STRUKTUR PENYAJIAN TARI LADUN DALAM SENI MENDU PENGGAL RAJA MUDA KABUPATEN NATUNA PROVINSI KEPRI

STRUKTUR PENYAJIAN TARI LADUN DALAM SENI MENDU

  PENGGAL RAJA MUDA KABUPATEN NATUNA PROVINSI KEPRI Timia, Ismunandar, Winda Istiandini

  Program Studi Pendidikan Seni Pertunjukan FKIP Untan Email Abstract

  The purpose of this research was to describe the structure of the dance presentation which has its own characteristics, in terms of motion, music, costumes, and lyrics of songs contained in Ladun dance music, the art of Mendu Penggal Raja Muda, Natuna Regency, Riau Islands Province. The method used in this research was descriptive method in the form of qualitative. The approach used by researchers was a choreography approach. To complement the research data, researchers used observation, interviews, and documentation. Techniques to test the validity of data was source triangulation. Researcher used data reduction, data presentation, as well as inference and verification as the data analysis techniques. The result of the research is the analysis of the main elements of the structure, top design, floor design, music accompaniment and the Islamic nuance which full of advice and prayer. The theme is related to life events in the kingdom. The dressing used is the character of a firm person of Antapura kingdom. Ladun dance is performed at the inauguration ceremony and marriage. The dance serves as an entertainment. The results of this research is expected to be implemented in the arts and culture grade X, semester I in high school, so that students better understand the existence of traditional dance in Natuna Regency, Riau Islands Province. presentation structure, Ladun dance, the art of Mendu Penggal Raja

  Keywords: Muda.

  

PENDAHULUAN Dalam hal ini yang menjadi pokok

  Kabupaten Natuna adalah salah satu bahasan peneliti adalah mengangkat kabupaten di Provinsi Kepulauan Riau. budaya etnis Melayu khususnya tari Etnis Melayu merupakan mayoritas tradisi. Tarian yang dimiliki suku Melayu masyarakat di Kabupaten Natuna. Etnis Natuna mempunyai keunikan dalam Melayu di Natuna lebih banyak hidup di setiap gerak dan selalu dinamis. Dari daerah pesisir yang berbatasan langsung berbagai tarian suku Melayu yang ada, dengan beberapa Negara tetangga seperti peneliti tertarik untuk meneliti tari Ladun Negara Vietnam, Negara Kamboja, dalam Seni Mendu Penggal Raja Muda Singapura dan Malaysia. Secara garis yang kini mulai dikembangkan kembali besar Kabupaten Natuna memiliki di Natuna Kepulauan Riau. sumber daya alam yang dikenal seperti Menurut Hilal Ranai April 2010 :xi tambang minyak dan gas serta wilayah menjelaskan bahwa Mendu merupakan pesisir yang merupakan sumber seni lakon tradisional yang tumbuh dan di Natuna yang sangat disukai oleh masyarakatnya di masa lalu. Saat ini kesenian Mendu mulai ditinggalkan, karena sangat jarangnya penyelenggaraan pementasan, sehingga generasi muda daerah ini hampir tidak kenal dengan kesenian mendu ini. Selain dari faktor di atas para pemain Mendu yang mahir dan ahli sudah berusia lanjut dan bahkan sudah meninggal, sedangkan para pemuda tempatan kurang tertarik dengan kesenian ini.

  Menurut Amirullah Ranai april tahun 2010 :x menjelaskan bahwa Mendu merupakan teater tradisional yang pernah menjadi hiburan mengasikkan bagi masyarakat Melayu Natuna sebelum televisi dan film merambah ke pelosok- pelosok Kepulauan Natuna. Kini masa ke masa Mendu ini telah berlalu, teater tradisional Mendu hampir punah, didesak oleh media hiburan televisi dan film.

  Pertunjukan Mendu dahulu dimainkan pada malam hari pukul 21.00 WIB dan biasanya diadakan sampai semalam suntuk, untuk sekarang Tari Ladun dalam Seni Mendu Penggal Raja

  Muda ini ditampilkan tergantung pada

  permintaan. Pertunjukan ini dipentaskan di tanah lapang dengan dibangunkan panggung. Pertunjukan mendu dulunya berkembang di Desa Tanjung Pala khususnya Kecamatan Pulau Laut Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau. Namun, seiring perkembangan zaman dan waktu tarian ini sempat pudar karena penerus pemain dan penari sudah tutup usia. Sehingga pertunjukan mendu jarang sekali dibawakan dalam berbagai acara. Seniman Mendu membawa dan mengenalkan tarian ini kepada anak didik maupun rekan-rekan yang ingin ikut serta bergabung dalam berkarya dan mencoba mempelajari tari mendu, dan akhirnya membuat tarian ini dikenal kalangan masyarakat Natuna dan sekitarnya.

  Dalam Seni Mendu terdapat

  berladun atau biasanya juga disebut

  dengan tari Ladun. Tari Ladun adalah tari penari 14 orang sedangkan sekarang ditarikan minimal 10 orang tergantung pada permintaan, 2 orang yang berada di tengah-tengah menyanyi sebagai kepala Ladun setelah itu yang lainnya mengikuti syair tersebut yang berawal dengan kata “Bismillah”. Properti utama dalam tari Ladun ini menggunakan kipas. Keunikan dalam tari Ladun ini adalah diantara 10 penari terdapat 2 orang penari yang menonjol gerakannya dan 8 peserta tari ladun mereka hanya duduk sambil mengibas kipas.

  Tari Ladun dalam Seni Mendu pada masyarakat Natuna berfungsi sebagai tari hiburan. Tema yang digunakan dalam pertunjukan Seni Mendu di Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau adalah cerita Penggal Raja Muda.

