PROS Sri S, David S, Daru P Kekerabatan Dasar fulltext

KEKERABATAN DASAR HARMONISASI SOSIAL
MASYARAKAT PERBATASAN INDONESIA – MALAYSIA
Sri Suwartiningsih1, David Samiyono2, Daru Purnomo3
1

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
Email sri.suwartiningsih@staff.uksw.edu
2
Fakultas Theologia, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga
Email david.samiyono@staff.uksw.edu
3
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi, Universitas Kristen Satya Wacana.Email
daru.purnomo@staff.uksw.edu

ABSTRACT
Conflicts in Indonesia rarely occurred in the border area. Instead,the border
communities can run a social life with low conflict. Therefore a question such as why
social harmonization could take place in the border communities Indonesia Malaysia?isimportant to be answered. This study used qualitative-descriptive method to
carry out research on Social Harmonisation in the Indonesia -Malaysia border
communities. From the results of research conducted in the months of April to June
2015 and April-June 2016 showed that the lives of the people in Indonesia-Malaysia

border (especially in districts Jagoi Babang). In the context of national integration, they
are able to tolerance and respect one another.Interactions of the citizens which are live
side by side despite the different countries areevidences that they need each other. The
main thing that makes them able to live in harmony is because they feel the family
(kinship) as the Dayak Bidayuh descent. Local knowledge which is still running is
Gawai ritual.
Key words: solidarity, social interaction, social harmony, kinship

PENDAHULUAN

kecamatan ini adalah kerajinan Bidai dan

Latar Belakang

barang-barang yang terbuat dari rotan. Selain

Jagoi Babang adalah sebuah kecamatan

itu, adat istiadat yang masih cukup kental,


di Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat

masyarakat yang hangat dan masih sangat

Indonesia. Wilayah ini terletak di perbatasan

mengenal

Kalbar-Sarawak (batas sebelah timur, kurang

bangunan rumah adat yang masih berdiri,

lebih 1 jam ke Kota Sarawak). Jagoi Babang

membuat kecamatan ini menjadi sebuah

istilah

gotong


royong

serta

berjarak 115 km dari Kabupaten Bengkayang

Perbedaan kondisi fisik di wilayah

atau sekitar 2 jam dari Kantor Pemda

Malaysia. Jalan di wilayah bagian perbatasan

Bengkayang. Kecamatan ini terdiri atas 6

Malaysia memiliki jalan yang mulus dan

Desa dan 14 dusun dengan jumlah KK 1679

tidak berlubang, sumber pangan yang mudah


dan 6948 jiwa.

diperoleh, sarana pendidikan yang memadai,

Kebanyakan penduduk adalah peda-

sarana kesehatan yang layak dan sarana

gang, pengrajin anyaman rotan, dan ber-

transportasi yang mudah. Keadaan fisik yang

kebun.Hal yang menjadi ciri khas dari

berbeda ini ternyata tidak menghambat inte-

333

Kekerabatan Dasar Harmonisasi Sosial Masyarakat Perbatasan Indonesia – Malaysia (Sri Suwartiningsih, dkk)


raksi antara warga negara Indonesia di

sosial, baik dari aspek ideologi, politik,

perbatasan dan warga negara Malaysia di

ekonomi,

perbatasan.

keamanan.1

budaya,

pertahanan,

dan

Harmoni sosial yang tercipta dalam


Sebagai makhluk sosial, setiap orang

komunitas masyarakat perbatasan Indonesia

tidak akan pernah hidup dengan dirinya

dan Malaysia ini telah menjadi sebuah fakta

sendiri, tanpa bergantung pada orang lain

sosial yang layak untuk dianalisis dan diteliti.

