laporan praktikum dasar dasar ilmu tanah

LAPORAN PRAKTIKUM MINGGUAN
DASAR-DASAR ILMU TANAH
“Pengamatan Profil Tanah”

OLEH :
NAMA

: BAHAR RUDIN

STAMBUK

: M1A1 14 011

KELOMPOK

: 1 (SATU)

ASISTEN

: 1. DAVIK
2. SARIFINA SALIHIN


PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2015

1. Latar Belakang
Tanah

adalah

bagian

dari

permukaan

bumi

yang


mengandung dan menopang kehidupan atau mampu sebagai
media tumbuh tanaman. Batas atas tanah adalah udara atau air
yang dangkal. Batas bawah tanah sulit ditentukan atau sampai
batuan di bawahnya.
Tanah

berbentuk

lapisan-lapisan

diatas

batuan

terkonsolidasi sebagai akibat interaksi dari bahan induk, iklim,
makhluk hidup, topografi, dan pada periode waktu tertentu.
Tanah terdiri dari partikel pecahan batuan yang telah diubah oleh
proses kimia dan lingkungan yang meliputi pelapukan dan erosi.
Tanah berbeda dari batuan induknya karna interaksi antara,

hidrosfer, atmosfer, litosfer dan biosfer ini adalah campuran dari
konstituen mineral dan organik yang dalam keadaan padat, gas,
dan cair.
Fungsi

utama

tanah

adalah

sebagai

media

tumbuh

makhluk hidup. Proses pembentukan tanah dimulai dari hasil
pelapukan batuan induk (regolit) menjadi bahan induk tanah,
diikuti oleh proses pencampuran bahan organik yaitu sisa-sisa

tumbuhan yang dilapuk oleh mikroorganisme dengan bahan
mineral

dipermukaan

tanah,

pembentukan

struktur

tanah,

pemindahan bahan-bahan tanah dari bagian atas ke bagian
bawah dan berbagai proses lain, sehingga apabila kita menggali

lubang pada tanah maka akan terlihat lapisan-lapisan tanah yang
berbeda sifat fisik, kimia, dan biologinya, lapisan-lapisan inilah
yang disebut dengan horizon tanah yang terbentuk dari mineral
anorganik akar. Susunan horizon tanah tersebut biasa disebut

profil tanah.
Dengan kata lain, profil tanah merupakan suatu irisan
melintang pada tubuh tanah yang menunjukkan susunan horizon
tanah, dimulai dari permukaan tanah sampai lapisan bahan induk
dibawahnya.
dipengaruhi

Lapisan-lapisan
oleh

pembentuknya,

perbedaan

juga

tersebut
bahan

terbentuk


terbentuk

induk

karena

sebagai

selain
bahan

pengendapan

yang

tanah-tanah

yang


berulang-ulang oleh genangan air.
Terdapatnya

horizon-horizon

pada

memiliki perkembangan genetis menyugestikan bahwa beberapa
proses tertentu, umum terdapat dalam perkembangan profil
tanah. Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan pengamatan
profil tanah dalam langkah awal penelitian dan pengamatan
terhadap tanah.
2. Tujuan
Praktikum ini ditujukan untuk melakukan pengamatan profil
tanah terutama sifat-sifat fisik tanah seperti kenampakan di
lapang terutama sifat-sifat fisik, sebagian sifat kimia dan

aktivitas

mikroorganisme


tanah.

Pencatatan

yan

dilakukan

meliputi : warna, tekstur, pH, ketebalan horizon, dan kedalaman
tanah, sifat perakaran, konsistensi, struktur meliputi bentuk
agregat, ukuran agregat dan stabilitas atau kemantapan agregat,
adanya karatan.
3. Dasar teori
Kandungan bahan organik cenderung meningkat dengan
meningkatnya kandunan liat. Ikatan antara liat dan bahan
organik melindungi bahan tersebut

