The New Concept of Bieder Frau.

(1)

Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK

Koleksi busana semi-couture dengan nuansa vintage dan romantis berjudul Bieder

Frau merupakan penggabungan konsep Biedermeier’ dan ‘Frau’. Biedermeier adalah periode yang mengawali era Romantis pada tahun 1815 di kawasan Eropa Tengah, khususnya Jerman dan Austria. Frau dalam bahasa Jerman merupakan kata sapaan formal bagi wanita, terlepas dari usia dan status pernikahannya. Citarasa khas Biedermeier adalah keindahan yang tampil bersahaja dan alami. Bentuk busana, arsitektur dan interior pada masa ini bercirikan unsur floral yang romantis, feminin dan graceful.

Keunikan koleksi ini terwujud melalui pemilihan reka bahan yakni sulam pita dan hiasan bernuansa floral serta teknik celup kain yang terinspirasi dari lukisan era Biedermeier. Sulam pita memerlukan ketelitian dan kesabaran karena prosesnya memakan waktu cukup lama. Keunikan lain tampak dari teknik celup yang menghasilkan efek gradasi warna lembut seperti hijau muda dan merah muda. Selain itu, proses pemanasan dan takaran pewarna harus diperhatikan agar hasilnya optimal.

Tahap pengerjaan desain dimulai dengan memfokuskan ruang lingkup konsep perancangan yaitu pada era Biedermeier. Selanjutnya konsep dirumuskan ke dalam mind

map, moodboard serta alternatif ilustrasi desain. Proses dilanjutkan dengan riset material,

eksperimen teknik celup, sulam pita, pembuatan embellishment serta contoh reka bahan. Setelah itu, dilanjutkan pembuatan pola, cutting, aplikasi reka latar pencelupan, reka struktur sulam pita dan embellishment, proses penjahitan dan diakhiri dengan tahap finishing.

Berdasarkan penerapan tema melalui pemilihan siluet, material dan reka bahan yang tertuang dalam keempat busana koleksi Bieder Frau, maka hasil perancangan dapat digunakan oleh wanita dari kelas menengah ke atas, dengan range usia 19-27 tahun yang menyukai gaya romantis, vintage, feminin dan berjiwa low-profile. Selain itu, koleksi ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sandang masyarakat dalam acara formal dan semi formal. Berbagai inspirasi tersebut dituangkan dengan menerapkan esensi dari era

Biedermeier namun disesuaikan dengan kebutuhan serta demografi masyarakat masa kini

sehingga koleksi ini dapat menjadi alternatif busana bagi masyarakat modern untuk acara formal dan semi formal.

Kata kunci: Biedermeier, floral, romantic, feminine, semi-couture


(2)

Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT

A semi-couture collection with romantic and vintage nuance titled Bieder Frau, which is a mixture of ‘Biedermeier’ and ‘Frau’ concept. Biedermeier was a period which developed at the beginning of Romantic era in 1815 in Central Europe, especially in Germany and Austria. Frau in German language is a formal greeting for ladies, regardless of her age and marital status. The taste of Biedermeier era is modest and natural beauty. The shape of dress, architecture and interior in this period were characterized by floral elements, whose characteristics are romantic, feminine and graceful.

The unique points of Bieder Frau collection manifested by manipulating fabrics selection such as ribbon embroideries and embellishments with floral nuance, along with dyeing technique which is inspired by Biedermeier paintings. The ribbon embroideries require precision and patience since the process takes a long time. The other distinctive characteristic appears from dyeing technique which creates a soft colour gradation such as light green and light pink. The heating process and colorant dosage have to be given special attention to produce the optimal result.

The making process is started by focusing the scope of the design concept, the Biedermeier era. Furthermore, the concept is formulated to mind map, concept, mood board and illustration designs. The process is continued by researching the materials, experimenting the dyeing technique, experimenting the ribbon embroidery and embellishments-making, and creating the sample of manipulating fabrics. Subsequently, the stage is continued to pattern-making, cutting, applying dyeing as surface design, creating ribbon embroidery and embellishments as structure design, sewing process and finally ended by finishing stage.

Based on the application of theme through the selection of silhouette, material, and manipulating fabrics in four dresses of Bieder Frau collection, the dresses can be worn by young women from middle to upper class between 19 – 27 years old whose styles are romantic, vintage, feminine and low-profile spirited. Furthermore, the purpose of Bieder Frau collection is to provide the outerwear necessity of society for formal and semi-formal occasions. The inspirations are manifested by preserving the essence of Biedermeier era along with some adjustments of demography and necessity of modern society so that this collection can be an alternative outerwear for modern society in formal and semi-formal occasions.

