan
yang sedang dihadapi pada situasi sekarang. Penelitian ini dilakukan dengan menempuh langkahlangkah pengumpulan data, klasifikasi, pengolahan atau analisa data, membuat kesimpulan, dan
laporan.
B. Waktu danTempat Penelitian
Tempat pelaksaanaan pengambilan responden adalah SD Muhammadiyah1 Ketelan dan SD
Muhammadiyah 4 Surakarta. Penelitian ini telah dilaksanakan pada 26 Maret 2013.
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum
Penelitian telah dilakukan pada Siswa- Siswi SD Muhammadiyah 1 Ketelan
Surakarta pada tanggal 26 Febuari 2013. SDM 1 Ketelan terletak di daerah
Mangkunegaran yang merupakan lokasi perkotaan yang memiliki jumlah 786 siswa.
Penelitian ini juga telah dilakukan di SD Muhammadiyah 4 Kandang Sapi Kecamatan
Jebres Surakarta yang terletak di Kota Surakarta bagian timur. SDM 4 Kandang Sapi
memiliki jumlah 319 siswa. Dalam penelitian ini didapatkan subjek yang memenuhi
kriteria inklusi sebagai responden penelitian sebayak 1089 siswa.
2. Hasil Penelitian
a. Karakteristik responden berdasarkan umur.
Tabel 4.1 Karakteristik Responden berdasarkan Umur.
Usia
Jumlah (n)
Persentase (%)
6–7
8–9
10 – 11
>12
195
402
251
241
18
37
23
22
Total
1089
100
Sumber: Data primer diolah 2013
b. Karakteristik responden berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.2 Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Responden
Laki- Laki
Perempuan
Jumlah
Sumber: Data primer diolah 2013
Responden
Frekuensi
Persentase
589
54.1 %
500
45.9 %
1089
100
c. Karakteristik responden berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT)
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan IMT
Responden
Indeks Massa Tubuh
Jumlah
Presentase(%)
Sangat kurus
466
42,7
Kurus
174
15,9
Normal
390
35,8
Gemuk
26
2,3
Sangat Gemuk
33
3,0
Jumlah
1089
100
Sumber: Data primer diolah 2013
d. Karakteristik Responden berdasarka Hasil Pengukuran wet foot print test
Tabel 4.4 Karakteristik Responden berdasarkan Hasil Pengukuran wet foot print test
wet foot print test
Flat Foot
Normal
Jumlah
Sumber: Data primer diolah 2013
e.
Responden
Frekuensi
Persentase
299
27.5 %
790
72.5 %
1089
100
Karakteristik Responden berdasarkan Indek Massa Tubuh dan flatfoot
Tabel 4.5 Karakteristik Responden berdasarkan indek massa tubuh dan flatfoot.
Hasilwet foot print test
IMT
Sangat Kurus
Kurus
Normal
Gemuk
Sangat Gemuk
Jumlah
Hasil pengukuran
Normal
Flat foot
140
326
51
123
88
302
10
16
10
23
299
790
Berdasarkan tabel 4.5 karakteristik responden berdasarkan Hasil pengukuran
Wet Test pada siswa yang terkena flat foot terbanyak adalah dengan indek masa tubuh
sangat kurus sebanyak 140 responden.
B. Pembahasan
1.
Deskripsi Subyek
Dalam penelitian ini diperoleh subyek berjumlah 1089 orang. Subyek berusia 612 tahun menemukan bahwa 299 responden mengalami flatfoot dan 790 responden
memiliki arkus normal. Menurut Michel (2005), sebuah kondisi kaki di mana lengkungan
punggung kaki rata sehingga keseluruhan permukaan telapak kaki menyentuh tanah.
Kondisi ini disebabkan tiadanya arkus atau lengkungan pada telapak kaki.
