SEJARAH TARI TIMANG BANJAR DI KERATON KADRIYAH KOTA PONTIANAK KALIMANTAN BARAT

  TIMANG BANJAR DI KERATON KADRIYAH KOTA PONTIANAK KALIMANTAN BARAT ARTIKEL PENELITIAN OLEH : ELIS SYAHIRA MURTI NIM. F06112044

SEJARAH TARI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI TARI DAN MUSIK JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2017

SEJARAH TARI TIMANG BANJAR DI KERATON KADRIYAH KOTA

  

Elis Syahira Murti, Ismunandar, Henny Sanulita

Program Studi Pendidikan Seni Tari dan Musik FKIP Untan Pontianak

Email: elissyamurti1994@gmail.com

  

Abstract

This research is made because the writer interested in Malay dance that have dance title in a dance. The aim of this research is to find out the history of Timang Banjar in written documentation that supported by Timang Banjar photos related. Datas from this research is taken from some informants who knew about Timang Banjar dance dance, also include as the dancer used some research techniques. The research finding is the history of the Timang Banjar dance began in 1921, created by artist named Ncek Mat. This dance is worked as traditional dance on his leadership, first this dance is only showed in front of Vith Sultan from Kadriyah palace and only dance in Kingdom family big events. Then, to introduse this dance to people, especially people around Kadriyah palace, this dance is showed in art performance Tonel drama. Timang Banjar dance has to generations dancers after Ncek Mat. The development happened on dance presentation form. This dance started to appear again in 2016, in revitalization of Timang Banjar dance that taught by third generations to SMKN 7 Pontianak students.

  Keywords: history, development, Timang Banjar PENDAHULUAN

  Tari Timang Banjar merupakan satu di antara tarian tradisi Melayu kota Pontianak yang berkembang di lingkungan pinggiran Sungai Kapuas. Tari Timang Banjar pernah beberapa kali ditampilkan sebelum akhirnya tidak pernah ditampilkan lagi pada masa sekarang. Tarian ini diciptakan oleh seorang seniman asli kota Pontianak yang bernama Ncek Ahmad atau yang lebih di kenal dengan nama panggilan Ncek Mat. Awal mula tarian ini diciptakan oleh Ncek Mat karena adanya lagu Timang Banjar yang diciptakan oleh pakcik Hasan dengan isi lirik menceritakan tentang keadaan kota Pontianak dan masyarakat yang setiap tahunnya mengalami banjir, terutama di daerah pinggiran Sungai Kapuas Pontianak.

  Kota Pontianak merupakan kota delta, yang pada zaman dahulu dikatakan oleh Belanda sebagai Under Water yang artinya di bawah air, atas dasar banjir bandang yang disebabkan air laut naik dan bukan disebabkan oleh hujan. Tarian Timang

  Banjar ini diciptakan oleh Ncek Mat

  terinspirasi dari kejadian banjir di kota Pontianak pada zaman dahulu yang disebabkan oleh air pasang laut yang naik sehingga menyebabkan banjir di pinggiran sungai Kapuas. Dengan adanya lagu dari Timang Banjar, Ncek Mat terinspirasi untuk membuat gerak tari dari lagu Timang

  Banjar . Isi dari penggalan lirik lagu Timang Banjar tersebut juga menjelaskan tentang

  aksi menolak kejadian banjir agar tidak lagi terjadi pada setiap tahunnya. Banjir tersebut dialami oleh masyarakat Pontianak sebanyak dua kali dalam setahun. Melihat air pasang yang perlahan menyurut dari permukaan darat, anak dara mulai pergi ke tepi sungai untuk memungut sisa banjir seperti ikan yang terdampar di tepian sungai. Inilah yang menginspirasi seorang koreografer bernama Ncek Mat tertarik untuk menciptakan tari Timang Banjar pada masa itu. Di dalam tarian ini juga terdapat satu nama tarian setelah Timang

  Banjar, yaitu tari Anak Ikan. Tari Anak Ikan ini ditarikan setelah tari Timang Banjar selesai, sebagai susulan cerita dari

  tari Timang Banjar itu sendiri. Tarian

  Timang Banjar ini diciptakan dengan

  memperagakan gerakan menolak pada tangan. Sedangkan tari Anak Ikan memperagakan gerakan seperti orang memancing ikan menggunakan joran kecil, kemudian gerakan tersebut didistilisasi seperti gerakan silat.

  Awal pertama kali pertunjukkan tari

  Timang Banjar yaitu pada tahun 1921 pada

  saat acara ulang tahun Sultan yang ke enam dari raja kerajaan Keraton Kadriyah yang bernama Sultan Syarif Muhammad Alkadrie di Keraton Kadriyah. Pada saat itu Sultan Syarif berkata kepada Ncek Mat “ jangan kau tarikan tarian ini, selain untuk kegiatan di sebuah keraton atau di acara keluarga” sehingga tarian ini disebut sebagai tarian tradisi yang berkembang di kalangan Keraton Kesultanan Kadriyah berupa sebuah seni pertunjukan dan hiburan.

