IMPLEMENTASI DAN PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN KITAB KUNING DENGAN ARAB PEGON

  

IMPLEMENTASI DAN PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN KITAB

KUNING DENGAN ARAB PEGON

  ( Studi di Ponpes Al-Falah Karangrejo Pacitan )

  

Oleh: Achmad Ridlowi

  ABSTRAK Pendidikan merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kehidupan bangsa, salah satunya pendidikan kitab kuning dengan arab pegon,menurut penulis pengajaran Arab pegon sangat penting, karena melestarikan peninggalan nenek moyang. Hal tersebut menunjukkan bahwa kualitas pendidikan sangat menentukan kualitas kehidupan. Peningkatan mutu pendidikan merupakan komitmen untuk meningkatkan sumber daya manusia, baik pribadi maupun sebagai modal dasar pembangunan bangsa.

  Problem pembelajaran kitab kuning dengan Arab pegon. Mencakup; a. Problem apa saja yang muncul pada penerapan kitab kuning dengan Arab pegon?. b. Apakah penerapan kitab kuning dengan Arab pegon dapat memberikan pemahaman yang utuh terhadap isi teks? c. Problem apa saja yang muncul ketika siswa mengkomunikasikan pemahaman kepada orang lain atas pembacaan kitab kuning yang menggunakan Arab pegon?. d. Apa kelebihan dan kekurangan penggunaan Arab pegon bagi pemahaman terhadap isi teks pada siswa?

  Tujuan Penulisan: a. untuk mengetahui problem apa saja yang muncul pada penerjemahan kitab kuning dengan Arab pegon?. b. untuk mengetahui apakah penerjemahan kitab kuning dengan Arab pegon dapat memberikan pemahaman yang utuh terhadap isi teks c. untuk mengetahui problem apa saja yang muncul ketika siswa mengkomunikasikan pemahaman kepada orang lain atas pembacaan kitab

  

kuning yang menggunakan Arab pegon?d. untuk mengetahui kelebihan dan

kekurangan penggunaan Arab pegon bagi pemahaman terhadap isi teks pada siswa.

  Hasil Penulisan dapat memperlihatkan semua unsur teks yang ada, Siswa dapat mengetahui kedudukan kalimat dalam setiap tulisan, Menggunakan simbol- simbol linguistik tertentu yang memudahkan siswa mengetahui kedudukan kalimat, Mendapatkan banyak kosakata, Para siswa dapat menghayati dzauqul arabiyah. (rasa bahasa), Menggunakan Arab pegon berarti sedikit banyak kita telah berusaha menjaga kelestarian khasanah budaya Nusantara, khususnya budaya bahasa Jawa.

  Kata Kunci: Kitab Kuning, Arab Pegon, Pondok Pesantren Al-Falah

  Pendahuluan

  Arab pegon, sebenarnya hanya merupakan ungkapan yang digunakan oleh orang Jawa, Jadi, huruf Arab pegon atau disebut dengan aksara Arab-Melayu ini merupakan tulisan dengan huruf Arab tapi menggunakan bahasa lokal. Dikatakan bahasa lokal karena ternyata tulisan Arab pegon itu tidak hanya menggunakan Bahasa Jawa saja tapi juga dipakai di daerah-daerah lain.

  Keberadaan Arab pegon di Nusantara sanga t erat kaitannya dengan syi’ar agama Islam, hal ini merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh para ulama sebagai upaya menyebarkan agama Islam. Selain itu aksara Arab ini juga digunakan dalam kesusasteraan Indonesia. Menurut Prof. Dr. Koentjaraningrat, dalam kesusasteraan Jawa ada juga yang ditulis dengan tulisan pegon atau gundhul, 1 penggunaan huruf ini terutama untuk kesusasteraan Jawa yang bersifat agama Islam, untuk meningkatkan kualitas pendidikan membutuhkan strategi yang sesuai dengan situasi dan kondisi. Menurut Noeng Muhajir, strategi merupakan suatu penataan potensi dan sumber daya agar dapat efisien dalam memperoleh hasil sesuai yang 2 direncanakan.

  Dengan adanya setrategi tersebut pembelajaran kitab kuning diharapkan mendapatkan hasil yang maksimal yang sesuai dengan harapan, mempelajari bahasa arab memang membutuhkan waktu yang panjang, minimal bisa membaca qur`an, setelah bisa membaca qur`an maka akan lebih mudah dalam mempelajari kitab kuning dengan menggunakan Arab pegon.

  Selain itu, keberadaan penggunaan Arab pegon di madrasah terutama yang masih kuat kultur masyarakatnya sampai saat ini masih tetap dipertahankan. Karena selama ini madrasah masih dianggap banyak membawa keberhasilan untuk mencetak kader-kader ulama. Penerapan kitab kuning dengan menggunakan Arab pegon di madrasah sangat membantu kepada siswa yang sedang mendalami isi kandungan kitab kuning. 1 2 Koentjaraningrat, Kebudayaan Jawa, Jakarta, Balai Pustaka, 1994, hlm. 20.