yang ada di sekitarnya. Seseorang akan selalu

Harmoni sosial ini menjadi sesuatu yang unik

butuh dengan yang lain, tidak hanya untuk

oleh karena biasanya pada komunitas masy-


saling bantu dan tolong menolong, tapi juga

arakat yang berbeda negara sering diwarnai

untuk membangun komunitas sosial yang

oleh disharmoni sosial atau keretakan-

saling mendukung dan bekerja sama untuk

keretakan dalam hubungan sosial antar

mencapai tujuan yang diinginkan. Kehidupan

individu-individu atau kelompok-kelompok

masyarakat Indonesia yang berasal dari latar

sosial yang ada di dalamnya. Hal inilah yang


belakang yang beragam; suku, budaya,

melatar

melakukan

agama, tradisi, pendidikan, ekonomi dan

penelitian ini. Dengan demikian pertanyaan

sebagainya, adalah sesuatu yang niscaya dan

mengapa terjadi harmonisasi sosial pada

tidak dapat dielakkan oleh setiap individu.

masyarakat yang memiliki perbedaan negara?

Namun di situlah keindahan sebuah komunitas


Berdasarkan latar belakang masalah di

sosial bila mampu merekat berbagai per-

atas, maka rumusan masalahnya adalah

bedaan itu dan menjadikannya sebagai sarana

bagaimana harmonisasi sosial masyarakat di

untuk saling memahami, tepo seliro dan

kecamatan

toleransi, yang akhirnya akan melahirkan

belakangi

Jagoi


penulis

Babang

dapat

terjadi

padahal mereka adalah masyarakat dari dua
negara yang berbeda?

persatuan dan saling cinta mencintai.
Pada kenyataannya, di tengah masyarakat kita berbagai perbedaan itu kerap

Tujuan Penelitian

menjadi bom waktu dan sumbu pemicu

Menjelaskan tentang penyebab dari


terjadinya konflik horizontal berkepanjang-

terjadinya harmonisasi sosial di masyarakat

an.Tentu banyak variabel penyebab muncul-

perbatasan Indonesia- Malaysia.

nya berbagai konflik. Bahkan bisa jadi
konflik membara dapat muncul dari sebuah

TINJAUAN PUSTAKA

komunitas yang berasal dari latar belakang

Harmonisasi Sosial

budaya, ekonomi, suku dan pendidikan yang

Suatu masyarakat akan berada dalam

sama. Konflik seperti ini kerap terjadi pada

ketertiban, ketentraman, dan kenyamanan,
1

bila berhasil membangun harmoni sosial.
Banyak hal yang berkaitan dengan harmoni

334

http://sosiologidakwah.blogspot.com/2009/03/h
armoni-sosial-berbasis-ketuhanan.html/25-112011/15.35

Prosiding Konser Karya Ilmiah Vol,2. Agustus 2016 | ISSN 2460-5506

masyarakat Indonesia yang hidup di peda-

menjadi pemicu munculnya sebuah konflik

laman dan tidak memiliki pendidikan mema-

bila tidak dikelola dengan baik.

dai untuk mengkomunikasikan masalah yang

Putusnya

jalinan

komunikasi

dan

terjadi di tengah mereka.Sehingga bagi

interaksi antar tetangga menjadi sebab utama

mereka bahasa otot jauh lebih efektif untuk

munculnya masalah-masalah besar.Memang

menyelesaikan masalah tersebut ketimbang

tidak dapat dipungkiri bahwa kesibukan

bahasa otak.

setiap orang yang berangkat pagi menuju

Situasi seperti di atas mungkin

tempat kerja danpulang petang membuat

sangat sulit kita temukan terjadi di wilayah

hubungan itu menjadi renggang atau putus.

perkotaan dengan tingkat pendidikan masya-

Bahkan dua rumah yang terkadang hanya

rakatnya yang lebih baik.Walau perspektif ini

dipisahkan tembok rumah terkadang tidak

tidak berlaku mutlak. Karena kita juga kerap

saling kenal, apakah karena tidak adanya

menyaksikan para mahasiswa yang bota bene

waktu luang, atau tidak pernah meluangkan

berasal dari kalangan terdidik terkadang juga

waktu untuk sekadar saling menyapa atau

suka menyelesaikan masalah yang mereka

melempar senyum

hadapi dengan bahasa otot; tawuran, perke-

kondisi masing-masing.

