KAJIAN KRITIS FILSAFAT KURANG TERAMPILNY
KAJIAN KRITIS FILSAFAT
KURANG TERAMPILNYA PENDIDIK DALAM PENGUASAAN KELAS
Estheria Finaningtyas Siwi
[email protected]
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar – FKIP – UKSW
ABSTRAK
Pendidik merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik. Pendidik juga
sosok yang menjadi panutan bagi semua orang, terutama bagi peserta didiknya, ia
adalah tokoh sentral dalam pembentukkan karakter peserta didik di masa depan.
Pendidik juga harus bisa mengelola kelas dengan baik tidak hanya memberi
materi tetapi juga memperhatikan bagimana lingkungan didalam kelas. Kesulitan
mengelola kelas bukan hanya dirasakan oleh guru baru. Guru yang sudah
berpengalaman sekian tahun mengajar pun tak luput dari permasalahan ini.
Pengembangan profesi dalam mengajar lebih ditingkatkan dengan berbagai
aplikasi belajar misalnya belajar sambil bermain, belajar diluar kelas sehingga
guru dapat mengembangkan ide-idenya di saat mengajar dan siswa juga dapat
memahami dengan baik.
Keywords: Pendidik, inovasi, profesi
Pendahuluan
Latar Belakang
Menurut Yanuar (2015: 5) pendidik adalah sosok yang menjadi panutan
bagi semua orang, terutama bagi peserta didiknya, ia adalah tokoh sentral dalam
pembentukkan karakter peserta didik di masa depan. Pendidik merupakan
interaksi antara pendidik dengan peserta didik. Interaksi ini dapat dilakukan di
luar maupun didalam kelas untuk mencapai tujuan belajar yang baik. Tidak hanya
interaksi yang menyenangkan kepada peserta didik tetapi pendidik juga harus
memiliki keahlian, pengetahuan, dan inovasi baru. Peran sebagai pendidik lebih
besar karena sudah mampu menguasai berbagai ilmu-ilmu yang telah dipelajari
dan diharapkan mampu menuangkan ilmunya kedalam kehidupan untuk
mengatasi suatu masalah yang ada. Tertib di dalam kelas merupakan suatu
keberhasilan seorang pendidik, tidak hanya mentertibkan siswa pendidik harus
pandai menguasai kelas. Banyak tenaga pendidik yang sudah menempuh
pendidikan dengan standar pendidikan yang ditetapkan tetapi masih sedikit
pendidik yang lihai dalam penguasaan kelas. Setiap pembelajaran mempunyai
aspek tujuan yang ingin dicapai. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka
dibutuhkan kualitas pembelajaran yang baik. Salah satu aspek yang penting dalam
proses pembelajaran adalah pendidik. Pendidik mempunyai peran yang cukup
signifikan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di dalam kelas karena
pendidik menjadi fasilitator sekaligus pusat pembelajaran di dalam kelas.
Terkadang pendidik menyampaikan materi dengan metode ceramah,
sehingga membuat peserta didik bosan mengikuti proses pembelajaran. Siswa
menjadi tidak mendengarkan penjelasan dari pendidik atau sibuk berbicara dengan
temannya. Hal ini membuktikan bahwa pendidik kurang menguasai pembelajaran
di dalam kelas. Pendidik setidaknya harus memiliki keterampilan yang menunjang
dalam menciptakan suasana yang kondusif saat pembelajaran di dalam kelas.
Salah satunya adalah keterampilan dasar mengajar. Keterampilan dasar mengajar
merupakan sebuah pondasi bagi seorang pendidik agar dapat melaksanakaan
perannya di dalam kelas sehingga mampu menciptakan pembelajaran yang efektif
dan efisien.
Rumusan Masalah dan Tujuan
Dalam menjalankan proses pembelajaran di kelas, pendidik memainkan
peran yang sangat penting. Namun demikian, keberhasilan dalam menciptakan
suasana yang kondusif tergantung kualitas masing-masing dari pendidik. Artinya,
tidak semua pendidik dapat meciptakan suasana pembelajaran yang kondusif.