Angka kejadian Flatfoot yang diperoleh sebanyak 299 responden atau 27,5 %
yang terdiri dari responden yang berjenis kelamin laki – laki sebanyak 134 orang dan
berjenis kelamin perempuan sebanyak 165 orang. Responden yang mengalami flatfoot
terbanyak memiliki indeks massa tubuh sangat kurus berjumlah 140 orang atau 47%.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa deskriptif dari total sampel 1089 siswa didapatkan
prevelensi 299 siswa mengalami flat foot dan 790 siswa memiliki arkus normal.
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin terbanyak adalah perempuan 165 orang,
karakteristik responden berdasarkan umur terbanyak adalah umur 9 tahun, karakteristik
responden berdasarkan indek massa tubuh terbanyak adalah sangat kurus 140 orang atau
47% dan karakteristik responden berdasarkan tinggi badan adalah 100-120 cm. Dan
prevelensi kelainan bentuk kaki dari 1089 siswa, 299 mengalami flat foot dan 790 memiliki
arkus normal.
B. Saran
1. Bagi Masyarakat
Masyarakat terutama orang tuadiharapkan dapat memantau permukaan kaki pada
anak supaya tidak terjadi keluhan nyeri pada anak bisa dihindari dan bagi pihak sekolah
untuk menyediakan latihan penguatan otot kaki pada waktu pelajaran olahraga bagi siswa
yang mengalami kelaian bentuk kaki.
2. Bagi Peneliti Lain
Penelitian ini masih dapat dikembangkan lagi dengan memberikan perlakuan
kepada sampel, memperpanjang waktu penelitian dan menggunakan alat ukur lain agar
hasilnya lebih efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Echarri JJ, Forriol F. The development in footprint morphologyin 1851 Congolese children from
urban and rural areas, andthe relationship between this and wearing shoes. J
PediatrOrthop B. 2003;12:141–146
Fallen
Evant.(2008).
Health
A
to
Z.
Aetna
InteliHealth(R).2007-12-18.
2008-05-27.
http://www.intelihealth.com/IH/ihtIH/WS/9339/25652.html.Retrieved
“Unlike a flexible flatfoot, a rigid flatfoot is often the result of a significant problem
affecting the structure or alignment of the bones that make up the foot’s arch.”
Harahap, Tagor Alvin.2006. Proporsi dan gambaran flat foot pada penderita Artritis reumatoid
dan faktor-faktor yang berhubungan. Tesis. Jakarta:UI
Harris, J Edwinet,.al.2004. Diagnosa and treatment of pediatric Flat Foot.Journal of foot &
Ankle Surgery.Volume 43. Nomer 6. November/Desember 2004
Kamarul I. 2007.Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kelainan Tumbuh Kembang Anak. Dalam
Materi Seminar Sehari Tumbuh Kembang Anak Akedemi Siti Hajar-Medan; RSAB
Harapan Kita. Jakarta.
Lin CJ, Lai KA, Kuan TS, Chou YL. Correlating factors andclinical significance of flexible
flatfoot in preschool children.J Pediatr Orthop. 2001;21:378–382
Li-Wei Chou et al,.2009.The prevalence of four common pathomecanical foot Deformities in
primary School Students in Taichung Country.Mid Taiwan Journal Med.2009;14:1-9
Michael,S.2005. Diagnosa and Treatment of adult flatfoot.Journal of foot & Ankle
surgery.Volume 44.Nomer 2. March/April 2005
Pfeiffer M, Rainer Kotz, Thomas Ledl, Gertrude Hauser and Maria Sluga.(2006). Prevelence of
flat foot in Preschool-Aged Children.J Pediatrics. 2006;228;634
Rose GK, Welton EA, Marshall T. The diagnosis of flat foot inthe child.J Bone Joint Surg Br.
1985;67:71–78
Rao UB, Joseph B.(1992). “The influence of footwear on the prevalence of flat foot.A survey of
2300 children“.J Bone Joint Surg Br74 (4): 525–7.