sembari

menanyakan

lahian jalanan dan menafikan eksistensi

Bila kultur seperti ini yang lebih

mereka sebagai komunitas terdidik yang

kental ketimbang kebersamaan untuk mewu-

layak dijadikan sebagai teladan, karena

judkan sebuah lingkungan yang nyaman dan

itulah, konflik dapat terjadi di mana saja,

aman, masyarakat yang lebih peduli terhadap

pada siapa saja dan komunitas manapun.

sesama, maka sangat wajar bila kita tidak

Tidak peduli apakah ia berasal dari kalangan

menikmati kehidupan social yang baik di

terpelajar, suku atau agama yang sama.

tengah komunitas masyarakat di mana kita

Setiap orang dapat terlibat dalam arus konflik

berada, karena itu tidak aneh pula bila kita

yang terjadi di hadapannya, atau bersentuhan

pernah mendengar ada seseorang yang

langsung dengannya kecuali mereka yang

meninggal dunia tanpa sepengetahuan tetang-

memiliki pikiran yang jernih, hati yang

ga sekitarnya, dan diketahui setelah tercium

lapang dan kendali nafsu yang kuat.

bau busuk dari kediamannya. 2

Perbedaan budaya, kultur dan tradisi

Apalagi

perbedaan

negara

sangat

suatu wilayah dengan wilayah yang lain juga

membutuhkan kesadaran untuk saling dapat

akan menghasilkan karakter yang berbeda.

berinteraksi, karena selain berbeda budaya

Inilah salah satu kekayaan bangsa kita yang

juga berbeda ideologi, visi dan misi.Menurut

terdiri dari banyak suku yang tersebar di

Paulus (2005:169 dalam Lukum, 2011)

berbagai wilayah.Sebagaimana disebutkan di
atas bahwa pelbagai perbedaan tersebut dapat

2

http://www.almanar.co.id/artikelasatidzah/indahnya-harmoni-sosial.html/ 25-112011/15.40

335

Kekerabatan Dasar Harmonisasi Sosial Masyarakat Perbatasan Indonesia – Malaysia (Sri Suwartiningsih, dkk)

Integrasi nasional suatu bangsa pada dasar-

Selain itu La Aru Hutagaol, Papin ,

nya membutuhkan secara seimbang tiga ke-

2012 meneliti tentang implikasi proses

kuatan pengikat yaitu: Pertama, Adanya

interaksi sosial antara Cina-Melayu dalam

kesepakatan terhadap nilai-nilai dasar, ideo-

proses harmonisasi sosial di RT Kampung

logi dan cita-cita untuk bersatu menjadi suatu

Jawa. Dalam penelitian ini berangkat dari

bangsa (integrasi normatif). Kedua, Adanya

frame teori kajian sosiologi kebudayaan,

rasa ketergantungan fungsional dan manfaat

namun dalam penelitian tidak memfokuskan

nasional dan manfaat fungsional yang konkrit

pada hasil asimilasinya, akan tetapi lebih

dari tiap-tiap daerah dengan terintegrasi

melihat pada pengelolahan asimilasi tersebut

dalam suatu Negara kesatuan (integrasi

yang dipandang pada peranan masyarakat

Fungsional). Ketiga, Adanya kekuatan yang

kedua etnis tersebut. Penelitian ini hanya

berwibawa dari pemerintah pusat untuk

menggambarkan bentuk-bentuk dari hasil

menjaga komitmen tiap-tiap daerah untuk

dari pengelolahan asimilasi serta peranan

berintegrasi sehingga tercipta suatu kestabil-

kedua etnis tersebut didalam menjaga dan

an dan keteraturan (integrasi koersif).