  Pada pertunjukan tari Ladun, dari sajian tampilannya memiliki tiga bagian gerak yaitu yang pertama diawali dengan gerak pembuka yang berarti penari masuk panggung dengan berurutan nomor satu dua dan seterusnya, dan pada gerak isi yaitu juga disebut dengan gerak tengah yang berarti penari sudah siap dengan posisi masing-masing dan tari Ladun dalam Seni Mendu siap untuk dimulai. Yang terakhir yaitu gerak penutup yang berarti penari telah selesai menari dan melakukan gerakan pengulangan melingkar dan siap untuk keluar dari panggung.

  Yang kedua, gerak isi juga disebut gerak tengah yaitu penari atau juga disebut peserta ladun mulai berdiri dan berjalan mengambil posisi lingkaran, setelah itu dua orang penari di tengah yang disebut kepala Ladun masuk ke posisi lingkaran dengan berjalan sambil mengibas kipas serta bernyanyi mengikuti syair tari Ladun.

  Seiring perkembangan zaman, tarian ini sempat mengalami kepunahan, namun tarian ini telah diangkat dan dikembangkan kembali oleh Raja Hamzah Yunus. Tarian ini telah disederhanakan oleh beliau untuk dipelajari oleh anak muda dan masyarakat yang ingin mempelajari tarian ini.

  Tari Ladun diiringi dengan alat musik yaitu biola, gendang panjang, tawak (gung), gendang beduk dan belik (kaleng). Untuk memulai tarian dalam pertunjukan diawali dengan nyanyian ladun. Lirik dalam nyanyian ladun yaitu “Dengan nama bismilah 2x, sayang menanak nasi 2x, jikalau lah termentah, ya illahi jangan dikepalah jangan” perserta ladun menjawab “Heeeeeeeeeeeeeeeeeeee”

  Menurut Hartong (dalam Soedarsono, 1992:81) tari adalah gerak- gerak yang diberi bentuk dan ritmis dari badan di dalam ruang keteraturan bentuk gerak tubuh yang ritmis didalam suatu ruang. Namun bentuk tari disini mengarah pada bidang visual sehingga dalam perwujudannya tari adalah bentuk yang ditampakkan oleh tubuh penari.

  Menurut Jazuli (1994:4) Seni pertunjukan dapat dimengerti sebagai padanan dari kata performing arts, yaitu suatu bentuk seni tontonan yang cara penampilannya didukung oleh perlengkapan seperlunya, berlaku dalam waktu tertentu dan lingkungan tertentu.

  Menurut Suanda dan Sumaryono (2006:86) dalam tari, untuk mengenali batas bagian agaklah sulit karena tarian tersebut berjalan dari awal hingga akhir. Ada kesamaan konsep yang cukup umum, tari dibagi tiga bagian, yakni

  awal-tengah-akhir, atau pengantar-isi- kesimpulan, pengalaman-konflik- penyelesaian.

  Menurut Djelantik (1999:73)” penyajian yaitu bagaimana kesenian itu disungguhkan kepada yang menyaksikannya, penoton, para pengamat, pembaca, pendengar dan kalayak ramai”.

  Menurut Soedarsono (1978:21-36) elemen-elemen pokok dalam komposisi tari yaitu: gerak tari, desain lantai, desain dramatik, dinamika, koreografi tema, tata rias dan kostum, properti dan tempat petunjukan. Seni tidak dapat terlepas dari unsur pendukungnya yang memiliki hubungan timbal balik sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh.

  Menurut Sudarsono (1992:39-40) Gerak terpola, yakni gerak yang memiliki terpola baik bentuk, teknik, dan ritmenya. Gerak semacam ini biasanya dalam tari tersebut ragam, motif, atau kalimat.

  Menurut Sudarsono (1992:42-43) Gerak maknawi, adalah gerak yang memiliki makna atau gerak yang mengandung arti. Dalam jenis ini, gerakan sorang penari di atas panggung merupakan gerak yang menggambarkan atau bahkan menyimbolkan sesuatu yang ingin disampaikan kepada penonton.

  Menurut Sudarsono (1992 : 53-58) dalam penggarapan tari apa saja dapat menjadi tema dari kejadian sehari-hari pengalaman hidup yang sangat sederhanacerita rakyat dan banyak hal lainnya. Namun demikian tema haruslah merupakan suatu yang laazim bagi semua orang, karena tujuan dari seni adalah komunikasi antara koreografer lewat penari dengan penontonnya.

  Musik sebagai iringan tari merupakan musik tertentu yang befungsi sebagai penumpu gerak dan sebagai memberi tekanan terhadap gerakan. Musik iringan tari juga dapat terpisah dari gerakan penari, sebab gerakan tubuh penari bisa jadi dapat mengeluarkan sumber bunyi tertentu, seperti tepukan tangan, tepukan dada, hentakan kaki, teriakan, atau instrumen tertentu yang dipegang atau dikaitkan pada anggota badan penari. Musik sebagai iringan bersifat teknis terhadap gerakan (Hidajat, 2005 :54)

  Tata rias dalam sebuah pertunjukan tari bukan hanya untuk mempercantik seorang penari akan tetapi mampu memberikan sebuah wacana karakter dari merupakan sebagai penegas dan memberi aksen pada wajah seorang penari yang disesuaikan dengan konsep tujuan untuk menunjang tercapainya sebuah petunjukan. Sedangkan busana tari hendkanya tidak hanya digunakan sebagai penutup tubuh penari semata, akan teetapi sebagai pendukung sebuah desain yang melekat pada tubuh dalam bentuk wujud, warna, garis, kualitas, tekstur, dan dekorasinya yang terkandung dalam buana tari, yang diharapkan mampu membantu suatu keberhasilan dalam sebuah karya tari (Widaryanto, 2009 : 39- 40 ).