  Tarian Timang Banjar umumnya ditarikan oleh kaum perempuan, sedangkan tari Anak ikan ditarikan oleh kaum laki- laki. Tari Anak Ikan ditarikan oleh penari laki-laki setelah penari perempuan selesai menarikan tari Timang banjar. Kemudian disusul dengan tari anak ikan yang mengisahkan tentang kegembiraan mereka pada saat banjir mulai surut, mereka turun peralatan terbuat dari tembung (rotan besar) yang dibuat seperti pemancing ikan dengan tali di ujungnya. Melihat kegembiraan itu juga Ncek Mat pun memadukan tarian ini dengan tari Timang Banjar yang ditarikan oleh perempuan, dengan syarat kedua tarian ini harus ditarikan secara bersamaan, mengingat bahwa tari Anak Ikan merupakan kelanjutan dari tari Timang

  Banjar . Pada umumnya tarian ini tetap

  dikenal dengan nama tari Timang Banjar saja yang di dalamnya terdapat dua sajian tari dengan alur cerita yang berkesinambungan.

  Tarian Timang Banjar menceritakan tentang aksi menolak musibah banjir yang ditunjukkan dengan beberapa gerak menolak yang bertumpu pada tangan dengan tujuan menghindari banjir tersebut agar tidak terjadi lagi. Tokoh-tokoh yang pertama kali menarikan tarian ini dahulunya adalah anggota sanggar Sinar Bangsawan di kampung Beting yang dipimpin oleh Ncek Mat sendiri. Tokoh- tokoh penari tersebut masih memiliki ikatan keluarga antara Ncek Mat dan istri dari Sultan Keraton Kadriyah yang ke enam. Tarian Timang banjar memiliki fungsi sebagai usaha berupa doa yang dipanjatkan kepada Sang Pencipta agar dijauhkan dari banjir dengan cara mengusir banjir yang datang melalui gerakan menolak pada tangan yang diciptakan oleh Ncek Mat, dan sebagai penghibur raja Kesultanan Keraton Kadriyah Kota Pontianak.

  Menurut Sedyawati (dalam Meilin, 2015:9) kajian sejarah tari harus didasari oleh dasar dan metode penelitian sejarah seperti kesiapan melacak sumber data, arsip-arsip negara maupun arsip pribadi yang relevan.

  Dari segi sudut dan perwujudannya sejarah perkembangan tari di Indonesia dapat dibagi atas lima tahap (Sedyawati, 1981:117—118) yaitu, tahap kehidupan terpencil dalam wilayah etnik, tahap masuknya pengaruh-pengaruh luar sebagai unsur asing, tahap penembusan batas-batas kesukuan, sehubungan dengan tampilnya mengenai pengembangan tari untuk taraf nasional, dan tahap kedewasaan baru yang ditandai oleh pencaharian nilai-nilai di dalam tari itu sendiri.

  Berdasarkan pendapat para ahli diatas, hal-hal yang berkaitan dengan sejarah dalam kesenian adalah, sejarah merupakan peristiwa-peristiwa produk manusia di masa lampau, sejarah merupakan ilmu tentang manusia yang bergerak dan berubah dalam ruang dan waktu yang jelas dan utuh, dan kajian sejarah didasari oleh dasar dan metode penelitian sejarah seperti kesiapan melacak sumber data, arsip-arsip yang relevan.

METODE PENELITIAN

  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis. Metode penelitian historis adalah prosedur pemecahan masalah dengan menggunakan data masa lalu atau peninggalan- peninggalan, baik untuk memahami kejadian atau suatu keadaan yang berlangsung pada masa lalu terlepas dari keadaan masa sekarang maupun untuk memahami kejadian atau keadaan masa sekarang dalam hubungannya dengan kejadian atau keadaan masa lalu (Nawawi, 1983:84).

  Alasan peneliti memilih menggunakan metode ini karena sesuai dengan masalah yang diteliti, yaitu mengupas sejarah atau kejadian yang ada pada masa lalu dengan memusatkan perhatian pada suatu hal yang berupa: peninggalan-peninggalan, dokumen-dokumen, arsip-arsip, benda- benda bersejarah monumen-monumen, benda-benda pusaka dan lain-lain. Dalam penelitian ini lebih memusatkan penelitian kepada penggalian sumber keterangan sejarah yang didukung dengan peninggalan- peninggalan benda bersejarah yang masih ada dari budaya atau kesenian tari yang ada di Keraton Kadriyah kota Pontianak yaitu tari Timang Banjar yang diciptakan pada

  Menurut Moleong (dalam Arikunto, 2013:22) Pengertian penelitian kualitatif adalah tampilan yang berupa kata-kata lisan atau tertulis yang dicermati oleh penulis, dan benda-benda yang diamati sampai detailnya agar dapat ditangkap makna yang tersirat dalam dokumen atau bendanya.

  Dalam penelitian ini, peneliti menguraikan dengan mendeskripsikan sejarah dan perkembangan tari Timang Banjar yang ada di kota Pontianak, tepatnya berkembang di kawasan keraton Kadriyah serta di dukung oleh bukti-bukti sejarah yang ditemui di lapangan.

  Penelitian ini menggunakan pendekatan interdisipliner. Pendekatan interdisipliner yakni sebuah pendekatan dengan menggunakan bantuan dari berbagai disiplin ilmu yang serumpun (ilmu-ilmu sosial).

  Ilmu-ilmu sejarah ini sangat di butuhkan di dalam tahap heuristik dan juga ketika melakukan analisis dan sintesis terhadap semua fakta sejarah yang telah dikumpulkan. Ilmu bantu memiliki kegunaan yang penting dalam membantu penelitian dan penulisan sejarah sehingga menjadikan sejarah sebagai suatu karya ilmiah (Sjamsuddin, 2007:240—241) dalam (Gozali, 2013:48).

