Perancangan Harga Pokok Produksi Dengan Metode Activity Based Costing Pada PT. Pawani

(1)

PERANCANGAN HARGA POKOK PRODUKSI

DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA

PT. PAWANI

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh :

EDDY SUJONO

NIM. 060403030

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N


(2)

PERANCANGAN HARGA POKOK PRODUKSI

DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA

PT. PAWANI

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh :

EDDY SUJONO

NIM. 060403030

Disetujui oleh:

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

( Ir. Sugiharto Pujangkoro, MM. ) ( Tuti Sarma Sinaga, ST, MT. )

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini dengan baik.

Laporan Tugas Akhir merupakan salah satu syarat bagi penulis untuk memenuhi persyaratan yang dibutuhkan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik. Ini merupakan kesempatan bagi penulis untuk merancang sistem dan mencari solusi untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di lingkungan kerja serta menerapkan ilmu yang telah dipelajari selama perkuliahan.

Laporan ini memaparkan Tugas Akhir penulis dengan judul

“Perancangan Harga Pokok Produksi dengan Metode Activity Based Costing pada PT. Pawani”. Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan

Laporan Tugas Akhir ini karena pengetahuan, pengamatan, dan pengalaman penulis yang masih terbatas. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk penyempurnaan laporan ini.

Akhir kata, penulis berharap agar Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, Agustus 2011


(4)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam penulisan Laporan Tugas Akhir ini, penulis mendapatkan bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT., selaku Ketua Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M. Eng. selaku Ketua Bidang Ilmu Rekayasa Sistem Manufaktur.

3. Bapak Ir. Rosnani Ginting, MT. selaku Koordinator Tugas Akhir.

4. Bapak Ir. Sugiharto Pujangkoro, MM., selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktunya dalam membimbing penulis.

5. Ibu Tuti Sarma Sinaga, ST, MT., selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktunya dalam membimbing, mengawasi, dan menasehati penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir.

6. Bapak Hasan Tandi, selaku Kepala Pabrik PT. Pawani yang telah berbagi ilmu dan membimbing penulis dalam pengamatan di lapangan.

7. Seluruh staff administrasi Fakultas Teknik dan Jurusan Teknik Industri USU yang telah membantu penulis dalam mengurus segala keperluan administrasi. 8. Kedua orang tua penulis serta adik-adik yang senantiasa mengingatkan dan

memberikan motivasi bagi penulis.

9. Teman-teman Teknik Industri Universitas Sumatera Utara Stambuk 2006 atas segala motivasi dan bantuan yang diberikan selama masa perkuliahan.


(5)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

ABSTRAK ... xv

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah ... I-1 1.2. Rumusan Masalah... I-3 1.3. Tujuan Penelitian ... I-3 1.4. Batasan dan Asumsi Penelitian ... I-4 1.5. Sistematika Penulisan ... I-5

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan ... II-1 2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-2 2.3. Organisasi dan Manajemen ... II-3


(6)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

2.3.1. Struktur Organisasi ... II-3 2.3.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab ... II-4 2.3.3. Tenaga Kerja dan Jam Kerja Perusahaan ... II-6 2.3.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya ... II-7 2.4. Proses Produksi ... II-8 2.4.1. Bahan yang Digunakan ... II-9 2.4.2. Standar Mutu Bahan/Produk ... II-10 2.4.3. Uraian Proses ... II-11 2.4.4. Mesin dan Peralatan ... II-13 2.4.5. Utilitas ... II-15

III TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Biaya ... III-1 3.2. Penggolongan Biaya ... III-1 3.2.1. Penggolongan Biaya Berdasarkan Objek Biaya ... III-2 3.2.2. Penggolongan Biaya Berdasarkan Perilaku Biaya ... III-3 3.2.3. Penggolongan Biaya Berdasarkan Periode Akuntansi ... III-4 3.2.4. Penggolongan Biaya Berdasarkan Fungsi Manajemen ... III-5 3.3. Sistem Perhitungan Biaya ... III-6 3.3.1. Sistem Biaya Tradisional ... III-6 3.3.2. Activity Based Costing ... III-8


(7)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

3.4. Perbedaan antara ABC dengan Traditional Costing ... III-10 3.5. Prosedur Pembebanan Biaya Overhead dengan Sistem ABC ... III-11 3.5.1. Tahap Pertama... III-11 3.5.2. Tahap Kedua ... III-12 3.6. Klasifikasi Aktivitas Biaya ... III-12 3.7. Keunggulan Activity Based Costing ... III-14

IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... IV-1 4.2. Jenis Penelitian ... IV-1 4.3. Objek Penelitian ... IV-1 4.4. Variabel Penelitian ... IV-2 4.5. Pengumpulan Data ... IV-3 4.6. Pengolahan Data ... IV-4 4.7. Analisis Pemecahan Masalah ... IV-5

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data ... V-1 5.1.1. Data Volume Produksi, Penjualan dan Persediaan ... V-1 5.1.2. Data Aktivitas Produksi ... V-2 5.1.3. Data Biaya... V-3 5.1.3.1. Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung ... V-4


(8)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

5.1.3.2. Biaya Langsung ... V-7 5.1.3.3. Biaya Bahan Tambahan ... V-9 5.1.3.4. Biaya Listrik ... V-10 5.1.3.5. Biaya Air ... V-12 5.1.3.6. Biaya Bahan Bakar ... V-12 5.1.3.7. Biaya Maintenance ... V-13 5.1.3.8. Biaya Penyimpanan ... V-14 5.2. Pengolahan Data ... V-15 5.2.1. Prosedur Tahap Pertama ... V-15

5.2.1.1. Mengidentifikasi Aktivitas dan Menggolongkan Biaya ke Berbagai Aktivitas ... V-15 5.2.1.2. Klasifikasi Biaya ... V-17 5.2.1.3. Mengidentifikasi Cost Driver (Pemicu Biaya) .... V-22 5.2.1.4. Menentukan Biaya per Unit Cost Center ... V-30 5.2.2. Prosedur Tahap Kedua ... V-32 5.3. Perhitungan Harga Pokok Produksi Dengan Mempertimbangkan

Persediaan ... V-38 5.4. Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Menggunakan Metode


(9)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

5.5. Perbandingan Metode Akuntansi Biaya Tradisional dengan ABC dalam Penentuan Harga Pokok Produksi ... V-44

VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

6.1. Analisis Prosedur Tahap Pertama ... VI-1 6.2. Analisis Prosedur Tahap Kedua ... VI-2 6.3. Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Dengan

Mempertimbangkan Persediaan ... VI-3 6.4. Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Menggunakan

Metode Tradisional ... VI-4 6.5. Analisis Perbandingan Metode Akuntansi Biaya Tradisional dengan

ABC dalam Penentuan Harga Pokok Produksi ... VI-5 6.6. Efisiensi Biaya Produksi dengan Metode Activity Based Costing VI-6 VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.2. Saran ... VII-2 DAFTAR PUSTAKA


(10)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

2.1. Tenaga Kerja dan Jumlah Personil ... II-6 2.2. Spesifikasi Genset Diesel ... II-16 5.1. Data Volume Produksi, Penjualan dan Persediaan ... V-1 5.2. Uraian Biaya Tenaga Kerja ... V-5 5.3. Uraian Pembagian Biaya Tiap Proses untuk Bulan Januari ... V-6 5.4. Uraian Pembagian Biaya Tiap Proses untuk Bulan Februari ... V-6 5.5. Uraian Pembagian Biaya Tiap Proses untuk Bulan Maret ... V-7 5.6. Rincian Biaya Langsung untuk Bulan Januari ... V-8 5.7. Rincian Biaya Langsung untuk Bulan Februari ... V-9 5.8. Rincian Biaya Langsung untuk Bulan Maret ... V-9 5.9. Rincian Biaya Tambahan... V-10 5.10. Biaya listrik untuk Bulan Januari ... V-11 5.11. Biaya listrik untuk Bulan Februari ... V-11 5.12. Biaya listrik untuk Bulan Maret ... V-12 5.13. Rincian Biaya Bahan Bakar ... V-13 5.14. Rincian Biaya Penyimpanan ... V-14 5.15. Hubungan Biaya dan Aktivitas pada PT. Pawani ... V-18 5.16. Rincian Hubungan Biaya dan Aktivitas Bulan Januari 2011 pada PT.


(11)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.17. Rincian Hubungan Biaya dan Aktivitas Bulan Februari 2011 pada PT. Pawani dalam Rupiah ... V-20 5.18. Rincian Hubungan Biaya dan Aktivitas Bulan Maret 2011 pada PT.

Pawani dalam Rupiah ... V-21 5.19. Klasifikasi Biaya ... V-22 5.20. Volume Produksi Masing-masing Biji Kopi ... V-22 5.21. Pembagian Aktivitas Pengeringan untuk tiap Biji Kopi ... V-23 5.22. Pembagian Aktivitas Pengayakan untuk tiap Biji Kopi ... V-25 5.23. Pembagian Aktivitas Pengemasan untuk tiap Biji Kopi ... V-26 5.24. Pembagian Jam Kerja untuk tiap Biji Kopi ... V-27 5.25. Pembagian Jumlah Aktivitas untuk tiap Biji Kopi... V-28 5.26. Pemicu Biaya setiap Aktivitas ... V-28 5.27. Rekapitulasi Identifikasi Cost Driver ... V-29 5.28. Biaya per Unit Cost Center PT. Pawani Bulan Januari 2011 ... V-30 5.29. Biaya per Unit Cost Center PT. Pawani Bulan Februari 2011 ... V-31 5.30. Biaya per Unit Cost Center PT. Pawani Bulan Maret 2011 ... V-31 5.31. Perhitungan Biaya untuk Biji Kopi Golden Bulan Januari ... V-32 5.32. Perhitungan Biaya untuk Biji Kopi Fancy Select Bulan Januari ... V-33 5.33. Perhitungan Biaya untuk Biji Kopi Grade-1 Bulan Januari ... V-33 5.34. Perhitungan Biaya untuk Biji Kopi Golden Bulan Februari ... V-34


(12)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.35. Perhitungan Biaya untuk Biji Kopi Fancy Select Bulan Februari ... V-35 5.36. Perhitungan Biaya untuk Biji Kopi Grade-1 Bulan Februari ... V-35 5.37. Perhitungan Biaya untuk Biji Kopi Golden Bulan Maret ... V-36 5.38. Perhitungan Biaya untuk Biji Kopi Fancy Select Bulan Maret ... V-37 5.39. Perhitungan Biaya untuk Biji Kopi Grade-1 Bulan Maret ... V-37 5.40. Rekapitulasi Biaya Pokok Produksi ... V-38 5.41. Perhitungan Harga Pokok Produksi Dengan Mempertimbangkan

Persediaan ... V-40 5.42. Harga Pokok Produksi Rata-rata Metode ABC ... V-41 5.43. Perhitungan HPP dengan Metode Tradisional ... V-43 5.44. Harga Pokok Produksi Rata-rata Metode Tradisional... V-44 5.45. Perbandingan Harga Pokok Produksi dengan Menggunakan Metode


(13)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1. Struktur Organisasi PT. Pawani ... II-3 2.2. Blok Diagram Proses Pengolahan Biji Kopi ... II-9 4.1. Kerangka Konseptual ... IV-3 4.2. Diagram Alir Penelitian ... IV-6 4.3. Blok Diagram Pengolahan Data ... IV-7


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

1. Surat Permohonan Tugas Sarjana ... L-1 2. Surat Penjajakan ... L-3 3. Surat Balasan dari Perusahaan ... L-4 4. Surat Keputusan (SK) Tugas Sarjana... L-5 5. Berita Acara Laporan Tugas Sarjana ... L-8


(15)

ABSTRAK

PT. Pawani merupakan jenis perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan buah kopi menjadi biji kopi. Hasil pengolahan perusahaan ini adalah biji kopi dengan jenis dan kualitas yang bervariasi. Jenis kopi yang diproduksi perusahaan adalah kopi jenis Arabica Grade-1, Fancy Select dan Golden.