Keywords: Biedermeier, floral, romantic, feminine, semi-couture


(3)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

ABSTRAK………..…..…i

ABSTRACT………...………...……...….…….ii

KATA PENGANTAR……….………iii

DAFTAR ISI………...…...iv

DAFTAR LAMPIRAN………..…..……vi

DAFTAR GAMBAR………..………....vii

DAFTAR TABEL……….…..xi

BAB I PENDAHULUAN……….……1

1.1 Latar Belakang………1

1.2 Identifikasi Masalah………...….3

1.3 Tujuan Perancangan ………...3

1.4 Batasan Masalah ………....4

1.5 Metode Perancangan………...…………....4

1.6 Sistematika Penulisan……….…5

BAB II LANDASAN TEORI………...…7

2.1Biedermeier………...………..….7

2.2 Etimologi Frau………..………11 2.3 Teori Fashion dan Busana……….………12

2.4 Pola Busana………..……….15


(4)

Universitas Kristen Maranatha

2.5 Teori Tekstil & Reka Bahan……….……..…...16

2.6 Teori Warna………..…….…...…18

BAB III DESKRIPSI OBJEK STUDI PERANCANGAN………..……...21

3.1 Deskripsi Objek Studi ………..………21

3.2 Teknis Perancangan………..………25

3.3 Identifikasi Objek Studi….………...………26

3.4 Deskripsi dan Survey Fungsi……….……...27

BAB IV KONSEP PERANCANGAN……….………….….…29

4.1 Perancangan Umum………..……29

4.2 Perancangan Khusus………...…………..39

4.2.1 Desain 1……….…39

4.2.2 Desain 2……….………43

4.2.3 Desain 3……….…47 4.2.4 Desain 4……….………51

4.3 Perancangan Detail………..…….56

BAB V PENUTUP………...………...…...61

5.1 Kesimpulan………...61

5.2 Saran……….62

DAFTAR PUSTAKA……….………64

DATA PENULIS………..………..…66

LAMPIRAN……….……...68


(5)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Tahapan proses pencelupan……….….………..……...…34 Tabel 4.2 Pengerjaan sulam pita………..……..37


(6)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Skema metode perancangan secara umum………...4

Gambar 2.1. Profil keluarga pada era Biedermeier………...7

Gambar 2.2. Ilustrasi dongeng Putri Tidur era Biedermeier……….……….…7

Gambar 2.3. Jurnal Fliegende Blätter dan Papa Biedermeier………..………...8

Gambar 2.4. Gaun Biedermeier tahun 1834………….……….………...…..9

Gambar 2.5. Arsitektur dan interior era Biedermeier………..….9

Gambar 2.6. Lukisan Waldmüller………...………...10

Gambar 2.7. Aneka bentuk kerah………...…….…...11

Gambar 2.8. Beret sleeve………..…….….12

Gambar 2.9. Bentuk rok Biedermeier………...…….….12

Gambar 2.10. Bentuk garis pinggang Biedermeier……….13

Gambar 2.11. Siluet ideal Biedermeier………...……13

Gambar 2.12. Kiri: Sulaman pita dan fly stitch………..……..……..16

Gambar 2.13. Lingkaran warna………...…………...17

Gambar 2.14. Color Image Scale karya Shigenobu Kobayashi………..…....18

Gambar 2.15. Warna kategori romantis……….…….19

Gambar 3.1. Still-Life With Roses karya Waldmüller………...….….20

Gambar 3.2. Lukisan-lukisan karya Waldmüller. ………..21

Gambar 3.3. Bangunan dan interior Era Biedermeier. ……….….21


(7)

Universitas Kristen Maranatha

Gambar 3.4. Peralatan rumah tangga era Biedermeier………..….22

Gambar 3.5. Kerung leher decolleté dan busana Biedermeier….……….22

Gambar 3.6. Busana pesta dan pengantin modern………...23

Gambar 3.7 Pesta pernikahan berkonsep garden party ……….………..…26

Gambar 3.8 Pesta pernikahan outdoor bertema vintage………26

Gambar 3.9. Pesta pernikahan indoor bertema romantis………...26

Gambar 4.1. Moodboard berjudul Bieder Frau.………...28

Gambar 4.2. Colour chart koleksi Bieder Frau.………..…….………30

Gambar 4.3. Taffeta bridal, tulle stretch dan organdy doff ……….…..30

Gambar 4.4. Chiffon casionic dan tulle stretch ………..………...31

Gambar 4.5. Aneka pita organdi dan pita satin…………...….………….…………..32 Gambar 4.6. Sketsa koleksi Bieder Frau ………...………...………….……33

