Teknik Jaringan Instalasi Tenaga Listrik Smk
OLEH:
MASDEA RAHMAT AINUN HUDA Drs. HARI PUTRANTO
Drs. SUWASONO M.T
Prodi S1 Pendidikan Teknik Elektro
Puji Syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga pengembang dapat menyelesaikan modul Workshop Instalasi Tenaga Listrik untuk prodi S1 Pendidikan Teknik Elektro Universitas Negeri Malang. Modul ini disusun dalam rangka melengkapi perangkat pembelajaran mata kuliah Workshop Instalasi Tenaga Listrik.
Pengembang mengembangkan modul ini dengan sajian dan isi materi yang lebih sederhana dan praktis karena disesuaikan dengan kondisi belajar di. prodi S1 Pendidikan Teknik Elektro Universitas Negeri Malang. Modul ini dirancang untuk menambah dan melatih kemampuan mahasiswa untuk melakukan praktikum Instalasi Tenaga Listrik dengan baik. Peneliti mengharapkan masukan dan kritikan semua pihak terutama dari para dosen yang mengajar mata Mata kuliah Workshop Instalasi Tenaga Listrik di prodi S1 Pendidikan Teknik Elektro Universitas Negeri Malang. Masukan dapat dikirim melalui e- mail ke alamat “ masdear@ymail.com”.
Dengan selesainya modul ini, peneliti mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah membimbing dengan baik, kepada kedua orang tua yang telah mendoakan, kepada teman-teman yang telah memberi semangat dan motivasi serta kepada dosen ahli yang membantu dalam memvalidasi modul ini. Semoga modul ini dapat bermanfaat dan dapat meningkatkan prestasi akademik prodi S1 Pendidikan Teknik Elektro Universitas Negeri Malang.
Malang, Mei 2017
Pengembang
Syarat-Syarat Instalasi
1) Ketentuan Umum Perlengkapan
Tenaga Berdasarkan
Listrik PUIL (BAB 1) 2) Syarat Motor Listrik
3) Pengawatan Perlengkapan Listrik 4) Proteksi Instalasi Listrik
Instalasi Motor 3 Fasa dengan Kendali Magnetik
1) Perlengkapan Pendukung Instalasi Motor Listrik
(BAB 2) 2) Sistem Pengendalian Motor Listrik
Instalasi pada Panel
1) Ketentuan Pemasangan Instalasi
WORKSHOP
Daya
Pada Panel
INSTALASI
(BAB 3)
2) Pengelompokan Panel
3) Pengelompokan Beban pada Panel TENAGA 4) Ketentuan Pengawatan Panel Daya
5) LISTRIK Merancang Tata Letak Instalasi
Tenaga pada Panel Daya
Instalasi Sistem
Pembumian
1) Sistem Pembumian
2) (BAB 4) Ketentuan Pembumian Pada Panel
3) Jenis Sistem Pembumian
4) Contoh Rancangan Sistem
Pembumian pada Instalasi Tenaga
PRAKTIKUM
Listrik
1) Hubungan Lampu Seri, Paralel, Seri Paralel, Star, dan Delta 2) Hubungan Seri Paralel Start Stop 1 Motor 3 Fasa
3) Instalasi Motor 3 Fasa hubungan bintang dan hubungan delta, 1 arah putaran dioperasikan menggunakan sakelar TPDT
4) Instalasi Motor 3 Fasa hubungan delta, dua arah putaran dioperasikan menggunakan
sakelar TPDT 5) Kendali Motor 3 Fasa 2 Arah Putar dengan menggunakan 2 kontaktor
6) Kendali 2 Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berkala dengan Menggunakan 2 Kontaktor 7) Kendali 3 Motor 3 Fasa bekerja Secara Berurutan
8) Kendali 3 Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berurutan dengan Menggunakan Timer
Delay Relay (TDR)
9) Kendali 1 Motor 3 Fasa Bekerja 2 Arah Putar dengan Menggunakan Timer Delay Relay (TDR)
10) Kendali Star Delta Motor 3 Fasa dengan kendali manual, semi-otomatis, dan otomatis 10) Kendali Star Delta Motor 3 Fasa dengan kendali manual, semi-otomatis, dan otomatis
A. pada perlengkapan listrik yang lain,
arus beban lebih:
thermostat; trafo arus lebih yang terjadi dalam sirkit pada
misalnya:
sakelar;
pengukuran. Dls.
waktu tidak ada gangguan listrik Gawai Proteksi Arus Sisa (GPAS) : arus hubung pendek:
gawai yang digunakan sebagai pemutus, yang arus lebih yang diakibatkan oleh gangguan
peka terhadap arus sisa, yang dapat secara atau hubungan yang salah pada sirkit listrik
otomatis memutuskan sirkit termasuk arus lebih:
penghantar netralnya, dalam waktu tertentu Arus dengan nilai melebihi nilai pengenal
bila arus sisa yang timbul karena terjadinya tertinggi
kegagalan isolasi melebihi nilai tertentu arus pengenal:
sehingga bertahannya tegangan sentuh yang arus operasi yang mendasari pembuatan
terlalu tinggi dapat dicegah perlengkapan listrik arus sisa:
jumlah aljabar nilai arus sesaat yang mengalir
hubung pendek:
melalui semua penghantar aktif suatu sirkit, hubungan antara dua titik atau lebih dalam pada suatu titik instalasi listrik
suatu sirkit melalui impedans yang sangat kecil mendekati nol.
B. bagian aktif:
I.
penghantar atau bagian konduktif yang
instalasi listrik:
dimaksudkan untuk dilistriki pada pemakaian susunan perlengkapan listrikyang bertalian normal
antara yang satu dengan yang lain, serta Bagian Konduktif Terbuka (BKT) :
memiliki ciri terkoordinasi, untuk memenuhi bagian konduktif yang mudah tersentuh dan
satu atau sejumlah tujuan tertentu biasanya tak bertegangan, tetapi bisa bertegangan jika terjadi gangguan
beban lebih:
kendali:
kelebihan beban actual melebihi beban penuh satu atau sekelompok gawai pada sebuah beban penuh:
aparat, yang dengan cara tertentu, nilai beban tertinggi yang ditetapkan untuk
mengatur tenaga listrik yang mengalir ke kondisi pengenal operasi
aparat tersebut.
bumi:
massa konduktif bumi, yang potensial
listriknya disetiap titik manapun menurut
Panel Hubung Bagi:
konvensi sama dengan nol. perlengkapan hubung bagi yang pada tempat pelayanannya berbentuk suatu panel atau
kombinasi panel-panel, yang dipasang pada
gangguan:
suatu rangka yang dilengkapi dengan kejadian yang tidak direncanakan, yang dapat
perlengkapan listrik seperti sakelar, MCB, mengakibatkan satu kegagalan atau lebih
pengaman lebur, rel tembaga, kabel, dls.
gawai (listrik):
Perlengkapan hubung bagi yang dibatasi dan
vi vi
rancangan instalasi listrik:
tersusun mendatar dan tegak dianggap berkas gambar rancangan dan uraian teknis sebagai satu panel hubung bagi.
yang digunakan sebagai pegangan untuk perlengkapan listrik:
melaksanakan pemasangan suatu instalasi Istilah umum yang meliputi bahan, fiting,
listrik
gawai, peranti, luminair, aparat, mesin, dan lain-lain yang digunakan sebagai bagian dari,
atau dalam kaitan dengan instalasi listrik.
sakelar
penghantar proteksi (PE):
menghubungkan dan penghantar untuk proteksi dari kejut listrik
Gawai
untuk
memutuskan sirkit dan mengubahnya yang menghubungkan bagian berikut: bagian
menjadi berbeban atau tidak konduktif terbuka, bagian konduktif ekstra,
sirkit akhir
terminal pembumian utama, elektroda bumi, a) sirkit keluar dari PHB yang titik sumber yang dibumikan, atau netral
dilindungi oleh pengaman lebur dan buatan.
