Tertipu Kembali.

Tertipu Kembali
Oleh : Sulaeman Rahman
Koran Pikiran Rakyat memuat berita tentang tertipunya Ketua DPR Bapak Agung
Laksono senilai Rp 10 Milyar karena ikut serta dalam invetasi yang dipasarkan oleh PT.
Wahana Bersama Globalindo (PT. WBG). Kerugian tersebut juga dialami oleh yang lain,
yaitu ada ekonom, mantan direktur, mantan duta besar, artis, dll. Kerugian yang dihadapi
oleh para investor dapat dikatakan cukup besar, misalnya untuk kasus PT. WBG , seorang
investor untuk bisa memiliki satu surat sertifikat sebagai bukti investasi harus
mengeluarkan uang kira-kira Rp 45 juta, diperkirakan kerugian total senilai Rp 2 triliun
lebih.
Belajar dari kasus sebelumnya yang terjadi pada kasus PT. Cita Hidayat
Komunika atau PT. Ibist, memiliki kesamaan dalam memberikan imbalan atau return
yang diberikan yaitu tentunya sangat menggiurkan. Bunga yang diberikan diatas dari
bunga normal yang diberikan bank , yaitu 2% perbulan atau 4 % perbulan, dan para
investor sangat menikmati karena dibayar secara tetap. Mereka tidak menyadari bahwa
perolehan bunga yang tinggi akan diikuti dengan risiko yang tinggi pula.

Risiko Investasi

Pada saat melakukan investasi, investor seringkali harus menghadapi berbagai
risiko. Berbagai buku investasi mendefinisikan bahwa risiko adalah selisih antara tingkat

pengembalian aktual dengan tingkat pengembalian yang diharapkan. Contoh pada
investasi saham , investor akan mendapat tingkat pengembalian 40% pertahun, sedangkan
bila tingkat pengembalian deposito dan tabungan sebagai patokan tingkat pengembalian
yang diharapkan besarnya 9 %, maka risikonya diperkirakan 31%. Dapat dikatakan
bahwa investasi saham memiliki risiko yang besar dan juga tingkat keuntungan yang
besar pula.
Saat ini para penabung dan deposan sebenarnya tidak bebas dengan risiko, karena
ada ketentuan pada tahun 2007 ini , pihak LPS (Lembaga Penjamin Simpanan) hanya
menjamin tabungan dan deposito maksimal Rp 100 juta. Jadi bagi seseorang yang
memiliki tabungan dan deposito lebih dari Rp 100 juta , misalnya Rp 150 juta , maka