  Junaedi, Mansur, Mahfud Rekonstroksi Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta, 2005 Hlm. 168

  Dalam pengertian umum bahwa kitab kuning selalu dipandang sebagai kitab- kitab keagamaan berbahasa Arab, sebagai produk pemikiran ulama masa lampau (as-

  salaf) yang ditulis dengan format khas pra-modern

  Hal yang membedakan kitab kuning dari yang lainnya adalah metode mempelajarannya. Sudah dikenal bahwa ada dua metode yang berkembang di lingkungan Madrasah untuk mempelajari kitab kuning: adalah metode sorogan dan metode bandongan. Pada cara pertama, siswa membacakan kitab kuning dihadapan ustadz yang langsung menyaksikan keabsahan bacaan siswa, baik dalam konteks makna maupun bahasa (nahw dan sharf). Sementara itu, pada cara kedua, siswa secara kolektif mendengarkan bacaan dan penjelasan ustadz sambil masing-masing memberikan catatan pada kitabnya. menjadi paham. Pemakaian bahasa Jawa dalam penulisan Arab Pegon sebagai sistem yang diterapkan di madrasah merupakan salah satu simbol masuk dan bercampurnya budaya Jawa sebagai usaha untuk lebih dapat memahami isi kitab kuning yang didalamnya menggunakan bahasa Arab.

  Pembahasan Tinjauan Umum Tentang Kitab Kuning dan Arab Pegon

1. Kitab kuning

  Menurut Bahri Ghazali, MA. Kitab-kitab klasik Islam yang dikenal dengan istilah kuning yang terpengaruh oleh warna kertas. Kitab-kitab itu ditulis oleh ulama zaman dulu yang berisikan tentang ilmu keislaman seperti : fiqih, hadist, tafsir maupun tentang akhlaq. Ada dua esensinya seorang santri belajar kitab-kitab tersebut di samping mendalami isi kitab maka secara tidak langsung juga mempelajari bahsa arab sebagai bahasa kitab tersebut. Oleh karena itu, seorang santri yang telah tamat belajarnya di pesantren cenderung memiliki pengetahuan bahasa arab. Hal ini menjadi ciri seorang santri yang telah menyelesaikan studinya di pondok pesantren, yakni mampu memahami isi kitab 3 tersebut memjadi bahasanya. 3 Ghazali, Bahri, Pesantren berwawasan lingkungan, CV.Prasasti, Jakarta, 2003 hlm.24

  2. Tujuan dan fungsi dari kitab kuning

  Mengutip dari kutipan diatas bahwa fungsi dan tujuan dari kitab kuning adalah sebagai tambahan wawasan seorang santri atau siswa agar memiliki pengetahuan tentang bahasa Arab.

  3. Tinjauan umum tentang arab Pegon Proses Akulturasi Budaya Akulturasi merupakan suatu proses percampuran dua kebudayaan atau lebih yang saling bertemu dan saling mempengaruhi, proses masuknya pengaruh kebudayaan asing terhadap suatu masyarakat, sebagai menyerap secara selektif sedikit atau banyak unsur kebudayaan asing itu, dan sebagian berusaha menolak pengaruh 4 itu .

  Akulturasi terjadi apabila kelompok-kelompok individu yang memiliki kebudayaan yang berbeda saling berhubungan secara langsung dengan intensif, kemudian menimbulkan perubahan-perubahan besar pada pola kebudayaan dari salah satu atau kedua kebudayaan yang bersangkutan. Di antara variabel- variabel yang banyak itu termasuk tingkat perbedaan kebudayaan; keadaan, intensitas, dan semangat persaudaraan dalam hubungannya.

  Dengan adanya budaya-budaya tersebut kita harus bisa memilih yang dapat memberikan manfaat, karena tidak semua budaya itu baik tentu ada yang yang tidak baik jika diterapkan di negara kita. Oleh karena itu, terjadinya akulturasi dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya; (1) Apabila ditemukan unsur-unsur baru, (2) Apabila unsur baru dipinjam dari kebudayaan lain, (3) Apabila unsur-unsur kebudayaan yang ada tidak lagi cocok dengan lingkungan, lalu ditinggalkan atau diganti dengan yang lebih baik, (4) Apabila ada unsur-unsur yang hilang karena gagal dalam perwujudan dari suatu 5 angkatan ke angkatan berikutnya. Dalam hal ini peristiwa akulturasi yang terjadi di Nusantara telah 4 melahirkan produk kebudaayaan sehingga memunculkan terjadinya proses 5 Kamus Besar Bahasa Indonesia, penerbit Balai Pustaka 1989 hlm. 18.

