Analisis faktor faktor yang mempengaruhi (1)

PROPOSAL PENELITIAN
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI PROVINSI KALIMANTAN
SELATAN

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Metodologi Penelitian

Oleh :
Fadel Muhammad
NIM C1A115039
PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI & STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2018

PERNYATAAN ORISINALITAS
“Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa proposal penelitian
ini telah ditulis dengan sungguh-sungguh dan tidak merupakan hasil penjiplakan
hasil karya orang lain. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa pernyataan ini

tidak benar maka saya bersedia menerima hukuman sanksi sesuai dengan
peraturan yang berlaku.”

Banjarmasin, April 2018
Penulis

Fadel Muhammad

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI......................................................................................................
DAFTAR TABEL..............................................................................................
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN................................................................................
1.1. Latar Belakang...............................................................................
1.2. Perumusan Masalah.......................................................................
1.3. Tujuan Penelitian...........................................................................
1.4. Manfaat Penelitian.........................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................
2.1. Landasan Teori...............................................................................

2.1.1. Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi..........................
2.1.2. Ketimpangan Pembangunan................................................
2.1.3. Indeks Williamson...............................................................
2.2. Hasil Penelitian Sebelumnya.........................................................
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS..........................
3.1. Kerangka Pikir...............................................................................
3.2. Kerangka Konseptual (Model Penelitian)......................................
3.3. Hipotesis Penelitian.......................................................................
BAB IV METODE PENELITIAN...................................................................
4.1. Ruang Lingkup Penelitian..............................................................
4.2. Jenis Penelitian...............................................................................
4.3. Objek Penelitian.............................................................................
4.4. Unit Analisis...................................................................................
4.5. Variabel dan Definisi Operasional Variabel...................................
4.6. Teknik Pengumpulan Data.............................................................
4.7. Teknik Analisis Data......................................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................

DAFTAR TABEL
Tabel 1.1


PDRB Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Selatan
Atas Dasar Harga Konstan 2010 menurut Lapangan
Usaha,
2010

2016
(Milyar
Rupiah)

Tabel 1.2

Luas Wilayah 13 Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan
Selatan

Tabel 1.3

Jumlah Penduduk di Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan
Selatan


DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kurva
Gambar 3.1 Keterkaitan

U-Terbalik
antar

Variabel

Kuznet
Penelitian

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Pembangunan ekonomi diartikan sebagai proses usaha dalam suatu

perekonomian untuk mengembangkan kegiatan ekonomi sehingga infrastruktur

akan lebih banyak tersedia. Perusahaan semakin benyak dan semakin
berkembang, taraf pendidikan semakin tinggi dan teknologi semakin meningkat.
Yang mana nantinya diharapkan dari perkembangan pembangunan ekonomi ini
akan menciptakan kesempatan kerja akan bertembah, tingkat pendapatan
meningkat, dan kemakmuran masyarakat menjadi semakin tinggi.[ CITATION
Sad06 \l 1057 ]
Dalam pembukaan UUD 1945 menyebutkan bahwa tujuan dari
pembangunan ekonomi indonesia adalah masyarakat yang adil dan makmur.
Proses pembentukan masyarakat yang adil dan makmur diperlurkan kesejahteraan
yang merata. Kuznet menyatakan bahwa pada tahap awal pertumbuhan ekonomi
tentuakan menyebabkan distribusi pendapatan cenderung memburuk atau yang
biasa kita sebut dengan ketimpangan yang tinggi. [CITATION Mud04 \l 1057 ]
Ketimpangan Wilayah bisa dikatakan sebagai suatu aspek yang umum
terjadi di negara setiap, entah dinegara miskin, negara berkembang, negara sedang
berkembang, bahkan di negara maju sekalipun pasti memiliki masalah
ketimpangan pembangunan antar wilayah maupun dengan ukuran yang berbedabeda. Isu utama masalah ketimpangan pembangunan wilayah saat ini adalah : 1)
disparitas antar wilayah. 2) disparitas antar sektor ekonomi dan 3) disparitas antar

golongan masyarakat atau individu .Menurut hipotesa teori Neo Klasik
ketimpangan


pembangunan wilayah cenderung meningkat sampai dengan ketimpangan
berada pada titik puncaknya (divergence). Dan bila proses pembangunan terus
berlanjut, secara perlahan-lahan ketimpangan pembangunan wilayah tersebut akan
menurun atau berkurang (convergence). Ketimpangan pembangunan wilayah
terjadi karna setiap daerah memiliki perbedaan secara geografis, sumber daya,
tenaga kerja dan teknologi yang tersedia di wilayahnya. Akibatnya kemampuan
tiap daerah dalam mendorong proses pembangunannya juga menjadi berbedabeda, maka tidak heran apabila pada saat proses pembangunan akan muncul
istilah kata daerah maju dan daerah terbelakang.
Gambar 1.1

Sumber : Wikipedia
Perekonomian

Indonesia

semakin

maju


yang

ditandai

dengan

pertumbuhan ekonomi yang meningkat, hal ini juga terjadi di Provinsi Kalimantan
yang pertumbuhan ekonomi nya terus meningkat. Guna untuk membantu
peningkatan daerah. Pada umumnya pembangunan daerah dikonsentrasikan pada
pembangunan ekonomi. Dalam rangka memajukan pembangunan ekonomi, maka

salah satu indikatornya adalah pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat.
Pertumbuhan ekonomi daerah dapat diukur dengan melihat PDRB dan Laju
pertumbuhanya atas dasar harga konstan
Tabel 1.1. PDRB Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Selatan Atas Dasar
Harga Konstan 2010 menurut Lapangan Usaha, 2010 – 2016 (Milyar Rupiah)
No.
1.
2.
3.