Gambar 4.7. Tahap cutting………...………...………..………..34

Gambar 4.8. Pembuatan embellishment……..…...………...………..37

Gambar 4.9. Tahap penjahitan……..…...……….……….……….…...….39

Gambar 4.10. Ilustrasi desain 1………...………....……... 40

Gambar 4.11. Colour chart utama desain 1………...………...…..……40

Gambar 4.12. Material utama desain 1 ………...………..….………....41

Gambar 4.13. Gaun desain 1...……...………..…..41

Gambar 4.14. Cape tampak depan dan belakang ………...………..……...42

Gambar 4.15. Sepasang sleeves pelengkap desain 1………...………...……42


(8)

Universitas Kristen Maranatha

Gambar 4.16. Hasil celupan bagian ujung rok………...………....…...…..43

Gambar 4.17. Pola sulam pita dan embellishment pada cape………...…………... 43

Gambar 4.18. Ilustrasi desain 2………...………...……….………44

Gambar 4.19. Colour chart utama desain 2………...………...………..44

Gambar 4.20. Material utama desain 2. ………...………...…….……..45

Gambar 4.21. Gaun desain 2………...……….…………...45

Gambar 4.22. Bagian atas desain 2.. ………...………….……….………...…..46

Gambar 4.23. Aplikasi celupan pada rok………...…………...….……….……47

Gambar 4.24. Pola sulam pita dan embellishment pada desain 2………...……..…..47

Gambar 4.25. Ilustrasi desain 3. ………...………..48

Gambar 4.26. Colour chart utama desain 3………...………....……….…48

Gambar 4.27. Material utama desain 3. ………...………...….…………..49

Gambar 4.28. Bagian atas desain 3. ………...……….………...49

Gambar 4.29. Busana desain 3. ………...………..……….…………....50

Gambar 4.30. Hasil gradasi desain 3………...……….………...50

Gambar 4.31. Pola sulam pita dan embellishment pada rok desain 3……….51

Gambar 4.32. Sulam pita dan embellishment pada rok desain 3………....51

Gambar 4.33. Ilustrasi desain 3.…...………...…… …...……...…….52

Gambar 4.34. Colour chart utama desain 3……….……...52

Gambar 4.35. Material utama desain 4…...……….………..….53

Gambar 4.36. Bagian atas desain 4…...……….…………...………53


(9)

Universitas Kristen Maranatha Gambar 4.37. Gaun desain 4. …...………...………...54 Gambar 4.38. Sarung tangan…...………...…….55 Gambar 4.39. Pola sulam pita dan embellishment pada desain 4.……….……….…55 Gambar 4.40. Pola sulam pita dan embellishment pada bagian rok desain 4……….56 Gambar 4.41. Detail sulam pita dan embellishment pada cape desain 1….……..….57 Gambar 4.42. Detail sulam pita dan embellishment pada desain 1…...………….….57 Gambar 4.43. Detail sulam pita dan embellishment pada desain 2………..…...57 Gambar 4.44. Detail sulam pita dan embellishment pada desain 4…...……..………58 Gambar 4.45. Embellishment bunga…...………….……...………58 Gambar 4.46. Busana era Biedermeier dan sepatu era Biedermeier…...………59 Gambar 4.47. Sepatu Bieder Frau…...………....……..……….59 Gambar 4.48. Sepatu dan aksesori Bieder Frau…...……….………...………...…...60 Gambar 4.49. Aksesori Biedermeier …...……….…..……60 Gambar 4.50. Aksesori bunga dan rias wajah natural Bieder Frau…...…………...61 Gambar 4.51. Aksesori bunga dengan slayer………..61


(10)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A: Ukuran Model dan Pola Kecil……….………..…68