  Ilmu-ilmu yang berkaitan dengan sejarah yakni, ilmu sosial yang terbagi menjadi ilmu politik dan geografi. Kedua ilmu sosial tersebut dapat memperluas interpretasi yang tidak terelakkan dan saling berkaitan. Studi geografi berkaitan dengan latar geografis, dimana sejarah terjadi (Hariyono, 1995:97)

  Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan pendekatan interdisipliner dalam meneliti sejarah tari Timang Banjar dan perkembangannya yang merupakan salah satu kebudayaan milik masyarakat Melayu kota Pontianak. Peneliti dapat menjelaskan secara detail dengan menggunakan ilmu bantu lain yang berhubungan dengan ilmu-ilmu sosial.

  Penelitian ini menggunakan data yang tertulis berupa budaya kesenian tari yang berbentuk sebuah alur cerita dan peragaan gerak dari narasumber dan pelaku tari

  Timang Banjar yang diwawancarai oleh

  peneliti secara langsung di tempat penelitian yaitu kawasan Keraton Kadriyah yang dideskripsikan oleh peneliti ke dalam bentuk tulisan. Dari penelitian ini data yang diperoleh dari hasil wawancara kepada narasumber yaitu data mengenai bagaimana sejarah terciptanya tari tradisi Melayu

  Timang Banjar yang ada di Keraton

  Kadriyah Kota Pontianak. Kemudian informasi mengenai perkembangan tari

  Timang Banjar tersebut dari tahun ke tahun

  di lingkungan Keraton Kadriyah dan sekitarnya. Data ini diperoleh dari hasil observasi, wawancara yang dilakukan dengan narasumber yang terlibat dan dokumentasi berupa benda peninggalan atau artefak yang berhubungan dengan tari

  Timang Banjar.

  Banjar

  tarian yang ditampilkan sebagai pelengkap sandiwara Tonel.

  Banjar merupakan satu di antara lagu dan

  dan Timang Banjar. Timang

  Makyong

  membantu Ncek Mat dalam belajar bermasin musik. pakcik Hasan adalah pemain musik dari tempat asalnya. Bakat dan kesenian Ncek Mat mulai dikenal banyak orang ketika saudara sepupunya yang bernama Aminah, menikah dengan Sultan Syarief Muhammad Alkadrie dan menjadi permaisuri sultan (Masratu Hj. Aminah) di keraton Kadriyah Pontianak. Semenjak pernikahan tersebut, hubungan Ncek Mat dengan kerajaan semakin dekat. Sultan Syarief Muhammad Alkadrie mengetahui tentang Ncek Mat yang gemar berkesenian dari cerita istrinya. Setelah meminta Ncek Mat untuk membuat tarian- tarian yang nantinya akan ditampilkan di acara keraton Kadriyah Pontianak. Mendapat amanah tersebut, beliau mulai mencoba untuk membuat karya-karya tari yang nantinya bisa ditampilkan dalam acara keraton Kadriyah Pontianak. Dalam hal ini, beliau juga mendapatkan pengalaman untuk menciptakan tari dari kesenian tonelnya. . Pada kesenian tari, Ncek Mat telah menjadi koreografer beberapa tarian sejak didirikannya sanggar Sinar Bangsawan dan setelah mendapat amanah dari Sultan Syarief Muhammad. Beberapa tarian yang diciptakanya antara lain adalah tari

  pakcik Hasan ke Pontianak, sangat

  beberapa saudaranya yang berasal dari Singapura juga merantau ke kota Pontianak. Mereka juga bertempat tinggal di Kampung Banjar tempat kediaman beliau. Nama saudara beliau yaitu pakcik Hasan dan Aminah, pakcik Hasan merupakan keponakan Ncek Mat, sedangkan Aminah adalah saudara sepupu nya. Kedatangan

  Ncek Mat tinggal di kota Pontianak,

  terletak di kampung Beting kawasan Keraton Kadriyah kota Pontianak tepat di depan rumah kediaman beliau daerah kampung Banjar. Setelah beberapa tahun

  Ncek Mat merupakan pemilik sanggar Sinar Bangsawan yang pada zaman dahulu

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Sejarah tari timang banjar di Keraton Kadriyah

1. Awal mula terciptanya tari Timang

  Pada zaman Perang Dunia I tahun 1914, Ncek Mat meninggalkan negara Malaysia dan pindah ke Indonesia tepatnya di Kalimantan Barat kota Pontianak. Tujuan beliau datang ke kota Pontianak adalah untuk mencari tau bagaimana kesenian yang ada di Pontianak serta menjadikan ajang bagi beliau untuk mengembangkan diri di bidang kesenian. Tempat tinggal beliau di Pontianak berada di kawasan keraton Kadriyah Kota Pontianak tepatnya di daerah Beting, Kampung Banjar kelurahan dalam Bugis.

  pertunjukan yaitu lawakan atau lelucon, tari, musik, beladiri dan juga silat.

  Tonel yang di dalamnya terdapat beberapa

  kesenian sampai akhirnya menjadi pemain pembanu. Pada masa itu kesenian yang beliau ikuti adalah kesenian Sandiwara

  crew yang membantu menarik tirai atau

  Tahap berkesenian beliau di Johor berawal dengan tugas sebagai seorang stage

  Sebelum pergi merantau ke Kalimantan Barat, beliau merantau ke daerah Malaysia tepatnya di Johor pada tahun 1910. Beliau mulai bergelut di dunia kesenian saat beranjak di usia 16 tahun, dengan mengikuti berbagai kegiatan dan pertunjukan kesenian yang ada di Johor daerah Malaysia.

