MAKALAH DASAR DASAR MONETER INTERNASIONA

MAKALAH
DASAR-DASAR MONETER INTERNASIONAL

Oleh :
Mulkan Abdullah

20141221042

PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2015

1

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
limpahan Rahmat-Nya, sehingga penulis beserta teman-teman kelompok 6
dapat
menyelesaikan makalah tentang

“Dasar-Dasar
Moneter

Internasional”.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan
oleh Dosen mata kuliah Ekonomi Moneter yaitu Dr. Siti Maro’ah, M.Pd.
Penulis mengharapkan makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita
semua, dalam hal menambah pengetahuan dan wawasan kita tentang Bank
Indonesia
Penulis mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan kelompok yang
telah mendukung dan menjalin kerjasama yang baik sehingga makalah ini dapat
diselesaikan.
Penulis menyadari makalah ini terdapat banyak kekurangan, maka
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju
arah yang lebih baik. Kami mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak.

Surabaya, 07 November 2015

Penulis


i

Daftar Isi

Kata Pengantar.................................................................................................. i
Daftar Isi............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................... 2
1.3 Tujuan......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sistem Moneter Internasional....................................................................... 3
2.2 Pasar Valuta Asing....................................................................................... 6
2.3 Nilai Tukar Mata Uang (Exchange Rates).................................................... 7
2.4 Determinan Nilai Tukar................................................................................. 9
2.5 Penerapan Sistem Nilai Tukar Di Indonesia.................................................10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan...................................................................................................15
Daftar Pustaka....................................................................................................16


ii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem moneter internasional merupakan sistem keuangan yang berlaku
untuk semua Negara di dunia yang membahas tentang pembayaran atas
transaksi lintas negara dilaksanakan. Sistem ini menentukan bagaimana kurs
tukar asing ditentukan dan bagaimana pemerintah dapat mempengaruhi kurs
tukar. Sistem moneter internasional yang berfungsi dengan baik akan
memfasilitasi perdagangan internasional dan investasi, serta mempermudah
adaptasi

terhadap

perubahan.

Pembahasan


inti

dari

sistem

moneter

internasional adalah menentukan pengaturan sistem kurs tukar. Untuk itu dalam
penulisan makalah ini penulis akan membahas terkait dengan pengertian sistem
moneter internasional, sejarah terbentuknya system moneter internasional,
fenomena aktual yamg terkait moneter, serta Faktor penghambat non ekonomi
penerapan Mata uang tunggal di asean
Semenjak dimulainya sistem standar emas hingga abad ke 20, sistem
moneter internasional telah mengalami pasang surut. Perubahan dari sistem ke
sistem yang lain diakibatkan oleh gejolak ekonomi pada saat itu. Sampai saat ini
pun sistem moneter internasional masih menjadi perhatian semua negara dan
masih ingin merubah sistemnya menjadi lebih berfungsi optimal. Belum lagi
rencana


anggota

Negara-negara

asean

untuk

merumuskan

kebijakan

pemberlakuan mata uang bersama yang hanya berlaku tunggal di kawasan
asean. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengangkat tema sistem moneter
internasional.

1

1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sistem Moneter Internasional ?

2. Apa Pasar Valuta Asing ?
3. Apa Nilai Tukar Mata Uang (Exchange Rate) ?
4. Apa Determinan Nilai Tukar ? ?
5. Bagaimana Penerapan Sistem Nilai Tukar di Indonesia ? ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Bagaimana Sistem Moneter Internasional ?
2. Untuk mengetahui tetentang Pasar Valuta Asing
3. Untuk mengetahui Tentang Nilai Tukar Mata Uang (Exchange Rate)
4. Untuk mengetahui Tentang Determinan Nilai Tukar
5. Untuk mengetahui Bagaimana Penerapan Sistem Nilai
Tukar di Indonesia ?