Lampiran B: Material………..……….………..….……87

Lampiran C: Dokumentasi Busana………..………..….……90

Lampiran D: Gambar Teknik………..……….………..….…93

Lampiran E: Ilustrasi Fashion………..………..….…..104

Lampiran F: Reka Bahan………..……….………..….108

Lampiran G: Proses Pembuatan…………..……….………...112

Lampiran H: Rincian Harga Material …..……….………..….118

Lampiran I: Mind Map………..……….…..……….……120


(11)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini, kalangan masyarakat kelas menengah berkembang dengan pesat di Indonesia. Pertumbuhan ini merupakan dampak dari meningkatnya jumlah masyarakat usia produktif, yang telah memiliki pola pikir modern serta berkeinginan untuk memperbaiki kualitas hidup. Hal ini terlihat dari meningkatnya permintaan pasar terhadap gadget yang canggih, serta menjamurnya berbagai resto, kafe, toko pakaian serta berbagai toko pelengkap gaya hidup lainnya. Bahkan, kini Indonesia merupakan negara dengan jumlah populasi konsumen terbesar di Asia Tenggara, yang saat ini jumlahnya mencapai 45 juta orang. Hal tersebut didasarkan pada pernyataan Margaret Fong, Deputy Executive Director The Hong Kong Trade Development Council dalam artikel Media Indonesia tanggal 17 Maret 2013. Menurut data dari Harian Kompas tanggal 5 Oktober 2011, World Bank mengumumkan bahwa 56,5% populasi Indonesia masuk kategori kelas menengah dengan nilai belanja Rp 20.000,00 – Rp 200.000,00 per harinya. Dalam pertemuan tahunan Bank Indonesia dengan Pelaku Perbankan (Bankers Dinner) tanggal 23 November 2012, Gubernur Bank Indonesia, Darmin Nasution, menjelaskan bahwa pertumbuhan itu didorong oleh peningkatan pesat penduduk usia produktif.

Pertumbuhan kelas menengah di Indonesia tersebut menghasilkan kelas masyarakat baru yang menyukai estetika dan mulai memerhatikan penampilan. Kegemaran akan estetika tersebut meningkat seiring dengan apresiasi terhadap fashion. Dalam berpenampilan, masyarakat menengah ini tak ingin kalah dari kelas atas, namun menyiasatinya dengan memilih produk bermutu dengan harga yang lebih terjangkau.

Uniknya, fenomena berkembang pesatnya kelas menengah juga pernah muncul untuk pertama kalinya di kawasan Eropa Tengah, khususnya di Jerman dan


(12)

2 Universitas Kristen Maranatha Austria. Fenomena serupa terjadi pada era Biedermeier, yang muncul setelah Perang Napoleon berakhir pada tahun 1815. Berbeda dari era-era sebelumnya yang dipopulerkan oleh kalangan atas, era Biedermeier pertama dipopulerkan oleh kalangan menengah. Pada masa ini industri tengah berkembang pesat sehingga menciptakan kelas masyarakat baru yang hidup berkecukupan, tapi tidak berlimpah kemewahan seperti halnya kaum aristrokrat. Kelas masyarakat ini mapan, terpelajar dan memiliki cita rasa yang baik dalam estetika. Mereka menyukai keindahan alami yang tampil bersahaja. Hal ini dapat terlihat dari elemen arsitektur, dekorasi interior serta tata busana yang menggunakan material dengan harga terjangkau, namun tetap indah walaupun bersahaja karena dipercantik dengan unsur dekoratif bernuansa floral. Kemunculan era Biedermeier juga menandai dimulainya periode romantis di kawasan Barat pada awal abad 19. Pada masa ini, berbagai karya seni berfokus pada tema non-politik, misalnya lukisan still-life, family portrait , dan landsape. Dalam dunia literatur, cerita rakyat (folklore) dan dongeng yang sarat akan romantisme dan fantasi sangat digemari. Koleksi cerita rakyat terbitan Grimm Bersaudara bahkan direvisi dan diterbitkan berulang kali pada tahun 1812-1857, dan berkembang dari 86 hingga lebih dari 200 cerita pada saat itu.

Berdasarkan keserupaan fenomena meningkatnya kelas masyarakat menengah di Indonesia pada masa kini dan pada era Biedermeier pada masa lampau, busana semi couture yang akan dirancang bertema Bieder Frau, yang merupakan gabungan dari kata Biedermeier dan Frau. Biedermeier mewakili era romantis yang menjadi sumber inspirasi utama koleksi, sementara Frau dalam bahasa Jerman merupakan kata sapaan bagi wanita dalam situasi formal. Terinspirasi dari era Biedermeier, terbukti bahwa keindahan tidak harus selalu diraih melalui gemerlap yang berlebihan. Keindahan juga dapat diraih melalui kesederhanaan dan stilasi keindahan alam. Natural and romantic beauty merupakan keywords dari era Biedermeier.