atau pemutus sirkit, dan yang
Penghantar pembumian:
menghubungkan titik beban atau a) penghantar berimpedans rendah yang
pemanfaat listrik dihubungkan ke bumi
b) sirkit yang terhubung langsung ke b) penghantar
perlengkapan pemanfaat arus listrik menghubungkan terminal pembumi
proteksi
yang
atau ke kotak kontak. utama atau batang ke electrode bumi
sirkit cabang
pengaman lebur (sekering): Sirkit keluar dari PHB yang dilindungi oleh gawai penyakelaran dengan peleburan satu
pengaman lebur dan atau pemutus tenaga, komponen atau lebih yang dirancang khusus
dan yang menghubungkannya ke PHB lain dan sebanding, yang memutuskan arus bila
sistem IT atau sistem Penghantar
aliran arus tersebut melebihi nilai yang
Pengaman (HP)
ditentukan dalam waktu yang sesuai. Sistem yang semua bagian aktifnya tidak pemutus sirkit (pemutus tenaga) :
dibumikan, atau titik netral dihubungkan ke sakelar
bumi melalui impedans. BKT instalasi menghubungkan,
dibumikan secara independent atau kolektif, memutuskan arus pada kondisi sirkit normal,
mengalirkan
dan
atau ke pembumian sistem. dan
juga mampu
menghubungkan,
sistem TN atau sistem Pembumian Netral
mengalirkan untuk jangka waktu tertentu dan
Pengaman (PNP)
memutuskan secara otomatis arus pada Sistem yang mempunyai titik netral yang kondisi sirkit tidak normal.
dibumikan langsung, dan BKT instalasi pemisah:
dihubungkan ke titik tersebut oleh penghantar gawai
menghubungkan sirkit dalam keadaan tidak
sistem TT atau
sistem Pembumi
atau hampir tidak berbeban.
Pengaman (PP)
Sistem yang mempunyai titik netral yang
dibumikan langsung, dan BKT instalasi
rel pembumi:
dihubungkan ke electrode bumi yang secara batang penghantar tempat menghubungkan
listrik terpisah dari electrode bumi sistem beberapa penghantar pembumi
tenaga listrik.
vii vii
tegangan
a) pada sistem atau perlengkapan, atau klasifikasi sistem tegangan adalah sebagai
bagian sistem) – nilai tegangan yang berikut :
kurang sesuai untuk a) Tegangan ekstra rendah – tegangan
lebih
mengidentifikasi sistem atau gawai. dengan daya setinggi-tingginya 50 V
b) (pada instalasi) – tegangan yang a.b. atau 120 V a.s.
diperuntukkan bagi instalasi atau CATATAN : Tegangan ekstra rendah
bagian instalasi. ialah sistem tegangan yang aman
tegangan pengenal – (suatu perlengkapan
bagi manusia.
atau gawai)
b) Tegangan rendah (TR) – tegangan Tegangan yang disyaratkan oleh suatu dengan nilai setinggi-tingginya 1000
instalasi atau oleh bagian daripadanya. V a.b. atau 1500 V a.s.
tegangan sentuh
c) Tegangan diatas 1000 V a.b., yang tegangan yang timbul selama gangguan mencangkup :
isolasi antara dua bagian yan dapat 1) Tegangan menengah (TM),
terjangkau dengan serempak. tegangan lebih dari 1 kV
tegangan uji
sampai dengan 35 kV a.b. tegangan yang diberikan kepada suatu obyek digunakan khususnya dalam
uji untuk menunjukkan sifat isolasi objek sistem distribusi ;
titik beban
tegangan lebih dari 35 kV titik pada sirkit akhir instalasi untuk a.b.
dihubungkan dengan beban.
viii
A. STANDAR KOMPETENSI
Melakukan persiapan kerja , pelaksanaan kerja dan pengujian instalasi tenaga, serta melaksanakan kesehatan dan keselamatan kerjanya.
B. DESKRIPSI KOMPETENSI DAN INDIKATOR
No Deskripsi Kompetensi
Indikator
1 Syarat-Syarat Instalasi Tenaga 1.1 Ketentuan Umum Perlengkapan Listrik Berdasarkan PUIL
1.2 Syarat Motor Listrik 1.3 Pengawatan Perlengkapan Listrik 1.4 Proteksi Instalasi Listrik
2 Instalasi Motor 3 Fasa dengan Kendali 2.1 Perlengkapan Pendukung Instalasi Motor Magnetik
Listrik
2.2 Sistem Pengendalian Motor Listrik 3 Instalasi pada Panel Daya
3.1 Ketentuan Pemasangan Instalasi Pada Panel 3.2 Pengelompokan Panel 3.3 Pengelompokan Beban pada Panel 3.4 Pengawatan Panel Daya 3.5 Merancang Tata Letak Instalasi Tenaga pada
Panel Daya
4 Instalasi Sistem Pembumian
4.1 Sistem Pembumian 4.2 Ketentuan Pembumian Pada Panel 4.3 Jenis Sistem Pembumian
4.4. Contoh rancangan system pembumian pada
instalasi tenaga
5 Praktikum 1) Hubungan Lampu Seri, Paralel, Seri Paralel, Star, dan Delta 2) Hubungan Seri Paralel Start Stop 1 Motor 3 Fasa 3) Instalasi Motor 3 Fasa hubungan bintang dan hubungan delta, 1 arah putaran dioperasikan menggunakan saklar TPDT 4) Instalasi Motor 3 Fasa hubungan delta, 2 arah putaran dioperasikan menggunakan saklar TPDT 5) Kendali Motor 3 Fasa 2 Arah Putar dengan menggunakan 2 Kontaktor 6) Kendali 2 Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berkala dengan Menggunakan 2 Kontaktor 7) Kendali 3 Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berurutan 8) Kendali 3 Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berurutan dengan Menggunakan Timer Delay Relay (TDR) 9) Kendali 1 Motor 3 Fasa Bekerja 2 Arah Putar dengan Menggunakan Timer Delay Relay (TDR)
10) Kendali Star Delta Motor 3 Fasa
C. WAKTU
No
Indikator
Alokasi Waktu
BAB 1: Syarat-Syarat Instalasi Tenaga Berdasarkan PUIL 4 x 50 menit = 4JK
(1 x Pertemuan) 1 Ketentuan Umum Perlengkapan Listrik
1 JK 2 Syarat Motor Listrik
1 JK 3 Pengawatan Perlengkapan Listrik
1 JK 4 Proteksi Instalasi Listrik
1 JK
BAB 2: Instalasi Motor 3 Fasa dengan Kendali Magnetik 4 x 50 menit = 4JK
(1 x Pertemuan) 5 Perlengkapan Pendukung Instalasi Motor Listrik
1 JK 6 Sistem Pengendalian Motor Listrik
3 JK
BAB 3: Instalasi pada Panel Daya 4 x 50 menit = 4JK
(1 x Pertemuan) 7 Ketentuan Pemasangan Instalasi Pada Panel
1 JK 8 Pengelompokan Panel
1 JK 9 Pengelompokan Beban pada Panel
1 JK 10 Ketentuan Pengawatan Panel daya
1 JK 11 Merancang Tata Letak Instalasi Tenaga pada Panel Daya
BAB 4: Instalasi Sistem Pembumian 4 x 50 menit = 4JK
(1 x Pertemuan) 12 Sistem Pembumian
1 JK 13 Ketentuan Pembumian pada Panel
1 JK 14 Jenis Sistem Pembumian
2 JK 15 Contoh Rancangan Sistem Pembumian pada Instalasi Tenaga
PRAKTIKUM 40 x 50 menit = 40 JK
(10 x Pertemuan) 16 Hubungan lampu seri, paralel, seri paralel, Star, dan Delta
4 JK 17 Hubungan seri paralel start stop 1 motor 3 fasa
4 JK 18 Instalasi Motor 3 fasa hubungan star dan delta, 1 arah putaran
4 JK dioperasikan menggunakan saklar TPDT
19 Instalasi Motor 3 fasa hubungan delta, 2 arah putaran 4 JK dioperasikan menggunakan saklar TPDT
20 Kendali motor 3 fasa 2 arah putar dengan menggunakan 2 4 JK kontaktor 21 Kendali 2 Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berkala dengan
4 JK Menggunakan 2 Kontaktor
22 Kendali 3 Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berurutan 4 JK 23 Kendali 3 Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berurutan dengan
4 JK Menggunakan Timer Delay Relay (TDR) 24 Kendali 1 Motor 3 Fasa Bekerja 2 Arah Putar dengan
4 JK Menggunakan Timer Delay Relay (TDR)
25 Kendali star delta motor 3 fasa dengan kendali manual, semi-
4 JK
otomatis, dan otomatis
Tes Akhir
4 JK
Tugas Proyek Akhir
4 JK
ALOKASI WAKTU TOTAL 64 x 50 menit = 64 JK
(16 Pertemuan)
D. PRASYARAT
Modul Workshop Instalasi Tenaga Listrik ini memerlukan prasyarat yang harus dimiliki oleh Mahasiswa, yaitu telah menguasai atau telah lulus matakuliah Dasar Instalasi Listrik PUIL, Pengukuran Listrik, Teknik Tenaga Listrik, Rangkaian Listrik AC, Instalasi Penerangan Listrik, dan Motor-Motor Listrik
E. PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
Mahasiswa diharapkan dapat berperan aktif dan berinteraksi dengan sumber belajar yang mendukungnya. Berikut langkah-langkah yang harus diperhatikan agar dapat menguasai isi modul:
1) Bacalah doa sebelum memulai pembelajaran.