  Desain lantai atau floor design ialah garis

  • –garis dilantai yang dilalui oleh seorang penari atau garis-garis di lantai yang dibuat oleh formasi penari kelompok. Ada dua garis dasar pada lantai, yaitu garis lurus dan lenkung garis lurus apat dibuat ke depan, ke belakang, ke samping atau serong seangkan garis lengkung dapat dibuat lengkung ke depan, ke belakang, ke samping, dan serong. Dari dasar lengkung ini dapat pula dibuat desain lengkung ular, lingkran, angka delapan, dan juga spiral. Sudarsono (1992:42) garis lurus memberikan kesan sederhna sedangkan garis lengkung memberikan kesan lembut,tetapi juga lemah.

  Desain yang berada diatas lantai yang terlihat oleh penonton, yang tampak terlukis pada ruang yang berada di atas lantai. Desain ini dilihat dari satu arah penonton saja yaitu dari depan. Ada 19 desain atas yang masing-masing memiliki sentuhan emosional terhadap penonton, selain menimbulkan kesan artistik yang menyenangkan juga memberikan sentuhan emosional yang khas yaitu datar, dalam, horisontal, kontras, murni, statis, lurus, lengkung,bersudut, spiral, tinggi, medium, rendah, terlukis, lanjutan,tertunda, simetris, asimetris (Sudarsono, 1992 : 43-46)

  Ada dua jenis desain dramatik, kerucut berganda. Desain yang berbentuk kerucut tunggal dipakai sebagai drama dan teori. Desain ini bisa diibaratkan seorang yang sedang mendaki gunung dan turun gunung (Sudarsono, 1992 : 47-48)

  Menurut Sudarsono (1992 :49-50) dinamika adalah suatu kekuatan dalam yang menyebabkan gerak menjadi hidup dan menarik. Kekuatan dalam dari gerak lebih banyak terdapat pada bagian atas maka dari itu tercapai sebuah tari-tarian barat yang lebih mengutamakan gerak pada tunggal.

  Menurut Sudarsono (1992:51-52) Desain kelompok ini bisa digarap dengan menggunakan desain lantai, desain atas, atau desai musik sebgai dasarnya, atau dapat pula didasari oleh ktiga-tiganya. Desain lantai digunakan sebagai dasar dari desain kelompok dapat merupakan desain lantai yang tidak bergerak dan dapat pula yang bergerak.

  Suanda dan Sumaryono (2006:173) menjelaskan tempat petunjukan tari ada bermacam-macam :

  Panggung Arena, tempat penontonnya berada di tiga sisi, yaitu depan, sisi kanan, dan kiri. Panggung Proscnium yaitu panggung yang dapat disaksikan dari arah depan saja. Panggung Tertutup ialah seluruh gedung (termasuk tempat penontonnya) memang tertutup, berdinding dan beratap. Panggung Terbuka umumnya berbentuk arena, jarang yang berbentuk prosenium. Lapangan dan jalanan dimaksudkan adalah tempat tersebut tidak dibangun panggung, melainnkan mereka bermain di atas tanah atau rumput.

  Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti tentang Struktur Penyajian tari Ladun dalam Seni Medu

  Penggal Raja Muda Kabupeten Natuna

  Provinsi Kepulauan Riau di karenakan ingin mengetahui serta unsur pendukung gerak yang ada pada tarian tersebut. Tari Ladun merupakan kesenian asli dari memiliki tanggung jawab untuk melestarikannya. Selain itu peneliti juga ingin tari Ladun dapat dipelajari oleh anak-anak sekolah di daerah setempat dan agar dapat dilestarikan lagi. Keunikan dalam gerak yang ditampilkan pada tari Ladun, gerak unik tersebut terdapat pada gerak isi. Dimana penari hanya dua orang saja yang menarikan di tengah-tengah yaitu yang disebut kepala Ladun

  Hasil penelitian diharapkan dapat diimplementasikan pada mata pelajaraan seni budaya tingkat SMP kelas VIII dalam penerapan kurukulum 2013 yang terdapat dalam kompotensi inti. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseftual, dan prosedural) berdasaran cara ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata. Dengan kompetensi dasar memahami gerak tari berdasarkan unsur ruang waktu dan tenaga.

  Dengan demikian, penelitian ini menjadi sangat relevan untuk menjaga eksistensi seni tari Ladun dalam Seni Mendu yang ada di Natuna Kepulauan Riau melalui proses pembelajaran dalam dunia pendidikan. Penelitian ini diharapkan mempengaruhi perkembangan tari-tari tradisi agar kembali aktif di Natuna Kepulauan Riau salah satunya tari Ladun. Hal ini agar tari ini juga tidak hanya dikenal di kalangan masyarakat Natuna Provinsi Kepulauan Riau tetapi juga di kalangan Mahasiswa Prodi Pendidikan Seni Tari dan Musik Untan dan masyarakat khususnya Kota Pontianak Kalimantan Barat.

  Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang menggambarkan dengan apa adanya tentang data yang ada di lapangan pada saat penelitian ini dilakukan, peneliti menggunakan metode ini karena peneliti mengumpulkan data dan hasilnya dianalisis yang kemudian

  Menurut Ratna (2010:335) penelitian deskriptif merupakan metode yang sangat umum dan dengan sendirinya dapat digunakan dalam memecahkan berbagai masalah ilmu pengetahuan. Metode deskriptif dianggap semata-mata menguraikan objek kemudian membiarkannya sedemikian rupa tanpa memberikan kritik, analisis, dan penilaian dan sebagaimana dikehendaki dalam rangka memperoleh objektivitas. Menurut Nawawi (2012:18) penelitian deskriptif merupakan prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subjek/objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tanpak atau sebagaimana adanya.