4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

Kabupaten/Kota
Tanah Laut
Kotabaru
Banjar
Barito Kuala
Tapin
Hulu Sungai Selatan
Hulu Sungai Tengah
Hulu Sungai Utara

Tabalong
Tanah Bumbu
Balangan
Kota Banjarmasin
Kota Banjarbaru

Kalimantan Selatan

2010
Rp. 6.939
Rp. 11.443
Rp. 7.605
Rp. 3.782
Rp. 4.065
Rp. 2.842
Rp. 2.996
Rp. 2.039
Rp. 10.292
Rp. 10.600
Rp. 6.154

Rp. 13.067
Rp.

2011
Rp. 7.446
Rp. 12.168
Rp. 8.158
Rp. 3.942
Rp. 4.332
Rp. 2.995
Rp. 3.175
Rp. 2.170
Rp. 11.036
Rp. 11.439
Rp. 6.699
Rp. 13.740
Rp.

2012
Rp. 7.895

Rp. 12.963
Rp. 8.670
Rp. 4.134
Rp. 4.605
Rp. 3.155
Rp. 3.329
Rp. 2.288
Rp. 11.625
Rp. 12.158
Rp. 7.147
Rp. 14.588
Rp.

2013
Rp. 8.328
Rp. 13.640
Rp. 9.069
Rp. 4.304
Rp. 4.870
Rp. 3.334
Rp. 3.523
Rp. 2.410
Rp. 12.132
Rp. 12.621
Rp. 7.722
Rp. 15.600
Rp. 4.183

2014
Rp. 8.594
Rp. 14.276
Rp. 9.530
Rp. 4.499
Rp. 5.135
Rp. 3.527
Rp. 3.719
Rp. 2.554
Rp. 12.621
Rp. 13.093
Rp. 8.177
Rp. 16.553
Rp. 4.462

2015
Rp. 8.841
Rp. 14.754
Rp. 9.950
Rp. 4.736
Rp. 5.343
Rp. 3.741
Rp. 3.947
Rp. 2.691
Rp. 12.919
Rp. 13.477
Rp. 8.385
Rp. 17.512
Rp. 4.771

2016
Rp. 9.129
Rp. 15.379
Rp. 10.417
Rp. 4.979
Rp. 5.602
Rp. 3.968
Rp. 4.192
Rp. 2.817
Rp. 13.313
Rp. 13.896
Rp. 8.596
Rp. 18.612
Rp. 5.102

3.475
Rp.

3.683
Rp.

3.924
Rp.

Rp. 101.850

Rp. 106.779

Rp. 110.867

Rp. 115.727

85.304

91.252

96.697

Sumber : Badan Pusat Statistik Kalimantan Selatan
Berdasarkan Tabel 1.1, dapat dilihat bahwa PDRB Provinsi Kalimantan Selatan
terus mengalami peningkatan tiap tahunnya yang mulai pada tahun 2010 PDRB
Kalimantan Selatan sebesar Rp 85.304 (Milyar Rupiah), dan selalu mengalami
peningkatan hingga tahun 2016 sebesar Rp. 115.727 (Milyar Rupiah).
Penyebab akan ketimpangan pembangunan antar wilayah di Provinsi
Kalimantan Selatan diantaranya adalah perbedaan akan kandungan sumber daya
alam dan sumber daya manusia yang ada di tiap-tiap kab/kota. Pertumbuhan
ekonomi yang pesat akan menimbulkan dampak terhadap ketimpangan dalam
distribusi pendapatan. Hakekat dari pembangunan ekonomi adalah untuk

meningkatkan

kesejahteraan

masyarakat.

Dalam

rangka

mewujudkan

kesejahteraan masyarakat maka diperlukan pertumbuhan yang meningkat dan
distribusi pendapatan yang merata. Walaupun banyak mendapat tanggap di
kalangan masyarakat umum bahwa hubungan antara pertumbuhan ekonomi yang
cepat dan pemerataan pembangunan merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan
karna merupakan salah satu indikator yang dipakai untuk mengukur tingkat
keberhasilan pembangunan yang dilaksanakan oleh negara.
Menurut Saefulhakim Rustiadi, (2009), salah satu faktor utama penyebab
ketimpangan pembangunan di Indonesia ialah geografi, pada wilayah yang cukup
luas akan terjadi variasi spasial kualitas dan kuantitas sumber daya mineral.
Sumber daya pertanian, topografi, iklim, curah hujan dan sebagainya. Kalimantan
Selatan memiliki luas wilayah 38.744,23 km2.
Tabel 1.2

Luas wilayah 13 kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan selatan
N
o

Kabupaten/Kota

Luas (km2)

%

1

Kabupaten Tanah Laut

3.631,35

9,373%
24,475

2

Kabupaten Kotabaru

9.482,73

%
12,048

3

Kabupaten Banjar

4.668,00

%

4

Kabupaten Barito Kuala

2.996,46

7,734%

5
6.

