ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI SANDAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING (ABC) PADA UD. ALFIAN JAYA SIDOARJO.

ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI SANDAL
DENGAN MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING
(ABC) PADA UD. ALFIAN J AYA
SIDOARJ O

SKRIPSI

oleh:

oleh :
VICKA AYU PRATAMA
NPM : 0932010045

J URUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN” J AWA TIMUR
SUR ABAYA
2013

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


SKRIPSI
ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI SANDAL
DENGAN MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING
(ABC)
( Studi Kasus Di UD. Alfian J aya Sidoarjo )

Disusun oleh :
VICKA AYU PRATAMA
NPM. 0932010045
Telah Dipertahankan Dihadapan
Dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi J urusan Teknik Industri Fakultas
Teknologi Industri Univer sitas Pembangunan Nasional”Veteran” J awa
Timur
Pada Tanggal :14 J uni 2013
Tim Penguji
1.

Pembimbing I
1.


Ir. Sumiati. MT
NIP. 19601213 199103 2 001

Ir. Nisa Masruroh. MT
NIP. 19630125 199903 2 001
Pembimbing II

2.
Ir. Iriani. MMT
NIP. 19621126 198803 2 001

Dr s. Pailan M.pd
NIP. 19530504 198303 1 001

3.

Ir. Nisa Masruroh. MT
NIP. 19630125 199903 2 001


Mengatahui,
Dekan Fakultas Teknologi Industri
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur

Ir. Sutiyono. MT
NIP. 19600713 198703 1 001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

SKRIPSI
ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI SANDAL
DENGAN MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING
(ABC)
( Studi Kasus Di UD. Alfian J aya Sidoarjo )

Disusun oleh :
VICKA AYU PRATAMA
NPM. 0932010045
Telah Dipertahankan Dihadapan

Dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi J urusan Teknik Industri Fakultas
Teknologi Industri Univer sitas Pembangunan Nasional”Veteran” J awa
Timur
Pada Tanggal :14 J uni 2013
Tim Penguji
1.

Pembimbing I
1.

Ir. Sumiati. MT
NIP. 19601213 199103 2 001

Ir. Nisa Masruroh. MT
NIP. 19630125 199903 2 001
Pembimbing II

2.
Ir. Iriani. MMT
NIP. 19621126 198803 2 001


Dr s. Pailan M.pd
NIP. 19530504 198303 1 001

3.

Ir. Nisa Masruroh. MT
NIP. 19630125 199903 2 001

Mengatahui,
Dekan Fakultas Teknologi Industri
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur

Dr. Ir. Minto Waluyo. MM
NIP. 19611130 199003 1 001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR


Alhamdulillah, segala puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT
atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulisan Tugas Akhir ini dengan
judul “Analisis Harga Pokok Produksi Sandal Dengan Menggunakan Metode
Activity Based Costinng (ABC) Pada UD. Alfian Jaya Sidoarjo” bisa
terselesaikan.
Skripsi ini disusun guna mengikuti syarat kurikulum tingkat sarjana ( S1 )
bagi setiap mahasiswa jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri
UPN “Veteran” Jawa Timur. Kami menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih
kurang

sempurna,

penulis

menerima

adanya

saran


dan

kritik

untuk

membenahinya.
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penulis mendapatkan banyak sekali
bimbingan dan juga bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP. selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Ir. Sutiyono, MT.

selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Dr. Ir. Minto Waluyo, MM selaku Ketua Jurusan Teknik Industri,
Fakultas


Teknologi

Industri

Universitas

“Veteran” Jawa Timur.

i

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Pembangunan

Nasional

4. Ibu Ir. Erlina. MT selaku Dosen Wali.
5. Ibu Ir. Nisa Masruroh, MT selaku dosen pembimbing I dan Bapak Drs.

Pailan, M.Pd selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing kami.
6. Bapak Ir. Hari Purwoadi, MM dan Bapak Dr. Ir. Minto Waluyo, MM
selaku penguji atas kesediannya dalam membimbing dan memberikan ide
gagasan dalam hal perbaikan tugas akhir ini.
7. Semua dosen yang pernah mengajar dan membimbing saya dan juga staff
UPN yang membantu saya dalam proses pencapaian Tugas Akhir ini.
8. Kedua orang tua saya Mama dan Papa, sahabat – sahabat saya Unyuut,
fristy, Adit, Dinar, Apip tidak lupa Geng saya tercinta Geng Descom
(Deltasari Community) terima kasih atas doa dan supportnya, tanpa
kalian saya tidak akan bisa menyelesaian tugas akhir ini. Untuk Hunnyku
Agung terima kasih atas dukungan, bantuan, dan doanya, sehingga semua
dapat tercapai dengan lancar, Amien…beserta keluarga besar saya yang
selalu membantu dan menyemangati saya agar Tugas Akhir ini bisa cepat
selesai.
9. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan Tugas Akhir ini
yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Saya ucapkan terima kasih.

ii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun yang
dapat membantu penulis dimasa yang akan datang. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat sekaligus dapat menambah wawasan serta berguna bagi semua pihak
yang membutuhkan.

Surabaya, 4 Juni 2013

Penulis

iii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar…………………………………………………………………..i

Daftar Isi……..…………………………………………………………………..iv
Daftar Tabel…………………………………………………………………….vii
Daftar Gambar…………………………………………………………………xii
Daftar Lampiran……………………………………………………………….xiii
Abstraksi………………………………………………………………………..xiv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang…………………………………………………………….1

1.2.

Perumusan Masalah………………………………………………………. 3

1.3.

Batasan Masalah………………………………………………………….. 3

1.4.

Asumsi-asumsi…………………………………………………………….3

1.5.

Tujuan Penelitian………………………………………………………... 3

1.6.

Manfaat Penelitian……………………………………………………….. 4

1.7.

Sistematika Penulisan…………………………………………………….. 5

BAB II
2.1.

TINJ AUAN PUSTAKA

Akuntansi Biaya…………………………………………………………. 6
2.1.1. Akuntansi Untuk Perusahaan Industri……………………………. 7
2.1.2. Siklus Akuntansi Biaya Dalam Perusahaan Manufaktur………….8

2.2.