  Menurut Strauss dan Corbin (dalam Sujarweni, 2014:6) yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai (diperoleh) dengan menggunakan prosedur- prosedur statistik atau cara- cara lain dari kuantifikasi (pengukuran) yang sederhana digunakan dalam sebuah penelitian, dengan tujuan untuk mempertegas berbagai macam data tertentu, atau menguatkan interpretasi- interpretasi melalui sampel data yang berupa angka-angka. Sedangkan dalam penjelasan Bogdan dan Taylor (dalam Sujarweni, 2014:6) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelititan yang menghasilkan data desktiptif berupa ucapan atau tulisan dan prilaku orang-orang yang diamati. desktiptif penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, pristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang. penelitian deskriptif memusatkan perhatian kepada masalah-masalah actual sebagaimana adanya pada saat penelitian berlangsung.

METODE PENELITIAN

  Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan koreografi, secara etimologis koreografi

  graphos

  ‘catatan’. Koreografi adalah proses penyeleksian dan pembentukan gerak ke dalam sebuh tarian dan perencanaan gerak untuk memnuhi tujuan khusus. Dalam proses koreografi termasuk dalam proses pengembangan kreatifitas. Gejala dasar merasakan dan membuat tari sampai selesai. Seorang pencipta dari dalam menuangkan ide yang ada didalam pikirannya dapat terwujud dengan terbentuknya suatu proses garap.

  Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Bungguran Timur Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau khususnya di Kelurahan Bandarsah (Ranai).

  Sumber data dari penelitian ini adalah hasil dari wawancara dari para narasumber yang mengetahui tentang Tari Ladun serta pemain dalam Seni Mendu.

  Teknik observasi langsung atau pengamatan langsung maksudnya adalah peneliti terjun langsung ke lapangan pada tanggal 19 Agusuts 2017 untuk melihat acara Seni Mendu walaupun sangat sulit untuk ditemukan lagi peneliti mendapatkan informasi melalui orang tua peneliti yang berada di kampung dan peneliti langsung menuju kediaman Bapak Asrul Ali untuk mewawancarai tentang tari Ladun yang ada dalam Seni Mendu.

  Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah peneliti. Kegunaanya sebagai alat utama dalam mengumpulkan data.

  Langkah-langkahnya yaitu mendatangi narasumber dan mencari info selengkap-lengkapnya terkait Tari Ladun dalam Seni Mendu. Selanjutnya peneliti melihat sesuatu yang semestinya diteliti dan mengetahui hal yang berkaitan dengan Tari Ladun dalam Seni Mendu

  Penggal Raja Muda Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau.

  Menetapkan narasumber yang akan diwawancara, menyiakan pertanyaan- narasumber dengan pertanyaan yang sama. Semua pertanyaan berhubungan dengan Struktur Penyajian Tari ladun dalam Seni Mendu, menyiapkan pokok- pokok masalah yang akan menjadi bahan perbincangan.

  Langkah-langkahnya pneliti merekam suara ketika mewawancarai narasumber, mengambil gambar atau foto-foto, dan vidio yang berhubungan dengan Tari Ladun.

  Peneliti menulis hasil observasi dan wawancara yang dilakukan dengan narasumber. Fungsinya agar dapat memudahkan peneliti dalam proses pengolahan data.

  Teknik dalam menguji keabsahan data menggunakan uji credibilitiy (validilitas internal) atau uji kepercayaan terhadap hasil penelitian. Menurut Sugiyono (2014:121) triangulasi sumber berarti, untuk mendapatkan dari berbagai sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama. Tujuan peneliti dalam melakukan triangulasi dalam pengujian kreabilitas ini sebagai pengecekan data dari berbagai cara, dan berbagai waktu.

  Menurut Sugiyono (2014:87-88) dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi), dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh.

  Data yang diperoleh ditulis dalam bentuk laporan atau data yang terperinci. Laporan yang disusun berdasarkan data yang diperoleh direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting.

  Dari pengamatan yang dilakukan, peneliti mencoba merangkum data-data yang diperoleh berupa sejarah tari, fungsi, gerak, dan unsur-unsur pendukung tari seperti tata rias, tata busana, musik pengiring, tema, properti, desain atas, dan desain lantai. Kemudian peneliti memilih hal-hal yang pokok dan difokuskan pada gerak dan unsur-unsur Data yang diperoleh dikategorisasikan menurut pokok permasalahan dan dibuat dalam bentuk matriks sehingga memudahkan peneliti untuk melihat pola-pola hubungan satu data dengan data lainnya. Adapun data yang diperoleh secara menyeluruh mengenai struktur penyajian tari Ladun dalam Seni Mendu. Kemudian peneliti mencari kaitan yang satu dengan yang lain dan disusun secara berurutan berdasarkan gerak dan unsur-unsur pendukungnya berupa tata rias, tata busana, musik pengiring, tema, properti, desain atas dan desain lantai pada tari Ladun dalam Seni Mendu.

  Kegiatan penyimpulan merupakan langkah lebih lanjut dari kegiatan reduksi dan penyajian data. Data yang sudah direduksi dan disajikan secara sistemantis dan akan disimpulkan sementara. Kesimpulan yang diperoleh pada tahap awal biasanya kurang jelas, tetapi pada tahap-tahap selanjutnya akan semakin tegas dan memiliki dasar yang kuat.