Pendidik merupakan profesi yang memerlukan keahlian khusus karena mengingat
tugas dan tanggung jawab yang begitu kompleks. Pendidik memiliki banyak
peranan. Salah satu dari sekian banyak peran seorang pendidik, salah satunya
adalah sebagai pusat pembelajaran di dalam kelas. Dalam salah satu tugasnya ini,
pendidik memiliki kewajiban mengelola pembelajaran yang baik. Pengelolaan
dapat berupa perencanaan dan pelaksanaan sekaligus evaluator agar tercipta
suasana pembelajaran yang kondusif. Tidak hanya mengelola dan melaksaan
pembelajaran di dalam kelas saja, namun pendidik mempunyai fungsi sebagai
fasilitator sekaligus motivator bagi peserta didiknya. Sebagai fasilitator, tugas
pendidik yang paling utama adalah memberi kemudahan kepada peserta didik
dengan pembelajaran yang terpadu.
Sebagai motivator, pendidik juga harus
mampu meningkatkan motivasi belajar kepada peserta didik agar kebih
bersemangat dalam proses pembelajaran. Menurut Dirjen Dikti (2002), ada 4
kompetensi yang harus dimiliki oleh pendidik. 4 kompetensi itu antara lain:
1. Penguasaan bidang studi, yang mencakup dua hal, yaitu penguasaan
disiplin ilmu dan penguasaan kurikulum.
2. Pemahaman tentang peserta didik, berkaitan dengan kemampuan guru
dalam memberikan materi sesuai kebutuhan siswa.
3. Penguasaan pembelajaran yang mendidik, yang tercermin dalam
merencanakan, melaksanakan, serta mengevaluasi dan memanfaatkan hasil
evaluasi pembelajaran secara dinamis untuk membentuk kompetensi
siswa.
4. Pengembangan kepribadian dan keprofesionalan, kemampuan guru dalam
mengelola kelas dan proses belajar mengajar di dalam kelas didukung dengan
penguasaan materi, strategi mengajar, dan penggunaan media pembelajaran.
Kualitas sumber daya manusia di Indonesia terkhususnya, tidak
terlepas dari kualitas pendidikan itu sendiri. Karena itu, upaya peningkatan
kualitas tidak hanya diarahakan dari standar kompetensi namun juga
berkaitan dengan standar tenaga pendidik. Berdasarkan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan;
1. Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai
agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional (pasal 28 ayat 1).
2. Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud pada ayat 1 adalah tingkat
pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang di
buktikan dengan ijazah dan atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai
ketentuan perundang-undangan yang berlaku (pasal 28 ayat 2).
3. Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah serta pendidikan anak usia dini (pasal 28 ayat 3).
4. Seseorang yang tidak memiliki ijazah dan atau sertifikat keahlian
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tetapi memiliki keahlian khusus yang
diakui dan diperlukan dapat diangkat menjadi pendidik setelah melewati
uji kelayakan dan kesetaraan (pasal 28 ayat 4).
5. Akademik dan Kompetensi sebagai subjek pembelajaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sampai dengan (4) dikembangkan oleh BSNP dan
ditetapkan dengan peraturan menteri (pasal 28 ayat 5).
Dengan
menelaah
pencapaian
tujuan
pembelajaran,
pendidik
dapat
mengetahui apakah proses belajar mengajar sudah cukup efisien dan efektif.
Dalam fungsinya sebagai sebagai pusat pembelajaran di dalam kelas, pendidik
seharusnya mampu menciptakan suasana yang kondusif. Namun, terkadang
metode yang digunakan oleh pendidik adalah metode yang salah. Selain karena
metode yang salah. Beberapa faktor lain mengapa pendidik gagal dalam
menguasai proses pembelajaran di dalam kelas antara lain; bahasa yang digunakan
pendidik sukar dipahami, pendidik kurang mampu dalam memotivasi peserta
didik, pendidik kurang menguasai materi, guru enggan membuat perencanaan
pembelajaran, dan masih banyak faktor eksternal lainnya seperti fasilitas sekolah
yang tidak memadai ataupun kurangnya kepedulian pendidik di dunia pendidikan.