Selama ini dalam menghitung harga pokok produksi PT. Pawani menggunakan sistem biaya tradisional dimana pembagian biaya overhead merata untuk semua jenis produk meskipun prosesnya berbeda karena itu sistem ini belum cukup untuk mewakili untuk memberikan gambaran kepada perusahaan mengenai biaya produksinya.

Dari permasalahan di atas dilakukan suatu penelitian mengenai rancangan harga pokok produksi melalui pendekatan Activity Based Costing untuk mengalokasikan biaya-biaya yang digunakan perusahaan sehingga dapat mengeliminir kemungkinan alokasi biaya yang tidak sesuai dan juga dapat memberikan analisis biaya yang lebih detail dan terspesifikasi

Biji kopi yang mengalami overcost adalah biji kopi Golden dan biji kopi Fancy Select, sedangkan biji kopi yang mengalami undercost adalah biji kopi Arabica Grade-1. Efisiensi biaya terjadi pada produk biji kopi Golden dan biji kopi Fancy Select karena kelebihan perkiraan biaya produksi untuk kedua jenis produksi dapat diidentifikasi.

Kata kunci: biji kopi, cost driver, cost center, harga pokok produksi, activity based costing.


(16)

ABSTRAK

PT. Pawani merupakan jenis perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan buah kopi menjadi biji kopi. Hasil pengolahan perusahaan ini adalah biji kopi dengan jenis dan kualitas yang bervariasi. Jenis kopi yang diproduksi perusahaan adalah kopi jenis Arabica Grade-1, Fancy Select dan Golden.

Selama ini dalam menghitung harga pokok produksi PT. Pawani menggunakan sistem biaya tradisional dimana pembagian biaya overhead merata untuk semua jenis produk meskipun prosesnya berbeda karena itu sistem ini belum cukup untuk mewakili untuk memberikan gambaran kepada perusahaan mengenai biaya produksinya.

Dari permasalahan di atas dilakukan suatu penelitian mengenai rancangan harga pokok produksi melalui pendekatan Activity Based Costing untuk mengalokasikan biaya-biaya yang digunakan perusahaan sehingga dapat mengeliminir kemungkinan alokasi biaya yang tidak sesuai dan juga dapat memberikan analisis biaya yang lebih detail dan terspesifikasi

Biji kopi yang mengalami overcost adalah biji kopi Golden dan biji kopi Fancy Select, sedangkan biji kopi yang mengalami undercost adalah biji kopi Arabica Grade-1. Efisiensi biaya terjadi pada produk biji kopi Golden dan biji kopi Fancy Select karena kelebihan perkiraan biaya produksi untuk kedua jenis produksi dapat diidentifikasi.

Kata kunci: biji kopi, cost driver, cost center, harga pokok produksi, activity based costing.


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Perkembangan usaha perusahaan seringkali didorong oleh keinginan untuk memperluas pasar serta para pesaing yang harus dihadapi. Dengan pemahaman akan lingkungan persaingan yang dihadapi maka perusahaan akan mampu mengoptimalkan operasi-operasi terutama dalam menghasilkan produk dan mendapatkan pasar yang lebih besar dengan pertimbangan pada efisiensi biaya produksi dalam menentukan harga pokok produksinya.

PT. Pawani merupakan jenis perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan buah kopi menjadi biji kopi. Hasil pengolahan perusahaan ini adalah biji kopi dengan jenis dan kualitas yang bervariasi. Jenis kopi yang diproduksi perusahaan adalah kopi jenis Arabica Grade-1, Fancy Select dan Golden.

Pengetahuan mengenai biaya produksi diperlukan sebagai pendukung untuk mengambil keputusan dalam menjual produk yang dihasilkan. PT. Pawani menjual produknya berdasarkan harga pasaran biji kopi.

Masalah yang dihadapi perusahaan yaitu perbedaan antara laba yang diprediksi atau diharapkan dengan laba aktual yang diperoleh. Laba aktual tersebut selama tahun 2010 lebih rendah dari laba yang diharapkan. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala pabrik diketahui selisih laba aktual dengan laba yang diharapkan adalah sekitar 7 %.


(18)

Selama ini dalam menghitung harga pokok produksi PT. Pawani menggunakan sistem biaya tradisional dimana pembagian biaya overhead (Fixed Cost) merata untuk semua jenis produk meskipun prosesnya berbeda karena itu sistem ini tidak mewakili untuk memberikan gambaran kepada perusahaan mengenai biaya produksinya.

Dari pengamatan pendahuluan perusahaan masih menggunakan perhitungan harga pokok produksi metode tradisional karena itu perusahaan ingin mengetahui cara menghitung harga pokok produksi dengan metode Activity Based Costing yang kemudian akan digunakan sebagai bahan pertimbangan dan perbandingan dengam metode yang saat ini diterapkan perusahaan.

Metode Activity Based Costing menelusuri biaya melalui aktivitas yang dilakukan sesuai dengan tujuan biaya itu (aktivitas produksi atau aktivitas pelayanan), yang memberikan informasi biaya yang lebih akurat dan dapat ditelusuri. Dengan menggunakan metode ABC dapat mengklasifikasi aktivitas yang memberi nilai tambah dan tidak memberi nilai tambah, dan memungkinkan untuk mengeliminasi aktivitas yang tidak memberi nilai tambah.1

Dari permasalahan di atas akan dilakukan suatu penelitian mengenai rancangan harga pokok produksi melalui pendekatan Activity Based Costing untuk mengalokasikan biaya-biaya yang digunakan perusahaan sehingga dapat mengeliminir kemungkinan alokasi biaya yang tidak sesuai dan juga dapat memberikan analisis biaya yang lebih detail dan terspesifikasi. Rancangan

1

Ben-Arich, David dan Li Qian. 2003.Activity-based Cost Management for Design and Development Stage. Hal: 2.


(19)

perbaikan ini diharapkan dapat menjadi rekomendasi pada departemen produksi perusahaan agar menjadi bahan pertimbangan pengevaluasian masalah.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dijelaskan maka permasalahan yang dihadapi perusahaan adalah belum adanya metode perhitungan harga pokok produksi yang tepat terutama untuk biaya overhead sehingga diperlukan metode lain yang lebih mewakili untuk memberikan gambaran mengenai harga pokok produksi saat ini.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari pelaksanaan penelitian di pabrik ini yaitu untuk mendapatkan harga pokok produksi untuk biji kopi Arabica Grade-1, Fancy Select dan Golden.

Tujuan khusus pelaksanaan penelitian di pabrik ini yaitu:

1. Membandingkan perhitungan harga pokok produksi metode Activity Based Costing dengan metode tradisional

2. Untuk mengetahui terjadinya overcosting dan undercosting pada setiap produk

3. Untuk mengetahui efisiensi biaya produksi dari perhitungan antara metode Activity Based Costing dan metode tradisional.


(20)

1.4. Batasan dan Asumsi Penelitian

Batasan-batasan yang digunakan pada penelitian ini yaitu:

1. Proses produksi yang menjadi fokus dalam penelitian ini yaitu proses produksi untuk kopi jenis Arabica Grade-1, Fancy Select dan Golden 2. Biaya yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah biaya bahan baku

langsung dan biaya overhead yang berhubungan dengan kegiatan di lantai produksi.

3. Segala data aktivitas dan biaya-biaya diamati pada bulan Januari 2011, Februari 2011, dan Maret 2011.

4. Metode analisis biaya yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode Activity Based Costing (ABC).

Asumsi-asumsi yang digunakan pada penelitian ini yaitu:

1. Tidak terjadi gangguan pada proses produksi selama penelitan berlangsung 2. Jenis produk yang dihasilkan adalah tetap.

3. Proporsi bahan yang dibeli sesuai dengan yang dihasilkan.

4. Biaya overhead pada bulan Januari tidak dipengaruhi persediaan akhir bulan Desember.

5. Data waktu yang diperoleh adalah data waktu rata-rata. 6. Biaya penyimpanan adalah 2 persen dari harga biji kopi

7. Penggunaan persediaan adalah berdasarkan aturan First In First Out (FIFO)


(21)

1.5. Sistematika Penulisan

Sistematika yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

LEMBAR JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup dan asumsi penelitian dan sistematika penulisan tugas akhir.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Bab ini berisi sejarah dan gambaran umum perusahaan, organisasi dan manajemen serta proses produksi.

BAB III LANDASAN TEORI

Bab ini berisi teori-teori yang digunakan dalam pemecahan masalah.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi tahapan-tahapan penelitian mulai dari persiapan hingga penyusunan laporan tugas akhir.


(22)

BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Bab ini berisi data-data primer dan sekunder yang diperoleh dari penelitian serta pengolahan data yang membantu dalam pemecahan masalah.

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

Bab ini berisi analisis hasil pengolahan data dan pemecahan masalah.

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan yang didapat dari hasil pemecahan masalah dan saran-saran yang diberikan kepada pihak perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(23)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

PT. Pawani merupakan perusahaan swasta nasional yang bergerak di bidang pengolahan dan ekspor biji kopi. Pabrik biji kopi PT. Pawani didirikan di Jalan Jemadi Nomor 24/94, Medan, Sumatera Utara sejak Oktober 1979 oleh Bapak Hasan Tandi yang masih memimpin perusahaan hingga kini. Kantor PT. Pawani berada di Jalan Kolonel Sugiono Nomor 14-F, Medan, Sumatera Utara.

NV. Pawani pertama kali berdiri tahun 1964 di Jalan Singkat dengan ruang lingkup kegiatan pengolahan dan ekspor produk karet dan biji kopi. Kemudian pada tahun 1967, pabrik dipindahkan ke Jalan Wahidin untuk mendukung peningkatan kapasitas produksi. Pada saat itu, NV. Pawani masih mengolah dan mengekspor karet. Namun karena sulitnya memperoleh bahan baku karet, kegiatan pengolahan dan ekspor karet dihentikan dan kegiatan pabrik difokuskan pada biji kopi sejak tahun 1979. Pada saat itu juga, pemerintah melarang keberadaan industri di kawasan pemukiman Jalan Wahidin, sehingga pabrik harus dipindahkan ke Jalan Jemadi. Pada tahun 2006, NV. Pawani diganti menjadi PT. Pawani dengan izin usaha nomor 109/02.13/TDG/XI/2006.

Bahan baku yang digunakan dalam kegiatan produksi yaitu biji kopi yang biasanya dipasok dari Takengon dan Sidikalang. Hasil produksi diekspor ke luar negeri melalui pelabuhan Belawan dengan negara tujuan ekspor seperti Taiwan, Jepang, dan Amerika Serikat.


