Sbook by vodo weblog http:vodozom.wordpress.com

Sbook by vodo weblog http://vodozom.wordpress.com

Perpustakaan Nasional : "Catalog Oalam Terbitan DR. ABDURRAHMAN 'UMAIRAH THE GREAT KNIGHT Kesatria Pilihan di Sekitar RasuluUah.-Jaka t Publishing, 2006

a: Embun 448 him. : 15 x 23.5 cm. ISBN : 979-26-4705-8 Hak Cipta dilindungi undang-undang Di larang mengutip, memperbanyak, dan meneq'emahkan sebagian atau sel buku ini tanpa izin tertulis penerbit urun lsi Sanksi Pelanggaran Pasal 44: Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987 tentang perubahan atas undang-undana

6 tahun 1982 tentang hak cipta 9 normor Judul Asli : FURSAN MIN MADRASATIN NUBUWWAH Penulis :

BADRUDDIN * MUHYIDDIN, LC Editor : ABDUL HAKIM, S.Hum. Design, Ilustrasi & Perwajahan isi: Tim Embun JL Benda Atas No. 37 B Cilandak Timur Jakarta Selatan Phone; 62-21 70762735. Fax. 62-21 78844983 . e-mail:embunpublishing@telkorn.net embunpublishing@plasa.com.

ISBN: 979-26-4705-8 Cetakan pertama: April 2006 Dengan Noma Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang Segala puji Bagi Allah, Tuhan Semesta Alam Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang Yang Menguasai Hari Kemudian Hanya Kepada-Mu Kami Beribadah Dan Hanya Kepada-Mu Kami Mohon Pertolongan Tunjukanlah Kepada Kami Jalan Yang lurus Yaitu Jalan Orang-Orang Yang Engkau Beri Nikmat, Bukan Jalan Orang Yang Dibenci Dan Tersesat. PENDAHULUAN Dalam Kitab Sua Al-Qur'an, Allah swt. bersumpah dengan suara kuda dan rigkikannya, kuku-kuku kuda yang memercikkan api, dan kuda yang dipersiapkan untuk berperang, karenakuda adalah alat untuk berperang, pelindung bagi kesatria dan kebanggaan bagi pemenang. Allah menegaskan dalam firman-Nya, "Dan siapkanlah kekuatan yang kamu miliki dan kuda-kuda perang untuk menghadapi musuh, satu kekuatan yang dapat menggentarkan musuh Allah dan musuhmu." (al-Anfaal [8]: 60) Umat yang mengetahui penggunaan besi sebagai peralatan perang, yaitu besi yang diisyaratkan Allah dalam firman-Nya, "Dan Kami ciptakan besi yang memiliki kekuatan dahsyat." (al-Hadiid [57]: 25), tidak akan mengenal lari dari medan perang. Umat yang dapat menerbangkan debu-debu di waktu sahur pasti dapat mengalahkan musuh-musuhnya. Ibnu Abbas mengomentari "strategi" peperangan yang dilakukan oleh para sahabat Nabi Muhammad saw., "Bila para sahabat Nabi akan berjihad, mereka melakukan gerilya di malam hari dan menyerang musuh sebelum terbit fajar tatkala musuh sedang lalai." Allah swt. menggambarkan apa yang menimpa mereka, orang-orang yang malas, dalam firman-Nya, "Bila azab Allah turun di halaman rumah mereka, amat buruklah pagi yang dialami bagi orang-orang yang telah diberi peringatan." (ash-Shaaffat[37]: 177) Pagi menjadi pagi yang buruk bagi mereka karena mereka tidak berada di jalan para pejuang, tidak berakhlak dengan akhlak Al-Qur'an, dan bukan orang-orang yang dibimbing di madrasah kenabian. Sementara itu, salah seorang di antara para sahabat Nabi Muhammad saw. (Khalid bin al-Walid) berkata di akhir hayatnya, "Tidak ada malam yang lebih aku sukai, tatkala aku berbulan madu dengan istriku atau aku bercengkrama dengan anak- anakku, dibandingkan dengan gelapnya malam dalam sebuah kancah pertempuran bersama para Muhajirin yang menyerukan perang."