menjalankan perannya masing-masing.Hasil

Penelitian tentang harmonisasi sosial

penelitian, Pertama, Proses interaksi sosial

sudah dilakukan oleh Suwartiningsih, (Suwar-

antara etnis Cina-Melayu di Kampung Jawa

tiningsih, 2011) dengan hasil penelitian:

sudah lama terjadi, kedua etnis tersebut dapat

Harmoni sosial yang tercipta dalam komu-

berproses secara baik karena di dasari dari

nitas masyarakat Nias telah menjadi sebuah

latar belakang yang sama-sama sebagai ma-

fakta sosial yang layak untuk dianalisis dan

syarakat pendatang pada dahulunya dan

diteliti. Upaya harmoni apa yang dilakukan

berpikir bahwa tidak mungkin dapat hidup

oleh masyarakat Nias yang agamis-pluralistik

sendiri

ini yang menjadi modal dasar bagi tercip-

mempertahankan hidup. Kedua, Kesadaran

tanya harmoni sosial tersebut? Penelitian

dari masing-masing kedua masyarakat ter-

dilakukan di Kota Gunungsitoli dengan

sebut, dalam memaknai tentang arti keber-

pendekatan penelitian deskriptif-kualitatif.

samaan dalam hidup bermasyarakat, sehing-

Hasil penelitian bahwa kearifan lokal : Banua

ga terbentuk pola pikir untuk saling toleran,

dan fatalifusöta , Emali dome si so ba lala,

tahu menempatkan diri, dan saling membantu

Sebua ta’ide’ide’ö,

antara satu dengan lainnya, dalam memenuhi

ono luo na so yomo ,

side’ide’ide mutayaigö dan Pemahaman dan

tanpa

adanya

kerjasama

dalam

kebutuhan hidup bersama-sama.

penekanan nilai-nilai keagamaan yang kuat
bagi pemeluk-pemeluknya yang agamis-

METODE PENELITIAN

pluralistik memiliki hubungan yang sangat

Pendekatan Penelitian

erat terhadap terciptanya dan terpeliharanya
harmoni sosial yang ada di dalamnya.

336

Dalam rangka menjawab rumusan penelitian

ini

maka

jenis

penelitian

yang

Prosiding Konser Karya Ilmiah Vol,2. Agustus 2016 | ISSN 2460-5506

digunakan dalam penelitian ini ialah feno-

Lokasi Penelitian

menologi, yaitu pengalaman subjektif atau

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan

pengalaman fenomenologikal, tentang kesa-

Jagoi Babang, kabupaten Bengka-

daran dari perspektif pokok dari seseorang.3

yang, propinsi Kalimantan Barat dan

Pendekatan yang digunakan yakni pendekat-

di Sarawak-Malaysia.

an kualitatif.
Waktu Penelitian
Penelitian lapangan dilakukan pada

Unit amatan dan analisa
Unit amatan dan unit analisa untuk

bulan April-Juni 2015 dan April-Juni

tahun pertama adalah masyarakat di kec.

2016.

Jagoi Babang dan Lokasi penelitian di Kecamatan Jagoi Babang dan di Gumbang, Sarawak

KEKERABATAN MENJADI PEREKAT

Malaysia

HUBUNGAN ANTARA MASYARAKAT
PERBATASAN INDONESIA-

Teknik Pengumpulan data atau informasi

MALAYSIA

Data Primer

Interaksi Masyarakat Perbatasan

Dalam penelitian ini penulis mempergunakan tiga (3) teknik pengumpulan data
yaitu dengan teknik interview (wawancara)
dan teknik observasi (pengamatan) dan
dokumentasi.4

Ketika

masuk

di

Kecamatan

Jagoi

Babang, nampak pemandangan yang sangat
menarik.