Konsep Biaya……………………………………………………………...9

2.3.

Harga Pokok Produksi......................……………………………………..12

iv
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.4.

Sistem Akuntansi Biaya Tradisional (Konvensional)..…………………..13
2.4.1. Keterbatasan Cara Konvensional……………………………….. 15
2.4.2. Dampak Cara Konvensional…………………………………….. 17

2.5.

Activity Based Costing………………………………………………......18

2.7.

Langkah-langkah Activity Based Costing………………………………..21

2.5.

Perbedaan Antara Activity Based Costing dan Metode Tradisional……..23

2.8.

Penelitian Terdahulu……………………………………………………..25

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1.

Lokasi dan Waktu Penelitian……………………………………………. 27

3.2.

Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel Variabel............………...27
3.2.1. Identifikasi Variabel....................………………………………...27
3.2.2 Definisi Operasional Variabel ………......…………………….... 28

3.3.

Langkah-langkah Pemecahan Masalah…………………………………..29

3.4.

Metode Pengumpulan Data………………………………………………33

3.5.

Pengolahan Data………………………………………………………….33

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.

Pengumpulan Data……………………………………………………….35

4.2.

Biaya Bahan Baku, Biaya Tenaga Kerja Dan Biaya Overhead........……38

4.3.

Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Menggunakan
Metode Konvensional……………………............………………………41

4.4.

Penetapan Harga Pokok Produksi dengan Metode Activity
Based Costing……………………...........……………………………….43

v
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4.4.1.

Menentukan Pool Rate untuk masing-masing
Cost Pool……………………………………………….44

4.4.2.

Perhitungan Harga Pokok Produksi
Dengan Menggunakan Metode ABC………………….49

4.3.

Perbandingan HPP Antara Metode Konvensional Dengan
Metode ABC……...........……………………………………………….52

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.

Kesimpulan……………………………………………………………..58

5.2.

Saran……………………………………………………………………59

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRAKSI
Pesatnya pembangunan pada dunia industri meningkatkan persaingan yang
terjadi antar perusahaan dalam menghasilkan produk-produk berkualitas dengan
harga yang cukup bersaing. Menghadapi persaingan usaha yang cukup ketat,
perusahaan harus memiliki strategi dan metode yang tepat sehingga produknya
dapat tetap bersaing dan tetap menghasilkan keuntungan sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan.
UD. Alfian Jaya adalah suatu Usaha Kecil Menengah (UKM) atau biasa
disebut dengan home industri manufaktur yang memproduksi sandal dengan
produk sandal pria, sandal wanita dan sandal anak-anak dimana produknya sudah
mencapai skala nasional. Sebagai home industri pembuat sandal, UD. Alfian Jaya
perlu memperhatikan kualitas dan harga produknya agar tetap bertahan dalam
persaingan nasional. UD. Alfian Jaya saat ini sedang bingung karena merasa
masih ada beberapa kelemahan dan kekurangan dalam memperhitungkan biaya
produksi. Dilakukannya penelitian ini selain sering mendapatkan komplain dari
konsumen tentang harga jual yang ada dipasaran juga untuk menganalisis Harga
Pokok Produksi menggunakan metode Activity Based Costing (ABC) agar dapat
dibandingankan dengan metode konvensional yang telah digunakan perusahaan.
Untuk itulah digunakan metode Activity Based Costing (ABC) pada
penelitian ini. Jika metode Activity Based Costing (ABC) pada penelitian ini dapat
menghasilkan Harga Pokok Produksi yang lebih minimum sehingga harga jual
produk yang ditentukan perusahaan dapat bersaing dan untuk kedepannya, maka
metode Activity Based Costing (ABC) dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi
perusahaan untuk mengambil keputusan dalam penentuan Harga Pokok Produksi.
Berdasarkan hasil penelitian maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
Harga Pokok produksi produk dengan tipe Sandal Woles dari Rp. 7765,99
menjadi Rp. 7767,08 (undercosting), sandal Okley dari Rp. 7590,99 menjadi Rp.
7594,91 (undercosting), sandal Converse dari Rp. 7590,99 menjadi Rp. 7593
(undercosting), sandal Rafila dari Rp. 7590,99 menjadi Rp. 7593,33
(undercosting), sandal KiddRock dari Rp. 7590,99 menjadi Rp. 7597,58
(undercosting).
Kata Kunci : Harga Pokok Produksi, Activity Based Costing (ABC),
Undercosting.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRACT
The rapid development in the industry increases competition going on
between companies in producing quality products at fairly competitive prices.
Facing tight competition, companies must have the right strategies and methods so
that their products can remain competitive and still make a profit in accordance
with a predetermined plan.
UD. Alfian Jaya is a Small and Medium Enterprises (SMEs) or commonly
referred to as home manufacturing industry with a product that produces sandals
men sandals, women sandals and slippers children where the product has reached
a national scale. As a home industry slipper makers, UD. Jaya Alfian need to pay
attention to the quality and price of its products in order to survive in the national
competition. UD. Alfian Jaya is currently feeling confused because there are still
some weaknesses and deficiencies in calculating production costs. This study in
addition to often get complaints from consumers about the sale price in the market
as well as to analyze the production cost using Activity Based Costing (ABC) in
order to dibandingankan with conventional methods that have been used by the
company.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Pesatnya pembangunan pada dunia industri meningkatkan persaingan yang

terjadi antar perusahaan dalam menghasilkan produk-produk berkualitas dengan
harga yang cukup bersaing. Menghadapi persaingan usaha yang cukup ketat,
perusahaan harus memiliki strategi dan metode yang tepat sehingga produknya
dapat tetap bersaing dan tetap menghasilkan keuntungan sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan.
Harga Pokok Produksi dalam industri merupakan bagian terbesar dari
biaya yang harus dikeluarkan perusahaan. Jika informasi biaya untuk pekerjaan
atau proses tersedia dengan cepat, maka manajemen mempunyai dasar yang kuat
untuk merencanakan kegiatannya. Perusahaan harus cermat dan rinci dalam
membuat laporan keuangan terutama yang berkaitan dengan biaya produksi
supaya tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan serta pemborosan biaya dalam
proses produksi. Informasi harga pokok produksi dapat dijadikan titik tolak dalam
menentukan harga jual yang tepat kepada konsumen dalam arti yang
menguntungkan perusahaan dan menjamin kelangsungan hidup perusahaan.
UD. Alfian Jaya adalah suatu Usaha Kecil Menengah (UKM) atau biasa
disebut dengan home industri manufaktur yang memproduksi sandal dengan
produk sandal pria, sandal wanita dan sandal anak-anak dimana produknya sudah
mencapai skala nasional. Sebagai home industri pembuat sandal, UD. Alfian Jaya
perlu memperhatikan kualitas dan harga produknya agar tetap bertahan dalam