  Taufiq dan Idris BA, Mengenal Kebudayaan Islam, PT. Bina Ilmu, Surabaya, 1983, hlm. 20 Islamisasi melalui Arab pegon yang kebanyakan diterapkan dipondok-pondok pesantren salaf.

  Dalam memahami ilmu-ilmu yang berkaitan dengan sejarah pendidikan islam tersebut perlu memahami mana yang perlu dikembangkan dan mana yang perlu diperbaiki. Dalam hal ini hendaknya sejarah pendidikan islam perlu dikembangkan melalui nilai-nilai yang positif, untuk dikembangkan dalam modernitas, tanpa nilai-nilai itu modernitas akan anarkis dan tidak menghiraukan hak-hak asasi manusia. Demikian sebaliknya, banyak nilai luhur dari sejarah pendidikan islam di didalam zaman modern ini tidak akan berdaya dan hanya menjadi dongeng bagi anak-anak.

  Dengan demikian kedatangan agama Islam yang mulai menyebar di Nusantara semenjak abad ke-13 M, ternyata juga tidak mengganggu budaya asli di Jawa yang masih eksis seperti sekarang. Ini karena budaya asli tersebut mempunyai watak yang elastis 6 , (mudah diubah bentuknya dan mudah kembali kebentuk asal) sehingga ajaran Islam yang datang dapat menyebar ke

  Nusantara.

  Masuknya Islam di pulau Jawa sejak awal hingga sekarang secara terus menerus masih merupakan suatu proses akulturasi. Tradisi Islam yang datang ke pulau Jawa sangat akomodatif terhadap tradisi Jawa, begitu juga sebaliknya, tradisi Jawa sangat apresiatif menerjemahkan tradisi Islam-Arab ke dalam sistem budaya Jawa. Agama sebagai salah satu unsur dari kebudayaan memiliki peran dalam perubahan kebudayaan itu sendiri. 7 Proses interaksi antara Islam dan budaya lokal itu berlangsung terus- menerus tanpa henti, mengalami pertumbuhan ke arah yang lebih kompleks.

  Proses pertumbuhan yang berjalan rapi dikarenakan penyampaian pesan-pesan Islam yang ditempuh melalui pendekatan kultural. Dengan masuknya agama Islam di pulau Jawa, kemudian munculah pondok-pondok pesantren sebagai pusat pendidikan agama Islam di jawa. 6 Fatkhan, Muh. Sinkretisme Jawa-Islam, Jurnal Religi. Vol. I/ No 2, Juli 2002, h. 194 7 Hidayah, Irfatul, Agama dan Budaya Lokal: Peran Agama dalam Proses Marginalisasi

  Budaya Lokal, Jurnal Religi, Vol. II, No. 2 Juli-Desember 2003, h.137

  Keberhasilan para wali yang dalam menyebarkan agama Islam, merupakan salah satu bukti bahwa mereka telah berhasil menyerap, kemudian menerjemahkan ke dalam bahasa kebudayaan masyarakatnya. Sehingga masyarakat melihat hasil “babaran” kebudayaan itu sebagai miliknya, sebagai sesuatu yang memancar dari cipta rasa mereka. 8 Bagi masyarakat, agama adalah nomor satu dan segalanya, sebaliknya para penguasa dan pendukung sastra budaya Jawa, kedudukan dan kekuasaan politik adalah yang nomor satu dan segalanya. Perlu kita sadari bahwa menetapkan strategi budaya untuk menghubungkan dua lingkungan budaya. Yaitu lingkungan budaya tidak berbahasa arab dengan sastra budaya agama yang berbahasa Arab dengan lingkungan budaya kejawen dengan sastra budaya Jawa yang berpusat di lingkungan istana kerajaan-kerajaan Jawa. Adapun strategi untuk membaurkan unsur-unsur Islam dalam budaya Jawa, dimulai dengan mengganti perhitungan tahun saka yang berdasarkan perjalanan matahari, menjadi perhitungan tahun hijriyah, yang berdasar pada perjalanan bulan.

  Dalam sejarah masyarakat, bahasa memungkinkan manusia membentuk hubungan ruhaniyah. Secara jasmaniyah warga masyarakat terpisah antara satu dengan lainnya, tapi secara ruhaniyah mereka berhubungan. Tanpa hubungan ruhaniyah masyarakat tidak terbentuk. Dengan bahasa, si A menyampaikan apa yang ada dalam dirinya (pikiran, perasaan, keinginan, dan pengalaman) kepada si B, tanpa saluran tersebut si B tidak akan mengetahui apa yang dipikirkan, dirasakan, diinginkan dan dialami si A. Kemudian si B timbul reaksi., reaksi menimbulkan aksi lagi, melalui bahasa itu pula reaksi si B kemudian menimbulkan reaksi pula pada si A. sehingga terjadilah interaksi antara dua orang bahkan sekelompok orang. Dengan interaksi terwujudlah kerjasama dan kehidupan bersama antara kelompok pribadi itu, sehingga terbentuklah

8 Raharjo, Dawam, M. Pesantren dan Pembaharuan, LP3ES, Yogyakarta, 1995, Cet ke-5,

  hlm.19 masyarakat. Sampai sekarang bahasa memainkan peranan utama dalam 9 masyarakat.