  Tari Ladun dalam Seni Mendu merupakan sebuah sajian tari yang ditarikan secara berkelompok oleh beberapa orang dari awal sampai akhir secara kompak dan harmonis. Tari Ladun itu sendiri tidak hanya ditarikan tiga atau lima orang saja yang menarikannya, tetapi tari Ladun ini jika ingin menarikannya minimal dengan jumlah enam sampai delapan penari dengan penari yang berjumlah genap karna tarian ini berpasangan.

  Tari ini awalnya ditarikan oleh para bapak-bapak yang sudah lanjut usia saja sejak tahun 1977an. Seiring perkembangan zaman tarian ini sudah mulai ditarikan oleh anak-anak atau para remaja. Dapat dikatakan karena tarian ini sangat menarik karena memiliki ciri khas tersendiri dalam struktur penyajian baik itu dari segi gerak, musik, kostum,serta syair yang terkandung dalam musiknya.

  Tari Ladun merupakan garapan tari yang mengembangkan tari ini dari sebuah cerita kerajaan (Negeri atau Dewa Mendu) Antapura. Menurut Aspiro (52), tempat asal terbentuknya tari Ladun ini di Natuna Provinsi Kepulauan Riau tentang Hikayat Dewa Mendu yang menceritakan kehidupan mereka di negeri kayangan, Baginda mempunyai dua putra yang tua bernama Dewa Mendu, dan yang bungsu bernama Angkaran Dewa Merak adalah kakak adik yang rukun, selalu bersama setiap kesempatan tak mau pisah walupun selangkah.

  Karena terlalu lama tidak ada kabar beritanya adik Dewa Mendu yakni Angkaran Dewa minta izin ke ayahnya untuk menyusul kakaknya ke bumi, dan sampai dibumi karena sudah lama tidak berjumpa mereka sempat berkelahi namun karena untuk mendapatkan kekuatan dan kesaktian mereka masing- masing membangkitkan asal mereka sehingga mereka saling mengenali.

  Berdasarkan hasil dari wawancara mengenai tari Ladun dalam Seni Mendu bersama Fisabillillah, M. Pd. I (47) beliau mengatakan, “ Tari Ladun dalam Seni Mendu diciptakan oleh Almarhum B.M. Syamsudin (1987), mengatakan bahwa mendu yang berkembang di daerah Bunguran Berasal dari Wayang Parsi yang berkembang di Pulau Penang sekitar tahun 1780-1880. Dahulu mendu hanya dimainkan oleh kaum laki-laki, namun sekarang mulai tahun 70-an, tidak hanya milik laki-laki semata tetapi perempuan juga ikut ambil bagian dalam pementasan mendu.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

  Dalam bermain Mendu Dialognya disampaikan dengan nyanyian dan tarian. Nama-nama lagu yang dinyanyikan adalah : Numu Satu, Lemak Lamun, Lakau, Catuk, Air Mawar, Jalan Kunon, Ilang Wayat, Perang, Beremas dan masih banyak yang lain. Sedangkan tarian Ladun, Numo Satu, Lemak Lamun, Ilang Wayat dan gerakan dalam tari

  Ladun yaitu hanya ada tiga gerak yang

  pertama masuk, kedua berladun, ketiga penutup. Dari ke tiga gerakan tersebut memiliki ciri khas dari karakter sesuai dengan lakon atau tema alur cerita.

  Fungsi tari Ladun dalam Seni Mendu sejak awal dikenal hingga saat ini ialah untuk hiburan masyarakat. Tari Ladun biasanya ditarikan dalam acara seperti pernikahan, peresmian gedung, tergantung pada permintaan dan lain- lainnya.

  Gerak Tari

  Dalam tari, pemahaman gerak adalah dasar ekspresi, oleh sebab itu gerak diartikan sebagai ekspresi dari semua pengalaman emosional yang diekspresikan lewat gerakan seluruh tubuh. Gerak yang ritmis adalah gerak yang sesuai dengan sesuai dengan ritme dan tempo dalam sebuah iringan gerakan hadir dari tubuh manusia untuk menterjemahkan maksud-maksud yang terkandung dalam hati. Dalam penciptaan tari, gerak yang digunakan dalam tarian adalah gerak stillisasi. Menurut Sudarsono (1992:39-40) Gerak terpola, yakni gerak yang memiliki terpola baik bentuk, teknik, dan ritmenya. Gerak semacam ini biasanya dalam tari tersebut ragam, motif, atau kalimat. Berdasarkan pada kualitas gerak, makna dapat dibedakan atas kualias yang bergetar, mengayun, patah-patah, atau mengalun.

  Adanya penggarapan dan pengolahan gerak memunculkan dua jenis gerak yaitu, gerak maknawi dan gerak murni. Gerak maknawi yang terdapat pada tari Ladun yaitu gerak awal masuk panggung, gerak tengah (isi), gerak keluar panggung (penutup). Selain gerak maknawi, tari Ladun terdapat gerak murni, yaitu gerak ukel sambil memainkan kipas memutar dari depan ke belakang. Dalam gerak ini yang didahulukan adalah faktor keindahan tari. Dalam bentuk penyajiannya, tari Ladun yang membutuhkan kekompakan, kebersamaan dan dibutuhkan kerja sama antara satu orang dan yang lainnya. Dalam Struktur Penyajian, tari Ladun yang dipertunjukkan pada acara hiburan dan peresmian gedung serta acara pernikahan, yang beranggotakan enam sampai delapan orang tergantung pada permintaan dan hanya ditarikan satu kelompok saja. Desain lantai yang digunakan dalam gerak tari Ladun pada pertunjukan saat ini adalah garis lurus ke belakang dua barisan saling berpasangan pada gerak awal (masuk panggung) pada garis lurus pada gerak ungkel dan mengipas kipas, desain lantai vertikal bentuk lurus kebelakang pada gerak sejajar berhadapan. Selain itu, desain atas diantaranya desain statis, bersudut, rendah, simetris dan asimetris.