2

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sistem Moneter Internasional
Sistem Moneter Internasioanal adalah ukuran atau standar mata uang
suatu negara yang diterima oleh Negara-negara besar sebagai mata uang dunia.
Agar suatu mata uang dapat diterima sebagai mata uang dunia, maka suatu

mata uang harus memenuhi fungsi-fungsi mata uang yaitu sebagai alat tukar dan
transaksi, pengukur nilai, penyelesain hutang-hutang dan penyimpan nilai.
2.1.1 Sejarah dan Perkembangan Sistem Moneter Internasional
a. Sistem Standar Emas (1876-1913)
Sistem standar emas internasional muncul mulai tahun 1870 di Inggris.
Pemerintah Inggris menetapkan nilai pounsterling dengan emas. Perkembangan
industri yang terjadi di Inggris serta perdagangan dunia yang makin berkembang
pada abad 19 menambah kepercayaan dunia terhadap emas. Kepercayaan ini
diperkuat dengan ditemukannya tambang emas di Amerika dan Afrika Utara.
Dengan kejadian-kejadian tersebut sistem standar emas merupakan suatu
sistem yang dipakai oleh banyak negara semenjak 1970 hingga perang dunia
pertama.
Perdagangan yang semakin meningkat membuat kebutuhan sistem
pertukaran yang lebih formal menjadi semakin terasa. Standar emas pada
dasarnya menetapkan nilai tukar mata uang negara berdasarkan emas.
Pemerintah atau Negara yang bersangkutan harus menjaga persediaan emas
yang cukup untuk menjamin jual-beli emas. Jika pemerintah negara lain juga
menetapkan nilai mata uangnya berdasarkan, maka kurs antar dua mata uang
bisa ditentukan. Nilai emas terhadap barang lain tidak banyak berubah dalam
jangka panjang, stabilitas nilai uang dan kurs mata uang tidak banyak

berfluktuasi dalam jangka panjang.
Standar emas berbeda dengan mata uang fiat (fiat money). Dalam mata
uang fiat, nilai mata uang ditentukan berdasarkan kepercayaan terhadap
kemauan pemerintah menjaga integritas menjag mata uang tersebut. Seringkali
kepercayaan tersebut disalahgunakan. Pemerintah kadang tergoda menerbitan

3

uang baru, karena biaya produksi penerbitan tersebut adalah 0 rupiah. Dengan
menggunakan standar emas, nilai mata uang didasarkan pada emas.
Pemerintah tidak bisa seenaknya menambah jumlah uang yang beredar , karena
suplai uang dibatasi oleh suplai emas.
Dengan proses tersebut kurs mata uang bisa terjaga selama negaranegara di dunia memakai emas sebagai standar mata uangnya. Inflasi yang
berkepanjangan tidak akan terjadi di dalam situasi semacam itu.
Dengan adanya Perang Dunia I (1919-1923) serta depresi dunia (19311934) negara-negara di Eropa dilanda inflasi serta ketidaksetabilan politik.
Sistem moneter Internasional menjadi kacau. Kekacauan ini menimbulkan
kurang kepercayaan dunia terhadap pounsterling yang masih dikaikan dengan
emas. Ponsterling makin lama makin lemah posisinya. Kelemahan ini ditambah
keharusan Inggris untuk memberi bantuan kepada Jerman. Pada tahun 1931
Inggris menanggalkan standar emas dan pounsterlling jatuh nilainya, diikuti oleh

dolar Amerika.
b. Periode Perang Dunia (1914-1994)
Perang dunia I mengakhiri standar emas klasik. Periode antara kedua
perang dunia secara umum ditandai oleh kekacauan perdagangan dan keuangan
internasional. Terjadinya fluktuasi kurs sejak akhir perang sampai tahun 1925
(kecuali di Amerika Serikat, yang kembali ke standar emas dalam tahun 1919).
Mulai tahun 1925, suatu usaha dilakukan untuk menetapkan kembali standar
emas, akan tetapi runtuh tahun 1991 pada waktu Depresi Besar. Kemudian
disusul dengan periode persaingan Devaluasi, ketika negara-negara mencoba
untuk

mengekspor pengangguran mereka (kebijakan mengemis tetangga

mereka). Tarif, kuota dan pengawasan nilai tukar juga meluas, dengan akibat
volume perdagangan dunia berkurang hampir setengahnya. Kecenderungan
devlasioner dapat diatasi sepenuhnya suaktu negara-negara dipersenjatai
kembali untuk perang dunia II.
c. Periode Kurs Tetap
Periode ini dimulai dengan perjanjian Bretton Woods. Melalui perjanjian
ini, semua negara menetapkan nilai tukar mata uangnya melaui emas, tetapi

tidak diharuskan memenuhi konverbilitas mata uang mereka dalam emas.
Negara anggota diminta menjaga kursnya dalam batas 1% (naik atau turun) dan