  Tari Timang Banjar diciptakan oleh seorang seniman Melayu kota Pontianak yang bernama Ahmad, atau yang lebih akrab disapa dengan panggilan Ncek Ahmad maupun Ncek Mat. Tarian ini diciptakan pada tahun 1921 di lingkungan keraton Kadriyah kota Pontianak. Ncek Mat merupakan seniman yang lahir di Singapura pada tahun 1898.

  Sejak berdirinya sanggar Sinar Bangsawan dan bergabungnya pakcik hassan menjadi anggota sanggar tersebut,

  gerak ini di dapatkan dari hasil pengamatan rangsang visual beliau pada kejadian banjir air pasang dan Ncek Mat membuat gerakan dengan beberapa ragam yang masing- masing mempunyai cerita pada setiap ragam tersebut. Ncek Mat membuat gerak lenggak lenggok yang melibatkan seluruh pergerakan anggota badan dan tangan yang mengibaratkan air yang bergelombang. Gerak lenggak lenggok yang beliau gunakan untuk menjadi dasar gerak dari tarian adalah hasil pengamatan beliau terhadap objek manusia. Ketika berjalan, manusia tersebut menerlibatkan hampir seluruh anggota badan untuk bergerak. Jika dilihat dan diamati, gerakan tersebut terlihat indah dan berirama. Sehingga beliau menjadikan dasar gerak dalam tari timang banjar ini disebutnya dengan “lenggak- lenggok”.

  lagu yang diciptakan oleh pakcik Hasan sendiri, dan dinyanyikan sebagai pelengkap musik yang mengisi acara kesenian tonel.

  Lagu Timang Banjar diciptakan pada tahun 1921 sebagai lagu hiburan yang mengisi pertunjukan sandiwara Tonel. Menurut keterangan narasumber utama peneliti yaitu bapak Sy. Selamat Joesoef Alkadrie, mengenai filosofi kata yang diambil untuk dijadikan judul pada lagu ini yaitu kata “Timang Banjar”, kata “Timang” diartikan dengan definisi membujuk-bujuk, yang di dalam tarian ini dimaksudkan dengan, janganlah datang banjir. Sedangkan kata “Banjar” ini diambil dari nama tempat kediaman beliau yaitu kampung Banjar, yang pada saat itu wilayah ini memang sering terkena banjir air pasang yang naik, karena lokasi nya tepat berada di tepi Sungai Kapuas Pontianak. Isi lagu dari

  Timang Banjar menceritakan tentang

  keadaan masyarakat yang setiap tahunnya selalu mendapat musibah air pasang di Sungai Kapuas, isi lirik tersebut juga menjelaskan tentang aksi menolak musibah yang terjadi agar tidak datang kembali. digunakan untuk mengisi kesenian tonel,

  Ncek Mat menjadikan sebuah lagu Timang Banjar ini sebagai rangsangan audio dalam

  mendapatkan ide untuk berkeinginan membuat gerak, bait per bait beliau dengarkan dan pahami isi lagu tersebut, kemudian beliau tertarik untuk menciptakan gerak dari lagu Timang Banjar.

  melakukan ragam silat pada tari Anak Ikan tersebut. Ragam silat Anak Ikan ditarikan dengan gagah oleh laki-laki secara berpasangan dengan perempuan yang melakukan gerak Timang Banjar.

  Anak Ikan. Properti ini digunakan ketika

  melakukan gerakan Timang Banjar. Ragam tersebut adalah ragam tari yang merupakan kesatuan tari di dalamnya dan tetap dikenal dengan tari Timang Banjar saja. Dalam tahap ini, beliau menggunakan properti untuk melakukan improvisasi pada tari

  Ikan dilakukan oleh penari laki-laki yang

  Timang Banjar merupakan sebuah lirik

  Dalam tahap improvisasi gerak, beliau menciptakan gerak dengan dua ragam, yaitu ragam Timang Banjar dan Anak Ikan. Dua ragam gerak memiliki hitungan yang lambat, satu ragam gerak lainnya dengan hitungan sedang dan dilakukan berulang- ulang. Ragam Timang Banjar ditarikan oleh perempuan. Sedangkan ragam silat Anak

  Banjar, yaitu tari Anak Ikan. eksplorasi

2. Tahap Penciptaan Tari Timang

  yang telah didirikannya. Di dalam tari Timang Banjar, terdapat sebuah penamaan tari yang menjadi pelengkap dan merupakan kesatuan dari tari Timang

  eksplorasi gerak. Tarian ini digarap oleh beliau bertempat di sanggar Sinar

  Banjar dimulai dengan tahap pertama yaitu

  Proses penciptaan gerak tari Timang

  Banjar

  Tahap terakhir dalam penggarapangerak beliau adalah komposisi tari. Gerakan yang disusun beliau dimulai dengan penari Timang Banjar, kemudian disusul dengan penari laki-laki pada ragam

  Anak Ikan yaitu ragam silat. Adapun bentuk

  penyajian yang telah terstruktur oleh beliau

  Bangsawan yaitu, penari Timang Banjar berjumlah genap, antara 6,8,10, dan 12 orang penari. Tarian ini juga dilakukan secara berpasangan laki-laki dan perempuan pada ragam terakhir yaitu ragam silat tari Anak

  Ikan dalam tarian Timang Banjar. Alat

  B. Perkembangan tari Timang Banjar.

  Ncek Mat membawa anggota sanggar Sinar Bangsawan bersama perkumpulan

  keluar daerah kota Pontianak untuk ditampilkan dalam sebuah acara kesenian.