Melalui koleksi Bieder Frau ini, penulis ingin menghadirkan koleksi busana semi-couture yang merupakan hasil perpaduan inspirasi era Biedermeier dengan gaya dan kebutuhan masyarakat masa kini. Koleksi ini dapat digunakan dalam kepentingan formal dan semi-formal, misalnya pesta pernikahan, jamuan makan


(13)

3 Universitas Kristen Maranatha malam, atau cocktail party. Target market koleksi ini adalah wanita dari kelas menengah ke atas, dengan range usia 19-27 tahun yang menyukai gaya romantis, vintage, feminin dan berjiwa low-profile. Berbagai ragam hias khas era Biedermeier menjadi sumber untama inspirasi koleksi ini, namun dengan penyesuaian pada kebutuhan masyarakat modern. Keseluruhan desain busana dibuat lebih sederhana agar lebih modern dan stylish untuk dikenakan sebab pada masa kini efisiensi dan kepraktisan menjadi poin penting yang dipertimbangkan masyarakat.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan penjelasan pada latar belakang maka identifikasi masalah terbagi atas:

1. Cara menerapkan sumber inspirasi era Biedermeier ke dalam koleksi busana yang dapat diterima dan digunakan masyarakat modern.

2. Cara siluet rok yang lebar dan mengembang di era Biedermeier dapat disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat modern masa kini.

3. Cara elemen dekoratif bernuansa floral khas Biedermeier dapat dimasukkan dalam koleksi ini dengan cara baru namun tetap bernuansa Eropa.

1.3 Tujuan Perancangan

Merujuk pada fakta bahwa kelas menengah Indonesia tengah berkembang pesat di Indonesia, maka yang menjadi target market adalah masyarakat kalangan menengah ke atas khususnya yang berdomisili di Bandung. Bandung yang menjadi sasaran adalah kota yang saat ini cukup diminati masyarakat lokal maupun mancanegara untuk wisata belanja. Selain itu masyarakat Bandung umumnya terdiri dari golongan menengah yang memiliki daya beli yang sesuai untuk koleksi ini.


(14)

4 Universitas Kristen Maranatha Koleksi Bieder Frau yang dapat dikategorikan dalam busana semi-couture ini digunakan dalam kesempatan formal, misalnya dalam pesta pernikahan sebagai gaun pengantin dan gaun pengiring pengantin. Dalam kehidupan, pernikahan merupakan peristiwa yang ditunggu-tunggu karena pernikahan merupakan salah satu fase penting dalam kehidupan. Pernikahan juga merupakan perayaan sukacita, karena itu setiap orang biasanya ingin tampil istimewa di kesempatan khusus seperti ini. Selain itu, koleksi ini dapat pula dikenakan pada jamuan makan malam dan cocktail party. Walaupun terinspirasi dari suatu era pada masa lampau, koleksi Bieder Frau didesain agar tampak modern dan stylish untuk dikenakan pada masa kini tanpa menghilangkan kesan romantis di dalamnya.

1.4 Batasan Masalah

Berdasarkan tema koleksi Bieder Frau, penulis membatasi pembahasan pada lingkup:

1. Siluet dan karekteristik busana era Biedermeier dan busana pesta modern 2. Lukisan pada era Biedermeier

3. Elemen dekoratif arsitektur dan interior era Biedermeier

4. Reka latar dan reka struktur yang digunakan pada koleksi Bieder Frau 1.5 Metode Perancangan

Secara keseluruhan Tugas Akhir ini menggunakan tahapan perancangan yang terdiri dari:


(15)

5 Universitas Kristen Maranatha

Reka struktur dengan embellishment dan sulam pita Pembuatan ilustrasi fashion

Pembentukan konsep

Riset material dan eksperimen

Pembuatan pola

Tahap cutting

Reka latar dengan pencelupan

Tahap finishing Proses penjahitan

Gambar 1.1 Skema metode perancangan secara umum

1.6 Sistematika Penulisan

Bab I menjelaskan tentang pendahuluan, terdiri dari latar belakang yang mendasari perancangan koleksi busana dengan tema Bieder Frau, identifikasi permasalahan, tujuan dari perancangan koleksi serta diakhiri dengan sistematika penulisan.