Di

pepohonan

sepanjang

yang

jalan

rimbun

nampak

hijau,

lahan

pertanian tumbuh subur, masyarakat nampak
ramah kepada para pendatang.Menurut data

Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang
diperoleh melalui studi kepustakaan dari
berbagai buku dan dokumen lainnya, yang
dipakai dalam membangun landasan teoritis

kependudukan Kecamatan Jagoi Babang,
desa Jagoi memiliki kurang lebih 102 KK,
kebanyakan pendudukan adalah pedagang
dan pengrajin anyaman rotan, dan berkebun.

untuk

Menurut Sekretaris Jagoi Babang, salah

menganalisa hasil interpretasi data penelitian

satu program pembangunan daerah untuk

lapangan.5Data sekunder adalah monografi

mempercepat pembangunan wilayah perba-

kecamatan, catatan Kependudukan, Koran,

tasan adalah meningkatkan taraf hidup dan

dll.

mensejahterakan

masyarakat.

Jagoi

Kabupaten

yang

akan

menjadi

tolak

ukur

Babang,

Kecamatan
Bengkayang

3

Lexy J. Maleong., Metodologi Penelitian
Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007),
14.
4
Sugiyono, op.cit., hlm. 224-225.
5
J. D. Engel, Metode Penelitian Sosial dan
Teologi Kristen (Salatiga: Widya Sari Press, 2005) , 32

merupakan salah satu KPE yang terdekat
dengan

Kecamatan

Arok.

Hal

yang

sebenarnya dapat dilakukan adalah kerjasama

337

Kekerabatan Dasar Harmonisasi Sosial Masyarakat Perbatasan Indonesia – Malaysia (Sri Suwartiningsih, dkk)

dalam bidang kehutanan dan pertambangan

gawai di kalangan masyarakat Bidayuh di Jagoi

yang merupakan sektor unggulan. Per-

telah

masalahan yang muncul adalah terjadinya

solidaritas

eksploitasi sumbaer daya alam terutama

Bidayuh di district Bau, Sarawak meskipun

hutan yang merupakan sektor utama.Hal ini

mereka berbeda kewarganegaraan.

menumbuhkan
kelompok

rasa

persatuan

dengan

dan

masyarakat

dapat beresiko terhadap lingkungan hidup

“Tanggal 1 Juni yang lalu, saya dan

sehingga diperlukan hutan yang disebut

kaum kerabat di Jagoi pergi ke ‘seberang’

forestry management.

(Sarawak) untuk menghadiri upacara gawai.

Hubungan masyarakat perbatasan antara
Jagoi Babang dangan Sarawak dapat dikatakan
harmonis.Dalam bidang kerjasama perdagangan,
ada etika yang disepakati oleh masyarakat lokal.
Misalnya, masyarakat Jagoi akan jualan barang
ke Sarawak, maka untuk menyebrang ke
perbatasan

harus

menggunakan

jasa

ojek.

Selanjutnya tukang ojek yang akan mengantar
ke Sarawak. Biasanya tukang ojek perbatasan
sudah memiliki kartu pass, sehingga hal ini
mempermudah urusan penyebrangan.
juga

sebaliknya

pedagang

dari

Begitu

Malaysia,

Leluhur kami berasal dari sana jadi kami yang
pergi ke sana. Setiap tahun, pada bulan Juni
pelintas batas dari Jagoi dan Bau bebas keluar
masuk batas negara untuk mengikuti upacara
adat gawai..” (wa wancara dengan Bpk Ahau
Kadoh, ketua Perhimpunan Forum Masyarakat
Adat, Jagoi, 11/6 )

Bahwa ritual adat dapat menciptakan
kesatuan dan persatuan serta solidaritas kelompok, terlihat sangat kental pada upacara Gawai
Nyobeng yang diselenggarakan pada 15 Juni
2015 di Desa Hlibuei, kecamatan Siding yang
sempat saya liput. Disebut Gawai Nyobeng,

melakukan hal yang sama.