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

persaingan nasional. UD. Alfian Jaya saat ini sedang dilema karena merasa masih
ada beberapa kelemahan dan kekurangan dalam memperhitungkan biaya produksi
sebagai akumulasi dari biaya bahan baku yang dihitung secara langsung, biaya
tenaga kerja juga yang dihitung secara langsung dan biaya overhead pabrik.
Dengan demikian akuntansi biaya konvensional yang hanya menitik beratkan
pada biaya produksi pada fase produksi tidak lagi mampu menghasilkan biaya
yang relevan dengan kebutuhan perusahaan yang bersaing. Pihak perusahaan
melihat terjadinya pendistorsian biaya dalam memperhitungkan biaya produksi
yang mengakibatkan terjadinya kelebihan dan kekurangan biaya, sehingga
perhitungan

dengan

menggunakan

metode

konvensional

mengakibatkan

penentuan harga pokok produksi menjadi tidak akurat. Dilakukannya penelitian
ini selain sering mendapatkan komplain dari konsumen tentang harga jual yang
ada dipasaran juga untuk menganalisis Harga Pokok Produksi menggunakan
metode Activity Based Costing (ABC) agar dapat dibandingankan dengan metode
konvensional yang telah digunakan perusahaan.

1.2.

Perumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, penelitian merumuskan permasalahan sebagai

berikut :
“Berapa harga pokok produksi sandal jepit spon dengan menggunakan
Activity Based Costing di UD. Alfian Jaya”?.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

1.3.

Batasan Masalah
Untuk menghindari pembahasan yang lebih luas, maka penulis membatasi

masalah sebagai berikut :
1. Produk yang diteliti adalah sandal jepit spon pria.
2.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data historis perusahaan dari
bulan Januari sampai bulan Desember 2012.

3. Analisa harga pokok produksi dengan membandingkan antara sistem
akuntansi biaya konvensional dan Activity Based Costing (ABC).

1.4.

Asumsi - Asumsi
Dalam penelitian ini asumsi yang digunakan adalah :

1. Produksi berjalan dengan lancar.
2. Persediaan bahan baku tersedia dengan baik.
3. Mesin dan Peralatan atau fasilitas produksi dalam keadaan normal.
4. Harga bahan baku utama dan bahan baku pembantu dianggap konstan.
5. Tarif tenaga kerja yang digunakan selama penelitian adalah konstan.

1.4.

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1.

Mengetahui harga pokok produksi sandal jepit spon dengan

metode

Activity Based Costing (ABC).
2.

Membandingkan harga pokok produksi antara sistem konvensional dan
Activity Based Costing (ABC).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

1.5.

Manfaat Penelitian

1. Bagi Perusahaan
sebagai masukan tentang bagaimana cara menentukan harga pokok produksi
dengan metode yang lebih akurat (metode ABC) agar tidak terjadi distorsi
harga, sehingga perusahaan memperoleh laba yang sesuai seperti yang telah
ditetapkan sebelumnya.
2. Bagi Mahasiswa
Menambah wawasan, keterampilan dan pengetahuan tentang penetapan harga
pokok produksi dengan menggunakan metode Activity Based Costing (ABC).
3. Bagi Universitas
Menambah literatur yang berguna bagi dunia pendidikan, khususnya pada
perguruan tinggi.

1.6.

Sistematika Penulisan

BAB I

PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang, pembatasan masalah, perumusan
masalah, tujuan penelitian, asumsi, manfaat penelitian dan
sistematika penulisan.

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA
Bab ini berisi teori dan konsep yang dijadikan dasar atau landasan
didalam pemecahan masalah dan hipotesa.

BAB III

METODE PENELITIAN
Bab ini berisi langkah – langkah pemecahan yang diperlukan dalam
penelitian ini, yang meliputi tempat dan waktu penelitian,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

identifikasi dan definisi variabel, langkah – langkah pemecahan
masalah, metode pengambilan data dan analisis data.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi pengumpulan data, pengolahan data dan pembahasan
data hasil pengamatan.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi uraian mengenai kesimpulan dari pembahasan serta
beberapa saran untuk perbaikan.

DAFTAR PUSTAKA

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan dikemukakan beberapa teori yang berhubungan
langsung dengan masalah, sehingga dengan adanya dasar teori diharapkan dapat
lebih mudah dalam melakukan pembahasan serta dapat digunakan sebagai
pedoman untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh perusahaan yang
menjadi obyek penelitian.