(24)

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

Bidang usaha PT. Pawani yaitu pengolahan dan ekspor biji kopi. Pengolahan biji kopi secara garis besar meliputi penggilingan, pengeringan, pengayakan, penyortiran, dan pengemasan.

Pengolahan dilakukan pada biji kopi yang berkulit ari atau biji kopi yang masih bercangkang, tergantung pada pasokan yang ada. Biji kopi tersebut kemudian dijemur dengan bantuan sinar matahari agar kadar airnya mencapai sekitar 12% hingga 13%. Apabila masih bercangkang, biji kopi akan digiling agar cangkang dan kulit arinya terlepas. Selanjutnya biji kopi yang sudah cukup kering dan bersih akan diayak dengan menggunakan mesin ayak untuk memisahkan antara biji kopi yang berukuran besar dan kecil. Setelah terpisah berdasarkan ukuran, biji kopi akan disortir secara manual untuk dipisahkan antara biji kopi yang baik dengan yang rusak. Proses terakhir yaitu pengemasan biji kopi yang telah disortir dengan menggunakan karung goni.

Berdasarkan ukuran dan kualitas biji kopi yang diolah, produk yang dihasilkan yaitu biji kopi golden, fancy select, dan arabica A/grade I. Biji kopi golden merupakan biji kopi arabika yang diproses mulai dari biji kopi yang bercangkang, sehingga kualitasnya terkendali dan lebih baik. Biji kopi fancy select merupakan biji kopi arabika dengan ukuran biji yang cukup besar (dengan panjang 8 mm atau lebih). Biji kopi arabica A/grade I merupakan biji kopi arabika dengan ukuran biji yang lebih kecil (dengan panjang kurang dari 8 mm).


(25)

2.3. Organisasi dan Manajemen

PT. Pawani masih memiliki struktur organisasi dan manajemen yang sederhana dengan pabrik dan kantor yang lokasinya terpisah. Operasional pabrik dipimpin oleh kepala pabrik, sedangkan operasional kantor diatur oleh direktur.

2.3.1. Struktur Organisasi

Secara keseluruhan, struktur organisasi di PT. Pawani membentuk hubungan lini fungsional. Struktur organisasi PT. Pawani dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Direktur

Manajer Keuangan

Manajer Pemasaran

Kepala Pabrik

Staf Keuangan

Staf Pemasaran

Karyawan Pabrik

= Hubungan fungsional = Hubungan lini

Sekretaris

Gambar 2.1. Struktur Organisasi PT. Pawani

Hubungan lini dapat dijumpai antara direktur dengan para manajer di bawahnya, manajer dengan staf, dan kepala bagian dengan karyawan pabrik. Hubungan fungsional dapat dijumpai pada hubungan antara manajer keuangan, manajer pemasaran, dan kepala pabrik. Ketiga posisi tersebut masing-masing


(26)

menangani salah satu bagian atau fungsi pokok perusahaan dan juga saling berkoordinasi satu sama lain.

2.3.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab

Deskripsi jabatan untuk tiap personil di PT. Pawani secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Direktur

a. Merencanakan arah, strategi, dan kebijakan perusahaan dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan.

b. Memimpin, mengarahkan, dan mengawasi pelaksanaan rencana perusahaan yang telah ditetapkan.

c. Mengkoordinasikan para manajer dan kepala bagian.

d. Menciptakan dan memelihara suasana perusahaan agar selalu kondusif. e. Bertanggung jawab penuh atas kondisi dan kinerja perusahaan.

2. Sekretaris

a. Melakukan urusan korespondensi perusahaan.

b. Menghadapi tamu perusahaan apabila Direktur sedang berhalangan. c. Membantu komunikasi antara Direktur dengan para manajer.. d. Menyusun jadwal

3. Manajer Pemasaran

a. Melakukan kegiatan pemasaran produk yang dihasilkan perusahaan. b. Menerima pesanan produk dari konsumen yang berada di luar negeri. c. Menetapkan harga jual produk untuk tiap pesanan.


(27)

d. Bertanggung jawab kepada Direktur. 4. Staf Pemasaran

a. Menangani segala administrasi yang berhubungan dengan kegiatan pemasaran.

b. Menangani pesanan yang diterima dari korespondensi hingga pengiriman. c. Bertanggung jawab kepada Manajer Pemasaran.

5. Manajer Keuangan

a. Mengatur dan mengawasi lalu lintas keuangan di perusahaan. b. Bertanggung jawab atas pengeluaran dan penerimaan dana.

c. Mengawasi kegiatan pencatatan akuntansi dan perpajakan di perusahaan. d. Menyusun laporan aktivitas perusahaan setiap tahunnya untuk Direktur. e. Bertanggung jawab kepada Direktur.

6. Staf Keuangan

a. Menangani segala administrasi yang berhubungan dengan lalu lintas keuangan perusahaan.

b. Melakukan pencatatan akuntansi dan perhitungan pajak perusahaan. c. Bertanggung jawab kepada Manajer Keuangan.

7. Satpam

a. Menerima dan mencatat kedatangan tamu perusahaan. b. Bertanggung jawab atas keamanan kantor.

8. Kepala Pabrik

a. Mengatur segala kegiatan di pabrik, mulai dari penerimaan bahan, produksi, pengemasan, hingga pengiriman.


(28)

b. Mengatur pemakaian dan perawatan seluruh mesin dan peralatan yang ada di pabrik.

c. Menangani seluruh urusan yang berhubungan dengan karyawan pabrik, seperti penggajian, perekrutan, dan koordinasi.

d. Bertanggung jawab atas produksi dan kualitas produk yang dihasilkan. e. Bertanggung jawab kepada Direktur.

9. Karyawan Pabrik

a. Melaksanakan seluruh kegiatan produksi di pabrik sesuai dengan instruksi dari kepala pabrik.

b. Bertanggung jawab atas kondisi peralatan dan kebersihan lingkungan kerja. c. Bertanggung jawab kepada Kepala Pabrik.

2.3.3. Tenaga Kerja dan Jam Kerja Perusahaan

Jumlah tenaga kerja di pabrik atau karyawan PT. Pawani yaitu sebanyak 42 orang, yang terdiri dari 28 orang wanita dan 14 orang pria, sedangkan jumlah tenaga kerja di kantor atau staf PT. Pawani yaitu sebanyak 7 orang. Perincian tenaga kerja beserta jumlahnya dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Tenaga Kerja dan Jumlah Personil

Jabatan Pria Wanita Jumlah

Direktur 1 0 1

Sekretaris 0 1 1

Manajer Pemasaran 1 0 1


(29)

Tabel 2.1. Tenaga Kerja dan Jumlah Personil (Lanjutan)

Jabatan Pria Wanita Jumlah

Manajer Keuangan 1 0 1

Staf Keuangan 0 1 1

Satpam 1 0 1

Kepala Pabrik 1 0 1

Karyawan Pabrik bagian penyortiran 0 28 28

Karyawan Pabrik bagian lain 14 0 14

Total 20 30 50

Sumber: PT. Pawani (2011)

Jam kerja efektif di pabrik PT. Pawani adalah 40 jam per minggu dengan hari kerja dari Senin hingga Sabtu. Dalam satu hari kerja, waktu bekerja mulai dari pukul 08.00 WIB hingga 16.00 WIB dengan waktu istirahat sebesar 1 jam mulai dari pukul 12.00 WIB hingga 13.00 WIB. Untuk hari Sabtu, waktu kerja berakhir pada pukul 14.00 WIB.

Jam kerja selain waktu reguler dihitung sebagai jam kerja lembur yang diterapkan apabila terdapat peningkatan permintaan biji kopi. Besarnya upah lembur disesuaikan dengan ketentuan dan peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah.

2.3.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya

Pabrik PT. Pawani memberlakukan sistem pencatatan absensi manual yang dilakukan oleh kepala pabrik. Pabrik belum menerapkan penggunaan sistem absensi elektronik untuk memudahkan pencatatan absensi.

Sistem pengupahan atau kompensasi untuk staf dan karyawan di PT. Pawani berupa gaji yang diberikan dengan jumlah tertentu pada setiap akhir


(30)

bulan. PT. Pawani juga memberikan uang makan dan menanggung biaya asuransi tenaga kerja untuk para pekerjanya.

Selain gaji, perusahaan juga memberikan upah lembur kepada karyawan yang bekerja di luar waktu kerja normal. Cara perhitungan upah lembur yaitu setiap pekerja mendapatkan Rp 6.000 untuk jam pertama, kemudian 2 x Rp 6.000 untuk jam kedua, dan seterusnya.

PT. Pawani juga memberikan Tunjangan Hari Raya (THR) kepada setiap karyawan sebesar satu bulan gaji. Karyawan yang berhak menerima THR adalah karyawan yang telah bekerja minimal satu tahun atau lebih. Karyawan juga diberikan izin cuti sebanyak 12 hari dalam setahun. Khusus untuk karyawan wanita diberikan tambahan cuti haid sebanyak dua hari setiap bulannya.

2.4. Proses Produksi

Proses produksi biji kopi di PT. Pawani secara garis besar terdiri dari beberapa tahapan, yaitu pengeringan, penggilingan, pengayakan, penyortiran, dan pengemasan. Tahapan produksi tersebut agak berbeda tergantung pada jenis biji kopi yang akan diolah. Apabila masih bercangkang, biji kopi harus melewati proses penggilingan setelah selesai dikeringkan. Apabila biji kopi tidak bercangkang dan hanya berkulit ari, tidak diperlukan proses penggilingan. Dari biji kopi yang bercangkang tersebut akan dihasilkan jenis biji kopi golden, sedangkan dari yang tidak bercangkang akan dihasilkan jenis fancy select dan arabica A/grade I.


(31)

Pengeringan

Penggilingan

(khusus biji kopi bercangkang)

Pengayakan

Penyortiran

Pengemasan

Gambar 2.2. Blok Diagram Proses Pengolahan Biji Kopi

2.4.1. Bahan yang Digunakan

Bahan baku yang digunakan adalah biji kopi jenis arabika yang berasal dari Takengon dan Sidikalang. Biji kopi yang diterima ada dua macam, yaitu biji kopi yang masih bercangkang dan biji kopi yang berkulit ari. Biji kopi yang masih bercangkang akan dibersihkan dari cangkang dan kulit ari, kemudian diolah menjadi biji kopi berjenis golden yang memiliki kualitas lebih baik, sedangkan biji kopi yang berkulit ari akan langsung diproses tanpa penggilingan dan menghasilkan biji kopi jenis fancy select dan arabica A/grade I, tergantung pada ukuran biji kopi.

Bahan tambahan yang digunakan untuk produk biji kopi ini yaitu bahan kemasan. Bahan kemasan yang digunakan adalah karung goni, benang pengikat goni, dan sablon merek. Karung goni yang digunakan yaitu karung untuk


(32)

mengemas bahan makanan yang dapat menampung 60 kg biji kopi setiap karungnya. Setiap karung goni yang kosong beratnya lebih kurang 1 kg. Benang pengikat yang digunakan adalah gulungan benang tali goni yang berwarna putih. Sablon merek terdiri dari cap sablon dan cat sablon berwarna merah dan biru.

2.4.2. Standar Mutu Bahan/Produk

Penanganan mutu biji kopi di PT. Pawani dipercayakan kepada kepala pabrik. Penentuan standar mutu bahan yang dibeli, cara penanganan dan proses produksi biji kopi, dan mutu produk yang dihasilkan berdasarkan spesifikasi yang ditetapkan oleh perusahaan.