2) Bacalah dengan baik standar kompetensi, deskripsi, waktu, dan prasyarat untuk menggunakan modul ini.
3) Bacalah dengan baik dan pahami kerangka isi dalam modul
4) Bacalah dengan baik dan pahami tujuan yang akan dicapai setelah mempelajari modul ini.
5) Bacalah dengan cermat dan pahami daftar pertanyaan pada cek kemampuan sebagai tolak ukur kompetensi yang harus dikuasai dalam modul ini.
6) Dianjurkan mempelajari materi urut sesuai BAB
7) Pelajari materi pada BAB 1 mengenai syarat-syarat instalasi tenaga berdasarkan PUIL
8) Pelajari materi pada BAB 2 mengenai instalasi motor 3 fasa dengan kendali magnetik
9) Pelajari materi pada BAB 3 mengenai instalasi pada panel daya
10) Pelajari materi pada BAB 4 mengenai instalasi sistem pembumian
11) Pelajari dan Kerjakan tugas Praktikum secara kelompok
12) Bertanyalah kepada dosen atau asisten praktikum jika ada materi yang belum paham
13) Kerjakan tugas-tugas yang diberikan dengan baik secara individu maupun kelompok
14) Cermati setiap langkah kerja pada setiap kegiatan belajar
15) Sebaiknya jangan melanjutkan ke materi selanjutnya apabila materi sebelumnya belum menguasai.
16) Senantiasa mengakhiri pembelajaran dengan berdoa agar ilmu yang diperoleh bisa bermanfaat.
F. TUJUAN AKHIR
Setelah mempelajari modul Workshop Instalasi Tenaga Listrik, diharapkan:
1) Mahasiswa mampu menjelaskan syarat-syarat instalasi tenaga berdasarkan PUIL
2) Mahasiswa mampu menjelaskan instalasi motor 3 fasa dengan kendali magnetik
3) Mahasiswa mampu menjelaskan instalasi pada panel daya
4) Mahasiswa mampu menjelaskan instalasi sistem pembumian
5) Mahasiswa mampu mengerjakan tugas praktikum Instalasi Motor Listrik
G. CEK KEMAMPUAN DASAR
No Indikator
Ya
Tidak Bila jawaban “tidak” maka:
BAB 1
1 Dapatkah anda menjelaskan ketentuan umum Pelajari materi 1 pada BAB 1 perlengkapan listrik 2 Dapatkah anda menjelaskan syarat motor listrik
Pelajari materi 2 pada BAB 1 3 Dapatkah anda menjelaskan pengawatan
Pelajari materi 3 pada BAB 1 perlengkapan listrik 4 Dapatkah anda menjelaskan proteksi instalasi
Pelajari materi 4 pada BAB 1 listrik
BAB 2
5 Dapatkah anda menjelaskan perlengkapan Pelajari materi 1 pada BAB 2 pendukung instalasi motor listrik 6 Dapatkah anda menjelaskan sistem pengendaian
Pelajari materi 2 pada BAB 2 motor listrik
BAB 3
7 Dapatkah anda menjelaskan ketentuan Pelajari materi 1 pada BAB 3 pemasangan instalasi pada panel 8 Dapatkah anda menjelaskan pengelompokan
Pelajari materi 2 pada BAB 3 panel 9 Dapatkah anda menjelaskan Pengelompokan
Pelajari materi 3 pada BAB 3 Pelajari materi 3 pada BAB 3
Pelajari materi 4 pada BAB 3 Pengawatan panel daya 11 Dapatkah anda menjelaskan rancangan tata letak
Pelajari materi 5 pada BAB 3 instalasi tenaga pada panel daya
BAB 4
12 Dapatkah anda menjelaskan arti sistem
Pelajari materi 1 pada BAB 4 pembumian
13 Dapatkah anda menjelaskan ketentuan
Pelajari materi 2 pada BAB 4 pembumian pada panel
14 Dapatkah anda menyebutkan jenis sistem
Pelajari materi 3 pada BAB 4 pembumian
Pelajari materi 4 pada BAB 4 rancangan system pembumian pada instalasi tenaga
15 Dapatkah anda menggambarkan contoh
PRAKTIKUM
16 Dapatkah anda mengerjakan tugas praktikum Pelajari praktikum 1 hubungan lampu seri paralel, star dan delta 17 Dapatkah anda mengerjakan tugas praktikum
Pelajari praktikum 2 hubungan seri paralel start stop 1 motor 3 fasa 18 Dapatkah anda mengerjakan tugas praktikum
Pelajari praktikum 3 Instalasi Motor 3 Fasa hubungan bintang dan hubungan delta, 1 arah putaran dioperasikan menggunakan sakelar TPDT 19 Dapatkah anda mengerjakan tugas praktikum
Pelajari praktikum 4 Instalasi Motor 3 Fasa hubungan delta, dua arah putaran dioperasikan menggunakan sakelar TPDT 20 Dapatkah anda mengerjakan tugas praktikum
Pelajari praktikum 5 kendali motor 3 fasa 2 arah putar 21 Dapatkah anda mengerjakan tugas praktikum
Pelajari praktikum 6 Kendali 3 Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berkala dengan Menggunakan 2 Kontaktor 22 Dapatkah anda mengerjakan tugas praktikum
Pelajari praktikum 7 Kendali 3 Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berurutan 23 Dapatkah anda mengerjakan tugas praktikum
Pelajari praktikum 8 Kendali 3 Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berurutan dengan Menggunakan Timer Delay Relay (TDR) 24 Dapatkah anda mengerjakan tugas praktikum
Pelajari praktikum 9 Kendali 1 Motor 3 Fasa Bekerja 2 Arah Putar dengan Menggunakan Timer Delay Relay (TDR) 25 Dapatkah anda mengerjakan tugas praktikum
Pelajari praktikum 10 Kendali star delta motor 3 fasa
SYARAT-SYARAT INSTALASI TENAGA
BAB 1 BERDASAR PUIL
A. KERANGKA ISI
BAB 1 Syarat-Syarat Instalasi Tenaga Berdasar PUIL
Ketentuan Umum Perlengkapan Listrik
Syarat Motor Listrik