4

bersedia menjaga kurs tersebut. IMF membantu negara anggotanya dalam
rangka menjaga kurs mata uangnya.
Tekanan spekulasi menyebabkan sistem kurs tetap tidak layak lagi
dipertahankan. Pasar keuangan dunia sempat tutup selama beberpa minggu
dalam bulan Maret 1973. Ketika pasar tersebut dibuka, kurs mata uang dibiarkan
mengambang sampai ke kurs yang ditentukan oleh kekuatan pasar.
d. Post Bretton Woods
Pada

tanggal

22

Juli


1944

diadakan

suatu

konferensi

moneter

Internasional, yang dikenal dengan The Bretton Woods Conference, yang dihadiri
oleh 44 negara. Konferensi tersebut bertujuan untuk menyusun rencana
pembuatan sistem moneter. Dua tahun setelah konferensi tersebut, didirikan IMF
dan Bank Dunia untuk mengawasi sistem tersebut. .
Selama periode 1944-1973 dolar merupakan mata uang yang sangat
penting dalam lalu lintas pembayaran Internasional. Peranan dolar ini timbul
setelah perang dunia II, dusebabkan saat itu terjadi kekurangan dolar. Negaranegara Eropa yang sangat memerlukan uang /dana untuk memulihkan keadaan
ekonominya. Satu-satunya sumber adalah Amerika Serikat, sehingga dolar
banyak diminta. Konsekuensinya, emas menjadi tergeser oleh dolar. Sebab,
disamping memiliki tenaga beli yang kuat di Amerika, reserves dalam bentuk
dolar akan membelikan penghasilan bunga. Dengan semakin pentingnya fungsi
dolar, maka setiap anggota menetapkan perbandingan mata uangnya terhadap
dolar, yang kemudian apabila perlu dapat ditukarkan dengan emas.
DMI beranggotakan 134 negara, diantaranya 10 negara maju mempunyai
posisi yang sangat kuat di dalam mengambil keputusan. Setiap anggota
memperoleh jatah/quota, yang harus dibayar 25% dengan emas dan sisanya
75% dengan mata uangnya. Besarnya quota menentukan hak suaranya serta
jumlah pinjaman yang dapat diperoleh dari DMI. Dana pertama DMI dengan
sendirinya 25% terdiri dari emas dan 75% berbagai mata uang negara anggota.
Pinjaman diberikan kepada dalam mata uang negara lain yang harus di tukar
dengan mata uang negara peminjam.

5

e. Sistem semenjak 1973
Semenjak 1973 sistem moneter internasional merupakan campuran antara
kurs tetap dengan kurs berubah-ubah. Mata uang Yen, dolar Kanada, franc
Perancis, dan Swiss berfluktuas tergantung dari permintaan dan pernawaran.
Sering juga penguasa moneter negara-negara tersebut melakukan campur
tangan di pasar valuta asing untuk mengurangi fluktuasi kurs yang berlebihan.
Caranya apabila negara mengalami defisit dalam neraca pembayaran, kurs
valuta asing cenderung naik. Untuk mencegah hal ini bank Central menjual
valuta asing. Demikian juga apabila surplus di dalam neraca pembayaran, bank
sentral membeli valuta asing di pasar untuk mengurangi penurunan kurs. Sisitem
kurs demikian di sebut “managed atau dirty” float, sebagai lawan dari “clean”
floatt di mana bank Sentral sama sekali tidak campur tangan di dalam pasar
valuta asing.
Lima negara Eropa (Jerman Barat, Belgia, Luxembrug, Swedia, Netherlan
dan Norwegia) mengadakan pengaturan secara tersendiri. Krus tetap berlaku di
antara mereka, tetapi berubah-ubah secara bersama-sama terhadap mata uang
negara

lain.