Kabupaten Tapin
Kabupaten Hulu Sungai Selatan

2.700,82
1.804,94

6,971%

4.659%
7

Kabupaten Hulu Sungai Tengah

1.472,00

3,799%

8

Kabupaten Hulu Sungai Utara

892,70

2,304%

9

Kabupaten Tabalong

3.766,97

9,723%
12,923

10

Kabupaten Tanah Bumbu

5.006,96

%

11

Kabupaten Balangan

1.878,30

4,848%

12

Kota Banjarmasin

72,00

0,186%

Kota Banjarbaru
371,00
Kalimantan Selatan
38.744,23
Sumber :Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia

0,957%
100%

13

Berdasarkan tabel 1.2 diatas dapat dilihat bahwa kabupaten dengan wilayah
terbesar adalah kabupaten Kotabaru dan kabupaten dengan luas wilayah terkecil
adalah kabupaten Hulu Sungai Utara, sedangkan kota dengan luas wilayah
terbesar adalah kota Banjarbaru dan kota dengan luas wilayah terkecil adalah kota
Banjarmasin.
Ketimpangan pembangunan wilayah terjadi karna setiap daerah memiliki
perbedaan secara geografis, sumber daya, tenaga kerja dan teknologi yang tersedia
di wilayahnya. Di Kalimantan Selatan jumlah penduduk sebanyak 3.626.616 juta
jiwa yang tersebar di 13 kabupaten, yang mana perbedaan jumlah penduduk akan
membuat kemampuan suatu daerah dalam mendorong proses pembangunan juga
menjadi berbeda-beda.

Tabel 1.3

Jumlah Penduduk di Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Selatan
N

Kabupaten/Kota

Jumlah

o
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Penduduk
Kabupaten Tanah Laut
296.333
Kabupaten Kotabaru
290.142
Kabupaten Banjar
506.839
Kabupaten Barito Kuala
276.147
Kabupaten Tapin
167.877
Kabupaten Hulu Sungai Selatan
212.485
Kabupaten Hulu Sungai Tengah
243.460
Kabupaten Hulu Sungai Utara
209.246
Kabupaten Tabalong
218.620
Kabupaten Tanah Bumbu
267.929
Kabupaten Balangan
112.430
Kota Banjarmasin
625.481
Kota Banjarbaru
199.627
Kalimantan Selatan
3.626.616
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan
Berdasarkan Tabel 1.3, dapat dilihat bahwa jumlah penduduk terbesar berada di
Kota Banjarmasin dengan jumlah penduduk sebanyak 625.481 jiwa, dan jumlah
penduduk terkecil berada di Kabupaten Balangan dengan jumlah penduduk
sebanyak 112.430 jiwa.
Berdasarkan penjelasan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tentang ketimpangan pembangunan ekonomi di Provinsi
Kalimantan selatan dengan judul penelitian sebagai berikut “Analisis FaktorFaktor yang Mempengaruhi Ketimpangan Pembangunan Ekonomi Di
Provinsi Kalimantan Selatan”
1.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka perumusan masalah
pada penelitian ini adalah :
1. Seberapa besar tingkat ketimpangan pembangunan ekonomi di Provinsi
Kalimantan Selatan ?
2. Bagaimana pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Luas Wilayah, dan Jumlah
penduduk

terhadap tingkat ketimpangan pembangunan ekonomi di

Provinsi Kalimantan Selatan ?
3. Apakah Hipotesis Kuznets tentang “ U terbalik” berlaku di Provinsi
Kalimantan Selatan
1.3

Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang penulis bahas di atas, maka dapat dijelaskan
tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat ketimpangan pembangunan
ekonomi di Provinsi Kalimantan Selatan
2. Untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan ekonomi, luas wilayah, dan
jumlah penduduk terhadap tingkat ketimpangan pembangunan ekonomi di
Provinsi Kalimantan Selatan
3. Untuk mengetahui apakah hipotesis Kuznets tentang “ U terbalik” berlaku
di Provinsi Kalimantan Selatan
1.4

Manfaat Penelitian

Manfaat Teoritis
1. Diharapkan penelitian ini bisa memperluas

wawasan dan ilmu

pengetahuan serta menjadi bukti empiris mengenai pengaruh pertumbuhan

ekonomi,

luas

wilayah

dan

jumlah

penduduk

terhadap

tingkat

ketimpangan pembangunan ekonomi di Provinsi Kalimantan Selatan
2. Diharapkan penelitian ini bisa memberikan tambahan pengetahuan dan
wawasan bagi mereka yang akan melakukan penelitian lebih lanjut
mengenai topik bahasan Ketimpangan Pembangunan Ekonomi
Manfaat Praktis
1. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumbangan pemikiran kepada
Pemerintah Pusat Provinsi Kalimantan Selatan tentang faktor yang
berpengaruh secara signifikan terhadap ketimpangan pembangunan
ekonomi di Provinsi Kalimantan Selatan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Landasan Teori