Syarat Pengawatan Perlengkapan Listrik
Syarat Proteksi Instalasi Listrik
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
1) Mahasiswa mampu menjelaskan ketentuan umum perlengkapan listrik
2) Mahasiswa mampu menjelaskan syarat motor listrik
3) Mahasiswa mampu menjelaskan pengawatan perlengkapan listrik
4) Mahasiswa mampu menjelaskan proteksi instalasi listrik
C. MATERI PEMBELAJARAN
Maksud dan tujuan Persyaratan Umum Instalasi Listrik ialah agar pengusahaan instalasi listrik terselenggara dengan baik, untuk menjamin keselamatan manusia dari bahaya kejut listrik, keamanan instalasi listrik beserta perlengkapannya, keamanan gedung serta isinya dari kebakaran akibat listrik, dan perlindungan lingkungan. Persyaratan Umum Instalasi Listrik ini berlaku untuk semua pengusahaan instalasi listrik tegangan rendah arus bolak-balik sampai dengan 1000 V, arus searah 1500 V dan tegangan menengah sampai dengan 35 kV dalam bangunan dan sekitarnya baik perancangan, pemasangan, pemeriksaan dan pengujian, pelayanan, pemeliharaan maupun pengawasannya dengan memperhatikan ketentuan yang terkait. (PUIL 2000)
1 Ketentuan Umum Perlengkapan Listrik
Dalam melakukan instalasi tenaga listrik, diperlukan perlengkapan listrik yang harus memiliki ketentuan-ketentuan tertentu. Prihanto (2013) menjelaskan ketentuan umum perlengkapan listrik mengisyaratkan agar pelaksana lapangan dalam membuat suatu perancangan dan pelaksanaan instalasi listrik dapat memperoleh keandalan dan keamanan dalam pemakaiannya. Ketentuan perlengkapan listrik telah diatur oleh PUIL. Ketentuan umum perlengkapan listrik sesuai PUIL diantaranya:
(1) Disyaratkan perlengkapan listrik harus dirancang sedemikian rupa sehingga dalam kerja normal tidak membahayakan atau merusak, dipasang secara baik dan harus tahan terhadap kerusakan mekanis, termal dan kimiawi. (5111, puil 2000)
(2) Perlengkapan listrik harus dipasang, dihubungkan dan diproteksi sedemikian rupa sehingga pelayanan dan pemeliharaannya dalam keadaan kerja tidak menyebabkan bahan yang mudah terbakar menyala. (5121, puil 2000)
(3) Perlengkapan listrik harus disusun dan dipasang sedemikian rupa sehingga pelayanan, pemeliharaan dan pemeriksaan dapat dilakukan dengan aman (5131, puil 2000)
(4) Bagian aktif perlengkapan listrik disyaratkan isolasi bagian aktif atau bagian
yang mengalirkan arus harus tahan lembab dan tidak mudah terbakar. (5141, puil 2000)
(5) Selungkup logam dan rangka logam perlengkapan listrik yang bertegangan ke
bumi di atas 50 v, harus dibumikan secara baik dan tepat, dan harus dilengkapi dengan sekrup atau terminal untuk pembumian (5151, puil 2000)
(6) Agar tahan terhadap tegangan lebih, perlengkapan listrik harus mempunyai ketahanan terhadap tegangan impuls pengenal yang tidak lebih kecil dari tingkat tegangan lebih yang berlaku di tempat instalasi sebagai yang dirinci dalam tabel
1.1 di bawah ini. (7) Untuk melayani perlengkapan listrik, setiap peranti yang mempunyai daya
minimal 1,5 KW harus dapat dihubungkan dan diputuskan dengan sakelar. Perlengkapan untuk melayani sakelar motor dan mesin lain yang digerakkan dengan listrik, harus dipasang sedekat mungkin dengan mesin yang bersangkutan. (518, puil 2000)
Tabel 1.1 Tingkat Ketahanan Perlengkapan Listrik tehadap Tegangan Impuls
Tegangan operasi Tingkat tegangan lebih transient yang diasumsikan Tegangan maks fase ke netral
untuk perlengkapan yang dipakai dalam bagian pengenal instalasi a.b atau a.s
instalasi, berbagai kategori Sistem
Sistem
Sistem
Kategori 1 Kategori 2 Kategori 3 Kategori 4 tiga fasa tiga fasa satu fase
(Volt) (Volt) (Volt)
Sumber: PUIL 2000, hal 164
Keterangan Tabel 1.1: (a) Kategori 1: ialah perlengkapan listrik yang dipasang dalam berbagai bagian
instalasi atau dalam perakitan yang keadaan tegangan lebih transiennya dibatasi sampai tingkat rendah tertentu. Contoh: Perlengkapan dalam sirkit elektronik
(b) Kategori 2: ialah perlengkapan yang dihubungkan ke instalasi tetap. Contoh: pemanfaat atau peranti randah (portable), dan piranti rumah tangga (c) Kategori 3: ialah perlengkapan yang dihubungkan dengan instalasi tetap dan pada keadaan dimana keandalan dan ketersediaan perlengkapan memenuhi berbagai persyaratan tertentu. Contoh: Sakelar untuk instalasi tetap dan perlengkapan untuk pemakaian di industri, yang dihubungkan permanent pada instalasi tetap, seperti kapasitor, reactor, dll.
(d) Kategori 4: ialah perlengkapan yang dipakai pada awal/hulu instalasi (misalnya kwh meter dan perlengkapan gawai proteksi di PHB induk) Contoh: Perlengkapan meter listrik dan perlengkapan untuk proteksi dari arus lebih.
(8) Pada perlengkapan listrik harus dicantumkan keterangan teknis (pemberian tanda) yang perlu (5191, puil 2000).