Disiplin mengajar merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam proses
pembelajaran di dalam kelas. Pendidik dengan titel yang banyak atau teah
menempuh jenjang pendidikan yang tinggi belum berarti dapat dikatakan pendidik
tersebut mampu menguasai pembelajaran di dalam kelas. Kemahiran menguasai
pembelajaran di dalam sangat diperlukan oleh pendidik terutama bagi yang
mengajar wajib belajar. Ada dua hal yang mendasari teknik menguasai
pembelajaran di dalam kelas, yaitu ketegasan dan suara lantang. Tegas bukan
berarti harus galak dan ditakuti semua peserta didik, namun arti tegas di sini lebih
mengarah pada kemampuan seorang pendidik dalam menegakkan dan
kedisiplinan sehingga peserta didik enggan untuk melakukan sesuatu yang akan
mengganggu proses pembelajaran seperti ijin ke toilet. Terdengar sepele memang,
namun saat salah satu peserta ijin pergi ke toilet bukan karena hal yang mendesak,
maka hal tersebut akan menular ke peserta didik lainnya. Peserta didik yang
merasa bosan akan melakukan hal yang sama ketika melihat seorang pendidik
dengan mudahnya memberi ijin. Kedua, pendidik harus memiliki suara yang
lantang. Dapat dipastikan pendidik yang memiliki suara kecil tidak dapat
menguasai pembelajaran di dalam kelas. Jika suara pendidik hanya sampai pada
peserta didik yang duduk di barisan depan, maka peserta didik yang duduk di
barisan belakang akan melakukan kegiatan selain mendengarkan pendidik
menerangkan materi. Peserta didik yang duduk di barisan belakang tidak akan
fokus pada pembelajaran karena dirasa pendidik tidak menyampaikan materi
dengan benar. Hal tersebut sangat mempengaruhi konsisi belajar di dalam kelas.
Kondisi pembelajaran di dalam kelas yang kondusif otomatis akan membuat
peserta didik bersemengat mengikuti pembelajaran. Jika sebaliknya, maka peserta
didik akan memilih kegiatan lain daripada berkonsentrasi pada proses
pembelajaran di dalam kelas.
Manfaat
Dari penjelasan rumusan masalah dan tujuan di atas, dapat diambil kesimpulan
bahwa dalam proses pembelajaran, pendidik dituntut untuk dapat membentuk
kompetensi dan kualitas pribadi para peserta didiknya. Untuk mencapai hal
demikian maka pendidik harus mempunayi kecakapan tertentu. Pendidik dituntut
untuk menguasai proses pembelajaran di dalam kelas karena seorang pendidik
merupakan pusat pembelajaran. Kemudian, manfaat yang dapat diambil adalah
sebagai berikut:
1. Dapat mengetahui fungsi pendidik dalam proses pembelajaran di kelas.
2. Dapat mengetahui standar yang baik yang harus dimiliki seorang pendidik
dalam menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif.
3. Dapat mengetahui penyebab kurang terampilnya seorang pendidik dalam
menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif.
4. Dapat mengetahui teknik yang tepat agar dapat menguasai pembelajaran di
dalam kelas.
Dari manfaat tersebut, pendidik dapat mempelajari syarat dasar menjadi
seorang pendidik yang dapat menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif di
dalam kelas. Karena tugas pendidik bukan hanya mengajar peserta didik, namun
juga menjadi fasilitator sekaligus motivator, maka alangkah baiknya jika pendidik
memperhatikan aspek-aspek tertentu sebelum memulai pembelajaran di dalam
kelas.
Pembahasan
1. Peran dan Fungsi Pendidik
Pendidik merupakan sosok yang memiliki tanggung jawab besar
terhadap kegiatan belajar-mengajar dalam lembaga pendidikan Sebagai
sosok pendidik, tentunya memiliki tanggung jawab, tugas, fungsi, dan
peranannya tersendiri. Pendidik harus benar-benar memahami fungsi dan
tugasnya dan tidak hanya sebatas melakukan kegiatan mengajar di kelas,
pendidik juga merupakan jembatan penghubung antara sekolah dan para
peserta didik. Menurut Wina Sanjaya (2009: 160) fungsi pendidik dalam
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran merupakan faktor
utama dalam mencapai tujuan pembelajaran. Keterampilan merencanakan
dan melaksanakan proses pembelajaran ini sesuatu yang erat kaitannya
dengan tugas dan tanggung jawab guru sebagai pengajar yang mendidik.
Pendidik tidak hanya sebatas memberikan bahan-bahan pengajaran, namun
juga memperhatikan bagaimana peserta didiknya dalam menerima materi
yang disampaikan. Pendidik dianggap gagal apabila gagal menguasai
kelas. Hal tersebut juga bersangkutan dengan pendidik yang profesional
jika dilihat dari berhasil atau tidaknya pendidik menciptakan suasana
belajar yang kondusif di dalam kelas.
2. Standarisasi Pendidik
Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai
agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik yang
dimaksudkan di atas adalah tingkat pendidikan minimal yang harus
dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau
sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan
yang berlaku.