2.1.1

Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi

2.1.1.1 Pengertian Pembangunan Ekonomi
Thomass Robert Malthus (1820) dalam [CITATION Jhi10 \l 1057 ]
menyatakan bahwa dalam proses pembangunan ekonomi tidak terjadi dengan
sendirinya. Malahan dalam proses pembangunan memerlukan berbagai usaha dari
rakyat dan pemerintah. Jadi menurut Malthus proses pembangunan adalah suatu
proses naik-turunnya aktivitas ekonomi lebih daripada sekedar lancar-tidaknya
aktivitas ekonomi.
Pembangunan dapat diartikan sebagai upaya terencana dan terprogram
yang dilakukan secara terus menerus oleh suatu negara untuk menciptakan
masyarakat yang lebih baik, dan merupakan proses berkelanjutkan untuk
mencapai kesejahteraan masyarakat. Tiap tiap negara selalu ingin mencapai tujuan
dengan namanya pembangunan. Dengan tujuan semua orang turut mengambil
bagian. Dalam pengertian lebih mendasar, bahwa pembangunan itu haruslah
mencakup masalah-masalah materi dan financial dalam kehidupan. Pembangunan
hendaknya diselidiki sebagai suatu proses multidimensional yang melibatkan
reorganisasi dan reorientasi dari semua sistem ekonomi dan sosial [ CITATION
Tod11 \l 1057 ]

Pembangunan ekonomi diartikan selalu sebagai suatu proses yang
menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat
dalam jangka panjang. Pembangunan ekonomi sebagai suatu proses bearti
perubahan yang terus menerus yang di dalamnya telah mengandung unsur-unsur
kekuatan sendiri untuk investasi baru dengan usaha meningkatan pendapatan per
kapita dalam jangka waktu panjang [ CITATION DrS00 \l 1057 ]
Menurut Rostow dalam (Dr. Suryana, 2000) pembangunan ekonomi
merupakan proses yang berdimensi banyak, tidak hanya menyangkut perubahan
dalam struktur ekonomi, tetapi juga menyangkut proses yang menyebabkan : 1).
Perubahan reorientasi organisasi ekonomi. 2). Perubahan masyarakat, 3)
Perubahan cara penanaman modal, dan penanaman modal yang tidak produktif
kepada yang lebih produktif, 4) Perubahan cara masyarakat dalam menentukan
kedudukan seorang dalam family system menjadi ditentukan oleh kesanggupan
melaksanakan pekerjaan, 5) Perubahan pandangan masyarakat yang mulai
berkeyakinan bahwa kehidupan ditopang oleh alam menjadi berpandangan bahwa
manusia harus menciptakan sesuatu dari alam itu untuk kemajuan di masa depan.
2.1.1.2 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Menurut David Ricardo dalam [ CITATION Sad06 \l 1057 ] menyatakan bahwa
dalam proses pertumbuhan ekonomi pola tersendiri yaitu :
1. Pada permulaannya jumlah penduduk rendah dan kekayaan alam relatif
cukup

banyak.

Sebagai

akibatnya,

para

pengusaha

memperoleh

keuntungan yang tinggi. Karena pembentukan modal tergantung pada
tingkat keuntungan, maka laba yang tinggi akan membuat tingkat

pembentukan modal yang tinggi juga. Hal ini akan mengakibatkan
kenaikan produksi dan pertambahan permintaan tenaga kerja.
2. Tahap selanjutnya, karena jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan
bertambah, maka tingkat upah akan naik dan kenaikan upah akan
mendorong pertambahan jumlah penduduk. Karena luas tanah tetap, maka
semakin lama tanah dimanfaatkan adalah tanah yang mutunya rendah.
Akibatnya, marjinal yang diterima akan semakin kecil, karena lebih
banyak pekerja yang digunakan. Dengan demikian dorongan untuk
mengadakan pembentukan modal menurun dan selanjutnya akan
menurunkan permintaan atas tenaga kerja.
3. Tahap akhir, tingkat upah menurun dan pada akhirnya akan berada pada
tingkat yang minimal. Pada tingkat ini perekonomian akan mencapai
stastionary staste. Pembentukan modal baru tidak akan terjadi karena sewa
akan tanah yang sangat tinggi menyebabkan pengusaha tidak memperoleh
keuntungan.
Menurut Harrod-Domar dalam [ CITATION Sad06 \l 1057 ] mengatakan
bahwa dalam proses pertumbuhan ekonomi memiliki syarat yang harus
dicapai agar pertumbuhan ekonomi itu bisa dikatakan pertumbuhan ekonomi
mantap (Steady Growth) yang dapat kita definisikan sebagai pertumbuhan
ekonomi yang akan selalu menciptakan penggunaan sepenuhnya barangbarang modal akan selalu berlaku dalam perekonomian kaum klasik
berpendapat bahwa : “Supply creates its own demand”. Yang artinya
bertambahnya barang-barang modal yang terdapat dalam masyarakat akan
dengan sendiri menciptakan pertambahan produksi nasional dan pembangunan
ekonomi. Karena yakinnya para kaum klasik terhadap pendapat itu membuat