  Berdasarkan struktur penyajian susunan gerak tari Ladun terdiri dari tiga bagian yaitu awal, tengah (isi), dan akhir. Gerak yang digunakan pada gerak awal adalah gerak masuk panggung, dengan dua penari yang pertama masuk panggung dan yang lainya mengikuti dari belakang dengan keluar satu persatu dari pintu keluar dengan secara berpasangan. Penari yang berada di posisi paling depan, tetap menggerakkan kipas yang sama gerakannya dengan penari yang berada di posisi belakang, namun arah pandang mereka tetap di depan, karena dua penari tersebut sedang memegang properti, dan fokus pandangan ke depan.

  Gerak tengah (isi) pada tari Ladun menggunakan tiga ragam gerak yangterdiri dari gerak hormat, berladun, melingkar berlawanan arah jarum jam. Gerakan tengah (isi) dimulai ketika penari atau peserta tari Ladun dalam posisi duduk berlutut dan ditandai dengan penyambungan musik yang sebelumnya berhenti sejenak. Selanjutnya ketika instrumen biola kembali dimainkan, barulah gerak berladun dimulai dan dilanjutkan dengan gerak isi berikutnya. Gerak penutup (keluar panggung), yang dilalui oleh seorang penari atau gerak ini menggunakan gerakan berladun garia-garis dilantai yang dibuat oleh dengan beberapa kali pengulangan. formasi penari kelompok. Secara garis Berikut penjelasan gerak awal, tengah garis besar ada dua pola garis dasar pada (isi), dan akhir pada tari Ladun . lantai yaitu garis lurus dan garis lengkung.

  Desain Lantai

  Berikut keterangan desain lantai Soedarsono Menyatakan (1978:23) pada Tari Ladun dalam Seni Mendu dari desain lantai atau floor design merupakan gerak awal, tengah, hingga penutup.

  Garis-garis dilantai yang dilalui oleh seorang penari atau garis

  • –garis dilantai Keterangan :

  : Penari : Arah penari : Lintasan penari 1. Desain lantai gerak awal

  7

  8

  6

  5

  3

  4

  2

  1 2.

  Desain lantai gerak isi

  5

  6

  4

  3

  8

  7

  2

  1

3. Desain lantai gerak penutup

  memberikan kesan teratur yang menimbulkan kesan-kesan lebih banyak yang sesuai dengan penggarapan desain lantainya yaitu desain atas dan desain musiknya. Menurut Sudarsono (1992:51-52) Desain kelompok ini bisa digarap dengan menggunakan desain lantai, desain atas, atau desai musik sebgai dasarnya, atau dapat pula didasari oleh ktiga-tiganya. Ada lima bentuk desain kelompok, yaitu unison, atau serempak, balanced, atau berimbang,

  1

  6

  2

  5

  3

  4

   Musik Iringan Tari

  Musik sebagai iringan tari merupakan musik tertentu yang befungsi sebagai penumpu gerak dan sebagai memberi tekanan terhadap gerakan. Musik iringan tari juga dapat terpisah dari gerakan penari, sebab gerakan tubuh penari bisa jadi dapat mengeluarkan sumber bunyi tertentu, seperti tepukan tangan, tepukan dada, hentakan kaki, teriakan, atau instrumen tertentu yang dipegang atau dikaitkan pada anggota badan penari. Musik sebagai iringan bersifat teknis terhadap gerakan (Hidajat, 2005 :54)

  Komposisi kelompok memerlukan satu desain yaitu desain kelompok. Desain kelompok ini dapat digarap dengan menggunakan dengan desain lantai, desain atas, atau desain musik sebagai dasarnya, atau dapat pula oleh ketiga-tiganya. Komposisi kelompok pada tari Ladun dalam Seni Mendu menggunakan desain unison atau serempak dan desain alternate atau selang-seling. Dimaksud dengan desain

  Komposisi kelompok

  Untuk alat musik yang ketiga yaitu tawak atau juga disebut gong, dalam tari Ladun ini hanya menggunakan satu gong cara membunyikan gong yaitu dengan cara dipukul dengan alat pemukul kayu yang ujungnya dilapisi dengan kain yang membentuk bulat.

  Dan alat musik yang kedua yaitu beduk panjang, alat musik ini dimainkan dengan cara ditabuh pada bagian atasnya yang menonjol atau yang sering disebut kayu yang dipotong pendek panjang 30 cm dengan diameter berukuran 5 cm dan atasnya ditutup dengan kulit sapi yang sudah kering lalu diikat di sekelilingnya.

  Alat musik yang digunakan dalam tari Ladun adalah Biola, beduk pajang, tawak atau gong, serta juga ditambahkan dengan syair berupa nyanyian. Cara membunyikan Biola yaitu dengan cara di gesek dengan alat yang disebut dengan bou, sedangkan memainkan beduk panjang dengan cara dipukul dengan telapak tangan, dan yang terakhir cara memainkan gong (tawak) dengan cara dipkul dengan stik.