2 Syarat Motor Listrik
Syarat motor listrik (551 puil 2000) menyebutkan bahwa :
(1) Pada pelat nama setiap motor harus terdapat keterangan atau tanda mengenai hal
berikut:
a) Nama pembuat;
b) Tegangan pengenal;
c) Arus beban pengenal;
d) Daya pengenal;
e) Frekuensi pengenal dan jumlah fase untuk motor arus bolak-balik;
f) Putaran per menit pengenal;
g) Suhu lingkungan pengenal dan kenaikan suhu pengenal;
h) Kelas isolasi;
i) Tegangan kerja dan arus beban penuh sekunder untuk motor induksi rotor lilit; i) Tegangan kerja dan arus beban penuh sekunder untuk motor induksi rotor lilit;
(2) Setiap motor dan lengkapannya yang hendak dipasang harus dalam keadaan baik serta dirancang dengan tepat untuk maksud penggunaannya dan sesuai dengan keadaan lingkungan tempat motor dan lengkapan tersebut akan digunakan. ( 5512, puil 2000)
(3) motor harus tahan tetes, tahan percikan air, tahan hujan, kedap air, atau memiliki kualitas lain yang sesuai dengan keadaan lingkungan tempat motor itu hendak dipasang. (5513, puil 2000)
(4) Motor terbuka yang mempunyai komutator atau cincin pengumpul, harus ditempatkan atau dilindungi sedemikian rupa sehingga bunga api tidak dapat mencapai bahan yang mudah terbakar di sekitarnya. (5514, puil 2000)
(5) Motor harus dipasang sedemikian rupa sehingga pertukaran udara sebagai pendinginnya cukup terjamin.(5515, puil 2000)
Syarat pengendalian:
(1) Motor harus dipasang sedemikian rupa sehingga dapat dijalankan, diperiksa, dan dipelihara dengan mudah dan aman. (55161, puil 2000) (2) Pemasangan motor harus diusahakan sedemikian rupa sehingga pelat nama motor mudah terbaca. (55162, puil 2000) (3) Lengkapan pengatur dan perlengkapan kendali harus dapat dijalankan, diperiksa, dan dipelihara dengan mudah dan aman.( 55163, puil 2000) (4) Motor yang dipasang magun harus dikukuhkan dengan sekrup, baut ataupengukuh lain yang setaraf.(5517, puil 2000) (5) Motor harus dilindungi dengan tepat di tempat yang kemungkinan besar menimbulkan kerusakan mekanik. (5518, puil 2000)
3 Syarat Pengawatan Perlengkapan Listrik
Dalam melakukan kegiatan pengawatan perlengkapan listrik harus memperhatikan syarat-syarat tertentu agar proses pengawatan berjalan dengan baik, aman dan lancar. Sesuai PUIL, syarat pengawatan perlengkapan listrik yaitu:
(1) Pengawatan perlengkapan listrik dengan menggunakan kabel fleksibel harus
sesuai dengan maksud dan daerah penggunaannya. Kabel fleksibel hanya dapat digunakan untuk: (a) pengkawatan lampu gantung, (b) pengkawatan armature penerangan, (c) pengkawatan lif, (d) pengkawatan Derek atau kran jalan.pengkawatan lampu dan piranti randah. (5212, puil 2000)
(2) Kabel fleksibel tidak boleh digunakan dalam hal: (5213, puil 2000) (a) sebagai pengganti perkawatan pasangan tetap suatu bangunan (b) melewati lubang pada dinding, langit-langit atau lantai. (c) Melalui lubang pada pintu, candela dan semacamnya. (d) kabel fleksibel sedapat mungkin digunakan dalam satu potongan yang utuh
4 Syarat Proteksi Instalasi Listrik
Selain memperhatikan ketentuan instalasi listrik yang sesuai PUIL, dalam praktik instalasi tenaga listrik juga harus memperhatikan system proteksinya. Tujuan adanya proteksi adalah untuk melindungi dan mengamankan komponen instalasi tenaga listrik.
1) Proteksi Beban Lebih
Proteksi beban lebih (arus lebih) dimaksudkan untuk melindungi motor, dan perlengkapan kendali motor, terhadap pemanasan berlebihan sebagai akibat beban lebih, atau sebagai akibat motor tak dapat diasut.(5541, puil 2000)
Beban lebih atau arus lebih pada waktu motor beroperasi, bila bertahan cukup lama, akan mengakibatkan kerusakan atau pemanasan yang berbahaya pada motor tersebut.
P enggunaan proteksi beban lebih
Dalam lingkungan dengan gas, uap, atau debu yang mudah terbakar atau mudah
meledak, setiap motor yang dipasang tetap, harus diproteksi terhadap beban lebih.(55421, puil 2000)
Setiap motor fase tiga atau motor berdaya pengenal 1 PK atau lebih yang
dipasang tetap dan dijalankan tanpa pengawasan, harus diproteksi terhadap beban lebih. (55422, puil 2000)
Gawai proteksi yang dimaksud di atas (3) & (4) tidak boleh mempunyai nilai
pengenal, atau disetel pada nilai yang lebih tinggi dari yang diperlukan untuk mengasutmotor pada beban penuh. Waktu tunda gawai proteksi beban lebih tersebut tidak boleh lebih lama dari yang diperlukan untuk memungkinkan motor diasut dan dipercepat pada beban penuh. (5543, puil 2000)
Penempatan unsur sensor
Jika pengaman lebur digunakan sebagai proteksi beban lebih, pengaman lebur itu harus dipasang pada setiap penghantar fase. (55441, puil 2000) Jika digunakan gawai proteksi yang bukan pengaman lebur, tabel berikut
menentukan penempatan dan jumlah minimum unsur pengindera seperti kumparan trip, relai, dan pemutus termis. (55442, puil 2000)
Gawai proteksi beban lebih yang bukan pengaman lebur, pemutus termis atau
proteksi termis, harus memutuskan sejumlah penghantar fase yang tak dibumikan secara cukup serta menghentikan arus ke motor. (5545, puil 2000)
Tabel 1.2 Penempatan Unsur Sensor Pengindera Proteksi Beban Lebih
Jumlah dan tempat Jenis Motor
Sistem Suplai
Unsure Pengindera Fase satu a.b atau Dua kawat, fase satu
1 (satu) pengindera, dan a.s
a.b. atau a.s, tak
ditempatkan pada salah satu ditempatkan pada salah satu
penghantar.
Dua kawat fase satu a.b
1 (satu) pengindera, tem-pat: pada Fase satu a.b
atau a.s, 1 Penghantar
penghantar yang tak dibumikan
dibumikan
2 (dua) pengindera, di-tempatkan Fase tiga a.b
Setiap sistem fase tiga
pada peng-hantar fase.
Sumber: PUIL 2000, hal 181
Pemutus termis, relai arus lebih, atau gawai proteksi beban lebih lainnya, yang tidak mampu memutuskan arus hubung pendek, harus diproteksi secukupnya dengan gawai proteksi hubung pendek. (5546, puil 2000)
Proteksi arus lebih untuk motor yang digunakan pada sirkit cabang serbaguna harus diselenggarakan sebagai berikut: (5547, puil 2000)
Satu motor atau lebih tanpa proteksi beban lebih dapat dihubungkan pada sirkit
cabang sebaguna, hanya apabila syarat yang ditentukan untuk setiap dua motor atau lebih dalam syarat “proteksi hubung pendek sirkit cabang” dipenuhi
Motor dengan nilai pengenal lebih dari yang ditentukan dalam syarat “proteksi
hubung pendek sirkit cabang” dapat dihubungkan pada sirkit cabang serbaguna, hanya apabila tiap motor diproteksi beban lebih.
Jika motor dihubungkan pada sirkit akhir serbaguna dengan kontak tusuk, dan
setiap proteksi beban lebih ditiadakan menurut butir 1) di atas, nilai pengenal kontak tusuk tidak boleh lebih dari 16 A pada 125 V, atau 10 A pada 250 V. Jika proteksi beban lebih tersendiri, butir 2) di atas mensyaratkan proteksi tersebutharus merupakan bagian dari motor atau peranti bermotor yang dilengkapi tusuk kontak.
Gawai proteksi beban lebih yang melindungi sirkit akhir tempat motor atau
peranti bermotor dihubungkan, harus mempunyai waktu tunda yang memungkinkan motor diasut dan mencapai putaran penuh. (no. 5547, puil 2000)
Gawai proteksi beban lebih yang dapat mengulang asut secara otomatis setelah
jatuh karena arus lebih, tidak boleh dipasang, kecuali bila hal itu diperbolehkan jatuh karena arus lebih, tidak boleh dipasang, kecuali bila hal itu diperbolehkan
2) Proteksi Hubung Pendek Sirkit Motor
Setiap motor harus diproteksi tersendiri terhadap arus lebih yang diakibatkan oleh hubung pendek, kecuali untuk motor berikut ini: Motor yang terhubung pada sirkit akhir, yang diproteksi oleh proteksi arus
hubung pendek yang mempunyai nilai pengenal atau setelan tidak lebih dari 16A Gabungan motor yang merupakan bagian daripada mesin atau perlengkapan, asal setiap motor diproteksi oleh satu atau lebih relai arus lebih, yang mempunyai nilai pengenal lebih tinggi dari yang diperlukan, dan dapat menggerakkan sebuah sakelar untuk menghentikan semua motor sekaligus. (5551, puil 2000)
Nilai pengenal atau setelan gawai proteksi
Nilai pengenal atau setelan gawai proteksi arus hubung pendek harus dipilih
sehingga motor dapat diasut, sedangkan penghantar sirkit akhir, gawai kendali, dan motor, tetap diproteksi terhadap arus hubung pendek.