Bab II menjelaskan tentang berbagai macam teori yang menjadi landasan dalam proses perancangan koleksi Bieder Frau. Teori-teori tersebut adalah teori fashion, teori busana, teori tekstil dan teori warna.

Bab III menjelaskan objek-objek yang menjadi sumber inspirasi penulis dalam mendesain yaitu era Biedermeier, mulai dari pembahasan mengenai era tersebut, karya seni, elemen interior, tata busana, serta aksesori yang ada pada masa itu.


(16)

6 Universitas Kristen Maranatha Bab IV menjelaskan tentang konsep perancangan koleksi secara umum serta colour chart dan material yang digunakan. Penulis juga menjelaskan tentang perancangan khusus pada busana, lengkap dengan reka bahan seperti apa yang digunakan.

Bab V menjelaskan kesimpulan penulis yang ditarik dari awal hingga akhir proses pengerjaan Tugas Akhir serta saran yang didapat dari keseluruhan proses perancangan.


(17)

61 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah melalui berbagai proses dalam pembuatan koleksi Bieder Frau, maka telah tercapai tujuan awal dari pembuatan koleksi semi-couture ini, yaitu sebagai alternatif untuk memenuhi kebutuhan sandang masyarakat dalam busana pesta formal dan semi formal, seperti pesta pernikahan, jamuan makan malam, atau cocktail party. Selain itu, koleksi busana ini juga dapat digunakan untuk kepentingan acara khusus seperti wedding, pagar ayu, foto pre-wedding, dan pesta sweet 17.

Dalam keseluruhan proses perancangan yang telah dilakukan terdapat beberapa kendala ditemukan, yaitu:

a. Kendala berupa pencarian data, tema yang sangat khusus seperti Bieder Frau merupakan tema yang cukup lama dan jarang ditemukan referensi penunjang, sehingga perancang membutuhkan waktu lebih dalam proses pematangan konsep penelitian untuk dapat menghasilkan perancangan yang sesuai.

b. Kendala berupa teknis, pengerjaan busana dan reka bahan dilakukan secara manual dan spesifik dalam setiap perancangan sehingga teknik pengerjaan pun cukup memakan waktu.

c. Kendala teknis dalam proses pencelupan kain. Dalam proses ini sempat terjadi kegagalan, yaitu warna yang dihasilkan tidak merata. Akibatnya, proses pencelupan harus diulang.

d. Kendala teknis dalam proses sulam pita. Sulam pita pada bagian cape sempat diulang karena pita yang digunakan terlalu besar sehingga tampak kerutan-kerutan pada cape.


(18)

62 Universitas Kristen Maranatha e. Proses memerlukan percobaan terlebih dahulu untuk mendapatkan hasil warna yang sesuai dengan keinginan. Selain itu dalam proses pemanasan harus diperhatikan agar warna pada kain merata dan tidak ada belang. f. Proses sulam pita memerlukan craftsmanship, kesabaran dan

kehati-hatian. Proses ini memakan waktu cukup lama, selain itu dalam memasukkan pita ke dalam kain memerlukan tenaga yang cukup namun tetap harus perlahan-lahan. Bila tidak demikian, kain akan rusak dan koyak.

5.2 Saran

Berdasarkan keseluruhan pembuatan koleksi Bieder Frau maka terdapat berbagai saran yang dapat diberikan perancang. Koleksi dengan tema-tema yang sangat khusus harus menggunakan riset pendahuluan agar perancang tidak salah dalam menafsirkan tema ke dalam produk rancangan. Selain itu terdapat saran-saran yang lebih bersifat teknis, yaitu:

a. Pada proses pencelupan sebaiknya menggunakan panci yang berdiameter besar. Selama pembuatan koleksi, panci yang digunakan berdiameter kecil (26 cm) dan sehingga sempat terjadi kegagalan, yaitu hasil warna pada kain tidak merata dan tidak sempurna. Penggunaan wadah panci yang lebih besar dapat menghindari kegagalan tersebut.

b. Dalam proses sulam pita, bila penyulam menggunakan pita jenis Halbach akan lebih memudahkan ketimbang menggunakan pita lokal karena teksturnya yang lebih lembut dan flexible. Namun tentu saja hal ini akan berpengaruh pada biaya yang dikeluarkan karena harga pita Halbach berkisar 4 sampai 5x lipat dari pita lokal. Sebaiknya, kain yang disulam pita memiliki sifat kaku dan cukup tebal sehingga akan meminimalisir kerutan yang timbul akibat sulam pita.

c. Cape pada busana desain pertama sebaiknya dibuat lebih pendek agar

bagian pinggang tampak. Tujuannya, agar yang mengenakannya terlihat langsing. Gaun kedua dan gaun ketiga sebaiknya diberi tambahan petticoat pada bagian dalam rok agar tampak mengembang. Petticoat


(19)

63 Universitas Kristen Maranatha gaun keempat dibuat lebih mengembang dan bervolume dari sebelumnya agar rok tampak lebih mengembang dan sulaman pita pada bagian bawah rok dapat lebih terekspos.