mereka tidak memberikan perhatian kepada fungsi dari pembentukan modal
dalam perekonomian, yaitu : pertambahan itu akan mempertinggi tingkat
pengeluaran mayarakat.
2.1.1.3 Pentingnya Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Pertumbuhan ekonomi wilayah lebih menekankan perhatiannya pada
pertumbuhan ekonomi suatu daerah tertentu dan tidak pada suatu negara
sebagaimana lazimnya pada analisis Ekonomi Makro. Teori pertumbuhan
ekonomi wilayah memasukkan unsur lokasi dan tata ruang secara eksplisit ke
dalam analisisnya sehingga kesimpulan yang dapat dihasilkan juga berbeda
dibandingkan dengan analisis Ekonomi Makro. Tidak dapat disangkal bahwa
pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi sampai saat ini merupakan target utama
dalam penyusunan rencana pembangunan nasional dan daerah, disamping
pembangunan fisik dan sosial. Yang nyatanya target pertumbuhan ekonomi
tersebut sangat bervariasi sesuai dengan potensi ekonomi yang dimiliki oleh
masing-masing wilayah. Melalui pertumbuhan ekonomi wilayah yang cukup
tinggi diharapkan kesejahteraan masyarakat secara bertahap akan dapat pula
ditingkatkan.[ CITATION Sja12 \l 1057 ]
Kemampuan suatu wilayah untuk tumbuh secara cepat sangat ditentukan
oleh berbagai faktor ekonomi yang satu sama lainnya juga saling berkaitan.
Faktor-faktor penentu pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut perlu diketahui
secara rinci menurut sifat-sifatnya. Perhatian terhadap pertumbuhan ekonomi
wilayah semakin meningkat dalam era otonomi daerah. Hal ini dikarenakan dalam
era otonomi tersebut masing-masing daerah berlomba-lomba meningkatkan

pertumbuhan ekonomi daerahnya guna mendorong perbaikan kemakmuran
masyarakat setempat.
2.1.2

Ketimpangan Pembangunan
Ketimpangan pembangunan ekonomi antarwilayah merupakan fenomena

umum yang terjadi dalam proses pembangunan ekonomi suatu daerah.
Ketimpangan ini mulau-mula disebabkan karna perbedaan kandungan sumber
daya alam dan perbedaan kondisi demografi yang terdapat pada masing-masing
wilayah. Akibatnya dalam kemampuan suatu daerah untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dan mendorong proses pembangunan juga menjadi
berbeda. Maka dari itu lah muncul istilah kata wilayah relatif maju (developed
region) dan wilayah relatif terbelakang (underdeveloped region). [ CITATION
Sja12 \l 1057 ]
Menurut hipotesis Neo-Klasik menyatakan pada permulaan proses
pembangunan suatu negara, ketimpangan pembangunan antarwilayah cenderung
meningkat, sampai nantinya berada pada titik puncaknya. Setelah itu, bila proses
pembangunan terus berlanjut, maka secara berangsur-angsur ketimpangan
pembangunan antarwilayah tersebut akan menurun. Dengan kata lain, kurva
ketimpangan pembangunan antarwilayah adalah berbentuk U terbalik (reserve Ushape curve)
Kebijaksanaan pusat pengembangan yang dilakukan oleh suatu negara
dapat dikatakan berhasil dari segi pandangan nasional tetapi gagal dari segi
padangan pembangunan wilayah. Apabila kebijaksanaan pusat pengembangan
hanya tertuju pada beberapa tempat saja akan memperdalam jurang kemakmuran

antara penduduk yang berada di daerah core dan dengan penduduk yang berada di
daerah periphery.

2.1.3

Indeks Williamson
Cara untuk menganalisis seberapa besarnya ketimpangan pembangunan

antarwilayah adalah dengan melalui perhitungan indeks Williamson. Dasar
perhitungangan adalah menggunakan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
perkapita sebagai ketimpangan regional sebagai data dasarnya. Pemilihan data
dasar nya jelas karna yang diperbandingkan adalah tingkat pembangunan
antarwilayah dan bukan tingkat distribusi pendapatan antar kelompok masyarakat[
CITATION Sja12 \l 1057 ]. Formulasi indeks Williamson yang digunakan yaitu :

Keterangan
IW

= Indeks Williamson

Fi

= Jumlah penduduk kab/kota ke-i (jiwa)

n

= Jumlah penduduk Provinsi Kalimantan Selatan

yi

= PDRB per kapita kab/kota ke-i (rupiah)

Ӯ

= PDRB per kapita rata-rata Provinsi Kalimantan Selatan

Hasil pengukuran dari nilai Indeks Williamson ditunjukkan oleh angka 0 sampai
angkai 1 atau 0 < IW < 1. Jika nilai IW mendekati angka 0 maka semakin kecil
ketimpangan pembangunan ekonomi dan jika nilai IW mendekati angka 1 maka
semakin meleebar ketimpangan pembangunan ekonomi [ CITATION Sja12 \l
1057 ]
2.2

Hasil Penelitian Sebelumnya

NO

PENULIS

JUDUL
JURNAL

VARIABEL

ALAT
ANALISIS

KESIMPULAN

1.