  Bangsawan. Pada masa ini tarian Timang Banjar pernah ditampilkan dan dibawa

  primadona perempuan yaitu, Mboh Nur dan Hasiah Haman semasa beliau berkesenian di daerah kota Pontianak. Mereka adalah orang-orang pemusik dan penari yang pada masa itu juga bergelut di dunia kesenian dan bergabung di sanggar Sinar

  Ncek Mat dan beberapa asistennya yang

  tahun 1923 – 1940-an di bawah pimpinan

  1. Masa kejayaan tari Timang Banjar di bawah pimpinan Ncek Ahmad pada tahun 1923 – 1940-an Timang Banjar mulai berjaya pada

  Sedangkan laki-laki tidak memakai aksesoris tambahan. Tari Timang Banjar tidak menggunakan properti dalam menari, sedangkan tari Anak Ikan memakai properti yang terbuat dari semamboh atau rotan kayu besar yang dibuat seperti joran kecil untuk memancing ikan dan diujungnya dipasang tali layaknya seperti joran pemancing ikan.

  musik asli yang mengiri tari Timang Banjar terdiri dari enam buah alat musik yang pada umumnya terdapat pada tarian Melayu lainnya. Timang Banjar pada masa itu diiringi menggunakan musik hidup yang dimainkan oleh para pemain musik yang bergabung di Sanggar sinar bangsawan, pada awal tarian ini ditarikan. Alat musik

  Sanggul lipat pandan Timang Banjar (Suryandari 2015)

  Kostum penari perempuan menggunakan baju kurung panjang, kain besulam asli dari keraton Kadriyah dan selendang panjang. Penari Laki-laki menggunakan kostum teluk belanga panjang, kain sarung dan penutup kepala yang menutupi telinga kiri dan kanan. Kostum yang digunakan adalah kostum asli dari keraton Kadriyah. Rias wajah, aksesoris dan properti tari Timang Banjar yaitu, menggunakan rias cantik, aksesoris kepala untuk wanita menggunakan sanggul lipat pandan.

  Banjar (Murti, 2017)

  Kostum Penari pertama Timang

  Anak Ikan pada tahun 1921 adalah seperti pada gambar di bawah ini.

  gendang panjang, gedombak, rebana besar, gong tawa-tawa, serunai, dan biola. Kostum yang digunakan penari Timang Banjar dan

  Timang Banjar yang digunakan yaitu,

  sandiwara tonel nya untuk mengikuti berbagai acara kesenian yang ada di Kalimantan Barat sebagai utusan dari kota Pontianak yang diundang untuk menghadiri dan menampilkan kesenian. Timang Banjar semasa kejayaannya pernah ditampilkan di daerah hulu Kalimantan Barat tepatnya di daerah lintasan sungai Kapuas seperti di daerah Sekadau, Tayan, Sanggau dan Sintang dalam sebuah acara kesenian yang menampilkan kesenian dari daerahnya masing-masing dari daerahnya. Timang

  Banjar ditampilkan bersamaan dengan

  cerita-cerita raja, permaisuri dan cerita keraton lainnya yang berasal dari kota Pontianak.

  1982 dan 1985 diajarkan oleh salah satu paman dari ibu Faizah dan ibu Fadlon yang bernama Bapak Syarief Salim (Alm) . Sebelumnya, tarian ini juga pernah diajarkan oleh Sultan

  Timang Banjar di generasi kedua tahun

  Pekan Tarian Rakyat tahun 1982 yang diadakan di keraton Kadriyah, panitia acara mengadakan lomba tari antar kabupaten. Pada acara tersebut, kota Pontianak juga berpartisipasi sebagai peserta lomba tari dengan menampilkan tari Timang Banjar. Pada penampilan mereka sebagai peserta lomba Pekan Tarian rakyat , tari Timang Banjar yang ditampilkan oleh generasi kedua tersebut, berhasil meraih juara dua dalam perlombaan tari. Tari

  acara Pekan Tarian Rakyat tahun 1982 oleh ibu syf. Yusufia Alkadrie yang merupakan pelaku tari Timang Banjar. Dalam acara

  Timang Banjar kembali ditampilkan oleh

  Generasi kedua tari Timang banjar, Ibu Syf. Yusufia Alkadrie, Ibu Syf. Fadlon Alkadrie dan ibu Syf. Faizah Alkadrie. Tari

  2. Masa Tari Timang Banjar dibawah pimpinan generasi kedua dan ketiga.

  Pada tahun 1942, Ncek Mat mendapat kabar duka dari kota Pontianak, bahwa Kalimantan Barat sedang diserang oleh Jepang pada tanggal 14 Desember 1942 tepatnya di wilayah kota Pontianak. Mendengar kabar tersebut, beliau dan perkumpulan keseniannya pun bubar meninggalkan pulau Natuna dengan tujuan masing-masing. Ncek Mat meninggalkan pulau Natuna untuk pergi ke Singapura. Beliau masih mempunyai beberapa keluarga dan saudara di negara Singapura karena lahir Singapura, sehingga saudara dan keluarga beliau tinggal berpencar di daerah Singapura dan Malaysia. Ncek Mat kemudian menikah dan berkeluarga di Singapura sampai akhirnya wafat di kota tersebut.

  tonelnya yang banyak mengisahkan tentang

  pertunjukan sandiwara Tonel yaitu sebagai hiburan yang mengisi pertunjukan sandiwara Tonel yang dibawakan. Berhubung lagu dari Timang Banjar yang digunakan sebagai pengiring sandiwara

  pergi merantau ke daerah pulau Natuna dengan membawa bekal ilmu kesenian dan karya-karya yang mereka besarkan di tanah kota Pontianak terutama kesenian tonelnya. Lagu dari Timang Banjar tetap menjadi pengiring kesenian tonel beliau ketika menampilkan sandiwara tonelnya di daerah pulau Natuna. Hanya saja tari Timang Mat. Karena pada masa itu beliau lebih terfokus kepada acara kesenian sandiwara

  Ncek Matdan beberapa perkumpulannya

  aksesesoris untuk penampilan tari dititipkan di rumah masyarakat yang mengelola kesenian daerah keraton pada masa itu.