A. Pengertian Tanah
Tanah merupakan hasil transformasi zat-zat mineral dan organik di muka

daratan bumi. Tanah terbentuk di bawah pengaruh faktor-faktor lingkungan yang
bekerja dalam masa yang sangat panjang. Tanah mempunyai organisasi dan
morfologi. Tanah merupakan media bagi tumbuhan tingkat tinggi dan pangkalan
hidup bagi hewan dan manusia. Tanah merupakan sistem ruang waktu, bermata
empat (Sutanto, 2005).
Tanah menurut soil survey staff (1999; 2003) adalah kumpulan benda
alami di permukaan bumi yang setempat-setempat dimodifikasi atau bahkan
dibuat oleh manusia dari bahan-bahan tanah, mengandung gejala-gejala kehidupan
dan menopang atau mampu menopang pertumbuhan tanaman di lapangan. Tanah

meliputi horizon-horizon tanah yang terletak di atas bahan batuan dan terbentuk
sebagai hasil interksi sepanjang waktu dari iklim, mahkluk hidup (organism),
bahan induk dan relief (topografi) (Rayes, 2006).
B. Pengertian Profil Tanah
Profil tanah merupakan penampang vertikal tanah yang terdiri atas
horizon-horizon atau lapisan-lapisan tanah, yang dibedakan atas solum (horizon A
dan B), bahan induk (horizon C), dan batuan induk (R singkatan dari rock)
(Rayes, 2006).
Profil tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah dibuat
dengan cara menggali lubang dengan ukuran (panjang dan lebar) tertentu dan

kedalaman yang tertentu pula sesuai dengan keadaan-keadaan tanah dan keperluan
penelitian. Tekanan pori diukur relative terhadap tekanan atmosfer dinamakan
muka air tanah. Tanah yang diasumsikan jenuh walaupun sebenarnya tidak
demikian karena ada rongga-rongga udara (Wijaya, 2013).
Struktur tanah merupakan gumpalan tanah yang berasal dari partikelpartikel tanah yang saling merekat satu sama lain karena adanya perekat misalnya
eksudat, akar, hifa jamur, lempung, humus, dll (Ariyanto, 2009).
C. Bahan Induk
Bahan induk tanah dapat berasal dari batuan atau longgokan biomassa
mati sebagai bahan mentah. Yang berasal dari batuan akan menghasilkan tanah
mineral, sedang yang berasal dari longgokan biomassa mati akan menghasilkan

tanah organik. Bahan penyusun tanah organik dirajai oleh bahan organik dengan
campuran bahan mineral berupa endapan aluvial (Notohadiprawito, 2006).
Kecepatan proses pembentukan tanah sangat tergantung kepada ukuran
butir dari bahan induk tanah. Semakin halus, semakin semakin mudah mengalami
proses pentanahan (Alam et al., 2012).
4. Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan pada praktikum pengamatan
profil tanah adalah pacul, sekop, linggis, meteran, patiba,
kamera, meteran kain dan parang.

Bahan yang digunakaan pada praktikum ini adalah tali
rapiah, plastik bening, kertas label, jarum pentul, dan spidol.

5. Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada praktikum ini sebagai berikut :
Membuat lubang pada tanah
1,5 m x 2 m dengan kedalaman 173
cm
Membedakan dan memberi batas
perbedaan warna pada tanah
Menentukan karakteristik internal dan
eksternal pada profil tanah

Mengambil sampel pada setiap lapisan (I, II,
III dan IV)
Mengambil 3 sampel disetiap arah
mata angin (utara, selatan, timur, dan
Hasil pengamatan

6. Data Pengamatan

No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

Karakteristik Umum (Enketernal
Profil)
No. Profil
Tanggal pengamatan
Pengamat
Lokasi pengamatan

Hasil Pengamatan
1
7 maret 2015
Kelompok 1
Kebun
percobaan
Faperta

Tinggi lokasi mdpl (altimeter)
Kelerengan (clinometer)
Cuaca
Fisiografi
Bahan induk
Formasi geologi
Batuan permukaan
Singkapan batuan
Penggunaan lahan
Vegetasi