Biji kopi yang dibeli dikemas dalam karung plastik dengan kapasitas 100 kg. Kadar air yang terkandung di dalam biji kopi tersebut tidak boleh lebih dari 15%. Apabila kadar air berada di atas angka tersebut, biji kopi yang dibeli lebih mudah rusak karena ditumbuhi jamur sehingga tidak dapat digunakan. Pengujian kadar air dilakukan dengan mengambil 100 g sampel dari tiap karung.

Biji kopi yang dihasilkan akan dikemas dalam karung goni berkapasitas 60 kg. Mutu biji kopi ditentukan oleh kadar airnya. Kadar air biji kopi yang baik yaitu sekitar 12%. Kadar air terendah yang dapat diterima yaitu 10%. Apabila kadar air di bawah 10%, biji kopi akan menjadi rapuh dan kering sehingga tidak dapat digunakan lagi. Apabila kadar air terlalu tinggi, biji kopi akan berpotensi ditumbuhi jamur pada saat pengiriman dan rasa kopi yang dihasilkan dari biji kopi tersebut akan lebih asam sehingga mutunya turun. Karena itu, proses pengeringan sangat berpengaruh terhadap mutu biji kopi yang dihasilkan.


(33)

Karung goni yang digunakan untuk pengemasan tidak boleh robek dan harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum digunakan. Sablon merek juga harus diperhatikan agar merek yang tercetak pada goni jelas dan terang.

2.4.3. Uraian Proses

Tahapan proses pengolahan biji kopi di PT. Pawani yaitu: 1. Proses pengeringan

Biji kopi yang masih bercangkang atau yang berkulit ari dikeluarkan dari karung untuk dikeringkan. Pengeringan dilakukan di lapangan semen yang diberi sekat membentuk bak. Biji kopi yang berkadar air sekitar 15% akan dikeringkan dengan menggunakan sinar matahari hingga mencapai kadar air sebesar 12%. Sinar matahari yang digunakan untuk pengeringan ini adalah sinar matahari pada saat siang hari sekitar pukul 10 hingga pukul 2 dengan cuaca cerah atau panas. Biji kopi disebar merata di lapangan semen hingga mencapai ketinggian tertentu. Ketinggian yang biasa digunakan antara 3-6 cm. Kemudian biji kopi dibiarkan di bawah sinar matahari sambil diaduk atau dibalik dengan menggunakan alat penggaruk setiap 15 menit atau setengah jam. Setiap beberapa saat, kepala pabrik akan melakukan pengecekan secara fisik atau dengan menggunakan alat pengukur kadar air untuk mengetahui apakah biji kopi yang dijemur telah cukup kering. Setelah pengeringan selesai, biji kopi akan dimasukkan kembali ke dalam karung plastik. Apabila cuaca akan hujan, pengeringan harus dihentikan. Biji kopi yang basah akan ditumbuhi jamur sehingga tidak dapat digunakan lagi.


(34)

2. Proses penggilingan

Proses ini hanya digunakan untuk biji kopi yang masih bercangkang. Biji kopi bercangkang yang telah dikeringkan dimasukkan ke dalam mesin giling untuk dipisahkan antara biji kopi dengan cangkang dan kulit arinya. Apabila biji kopi bercangkang belum cukup kering, cangkang dan kulit ari akan sulit terpisah dari biji sehingga hasil penggilingan tidak akan maksimal. Setelah digiling, biji kopi akan ditiup dengan alat blower yang terintegrasi pada mesin giling untuk dibersihkan dari sisa cangkang, kulit ari, dan debu penggilingan. Tenaga blower berasal dari kompresor. Dari biji kopi yang bercangkang ini akan dihasilkan jenis biji kopi golden.

3. Proses pengayakan

Pengayakan bertujuan untuk memisahkan biji kopi berdasarkan ukurannya. Biji kopi yang lebih besar (berukuran 8 mm atau lebih) akan digunakan untuk merek fancy select, sedangkan yang lebih kecil akan digunakan untuk merek arabica A/grade I.

4. Proses penyortiran

Penyortiran dilakukan secara manual oleh pekerja. Penyortiran dilakukan pada biji kopi yang telah selesai diayak untuk dipisahkan antara biji kopi yang bagus atau utuh dengan biji kopi yang cacat atau rusak. Khusus untuk biji kopi yang berkulit ari, penyortiran juga memisahkan biji berdasarkan ukuran. Biji kopi yang berukuran lebih besar (berdiameter 8 mm atau lebih) akan digunakan untuk merek fancy select, sedangkan yang lebih kecil akan


(35)

digunakan untuk merek arabica A/grade I. Biji kopi yang cacat atau rusak akan dikumpulkan.

5. Proses pengemasan

Setelah penyortiran selesai, biji kopi akan dikemas di dalam karung goni. Karung goni akan disablon dengan merek terlebih dahulu sesuai dengan jenis biji kopi yang akan dikemas. Setelah biji kopi selesai diisikan dengan berat bersih 60 kg, karung goni akan ditutup atau disegel benang tali dengan menggunakan mesin jahit portabel.

2.4.4. Mesin dan Peralatan

Mesin-mesin yang digunakan PT. Pawani dalam mendukung kegiatan produksinya yaitu:

1. Mesin giling

Jumlah mesin giling yang digunakan di pabrik yaitu 1 unit. Mesin ini digunakan untuk menggiling biji kopi agar terpisah dari cangkang dan kulit arinya. Pada mesin ini juga terdapat alat blower yang berfungsi untuk membersihkan campuran biji kopi yang telah digiling dari sisa cangkang dan kulit ari, serta kotoran debu penggilingan. Blower tersebut dioperasikan dengan bantuan kompresor. Mesin ini merupakan rakitan tangan dan tidak bermerek.

2. Mesin ayak

Jumlah mesin ayak yang digunakan di pabrik yaitu 2 unit. Mesin ini digunakan untuk memisahkan biji kopi berdasarkan ukurannya. Serpihan biji


(36)

kopi yang rusak atau retak juga akan terpisah dari campuran. Mesin ini dirakit dengan tangan dan tidak bermerek.

3. Mesin jahit portabel

Jumlah mesin jahit portabel yang digunakan di pabrik yaitu 1 unit. Mesin ini digunakan untuk menyegel atau menutup karung goni yang telah diisi dengan biji kopi. Mesin jahit portabel yang digunakan yaitu Fischbein Portable Bag Closer yang dapat beroperasi pada tegangan 110 V atau 220 V dengan kecepatan 1800 jahitan per menit (setiap 10 cm terdapat 16 jahitan)..

Peralatan yang digunakan dalam kegiatan produksi yaitu: 1. Timbangan duduk mekanik

Jumlah timbangan yang digunakan di pabrik yaitu 2 buah. Fungsinya adalah untuk menimbang karung biji kopi yang baru dibeli dan menakar biji kopi yang akan dimasukkan ke dalam karung goni.

2. Batang penggaruk

Jumlah batang penggaruk yang digunakan di pabrik yaitu 2 buah. Alat ini berfungsi untuk mengaduk atau membalik biji kopi pada saat pengeringan agar prosesnya merata.

3. Meja sortir

Jumlah meja sortir yang digunakan di pabrik yaitu 40 buah. Meja ini juga dilengkapi dengan bangku. Fungsinya adalah sebagai tempat kerja untuk pekerja bagian penyortiran.


(37)

4. Sekop

Jumlah sekop yang digunakan di pabrik yaitu 4 buah. Fungsinya adalah untuk menyekop biji kopi ke dalam karung goni pada saat pengemasan dan ke dalam karung plastik setelah selesai dikeringkan.

5. Tampah

Jumlah tampah yang digunakan di pabrik yaitu 50 buah. Fungsinya adalah untuk membantu pekerja di bagian penyortiran untuk membawa dan menyortir biji kopi. Tampah ini terbuat dari bambu dengan permukaan berbentuk bulat berdiameter 60 cm.

6. Alat tester kadar air

Jumlah alat tester kadar air yang digunakan di pabrik yaitu 1 buah. Fungsinya adalah untuk mengukur kadar air sejumlah biji kopi yang telah dikeringkan. Setiap pengukuran memerlukan 100 g sampel biji kopi. Merek alat ini yaitu Cera Tester. Selain biji kopi, alat ini juga dapat mengukur kadar air biji coklat, padi, dan kacang-kacangan.

2.4.5. Utilitas

Utilitas pabrik PT. Pawani yang digunakan untuk menunjang operasional yaitu:

1. Listrik

Pabrik menggunakan tenaga listrik dari PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) dengan daya 2,2 kVA (220 V, 10 A) seperti yang digunakan pada rumah tangga. Listrik tersebut hanya digunakan untuk keperluan-keperluan dasar,


(38)

seperti penerangan, radio, CCTV, dan televisi. Untuk menjalankan mesin-mesin produksi, pabrik menggunakan tiga buah generator set (genset) diesel. Alasan pabrik menggunakan genset adalah karena listrik dari genset lebih stabil daripada listrik PLN. Spesifikasi genset diesel yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Spesifikasi Genset Diesel

No Merek Seri

Daya (kW/kVA)

Tegangan (V)

Arus (A)

Frekuensi (Hz)

1 Yanmar

YTG5S/S16F-180/A

5 110/220 45,45 50

2 Baifa BF-C125-60 125 380 328,95 60

3 Baifa BF-D142 142 380 373,69 60

2. Air bersih

Pabrik mendapat suplai air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Air digunakan untuk kebutuhan sanitasi karyawan dan membersihkan peralatan kerja.


(39)

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Biaya

Biaya adalah harga yang digunakan atau dikorbankan dalam rangka memperoleh penghasilan (revenue) dan akan dipakai sebagai pengurang penghasilan. Pada awal timbulnya akuntansi biaya mula-mula hanya ditujukan untuk penentuan harga pokok produk atau jasa yang dihasilkan, akan tetapi dengan semakin pentingnya biaya non produksi, yaitu biaya pemasaran dan administrasi umum, akuntansi biaya saat ini ditujukan untuk menyajikan informasi biaya bagi manjemen baik biaya produksi maupun biaya non produksi.

3.2 Penggolongan Biaya2

1. Objek biaya

Menurut Firdaus (2009) penggolongan biaya diperlukan untuk menyampaikan dan menyajikan data biaya agar berguna bagi manajemen dalam mencapai berbagai tujuannya. Sebelum memutuskan bagaimana menghimpun dan mengalokasikan biaya dengan baik, manajemen dapat melakukan penggolongan biaya atas dasar:

2. Perilaku biaya 3. Periode akuntansi

2


(40)

4. Fungsi manajemen atau jenis kegiatan fungsional

3.2.1. Penggolongan Biaya Berdasarkan Objek Biaya

Ditinjau dari objek biaya maka biaya dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Biaya langsung (Direct cost)

Biaya langsung yaitu biaya terjadinya atau manfaatnya dapat diidentifikasikan secara langsung pada objek atau pusat biaya tertentu. Contoh biaya ini adalah biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung.