3. Sebab dan Akibat Pendidik Kurang Menguasai Kelas
Tujuan pendidikkan yang diajarkan guru jelas harus menampakkan
terjadinya perubahan dalam diri siswa-siswi dan yang tidak tahu menjadi
tahu,dari yang sulit menjadi mudah,dari tidak paham menjadi paham,dari
yang tidak mengerti menjadi mengerti dan tidak terarah menjadi terarah.
Disamping itu dapat membangkitkan motivasi belajar. Tapi sesuai dengan
tema yang saya angkat pada pembahasan kali ini” dampak guru yang tidak
efektif. Dimana pada kenyataan yang ada banyak juga guru yang lari dari
tanggung jawabnya sebagai pendidik yang berkualitas dan profisional
sebagai guru yang malah pada kenyataannya hanya membuat peningkatan
motivasi belajar siswa-siswi itu berkurang akibatnya kemalasan,cuek
dalam mengerjakan tugas sehingga timbulnya rasa ketidak nyamanan
didalam kelas maunya keluar karena metode yang membuat dia bosan dan
ada juga yang tibul dibenak siswa kata-kata samaran yang ia berikan
kepada guru tersebut yang terkesan menurut meraka lucu sebagai gurauan
tetapi sebenarnya itu masuk pada karakter yang tidak baik.
4. Teknik Menguasai Kelas
Tertib belajar dalam kelas adalah salah satu kunci keberhasilan mengajar.
Seorang guru dengan titel yang banyak atau telah menempuh pendidikan
yang melebihi standar pendidikan guru, tidak akan berhasil mengajar jika
ia masih belum bisa menguasai kelas. Kemahiran menguasai kelas ini
sangat diperlukan bagi guru khususnya yang mengajar pada jenjang
pendidikan 'wajib belajar.' Ada dua hal mendasar yang menunjang dalam
teknik menguasai kelas bagi guru, yaitu ketegasan dan mempunyai suara
yang lantang. Guru adalah sosok yang berwibawa. Wibawa guru dapat
diwujudkan dengan ketegasannya saat mengajar. Tegas bukan berarti harus
ditakuti oleh siswa. Namun tegas itu adalah mampu menegakkan
kedisiplinan dan ketertiban dalam kelas. Tidak membiarkan siswa keluar
masuk saat jam pelajarannya.
Kesimpulan
Pengembangan profesi dalam mengajar lebih ditingkatkan dengan berbagai
aplikasi belajar misalnya belajar sambil bermain, belajar diluar kelas sehingga
guru dapat mengembangkan ide-idenya di saat mengajar dan siswa juga dapat
memahami dengan baik. Ketika Pendidik dan tenaga kependidikan masih
berpolafikir bahwa tugasnya adalah mengajar, bekerja hanya melaksanakan tugas
dan rutinitas semata, maka akan sulit lingkungan pendidikan itu berubah menjadi
lebih baik, Mereka justru tidak merasa berkewajiban untuk melakukan inovasi
manajemen pendidikan supaya hasil pendidikannya jauh lebih baik.
Daftar Pustaka
Yanuar. 2015. Rahasia Jadi Guru Favorit-Inspiratif. Yogyakarta: Diva Press.
Purwanto, Ngalim. 2008. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya
Sanjaya, Wina. 2009. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Cet. I;
Jakarta: Prenadamdia.
Ningrum, E. (2009). Kompetensi Profesional Guru dalam Konteks Strategi
Pembelajaran. Bandung: Buana Nusantara.
Sugiarti, Y. (2013). Pendayagunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam
meningkatkan kompetensi guru pendidikan anak usia dini (paud). Jurnal
Teknodik, 45-58.
Gulo, W. (2008). Strategi Belajar Mengajar (Cover Baru). Grasindo.
Ismail, M. I. (2010). Kinerja dan kompetensi guru dalam pembelajaran. Lentera
Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, 13(1), 44-63.
Jihad, A. (2013). Menjadi guru profesional: Strategi meningkatkan kualifikasi dan
kualitas guru di era global. Penerbit Erlangga.
Mahmudi, A. (2009). Mengembangkan Kompetensi Guru Melalui Lesson Study.
In Jurnal Forum Kependidikan FKIP UNSRI (Vol. 28).
Trinova, Z. (2012). Hakikat Belajar dan Bermain Menyenangkan bagi Peserta
Didik. Al-Ta lim Journal, 19(3), 209-215.