  Timang Banjar berupa baju, selendang, dan

  Setelah berjaya di tahun 1923 – 1940- an, Ncek Mat bersama perkumpulan sandiwara tonelnya meninggalkan kota Pontianak untuk mengembangkan kesenian mereka di daerah pulau Natuna provinsi Kepulauan Riau. Semenjak beliau meninggalkan kota Pontianak, semua benda yang terkait dengan tari

  hiburan dan pelengkap yang ditampilkan dalam pertunjukan sandiwara tonel tersebut. Lagu dari Timang Banjar dijadikan sebagai pengiring penampilan sandiwara tonel sekaligus sebagai musik pengiring tarian Timang Banjar.

  Ncek Mat dan anggotanya, tari Timang Banjar dan lagunya dijadikan sebagai

  diperkenalkan dan di tampilkan pada acara kesenian di luar keraton pada acara kesenian yang mengutus Ncek Mat dan anggota sanggarnya. Bersama perkumpulan sandiwara tonel yang ikut dibawakan oleh

  Tonel, maka tarian Timang Banjar turut

  Hamid kepada generasi sebelum ibu fa’iza dan ibu fadlon, hanya saja tidak ada pertunjukan dan acara kesenian yang diikuti untuk menampilkan tari Timang Banjar.

  Pada tahun 1985, ibu syf. Fadlon menjadi pelaku tari Timang Banjar bersama ibu Syf. Faizah dalam acara ulang tahun kota Pontianak yang ke 222 di Keraton. Kakak kandung dari ibu Fadlon yaitu ibu Yusufia terlibat sebagai panitia acara ulang tahun kota Pontianak. Pada acara ulang tahun kota Pontianak yang ke 222 ini, beberapa tarian khas dari keraton ditampilkan dalam acara tersebut. Seperti tari Makyong, Kriang Bandong dan satu di antaranya adalah tari Timang Banjar. Menurut keterangan ibu Syf. Faiza Alkadrie saat ditemui di kediaman beliau ketika peneliti melakukan observasi gerak, beliau memaparkan bagaimana gerakan tari

  Timang Banjar pada saat generasi beliau

  menarikannya. Beliau menjelaskan sambil memperagakan gerak pada ragam pertama yaitu ragam Timang Banjar yang dimulai dengan memasuki panggung dengan sikap badan tegak, kemudian tangan membentuk hormat di depan dada, lalu berjalan seperti biasa memasuki arena panggung, langsung mengambil posisi duduk bersimpuh pada pola lantai yang sudah di tentukan, kemudian perlahan menundukkan badan hormat, lalu melakukan gerakan tangan seperti air yang sedang bergelombang dengan melibatkan jari-jari tangan dan seluruh anggota tangan di mulai dari kanan, kemudian ke depan, lalu ke kiri. Dilakukan terus secara berulang-ulang mengikuti lagu

  Timang Banjar, sampai pada syair sahutan

  penari yaitu “aaahaai Timang Banjar” posisi badan tegak dengan kaki tetap duduk bersimpuh, kemudian pada syair tersebut, penari melakukan pose gerak dengan mengungkel kedua pergelangan tangan ke arah samping kanan di depan pinggang kemudian meletakkan pergelangan tangan di atas paha kanan, dengan posisi telapak tangan tegak mnghadap serong kanan depan, lengan kanan lurus, lengan kiri agak di tekuk, posisi badan agak didorong ke serong kiri belakang. Gerakan selanjutnya adalah pengulangan dari gerakan pertama, yaitu satu kali pengulangan, selanjutnya gerakan tersebut dilakukan dengan empat sisi arah mengikuti musik, dan berputar berlawanan arah jarum jam dengan gerakan yang sama serta badan mengikuti arah gerak tangan kemudian melakukan pose gerak setelah adanya musik sahutan. Gerakan tersebut di lakukan dengan dua kali pengulangan sampai melakukan dua kali pose gerak, setelah itu berpindah arah hadap (kanan, kembali lagi ke depan) perpindahan arah hadap dilakukan dengan posisi badan penari berdiri dengan bertumpu kepada lengan kaki bawah yang di tekuk di lantai, kemudian menggeser badan menghadap ke arah samping kanan dengan gerakan yang sama masing-masing hanya satu kali pengulangan kemudian kembali lagi ke depan dengan satu pengulangan saja dan di akhiri dengan pose seperti pose awal.