2 Biaya Tidak Langsung (Overhead cost)

Pengertian biaya produksi tidak langsung (factory overhead cost) atau singkatnya biaya overhead produksi menurut Matz dan Usry (2002) dapat didefenisikan sebagai biaya dari bahan atau material tidak langsung, tenaga kerja tidak langsung, dan semua biaya produksi yang tidak dapat dibebankan langsung kepada produk. Jadi dengan kata lain biaya overhead produksi ini meliputi seluruh biaya produksi kecuali biaya material langsung dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya overhead produksi merupakan biaya yang tidak dapat diidentifikasikan secara langsung kepada produk yang menggunakannya atau yang mengkonsumsinya. Hal ini berbeda dengan biaya produksi langsung yang dapat diidentifikasi secara langsung kepada produk yang mengkonsumsinya. Biaya overhead yang timbul umumnya dikonsumsi oleh lebih dari satu departemen produksi.


(41)

Secara garis besar, biaya overhead produksi digolongkan sebagai berikut: a. Biaya Bahan Pembantu (Indirect Material), merupakan biaya bahan yang

diperlukan dalam proses pembuatan produksi, tetapi bukan biaya bahan baku (bahan langsung). Bahan pembantu ini akhirnya juga menjadi bagian produk, tetapi memiliki nilai yang kecil.

b. Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung (Indirect Labor), merupakan biaya tenaga kerja yang tidak dapat diidentifikasikan secara langsung kepada produk. Contoh biaya ini adalah biaya gaji supervisor, quality control, tenaga kerja administrasi dan pekerja yang bertugas dalam kerja pemeliharaan yang secara tidak langsung berkaitan dengan produksi. c. Biaya Reparasi dan Pemeliharaan (Repair and Maintenance), yaitu biaya

yang dikeluarkan untuk aktivitas reparasi dan pemeliharaan mesin/peralatan, serta pemakaian suku cadang. Terkadang biaya suku cadang dipisahkan dari biaya reparasi dan pemeliharaan.

d. Biaya Penyusutan dan Depresiasi, misalnya biaya penyusutan mesin, peralatan dan kendaraan.

e. Biaya Utilitas, misalnya biaya penggunaan air, gas dan listrik. Sejalan dengan perkembangan teknologi pada proses produksi, biaya overhead produksi juga semakin meningkat.


(42)

3.2.2. Penggolongan Biaya Berdasarkan Perilaku Biaya

Ditinjau dari perilaku biaya terhadap perubahan dalam tingkat kegiatan atau volume maka biaya-biaya dapat dikategorikan dalam tiga jenis biaya, yaitu : 1. Biaya variabel

Biaya variabel adalah biaya-biaya yang dalam total berubah secara langsung dengan adanya perubahan tingkat kegiatan atau volume, baik volume produksi ataupun volume penjualan. Di samping itu, biaya variabel mempunyai karakteristik umum yang lain dimana biaya per unitnya tidak berubah.

2. Biaya tetap

Biaya tetap adalah biaya-biaya yang secara total tetap tidak berubah dengan adanya perubahan tingkat kegiatan atau volume dalam batas-batas dari tingkat kegiatan yang relevan atau dalam periode waktu tertentu Biaya tetap per unit akan berubah dengan adanya perubahan volume produksi. Dalam jangka panjang biaya tetap juga akan menjadi biaya variabel.

3. Biaya semi variabel

Biaya semi variabel adalah biaya-biaya yang mempunyai atau mengandung unsur tetap dan unsur variabel. Untuk tujuan perencanaan dan pengendalian, biaya ini harus dipisah menjadi elemen biaya tetap dan elemen biaya variabel. Unsur tetap ini biasanya merupakan biaya minimum yang harus dikeluarkan untuk jasa yang digunakan.


(43)

3.2.3. Penggolongan Biaya Berdasarkan Periode Akuntansi

Dalam penggolongan biaya sehubungan dengan periode akuntansi, biaya-biaya dibedakan berdasarkan waktu atau kapan biaya-biaya-biaya-biaya tersebut dibebankan terhadap pendapatan. Penggolongan ini berguna bagi manajemen dalam membandingkan beban-beban dengan pendapatan secara layak dalam rangka penyusunan laporan keuangan. Sehubungan dengan periode akuntansi ada dua kategori kelompok biaya yaitu :

1. Biaya produk

Dalam perusahaan manufaktur, biaya ini sama dengan biaya produksi yaitu bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik. Biaya-biaya ini pada saat terjadinya dicata dan dialokasikan sebagai persediaan, tetapi apabila terjadi penjualan atas persedian atau produk, maka biaya dari persediaan akan menjadi harga atau beban pokok penjualan yang akan dibandingkan dengan pendapatan yang telah teralisir dari penjualan tersebut.

2. Biaya periode

Biaya-biaya yang tidak berkaitan dengan persediaan atau produk tetapi berhubungan dengan periode waktu atau periode akuntansi. Biaya periode ini bisa bermanfaat untuk memperoleh pendapatan dalam beberapa periode akuntansi dan ada juga yang memberi manfaat hanya untuk periode akuntansi yang berjalan. Contoh biaya ini adalah biaya pemasaran dan biaya administrasi.


(44)

3.2.4. Penggolongan Biaya Berdasarkan Fungsi Manajemen

Penggolongan biaya menurut jenis dari kegiatan fungsional bertujuan untuk membantu manajemen dalam perencanaan, analisis, dan pengendalian biaya atas dasar fungsi-fungsi yang ada dalam suatu organisasi perusahaan. Berdasarkan pada jenis kegiatan fungsional maka biaya dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Biaya produksi, yaitu semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi

atau kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk jadi. Yang termasuk dalam biaya produksi adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik

2. Biaya administrasi dan umum, yaitu semua biaya yang berhubungan dengan fungsi administrasi dan umum, yang terjadi dalam rangka penentuan kebijaksanaan, pengarahan, dan pengawasan kegiatan perusahaan secara keseluruhan.

3. Biaya pemasaran, yaitu biaya dalam rangka penjualan produk jadi sampai dengan pengumpulan piutang menjadi kas. Biaya ini meliputi fungsi penjualan, penggudangan produk jadi, dan pengiriman.

3.3. Sistem Perhitungan Biaya 3.3.1. Sistem Biaya Tradisional

Dahulu sistem biaya yang digunakan sangatlah sederhana dan biasanya biaya-biaya yang terlibat di dalamnya hanyalah biaya langsung, yakni meliputi biaya tenaga kerja langsung dan biaya material langsung. Namun seiring dengan perkembangan zaman, biaya-biaya lainnya bermunculan, seperti biaya


(45)

maintenance (perawatan), utilitas, dan biaya-biaya lainnya yang tergolong sebagai biaya overhead. Sistem biaya tradisional akan membebankan biaya-biaya tidak langsung tadi kepada basis alokasi yang tidak representatif.

Sistem ini mengutamakan satu atau dua pemacu biaya yang berbasis unit sebagai pembebanan biaya sehingga menciptakan biaya produk yang terdistorsi. Distorsi yang terjadi berupa subsidi silang (cross subsidy) antar produk, satu produk mengalami kelebihan biaya (overcosting) dan produk lainnya mengalami kekurangan biaya (undercosting). Tingkat distorsi yang terjadi tergantung pada proporsi biaya overhead terhadap biaya produksi total. Semakin besar proporsinya, semakin besar distorsi yang terjadi demikian juga sebaliknya

Dalam sistem biaya secara tradisional dapat dilihat bahwa biaya-biaya yang terlibat biasanya hanya biaya langsung saja, yaitu biaya tenaga kerja dan biaya material. Namun seiring dengan berjalannya waktu muncul biaya-biaya yang bisa digolongkan kedalam biaya langsung. Biaya-biaya tersebut seperti biaya perawatan, dan lain sebagainya. Sistem biaya tradisional akan membebankan biaya tidak langsung kepada basis alokasi yang tidak representatif. Pada sistem biaya tradisional, dalam mengalokasikan biaya pabrik tidak langsung ke unit produksi, tetapi ditempuh dengan cara sebagai berikut :

1. Dilakukan alokasi biaya ke seluruh unit organisasi yang ada.

2. Biaya unit organisasi dialokasikan lagi ke setiap unit produksi. Unsur- unsur biaya bersama dialokasikan secara proporsional dengan menggunakan suatu basis pembebanan atau faktor pembanding yang sesuai, sedangkan


(46)

unsur-unsur biaya lainnya dialokasikan secara langsung sesuai dengan perhitungan langsungnya masing-masing.

Basis pembebanan atau faktor pembanding yang digunakan diantaranya : a. Jumlah unit produksi

b. Jam tenaga kerja langsung c. Biaya tenaga kerja langsung d. Biaya material langsung

3.3.2. Activity Based Costing

Menurut Firdaus (2009) Activity Based Costing adalah suatu metode yang menghitung biaya dan kinerja dari suatu proses yang berhubungan dengan aktivitas dan objek-objek biaya. Pembebanan biaya berdasarkan penggunaan sumber-sumber daya dan pembebanan biaya kepada objek-objek seperti: produk, pelanggan, berdasarkan aktivitas-aktivitas yang dilakukan, pengakuan hubungan timbal balik antara cost driver dan aktivitas.3

Hongren (2007) menyatakan bahwa Activity Based Costing adalah suatu sistem pendekatan perhitungan biaya yang dilakukan berdasarkan aktivitas-aktivitas yang ada di perusahaan. Sistem ini dilakukan dengan dasar pemikiran bahwa penyebab timbulnya biaya adalah aktivitas yang dilakukan dalam

3

Dunia, Firdaus Ahmad dan Wasilah. 2009. Akuntansi Biaya. Hal: 320-321

3


(47)

perusahaan, sehingga wajar bila pengalokasian biaya-biaya tidak langsung dilakukan berdasarkan aktivitas tersebut. 4

Menurut Cooper dan Kaplan (1998) Activity Based Costing ini berfokus pada proses penentuan product costing (biaya produk), yaitu dengan cara menentukan aktivitas-aktivitas yang diserap produk tersebut selama proses produksi. Activity Based Costing menghasilkan informasi yang dapat membatasi distorsi dan subsidi silang yang disebabkan oleh pengalokasian sistem akuntansi biaya tradisional. Penghematan biaya dapat dilakukan dengan membatasi aktivitas-aktivitas yang tidak menambah nilai. Dengan demikian dapat digunakan sebagai dasar untuk perbaikan profitabilitas perusahaan secara continue, sehingga keunggulan perusahaan dapat diraih. 5

5

Cooper Robin, dan Kaplan. 1998. The Design of Cost Management Systems. Hal : 157

5

Widjaja, Amin. 1992. Activity Based Costing: Suatu Pengantar. Hal: 132-133

Fokus utama Activity Based Costing adalah aktivitas, karena pada dasarnya pengelolaan manajemen merupakan perencanaan dan pengendalian aktivitas untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam perusahaan semua aktivitas ditujukan untuk menghasilkan produk dengan biaya memadai. Dengan demikian, fokus utama manajemen adalah pada pengelolaan aktivitas, yaitu merencanakan dan mengendalikan seluruh aktivitas perusahaan dalam menghasilkan produk dengan tingkat biaya semestinya.


(48)

Penerapan sistem ABC dirancang sehingga setiap biaya yang tidak dapat dialokasikan secara langsung kepada objek biaya, dibebankan kepada objek biaya berdasarkan konsumsi masing-masing aktivitas tersebut. Yang dimaksud aktivitas adalah kejadian, tugas, atau sebuah pekerjaan yang dilakukan dengan tujuan tertentu. Yang dimaksud dengan objek biaya (cost object) adalah sesuatu yang menyebabkan biaya tersebut akan diukur, contoh objek biaya adalah berdasarkan produk, berdasarkan pelanggan, berdasarkan departemen, dan lain-lain.

Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa ABC menghitung biaya produk dan membebankan biaya produk sesuai dengan objek biayanya, berdasarkan aktivitas yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu barang atau jasa. Oleh sebab itu, penerapan ABC akan mendukung proses pengambilan keputusan-keputusan strategis dalam perusahaan, seperti: keputusan tentang harga, dan proses efisiensi yang dilakukan perusahaan karena penerapan ABC mengharuskan perusahaan untuk melakukan identifikasi dan perbaikan atas seluruh kegiatan yang dilakukan pada sebuah perusahaan.

3.4. Perbedaan antara ABC dengan Traditional Costing6

1. Sistem biaya ABC menggunakan aktivitas-aktivitas sebagai pemacu biaya (cost driver) untuk menentukan seberapa besar konsumsi overhead dari Beberapa perbandingan antara sistem biaya tradisional dan sistem biaya Activity Based Costing yang dikemukakan oleh Widjaja (2001) adalah sebagai berikut:


(49)

setiap produk. Sedangkan sistem biaya tradisional mengalokasikan biaya overhead berdasarkan satu atau dua basis alokasi yang non reprersentatif. 2. Sistem biaya ABC memfokuskan pada biaya, mutu dan faktor waktu.

Sistem biaya tradisional terfokus pada performansi keuangan jangka pendek seperti laba. Apabila sistem biaya tradisional digunakan untuk penentuan harga dan profitabilitas produk, angka-angkanya tidak dapat diandalkan.

3. Sistem biaya ABC memerlukan masukan dari seluruh departemen

persyaratan ini mengarah ke integrasi organisasi yang lebih baik dan memberikan suatu pandangan fungsional silang mengenai organisasi. 4. Sistem biaya ABC mempunyai kebutuhan yang jauh lebih kecil untuk

analisis varian dari pada sistem tradisional, karena kelompok biaya (cost pools) dan pemacu biaya (cost driver) jauh lebih akurat dan jelas, selain itu ABC dapat menggunakan data biaya historis pada akhir periode untuk menghilang biaya aktual apabila kebutuhan muncul.

3.5. Prosedur Pembebanan Biaya Overhead dengan Sistem ABC7

Menurut Hansen dan Mowen (2000) pembebanan biaya overhead pada Activity Based Costing juga menggunakan dua tahap seperti pada sistem biaya tradisional, tetapi pusat biaya yang dipakai untuk pengumpulan biaya-biaya pada tahap pertama dan dasar pembebanan dari pusat biaya kepada produk pada tahap kedua sangat berbeda dengan akuntansi biaya tradisional.

7


(50)

3.5.1. Tahap Pertama

Prosedur pembebanan biaya overhead dengan sistem ABC pada tahap ini dimulai dengan pengumpulan biaya dalam cost pool yang memiliki aktivitas yang sejenis atau homogen yang terdiri dari 4 langkah, yaitu:

1. Mengidentifikasi dan menggolongkan biaya kedalam berbagai aktivitas 2. Mengklasifikasikan aktivitas biaya kedalam berbagai aktivitas, pada langkah

ini biaya digolongkan kedalam aktivitas yang terdiri dari 4 kategori yaitu: Unit level activity costing, Batch related activity costing, product sustaining activity costing, facility sustaining activity costing.

3. Mengidentifikasikan Cost Driver

Dimaksudkan untuk memudahkan dalam penentuan tarif perunit cost pool. 4. Menentukan biaya per unit Cost Pool

Adalah biaya perunit cost pool yang dihitung untuk suatu aktivitas. Menurut Hansen dan Mowen (1999) biaya per unit cost pool dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Biaya per Unit Cost Pool =

Driver Cost

pool) (cost Aktivitas Biaya

3.5.2. Tahap Kedua

Pada tahap ini, dilakukan penelusuran dan pembebanan biaya aktivitas kemasing-masing produk yang menggunakan cost driver. Pembebanan biaya overhead dari setiap aktivitas dihitung dengan menggunakan rumus:


(51)

3.6. Klasifikasi Aktivitas Biaya8

Klasifikasi aktivitas biaya merupakan pengelompokan biaya dalam berbagai kelompok biaya (cost pool). Pengelompokan ini didasarkan atas tingkat kesulitan untuk menentukan hubungan sebab akibat serta untuk dasar pengalokasian (cost allocation based).

Menurut Firdaus (2009) ada 4 kategori dalam pengelompokan biaya pada ABC, adalah sebagai berikut:

1. Biaya untuk setiap unit (unit level) adalah sumber daya yang digunakan untuk aktivitas yang akan meningkat pada setiap unit produksi atau jasa yang dihasilkan. Pengelompokan untuk level ini berdasarkan hubungan sebab akibat dengan setiap unit yang dihasilkan. Contoh: biaya perbaikan mesin, biaya listrik, dan biaya penyusutan mesin.

2. Biaya untuk setiap kelompok unit tertentu (batch level) adalah sumber daya yang digunakan untuk aktivitas yang akan terkait dengan sekelompok unit (batch) produk atau jasa yang dihasilkan. Pengelompokan untuk level ini adalah biaya hubungan sebab akibat untuk setiap kelompok unit yang dihasilkan. Contoh : biaya setup mesin.

3. Biaya untuk setiap produk tertentu (product level) adalah sumber daya yang digunakan untuk mendukung produksi suatu produk. Biaya ini tidak dipengaruhi oleh produksi atau penjualan satu atau beberapa unit batch. Contoh: biaya desain produk, biaya pengembangan prototype, dan rekayasa produksi.

8


(52)

4. Biaya untuk setiap fasilitas tertentu (facility level) adalah sumber daya yang digunakan untuk aktivitas yang tidak dapat dihubungkan secara langsung dengan produk atau jasa yang dihasilkan tetapi untuk mendukung organisasi secara keseluruhan. Pengelompokan untuk level ini sulit dicari hubungan sebab akibatnya dengan produk atau jasa yang dihasilkan tetapi dibutuhkan untuk kelancaran kegiatan perusahaan yang berhubungan dengan proses produksi barang atau jasa. Contoh: biaya keamanan, biaya kebersihan, dan asuransi biaya pabrik.

3.7. Keunggulan Activity Based Costing9

Beberapa keunggulan dari penerapan metode Activity Based Costing dalam penentuan biaya produk menurut Firdaus (2009) antara lain :

1. Biaya produk yang lebih akurat, baik pada industri manufaktur maupun industri jasa lainnya khususnya jika memiliki proporsi biaya overhead pabrik yang lebih besar

2. Biaya ABC memberikan perhatian pada semua aktivitas, sehingga semakin banyak biaya tidak langsung yang dapat ditelusuri pada objek biayanya. 3. Sistem ABC mengakui bahwa aktivitas penyebab timbulnya biaya sehingga

manajemen dapat menganalisis aktivitas dan proses produksi tersebut dengan lebih baik (fokus pada aktivitas yang memiliki nilai tambah) yang pada akhirnya dapat melakukan efisiensi dan akhirnya menurunkan biaya.

9


(53)

4. Sistem ABC juga memberi perhatian atas biaya variabel yang terdapat dalam biaya tidak langsung

5. Sistem ABC cukup fleksibel untuk menelusuri biaya berdasarkan berbagai objek biaya.


(54)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di pabrik PT. Pawani yang berlokasi di Jalan Jemadi No. 24, Medan, Sumatera Utara dan di kantor PT. Pawani yang berlokasi di Jalan Kolonel Sugiono No. 14-F, Medan, Sumatera Utara. Penelitian dilakukan selama periode Desember 2010 hingga April 2011.

4.2. Jenis Penelitian

Jenis dari penelitian ini adalah termasuk jenis penelitian komparatif. Penelitian ini membandingkan biaya pokok produksi yang dihitung dengan metode ABC dan metode tradisional yang selama ini digunakan perusahaan dengan meninjau waktu yang berbeda. Penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif.

4.3. Objek Penelitian

Objek penelitian yang diamati yaitu aktivitas-aktivitas produksi yang berpengaruh pada biaya, baik biaya langsung maupun biaya tidak langsung (overhead cost).


(55)

4.4. Variabel Penelitian

Variabel yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu: 1. Variabel tak bebas (Dependent Variable)

Variabel tak bebas adalah variabel yang perubahannya tergantung pada variabel lain. Variabel tak bebas dari penelitian ini adalah :

a. Cost driver : yaitu suatu faktor yang digunakan untuk mengukur bagaimana biaya terjadi atau cara untuk membebankan biaya pada aktivitas.

b. Cost center : yaitu biaya untuk melakukan satu unit aktivitas

c. Harga pokok produksi : yaitu biaya yang diperlukan untuk menghasilkan satu unit produk.

2. Variabel bebas (Independent Variable)

Variabel bebas adalah variabel yang perubahannya tidak tergantung pada variabel lain dan dapat diatur nilainya. Variabel bebas dari penelitian ini adalah :

a. Biaya langsung (Variable Cost) : yaitu biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung yang langsung berhubungan dengan volume produksi.

b. Biaya overhead (Fixed Cost) : yaitu biaya yang dibutuhkan sebagai biaya tambahan untuk menunjang proses produksi.

c. Aktivitas : yaitu suatu kelompok kegiatan yang dilakukan dalam sebuah organisasi atau suatu proses kerja.


(56)

Cost Driver

Cost Center

Harga Pokok Produksi Biaya Langsung

Biaya Overhead

Aktivitas

Harga Produk Aktual Harga Produk

Usulan

Peningkatan atau Penurunan Laba

Gambar 4.1. Kerangka Konseptual

4.5. Pengumpulan Data

Data primer yang akan dikumpulkan yaitu pengamatan terhadap aktivitas-aktivitas produksi seperti :

1. Langkah-langkah proses produksi

Langkah-langkah yang dikumpulkan yaitu aktivitas atau proses yang diperlukan untuk menghasilkan setiap jenis produk.

2. Frekuensi aktivitas

Setiap aktivitas yang dilakukan pada proses produksi akan dihitung siklus atau frekuensi pengerjaannya.


(57)

3. Utilitas pendukung proses produksi.

Mesin dan peralatan yang diperlukan untuk mendukung kegiatan di lantai produksi diamati jenis dan jumlah yang digunakan.

Data sekunder yang akan dikumpulkan yaitu : 1. Biaya langsung (Variable Cost)

Biaya langsung yang dikumpulkan seperti biaya bahan dan biaya tenaga kerja langsung

2. Biaya overhead (Fixed Cost)

Biaya overhead yang dikumpulkan seperti biaya tenaga kerja tidak langsung, bahan tambahan, listrik, air, bahan bakar, maintenance dan penyimpanan. 3. Data penjualan, persediaan, dan produksi

Ketiga data tersebut dikumpulkan selama 3 bulan, yaitu bulan Januari 2011, Februari 2011, dan Maret 2011.

4.6. Pengolahan Data

Data yang diperoleh melalui pengamatan kemudian diolah melalui dua tahap, yaitu:

1. Tahap pertama

a. Mengidentifikasi Aktivitas dan Menggolongkan Biaya ke Berbagai Aktivitas.

b. Klasifikasi Biaya

c. Mengidentifikasi Cost Driver (Pemicu Biaya). d. Menentukan biaya per unit Cost Center.