2.1

Akuntansi Biaya
Istilah akuntansi memang telah dikenal sebagai ilmu yang menangani

masalah keuangan. Sedangkan definisi akuntansi adalah suatu proses pencatatan,
penggolongan, peringkasan, pelaporan dan penganalisaan data keuangan sehingga
dengan mudah dapat disajikan data yang dapat digunakan yang berkepentingan
untuk membuat data.
Ilmu akuntansi terbagi menjadi beberapa bagian, Diantaranya adalah
akuntansi yang khusus menangani masalah biaya atau disebut juga dengan
akuntansi biaya. Akuntansi biaya adalah akuntansi yang bertujuan untuk
menyediakan informasi bagi manajemen, merupakan proses pencatatan,
penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya-biaya pembuatan, penjualan
produk, atau penyerahan jasa dengan cara-cara tertentu serta penyajian terhadap
hasilnya. (Mulyadi, 2007 : 7)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.1.1 Akuntansi Untuk Perusahaan Industri
(Supriyono, 2000 : 185), Perbedaan utama antara dagang dengan
perusahaan industri bahwa dalam perusahaan dagang, barang yang akan dijual
kembali melalui proses produksi, sedangkan perusahaan industri tidak membeli
barang dalam keadaan siap dijual tetapi mengolah bahan baku untuk diproses
menjadi barang jadi untuk kemudian dijual sebagai barang dagangan.
Perusahaan industri membeli bahan baku untuk diubah menjadi barang
jadi. Sebagai contoh misalnya bahan baku yang dibeli oleh suatu perusahaan
industri kecil adalah barang tenun yang kemudian diproses sedemikian rupa
sehingga menjadi barang jadi yang berupa tekstil. Istilah bahan baku dan barang
jadi yang digunakan dalam akuntansi adalah ditinjau dari segi masing-masing
perusahaan industri. Sebagai contoh barang tenun adalah bahan baku pada
perusahaan tekstil dan merupakan barang jadi pada industri permintaan sedangkan
tekstil merupakan bahan baku untuk industri konveksi.
Didalam proses perubahan bahan baku menjadi barang jadi, perusahaanperusahaan industri menggunakan tenaga kerja, mesin-mesin, dan membutuhkan
pula berbagai keperluan utilitas air, listrik, gas, dan sebagainya yang
menimbulkan biaya.
Karena adanya masalah-masalah khusus ini maka sistem akuntansi untuk
perusahaan industri harus diperluas untuk menampung berbagai jenis biaya-biaya
produksi, begitu pula laporan-laporan keuangan perlu disesuaikan agar bisa
menggambarkan biaya produksi dan berbagai jenis persediaan yang biasanya
terdapat pada perusahaan-perusahaan industri. Mengalokasikan biaya-biaya
tersebut berdasarkan penyebab aktivitas (cost driver).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Untuk dapat mengimplementasikan ABC System, manajemen harus
berdasarkan pada hirarki yang ada dalam ABC System Hirarki tersebut
memberikan suatu cara pemikiran yang terstruktur bagi manajemen mengenai
hubungan antara aktivitas dan sumber daya yang dikonsumsi dengan demikian
manajemen membedakan upah langsung, bahan langsung dan biaya listrik yang
dikonsumsi pada tingkat unit dari biaya sumber daya yang digunakan untuk
memproses atau mendukung suatu produk atau fasilitas.

2.1.2 Siklus Akuntansi Biaya Dalam Perusahaan Manufaktur
Siklus akuntansi biaya dalam perusahaan sangat dipengaruhi oleh siklus
kegiatan usaha perusahaan tersebut. Siklus kegiatan perusahaan dagang dimulai
dengan pembelian barang dagangan dan tanpa melalui pengolahan lebih lanjut,
diakhiri dengan penjualan kembali barang dagangan tersebut. Dalam perusahaan
tersebut, siklus akuntansi biaya dimulai dengan pencatatan harga pokok barang
dagangan yang dibeli dan berakhir dengan penyajian harga pokok barang
dagangan yang dijual. Tujuan akuntansi biaya dalam perusahaan dagang adalah
untuk menyajikan harga pokok barang dagangan yang dijual, biaya administrasi
dan umum, serta biaya pemasaran.
Siklus akuntansi biaya dalam perusahaan manufaktur digunakan untuk
mengikuti proses pengolahan produk, sejak dari dimasukkannya bahan baku
kedalam proses produksi tersebut. (Mulyadi, 2007 : 35)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Gambar 2.1. Siklus akuntansi biaya

2.2

Konsep Biaya
Konsep biaya mendefinisikan biaya dalam arti luas adalah pengorbanan

sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau
kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.
Dari definisi diatas ada empat unsur pokok yang dapat disimpulkan, yaitu :
a. Hanya merupakan pengorbanan sumber ekonomi
b. Diukur dalam satuan uang
c. Yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi
d. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu
Dari definisi diatas dapat dijelaskan bahwa biaya merupakan segala
sesuatu yang harus dikorbankan atau dikeluarkan untuk mencapai hasil tertentu

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

pada saat sekarang atau dimasa yang akan datang. Segala sesuatu disini dapat
berupa benda, waktu, tenaga maupun kesempatan. (Mulyadi, 2007 : 8)
Berikut definisi biaya menurut beberapa sumber antara lain :
1. Menurut (Hansen & Mowen, 2000 : 40), biaya didefinisikan sebagai kas atau
nilai kuivalen kas yangdikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang
diharapkan memberikan manfaat saat ini atau di masa yang akan datang bagi
organisasi.
2. Sedangkan menurut (Supriyono, 2000 : 185), biaya adalah pengorbanan
ekonomis yang dibuat untuk memperoleh barang atau jasa.
3. Menurut (Simamora, 2002 : 36), Biaya adalah kas atau nilai setara kas yang
dikorbankan untuk barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat pada
saat ini atau di masa mendatang bagi organisasi.
4. Menurut (Mulyadi, 2001 : 8), Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis
yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi, sedang terjadi atau yang
kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.
5. Menurut (Mulyadi, 2007 : 24), Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi
yang diukurdalam sauan uang, yang telah terjadi atau yang kemudian akan
terjadi tujuan tertentu (didalam arti luas). Sedangkan dalam arti yang lebih
sempit, biaya diartikan sebangai pengorbanan sumber ekonomi untuk
memperoleh aktiva.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa biaya sebagai suatu pengorbanan
atas suber-sumber (ekonomi) untuk mendapatkan sesuatu yaitu pendapatan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Dengan menggunakan sistem tradisional, biaya variabel adalah biaya yang
berubah sesuai dengan volume produksi. Contohnya termasuk : material langsung,
biaya tenaga listrik (Power Costs) dan sebagainya.
Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah sesuai dengan volume
produksi. Biaya tetap termasuk mayoritas dari biya overhead.
Biaya produksi dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu :
1. Biaya bahan
2. Biaya tenaga kerja
3. Biaya overhead pabrik
Biaya bahan adalah nilai uang dari penggunaan bahan yang diolah menjadi
produk selesai. Biaya bahan dapat dipisahkan menjadi dua biaya bahan baku dan
biaya bahan pembantu (Supriyono, 2000) .
Biaya bahan baku adalah nilai uang yang digunakan dalam proses
produksi, sedangkan biaya bahan pembantu adalah nilai uang dari bahan
pembantu yang digunakan dalam proses produksi (Supriyono, 2000).
Biaya tenaga kerja adalah upah dari tenaga yang mengerjakan proses
produksi. Biaya ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu biaya tenaga kerja
langsung dan biaya tenaga kerja tidak langsung (Simamora, 2002).
Biaya tenaga kerja langsung adalah upah tenaga kerja yang mengolah
bahan baku secara langsung. Sedangkan biaya tenaga kerja tidak langsung.
Biaya overhead pabrik adalah semua komponen biaya produksi selain biaya bahan
baku dan biaya tenaga kerja langsung (Simamora, 2002).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.3