  Iringan musik pada tari bukan hanya sekedar iringan semata, tetapi musik adalah pasangan tari yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya. Sama halnya tarian pada tari Ladun dengan musik tari Ladun.

  unison atau serempak yaitu desain yang selang-seling atau canon dan bergantian.Untuk deskripsi geraknya yaitu: Gerak melingkar yang menggunakan desain unison atau serempak, dengan posisi penari badan berdiri tegak kaki kanan dan kiri penari melangkah dengan satu persatu dan sambil mengikuti langkah penari yang lainnya, posisi arah pandangan penari mengarah kearah putaran dimana penari berjalan sambil mengibas kipas, tangan kiri di pinggang, sedangkan tangan kanan memegang kipas, posisi kipas di dada tapi tidak meyentuh. posisi torso mengarah ke samping, depan, belakang tergantung pada bentuk lingkaran pada penari dengan level sedang, tangan kanan lengan atas hadap belakang level rendah, lengan bawah hadap depan level tinggi, sampai pengulangan gerak melingkar sebanyak 4 kali putaran. Untuk musik yang digunakan pada gerak melingkar tari Ladun dalam Seni Mendu

  Penggal Raja Muda ini yaitu musik yang

  diiringi dengan alat musik biola yang berirama merdu.

  Sedangkan desain alternate atau selang-seling yaitu desain yang menggunakan pola selang-seling pada desain lantai, dan desain musik. Setiap desain lantai baik yang lurus, lengkung, lingkaran maupun zig- zag.

  Tema

  Tema adalah ide atau gagasan yang ingin disampaikan kepada penonton, tema yang terdapat pada Tari Ladun dalam Seni Mendu Penggal Raja Muda ini adalah menceritakan tentang Si Gajah

  Putih yaitu Tuan Putri dari Sri Mahraja

  Langkadura yang disihir oleh suruhan dari Sri Raja Laksemalik. Jika dilihat dari sejarah terbentuknya tari Ladun ini, tari Ladunmerupakan tari hiburan yang bersifat menghibur penonton atau sebagai pengisi acara dalam sebuah pertunjukan, peresmian gedung tergantung pada permintaan. Tema yang terdapat dalam Seni Mendu Penggal

  Raja Muda ini yatu tentang gajah putih

  dari negeri kerajaan Antapura yang di sihir oleh suruhan Sri mahraja laksmalik dari Negeri kerajaan Antasina. Menurut Sudarsono (1992 : 53-58) dalam penggarapan tari apa saja dapat menjadi tema dari kejadian sehari-hari pengalaman hidup yang sangat sederhanacerita rakyat dan banyak hal lainnya.

  Rias dan Busana

  Tata rias yang digunakan dalam tari Ladun adalah tata rias karakter. Untuk tata busana yang digunakan adalah tata busana simbolis pertunjukan. Tata rias merupakan bagian yang berkaitan dengan pengungkapan tema atau isi cerita, maka tata rias merupakan salah satu aspek visual yang mampu menuntun interpertasi penonton pada objek estetik yang disajikan atau suatu yang ditarikan.

  Tata rias sebagai salah satu upaya untuk memberikan ketegasan atau kejelasan dari anatomi wajah, karena sajian tari pada umumnya disaksikan oleh penonton dengan jarak yang cukup jauh, yaitu antara 5 sampai 7 meter.

  ( Hidajat, 2005 : 61) Penjelasan tata rias dan busana tari

  Ladun sebagai berikut:

  Tata Rias

  Tata rias yang digunakan pada zaman dahulu memang sudah menggunakan rias atau alat make up. Pada penampilan Tari Ladun ini, menurut Asrul Ali menggunakan alat make up yaitu bedak tabur dan hitaman dari bawah kuali. Sedangkan sekarang make up masih seperti zaman dahulu tapi sudah cangih menggunakan hitaman dari pensil alis untuk membuat kumis dan brewok di pipi kiri dan kanan agar terkesan tegas. Tata rias yang digunakan dalam tari Ladun adalah tata rias yang tegas, yang berfungsi mempertegas garis-garis wajah seorang pemeran, dimana dalam tarian tersebut agar wajah sang penari tidak dikenal aslinya dan sekaligus mempertajam ekspresi dari karakter

  Tata busana

  Tata busana yang digunakan pada tari Ladun adalah karakter yang memiliki simbol-simbol khusus untuk suatu pertunjukan yang berbeda dari busana keseharian. Busana yang digunakan merupakan pakaian khas dari Seni Mendu.

  Tata busana yang digunakan dalam tari Ladun ini yaitu penari menggunakan baju putih lengan panjang dan celana hitam panjang, untuk selempangnya berwarna merah,dengan motip terdapat Sisi samping rendah warna kuning dengan motif tengah di bentuk menggunakan payet warna kuning ukuran P (100cm) x L (10cm) berjumlah 20 buah. Sedangkan mahkotanya juga berwarna merah dengan motif di bentuk dengan payet jumlah 4 buah, sisi pinggir rendah warna kuning rumbay (kerajaan antapura) sisi pinggir rendah warna merah rumbay (kerajaan antacina) bintang warna kuning jumlah 4 pasang / 8 buah (kerajaan antapura) Jumlah 4 pasang / 8 buah(kerajaan antasina ).

  Properti Tari

  Properti adalah suatu alat yang digunakan dalam penari. Fisabillillah mengungkapkan (dalam wawancara 26 agustus 2017), pukul 10.17 WIB, properti yang digunakan pada tari Ladun adalah, kipas. Jenis properti ini bersifat sebagai aksesoris, karena kipas yang digunakan pada tari Ladun tidak mempunyai makna sebagai apa penggunaan properti tersebut.