  Sebuah agama akan tersebar dan berkembang dengan baik apabila para penyiar agama yang bersangkutan memiliki kesanggupan dan pengetahuan yang luas tentang kebudayaan dan segala seluk beluk kehidupan masyarakat, termasuk bahasa, adat istiadat, kesusasteraan, seni, pandangan hidup, dan gambaran dunia yang ada. Dalam hal ini, para wali di Jawa berhasil menjadi penyebar Islam karena mereka mengenal dengan baik, bukan saja ilmu-ilmu agama, tetapi juga kebudayaan Jawa, sekalipun kelihatannya mudah bahasa jawa tersebut bukan bahasa yang mudah kadang-kadang orang jawa sendiri tidak bisa bahasa jawa, mengapa demikian karena kehidupanya sering diperkotaan sehingga bahasanya sendiri lupa, maka dengan adanya arab pegon ini diharapkan dapat melestarikan budaya jawa.

  Penggunaan Arab Pegon di Pondok Pesantren Al-Falah

1. Metode dan Sistem Pengajaran

  Metode pengajaran sebagai suatu strategi atau tehnik belajar mengajar merupakan faktor yang sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan proses pengajaran. Pemilihan metode pengajaran yang tepat akan menjadikan proses belajar mengajar dapat berjalan menarik dan memudahkan tercapainya tujuan pengajaran.

  Disini penulis akan menjelaskan tentang berbagai macam penggunaan tehnik;

  a.

   Tehnik drill/latihan siap

  Tehnik drill merupakan tehnik pengajaran pokok dalam setiap pengajaran di madrasah Aliyah Al Falah. Karenanya tehnik ini selalu digunakan dalam setiap proses pengajaran. Penggunaaan tehnik drill ini berfungsi untuk melatih siswa dalam belajar kitab kuning secara mandiri melalui bimbingan ustadz. 9 Gazalba, Siti, Masyarakat Islam (Pengantar Sosiologi dan Sosiografi), Bulan Bintang,

  Jakarta, 1976, h.61

  Melalui tehnik drill ini, siswa dapat belajar kitab kuning dengan menggunakan beberapa metode sebagai berikut:

  • Latihan membaca
  • Latihan tarjamah
  • Latihan tata bahasa/ gramatika

  Agar lebih jelas, maka penulis akan memberikan sedikit uraian tentang tehnik latihan diatas; 1) Latihan membaca merupakan referensi pokok dan sumber bagi bahan

  Kitab Kuning

  pengajaran keagamaan di madrasah pada umumnya. Dalam mempelajari Kitab

  

Kuning tersebut berarti juga belajar bagaimana cara membaca kitab dengan

  baik. Oleh karena itu, penggunaan tehnik latihan membaca menjadi mutlak diperlukan.

  2). Latihan tarjamah Kitab kuning adalah kitab atau buku berbahasa asing yaitu bahasa Arab. Kegiatan membaca buku-buku berbahasa Arab tersebut tidak bisa dilepaskan dari kegiatan menerjemah. Dengan demikian latihan menerjemah sangat penting untuk membantu pemahaman dalam belajar baca kitab kuning.

  (3). Latihan tata bahasa /gramatika Agar diperoleh hasil penerjemahan dan pemahaman yang baik dalam membaca kitab kuning, maka latihan gramatikal juga digunakan sebagai kegiatan untuk mempraktekkan penerapan kaidah-kaidah tata bahasa Arab dalam bacaan teks kitab kuning.

  b.

   Tehnik ceramah.

  Tehnik ceramah merupakan cara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan keterangan atau uraian tentang suatu pokok masalah secara lisan. Tehnik ini digunakan jika siswa belum memahami tentang materi yang dikaji secara jelas, maka ustadz akan menggunakan tehnik pengajaran ceramah untuk menjelaskan materi secara lebih mendalam.

  c. Tehnik Tanya Jawab (Dialog)

  Untuk menciptakan kehidupan interaksi belajar mengajar yang baik, maka dalam metode pembelajarannya madrasah Aliyah salah satunya juga menggunakan tehnik tanya jawab atau dialog. Tujuannya yaitu agar dapat memberikan motivasi dan menumbuhkan minat serta perhatian sehingga dapat membangkitkan pemikiran siswa untuk bertanya atau menjawab pertanyaan setiap materi yang diajarkan sehingga siswa dapat memahaminya secara lebih mendalam dan luas serta mampu menjelaskan langkah berfikir dalam memecahkan masalah tentang fakta yang sedang dipelajari.

  d. Tehnik pemberian tugas (resitasi)

  Tehnik ini digunakan sebagai pelengkap dari tehnik-tehnik yang sudah ada. Bentuk pemberian tugas ini berupa pertanyaan atau tugas mencari keterangan tambahan yang diperlukan berkaitan dengan materi yang sedang dikaji.