(20)

64 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan dkk. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia: Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka

Betteridge, Harold T. 1978. Cassel’s German Dictionary: German-English, English-German. London: Cassel Ltd

Daverio, John. 1997. Robert Schumann: Herald of a 'New Poetic Age. New York: Oxford University Press, Inc

Jones, Sue Jenkyn. 2005. Fashion Design. London: Laurence King Publishing

Kobayashi, Shigenobu. 1991. Color Image Scale. New York: Kosdansha International

Murray, Christopher John. 2004. Encyclopedia of the Romantic Era: 1760-1850. New York: Taylor & Francis

Pratiwi, Djati. 2001. Pola Dasar dan Pecah Pola Busana. Jakarta: Kanisius

Procter, Paul dkk. 1995. Cambridge International Dictionary of English. Cambridge: Press Syndicate of the University of Cambridge

Savitri, Ir. 2011. Ragam Hias Sulam Pita: Penghias Aneka Tas. Yogyakarta: Kanisius

Sherin, Aaris. 2012. Design Elements: Color Fundamentals. Massachusetts: Rockport Publishers.

Van Roojen, Pepin. 2000. Fashion Design 1800-1940. Amsterdam: The Pepin Press Yarwood, Doreen. 1978. Illustrated Encyclopedia of World Costume. Mineola, New

York: Dover Publications, Inc

Zaman, Moh. Alim. 2001. Kostum Barat dari Masa ke Masa. Jakarta: Meutia Cipta Sarana


(21)

65 Universitas Kristen Maranatha Daftar Situs untuk Pustaka:

http://en.wikipedia.org/wiki/Biedermeier diakses pada tanggal 8 Februari 2013 pukul 20.41 WIB

http://en.wikipedia.org/wiki/Ferdinand_Georg_Waldm%C3%BCller diakses pada tanggal 20 Januari 2013 pukul 12.24 WIB

http://www.encyclopedia.com/topic/Biedermeier.aspx diakses pada tanggal 25 Maret 2013 pukul 21.05 WIB


(1)

Bab IV menjelaskan tentang konsep perancangan koleksi secara umum serta colour chart dan material yang digunakan. Penulis juga menjelaskan tentang perancangan khusus pada busana, lengkap dengan reka bahan seperti apa yang digunakan.

Bab V menjelaskan kesimpulan penulis yang ditarik dari awal hingga akhir proses pengerjaan Tugas Akhir serta saran yang didapat dari keseluruhan proses perancangan.


(2)

61 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah melalui berbagai proses dalam pembuatan koleksi Bieder Frau, maka telah tercapai tujuan awal dari pembuatan koleksi semi-couture ini, yaitu sebagai alternatif untuk memenuhi kebutuhan sandang masyarakat dalam busana pesta formal dan semi formal, seperti pesta pernikahan, jamuan makan malam, atau cocktail party. Selain itu, koleksi busana ini juga dapat digunakan untuk kepentingan acara khusus seperti wedding, pagar ayu, foto pre-wedding, dan pesta sweet 17.

Dalam keseluruhan proses perancangan yang telah dilakukan terdapat beberapa kendala ditemukan, yaitu:

a. Kendala berupa pencarian data, tema yang sangat khusus seperti Bieder Frau merupakan tema yang cukup lama dan jarang ditemukan referensi penunjang, sehingga perancang membutuhkan waktu lebih dalam proses pematangan konsep penelitian untuk dapat menghasilkan perancangan yang sesuai.

b. Kendala berupa teknis, pengerjaan busana dan reka bahan dilakukan secara manual dan spesifik dalam setiap perancangan sehingga teknik pengerjaan pun cukup memakan waktu.

c. Kendala teknis dalam proses pencelupan kain. Dalam proses ini sempat terjadi kegagalan, yaitu warna yang dihasilkan tidak merata. Akibatnya, proses pencelupan harus diulang.

d. Kendala teknis dalam proses sulam pita. Sulam pita pada bagian cape sempat diulang karena pita yang digunakan terlalu besar sehingga tampak kerutan-kerutan pada cape.