0-3%
Cerah
Batuan sedimen
Ada
Alang-alang,
komba

Ancaman banjir
Gejala erosi
Drainase
Kedalaman air tanah

Baik (cepat)
150 cm (33cm)

komba-

No

Karakteristik

Lapisan

tanah (internal
1
2

profil)
Simbol lapisan
Kedalaman

3
4

lapisan
Warna lapisan
Warna matriks

5
6

Warna karatan
Tekstur

I

II

III

IV

24/17

49/37

55/61

cm

cm

cm

Dark

Yellowis

Weak

brown

h

3/3
Lempu

4/6
Lempun

Ada

ng

g

berpasir

berpasi

berpasir

berliat

Granul

Lempen

Bulat/Bo Kubus

ar

g

la

Meso
Sedikit

Makro
Sedikit

red red 5/2

31 cm

Red
5/6

Banyak
Liat Lempu
ng

r
7

Kandungan bahan

8

kasar
Struktur

9

Konsistensi

10
11
12

(lembab)
Pori tanah
Meso
Kondisi perakaran Banyak
Kedalaman
top 1-24

13

soil
Kedalaman

14

soil
Kedalaman efektif

Makro
-

cm
sub

24-173
cm
1-49
cm

15

Kedalaman tanah

173 cm

7. Pembahasan
Tanah adalah akumulasi tubuh alam bebas, menduduki
sebagian besar planet bumi, yang mampu menumbuhkan

tanaman, dan memiliki sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan
jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam
keadaan relief tertentu selama jangka waktu tertentu pula.
Berdasar definisi tanah, dikenal lima macam faktor pembentuk
tanah, yakni ; iklim, kehidupan, bahan induk, topografi dan
waktu.
Tanah memiliki beberapa karakteristik atau sifat-sifat fisik
yang berbeda-beda tiap horizon. Tanah tersusun atas horizonhorizon. Pada pengamatan yang dilakukan pada kelerengan 0-3%
dengan kondisi drainase yang baik. Pada tanah yang berdrainase
baik, yaitu tanah yang tidak pernah terendam air, Fe terdapat
dalam keadaan oksidasi (Fe3+) misalnya dalam senyawa Fe2O3
(hematit) yang berwarna merah, atau Fe2O3. 3 H2O (limonit) yang
berwarna kuning cokelat. Sedangkan pada tanah yang kadangkadang basah dan kadang-kadang kering, maka selain berwarna
abu- abu (daerah yang tereduksi) didapat pula becak-becak
karatan merah atau kuning, yaitu di tempat-tempat dimana
udara dapat masuk, sehingga terjadi oksidasi besi ditempat
tersebut. Keberadaan jenis mineral dapat menyebabkan warna
lebih terang. Sebaliknya pada berdrainase buruk, yaitu di daerah
yang selalu tergenang air, seluruh tanah berwarna abu-abu
karena senyawa Fe terdapat dalam kondisi reduksi (Fe2+).

Banyaknya lapisan tanah pada pengamatan ini yaitu 4
lapisan horizon.
oleh

berbagai

Lapisan tanah adalah formasi yang dibentuk
lapisan dalam,

yang

secara

spesifik

dapat

dibedakan secara geologi, kimiawi, dan biologi, termasuk proses
pembentukannya.
Lapisan pertama terdapat hingga kedalaman 0 sampai 24
cm dengan warna matriks yang gelap, dark brown atau hitam
kecoklatan. Warna gelap tersebut terjadi karena dipengaruhi oleh
kandungan bahan organik yang tinggi yang terdekomposisi
karena didalamnya bahan organik terjadi peristiwa immobilisasi,
dimana ion Al dan Mn berpengaruh besar dalam perombakan
bahan organik sehingga ion –ion tersebut mudah difiksasi oleh
ion P. Makin tinggi kandungan bahan organik maka, warna tanah
makin

gelap

(kelam).