karena pada upacara gawai ini ditabuh alat musik
Ritual Adat

tradisional yang disebut sibak (tifa panjang + 7

Sama seperti komunitas etnik lainnya di
Indonesia, masyarakat Bidayuh juga menjalankan berbagai ritual adat yang diwarisi dari
leluhurnya.Salah satu di antaranya adalah ritual
gawai (gawa’).Gawai dapat disebut sebagai
sebuah upacara syukuran atas segala anugerah
dan berkah yang telah diterima atau sebagai
permohonan ampun kepada penguasa alam
semesta.
Umumnya,

vitas menabuh alat musik tradisional itu disebut
sibang/nibang, dan dari situ muncul kata nyibang
atau nyobeng.
Upacara Gawai Nyobeng di Sebujit ini
dirayakan secara meriah selama tiga hari
(dahulu, tujuh hari tujuh malam). Kaum kerabat
mereka di kampung Padang Pan, district Bau,
Sarawak diundang hadir. Begitu pula sanak

ritual

adat

terkait

erat

dengan sistem kepercayaan dan dapat menciptakan kesatuan, persatuan dan solidaritas kelompok (Durkheim, 1975). Begitu pula upacara

338

meter yang tergantung pada rumah adat). Akti-

saudara mereka yang berada di daerah lain,
pulang ke kampung tersebut untuk merayakan
gawai (mirip tradisi lebaran di masyarakat
Jawa). Pemerintah Kabupaten Bengkayang diun-

Prosiding Konser Karya Ilmiah Vol,2. Agustus 2016 | ISSN 2460-5506

dang hadir, dimana Bupatinya diberi kehormatan

Siding hingga ke district Bau di negara

membuka acara Gawai Nyobeng tersebut.

bagian Sarawak, Malaysia. Hubungan kekeyang

rabatan antar anggota klen terus dipelihara

Dayak-

hingga kini, sekalipun mereka sudah berada

Bidayuh, upacara Gawai Nyobeng di Sebujit

di dua wilayah yang terpisah karena politik

dianggap masih terpelihara keasliannya, baik

(negara). Jika ada anggota kerabat yang sakit

dalam ritual penyembahan menurut sistem

atau tertimpa kemalangan, mereka akan

kepercayaan leluhur yang masih dipelihara,

saling mengunjungi tanpa mempedulikan

maupun dalam ritual penyambutan tamu

kewarganegaraannya. Sebab dalam pandang-

undangan yang dilempari dengan telur untuk

an

menguji ketulusan hati para tamu. Karena itu,

ulayat yang diwariskan oleh leluhur mereka

acara ini mampu menarik perhatian wisa-

sudah ada sebelum munculnya negara (Indo-

tawan mancanegara untuk datang ke situ

nesia dan Malaysia), karena itu negara tidak

menyaksikannya. Rasa kesatuan dan soli-

berhak membatasi hubungan kekerabatan

daritas kelompok seperti itu hanya bisa

yang sudah berlangsung sejak dahulu kala.

Di

antara

upacara

gawai

diselenggarakan oleh masyarakat

masyarakat

Pada tanggal 2 Juni 2016 diadakan

tanah

“Bulan lalu saya pergi ke district Bau

langgeng apabila ritual-ritual adat seperti
gawai ini bisa terus berlangsung.

Bidayuh/Bedayuh,

di Sarawak untuk mengunjungi famili saya
di sana yang melangsungkan perkawinan

ritual adat Gawai di kampung Gumbang,

anaknya.

Tidak ada hambatan saat kami

Sarawak. Pada ritual ini yang menjadi tuan

melintasi pos perbatasan Malaysia karena

rumah adalah masyarakat suku Dayah Bidayuh

mereka (polisi di pos perbatasan) sudah

yang berada di kampung Gumbag, Sarawak.

mengerti maksud dari kunjungan kami”

Sedangkan yang menjadi tamu kehormatan

(wa wancara dengan pak Nogian, Kepala

adalah masyarakat suku Dayak Bidayuh yang

Dusun Jagoi, 12/6 )

berasal dari Jagoi Babang dan sekitarnya.