2. Proses Belajar Mengajar

a. Proses pengajaran kitab kuning dengan metode sorogan

  Dalam proses pengajaran kitab kuning dengan metode sorogan ini terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu tahapan sebelum pengajaran, tahapan pengajaran dan tahapan sesudah pengajaran.

  Dari hasil observasi terhadap proses pengajaran kitab kuning dengan metode sorogan di madrasah Aliyah Al Falah, penulis dapat menguraikan sebagai berikut:

  1) Tahapan Sebelum Pengajaran Tahap ini disebut juga tahap perencanaan. Dalam pengajaran sorogan tahap perencanaan dilakukan oleh siswa dengan mempersiapkan materi sebelum pengajaran dimulai.

  2). Tahap Pengajaran

  Dalam tahapan ini, siswa melakukan interaksi dengan guru pengajar

  

sorogan untuk memperoleh bimbingan dalam belajar kitab kuning sesuai

dengan yang telah direncanakannya.

  Adapun langkah-langkah tahapan pengajaran dalam pengajian sorogan adalah: a) Siswa membaca materi kitab kuning yang sudah dipersiapkannya secara perseorangan di hadapan guru pengajar sorogannya.

  b) Guru sorogan mendengarkan bacaan kitab kuning tersebut dan akan membenarkannya secara langsung jika terjadi kesalahan bacaan.

  c) Setelah selesai membaca, siswa diberi kesempatan bertanya tentang beberapa hal yang belum jelas. 3). Tahapan Sesudah Pengajaran

  Tahap ini digunakan untuk melakukan penilaian terhadap proses belajar mengajar yang berlangsung, sehingga dari hasil penilaian tersebut dapat diketahui keberhasilan pelaksanaan pengajaran kitab kuning dengan metode sorogan yang telah dilakukan, baik oleh siswa maupun ustadz pengajar sorogannya.

  b. Proses pengajaran kitab kuning dengan metode bandongan Dari hasil observasi terhadap proses pengajaran kitab kuning dengan metode bandongan di madrasah Aliyah Al Falah ini, proses belajar mengajar yang berlangsung tampak lebih mudah karena untuk dapat mengikuti pengajian ini, siswa tidak dikenakan ketentuan khusus seperti yang di terapkan sesuai aturan yang dibuat oleh pengurus dari pihak madrasah.

  Proses pengajian bandongan yang berlangsung adalah sebagai berikut;

  a) Para siswa datang dan menghadiri tempat yang ditetapkan sebagai tempat pengajian bandongan, masing-masing siswa sambil membawa kitabnya masing masing.

  b) Kemudian ustadz hadir dan memulai pengajian dengan cara membacakan materi kelanjutan dari hari sebelumnya. Setelah membaca, kemudian diterjemahkan dengan Arab pegon sambil sesekali menerangkan susunan gramatikal bahasanya juga menjelaskan artinya c) Siswa mendengarkan dan menyimak kitab masing-masing serta membuat beberapa catatan mengenai hal-hal yang dianggapnya penting.

  c. Proses Penerjemahan kitab kuning dengan menggunakan Arab pegon pada siswa madrasah Aliyah Al Falah Karangrejo Pacitan.

  Mempelajari kitab kuning dengan pendekatan tradisional menggunakan Arab pegon sebagai bahasa sasaran yang ditulis secara menggantung ini, diletakkan pada bahasa sumber (bahasa Arab). Proses penerjemahannya berlangsung setiap kata, frase dan berbagai unsur gramatikal yang ada.

  Contoh proses penerjemahan kitab kuning dengan Arab pegon yang dilakukan oleh siswa;

  “Al-Hamdu utawi sekabehane jenise puji iku lilahi tetep kagungane Allah” (segala puji bagi Allah).

  Kata utawi dalam terjemahan tersebut digunakan untuk menunjukkan

  status mubtada (subjek isim, kata benda), dan dilambangkan dengan huruf

  م (mim) serta ditulis diatas kata al-hamdu. Kata sekabehane jenise, untuk menunjukkan

  لا (al) listigraraqil jins, yaitu (al) yang digunakan untuk makna cakupan, segala (istigraqiyah), sedang kata puji untuk menunjuk leksikal

  hamdu.

  Kata iku yang dilambangkan dengan huruf menunjukkan status خ

  , (lillahi

  khobar

  , “bagi Allah), tetep untuk menunjukkan ta’alluq jar wa majrur (keterkaitan fungsi jar dan majrur yang wajib dibuang, yaitu kata mustaqorrun, yang berarti tetep (tetap) atau kata istaqarra (tetap dengan dibatasi waktu lampau), kaduwe menunjukkan arti leksikal kata li (al-jar) yang men-jarkan kata “Allah’, sedangkan “Allah” adalah terjemahan dari Allah.