Penyebab

lainnya

adalah

perbedaan nyata dari sifat tetraktif (aksi pembiasan

adanya
cahaya)

komponen padatan tanah dan udara.
Lapisan ini tidak memiliki warna karatan dan bertekstur
lempung berpasir yang ditandai dengan teksturnya yang kasar
agak jelas, agak melekat, dan dapat dibuat bola tetapi mudah
hancur. Struktur pada lapisan ini adalah granular atau tanah
berbutir, agregat yang membulat, biasanya diameternya tidak
lebih dari 2 cm, dimana konsentrasi tanah ini bersifat gembur.
Struktur tanah merupakan sifat fisik tanah yang menggambarkan

susunan ruangan partikel-partikel tanah yang bergabung satu
dengan yang lain membentuk agregat. Adapun bagian yang tidak
terisi bahan padat (terisi oleh air dan udara) atau pori-pori tanah
lapisan ini adalah meso. Pori-pori ini terisi oleh udara, sebagian
air gravitasi (air yang mudah hilang karena gaya gravitasi) dan
air kapiler.
Pada lapisan ini juga terdapat kedalaman top soil yang
terdapat pada kedalaman 1 sampai 24 cm dan kedalaman efektif
yaitu kedalaman tanah yang mash dapat ditembusi oleh akar
tanaman yaitu pada kedalaman 1 sampai 49 cm. Kedalaman
efektif pada lapisan ini adalah tidak terlalu dalam karena
pengamatan iini dilakukan pada kondisi lahan yang memiliki
vegetasi yang didominasi oleh alang-alang dan komba-komba.
Kondisi perakaran pada lapisan ini adalah banyak dan akan
semakin berkurang jika kedalaman tiap-tiap lapisan bertambah.
Lapisan ini disebut horizon A.
Lapisan kedua mempunyai kedalaman 24 sampai 49 cm
dengan warna matriks yellowish red atau kuning kemerahan.
Makin tinggi kandungan bahan organik maka warna tanah makin
gelap (kelam) dan sebaliknya makin sedikit kandungan bahan
organik tanah maka warna tanah akan tampak lebih terang.
Itulah sebabnya lapisan ini merupakan lapisan tanah yang
rendah tingkat kesuburannya.

Ukuran butir tanah atau tekstur tanah lapisan ini

yaitu

lempung berpasir yang terasa kasar agak jelas, agak melekat,
dan dapat dibuat bola tetapi mudah hancur. Susunan
partikel

tanah

ikatan

pada lapisan ini berupa lempeng. Lempeng

(platy) berbentuk sumbu horizontal lebih panjang dari sumbu
vertikalnya. Biasanya terjadi pada tanah liat yang baru terjadi
secara deposisi (deposited). Pori tanah pada lapisan ini sama
seperti pori pada lapisan pertama yaitu meso. Tanah yang
memiliki porous atau pori berarti tanah yang cukup mempunyai
ruang pori untuk pergerakan air dan udara masuk-keluar tanah
secara

leluasa.

Struktur

tanah

terbentuk

akibat

adanya

penggabungan butir-butir primer tanah oleh adanya koloid tanah,
humus, atau bahan kimia.Pada pengamatan struktur tanah
diamati bentuk struktur, agregat tanah (ped)/ kelas struktur dan
derajat struktur tanah. Pada lapisan ini terdapat kedalaman sob
soil yaitu pada kedalaman 24 sampai 173 cm. Adapun kondisi
perakaran lapisan ini telah berkurang menjadi sedikit dan tidak
memiliki warna karatan. Lapisan ini disebut horizon B.
Lapisan ketiga terdapat pada kedalaman 49 sampai 61 cm
dengan warna weak red yang menandakan kandungan bahan
organik yang semakain berkurang atau hampir tidak ada karena,
lapisan ini sudah semakin dalam. Lapisan ini memiliki karatan
dengan tektur liat berpasir yang terasa halus dengan sedikit