(58)

2. Tahap kedua

Melakukan penelusuran dan pembebanan biaya dari aktivitas ke produk.

4.7. Analisis Pemecahan Masalah

Analisa data yang dilakukan meliputi:

1. Analisa terhadap hasil perhitungan total biaya yang diperoleh dengan menggunakan metode ABC.

2. Analisa perbandingan hasil perhitungan pendekatan metode ABC dengan metode tradisional yang selama ini digunakan oleh perusahaan.


(59)

Mulai

Studi Lapangan

Identifikasi Permasalahan

Perumusan Masalah & Tujuan Penelitian

Pengumpulan data

Pengolahan Data

Analisa & Evaluasi

Kesimpulan & Saran

Selesai

Studi Pustaka

Data Primer Data Sekunder


(60)

Mulai

Penggolongan Biaya ke dalam Aktivitas

Klasifikasi Biaya

- Unit level activity - Batch level activity - Product level activity - Facility level activity

Identifikasi Cost Driver untuk setiap aktivitas

Penentuan Biaya per unit Cost Driver

Pembebanan biaya dari aktivitas ke produk

Data Biaya Data Aktivitas

Selesai

Klasifikasi Fixed Cost dan Variable Cost

Perhitungan Variable Cost berdasarkan

Volume Produksi

Perhitungan Fixed Cost dengan membagi rata ke setiap jenis produk

HPP dengan metode Activity Based Costing

HPP dengan Metode Tradisional

Apakah HPP dengan Metode ABC lebih besar daripada

metode Tradisional?

Terjadi Overcosting Terjadi Undercosting

Tidak Ya


(61)

BAB V

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam melakukan penelitian ini dengan menggunakan metode Activity Based Costing yaitu:

1. Data volume produksi, penjualan dan persediaan. 2. Data aktivitas yang dilakukan di lantai produksi 3. Data biaya yang muncul karena aktivitas produksi

5.1.1. Data Volume Produksi, Penjualan dan Persediaan.

Data mengenai volume produksi, penjualan dan persediaan untuk 3 jenis produk untuk bulan Januari, Februari dan Maret dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1. Data Volume Produksi, Penjualan dan Persediaan

Bulan Produk Persediaan Awal (Kg)

Produksi (Kg)

Penjualan (Kg)

Persediaan Akhir (Kg)

Januari

Golden 300 3625 3300 625

Fancy Select 240 5330 4740 830

Grade-1 300 6173 6300 173

Februari

Golden 625 3487 3300 459

Fancy Select 830 4982 4800 1012

Grade-1 173 6117 5400 890

Maret

Golden 459 3540 3600 399

Fancy Select 1012 4980 5100 892

Grade-1 890 7020 7200 710


(62)

5.1.2. Data Aktivitas Produksi

Data aktivitas produksi adalah data yang berhubungan dengan seluruh aktivitas pengolahan biji kopi di lantai produksi. Data yang berhubungan dengan aktivitas di lantai produksi, yaitu:

1. Input (biji kopi dan buah kopi) 2. Proses

a. Pengeringan

Aktivitas pengeringan adalah penjemuran biji kopi dan buah kopi yang baru dibeli dari petani kopi agar diperoleh biji kopi dengan kadar air yang sesuai dengan spesifikasi (10%-12%). Setiap siklus pengeringan menggunakan waktu sekitar 2 jam.

b. Penggilingan (khusus biji kopi bercangkang)

Aktivitas penggilingan adalah pengolahan buah kopi menggunakan mesin giling agar dapat dipisahkan antara kulit arinya dengan biji kopi. Setiap siklus penggilingan menggunakan waktu sekitar 1 jam.

c. Pengayakan

Aktivitas pengayakan adalah pemisahan antara biji kopi dengan pengotor seperti debu, kulit ari dan lain-lain dengan menggunakan mesin ayak. Setiap siklus pengayakan menggunakan waktu sekitar 2 jam.

d. Penyortiran

Aktivitas penyortiran adalah pembagian biji kopi berdasarkan ukuran dan kualitas secara manual dengan menggunakan tenaga kerja wanita. Pada


(63)

bagian ini didapatkan tiga jenis biji kopi menurut kualitas dan ukurannya yaitu biji kopi Golden, Fancy Select, dan Arabica Grade-1.

e. Pengemasan

Aktivitas pengemasan adalah penyimpanan biji kopi yang telah selesai diproses ke dalam karung goni dan penyegelan karung dengan menggunakan benang jahit.

f. Pengawasan

Aktivitas pengawasan dilakukan oleh kepala pabrik. Tugasnya yaitu inspeksi terhadap setiap proses produksi, pengecekan kualitas terhadap bahan yang dibeli dan produk yang dihasilkan dan pengaturan tenaga kerja.

3. Output (biji kopi yang telah dikeringkan) a. Biji kopi Golden

b. Biji kopi Fancy Select c. Biji kopi Arabica Grade-1

5.1.3. Data Biaya

Data biaya pada penelitian ini adalah seluruh biaya yang berhubungan dengan aktivitas di lantai produksi. Biaya-biaya tersebut yaitu:

1. Biaya tenaga kerja tidak langsung, yang terdiri dari: a. Gaji kepala pabrik

b. Gaji tenaga kerja pria c. Gaji tenaga kerja wanita


(64)

2. Biaya langsung

a. Biaya bahan baku langsung b. Biaya tenaga kerja langsung

i. Upah harian karyawan ii. Uang makan karyawan 3. Biaya bahan tambahan 4. Biaya listrik

5. Biaya air

6. Biaya bahan bakar 7. Biaya maintenance 8. Biaya penyimpanan

5.1.3.1. Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung

1. Gaji Kepala Pabrik

Kepala pabrik mengatur segala kegiatan di pabrik, mulai dari penerimaan bahan, produksi, pengemasan, hingga pengiriman dan menangani seluruh urusan yang berhubungan dengan karyawan pabrik, seperti penggajian, perekrutan, dan koordinasi. Kepala pabrik juga bertanggung jawab atas kualitas dan kuantitas biji kopi yang dihasilkan. Gaji yang diterima kepala pabrik adalah sebesar Rp. 22.000.000. Gaji kepala pabrik adalah sama untuk bulan Januari, Februari, dan Maret.


(65)

2. Gaji Tenaga Kerja Pria

Tenaga kerja pria bertanggung jawab terhadap proses pengeringan, penggilingan, pengayakan dan pengemasan di lantai produksi. Uraian biaya tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2. Uraian Biaya Tenaga Kerja

Jenis Gaji Jumlah/ Pekerja (Rp)

Gaji pokok 1.197.000

Asuransi tenaga kerja 24.000

Total 1.221.000

Sumber: PT. Pawani (2011)

Jumlah tenaga kerja pria pada PT. Pawani adalah 14 orang, maka jumlah biaya tenaga kerja pria adalah Rp. 17.094.000. Biaya ini tetap untuk bulan Januari, Februari, dan Maret.

Total waktu jam kerja pria pada bulan Januari 2011 adalah 167 jam. Rumus perhitungan biaya tenaga kerja pria untuk tiap proses yaitu :

pria kerja tenaga biaya Total x Waktu Total vitas Waktu/akti x aktivitas Frekuensi Aktivitas Biaya =

Contoh perhitungan biaya tenaga kerja pria tiap proses untuk bulan Januari yaitu : 6.960.431 Rp. 17.094.000 x 167 2 x n

Pengeringa =34 =

1.637.749 Rp. 17.094.000 x 167 1 x an

Penggiling =16 =

4.913.245 Rp. 17.094.000 x 167 2 x


(66)

3.582.575 Rp.

17.094.000 x

167 5 engemasan

P = 3 =

Hasil perhitungan biaya tenaga kerja pria tiap proses untuk bulan Januari dapat dilihat pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3. Uraian Pembagian Biaya Tiap Proses untuk Bulan Januari

Proses

Frekuensi Aktivitas

(Siklus)

Waktu/ aktivitas

(Jam)

Waktu (Jam)

Biaya/Aktivitas (Rp)

Pengeringan 34 2 68 6.960.431

Penggilingan 16 1 16 1.637.749

Pengayakan 24 2 48 4.913.245

Pengemasan - - 35 3.582.575

TOTAL 167 17.094.000

Total waktu jam kerja pria pada bulan Februari 2011 adalah 146 jam. Uraian pembagian biaya untuk tiap proses dapat dilihat pada Tabel 5.4.

Tabel 5.4. Uraian Pembagian Biaya Tiap Proses untuk Bulan Februari

Proses

Frekuensi Aktivitas

(Siklus)

Waktu/ Aktivitas

(Jam)

Waktu (Jam)

Biaya/Aktivitas (Rp)

Pengeringan 30 2 60 7.024.931

Penggilingan 14 1 14 1.639.151

Pengayakan 21 2 42 4.917.452

Pengemasan - - 30 3.512.466


(67)

Total waktu jam kerja pria pada bulan Maret 2011 adalah 176 jam. Uraian pembagian biaya untuk tiap proses dapat dilihat pada Tabel 5.5.

Tabel 5.5. Uraian Pembagian Biaya Tiap Proses untuk Bulan Maret

Proses

Frekuensi Aktivitas

(Siklus)

Waktu/ Aktivitas

(Jam)

Waktu (Jam)

Biaya/Aktivitas (Rp)

Pengeringan 36 2 72 6.993.000

Penggilingan 15 1 15 1.456.875

Pengayakan 26 2 52 5.050.500

Pengemasan - - 37 3.593.625

TOTAL 176 17.094.000

3. Gaji Tenaga Kerja Wanita

Tenaga kerja wanita bertanggung jawab terhadap proses penyortiran di lantai produksi. Biaya ini dapat diuraikan pada Tabel 5.2. Jumlah tenaga kerja wanita pada PT. Pawani adalah 28 orang, maka jumlah biaya tenaga kerja wanita adalah Rp. 34.188.000. Biaya tenaga kerja wanita untuk bulan Januari, Februari, dan Maret adalah tetap.

5.1.3.2. Biaya Langsung

Biaya langsung terdiri dari biaya bahan baku langsung dan juga biaya tenaga kerja langsung. Bahan baku yang digunakan adalah biji kopi dan buah kopi yang berasal dari Sidikalang dan Takengon yang diantarkan langsung oleh petani kopi. Harga beli biasanya mengikuti harga pasar. Biaya tenaga kerja langsung yang ada adalah biaya upah harian dan uang makan.


(68)

Rumus perhitungan biaya langsung yaitu :

(

Upahharian Uangmakan

)

xJumlahKaryawan Langsung

Kerja Tenaga

Biaya = +

Langsung Kerja Tenaga Biaya Langsung Bahan Biaya Langsung

Biaya = +

Contoh perhitungan biaya langsung untuk bulan Januari yaitu :

(

)

63.945.000 Rp. 42 x 525.000) (997.500 42 x 21.000 x 25 39.900 x 25 Langsung Kerja Tenaga Biaya = + == + 5 353.366.63 Rp. 63.945.000 89.421.635 Langsung Biaya = + =2

Total biaya langsung dan rincian biaya untuk bulan Januari, Februari, dan Maret dapat dilihat pada Tabel 5.6, Tabel 5.7, dan Tabel 5.8.