Budiantoro
Hartono

Analisis
Ketimpangan
Pembangunan
Ekonomi
di
Provinsi Jawa
Tengah

(Y) Ketimpangan
Pembangunan
Ekonomi,
(X1)
Investasi,
(X2)
Angkatan kerja,
(X3)
Dana
Alokasi Bantuan

Uji statistik
t,
Uji
statistik f
dan regresi
berganda

Variabel
bebas
secara
parsial
berpengaruh
signifikan
terhadap
ketimpangan pembangunan
ekonomi di Provinsi Jawa
Tengah. Nilai F hitung
sebesar 1,899, dengan
angka signifikansi sebesar
0.000

2.

Linda
Tustiana
Puspitawati

Analisis
Perbandingan
Faktor-Faktor
Penyebab
Ketimpangan
Pembangunan
antar
Kab/Kota di
Kawasan
Kedungsapur

(Y) Ketimpangan
Pembangunan,
(X1)
Kondisi
Sektoral,
(X2)
Pola
pertumbuhan,
(X3) Fasilitas

Analisis
Location
Quotient
(LQ),
Analisis
Shift Share,
Analisis
Tipologi
Klassen,
Analisis
Skalogram

Berdasarkan
analisi
Tipologi Klassen pada
setiap kab/kota di Kawasan
Kedungsapur,
diperoleh
empat klasifikasi keadaan
ekonomi daerah kuadran I
adalah daerah maju dan
cepat tumbuh yaitu Kota
Semarang. Kuadran II
adalah daerah yang maju
tapi
tertekan
yaitu
Kabupaten
Semarang.
Kuadran III adalah daerah
berkembang cepat yaitu
Kabupaten
Kendal.
Kuadran IV adalah daerah
relatif
tertinggal
yaitu
Kabupaten
Demak,
Grobogan
dan
Kota
Salatiga

3.

Mulyanto
Sudarmono

Analisis
Transformasi
Struktural,
Pertumbuhan
Ekonomi dan
Ketimpangan
Antar Daerah
di
Wilayah
Pembangunan
I Jateng

(Y) Ketimpangan
Antar
Daerah,
(X1)
Transformasi
Struktural, (X2)
Pertumbuhan
Ekonomi

Location
Quotient,
Shift Share,
Analisis
Overlay,
Indeks
Williamson
dan Indeks
Entropi
Theil

Terjadinya kecenderungan
peningkatan nilai Indeks
enthropi Theil maupun nilai
Indeks
Williamson
mengandung arti bahwa
ketimpangan yang terjadi di
Wilayah Pembangunan I
Jateng semakin membesar
atau semakin tidak merata.
Kota
semarang
masih
mendominasi nilai PDRB
dan
nilai
pendapatan
perkapita sementara kelima
daerah yang lain jauh lebih
rendah

4.

Rika
Mardela
Okta Putri

Analisis
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruh
i Ketimpangan
Pembangunan
Ekonomi
di
Provinsi
Lampung

(Y) Ketimpangan
Pembangunan,
(X1)
Pertumbuhan
Ekonomi,
(X2)
Tenaga
Kerja,
(X3)
Dana
Alokasi Bantuan
pembangunan

Indeks
Williamson
, OLS

Nilai Indeks Williamson
menunjukkan
bahwa
ketimpangan pembangunan
di
provinsi
lampung
tergolong dalam kategori
ketimpangan yang sedang,
dan tiap-tiap variabel bebas
memberikan
pengaruh
negatif
dan
signifikan
terhadap
tingkat
ketimpangan di Provinsi
Lampung

5.

Firda
Rahmadiya
nti

Analisis
Ketimpanghan
Pembangunan
ekonomi antar
Kabupaten/Ko
ta di Provinsi
Kalimantan
Selatan

(Y) Ketimpangan
Pembangunan,
(X1)
Pertumbuhan
Ekonomi,
(X2)
Jumlah
Penduduk, (X3)
Struktur
Perekonomian

Tipologi
Klassen
dan Indeks
Williamson

Ketimpangan
cenderung
mengalami
penurunan,
rata-rata Indeks Williamson
dengan
sektor
pertambangan
dan
penggalian adalah 0,513,
sedangkan tanpa sektor
tersebut adalah 0,310.
Berdasarkan
analisis
Tipologi Klassem ada 2
daerah yang maju dan
tumbuh cepat, 3 daerah
yang maju tapi tertekan, 4
daerah yang berkembang
pesat dan 4 daerah yang
relatif tertinggal

BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1

Kerangka Konseptual (Model Penelitian)

Gambar 3.1

Kerangka Konseptual Hubungan Ketimpangan Pembangunan

dengan Pertumbuhan Ekonomi, Luas Wilayah, dan Jumlah Penduduk

Pertumbuhan
Ekonomi
Luas Wilayah

Ketimpangan
Pembangunan

Jumlah Penduduk

Ketimpangan

pembangunan

memiliki

hubungan

dengan

faktor

pertumbuhan ekonomi, luas wilayah, dan jumlah penduduk, hal ini dikarenakan
pada teori teori pembangunan ekonomi menyatakan bahwa apabila dalam proses
pembangunan ekonomi yang namanya ketimpangan pembangunan itu adalah hal
yang wajar dikarena perbedaan akan pertumbuhan ekonomi, letak demografis,
sumber daya alam yang tersedia tiap daerah berbeda. Karna dari itu lah yang
membuat upaya yang dilakukan tiap-tiap kabupaten/kota dalam meningkatkan
pembangunan ekonomi nya menjadi berbeda-beda.

3.2

Hipotesis

3.2.1

Uji T Statistik (Uji Parsial)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat signifikansi pengaruh

dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Digunakan uji 1 arah
dengan tingkat kepercayaan 90% dengan hipotesis :
Hipotesis 1



Ho : 1 = 0 tidak terdapat pengaruh variabel pertumbuhan ekonomi terhadap
ketimpangan pembangunan.



Ha : 1 < 0 terdapat pengaruh negatif variabel pertumbuhan ekonomi terhadap
ketimpangan pembangunan.
Hipotesis 2



Ho : 1 = 0 tidak terdapat pengaruh variabel luas wilayah terhadap ketimpangan
pembangunan.



Ho : 1 < 0 terdapat pengaruh negatif variabel luas wilayah terhadap ketimpangan
pembangunan.
Hipotesis 3



Ho : 1 = 0 tidak terdapat pengaruh variabel jumlah penduduk terhadap
ketimpangan pembangunan.



Ho : 1 < 0 terdapat pengaruh negatif variabel jumlah penduduk terhadap
ketimpangan pembangunan.

Kriteria pengambilan keputusan :


Jika nilai t-hitung > nilai t-tabel maka Ho ditolak atau menerima Ha artinya
variabel bebas berpengaruh negatif terhadap variabel terikat.



Jika nilai t-hitung < nilai t-tabel maka Ho diterima atau menolak Ha artinya
variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel terikat.

3.2.2

Uji F Statistik
Uji F statistik dikenal dengan Uji serentak atau Uji Anova yaitu uji yang

digunakan untuk melihat bagaimana pengaruh semua variabel bebas terhadap
variabel terika dan untuk melakukan uji apakah model regresi yang ada signifikan
atau tidak signifikan. Uji F dapat dilakukan dengan membandingkan F hitung
dengan F tabel [ CITATION Dam03 \l 1057 ].

ᵦ ᵦ ᵦ3 = 0 → Diduga secara bersamaan variabel pertumbuhan ekonomi,

Ho : 1, 2,

luas wilayah, dan jumlah penduduk tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
tingkat ketimpangan pembangunan.

ᵦ ᵦ ᵦ3 ≠ 0 → Diduga secara bersamaan variabel pertumbuhan ekonomi,

Ha : 1, 2,

luas wilayah, dan jumlah penduduk berpengaruh secara signifikan terhadap
tingkat ketimpangan pembangunan.
Kriteria pengambilan keputusan :


Jika F-hitung > F-tabel maka Ho ditolak, artinya secara bersamaan variabel
bebas berpengaruh negatif terhadap variabel terikat.



Jika F-hitung < F-tabel maka Ha ditolak, artinya secara bersamaan variabel
bebas tidak berpengaruh negatif terhadap variabel terikat.

BAB IV
METODE PENELITIAN
Metode

penelitian ini mencakup prosedur yang digunakan dalam

penelitian. Diuraikan tahapan atau urutan pelaksanaan penelitian. Metode
penelitian bertujuan untuk memberikan arahan kepada penulis dalam proses
penelitian dan menjadi petunjuk dalam menganalisis data-data yang dikumpulkan.
4.1

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah wilayah provinsi Kalimantan Selatan.

Dimana subjek yang diteliti adalah ketimpangan pembangunan di Kab/Kota di
Provinsi Kalimantan Selatan.
4.2

Jenis Penelitian
Jenis dari penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif, yaitu bertujuan untuk

mengetahui tingkat ketimpangan pembangunan di kab/kota provinsi Kalimantan
Selatan, dengan memberikan gambaran dan menganalisis data-data variabel
Pertumbuhan ekonomi, Luas Wilayah, dan Jumlah Penduduk.
4.3

Objek Penelitian
Yang menjadi objek dari penelitian ini adalah Kab/Kota di Provinsi

Kalimantan Selatan. Data yang digunakan yaitu data pertumbuhan ekonomi, Luas
wilayah, dan Jumlah Penduduk dalam mempengaruhi tingkat ketimpangan
pembangunan ekonomi.