“Kakek saya dulu berasal dari Sebujit

Ritual Gawai dilakukan bergantian setiap

Atas.Ketua adat Sebujit adalah cucu sepupu

tahunnya. Dengan demikian komunikasi

saya.Kami masih bersaudara. Kalau saudara-

masyarakat berbeda negara ini tetap ber-

saudara saya dari Sebujit datang ke Sarawak,

langsung karena adanya media ritual Gawai

kami

ini.

pekerjaan di sana. Tolong menolong seperti

Kekerabatan (Suku / Klen)

Jagoi Babang adalah suku Dayak-Bidayuh.
Suku Dayak Bidayuh ini mendiami wilayah
di sekitar kecamatan Jagoi Babang, Seluas,

membantu

mereka

mencari

ini sudah berlangsung sejak dulu” ( wa wancara

Mayoritas masyarakat di Kecamatan

bisa

dengan pak Thomas, ketua

adat

Padang Pan, district Bau, Sarawak, 15/6 )

Indonesia dan Malaysia. We are unity
in diverse. Dalam pandangan kami orang

Bidayuh, Indonesia dan Malaysia adalah

339

Kekerabatan Dasar Harmonisasi Sosial Masyarakat Perbatasan Indonesia – Malaysia (Sri Suwartiningsih, dkk)

satu, dan saya percaya presiden Indonesia

namun konflik dapat diatasi secara social dan

akan memelihara budaya suku Dayak-

secara hukum sehingga tidak menimbulkan

Bidayuh seperti yang sudah diperlihatkan

kerusuhan, dendam dan perpecahan. Kekera-

dengan menempatkan rumah adat (baluk)

batan tetap terjaga karena merasa satu

di Jakarta (TMMI)”, (potongan sambutan

keturunan yaitu sebagai keturunan Dayak

dato’ Saputa Lubis dalam acara Gawai

Bidayuh.

Nyobeng di Sebujit, 15/6 )

Kekerabatan ini pun terbukti pada

UCAPAN TERIMAKASIH

saat upacaya Gawai di kampung Gumbang,

Terimakasih diucapkan kepada DIKTI

Sarawak-Malaysia. Seperti yang dikatakan

yang telah memberikan dana penelitian

oleh ibu Oli (wawancara 2 Juni 2016), beliau

melalui program STRANAS dan UKSW

mengatakan :

melalui BP3M dan FISKOM sudah mengijin-

Keluarga saya berasal dari Seluas.
Saya ikut suami di Sarawak sudah 15
tahun.Anak-anak bisa sekolah gratis
di sini.Tapi saya tidak pindah warga
Negara.Nanti annak kalau sudah
dewasa biarlah yang memilih.Saya
tetap menjalin persaudaraan dengan
semua keluarga di Indonesia.Kami
adalah kerabat.
Dari hasil wawancara dan observasi dapat

kan melaksanakan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA
Berger, Peter L., Piramida Kurban Manusia,
Etika Politik dan Perubahan Sosial,

(Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia,
2005)
Engel, J D., Metode Penelitian Sosial dan

membuktikan bahwa harmonisasi social yang

Teologi Kristen (Salatiga: Widya

terjadi di masyarakat perbatasan Indonesia –

Sari Press, 2005)

Malaysia, khususnya masyarakat Jagoi Babang
Kalimantan Barat Indonesia dan masyarakat

Darmaputera, Eka., Pergulatan Kehadiran

Gumbang-Sarawak, karena mereka satu kerabat

Kristen di Indonesia (Jakarta: PT

dari suku Dayak. Dengan satu keturunan

BPK Gunung Mulia, 2005)

inilah membuat ikatan kekerabatan mereka
tetap terjada meskipun mereka beda Negara.

Fromm, Erich., Akar Kekerasan, Analisis
Sosio-psikologis atas Watak Manusia
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010)

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat

Garang, Phil J., Nias: Membangun Harapan
Menapak Masa

terjadi pada masyarakat Kecamatan Jagoi

Yayasan Tanggul Bencana Indonesia,

Babang karena adanya perekat kekerabatan

2007)

sebagai simpul utama. Harmonisasi social
yang terjadi bukan berarti tanpa konflik