Untuk sirkit akhir yang mensuplai motor tunggal, nilai pengenal atau setelan
proteksi arus hubung pendek tidak boleh melebihi nilai yang bersangkutan dalam tabel 1.3 di bawah ini.
Untuk sirkit akhir yang mensuplai beberapa motor, nilai pengenal atau setelan gawai proteksi hubung pendek, tidak boleh melebihi nilai terbesar dihitung menurut tabel 1.3 untuk masing-masing motor, ditambah dengan jumlah arus beban penuh motor lain dalam sirkit akhir itu.
Jumlah dan penempatan unsur pengindera gawai proteksi hubung pendek harus
sesuai dengan ketentuan mengenai gawai proteksi beban lebih Gawai proteksi hubung pendek harus dengan serentak memutuskan penghantar tak dibumikan yang cukup jumlahnya untuk menghentikan arus ke motor
Tabel 1.3 Nilai Pengenal atau Setelan Tertinggi Gawai Proteksi sirkit Motor terhadap Hubung Pendek
Prosentase Arus Beban Penuh JENIS MOTOR
Pemutus Sirkit
Pengaman
Lebur ( % ) Motor sangkar atau serempak,
dengan pengasutan star-delta, langsung pada jaringan, dengan
400 reactor atau resistor, dan motor fase tunggal reaktans tinggi
Motor sangkar atau serempak , dengan pengasutan autotrafo, atau
400 motor sangkar
Motor rotor lilit atau arus searah
Jika tempat hubungan suatu cabang ke saluran utama tak dapat dicapai, proteksi
arus lebih sirkit motor boleh dipasang ditempat yang dapat dicapai, asal penghantar antara sambungan dan proteksi mempunyai KHA sekurang- kurangnya 1/3 KHA saluran utama, tetapi panjangnya tidak boleh lebih dari 10 m, dan dilindungi terhadap kerusakan mekanik. (5552, puil 2000)
3) Proteksi Hubung Pendek Sirkit Cabang
a. Suatu sirkit cabang yang mensuplai beberapa motor dan terdiri atas penghantar dengan ukuran yang sesuai, harus dilengkapi dengan proteksi arus lebih yang tidak melebihi nilai pengenal atau setelan gawai proteksi sirkit akhir motor yang tertinggi, ditambah dengan jumlah arus beban penuh semua motor lain yang disuplai oleh sirkit tersebut.
b. Jika dua motor atau lebih dari suatu kelompok harus diasut serentak, mungkin perlu dipasang penghantar saluran utama yang lebih besar, dan jika demikian halnya maka perlu dipasang proteksi arus lebih dengan nilai pengenal atau setelan yang sesuai.
c. Untuk instalasi besar yang dipasangi sirkit yang besar sebagai persediaan bagi perluasan atau perubahan di masa datang, proteksi arus lebih dapat didasarkan pada KHA penghantar sirkit tersebut. (556, puil 2000)
D. RANGKUMAN
1) Ketentuan umum perlengkapan listrik mengisyaratkan agar pelaksana lapangan dalam membuat suatu perancangan dan pelaksanaan instalasi listrik dapat memperoleh keandalan dan keamanan dalam pemakaiannya
2) Syarat motor lstrik diantaranya: ada pelat nama, tahan tetes, tahan percikan air, tahan hujan, kedap air, atau memiliki kualitas lain yang sesuai dengan keadaan lingkungan, Motor terbuka yang mempunyai komutator atau cincin pengumpul, harus ditempatkan atau dilindungi sedemikian rupa
3) Pengawatan perlengkapan listrik dengan menggunakan kabel fleksibel harus sesuai dengan maksud dan daerah penggunaannya
4) Tujuan adanya proteksi adalah untuk melindungi dan mengamankan komponen instalasi tenaga listrik.
5) Proteksi instalasi listrik sesuai PUIL terdiri dari proteksi beban lebih, proteksi hubung pendek sirkit motor, dan hubung pendek sirkit cabang
E. TUGAS
Jawablah pertanyaan berikut ini dengan tepat! 1. Jelaskan apa saja ketentuan umum perlengkapan listrik sesuai PUIL 2000! 2. Jelaskan syarat motor listrik sesuai PUIL 2000! 3. Jelaskan syarat pengawatan perlengkapan listrik sesuai PUIL 2000! 4. Sebutkan dan jelaskan macam proteksi instalasi listrik sesuai PUIL 2000!
F. DAFTAR RUJUKAN
Badan Standardisasi Nasional, 2000. Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000. Jakarta : Yayasan PUIL
Prihanto, Dwi. 2013. Workshop Instalasi Tenaga Listrik. Malang. TE-UM
BAB 2 INSTALASI MOTOR 3 FASA DENGAN KENDALI MAGNETIK
A. KERANGKA ISI
BAB 2
Instalasi Motor 3 Fasa dengan Kendali Magnetik
Perlengkapan Pendukung Instalasi Sistem Pengendalian Motor Listrik
Motor Listrik
1. Thermal Over-Load Relay Pengendalian Manual
2. Miniatur Circuit Breaker (MCB)
Saklar ON-OFF
3. Kontaktor Magnit Saklar TPST dan TPDT
4. Relay Penunda Waktu
Saklar Pisau
5. Push Button
6. Panel Box
7. Penghantar Listrik
8. Bahan-bahan lain
Pengendalian Semi Otomatis
Kontaktor Magnit Overload Load
Timer
Push Button ON-OFF Push Button OFF-REF-FWD
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
1) Mahasiswa mampu menjelaskan Perlengkapan Pendukung Instalasi Motor Listrik
2) Mahasiswa mampu menjelaskan Sistem Pengendalian Motor Listrik
C. MATERI PEMBELAJARAN
1 Perlengkapan Pendukung Instalasi Motor Listrik
Dalam melakukan praktik instalasi tenaga listrik, tentunya harus ada peralatan pendukungnya. Peralatan yang digunakan untuk instalasi tenaga/motor listrik di antaranya adalah:
1) Thermal Over-load Relay
Dalam instalasi motor listrik, dibutuhkan pengaman terhadap beban lebih dengan tujuan untuk menjaga dan melindungi motor listrik dari kerusakan yang fatal akibat gangguan beban lebih. Thermal Over-load Relay biasanya dipasang didekat sakelar magnet. Gambar 2.1 menunjukkan diagram kontak dan bentuk fisik Thermal Overload Relay (TOR):
Gambar 2.1. Diagram kontak dan bentuk fisik Thermal Overload Relay (TOR) (Sumber: Setiawan, 1995)
Djemari Mardapi (1980) menjelaskan Thermal Overload Relay (TOR) adalah salah satu pengaman motor listrik dari arus yang berlebihan. Bila Arus yang melewati motor listrik terlalu besar maka akan merusak beban, oleh sebab itu TOR akan memutuskan rangkaian apabila ada arus listrik yang melebihi batas beban. Cara kerjanya seperti azas bimetal, yaitu ada dua buah logam yang koefisien muainya berbeda digandeng jadi satu, sehingga kalau panas akan melengkung. Pemuaian ini didesain untuk memutus rangkaian bila motor terlalu panas.