  Adapun pesan yang dihasilkan dari terjemahan adalah segala puji milik Allah.

Salah satu kelebihan dari penggunaan terjamahan ini adalah ditampakkannya semua

unsur teks dalam bahasa sasaran, sehingga kalimat yang diterjemah dapat membuat siswa paham pada struktur tata bahasanya secara lebih detail. kalimat diatas disebut jumlah ismiyah (kalimat nominal).

3. Problem Pembelajaran Kitab Kuning dengan Arab Pegon

  1. Problem Penerjemahan dengan Arab Pegon Belajar membaca kitab kuning, berarti belajar bahasa asing. Dalam mempelajari bahasa asing, salah satu kegiatannya adalah menerjemah.

  Dengan demikian terjemahan tata bahasa adalah suatu cara menelaah bahasa yang mendekati bahasa tersebut, pertama-tama melalui analisis kaidah bahasa secara terperinci diikuti oleh penerapan pengetahuan ini pada tugas penerjemahan kalimat-kalimat dan teks-teks kedalam dan dari bahasa sasaran. Oleh karena itu, membaca dan menulis merupakan fokus utama atau sasaran pokok.

  Dalam penerjemahan kitab kuning, hal yang lebih ditekankan kepada penerjemah (dalam hal ini adalah siswa) dari bahasa sasaran ke bahasa ibu adalah membaca teks-teks Arab namun belum sampai pada keterampilan menulis kitab yang berbahasa Arab.

  Menerjemahkan adalah menyampaikan berita yang terkandung dalam bahasa sumber ke dalam bahasa penerima atau bahasa sasaran agar isinya benar-benar mendekati aslinya. Sedangkan tujuan penerjemahan yaitu menyampaikan berita ke dalam bahasa penerima (bahasa sasaran), yang berarti apa yang diterjemahkan harus dapat dimengerti dan tidak di salah fahami oleh orang-orang yang akan mendengarkan atau membaca hasil terjemahan 10 tersebut. Kemampuan menerjemahkan teks berbahasa Arab ke dalam bahasa

  Jawa khususnya dalam pengajaran kitab kuning di madrasah, menuntut berbagai pengetahuan prasyarat yang harus dimiliki oleh para siswa. Beragam pengetahuan tentang penerjemahan kitab kuning dengan Arab pegon telah disebutkan pada bagian sebelum ini. Hal tersebut tentu saja menimbulkan berbagai problem pada siswa, meskipun setiap siswa tentu tidak mengalami 10 problem yang sama.

  Sadtono, E.

  Op. Cit, hlm. 9 Problem-problem penerjemahan kitab kuning dengan Arab pegon yang penulis temukan selama melakukan penelitian pada madrasah Aliyah Al Falah ini, pada dasarnya terbagi menjadi dua katagori, yaitu problematika linguistik dan non linguistik.

a. Problematika Linguistik

  (1). Problem morfologis Morfologi merupakan cabang linguistik yang mempelajari bentuk- bentuk kata dan perubahan bentuk kata serta makna akibat perubahan bentuk 11 itu. Dalam bahasa Arab, morfologi identik dengan ilmu shorof yang merupakan cabang linguistik yang mempelajari perubahan bentuk kata dari satu wazan menjadi beberapa wazan lainnya yang membawa konsekuensi pada 12 perubahan makna.

  Umumnya kesalahan penerjemahan terletak pada kesalahan menentukan katagori jenis kata tertentu yang dilambangkan dengan kesalahan membaca (memberi syakal/harokat). Kesalahan membaca ini jelas membawa konsekuensi pada penentuan makna yang salah, yang berakibat pada kesalahan penerjemahan secara keseluruhan. (2). Problem sintaksis

  Sintaksis merupakan bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang 13 membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa dan frase. Dalam linguistik bahasa Arab, sintaksis dikenal dengan sebutan ilmu nahwu , yaitu linguistik yang mempelajari tentang kalimat serta segala hal yang berkaitan dengannya.

  Kesalahan sintaksis dalam proses penerjemahan umumnya berkaitan dengan kesalahan menentukan peran kata atau frase dalam hubungan sintaksis tertentu. Dengan kata lain, kesalahan sintaksis lebih sering disebabkan karena ketidakmampuan atau kesalahan dalam melakukan analisis bahasa sumber 11 yang dalam hal ini adalah bahasa Arab. 12 Pateda, Mansoer, Linguistik:Sebuah Pengantar, Bandung, Angkasa, 1990, hlm. 71. 13 Abdul Munif, Op. Cit, hlm. 5 Ramlan, Ilmu Bahasa Indonesia-Sintaksis, Yogyakarta, UP Karyono, 1981,hlm. 1

  Pada umumnya, kesalahan yang banyak dilakukan adalah kesalahan dalam menentukan jenis kalimat dan kedudukan kata atau frase dalam sebuah kalimat. Misalnya kata mana yang menduduki posisi subjek (musnad ilaih), predikat (musnad), objek

  (maf’ul bih) atau keterangan. Kesalahan tersebut

  antara lain diwujudkan dengan kesalahan

  I’rob, yakni kesalahan dalam memberi harokat/syakal huruf terakhir suatu kata dalam sebuah kalimat.