Tabel 5.6. Rincian Biaya Langsung untuk Bulan Januari Jenis

Biaya Rincian

Jumlah Karyawan Biaya (Rp) Total Biaya (Rp) Bahan Baku Langsung Untuk memproduksi Golden = 3625 kg Fancy Select = 5330 kg Arabica Grade-1 = 6173 kg

289.421.635

Tenaga Kerja Langsung

Upah harian (25 hari x Rp

39.900/hari) = Rp. 997.500 42 41.895.000

63.945.000 Uang makan (25 hari x Rp

21.000/hari) = Rp. 525.000 42 22.050.000


(69)

Tabel 5.7. Rincian Biaya Langsung untuk Bulan Februari Jenis

Biaya Rincian

Jumlah Karyawan Biaya (Rp) Total Biaya (Rp) Bahan Baku Langsung Untuk memproduksi Golden = 3487 kg Fancy Select = 4982 kg Arabica Grade-1 = 6117 kg

280.611.303

Tenaga Kerja Langsung

Upah harian (22 hari x Rp

39.900/hari) = Rp. 877.800 42 36.867.600

56.271.600 Uang makan (22 hari x Rp

21.000/hari) = Rp. 462.000 42 19.404.000

Total Biaya Langsung (Rp) 336.882.903

Tabel 5.8. Rincian Biaya Langsung untuk Bulan Maret Jenis

Biaya Rincian

Jumlah Karyawan Biaya (Rp) Total Biaya (Rp) Bahan Baku Langsung Untuk memproduksi Golden = 3540 kg Fancy Select = 4980 kg Arabica Grade-1 = 7020 kg

303.720.000

Tenaga Kerja Langsung

Upah harian (26 hari x Rp

39.900/hari) = Rp. 1.037.400 42 43.570.800

66.502.800 Uang makan (26 hari x Rp

21.000/hari) = Rp. 546.000 42 22.932.000

Total Biaya Langsung (Rp) 370.222.800

5.1.3.3. Biaya Bahan Tambahan

Bahan tambahan yang digunakan adalah karung goni untuk makanan, benang jahit karung dan cat sablon. Rumus perhitungan biaya bahan tambahan yaitu :


(70)

Sablon Cat Biaya karung Jahit Benang Biaya Goni Karung Biaya Tambahan Bahan a Biay + + =

Contoh perhitungan biaya bahan tambahan untuk bulan Januari yaitu :

702.689 Rp. 53.789 18.900 630.000 Tambahan Bahan a

Biay = + + =

Rincian biaya tambahan untuk tiap bulan dapat dilihat pada Tabel 5.9.

Tabel 5.9. Rincian Biaya Tambahan

Bulan Bahan Tambahan Biaya Tambahan (Rp)

Total Biaya Tambahan (Rp)

Januari

Karung Goni 630.000

702.689

Benang Jahit Karung 18.900

Cat Sablon 53.789

Februari

Karung Goni 607500

677.587

Benang Jahit Karung 18.225

Cat Sablon 51.862

Maret

Karung Goni 647.500

722.178

Benang Jahit Karung 19.425

Cat Sablon 55.253

5.1.3.4. Biaya Listrik

Listrik digunakan untuk menyalakan peralatan elektronik dan penerangan untuk mendukung kegiatan produksi pada PT. Pawani. Rumus perhitungan biaya listrik yaitu :

(

PenggunaanListrikxBiayaPemakaian

)

Abonemen

Aktivitas Listrik

a

Biay = +

Contoh perhitungan biaya listrik untuk bulan Januari yaitu :

(

)

(

)

(

)

(

1x143x35 x790

)

639 Pengemasan Aktivitas Listrik Biaya 34.327 Rp. 4.774 790 x 167 x 8 x 28 n Penyortira Aktivitas Listrik a Biay = + = = + =


(1)

Untuk bulan Maret harga pokok produksi yang telah mempertimbangkan persediaan adalah Rp. 30.554/ kg untuk biji kopi Golden, Rp. 28.791/ kg untuk biji kopi Fancy Select, dan Rp. 28.888/ kg untuk biji kopi Arabica Grade-1.

Harga pokok produksi rata-rata dapat dihitung dengan menjumlahkan harga pokok produksi masing-masing jenis biji kopi tiap bulan kemudian dibagi dengan jumlah bulan yang digunakan. Untuk biji kopi Golden harga pokok produksi rata-rata adalah Rp. 30.150/ kg, sedangkan untuk biji kopi Fancy Select adalah Rp. 28.456/ kg, dan untuk biji kopi Arabica Grade-1 adalah Rp. 28.557/ kg.

6.4. Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Menggunakan Metode Tradisional

Dengan menggunakan data total biaya langsung dan juga total biaya overhead untuk bulan Januari, Februari dan Maret dapat dihitung harga pokok produksi untuk masing-masing jenis produk. Biaya overhead pada metode ini adalah merata untuk ketiga jenis produk. Biaya overhead kemudian dijumlahkan dengan biaya langsung masing-masing dan kemudian dibagi dengan volume produksi untuk mendapatkan harga pokok produksi metode tradisional.

Untuk bulan Januari harga pokok produksi biji kopi Golden adalah Rp. 30.745/ kg, untuk biji kopi Fancy Select adalah Rp. 28.382/ kg dan untuk biji kopi Arabica Grade-1 didapatkan harga pokok produksi Rp. 27.696/ kg.


(2)

Untuk bulan Februari harga pokok produksi biji kopi Golden adalah Rp. 31.052/ kg, untuk biji kopi Fancy Select adalah Rp. 28.665/ kg dan untuk biji kopi Arabica Grade-1 didapatkan harga pokok produksi Rp. 27.631/ kg.

Untuk bulan Maret harga pokok produksi biji kopi Golden adalah Rp. 31.859/ kg, untuk biji kopi Fancy Select adalah Rp. 29.536/ kg, dan untuk biji kopi Arabica Grade-1 didapatkan harga pokok produksi Rp. 27.876/ kg.

Harga pokok produksi rata-rata metode tradisional dapat dihitung dengan menjumlahkan harga pokok produksi masing-masing jenis biji kopi tiap bulan kemudian dibagi dengan jumlah bulan yang digunakan. Untuk biji kopi Golden harga pokok produksi rata-rata metode tradisional adalah Rp. 31.219/ kg, sedangkan untuk biji kopi Fancy Select adalah Rp. 28.861/ kg, dan untuk biji kopi Arabica Grade-1 adalah Rp. 27.734/ kg.

6.5. Analisis Perbandingan Metode Akuntansi Biaya Tradisional dengan ABC dalam Penentuan Harga Pokok Produksi

Untuk biji kopi Golden harga pokok produksi yang diperoleh dengan metode ABC adalah sebesar Rp. 30.150/ kg sedangkan harga pokok produksi dengan metode tradisional adalah sebesar Rp. 31.219/ kg. Ini menunjukkan adanya overcost sebesar Rp. 1.069/ kg

. Untuk biji kopi Fancy Select harga pokok produksi yang diperoleh dengan metode ABC adalah sebesar Rp. 28.456/ kg sedangkan harga pokok


(3)

Untuk biji kopi Arabica Grade-1 harga pokok produksi yang diperoleh dengan metode ABC adalah sebesar Rp. 28.557/ kg sedangkan harga pokok produksi dengan metode tradisional adalah sebesar Rp. 27.734/ kg. Ini menunjukkan adanya undercost sebesar Rp. 823/ kg

Overcost akan menyebabkan perusahaan menganggap biaya produksi lebih tinggi dari yang seharusnya yang akan mempengaruhi keputusan perusahaan dalam menjual biji kopi sehingga perusahaan dapat mengalami kehilangan penjualan dan harga biji kopi menjadi tidak bersaing.

Undercost akan menyebabkan perusahaan menganggap biaya produksi lebih rendah dari yang seharusnya sehingga perusahaan tidak dapat mencapai margin yang diharapkan dan mengalami kerugian (loss).

6.6. Efisiensi Biaya Produksi dengan Metode Activity Based Costing

Berdasarkan perbandingan harga pokok produksi yang diperoleh antara metode Activity Based Costing dan metode tradisional dapat diidentifikasi jenis produk yang mengalami overcosting. Dengan mengetahui produk yang mengalami overcosting maka kelebihan alokasi biaya dapat diidentifikasi, sehingga terjadi efisiensi biaya untuk produk yang mengalami overcosting.

Efisiensi biaya terjadi pada produk biji kopi Golden dan biji kopi Fancy Select. Efisiensi biaya untuk produk biji kopi Golden adalah sebesar 3,55 % dan untuk biji kopi Fancy Select adalah sebesar 1,42 %.


(4)

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, kesimpulan yang dapat diambil yaitu:

1. Harga pokok produksi rata-rata yang diperoleh dengan metode Activity Based Costing untuk biji kopi Golden adalah Rp. 30.150/ kg, untuk biji kopi Fancy Select didapatkan harga pokok produksi Rp. 28.456/ kg dan untuk biji kopi Arabica Grade-1 didapatkan harga pokok produksi Rp. 28.557/ kg.

2. Harga pokok produksi rata-rata yang diperoleh dengan metode tradisional untuk biji kopi Golden adalah Rp. 31.219/ kg, untuk biji kopi Fancy Select didapatkan harga pokok produksi Rp. 28.861/ kg dan untuk biji kopi Arabica Grade-1 didapatkan harga pokok produksi Rp. 27.734/ kg.

3. Selisih harga untuk biji kopi Golden adalah sebesar Rp. 1.069/ kg sedangkan untuk biji kopi Fancy Select adalah sebesar Rp. 405/ kg dan untuk biji kopi Arabica Grade-1 sebesar Rp. 823/ kg

4. Biji kopi yang mengalami overcost adalah biji kopi Golden dan biji kopi Fancy Select, sedangkan biji kopi yang mengalami undercost adalah biji kopi Arabica Grade-1.


(5)

7.2. Saran

Setelah melakukan penelitian, saran-saran yang dapat diberikan yaitu: 1. Untuk meningkatkan efisiensi perusahaan, sebaikanya pihak manajemen

perusahaan menerapkan ABC dalam penentuan biaya produksi. Karena metode ini mampu memberikan informasi biaya produksi yang lebih akurat dan relevan serta biaya tersebut dapat ditelusuri sampai ke produk berdasarkan aktivitas yang dikonsumsi dalam menghasilkan suatu produk.

2. Perusahaan sebaiknya mencatat segala rincian aktivitas yang dilakukan di lantai produksi agar pengawasan terhadap proses lebih mudah.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Ben-Arich, David dan Li Qian. 2003.Activity-based Cost Management for Design and Development Stage. International Journal Of Production Economics. Cooper Robin, dan Kaplan. 1998. The Design of Cost Management Systems. Edisi

2. Prentice-Hall.

Dunia, Firdaus Ahmad dan Wasilah. 2009. Akuntansi Biaya. Jakarta: Salemba Empat.

Hansen dan Mowen. 2000. Manajemen Biaya. Jakarta: Salemba Empat.

Hongren, Charles T. 2007. Cost Accounting a Managerial Emphasis. Edisi 13. Prentice-Hall.

Krishnan, Anbalagan. 2006. An Application of Activity Based Costing in Higher Learning Institution: A Local Case Study. Contemporary Management Research.

Matz dan Usry. 2002. Cost Accounting Planning and Control. Edisi 13. Ohio: South Western Publishing Cincinati.

Roztocki, Narcyz. 2000. An Integrated Activity-Based Costing and Economic Value Added System as an Engineering Management Tool For Manufacturers. Journal of Cost Management.