  Gerakan selanjutnya, penari mengambil posisi berdiri sambil menggerakkan kedua tangan seperti di awal gerak, setelah di posisi berdiri tegak, penari mulai melakukan gerakan yang sama dimulai dengan menggeser badan ke kanan dengan melangkahkan kaki sebanyak dua kali diikuti gerakan tangan seperti di kiri. Dilakukan berulang mengikuti musik, sampai kepada sahutan lirik lagu “aahaai

  Timang Banjar” penari melakukan pose

  gerak menghadap serong depan kanan dengan posisi badan tegak, kaki kiri berada di tempat, kaki kanan mundur ke belakang kaki kiri, dengan posisi menyilang dan telapak kaki menyentuh lantai, posisi tangan kiri menekuk di depan dada, lengan dan pergelangan tangan lurus, telapak tangan menghadap ke atas dengan posisi empat jari di rapatkan, jempol agak lurus ke atas. Tangan kanan mengungkel kedalam dengan posisi akhir tangan kanan di tekuk ke atas dengan posisi lengan dan pergelangan tangan lurus di depan dahi, telapak tangan menghadap ke serong kanan depan mengikuti badan, dan jari tangan seperti jari kiri. Gerakan tersebut di ulang lagi ke arah samping kanan, kemudian kembali lagi ke depan cara berputar berlawanan arah jarum jam sambil melakukan gerakan tangan. Setelah kembali ke depan dengan satu kali pengulangan gerak dan pose, ragam tari Timang Banjar diakhiri dengan gerakan merapatkan kedua telapak tangan di depan dada seperti memberikan hormat.

  Masuk ke ragam tari Anak Ikan, sambil menunggu penari laki-laki masuk, penari perempuan melakukan gerakan seperti pada ragam tari Timang Banjar ketika posisi awal berdiri di depan, sambil melakukan gerakan tersebut, penari laki-laki perlahan masuk mendekati posisi perempuan dengan pola lantai sejajar, penari laki-laki melakukan gerak yang dimulai dengan gerakan mengayunkan lengan kanan bawah dari samping kiri ke kanan yang memegang properti joran kecil di ikuti dengan kaki kanan melangkah mengikuti perpindahan gerak, sedangkan tangan kiri berada lurus di samping kiri badan, mengayun mengikuti gerak badan. Setelah itu gerakannya dibalas dengan memutar lengan kanan bawah dari samping kiri ke kanan diikuti kaki sebelah kiri sambil melakukan perpindahan gerak. kemudian di tutup dengan gerakan agak menunduk kan perempuan dengan posisi tangan kanan yang memegang properti joran kecil sejajar di belakang kepala, tangan kiri tetap lurus dan mengayun mengikuti badan. Sementara perempuan tetap melakukan gerakan yang sama dari awal penari laki-laki masuk sampai pada posisi sejajar menghadap depan dan melakukan perpindahan gerak secara bersama. Gerakan yang dilakukan penari perempuan (sambil menunggu penari laki-laki masuk) dilakukan sebanyak 5x8 hitungan ke kanan dan ke kiri mengikuti musik, gerakan tersebut terlebih dahulu dilakukan di arah hadap depan secara berulang. kemudian 5x8 hitungan sedang dengan gerakan dan posisi yang sama hanya saja kedua lengan tangan di tekuk ke arah serong depan kanan dan kiri secara bergantian sejajar dengan telinga kemudian jari tangan mengungkel ke dalam sebanyak satu kali. Setelah penari laki-laki dan perempuan saling sejajar, gerakan laki-laki dan perempuan terus di ulang secara berpindah-pindah tempat dengan pola melingkar dan mengikuti syair serta irama musik dengan posisi terus berhadapan dan berpasangan. Gerakan tersebut dilakukan berulang-ulang sampai penari laki-laki dan perempuan bergerak meninggalkan panggung diikuti musik.

  3. Perkembangan bentuk penyajian tari Timang Banjar di Tahun 2016 dalam bentuk Revitalisasi tari Timang Banjar

  Irma Maira Kuantani merupakan generasi ke tiga tari Timang Banjar di tahun 2016. Tari Timang Banjar kembali ditampilkan lagi pada tahun 2016 setelah di tahun 1985 silam. Generasi ketiga dari tari

  Timang Banjar setelah ibu Fadlon dan ibu

  Fa’iza adalah Irma Maira Kuantani. Irma Maira adalah mahasiswa pendidikan seni tari dan musik di FKIP UNTAN yang melakukan penelitian tari Timang Banjar sebagai tugas akhir beliau sebagai mahasiswa di tahun 2016. Dalam judul tugas akhir beliau yang berjudul “Revitalisasi Tari Timang Banjar di Kalimantan Barat”, Beliau melakukan kegiatan revitalisasi (upaya menghidupkan kembali suatu hal yang kurang terlestarikan atau hilang dalam masyarakat) dengan beberapa kegiatan yang telah direncanakan beliau dalam tugas akhirnya dalam bentuk kegiatan workshop kepada siswa SMK N 7 Pontianak.

  Perkembangan tari Timang Banjar di tahun 2016 terjadi pada bentuk penyajian tari yaitu, gerak, musik, kostum, dan aksesoris yang digunakan pada penampilan tari Timang Banjar. Dalam sajian gerak, narasumber Irma Maira Kuantani menjelaskan kepada peneliti ada sedikit gerakan yang dibakukan dan ditambah dari gerakan aslinya, karena narasumber beliau tidak mengingat gerak secara keseluruhan, sehingga dilakukan rekontruksi gerak berdasarkan kesepakatan beliau dan ibu Yusufia.