  (3). Problem semantik Semantik merupakan cabang sistematika bahasa yang menyelidiki 14 tentang makna atau arti. Dalam bahasa Arab, semantik identik dengan ilmu

  

dalali yaitu ilmu yang mempelajari hubungan antara lambang dengan

  maknanya atau arti yang dimaksud oleh lambang bahasa tersebut. Dalam semantik dikenal adanya dua makna, yaitu makna leksikal dan makna kontekstual atau gramatikal. Makna leksikal adalah makna yang diperoleh dari kamus, sedangkan makna kontekstuaal atau gramatikal adalah makna yang diperoleh akibat proses gramatikal tertentu. (4). Problematika restrukturisasi

  Yang dimaksud dengan problematika restrukturisasi adalah kesulitan- kesulitan yang dihadapi siswa ketika berusaha melakukan penyusunan kembali makna atau isi terjemahan yang berupa Arab pegon dan diterjemahkan secara terpisah-pisah kedalam bahasa sasaran. Pada umumnya kesalahan yang dilakukan pada tahap ini karena masih adanya interferensi struktur bahasa Arab sebagi bahasa sumber ke dalam bahasa Jawa atau Nusantara sebagai bahasa sasaran.

b. Problem non linguistik

  Selain faktor linguistik, juga ada beberapa faktor non linguistik yang menjadi problem dalam proses penerjemahan kitab kuning dengan Arab pegon antara lain;

  1. Banyak siswa yang belum menguasai bahasa sumber (bahasa Arab) 14 dengan baik.

  Parera, JD.Teori Semantik, Erlangga, Jakarta, 1991, hlm. 3

  2. Belum dikuasainya bahasa sasaran dengan lebih baik, dalam hal ini menyangkut bahasa Jawa yang digunakan.

  3. Adanya perbedaan dalam tata cara penulisan antara huruf Arab yang berbahasa Arab dengan penulisan Arab pegon.

  Berbeda dengan penerjemahan antar bahasa yang menggunakan huruf yang sama, penerjemahan dari bahasa Arab ke selain bahasa Arab tentu meminta perhatian tersendiri, termasuk masalah hurufnya. Diantaranya yaitu;

  C : ج contohnya,

  G : contohnya, NG :

  غ contohnya, 15 NYA : ب ث contohnya,

  Pengajaran : 4. Isi atau materi dari bentuk naskah yang diterjemahkan.

  Sebuah teks yang berisi permasalahan tertentu pada salah satu bidang tertentu, tentu berbeda dengan bidang yang lainnya. Menyangkut. perbedaan corak, gaya penuturan dan istilah-istilah teknis yang digunakan dalam bidang disiplin yang berbeda.

  5. Kondisi pada saat menerjemahkan Proses penerjemahan yang dilakukan dengan tergesa-gesa tentu akan berbeda hasilnya dengan proses penerjemahan yang dilakukan dengan tenang dan waktu yang cukup. Misalnya saja pada saat pengajian

  bandongan , jika para siswa yang mengikuti pengajian tersebut dapat

  serius mengikuti pengajaran yang diberikan tentu saja akan berdampak positif bagi perkembangan keilmuan para siswa

  6. Problem Pemahaman Isi Teks secara Utuh Apakah penerjemahan kitab kuning dengan menggunakan Arab pegon 15 dapat memberikan pemahaman yang utuh terhadap isi teks?. Pertanyaan seperti

  Romdoni, Pedoman membaca Arab Melayu, Intimedia, Jakarta, 2004, hlm. v itulah yang seringkali dilontarkan oleh orang-orang yang khususnya berada di luar madrsah.

  Faktor pemahaman dalam setiap proses belajar-mengajar termasuk proses penggunaan Arab pegon dalam terjemahan kitab kuning, merupakan salah satu tujuan pokok. Setiap siswa selalu mengharapkan bahwa apa yang dipelajarinya dapat membuat pengetahuan keilmuannya bertambah, namun ternyata tidak semua siswa dapat sukses mendapatkannya. Ada saja problem yang muncul sehingga siswa harus terus bekerja keras untuk dapat memahami isi teks secara utuh setiap terjemahan Arab pegon pada kitab kuning yang dipelajarinya.