Sisten

krus

semacam

ini

(mengambang

bersama-sama)

menghasilakan fluktuasi yang menyerupai ular, yang kemudian disebut “Snake
like”.
Negara-negara Eropa dan Jepang telah melepaskan ikatan mata uangnya
dengan dolar Amerika Serikat. Dengan demikian, telah merupakan mata uang
yang mengambang. Namun demikian Dolar masih memegang peranan penting
dalam lalu lintas pembayaran internasiolal. Pembayaran luar negeri, kebijakan
campur tangan dalam valuta asing oleh Bank Sentral, serta catatan-catatan
statistik Dana Moneter Internasional dan Perserikatan Bangsa-Bangsa masih
menggunakan dasar mata uang Dolar.

2.2 Pasar Valuta Asing
Pasar valuta asing atau pasar mata uang sering kali juga dinamakan
sebagai forex (foreign exchange). Forex adalah tempat dimana para investor
membeli dan menjual mata uang.
Pergerakan pasar valuta asing berputar mulai dari pasar Selandia Baru
dan Australia yang berlangsung pukul 05.00–14.00 WIB, terus ke pasar Asia
yaitu Jepang, Singapura, dan Hongkong yang berlangsung pukul 07.00–16.00

6

WIB, ke pasar Eropa yaitu Jerman dan Inggris yang berlangsung pukul 13.00–
22.00 WIB, sampai ke pasar Amerika Serikat yang berlangsung pukul 20.30–
10.30 WIB. Dalam perkembangan sejarahnya, bank sentral milik negara-negara
dengan cadangan mata uang asing yang terbesar sekalipun dapat dikalahkan
oleh kekuatan pasar valuta asing yang bebas.
Menurut survei BIS (Bank International for Settlement, bank sentral
dunia), yang dilakukan pada akhir tahun 2004, nilai transaksi pasar valuta asing
mencapai lebih dari USD$1,4 triliun per harinya.
Mengingat tingkat likuiditas dan percepatan pergerakan harga yang tinggi
tersebut, valuta asing juga telah menjadi alternatif yang paling populer karena
ROI (return on investment atau tingkat pengembalian investasi) serta laba yang
akan didapat bisa melebihi rata-rata perdagangan pada umumnya. Akibat
pergerakan yang cepat tersebut, maka pasar valuta asing juga memiliki risiko
yang sangat tinggi.
2.3 Nilai Tukar Mata Uang (Exchange Rates)
2.3.1 Definisi Nilai Tukar
Untuk memudahkan pembahasan mengenai nilai tukar atau kurs mata
uang, maka diperlukan beberapa asumsi, antara lain:
 Setiap Negara menerbitkan atau mengeluarkan (issues) dan menggunakan
mata uangnya sendiri. Misalnya Amerika Serikat (AS) memiliki dan
menggunakan mata uang yang dinamakan Dolar AS, Uni Moneter Eropa
(euro), Brazil (real) dan Indonesia (rupiah) serta Malaysia (ringgit)
 Negara-negara yang terlibat dalam perdagangan atau transaksi internasional
menggunakan suatu mata uang yang umum digunakan, misalnya dolar AS
atau poundsterling Inggris.
 Analisisnya hanya mempertimbangkan atau melibatkan 2 negara yaitu
Amerika dan Inggris.
2.3.2 Penentuan Nilai Tukar
Ada beberapa faktor penentu yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar, yaitu
(Madura, 1993):

7

1.

Faktor Fundamental
Faktor fundamental berkaitan dengan indikator ekonomi seperti inflasi,

suku bunga,perbedaan relatif pendapatan antar negara, ekspektasi pasar dan
intervensi bank sentral.
2.

Faktor Teknis
Faktor teknis berkaitan dengan kondisi permintaan dan penawaran devisa

pada saat tertentu. Apabila ada kelebihan permintaan, sementara penawaran
tetap, maka harga valuta asing akan terapresiasi, sebaliknya apabila ada
kekurangan permintaan, sementara penawaran tetap maka nilai tukar valuta
asing akan terdepresiasi.
3.