  Tempat pertunjukan

  Tempat pertunjukan yang digunakan pada tari Ladun ini adalah panggung terbuka yang tergolong panggung berbentuk arena dan ditanah lapang. Dikatakan panggung arena karena tempat penontonya berada di tiga sisi yaitu depan, sisi kanan dan sisi kiri, sedangkan disebut dengan tanah lapang karena penonton bebas untuk berada dimanapun untuk meyaksikan dan Sumaryono (2006:173) menjelaskan tempat petunjukan tari ada bermacam- macam : Panggung Arena, tempat penontonnya berada di tiga sisi, yaitu depan, sisi kanan, dan kiri. Panggung Proscnium yaitu panggung yang dapat disaksikan dari arah depan saja. Panggung Tertutup ialah seluruh gedung (termasuk tempat penontonnya) memang tertutup, berdinding dan beratap. Panggung Terbuka umumnya berbentuk arena, jarang yang berbentuk prosenium. Lapangan dan jalanan dimaksudkan adalah tempat tersebut tidak dibangun panggung, melainnkan mereka bermain di atas tanah atau rumput.

  SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

  Berdasarkan analisis data, peneliti dapat menyimpulkan bahwa struktur penyajian tari Ladun dalam Seni Mendu merupakan sususan satuan kesatuan satu penyajian atau penampilan yang memiliki tiga bagian yang penting terdapat dalam stuktur penyajian yaitu bagian pembuka, gerak isi, penutup. Meliputi elemen-elemen pokok bentuk struktur penyajian seperti gerak tari, desain atas, desain lantai, musik iringan, tema, rias dan busana, dan tempat pertunjukan. Di dalam struktur penyajian tari dapat pendeskripsian ragam gerak

  Ladun seperti langkah masuk, dua

  disebut berladun, langkah tiga disebut penutup peneliti mendeskripsikan penelitian ini agar memudahkan pembaca dalam mempelajari tarian tersebut. Peneliti membakukan gerak tari Ladun dalam Seni Mendu yang dikembangkan oleh Bapak Fisabillillah, M. Pd. I (47 tahun). Tari Ladun dalam Seni Mendu merupakan tari kelompok yang ada di Natuna yang dapat ditarikan lebih dari 12 orang baik anak- anak sekolah menengah pertama maupun anak remaja. Tari

  Ladun dalam Seni Mendu pada awalnya juga sebagai tari hiburan masyarakat.

  Tari Ladun awalnya juga sebagai tarian pertunjukan, karna syair dari musik tarian jikaada kesalahan. Musik iringan berupa pembelajaran seni di sekolah tingkat musik Melayu dengan alat musik Biola, SMP, sesuai dengan kurikulum 2013 Ini gendang panjang, gong (tawak). Penari merupakan satu diantara cara untuk lebih menggunakan kostum khas dari lakon mengenalkan tari tradisi daerah setempat Mendu. Penari harus memiliki kepada masyarakat khususnya anak-anak konsentrasi tinggi karena gerak Ladun SMP agar lebih mencintai kebudayaan dalam Seni Mendu bergantung pada daerahnya, karena yang kita ketahui irama dari biola yang dilakukan oleh bersama bahwa kebudayaan luar lebih pemusik. Tari Ladun dalam Seni Mendu banyak dikenal dapat dijadikan alternatif sebagai

  DAFTAR RUJUKAN Saran Hidajat, Robby. 2005. Wawasan Seni Tari.

  Berdasarkan analisis data dan Malang: Jurusan Seni dan Desain simpulan yang dipaparkan di atas, Fakultas Sastra Universitas Negeri peneliti berkeinginan untuk

  Malang mendokumentasi tari Ladun dalam Seni Jazuli. 2014 Manajemen Seni Pertunjukan. Mendu yang merupakan salah satu Yogyakarta: Graha Ilmu kebudayaan kesenian di Kabupaten

  Nawawi, Hadari. 2012. Metode Penelitian Ntuna Provinsi Kepulauan Riau. Peneliti . Yogyakarta:

  Bintang Sosial

  berkeinginan memberikan saran kepada Gajahmada University Press pembaca agar tetap melestarikan dan

  Ratna, Nyoman Kutha. 2010. Metodologi menjaga kebudayaan daerah dengan

  Penelitian . Denpasar: Pustaka Pelajar

  mengapresiasi terutama dalam kesenian Soedarsono. 1978. Pengantar tari. Kurangnya tulisan-tulisan mengenai

  Pengetahuan dan Komposisi Tari .

  tari-tari yang ada di Kabupaten Natuna Yokyakarta: Akademi Seni Tari Kepulaun Riau membuat peneliti lain

  Indonesia yang meneliti sebuah tari tradisi dapat Sudarsono. 1992. Tari- Tarian Indonesia. mengambil manfaat dari penelitian ini. Jakarta: Proyek Pengembangan Penulisan ini dapat menambah referensi

  Medan Kebudayaan, Direktorat bagi dinas parawisata daerah setempat Jendral Kebudayaan, Departemen khususnya Kabupaten Natuna Provinsi Pendidikan dan Kebudayaan

  Kepulauan Riau juga menjadi referensi Sugiyono. 2014. Metode Penelitian bahan ajar untuk materi ajar untuk

  Pendidikan . Bandung: Alfabeta

  sekolah-sekolah khususnya mata Sugiyono. 2014 Memahami Peneliian pelajaran seni budaya dan keterampilan.

  Kualitatif . Bandung: Alfabeta

  Penelitian ini dapat dijadikan referensi Sumaryono dan Endo Suanda. 2006. Tari rujukan untuk materi ajar di sekolah- Tontonan . Jakarta: Pendidikan Seni sekolah khususnya materi pembelajaran

  Nusantara seni budaya dan keterampilan. Sujarweni, V. Wiratna. 2014. Metodologi merupakan satu diantara cara untuk lebih

  Penelitian. Yogyakarta: Pustakabaru

  mengenalkan tari tradisi daerah setempat Pres kepada masyarakat khususnya anak-anak

  SMP agar lebih mencintai kebudayaan daerahnya, karena yang kita ketahui bersama bahwa kebudayaan luar lebih banyak dikenal.