KURANG TERAMPILNYA PENDIDIK DALAM PENGUASAAN KELAS
Estheria Finaningtyas Siwi
[email protected]
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar – FKIP – UKSW
ABSTRAK
Pendidik merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik. Pendidik juga
sosok yang menjadi panutan bagi semua orang, terutama bagi peserta didiknya, ia
adalah tokoh sentral dalam pembentukkan karakter peserta didik di masa depan.
Pendidik juga harus bisa mengelola kelas dengan baik tidak hanya memberi
materi tetapi juga memperhatikan bagimana lingkungan didalam kelas. Kesulitan
mengelola kelas bukan hanya dirasakan oleh guru baru. Guru yang sudah
berpengalaman sekian tahun mengajar pun tak luput dari permasalahan ini.
Pengembangan profesi dalam mengajar lebih ditingkatkan dengan berbagai
aplikasi belajar misalnya belajar sambil bermain, belajar diluar kelas sehingga
guru dapat mengembangkan ide-idenya di saat mengajar dan siswa juga dapat
memahami dengan baik.
Keywords: Pendidik, inovasi, profesi
Pendahuluan
Latar Belakang
Menurut Yanuar (2015: 5) pendidik adalah sosok yang menjadi panutan
bagi semua orang, terutama bagi peserta didiknya, ia adalah tokoh sentral dalam
pembentukkan karakter peserta didik di masa depan. Pendidik merupakan
interaksi antara pendidik dengan peserta didik. Interaksi ini dapat dilakukan di
luar maupun didalam kelas untuk mencapai tujuan belajar yang baik. Tidak hanya
interaksi yang menyenangkan kepada peserta didik tetapi pendidik juga harus
memiliki keahlian, pengetahuan, dan inovasi baru. Peran sebagai pendidik lebih
besar karena sudah mampu menguasai berbagai ilmu-ilmu yang telah dipelajari
dan diharapkan mampu menuangkan ilmunya kedalam kehidupan untuk
mengatasi suatu masalah yang ada. Tertib di dalam kelas merupakan suatu
keberhasilan seorang pendidik, tidak hanya mentertibkan siswa pendidik harus
pandai menguasai kelas. Banyak tenaga pendidik yang sudah menempuh
pendidikan dengan standar pendidikan yang ditetapkan tetapi masih sedikit
pendidik yang lihai dalam penguasaan kelas. Setiap pembelajaran mempunyai
aspek tujuan yang ingin dicapai. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka
dibutuhkan kualitas pembelajaran yang baik. Salah satu aspek yang penting dalam
proses pembelajaran adalah pendidik. Pendidik mempunyai peran yang cukup
signifikan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di dalam kelas karena
pendidik menjadi fasilitator sekaligus pusat pembelajaran di dalam kelas.
Terkadang pendidik menyampaikan materi dengan metode ceramah,
sehingga membuat peserta didik bosan mengikuti proses pembelajaran. Siswa
menjadi tidak mendengarkan penjelasan dari pendidik atau sibuk berbicara dengan
temannya. Hal ini membuktikan bahwa pendidik kurang menguasai pembelajaran
di dalam kelas. Pendidik setidaknya harus memiliki keterampilan yang menunjang
dalam menciptakan suasana yang kondusif saat pembelajaran di dalam kelas.
Salah satunya adalah keterampilan dasar mengajar. Keterampilan dasar mengajar
merupakan sebuah pondasi bagi seorang pendidik agar dapat melaksanakaan
perannya di dalam kelas sehingga mampu menciptakan pembelajaran yang efektif
dan efisien.
Rumusan Masalah dan Tujuan
Dalam menjalankan proses pembelajaran di kelas, pendidik memainkan
peran yang sangat penting. Namun demikian, keberhasilan dalam menciptakan
suasana yang kondusif tergantung kualitas masing-masing dari pendidik. Artinya,
tidak semua pendidik dapat meciptakan suasana pembelajaran yang kondusif.