Sentimen Pasar
Sentimen pasar lebih banyak disebabkan oleh rumor atau berita politik

yang bersifat insidentil, yang dapat mendorong harga valuta asing naik atau atau
turun secara tajam dalam jangka pendek. Apabila rumor atau berita sudah
berlalu, maka nilai tukar akan kembali normal.
2.3.3 Nilai tukar mata uang
Nilai tukar mata uang dibagi menjadi dua yaitu :
Nilai tukar nominal, adalah nilai tukar yang ditulis dengan angka nominal.
Misalnya US$ 1,00=Rp10.000. kurs antara dua Negara adalah yang dinamakan
kurs nominal.
Nilai tukar Riil atau kurs riil (riil exchange rate) adalah harga relative dari
barang-barang kedua Negara yang menyatakan tingkat dimanakita dapat
memperdagangkan barang-barang dari suatu Negara untuk barang-barang dari
suatu Negara untuk barang-barang Negara lain. Oleh karena itu nilai tukar riil
juga disebut terms of trade.
Secara umum dapat dituliskan = Nilai tukar nominal x Harga barang domestic
Harga barang luar negeri
Nilai tukar riil diantara kedua Negara dihitung dari nilai tukar nominal dan
tingkat harga di kedua Negara.Jika nilai tukar riil adalah tinggi, berarti harga
barang-barang luar negeri relative murah, dan harga barang-barang domestic
relatif mahal. Dan sebaliknya, jika nilai tukar riil rendah, berarti harga barangbarang luar negeri relative mahal, dan harga-harga barang domestic relative
murah.

8

2.4 Determinan Nilai Tukar
Valas (foreign exchange) merupakan salah satu indicator makroekonomi
yang memiliki pengaruh signifikan

pada pertumbuhan ekonomi karena

fluktuasinya berdampak pada perdagangan antara negara. Hal ini membawa
konsekwensi

pada

bagaimana

menjaga

kebijakan-kebijakan

pemerintah

terkususnya bank sentral untuk menstabilkannya sehingga tidak membawa
perubahan pada pola perdagangan suatu negara kususnya Indonesia, namun
hal ini bukanlah masalah sederhana yang dengan mudah diaplikasikan karena
dalam rangka menjaga stabilitas valuta asing maka banyak faktor yang harus
dipertimbangkan.
Valas (foreign exchange) yang didefinisikan sebagai mata uang asing dan
alat pembayaran lainnya yang dipergunakan untuk melakukan atau membiayai
transaksi ekonomi keuangan internasional dan yang mempunyai catatan kurs
resmi pada bank sentral. Didasari definisi tersebut tercermin bahwa valas
memiliki keunikan tersendiri karena selain sebagai berfungsi sebagai nilai tukar
maka valas sendiri memiliki beragam dimensi yang mempengaruhinya, yang
mana factor-faktor tersebut melibatkan factor-faktor ekonomi maupun diluar
ekonomi.

Menurut

Moffet

et

all

bahwa

determinan-determinan

valas

dikategorikan menjadi lima bagian yaitu pertama kondisi paritas meliputi tingkat
inlasi relatif, tingkat suku bunga relatif, nilai tukar forward dan kebijakan bank
sentral.
Kedua, aspek spekulasi yang meliputi currency, sekuritas, arbitrasi suku
bunga, real estate dan komoditas. Ketiga, investasi lintas negara yang meliputi
investasi langsung dan tidak langsung. Keempat, resiko politik yang meliputi
control modal, pasar gelap dalam mata uang, spread nilai tukar dan resiko
premium pada sekuritas dan FDI. Kelima atau yang terakhir yaitu infrastruktur
yang meliputi kekuatan system perbankan, kekuatan pasar sekuritas dan outlook
untuk pertumbuhan dan keuntungan. lebih lanjut kelima elemen beserta factorfaktornya tersebut merupakan gambaran besar atas bagaimana suatu valas
dipengaruhi, namun pada tulisan ini hanya memfokuskan pada factor tingkat
inflasi relative, tingkat suku bunga relative, real estate dan investasi langsung
serta tidak langsung. Adapun alasan mengapa kelima faktor ini dipilih karena
didorong oleh ketercukupan data dan untuk membatasi kekompleksitas alat
bedah yang digunakan sehingga diharapkan diperoleh kerelevansiannya.