Harga Pokok Produksi
Menurut Jamil,2011 Harga pokok produksi adalah semua biaya yang

dikeluarkan dalam suatu proses produksi, mulai dari bahan baku sampai menjadi
barang jadi (biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya
overhead). Harga pokok produksi memegang peranan sangat penting dalam suatu
perusahaan. Jika penetapan harga pokok produksi tidak tepat maka akan
mempunyai dampak untuk jangka panjang, yaitu yang berkaitan dengan strategi
perusahaan dan posisi perusahaan dalam persaingan bisnis. Untuk itu perhitungan
harga pokok produksi harus dilakukan dengan teliti dan hati-hati dengan
memperhatikan semua aspek yang berhubungan dengan harga produk.
Tanpa memperhatikan jenis produk yang dihasilkan oleh perusahaan yaitu
produk massa, atau pesanan maka sebelum barang-barang tersebut dijual, para
manajer harus terlebih dahulu menghitung harga pokok produknya. Harga pokok
produksi ini berperan penting dalam keuntungan suatu perusahaan, jika penetapan
harga pokok produksi tidak tepat maka akan mempunyai dampak untuk jangka
panjang, yaitu yang berkaitan dengan strategi perusahaan atau posisi perusahaan
dalam persaingan bisnis. Untuk itu perhitungan harga pokok produksi harus
dilakukan dengan teliti dan hati-hati dengan memperhatikan semua aspek yang
berhubungan dengan harga pkok produksi.
Menurut Mulyadi, 2007 unsur-unsur dalam harga pokok produksi adalah :
1. Bahan baku langsung
Adalah bahan baku yang secara fisik menjadi bagian dari produk dan dapat
secara langsung ditelusuri pada produk-produk yang dihasilkan, misalnya
kayu untuk meja, baju untuk bahan mobil, kain untuk membuat baju.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2. Tenaga kerja langsung
Adalah tenaga kerja yang secara khusus diidentifikasikan dengan produksi
suatu produk tertentu dan manyumbang secara langsung untuk penyelesaian
produk. Misalnya, para pekerja yang memasang onderdil dari televisi.
3. Overhead pabrik
Kelompok ini terdiri dari semua biaya pabrik lainnya yang penting tetapi di
luar biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya
overhead pabrik menurut Supriyadi (2006:15) terdiri atas:
a. Biaya bahan penolong
b. Biaya bahan pembantu
c. Biaya tenaga kerja langsung (terdiri atas:ngaji mandor dan gaji pimpinan
produksi)
d. Biaya listrik pabrik
e. Biaya reparasi dan pemeliharaan aktiva produksi
f. Penyusutan aktiva produksi
g. Biaya asuransi pabrik

Rumus Harga Pokok Produksi sebagai berikut :

HPP = BBB + BTKL + BOP

Keterangan :
• HPP

: Harga Pokok Produksi

• BBB

: Biaya Bahan Baku

• BTKL : Biaya Tenaga Kerja Langsung

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

• BOP

2.4

: Biaya Overhead Pabrik

Sistem Akuntansi Biaya Tradisional (Konvensional)
Agar mampu bersaing dalam era globalisasi dan perusahaan tidak rugi,

maka dalam menetapkan biaya perusahaan selalu menggunakan sistem tradisional,
sistem ini berasumsi bahwa produk yang menimbulkan biaya sehingga biayabiaya yang terjadi harus dilakukan ke produk yang bersangkutan, sehingga jika
volume produk semakin besar maka biayanya akan semakin tinggi.
Perhitungan harga pokok produk tradisional hanya membebankan biaya
produksi ke produk. Pembebanan biaya bahan baku langsung dan tenaga kerja
langsung pada produk, tidak memiliki tantangan khusus. Biaya-biaya ini
dibebankan pada produk dengan menggunakan penelusuran pendorong yang
sangat akurat, dan sebagian besar sistem biaya tradisional di desain untuk
memastikan bahwa penelusuran ini dilakukan. Di sisi lain, biaya overhead
memiliki masalah lain, Hubungan antara pemasukan dan pengeluaran yang secara
fisik dapat diamati yang terdapat antara biaya tenaga kerja langsung, bahan baku
langsung, dan produk tidak tersedia bagi biaya overhead. Karenanya pembebanan
biaya overhead harus bergantung pada penelusuran pendorong (dan mungkin
alokasi). Pada sistem biaya tradisional, hanya pendorong kegiatan berdasarkan
unit yang digunakan untuk membebankan biaya pada produk.
Dalam sistem biaya tradisional, untuk membebankan biaya ke produk di
gunakan penggerak aktifitas tingkat unit (unit level drivers), karena ini merupakan
faktor yang menyebabkan perubahan biaya sebagai akibat perubahan unit yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

diproduksi. Contoh penggerak tingkat unit yang secara umum digunakan untuk
membebankan overhead meliputi :
1. Unit yang diproduksi
2. Jam tenaga kerja langsung
3. Tenaga keja langsung
4. Jam mesin
5. Bahan baku langsung
Akuntansi biaya tradisioanal didesain untuk perusahaan manufaktur
perusahaan yang kegiatan pokoknya mengolah bahan baku menjadi produk jadi
dan menjual produk jadi tersebut kepada customer.
Menurut Hansen dan Mowen,2000 Perhitungan biaya produk dalam sistem
biaya tradisional menggunakan penggerak aktivitas tingkat unit (unit activity cost
drivers). “Penggerak aktivitas tingkat unit adalah faktor yang menyebabkan
perubahan dalam biaya seiring dengan perubahan jumlah unit yang diproduksi,
Contoh penggerak aktivitas tingkat unit yang pada umumnya digunakan untuk
membebankan overhead meliputi: unit yang diproduksi, jam tenaga kerja
langsung, biaya tenaga kerja langsung, jam mesin, dan biaya bahan baku
langsung.