Pendidik merupakan profesi yang memerlukan keahlian khusus karena mengingat
tugas dan tanggung jawab yang begitu kompleks. Pendidik memiliki banyak
peranan. Salah satu dari sekian banyak peran seorang pendidik, salah satunya
adalah sebagai pusat pembelajaran di dalam kelas. Dalam salah satu tugasnya ini,
pendidik memiliki kewajiban mengelola pembelajaran yang baik. Pengelolaan
dapat berupa perencanaan dan pelaksanaan sekaligus evaluator agar tercipta
suasana pembelajaran yang kondusif. Tidak hanya mengelola dan melaksaan
pembelajaran di dalam kelas saja, namun pendidik mempunyai fungsi sebagai
fasilitator sekaligus motivator bagi peserta didiknya. Sebagai fasilitator, tugas
pendidik yang paling utama adalah memberi kemudahan kepada peserta didik
dengan pembelajaran yang terpadu.
Sebagai motivator, pendidik juga harus
mampu meningkatkan motivasi belajar kepada peserta didik agar kebih
bersemangat dalam proses pembelajaran. Menurut Dirjen Dikti (2002), ada 4
kompetensi yang harus dimiliki oleh pendidik. 4 kompetensi itu antara lain:
1. Penguasaan bidang studi, yang mencakup dua hal, yaitu penguasaan
disiplin ilmu dan penguasaan kurikulum.
2. Pemahaman tentang peserta didik, berkaitan dengan kemampuan guru
dalam memberikan materi sesuai kebutuhan siswa.
3. Penguasaan pembelajaran yang mendidik, yang tercermin dalam
merencanakan, melaksanakan, serta mengevaluasi dan memanfaatkan hasil
evaluasi pembelajaran secara dinamis untuk membentuk kompetensi
siswa.
4. Pengembangan kepribadian dan keprofesionalan, kemampuan guru dalam
mengelola kelas dan proses belajar mengajar di dalam kelas didukung dengan
penguasaan materi, strategi mengajar, dan penggunaan media pembelajaran.
Kualitas sumber daya manusia di Indonesia terkhususnya, tidak
terlepas dari kualitas pendidikan itu sendiri. Karena itu, upaya peningkatan
kualitas tidak hanya diarahakan dari standar kompetensi namun juga
berkaitan dengan standar tenaga pendidik. Berdasarkan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan;
1. Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai
agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional (pasal 28 ayat 1).
2. Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud pada ayat 1 adalah tingkat
pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang di
buktikan dengan ijazah dan atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai
ketentuan perundang-undangan yang berlaku (pasal 28 ayat 2).
3. Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah serta pendidikan anak usia dini (pasal 28 ayat 3).
4. Seseorang yang tidak memiliki ijazah dan atau sertifikat keahlian
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tetapi memiliki keahlian khusus yang
diakui dan diperlukan dapat diangkat menjadi pendidik setelah melewati
uji kelayakan dan kesetaraan (pasal 28 ayat 4).
5. Akademik dan Kompetensi sebagai subjek pembelajaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sampai dengan (4) dikembangkan oleh BSNP dan
ditetapkan dengan peraturan menteri (pasal 28 ayat 5).
Dengan
menelaah
pencapaian
tujuan
pembelajaran,
pendidik
dapat
mengetahui apakah proses belajar mengajar sudah cukup efisien dan efektif.
Dalam fungsinya sebagai sebagai pusat pembelajaran di dalam kelas, pendidik
seharusnya mampu menciptakan suasana yang kondusif. Namun, terkadang
metode yang digunakan oleh pendidik adalah metode yang salah. Selain karena
metode yang salah. Beberapa faktor lain mengapa pendidik gagal dalam
menguasai proses pembelajaran di dalam kelas antara lain; bahasa yang digunakan
pendidik sukar dipahami, pendidik kurang mampu dalam memotivasi peserta
didik, pendidik kurang menguasai materi, guru enggan membuat perencanaan
pembelajaran, dan masih banyak faktor eksternal lainnya seperti fasilitas sekolah
yang tidak memadai ataupun kurangnya kepedulian pendidik di dunia pendidikan.