bagian agak kasar, agak melekat, dapat dibentuk bola agak
teguh, dan dapat dibentuk gulungan mudah hancur.
Lapisan ini memiliki struktur bulat/bola. Ruang kosong yang
besar antara agregat (makropori) membentuk sirkulasi air dan
udara juga akar tanaman untuk tumbuh ke bawah pada tanah
yang lebih dalam. Dengan demikian, akar memiliki kesempatan
untuk bernafas secara maksimal pada tanah yang berpori,
dibandiangkan pada tanah yang padat. Pada lapisan ini dapat
dijumpai bahan induk yang sedikit terlapuk. Lapisan ini dapat
disebut horizon C.
Lapisan keempat terdapat pada kedalaman 81 sampai 173
cm dengan warna red yang menunjukkan kandungan bahan
organik pada lapisan ini yang hampir tidak ada. Lapisan memiliki
banyak karatan dengan tekstur lempung berliat yang terasa agak
licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat
dibentuk gulungan yang agak mudah hancur. Struktur lapisan ini
berbentuk kubus (bloky). Berbentuk kubus jika sumber horizontal
sama dengan sumbu vertikal. Jika sudutnya tajam disebut kubus
(angular blocky) dan jika sudutnya membulat maka disebut
kubus membulat (sub angular blocky). Ukuranya dapat mencapai
10 cm.
Pori tanah pada lapisan ini sama seperti pada lapisan
ketiga yaitu pori makro, dimana akar memiliki kesempatan untuk

bernafas

secara

maksimal

pada

tanah

yang

berpori,

dibandiangkan pada tanah yang padat yang menyebabkan
perakaran
pengamatn

tidak
ini

berkembang
dilakukan

dengan

pada

lahan

baik
yang

tetapi,

pada

vegetasinya

didominasi oleh alang-alang dan komba-komba sehingga akar
tanaman tersebut tidak sampai pada lapisan ini atau tidak ada
perakaran pada lapisan ini. Pada lapisan ini juga terdapat bahan
induk berupa batuan sedimen yang menjadi faktor terbentuknya
suatu tanah yang akan mengalami pelapukan serta terdapat air
tanah pada kedalaman tanah 150 cm dan kedalaman air tanah
adalah 33 cm. Lapisan ini dapat disebut horizon D atau R.
8. Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan hasil pengamatan profil tanah maka, dapat
ditarik kesimpulan yaitu terdapat 4 lapisan pada profil tanah ini.
Lapisan I terdapat pada kedalaman hingga 24 cm yang memiliki
warna

matriks

dark

brown,

berterkstur

lempung

berpasir,

memiliki struktur berbentuk granular, pori tanah adalah meso
dengan kondisi perakaran yang banyak. Lapisan II terdapat pada
kedalaman hingga 49 cm yang memiliki warna matriks yellowish
red, berterkstur lempung berpasir, memiliki struktur berbentuk
lempeng, pori tanah adalah meso dengan kondisi perakaran yang
sedikit. Lapisan III terdapat pada kedalaman hingga 61 cm yang

memiliki warna matriks weak red, berterkstur liat berpasir,
memiliki struktur berbentuk bulat/bola, pori tanah adalah makro
(makropori) dengan kondisi perakaran yang sedikit. Lapisan IV
terdapat pada kedalaman hingga 81 cm yang memiliki warna
matriks red, berterkstur lempung berliat, memiliki struktur
berbentuk kubus, pori tanah adalah makro (makropori).
Adapun saran saya pada pengamatan ini yaitu sebaiknya
lahan tersebut dapat digunakan atau dimanfaatkan kembali
sebagai tempat untuk menanam berbagai jenis tanaman yang
dapat memberikan keuntungan.

DAFTAR PUSTAKA
Alam, S. Sunarminto, H.B., Siradz, S.A. 2012. Karakteristik Bahan Induk Tanah
Dari Formasi Geologi Kompleks Ultramafik Di Sulawesi Tenggara. Jurnal
Agroteknologi Universitas Halu Oleo. Kendari.
Ariyanto. P. D. 2009. Struktur Tanah. Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin.
Makassar.
Notohadiprawito, T. 2006. Tanah Dan Lingkungan. Ilmu Tanah Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta.
Rayes, L.M. 2006. Deskripsi Profil Tanah Di Lapangan. Unit Penerbit Fakultas
Pertanian Brawijaya. Malang.
Susanto, R. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Konsep Dan Kenyataan. Kanisius.
Yogyakarta.
Wijaya, R. 2013. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Pengamatan Morfologi Profil
Pengambilan
Contoh
Dan
Pembuatan
Preparat
Tanah.
(http/www.myblogismyword.blogspot.com). [Diakses Pada Tanggal
14/10/2013].