2.4.1 Keterbatasan Cara Konvensional
Menurut Junianti,2010 Sistem biaya konvensional dirancang berdasarkan
kondisi teknologi manufaktur pada masa lalu. Sistem biaya ini dianggap sudah
usang, karena tidak dapat menghadapi problem yang dihadapi oleh perusahaan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

modern, misalnya menjawab kebutuhan pengambilan keputusan strategi
perusahaan dan memberi pemecahan yang baik.
Dalam sistem biaya konvensional, biaya yang timbul sebagai pemakaian
sumber daya yang dialokasikan pada produk berdasarkan tenaga kerja langsung,
pemakaian bahan baku. Dengan demikian akuntansi biaya tradisional yang hanya
menitik beratkan pada biaya produksi pada fase produksi tidak lagi mampu
menghasilkan biaya yang relevan dengan kebutuhan perusahaan yang bersaing
secara global. Tetapi dengan adanya perkembangan teknologi penggunaan sumber
daya dan aktivitas dalam proses produksi tidak lagi tergantung pada volume
produksi. Akibatnya pengalokasian biaya dengan sistem biaya konvensional
mengalami distorsi, sehingga dalam menetapkan harga pokok produk kurang tepat
bagi masing-masing produk.
Dalam menghitung biaya produksi berdasarkan biaya konvensional,
pembebanan biaya bahan langsung dan tenaga kerja langsung dapat langsung
ditelusuri sampai ke suatu produk. Sistem biaya konvensional (tradisional) yang
banyak digunakan perusahaan tidak dapat memperhitungkan biaya- biaya tidak
langsung ke produk menggunakan dasar alokasi seperti jam tenaga kerja langsung
atau jam mesin”.
Sedangkan menurut (Bustami, 2009), “sistem akuntansi konvensional
mengklasifikasikan biaya atas biaya langsung dan biaya tidak langsung, untuk
pembebanan biaya menggunakan ukuran volume produksi, jam kerja langsung
atau jam mesin”.
Kelemahan dan Kelebihan Sistem Biaya Konvensional (tradisional)
Menurut Cooper dan Kaplan kelemahan sistem biaya konvensional antara lain :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

1. Hanya menggunakan jam kerja untuk mengalokasikan biaya overhead dari
pusat biaya ( cost pool ) ke produk atau jasa.
2. Hanya

menggunakan

dasar

alokasi

yang

volume

related

untuk

mengalokasikan biaya overhead dari cost pool pada produk atau jasa.
Sedangkan kelebihan dari sistem biaya konvensional (tradisional) adalah :
1. Mudah diterapkan dan cenderung simpel.
2. Memudahkan manager untuk melakukan perhitungan karena tidak banyak
menggunakan cost driver dalam pengalokasian biaya overhead.
3. Mudah diaudit karena cost driver yang digunakan sedikit, biaya overhead
dialokasikan berdasarkan aktivitas-aktivitas.

2.4.2 Dampak Cara Konvensional
Karena keterbatasan dalam melakukan overhead pabrik maka perhitungan
dengan cara konvensional mengakibatkan harga pokok produksi kurang tepat.
Kekurang tepatan itu antara lain :
1. Distorsi terhadap biaya produksi, distorsi ini berarti biaya produksi tidak
dilaporkan secara semestinya (Tunggal, 2000 : 147) menjelaskan bahwa
jumlah produk yang rendah dari produk dan biaya terlalu rendah
(undercosted). Sedangkan jumlah produk yang terlalu tinggi dan biaya produk
yang terlalu tinggi (overcosted) maka akan mengakibatkan kekalahan dalam
masalah penawaran harga dengan pesaing. Sedang penawaran oleh pesaing
yang harganya lebih rendah, maka akan mengurangi kemampuan untuk
mendapatkan laba.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2. Karena cara konvensional menekankan pada dasar alokasi yang berbasis unit
yang biasanya menggunakan driver jam kerja langsung dan jam mesin yang
akan mengakibatkan penekanan pada efisiensi upah dan meningkatkan volume
produksi. Efisiensi terhadap upah cenderung memperkecil jam pekerja yang
digunakan untuk produksi, sebaliknya volume produksi ditingkatkan.

2.5

Activity Based Costing
(Mulyadi, 2007 : 53), “Activity Based Costing adalah metode penentuan

harga pokok produk yang ditujukkan untuk menyajikan informasi harga pokok
produk secara cermat (accurate) bagi kepentingan manajemen, dengan mengukur
secara cermat konsumsi sumber daya alam setiap aktivitas yang digunakan untuk
menghasilkan produk”.
Secara logika model Activity Based Costing digambarkan sebagai berikut:
Sumber Daya