340

Depan

(Jakarta:

disimpulkan bahwa harmonisasi social yang

Prosiding Konser Karya Ilmiah Vol,2. Agustus 2016 | ISSN 2460-5506

Giddens, Anthony., Problematika Utama

Pramudianto

(ed.),

Nias

Rescuing

and

dalam Teori Sosial (Yogyakarta:

Empowering Authority (Tangerang:

Pustaka Pelajar, 2009)

Sirao Credentia Center, 2005)

Hämmerle, Johannes Maria,
Masyarakat

Nias:

Interpretasi

Usul

Samiyono, David, Panduan Penulisan dan

Suatu

Tata Cara Penyelenggaraan Ujian

Asal

(Gunungsitoli:

Yayasan Pusaka Nias, 2001)

Skripsi

dan

Thesis

(Salatiga:

Fakultas Teologi UKSW, 2009)

Koentjaraningrat., Metode-metode Penelitian

Santoso, Gempur, Metodologi Penelitian

Masyarakat, Edisi Ketiga , (Jakarta :

Kuantitatif dan Kualitatif (Jakarta:

Gramedia, 1997)

Prestasi Pustaka, 2007)

La Aru Hutagaol, Papin, 2012, Interaksi

Soekanto,

Soerjono,

Sosiologi:

Suatu

Etnis Cina-Melayu dalam

Pengantar

Mengelola Proses Harmonisasi

RajaGrafindo Persada, 2010)

(Jakarta:

Sosial (di RT Kampung Jawa,
Kelurahan Koba, Kabupaten
Bangka Tengah-Koba ) Program
Studi Sosiologi FISKOM-UKSW

-----------,

Teori

Sosiologi

Tentang

Sosial

(Jakarta:

Perubahan

Ghalia Indonesia, 1984)

http://repository.library.uksw.edu/h

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif,

andle/123456789/2006 diunduh 12-

Kualitatif, dan R&D (Bandung:

11-2013

Penerbit Alfabeta, 2010)

Lukum, Roni. 2011. Membina Harmonisasi
Kehidupan Antar Etnis di Propinsi

Suwartiningsih, Sri, Zega (2012), Kearifan

Gorontalo, Fakulat Ilmu Sosial

Lokal

Universitas Negeri

Gunungsitoli,

Gorontalo.https://www.google.co.i

Propinsi

d/#q=teori+harmonisasi+sosial&s

Indonesia. M.SA, F.Theologia.

afe=strictdiunduh 12-11-2013
Maleong, Lexy J.,Metodologi Penelitian
Kualitatif, (Bandung :PT Remaja

Masyarakat

Kota

Kotamadya
Sumatera

Nias,
Utara,

Suzuki, Peter, The Religious System and
Culture

of

Nias

Indonesia ,

Disertasi s’Gravenhage, 1959

Rosdakarya, 2007)
Plaisier, Arie Jan., Manusia, Gambar Allah,
Terobosan-terobosan dalam Bidang

Sztompka, Piötr, Sosiologi Perubahan Sosial
(Jakarta: Prenada, 2010)

Antropologi Kristen (Jakarta: PT
BPK Gunung Mulia, 2002)

341

Kekerabatan Dasar Harmonisasi Sosial Masyarakat Perbatasan Indonesia – Malaysia (Sri Suwartiningsih, dkk)

Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar,
Metodologi

Penelitian

Sosial

(Jakarta: Bumi Aksara, 2009)
Lain-lain:
http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Ni
as /

http://www.almanar.co.id/artikel
asatidzah/indahnya-harmoni
sosial.html/
http://www.yayasankorpribali.org/a
rtikel-dan-berita/59-mengelola-nilaikearifan-lokal-dalam-mewujudkankerukunan-umat-beragama.html /
http://www.scribd.com/doc/615088
52/KEARIFANLOKAL/http://idhamputra.wordpress
.com/2008/10/21/teori-identitassosial/
http://itsnasahma.blogspot.com/20
10/11/teori-identitas-sosial.html
/http://sosiologidakwah.blogspot.co
m/2009/03/harmoni-sosial-berbasisketuhanan.html/

342