Relay ini dihubungkan dengan kontaktor pada kontak utama 2, 4, 6 sebelum ke beban (motor listrik). Gunanya untuk mengamankan motor listrik atau memberi perlindungan kepada motor listrik dari kerusakan akibat beban lebih. Beberapa penyebab terjadinya beban lebih antara lain:
Terlalu besarnya beban mekanik dari motor listrik Arus start yang tertalu besar atau motor listrik berhenti secara mendadak Terjadinya hubung singkat Terbukanya salah satu fasa dari motor listrik 3 fasa.
Gambar 2.2 berikut merupakan penyambungan TOR pada Kontaktor Magnet:
Gambar 2.2. Pnyambungan TOR pada Kontaktor Magnet (Sumber: Situmorang, 2016)
2) Miniatur Circuit Breaker (MCB)
MCB berfungsi sebagai pengaman arus lebih. Bekerjanya bila pada rangkaian yang diamankan mendapat beban yang berlebihan diatas rating arus MCB, maka bimetal MCB berfungsi sebagai pengaman arus lebih. Bekerjanya bila pada rangkaian yang diamankan mendapat beban yang berlebihan diatas rating arus MCB, maka bimetal
Gambar 2.3 (a) Simbol MCB, (b) MCB 3 Fasa, (c) MCB 1 Fasa Sumber: Laras (2016: 15)
Cara mengetahui daya maximum dari MCB adalah dengan mengalikan kapasitas dari MCB tersebut dengan 220v ( tegangan umum di Indonesia ). Beberapa kegunaan MCB:
Membatasi Penggunaan Listrik Mematikan listrik apabila terjadi hubungan singkat ( Korslet ) Mengamankan Instalasi Listrik Membagi rumah menjadi beberapa bagian listrik, sehingga lebih mudah untuk
mendeteksi kerusakan instalasi listrik.
3) Kontaktor Magnit
Setiawan (2995) menjelaskan kontaktor magnit adalah sebuah komponen yang berfungsi sebagai penghubung atau kontak dengan kapasitas yang besar dengan menggunakan daya minimal. Kontaktor merupakan jenis saklar yang bekerja secara magnetik yaitu kontak bekerja apabila kumparan diberi energi. The National Manufacture Assosiation (NEMA) mendefinisikan kontaktor magnetis sebagai alat yang digerakan secara magnetis untuk menyambung dan membuka rangkaian daya listrik. Tidak seperti Setiawan (2995) menjelaskan kontaktor magnit adalah sebuah komponen yang berfungsi sebagai penghubung atau kontak dengan kapasitas yang besar dengan menggunakan daya minimal. Kontaktor merupakan jenis saklar yang bekerja secara magnetik yaitu kontak bekerja apabila kumparan diberi energi. The National Manufacture Assosiation (NEMA) mendefinisikan kontaktor magnetis sebagai alat yang digerakan secara magnetis untuk menyambung dan membuka rangkaian daya listrik. Tidak seperti
(a)
(b)
Gambar 2.4. (a) Simbol Kontaktor, (b) Bentuk fisik Kontaktor Magnet Sumber: Laras (2016: 14)
Sumarlan (1980) menjelaskan kontaktor akan bekerja normal bila tegangannya mencapai 85 % dari tegangan kerja, bila tegangan turun kontaktor akan bergetar. Ukuran dari kontaktor ditentukan oleh batas kemampuan arusnya. Biasanya pada kontaktor terdapat beberapa kontak, yaitu kontak normal membuka (Normally Open = NO) dan kontak normal menutup (Normally Close = NC). Kontak No berarti saat kontaktor magnet belum bekerja kedudukannya membuka dan bila kontaktor bekerja kontak itu menutup/ menghubung. Sedangkan kontak NC berarti saat kontaktor belum bekerja kedudukan kontaknya menutup dan bila kontaktor bekerja kontak itu membuka. Jadi fungsi kerja kontak NO dan NC berlawanan. Kontak NO dan NC bekerja membuka sesaat lebih cepat sebelum kontak NO menutup.
4) Relay Penunda Waktu (Timer)
Darsono (1981) menjelaskan Relay penunda waktu disebut juga sakelar pewaktu (time delay relay/TDR) yaitu suatu sakelar dimana proses membuka dan menutupnya kontak hubung ditentukan oleh pengaturan waktu. Bentuknya sama dengan relay 8 pin.
Bentuk fisik TDR dan Soket TDR ditunjukkan pada Gambar 2.5:
(a)
(b)
Gambar 2.5. (a) Time Delay Relay, (b) Soket Time Delay Relay
Sumber: needly.multiply.com
Theraja (1978) menjelaskan tegangan kerja yang banyak digunakan untuk sarana kendali instalasi misalnya 220 VAC, jumlah kaki yang banyak digunakan adalah 8 pin. Nomor kaki 2 – 7 ditempati ujung-ujung coil, nomor 1 – 8 sebagai kontak induk, dan yang lain sebagai penghubung yang terdiri atas 2 kontak NC (no.4 & 5) dan 2 kontak NO (no 3 & 6). Operasionalnya komponen ini juga ditancapkan pada soket sebagai media untuk menyambung kontak-kontak timer menuju ke rangkaian luar. Komponen ini biasanya digunakan untuk: (a) mengubah hubungan star-delta secara otomatis, (b) mengubah arah putar motor secara otomatis, (c) mengubah kecepatan putaran motor secara otomatis, dan lain sebagainya. Kontruksi dan simbol TDR ditunjukkan pada Gambar 2.6:
Gambar 2.6. Kontruksi dan Simbol TDR
Sumber: needly.multiply.com
5) Tombol Tekan (Push Button Stater)
Tombol untuk menjalankan motor dinamakan tombol tekan on, sedangkan untuk menghentikan motor dinamakan tombol tekan off. Tombol ini bekerja kalau ditekan dengan tangan, bila kita lepas maka kedudukannya akan kembali ke posisi semula karena ada pegas pendorong, jadi proses hubung-putusnya hanya sesaat ada perlakuan penekanan terhadap tombol tersebut. Di perdagangan disiapkan:
(a) Tombol tekan: ON-OFF, pada tombol ON, posisi kontaknya adalah normally open (NO) , sedangkan pada tombol OFF, posisi kontaknya adalah normally close (NC)
(b) Tombol OFF-REF-FWD: dalam hal ini posisi kontak pada tombol FWD dan REF ada dua macam, yaitu NC & NO, sedan pada tombol OFF adalah NC. (c) Tombol Engkel : OFF (d) Tombol engkel: ON (e) Tombol engkel : NO-NC
Gambar 2.7 menunjukkan bentuk fisik dari tombol tekan:
Gambar 2.7. bentuk fisik tombol tekan
Sumber: needly.multiply.com
6) Bahan-Bahan
a) Kanal Sirip & Pipa Instalasi
Kanal sirip disebut juga dak kabel. Sarana ini biasanya digunakan untuk me- nempatkan kabel di dalam panel agar rapi. Sedang pipa instalasi digunakan untuk menempatkan kabel yang ke luar dari panel, sehingga kelihatan rapi dan terlindung dari gangguan mekanik.
b) Terminal Kabel / Terminal Rangkai
Untuk persiapan penyambungan kabel kerangkaian luar dari suatu panel, perlu disiapkan terminal kabel. Terminal kabel disini ada dua macam, yaitu (a) terminal plastic, (b) terminal rangkai. Jenis terminal rangkai dapat dirangkai dalam suatu rel omega, banyak digunakan untuk pelayanan sambungan pada panel kelasifikasi besar.
c) Rel Omega
Rel omega adalah suatu rel yang digunakan untuk dudukan komponen di dalam panel, seperti MCB, Kontaktor, Relay, terminal rangkai, dan lain sebagainya.