Aktivitas

Produk atau Jasa
Gambar 2.2 : Model Activity Based Costing secara logika

Activity based costing didesain dengan keyakinan dasar bahwa biaya
hanya dapat dikurangi secara signifikan melalui pengelolaan terhadap penyebab
timbulnya biaya, yaitu aktivitas. Pengelolaan aktivitas ditujukan untuk
mengarahkan seluruh aktivitas organisasi ke penyediaan produk atau jasa bagi
kepentingan pemuasan kebutuhan customers. Pada tahap awal perkembangannya,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABC hanya dimanfaatkan untuk menghasilkan kos produk yang akurat, dengan
fokus pada biaya overhead pabrik, yang dibebankan kepada produk berdasarkan
aktivitas yang dikonsumsi oleh produk. (Mulyadi, 2003 : 53)
Penggunaan teknologi maju dalam proses manufaktur menyebabkan
kenaikan yang signifikan prosentase biaya overhead pabrik dalam struktur biaya
produk. Besarnya proporsi biaya overhead pabrik dalam keseluruhan biaya produk
tersebut memaksa manajemen untuk tidak sekedar mengalokasikan biaya tersebut
kepada produk, namun mendorong manajemen untuk mencari cara agar mereka
mampu mengelola biaya tersebut. Biaya overhead pabrik bukan terjadi untuk
sekedar dialokasikan kepada produk yang menikmati terjadinya biaya tersebut,
tetapi biaya overhead pabrik mencerminkan konsumsi sumber daya dalam
pelaksanaan kegiatan tertentu. Biaya overhead yang besar memerlukan teknologi
pengelolaan biaya yang dirancang untuk memungkinkan manajemen memantau
konsumsi sumber daya dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan untuk
menghasilkan suatu produk.
Menurut Mulyadi (2003) Tujuan ABC system antara lain:


Berfokus ke pengurangan biaya, pada pengendalian biaya dalam akuntansi
biaya tradisional. Pengendalian biaya difokuskan hanya terhadap biaya
produksi, biaya yang terjadi dalam tahap produksi. Biaya hanya dapat
berkurang jika personel melakukan tindakan terhadap sesuatu yang menjadi
penyebab timbulnya biaya yaitu aktivitas. ABC system menyediakan
informasi

tentang

aktivitas,

yang

memampukan personel organisasi

melakukan pengelolaan terhadap aktivitas, sehingga pengurangan biaya
menjadi dapat terwujud.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.



ABC system mengubah cara melaksanakan bisnis, sistem informasi biaya yang
mengubah cara yang digunakan oleh manajemen dalam pengelolaan bisnis.
Jika dalam manajemen tradisional, pengelolaan bisnis diubah menjadi
pengelolaan aktivitas.
Cara menghitung dengan menggunakan Activity Based Costing diharapkan
akan memberikan manfaat yang lebih besar bagi manajemen dan bagi
perusahaan. Adapun manfaat menurut (Tunggal, 2003 : 23) antara lain sebagai
berikut :

1. Suatu kajian Activity Based Costing dapat menyakinkan manajemen bahwa
mereka harus mengambil suatu langkah untuk lebih competitive. Sebagai
hasilnya, mereka dapat berusaha untuk meningkatkan mutu secara simultan
sambil memfokuskan pada pengurangan biaya. Analisis biaya dapat menyoroti
secara benar-benar bagaimana mahalnya proses manufacturing. Pada
gilirannya dapat memacu aktifitas untuk mereorganisasi proses, memperbaiki
mutu dan pengurangan biaya.
2. Dalam ukuran performa (Performince Measures), Activity Based Costing
dapat membuat analisis aktivitas untuk mengidentifikasi biaya bernilai tambah
(Value Added Cost) dan biaya tidak bernilai tambah (Non Value Added Cost)
Selanjutnya biaya yang tidak bernilai tambah dapat dikurangi dengan cara :
• Menghilangkan suatu aktivitas (activity elimination)
• Menyeleksi suatu aktivitas (activity selection)
• Mengurangi suatu aktivitas (activity reduction)
• Membagi suatu aktivitas (activity sharing)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Dengan dikembangkan metode activity based costing ini tentunya disertai
harapan bahwa activity based costing mampu mengurangi metode yang ada.
Kelebihan dari Activity Based Costing yaitu :
1. Activity based costing dapat mengatasi distorsi volume dan produk serta
melaporkan biaya produk lebih akurat dari pada sistem akuntansi biaya
konvensional.
2. Activity based costing mengidentifikasi biaya overhead dengan kegiatan yang
menimbulkan biaya tersebut, sehingga hubungan aktivitas dengan biaya
overhead lebih dapat dipahami.
3. Activity Based Costing System membantu manajer untuk melakukan koreksi
atas aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan sehingga akan menghemat
waktu produksinya.

2.6

Langkah-langkah Activity Based Costing
Menurut Mulyadi (2003) Tahap-tahap dalam mengimpletasikan Activity

Based Costing System adalah sebagai berikut :
1. Tahap Pertama
Pada tahap pertama penentuan harga pokok produksi berdasarkan aktivitas
meliputi empat langkah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasikan dan mengklasifikasikan aktivitas-aktivitas dan biayabiaya yang terkait. Pada tahap ini biaya dari masing-masing aktivitas
dikelompokkan ke dalam suatu cost pool (kelompok biaya). Identifikasi
aktivitas-aktivitas yang luas dikelompokkan ke dalam empat kategori
aktivitas yaitu :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

a. Unit Level Activity
Merupakan aktivitas yang dilakukan setiap satu unit produksi, besar
kecilnya aktivita ini dipengaruhi oleh jumlah unit yang diproduksi.
Termasuk didalamnya : Biaya bahan pembantu, biaya listrik, biaya
penyusutan mesin dan biaya konsumsi.

b. Batch Level Activity
Merupakan aktivitas yang dilakukan setiap satu batch produk yang
diproduksi. Termasuk didalamnya : Biaya Pemeliharaan Mesin dan biaya
transportasi.
c. Product Level Activity
Merupakan aktivitas yang dilakukan untuk mendukung produksi produk
yang berbeda. Termasuk didalamnya : Biaya pemeliharaan kendaraan.
d. Fasility Level Activity
Merupakan aktivitas yang dilakukan untuk mendukung produksi produk
secara umum. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah : biaya peralatan
dan instalasi mesin, biaya pemeliharaan gedung.
2. Menentukan cost driver untuk masing-masing aktivitas
Pemicu biaya (cost driver) adalah setiap faktor yang menyebabkan
perubahan dalam biaya suatu aktivitas. Beberapa contoh cost driver adalah
jumlah jam mesin, jumlah unit produksi dan sebagainya.
3. Menentukan cost pool homogen
Setelah menentukan untuk setiap biaya dari aktivitas overhead, kemudian
akan diperiksa apakah cost pool pada setiap kategori aktivitas ada yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

homogen atau tidak. Jadi agar dapat dimasukkan ke dalam suatu kelompok
biaya yang homogen, aktivitas-aktivitas overhead harus dihubungkan
secara logis dan mempunyai rasio konsumsi yang sama untuk semua
produk. Rasio konsumsi adalah proporsi masing-masing aktivitas yang
dikonsumsi untuk setiap produk. Rasio tersebut dihitung dengan cara
membagi jumlah suatu aktivitas yang dikonsumsi oleh suatu produk dengan
jumlah seluruh aktivitas.