  Perkembangan bentuk penyajian tari

  tahun 1923—1940-an Timang Banjar dijadikan sebagai tarian pengisi hiburan dalam kesenian tonel yang juga ditampilkan di daerah hulu Kalimantan Barat tepatnya di daerah lintasan sungai Kapuas seperti di daerah Sekadau, Tayan, Sanggau dan

  diharapkan dapat menambah pengetahuan pembaca dalam memahami perkembangan tari Timang

  Timang Banjar,

  Peneliti mengharapkan agar pembaca dapat mengenal generasi-generasi yang berjuang mengangkat kembali tarian ini untuk diperkenalkan kepada masyarakat, sehingga nantinya berguna bagi pembaca untuk mengetahui sejarah dan keberadaan tari-tari lainnya yang ada di kota Pontianak, melalui generasi tersebut. Perkembangan pada tari

  Timang Banjar yang ada di kota Pontianak.

  dapat memperkaya pengetahuan pembaca mengenai keberadaan dan sejarah tari

  Timang Banjar, penelitian ini diharapkan

  Berdasarkan kesimpulan di atas, dalam hal ini peneliti berkeinginan untuk memberikan saran kepada pembaca untuk tetap menghargai keberadaan tari yang ada di daerah setempat maupun daerah lain. Peneliti juga mengharapkan agar pembaca semata-mata tidak hanya mengetahui hasil dari karya seorang seniman, melainkan pembaca juga diharapkan mengetahui dan mempelajari bagaimana perjalanan sejarah yang telah mengikuti suatu karya tersebut. dijaga dan dilestarikan bersama untuk menjaga kesenian dan kebudayaan yang ada di daerah tersebut. Dalam hal sejarah tari

  Saran

  penyajian yang mengalami perkembangan antara lain yaitu : Rekontruksi gerak, jenis alat musik yang dipakai, kostum dan aksesoris bagian kepala wanita.

  Timang Banjar. Perkembangan bentuk

  Sintang dalam sebuah acara kesenian yang menampilkan kesenian masing-masing dari daerahnya. Ditahun 1982 dan 1985, tarian ini muncul dengan generasi baru yang menampilkan tari Timang Banjar dalam acara Pekan Tarian Rakyat di kota Pontianak dan mendapatkan prestasi lomba dalam menampilkan tari Timang Banjar. Setelah kemunculannya di tahun tersebut, tari Timang Banjar baru muncul kembali di tahun 2016 dengan perkembangan bentuk penyajian dalam kegiatan Revitalisasi tari

  Ncek Mat. ketika masa kejayaannya di

  Timang Banjar dilihat dari jenis alat musik

  diperkenalkan melalui acara kesenian Tonel

  Timang Banjar oleh generasi ketiga tari Timang Banjar. Timang Banjar

  periodesasi yaitu, masa kejayaan tari dibawah pimpinan penciptanya, perkembangan tari terlepas dari pimpinan penciptanya sendiri yaitu pada generasi kedua tari Timang Banjar, kemudian perkembangan bentuk penyajian tari

  Timang Banjar dideskripsikan dengan

  disebut sebagai tari Timang Banjar, Perkembangan yang terjadi pada tari

  Banjar dan Anak Ikan yang keduanya

  lagu tersebut, dengan mengamati fenomena-fenomena alam dan kegiatan yang dilakukan masyarakat sekitar pinggiran sungai Kapuas ketika banjir air pasang terjadi. Ragam gerak yang diciptakan ada dua, yaitu ragam Timang

  Ncek Mat untuk menciptakan gerak dari isi

  Sejarah tari Timang Banjar dianalisis dan dideskripsikan dengan awal kemunculan tari dan tahap penciptaan tari pada tahun 1921. Tarian ini muncul karena adanya lagu dari Timang Banjar yang menceritakan tentang keadaan kota Pontianak dan masyarakat yang setiap tahunnya mengalami banjir air pasang di pinggiran sungai Kapuas. Hal ini menjadi ketertarikan bagi seorang seniman bernama

  SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

  yang dipakai pada tahun 2016 hanya menggunakan 3 alat musik saja dari 6 jenis alat musik yang digunakan tahun 1921. Alat musik yang digunakan beliau antara lain, rebana, biola, an akordeon.

  Banjar dari generasi ke generasi maupun perkembangan bentuk penyajian yang disajikan dalam perkembangannya.

  Setelah mengenal dan mengetahui tari

  Timang Banjar, peneliti berharap agar

  masyarakat yang membaca penulisan ini dapat melestarikannya dengan mengadakan aktivitas tari yang melibatkan tarian Timang

  Banjar. Peneliti menyarankan agar

  penelitian ini dapat di jadikan referensi peneliti lain yang juga tertarik dengan tarian Timang Banjar, serta dapat memperoleh manfaat dari membaca penelitian ini. Peneliti berharap agar penelitian ini menjadi sebuah media yang sangat berguna untuk menampung daya ingat dari informan yang telah banyak menyampaikan informasi berbagai tarian kepada peneliti-peneliti karya ilmiah.

DAFTAR RUJUKAN

  Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

  Jakarta: PT. Rineka Cipta. Gozali, Panzi Ahmad. 2013. “Dampak

  Darwinisme Sosial Terhadap Perkembangan Nazisme di Jerman tahun 1921-1945”, Jurnal Skripsi.

  Bandung: Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia. (online), 7010_Chapter3.pdf), diakses tanggal 07 Februari 2017.

  Hariyono. 2008. Mempelajari Sejarah

  

Secara Efektif. Jakarta: PT DUNIA

PUSTAKA JAYA.

  Nawawi, Hadari. 2012. Metode Penelitian

  

Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press.

  Sedyawati, Edi. 1981. Pertumbuhan Seni Pertunjukan . Jakarta: Sinar Harapan. Sjamsuddin, helius. 2012. Metodologi

Sejarah. Yogyakarta: Penerbit Ombak.