d) Rel Tembaga
Rel tembaga digunakan sebagai sarana pengumpul tenaga listrik, yang diletak-kan didalam panel tenaga. Ukuran rel tembaga yang ada di perdagangan ditunjukkan pada tabel 2.2 di bawah ini
Tabel 2.1. Ukuran Rel Tembaga
REL TEMBAGA
Arus dalam Ampere yang Lebar
Tebal
Penampang
diijinkan untuk kenaikan suhu: (mm)
(mm)
(mm²)
20°C
10 °C
15 2 30 110A
75A
15 4 60 160A
120A
20 2 40 140A
100A
20 4 80 210A
150A
25 2 50 190A
140A
250A
180A
300A
220A
390A
270A
400A
280A
500A
360A
600A
420A
500A
350A 350A
Adalah lampu tanda misalnya untuk menunjukkan jala-jala On (bertegangan), lampu tanda motor run, lampu tanda motor putar kiri, lampu tanda motor putar kanan, lampu tangda motor off, lampu tanda olerload sedang OFF, dan lain sebagainya. Lampu indicator ditunjukkan pada gambar 2.8:
Gambar 2.8. Lampu Indikator Sumber: Situmorang (2016)
7) Panel Box
Panel box adalah kotak yang berfungsi untuk meletakkan dan pelindungi perlengkapan pendistribusian atau perlengkapan pengendalian tenaga listrik.
Gambar 2.9. Panel Box (Sumber: hasil foto di Lab TE UM)
8) Penghantar Listrik
Penghantar listrik (konduktor) adalah bahan yang memiliki konduktifitas baik untuk menyalurkan tenaga listrik. Bahan yang banyak digunakan adalah tembaga atau aluminium. Bila penghantar listrik tersebut sudah dilindungi oleh suatu isolasi biasa disebut “kabel” Jenis kabel di perdagangan banyak sekali ragamnya, dan selalu ada saja tambahan jenis kabel baru di pasaran.
Rida Ismu (1979) menjelaskan jenis-jenis kabel dinyatakan dengan istilah-istilah yang terdiri dari sejumlah huruf dan terkadang juga angka. Karena banyaknya jenis kabel yang ada di perdagangan, sering tidak mudah untuk mengenali konstruksi suatu kabel hanya berpijak dari nomenklaturnya saja, tanpa adanya keterangan tambahan.
Contoh jenis kabel, lampiran C PUIL 2000, sebagai berikut: N : kabel standart penghantar tembaga Y : Selubung isolasi dari PVC
A ; Selubung atau lapisan pelindung luar bahan serat Contoh kabel di pasaran: NYA; NYY Identifikasi rel atau inti penghantar dengan Warna ditunjukkan pada tabel 2.3:
Tabel 2.2 Identifikasi rel atau inti penghantar dengan Warna
PENGENAL
INTI ATAU REL
A. Instalasi Arus bolak-balik Fasa I (satu)
Merah Fasa II (dua)
L1 / R
Kuning Fasa III (tiga)
L2 / S
Hitam Netral
L3 / T
Biru
B. Instalasi Perlengkapan Listrik Fasa I (satu)
Merah Fasa II (dua)
U/X
Kuning Fasa III (tiga)
C. Penghantar Netral
Biru hijau-kuning
D. Penghantar Pembumian
PE
Hijau
E. Instalasi Arus Searah Positif
Negatif
Kawat tengah
Biru
2 Sistem Pengendalian Motor Listrik
Sistem Pengendalian Motor Listrik adalah adalah sejumlah kegiatan mulai dari memasang, merakit, mengamankan, dan mengoperasikan motor hingga pesawat tersebut dapat bekerja dengan aman. Pengawatan motor listrik adalah kegiatan merakit atau menghubungkan motor listrik dengan pelengkapan-perlengkapannya sehingga membentuk suatu sistem instalasi motor listrik. Sistem pengendalian motor listrik bisa dilakukan secara manual, semi otomatis dan otomatis.
1) Sistem Pengendalian Motor Listrik Secara Manual
Sistem pengendalian motor listrik secara manual adalah sistem pengawatan, pengamanan, dan pengoperasian motor listrik dengan menggunakan peralatan mekanik yang dilakukan oleh manusia.
a. Pengendalian Motor Listrik dengan Saklar ON/OFF
Dengan sakelar ON/OFF motor dapat dihubungkan langsung dengan tegangan jala- jala. Biasanya sakelar ON-OFF digunakan untuk mengoperasikan motor yang berdaya kecil, misalnya: motor gergaji; motor gerida; motor bor; dan lain sebagainya. Contoh Rangkaiannya ditunjukkan pada gambar 2.10:
Gambar 2.10. Pengawatan Motor Listrik menggunakan Sakelar ON/OFF
(Sumber: Prihanto, 2013: 112) (Sumber: Prihanto, 2013: 112)
Motor 3 fasa banyak digunakan pada semua mesin industri, baik untuk daya kecil maupun untuk daya besar. Untuk motor 3 fasa yang berdaya kecil dapat dioperasikan secara manual dengan menggunakan sakelar TPST atau TPDT.
Gambar 2.11. Pengawatan Motor 3 Fasa menggunakan Sakelar TPST (Sumber: Prihanto, 2013: 117)
Sakelar TPDT dapat dijadikan sebagai sakelar bintang segitiga (start delta) dengan cara seperti diperlihatkan pada gambar 2.12:
Gambar 2.12. Pengawatan Motor 3 Fasa menggunakan Sakelar TPDT (Sumber: Prihanto, 2013: 118) Gambar 2.12. Pengawatan Motor 3 Fasa menggunakan Sakelar TPDT (Sumber: Prihanto, 2013: 118)
Untuk membalik putaran motor 3 fasa, kontak-kontaknya sudah dirancang sedemikian rupa sehingga dalam perpindahan posisi sakelar dapat menukar hubungan kedua hantaran fasa, sehingga putaran motor akan terbalik. Lihat gambar skema di bawah ini. Pada gambar dibawah ini digunakan pengaman hubung singkat berupa patrun lebur. Sebagai proteksi terhadap beban lebih digunakan sensor bimetal atau MCB
Gambar 2.13. Membalik Putaran Motor 3 Fasa dengan Sakelar Pisau (Sumber: Prihanto, 2013: 119)
2) Sistem Pengendalian Motor Listrik Secara Semi Otomatis
Sistem pengendalian motor listrik secara semi otomatis pada umumnya digunakan kontaktor. Penggunaan sarana ini di dalam sistem instalasi motor listrik, banyak diperoleh keuntungan, di ataranya adalah: (a) pelayanan menjadi mudah; (b) memungkinkan pelayanan dari jarak yang jauh; (c) keamanan motor lebih terjamin. Satu hal penting yang harus diperhatikan dalam menggunakan kontaktor magnet adalah: memeriksa berapa Sistem pengendalian motor listrik secara semi otomatis pada umumnya digunakan kontaktor. Penggunaan sarana ini di dalam sistem instalasi motor listrik, banyak diperoleh keuntungan, di ataranya adalah: (a) pelayanan menjadi mudah; (b) memungkinkan pelayanan dari jarak yang jauh; (c) keamanan motor lebih terjamin. Satu hal penting yang harus diperhatikan dalam menggunakan kontaktor magnet adalah: memeriksa berapa
Contoh Gambar rangkaian kendali semi-otomatis:
1) Rangkaian Motor 3 fasa yang dilayani dari dua tempat dengan kontraktor magnit
Gambar 2.14. Motor 3 fasa yang dilayani dari dua tempat dengan kontraktor magnit (Sumber: Prihanto, 2013: 127)
2) Rangkaian Dua Motor dengan Kerja Bergantian (Interlocking)