9

Faktor pertama yaitu tingkat inlasi relative, yang mana didasari
penelaahan menggunakan teori paritas daya beli (purchasing power parity). Teori
ini menjabarkan bahwa apabila terdapat perbedaan inflasi antara kedua negara
maka kurs yang akan datang dapat diprediksi sehingga akan berguna dalam
mengantisipasi perubahan nilai tukar dimasa yang akan datang. Lebih lanjut
maka dalam penerapan teori ini dibutuhkan data-data inflasi namun sebelum
melakukan analisa diperlukan bahwa dalam system ekonomi terdapat banyak
faktor yang harus dipertimbangkan. Terlepas dari keberadaan teori ini atas
system ekonomi maka dibawah ini akan disajikan bagaimana pergerakan inflasi
yang terjadi di Indonesia.
2.5 Penerapan Sistem Nilai Tukar Di Indonesia
Sejak periode 1970 hingga sekarang, sistem nilai tukar yang berlaku di
Indonesia telah mengalami perubahan sebanyak tiga kali, yaitu Sistem Nilai
Tukar Tetap, Sistem Nilai tukar Mengambang Terkendali, dan terakhir Sistem
Nilai tukar Mengambang Bebas.
1. Multiple Exchange System (Sistem Nilai Tukar Bertingkat)
Sistem ini dimulai sejak Oktober 1966 hingga Juli 1971. Penggunaan sistem ini
dilakukan dalam rangka menghadapi berfluktuasinya nilai rupiah serta untuk
mempertahankan dan meningkatkan daya saing yang hilang karena adanya
inflasi dua digit selama periode tersebut.
2. Fixed Exchange Rate System (Sistem Nilai Tukar Tetap)
Sistem yang berlaku mulai Agustus 1971 hingga Oktober 1978 ini mengaitkan
secara langsung nilai tukar rupiah dengan dollar Amerika Serikat yaitu tarif US$1
=Rp415,00. Pemberlakuan sistem ini dilandasi oleh kuatnya posisi neraca
pembayaran pada kurun waktu 1971-1978. Neraca pembayaran tersebut kuat
karena sektor migas mempunyai peran besar dalam penerimaan devisa ekspor
yang didukung oleh peningkatan harga minyak mentah (masa keemasan
minyak).

10

Sistem nilai tukar tetap ( fixed exchange rate ) dimana lembaga otoritas
moneter menetapkan tingkat nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang
negara lain pada tingkat tertentu, tanpa memperhatikan penawaran ataupun
permintaan terhadap valuta asing yang terjadi. Bila terjadi kekurangan atau
kelebihan penawaran atau permintaan lebih tinggi dari yang ditetapkan
pemerintah, maka dalam hal ini akan mengambil tindakan untuk membawa
tingkat nilai tukar ke arah yang telah ditetapkan. Tindakan yang diambil oleh
otoritas moneter bisa berupa pembelian ataupun penjualan valuta asing, bila
tindakan ini tidak mampu mengatasinya, maka akan dilakukan penjatahan valuta
asing (Hendra Halwani, 2005).
Sistem nilai tukar tetap yang berlaku di Indonesia berdasarkan UndangUndang Nomor 32 tahun 1964 dengan nilai tukar resmi Rp 250/US Dollar,
sementara nilai tukar Rupiah terhadap mata uang lainnya dihitung berdasarkan
nilai tukar Rupiah per US Dollar di bursa valuta asing Jakarta dan di pasar
internasional. Selama periode tersebut di atas, Indonesia menganut sistem
kontrol devisa yang relatif ketat. Para eksportir diwajibkan menjual hasil
devisanya kepada Bank Indonesia. Dalam rezim ini tidak ada pembatasan dalam
hal pemilikan, penjualan maupun pembelian valuta asing. Sebagai konsekuensi
kewajiban penjualan devisa tersebut, maka Bank Indonesia harus dapat
memenuhi semua kebutuhan valuta asing bank komersial dalam rangka
memenuhi

permintaan

valuta

asing

oleh

importir

maupun

masyarakat.