(3)

e. Proses memerlukan percobaan terlebih dahulu untuk mendapatkan hasil warna yang sesuai dengan keinginan. Selain itu dalam proses pemanasan harus diperhatikan agar warna pada kain merata dan tidak ada belang. f. Proses sulam pita memerlukan craftsmanship, kesabaran dan

kehati-hatian. Proses ini memakan waktu cukup lama, selain itu dalam memasukkan pita ke dalam kain memerlukan tenaga yang cukup namun tetap harus perlahan-lahan. Bila tidak demikian, kain akan rusak dan koyak.

5.2 Saran

Berdasarkan keseluruhan pembuatan koleksi Bieder Frau maka terdapat berbagai saran yang dapat diberikan perancang. Koleksi dengan tema-tema yang sangat khusus harus menggunakan riset pendahuluan agar perancang tidak salah dalam menafsirkan tema ke dalam produk rancangan. Selain itu terdapat saran-saran yang lebih bersifat teknis, yaitu:

a. Pada proses pencelupan sebaiknya menggunakan panci yang berdiameter besar. Selama pembuatan koleksi, panci yang digunakan berdiameter kecil (26 cm) dan sehingga sempat terjadi kegagalan, yaitu hasil warna pada kain tidak merata dan tidak sempurna. Penggunaan wadah panci yang lebih besar dapat menghindari kegagalan tersebut.

b. Dalam proses sulam pita, bila penyulam menggunakan pita jenis Halbach akan lebih memudahkan ketimbang menggunakan pita lokal karena teksturnya yang lebih lembut dan flexible. Namun tentu saja hal ini akan berpengaruh pada biaya yang dikeluarkan karena harga pita Halbach berkisar 4 sampai 5x lipat dari pita lokal. Sebaiknya, kain yang disulam pita memiliki sifat kaku dan cukup tebal sehingga akan meminimalisir kerutan yang timbul akibat sulam pita.

c. Cape pada busana desain pertama sebaiknya dibuat lebih pendek agar bagian pinggang tampak. Tujuannya, agar yang mengenakannya terlihat


(4)

63 Universitas Kristen Maranatha

gaun keempat dibuat lebih mengembang dan bervolume dari sebelumnya agar rok tampak lebih mengembang dan sulaman pita pada bagian bawah rok dapat lebih terekspos.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan dkk. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia: Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka

Betteridge, Harold T. 1978. Cassel’s German Dictionary: German-English, English-German. London: Cassel Ltd

Daverio, John. 1997. Robert Schumann: Herald of a 'New Poetic Age. New York: Oxford University Press, Inc

Jones, Sue Jenkyn. 2005. Fashion Design. London: Laurence King Publishing

Kobayashi, Shigenobu. 1991. Color Image Scale. New York: Kosdansha International

Murray, Christopher John. 2004. Encyclopedia of the Romantic Era: 1760-1850. New York: Taylor & Francis

Pratiwi, Djati. 2001. Pola Dasar dan Pecah Pola Busana. Jakarta: Kanisius

Procter, Paul dkk. 1995. Cambridge International Dictionary of English. Cambridge: Press Syndicate of the University of Cambridge

Savitri, Ir. 2011. Ragam Hias Sulam Pita: Penghias Aneka Tas. Yogyakarta: Kanisius

Sherin, Aaris. 2012. Design Elements: Color Fundamentals. Massachusetts: Rockport Publishers.

Van Roojen, Pepin. 2000. Fashion Design 1800-1940. Amsterdam: The Pepin Press

Yarwood, Doreen. 1978. Illustrated Encyclopedia of World Costume. Mineola, New York: Dover Publications, Inc


(6)

65 Universitas Kristen Maranatha Daftar Situs untuk Pustaka:

http://en.wikipedia.org/wiki/Biedermeier diakses pada tanggal 8 Februari 2013 pukul 20.41 WIB

http://en.wikipedia.org/wiki/Ferdinand_Georg_Waldm%C3%BCller diakses pada tanggal 20 Januari 2013 pukul 12.24 WIB

http://www.encyclopedia.com/topic/Biedermeier.aspx diakses pada tanggal 25 Maret 2013 pukul 21.05 WIB