Menentukan pool rate untuk masing-masing cost pool
Tarif kelompok (pool rate) adalah tarif biaya overhead per unit cost driver
yang dihitung untuk suatu kelompok aktivitas (cost pool).

2. Tahap Kedua
Tahap kedua ini menelusuri dan membebankan biaya tiap cost pool ke produk.
Jadi biaya untuk setiap kelompok biaya overhead dilacak keberbagai jenis
produk. Hal ini dilaksanakan dengan menggunakan dengan menggunakan tarif
kelompok yang dikonsumsi oleh setiap produk. Ukuran ini merupakan
penyederhanaan kuantitas cost driver yang digunakan oleh setiap produk.
Menurut Tunggal, 2000 :

Keterangan : Tarif kelompok adalah tarif biaya overhead per unit cost driver
yang dihitung untuk suatu kelompok aktivitas.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.7

Perbedaan antara Activity Based Costing dan Metode Tradisional
Menurut (Tunggal, 2003 : 26) perbedaan Activity Based Costing

dibanding metode tradisional adalah :
1.

Activity Based Costing (ABC) menggunakan aktivitas-aktivitas sebagai
pemacu untuk menentukan berapa besar setiap overhead tidak langsung dari
setiap produk mengkonsumsikan. Sistem tradisional mengalokasi overhead
berdasarkan satu atau dua basis alokasi.

2.

Activity Based Costing (ABC) membagi konsumsi overhead kedalam empat
kategori : unit, batch, produk, dan penopang fasilitas. Sistem tradisional
membagi biaya overhead kedalam unit dan yang lain. Activity Based Costing
(ABC) memfokus pada sumber biaya, tidak hanya dimana sumber biaya
terjadi. Ini mengakibatkan lebih berguna untuk pengambilan keputusan.
Manajemen dapat mengikuti bagaimana biaya timbul dan menemukan caracara untuk mengurangi biaya.

3.

Fokus Activity Based Costing (ABC) adalah pada biaya, mutu, dan faktor
waktu. Sistem tradisional terutama memfokus pada kinerja keuangan jangka
pendek, seperti laba, dengan cukup akurat. Apabila sistem tradisional
digunakan untuk penetapan harga dan untuk mengidentifikasi produk yang
menguntungkan, angka-angkanya tidak dapat diandalkan/dipercaya.

4.

Activity Based Costing (ABC) mempunyai kebutuhan yang jauh lebih kecil
untuk analisis daripada sistem tradisional, karena kelompok biaya (cost
pools) dan pemacu (drivers) jauh lebih akurat dan jelas.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Sistem biaya tradisional tidak memisahkan overhead kedalam biaya yang
berhubungan dengan batch produksi dari produk yang biayanya merupakan
penopang produk (product sustaining), seperti aktivitas penyiapan mesin dan
peralatan dengan penanganan material.
Keuntungan utama menggunakan Activity Based Costing (ABC) adalah
kemampuannya untuk mengukur konsumsi overhead berdasarkan aktivitas dan
penopang produk dan mengalokasi overhead secara akurat ke produk. Hanya
tepat dengan Activity Based Costing (ABC), karena overhead penopang aktivitas
tidak mencakup banyak aktivitas yang dapat dikaitkan secara langsung ke
produk.

2.8.

Penelitian Terdahulu

Jamil, Habib A( 2011) Jud ul: “Penerapan Metode Activity Based Costing
dalam Menentukan Harga Pokok Produksi pada UD. Kartika Sari Malang. UD.
Kartika Sari Malang adalah sebuah produsen manufaktur yang memproduksi
produk – produk furnitur yang terbuat dari kayu, dalam hal produksi UD. Kartika
Sari Malang memproduksi beberapa produk yaitu daun pintu, daun jendela, kusen
dan rak dapur. Prmasalahan pada UD. Kartika Sari Malang belum memiliki
langkah- langkah stategis guna menjamin eksistensinya untuk persaingan
penentuan harga pokok produksi yang belum akurat dan

harga jual dalam

persaingan global saat ini. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk
membandingkan sistem perhitungan HPP perusahaan (konvensional) dengan HPP
menggunakan sistem Activity Based Costing (ABC). Hasil penelitian ini
menunjukkan adanya overcost atau undercost pada penetapan HPP ketika

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

menggunakan activity based costing, hal ini disebabkan karena cara penetapan
overhead yang berbeda ketika menggunakan metode tradisional dan ketika
menggunakan ABC. Daun pintu mengalami under cost sebesar 50934, daun
jendela mengalami under cost sebesar 3825466, kusen mengalami over cost
sebesar 2277760, dan rak dapur mengalami over cost sebesar
1533737.
Vonny Andri W,(2012) Judul penelitian Analisis Harga Pokok Produksi
Pakaian Busana Muslim Anak Laki- Laki Dengan Menggunakan Metode Activity
Based Costing Pada CV. Central Maestro Mandiri Surabaya. CV. Central Maestro
Mandiri adalah suatu perusahaan manufaktur yang memproduksi pakaian jadi
(garment) dengan produk pakaian anak-anak seperti busana muslim anak laki-laki,
busana muslim anak perempuan, mukenah, kerudung,dll. Permasalahan

CV.

Central Maestro Mandiri Surabaya saat ini sedang d