Berdasarkan sistem nilai tukar tetap ini, Bank Indonesia memiliki kewenangan
penuh dalam mengawasi transaksi devisa. Sementara untuk menjaga kestabilan
nilai tukar pada tingkat yang telah ditetapkan, Bank Indonesia melakukan
intervensi aktif di pasar valuta asing.
Pemerintah Indonesia telah melakukan devaluasi sebanyak tiga kali yaitu
yang pertama kali dilakukan pada tanggal 17 April 1970 dimana nilai tukar
Rupiah ditetapkan kembali menjadi Rp 378/US Dollar. Devaluasi yang kedua
dilaksanakan pada tanggal 23 Agustus 1971 menjadi Rp 415/US Dollar dan yang
ketiga pada tanggal 15 November 1978 dengan nilai tukar sebesar Rp 625/US
Dollar. Kebijakan devaluasi tersebut dilakukan karena nilai tukar Rupiah

11

mengalami overvaluated sehingga dapat mengurangi daya saing produk-produk
ekspor di pasar internasional.
3.

Managed Floating Exchange Rate (Sistem Nilai Tukar Mengambang

Terkendali)
Nilai tukar mengambang terkendali, dimana pemerintah mempengaruhi
tingkat nilai tukar melalui permintaan dan penawaran valuta asing, biasanya
sistem ini diterapkan untuk menjaga stabilitas moneter dan neraca pembayaran.
Sistem ini belaku sejak November 1978 sampai Agustus 1997. Pada
masa ini nilai rupiah tidak lagi semata-mata dikaitkan dengan dolar Amerika
Serikat akan tetapi terhadap sekeranjang mata uang asing (basket currency).
Pada periode ini telah terjadi tiga kali devaluasi yaitu pada bulan November
1978, Maret 1983, dan September 1986. Setelah devaluasi tahun 1986, nilai
nominal rupiah diperbolehkan terdepresiasi sebesar 3-5% per tahun untuk
mempertahankan nilai tukar riil yang lebih baik.
Sistem nilai tukar mengambang terkendali di Indonesia ditetapkan
bersamaan dengan kebijakan devaluasi Rupiah pada tahun 1978 sebesar 33 %.
Pada sistem ini nilai tukar Rupiah diambangkan terhadap sekeranjang mata uang
(basket currencies) negara-negara mitra dagang utama Indonesia. Dengan
sistem tersebut, Bank Indonesia menetapkan kurs indikasi dan membiarkan kurs
bergerak di pasar dengan spread tertentu. Untuk menjaga kestabilan nilai tukar
Rupiah, maka Bank Indonesia melakukan intervensi bila kurs bergejolak melebihi
batas atas atau batas bawah spread (Teguh Triyono, 2005).
Pada saat sistem nilai tukar mengambang terkendali diterapkan di
Indonesia, nilai tukar Rupiah dari tahun ke tahunnya terus mengalami depresiasi
terhadap US Dollar. Nilai tukar Rupiah berubah-ubah antara Rp 644/US Dollar
sampai Rp 2.383/US Dollar. Dengan perkataan lain, nilai tukar Rupiah terhadap
US Dollar cenderung tidak pasti.
4. Free Floating Exchange Rate System (Sistem Nilai Tukar Mengambang
Bebas)

12

Nilai tukar mengambang bebas, dimana pemerintah tidak mencampuri
tingkat nilai tukar sama sekali sehingga nilai tukar diserahkan pada permintaan
dan penawaran valuta asing. Penerapan sistem ini dimaksudkan untuk mencapai
penyesuaian yang lebih berkesinambungan pada posisi keseimbangan eksternal
(external equilibrium position). Tetapi kemudian timbul indikasi bahwa beberapa
persoalan akibat dari kurs yang fluktuatif akan timbul, terutama karena
karakteristik ekonomi dan struktur kelembagaan pada negara berkembang masih
sederhana. Dalam sistem nilai tukar mengambang bebas ini diperlukan sistem
perekonomian yang sudah mapan (Eric Yuliana, 2000).
Sistem ini diberlakukan sejak 14 Agustus 1997 hingga sekarang. Dalam
sistem ini Bank Indonesia melakukan intervensi di pasar valuta asing karena
semata-mata untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah yang lebih banyak
ditentukan oleh kekuatan pasar. Awalnya, penerapan sistem nilai tukar
mengambang