  Timbulnya problem pemahaman isi teks secara utuh ini dikarenakan adanya perbedaan pada setiap individu siswa. Diantaranya; faktor perkembangan kemampuan dasar, ada siswa yang cerdas namun ada juga yang sedang-sedang saja dan ada pula yang lamban dalam menerima pelajaran, faktor lingkungan, termasuk lingkungan pendidikan yang menimbulkan perbedaan seperti dalam cara berfikir antara pelajar dan mahasiswa, juga faktor kepribadian, contohnya perbedaan minat dan bakat 16 sehingga ada anak yang rajin tetapi juga ada anak yang malas.

  Penutup

  Setelah menguraikan dan menganalisis proses penerjemahan kitab kuning dengan menggunakan Arab pegon pada siswa madrasah Aliyah Al Falah Karangrejo Arjosari Pacitan, maka penulis dapat menyimpulkan hal-hal sebagai berikut:

  1. Proses penerjemahan kitab kuning dengan Arab pegon ini mengungkap tiga hal, yaitu (1) isi atau pesan (2) unsur linguistik teks dan (3) unsur ekstralinguistik teks.

  2. Problem yang muncul ketika siswa mengkomunikasikan pemahamannya kepada orang lain atas pembacaan kitab kuning yang menggunakan Arab

  pegon, yaitu; problem gramatika bahasa, penggunaan metode terjemahan

  kata demi kata, bahasa yang digunakan, kesulitan materi, dan kesanggupan 16 untuk memahami pengajaran.

  Anwar, Syaiful, Op.Cit, hlm. 103.

  3. Kelebihan penggunaan Arab pegon yaitu;

  a. Memperlihatkan semua unsur teks yang ada

  b. Siswa dapat mengetahui kedudukan kalimat dalam setiap tulisan

  c. Mendapatkan banyak kosakata

  d. Kekurangannya penggunaan Arab pegon, yaitu membutuhkan waktu yang lama dan tenaga pengajar yang banyak

  

Daftar Pustaka

  A. Chozin Nasuha, Epistemologi Kitab Kuning, Jurnal Pesantren. No.1/Vol. VI/1989, Drs. H. M. Sulthon Masyhud, M. Pd. manajemen pondok pesantren, Diva Pustaka

  Jakarta, 2003, Koentjaraningrat, Kebudayaan Jawa, Jakarta, Balai Pustaka, 1994,

  Mansur Mahfud Junaedi, Rekonstroksi Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta, 2005

  Muh. Fatkhan, Sinkretisme Jawa-Islam, Jurnal Religi. Vol. I/ No 2, Juli 2002, Jurnal Religi, Vol. II, No. 2 Juli-Desember 2003,

  Marginalisasi Budaya Lokal,

  M. Dawam Raharjo, Pesantren dan Pembaharuan, LP3ES, Yogyakarta, 1995, Cet ke-5 Wawancara dengan Ketua Umum Perguruan Islam Al Falah (Kiai Muhammad Aminudin) pada tanggal 23 Desember 2017 di Karangrejo.

Dokumen yang terkait

PENGARUH JENIS SIRIH DAN VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Candida albicans Diana Etika Rahma Utami1 , Lutvia Krismayanti2 , dan Yahdi3

0 0 15

IMPLEMENTASI MEDIA AUDIO VISUAL DALAM PEMBELAJARAN IPA BIOLOGI MATERI VIRUS PADA SISWA KELAS XA DI MA QUR’ANIYAH BATU KUTA NARMADA DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR TAHUN PELAJARAN 20152016 Fendi Hidayat1 , Suhirman2 , dan Adi Fadli3

0 0 9

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATA KULIAH IPA MI BERBASIS NILAI MORAL Alwan Mahsul

0 1 19

Key Word : Metode, Tren, Modern, Al- Qur`ân Pendahuluan - METODOLOGI DAN TREN TAFSIR MODERN

0 1 24

ETIKA KEILMUAN DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL ILMUWAN (SEBUAH KAJIAN AKSIOLOGIS) Hadi Kusuma Ningrat

0 1 22

HUBUNGAN STATUS SOSIAL EKONOMI DENGAN TINGKAT KONSUMSI FAST FOOD PADA REMAJA

0 0 12

Kata kunci: Epistemologi, Manajemen, Pendidikan Islam, al-Qur‟an PENDAHULUAN - LANDASAN EPISTEMOLOGIS MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM DALAM AL-QUR’AN DAN HADIT

0 0 28

OPTIMASI SUMBER KARBON DAN KONDISI FERMENTASI PRODUKSI SELULOSA OLEH STRAIN BAKTERI Acetobacter lovaniensis (MGA 6, SLK 1) Risa Umami Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Mataram Abstrak - View of Optimasi Sumber Karbon Dan Kondisi Fermentasi Produksi

0 0 13

HUBUNGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA SMU DENGAN STATUS PERNIKAHAN ORANG TUA DI KOTA MATARAM NUSA TENGGARA BARAT Mukminah

0 0 19

PENGARUH PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING BERBANTUAN MODUL BELAJAR TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS, DAN HASIL BELAJAR PSIKOMOTORIK

0 0 11