Disiplin mengajar merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam proses
pembelajaran di dalam kelas. Pendidik dengan titel yang banyak atau teah
menempuh jenjang pendidikan yang tinggi belum berarti dapat dikatakan pendidik
tersebut mampu menguasai pembelajaran di dalam kelas. Kemahiran menguasai
pembelajaran di dalam sangat diperlukan oleh pendidik terutama bagi yang
mengajar wajib belajar. Ada dua hal yang mendasari teknik menguasai
pembelajaran di dalam kelas, yaitu ketegasan dan suara lantang. Tegas bukan
berarti harus galak dan ditakuti semua peserta didik, namun arti tegas di sini lebih
mengarah pada kemampuan seorang pendidik dalam menegakkan dan
kedisiplinan sehingga peserta didik enggan untuk melakukan sesuatu yang akan
mengganggu proses pembelajaran seperti ijin ke toilet. Terdengar sepele memang,
namun saat salah satu peserta ijin pergi ke toilet bukan karena hal yang mendesak,
maka hal tersebut akan menular ke peserta didik lainnya. Peserta didik yang
merasa bosan akan melakukan hal yang sama ketika melihat seorang pendidik
dengan mudahnya memberi ijin. Kedua, pendidik harus memiliki suara yang
lantang. Dapat dipastikan pendidik yang memiliki suara kecil tidak dapat
menguasai pembelajaran di dalam kelas. Jika suara pendidik hanya sampai pada
peserta didik yang duduk di barisan depan, maka peserta didik yang duduk di
barisan belakang akan melakukan kegiatan selain mendengarkan pendidik
menerangkan materi. Peserta didik yang duduk di barisan belakang tidak akan
fokus pada pembelajaran karena dirasa pendidik tidak menyampaikan materi
dengan benar. Hal tersebut sangat mempengaruhi konsisi belajar di dalam kelas.
Kondisi pembelajaran di dalam kelas yang kondusif otomatis akan membuat
peserta didik bersemengat mengikuti pembelajaran. Jika sebaliknya, maka peserta
didik akan memilih kegiatan lain daripada berkonsentrasi pada proses
pembelajaran di dalam kelas.
Manfaat
Dari penjelasan rumusan masalah dan tujuan di atas, dapat diambil kesimpulan
bahwa dalam proses pembelajaran, pendidik dituntut untuk dapat membentuk
kompetensi dan kualitas pribadi para peserta didiknya. Untuk mencapai hal
demikian maka pendidik harus mempunayi kecakapan tertentu. Pendidik dituntut
untuk menguasai proses pembelajaran di dalam kelas karena seorang pendidik
merupakan pusat pembelajaran. Kemudian, manfaat yang dapat diambil adalah
sebagai berikut:
1. Dapat mengetahui fungsi pendidik dalam proses pembelajaran di kelas.
2. Dapat mengetahui standar yang baik yang harus dimiliki seorang pendidik
dalam menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif.
3. Dapat mengetahui penyebab kurang terampilnya seorang pendidik dalam
menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif.
4. Dapat mengetahui teknik yang tepat agar dapat menguasai pembelajaran di
dalam kelas.
Dari manfaat tersebut, pendidik dapat mempelajari syarat dasar menjadi
seorang pendidik yang dapat menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif di
dalam kelas. Karena tugas pendidik bukan hanya mengajar peserta didik, namun
juga menjadi fasilitator sekaligus motivator, maka alangkah baiknya jika pendidik
memperhatikan aspek-aspek tertentu sebelum memulai pembelajaran di dalam
kelas.
Pembahasan
1. Peran dan Fungsi Pendidik
Pendidik merupakan sosok yang memiliki tanggung jawab besar
terhadap kegiatan belajar-mengajar dalam lembaga pendidikan Sebagai
sosok pendidik, tentunya memiliki tanggung jawab, tugas, fungsi, dan
peranannya tersendiri. Pendidik harus benar-benar memahami fungsi dan
tugasnya dan tidak hanya sebatas melakukan kegiatan mengajar di kelas,
pendidik juga merupakan jembatan penghubung antara sekolah dan para
peserta didik. Menurut Wina Sanjaya (2009: 160) fungsi pendidik dalam
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran merupakan faktor
utama dalam mencapai tujuan pembelajaran. Keterampilan merencanakan
dan melaksanakan proses pembelajaran ini sesuatu yang erat kaitannya
dengan tugas dan tanggung jawab guru sebagai pengajar yang mendidik.
Pendidik tidak hanya sebatas memberikan bahan-bahan pengajaran, namun
juga memperhatikan bagaimana peserta didiknya dalam menerima materi
yang disampaikan. Pendidik dianggap gagal apabila gagal menguasai
kelas. Hal tersebut juga bersangkutan dengan pendidik yang profesional
jika dilihat dari berhasil atau tidaknya pendidik menciptakan suasana
belajar yang kondusif di dalam kelas.
2. Standarisasi Pendidik
Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai
agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik yang
dimaksudkan di atas adalah tingkat pendidikan minimal yang harus
dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau
sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan
yang berlaku.