4.4

Unit Analisis
Unit analisis dalam penelitian ini yaitu menggunakan analisis regresi

linear berganda guna mengetahui hubungan antar variabel independen dan
dependen. Dan menggunakan rumus Indeks Williamson dalam menentukan
tingkat ketimpangan pembangunan ekonomi.
4.5

Variabel dan Definisi Operasional Variabel
Untuk mempermudah dan memperjelas pemahaman penelitian terhadap

variabel dan definisi operasional sebagai berikut :
1. Variabel Independen
1.1.

Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan

ekonomi

adalah

proses

perubahan

kondisi

perekonomian suatu wilayah secara berkesinambungan menuju keadaan
yang lebih baik. Dalam penelitian ini diukur dalam satuan persen di
Provinsi Kalimantan Selatan.
1.2.

Luas Wilayah
Luas wilayah adalah daerah yang tercakup dalam kekuasaan

territorial sebuah wilayah. Dalam penelitian ini luas wilayah ini menjadi
sebagai potensi yang ada di suatu wilayah untuk bisa meningkatkan
pembangunan ekonomi . dan juga menjadi bahan pertimbangan dari
pemerintah untuk mengalokasikan Dana Alokasi Bantuan Pembangunan.

1.3.

Jumlah penduduk
Jumlah penduduk adalah jumlah manusia yang bertempat

tinggal/berdomisili pada suatu wilayah dan memiliki mata pencaharian
tetap di daerah itu serta tercatat secara sah berdasarkan peraturan yang
berlaku. Dalam penelitian ini jumlah penduduk menjadi potensi suatu
wilayah untuk bisa meningkatkan pembangunan ekonomi. Dan

juga

menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah untuk mengalokasikan Dana
alokasi bantuan pembangunan.
2. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Indeks ketimpangsan
Pembangunan Ekonomi. Indeks Ketimpangan Pembangunan Ekonomi
merupakan ukuran dari disparitas (ketimpangan) pembangunan ekonomi
antar wilayah. Ketimpangan pembangunan diukur dengan menggunakan
rumus Indeks Williamson.[ CITATION Sja12 \l 1057 ]

Keterangan
IW

= Indeks Williamson

Fi

= Jumlah penduduk kab/kota ke-i (jiwa)

n

= Jumlah penduduk Provinsi Kalimantan Selatan

yi

= PDRB per kapita kab/kota ke-i (rupiah)

Ӯ

= PDRB per kapita rata-rata Provinsi Kalimantan Selatan
Hasil pengukuran dari nilai Indeks Williamson ditunjukkan oleh

angka 0 sampai angkai 1 atau 0 < IW < 1. Jika nilai IW mendekati angka 0
maka semakin kecil ketimpangan pembangunan ekonomi dan jika nilai IW
mendekati angka 1 maka semakin melebar ketimpangan pembangunan
ekonomi [ CITATION Sja12 \l 1057 ]
4.6

Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder,

menggunakan data time series selama tujuh tahun yaitu dari tahun 2010-2016
yang diperioleh secara tidak langsung melalui media perantara dari dinas-dinas
maupun data secara online dari situs yang berwenang. Dengan menggunakan
metode pengumpulan data dokumentasi. Dokumen yang dimaksud meliputi data
pertumbuhan ekonomi, luas wilayah, dan jumlah penduduk
4.7

Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan model regresi yang

digunakan untuk mengetahui pengaruh Pertumbuhan Ekonomi (PE), Luas
Wilayah (LW), dan Jumlah Penduduk (JP) terhadap Ketimpangan Pembangunan
Ekonomi (Iw) dengan menggunakan OLS (Ordinary Least Square). Analisis data
digunakan untuk menyederhanakan data yang telah diperoleh kedalam bentuk
yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan, pada penelitian ini menggunakan
software Eviews 8.

DAFTAR PUSTAKA
Dr. Suryana, M. (2000). Ekonomi Pembangunan Problematika dan
Pendekatan. Jakarta: Salemba Empat.
Gujarati, D. (2003). Ekonometrika Dasar (Terjemahan Sumarno Zain).
Jakarta.
Kuncoro, M. (2004). Otonomi dan Pembangunan Daerah. Jakarta:
Erlangga.
M.L, J. (2010). The Economics of Development and Planning. Dalam
D.Guritno, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan (hal. 97).
Jakarta: Rajawali Pers.
Saefulhakim Rustiadi, S. d. (2009). Perencanaan dan Pengembangan
Wilayah. Jakarta: Crestpent Press dan Yayasan Obor Indonesia.
Sjafrizal. (2012). Ekonomi Wilayah dan Perkotaan. Jakarta: Rajawali
Pers.
Sukirno, S. (2006). Ekonomi Pembangunan. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Todaro, M. P. (2011). Ekonomi Pembangunan di Dunia Ketiga Edisi 11.
Jakarta: Erlangga.

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22