ini

menyebabkan

terjadinya

gejolak

yang

berlebihan

(overshooting). Misalnya kurs pada tangga 14 Agustus melemah tajam menjadi
Rp2.800 per dolar dari posisi Rp2.650 per dolar pada penutupan hari
sebelumnya. Banyak faktor yang menyebabkan nilai tukar rupiah terus merosot,
mulai dari aksi ambil untung (profit taking) oleh pelaku pasar, tingginya
permintaan perusahaan domestik terhadap dolar untuk pembayaran hutang luar
negeri yang jatuh tempo, memburuknya perkembangan perbankan nasional.
Tekanan tersebut diakibatkan oleh adanya currency turmoil yang melanda
Thailand dan menyebar ke negara-negara ASEAN termasuk Indonesia. Untuk
mengatasi tekanan tersebut, Bank Indonesia melakukan intervensi baik melalui
spot exchange rate (kurs langsung) maupun forward exchange rate (kurs
berjangka) dan untuk sementara dapat menstabilkan nilai tukar Rupiah. Namun
untuk selanjutnya tekanan terhadap depresiasi Rupiah semakin meningkat.
Dalam rangka menyelesaikan persoalan tersebut, pada bulan November
1997, International Monetary Fund (IMF) masuk ke Indonesia. Namun program
pemulihan ekonomi yang dilakukan bersama-sama dengan IMF tidak dengan
segera membuahkan hasil. Sampai akhir Desember 1997, nilai tukar rupiah
ditutup pada kisaran Rp5.000 per dolar, tetapi pergerakan nilai tukar rupiah

13

semakin tak terkendali hingga mencapai puncaknya pada 22 Januari 1998
dimana kurs mencapai Rp16.000 per dolar.
Oleh karena itu dalam rangka mengamankan cadangan devisa yang terus
berkurang, pada tanggal 14 Agustus 1997, Bank Indonesia memutuskan untuk
menghapus rentang intervensi sehingga nilai tukar Rupiah dibiarkan mengikuti
mekanisme pasar.

14

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Sistem Moneter Internasioanal adalah ukuran atau standar mata uang
suatu negara yang diterima oleh Negara-negara besar sebagai mata
uang dunia..
2. Dalam perkembangan sejarahnya, bank sentral milik negara-negara
dengan cadangan mata uang asing yang terbesar sekalipun dapat
dikalahkan oleh kekuatan pasar valuta asing yang bebas.
3. Beberapa faktor penentu yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar,
yaitu
a.

Faktor Fundamental

b.

Faktor Tehnis

c.

Sistem Pasar

4. Valas (foreign exchange) merupakan salah satu indicator makroekonomi
yang memiliki pengaruh signifikan pada pertumbuhan ekonomi karena
fluktuasinya berdampak pada perdagangan antara negara
5. Bahawa di Indonesia telah mengalami perubahan sebanyak tiga kali,
yaitu Sistem Nilai Tukar Tetap, Sistem Nilai tukar Mengambang
Terkendali, dan terakhir Sistem Nilai tukar Mengambang Bebas.

15

Daftar Pustaka

Nasir, M. 2014. Ekonomi Moneter dan Kebanksentrala. Jakarta. Mitra Wacana
Media
http://defiannadiana.blogspot.co.id/2013/05/sistem-moneter-internasional.html
(diakses: pada hari Selasa, 8 Desember 2015)
http://ardra.biz/ekonomi/ekonomi-internasional/sistem-moneterinternasional/ diakses: pada hari Selasa, 8 Desember 2015)
https://id.wikipedia.org/wiki/Pasar_valuta_asing
(diakses: pada hari Selasa, 8 Desember 2015)
http://coretankutilang.blogspot.co.id/2014/12/v-behaviorurldefaultvmlo.html
(diakses: pada hari Selasa, 8 Desember 2015)
http://peter-sina.blogspot.co.id/2011/09/determinan-determinan-perubahannilai.html
(diakses: pada hari Selasa, 8 Desember 2015)
http://denmassukiman.blogspot.co.id/2010/06/kebijakan-nilai-tukar.html
(diakses: pada hari Selasa, 8 Desember 2015)

16