3. Sebab dan Akibat Pendidik Kurang Menguasai Kelas
Tujuan pendidikkan yang diajarkan guru jelas harus menampakkan
terjadinya perubahan dalam diri siswa-siswi dan yang tidak tahu menjadi
tahu,dari yang sulit menjadi mudah,dari tidak paham menjadi paham,dari
yang tidak mengerti menjadi mengerti dan tidak terarah menjadi terarah.
Disamping itu dapat membangkitkan motivasi belajar. Tapi sesuai dengan
tema yang saya angkat pada pembahasan kali ini” dampak guru yang tidak
efektif. Dimana pada kenyataan yang ada banyak juga guru yang lari dari
tanggung jawabnya sebagai pendidik yang berkualitas dan profisional
sebagai guru yang malah pada kenyataannya hanya membuat peningkatan
motivasi belajar siswa-siswi itu berkurang akibatnya kemalasan,cuek
dalam mengerjakan tugas sehingga timbulnya rasa ketidak nyamanan
didalam kelas maunya keluar karena metode yang membuat dia bosan dan
ada juga yang tibul dibenak siswa kata-kata samaran yang ia berikan
kepada guru tersebut yang terkesan menurut meraka lucu sebagai gurauan
tetapi sebenarnya itu masuk pada karakter yang tidak baik.
4. Teknik Menguasai Kelas
Tertib belajar dalam kelas adalah salah satu kunci keberhasilan mengajar.
Seorang guru dengan titel yang banyak atau telah menempuh pendidikan
yang melebihi standar pendidikan guru, tidak akan berhasil mengajar jika
ia masih belum bisa menguasai kelas. Kemahiran menguasai kelas ini
sangat diperlukan bagi guru khususnya yang mengajar pada jenjang
pendidikan 'wajib belajar.' Ada dua hal mendasar yang menunjang dalam
teknik menguasai kelas bagi guru, yaitu ketegasan dan mempunyai suara
yang lantang. Guru adalah sosok yang berwibawa. Wibawa guru dapat
diwujudkan dengan ketegasannya saat mengajar. Tegas bukan berarti harus
ditakuti oleh siswa. Namun tegas itu adalah mampu menegakkan
kedisiplinan dan ketertiban dalam kelas. Tidak membiarkan siswa keluar
masuk saat jam pelajarannya.
Kesimpulan
Pengembangan profesi dalam mengajar lebih ditingkatkan dengan berbagai
aplikasi belajar misalnya belajar sambil bermain, belajar diluar kelas sehingga
guru dapat mengembangkan ide-idenya di saat mengajar dan siswa juga dapat
memahami dengan baik. Ketika Pendidik dan tenaga kependidikan masih
berpolafikir bahwa tugasnya adalah mengajar, bekerja hanya melaksanakan tugas
dan rutinitas semata, maka akan sulit lingkungan pendidikan itu berubah menjadi
lebih baik, Mereka justru tidak merasa berkewajiban untuk melakukan inovasi
manajemen pendidikan supaya hasil pendidikannya jauh lebih baik.
Daftar Pustaka
Yanuar. 2015. Rahasia Jadi Guru Favorit-Inspiratif. Yogyakarta: Diva Press.
Purwanto, Ngalim. 2008. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya
Sanjaya, Wina. 2009. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Cet. I;
Jakarta: Prenadamdia.
Ningrum, E. (2009). Kompetensi Profesional Guru dalam Konteks Strategi
Pembelajaran. Bandung: Buana Nusantara.
Sugiarti, Y. (2013). Pendayagunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam
meningkatkan kompetensi guru pendidikan anak usia dini (paud). Jurnal
Teknodik, 45-58.
Gulo, W. (2008). Strategi Belajar Mengajar (Cover Baru). Grasindo.
Ismail, M. I. (2010). Kinerja dan kompetensi guru dalam pembelajaran. Lentera
Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, 13(1), 44-63.
Jihad, A. (2013). Menjadi guru profesional: Strategi meningkatkan kualifikasi dan
kualitas guru di era global. Penerbit Erlangga.
Mahmudi, A. (2009). Mengembangkan Kompetensi Guru Melalui Lesson Study.
In Jurnal Forum Kependidikan FKIP UNSRI (Vol. 28).
Trinova, Z. (2012). Hakikat Belajar dan Bermain Menyenangkan bagi Peserta
Didik. Al-Ta lim Journal, 19(3), 209-215.