1 'Abqnrtyyatu Khalid, Prof. Abbas Mahmud al-'Aqqaad. Allah swt. menyebutkan mereka dalam firman-Nya, "Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam. Di pengujung malam mereka memohon ampun kepada Allah swt." (adz- Dzaariyaat [51. 17-18) Mereka selalu bermunajat kepada Allah. Tidak sedikit pun waktu yang terlewatkan dari mengingat Allah. Mereka tidak suka melalaikan perintah-Nya, dan senantiasa siap memenuhi panggilan-Nya untuk menghalau musuh-musuh agama Allah, "Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu, itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahuinya, niscaya Allah akan mengampuni dosa- dosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai- sungai, dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di surga 'Adn. Itulah

pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman." (ash-Shaff [61]: 10-13) Mendengar seruan tersebut para sahabat Nabi menyambutnya dengan gegap gempita. Mereka yakin bahwa cara ini merupakan jalan menuju kemenangan. Sambutan seperti itu hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang memiliki keimanan yang mendalam dan jiwa berkorban untuk berjuang di jalan Allah. Berjuang dengan jiwa, raga, dan harta. Keimanan yang mendalam tidak akan tertanam kecuali karena keyakinan yang dimiliki para sahabat Nabi Muhammad saw., hingga terbuka kehidupan dunia bagi mereka. Mereka tersebar keempat penjuru angin dan menjadikanbumi sebagai pijakannya. Sebagian ahli sejarah mengatakan, "Mereka itu adalah para pejuang umat Muhammad." Para pengikut setia Nabi saw. yang telah dididik dan dibina langsung dengan Kitab Allah. Mereka menempati posisinya masing-masing, seolah-olah diciptakan untuk itu dan selalu menunggu perintah; bagaikan benda mati yang hidup karena hujan; seperti orang mati kemudian hidup dan menyebarluaskan ilmunya; juga seperti orang buta yang tidak dapat melihat kemudian menjadi panglima perang yang gagah berani. Allah berfirman, "Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan ditengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekatt- kali tidak dapat keluar daripadanya." (al-An'aam [6]: 122) Dari generasi pilihan ini terdptalah generasi pejuang yang gagah berani. Generasi yang diharapkan dapat memberantas Ateisme, kemusyrikan, kesia-siaan, kelompok gay, dan free sex (seks bebas). Umat ini mendidik generasi mudanya untuk selalu waspada dan selalu siap berjuang di jalan Allah dan tidak mau tunduk kepada tuhan yang lain, selain Tuhan yang Maha Esa. ISLAM MEMBENTUK UMAT JIHAD Dari generasi pilihan inilah Rasulullah saw. membentuk umat jihad, generasi yang gagah berani. Beliau membentuk mereka sebagai generasi yang siap berjuang dan mengajarkan kepada mereka tentang strategi berperang serta sebab-sebab mendapatkan kemenangan. Allah berfirman, "Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) besertamu dan menyandang senjata, kemudian apabila mereka (yang shalat besertamu) sujud (telah me-nyempurnakan seraka'at), maka hendaklah mereka pindah dari belakangmu (untuk menghadapi musuh) dan hendaklah datang golongan yang kedua yang belum bershalat, lalu bershalatlah mereka denganmu, dan hendaklah mereka bersiap siaga dan menyandang senjata. Orang-orang kafir ingin supaya kamu lengah terhadap senjatamu dan harta bendamu, lalu mereka menyerbu kamu dengan sekaligus. Dan tidak ada dosa atasmu meletakkan senjata-senjatamu, jika kamu mendapat sesuatu kesusahan karena hujan atau karena karena kamu memang sakit; dan siap siagalah kamu. Sesungguhnya Allah telah menyediakan azab yang menghinakan bagi orang-orang kafir itu." (an-Nisaa [4]: 102) "Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang.." (al-Anfaal [8]: 60) Beliau menyiapkan jiwa mereka sebagai pejuang. Allah berfirman, "Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami.." (at-Taubah [9]: 51) "Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya..." (Ali Imraan [3]: 145) "(Ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkanlah (pendirian) orang-orang yang telah beriman." "Kelak akan Aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, maka

penggallah kepala-kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka." (al-Anfaal [8]: 12) Kemenangan tidak tergantung pada kekuatan pedang atau senjata, ketangguhan prajurit, dan kekuatan benteng pertahanan. Semuanya itu hanya merupakan unsur yang harus dipenuhi dalam medan pertempuran dan tidak boleh diabaikan sedikit pun. Penyebab kemenangan dan tidak tercapainya kemenangan bukan hanya dengan ibadah, kekuatan spiritual, dan kekuatan perorangan meskipun seorang Rasul, terlebih bukan seorang Rasul. Sebab, kemenangan yang hakiki itu datangnya dari Allah swt. Terkadang, kekuatan pasukan Islam lemah dan kurang siap untuk berperang, namun mereka mendapat kemenangan yang gemilang, sebagaimana firman Allah, "Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertaqwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya." (Ali Imraan [3): 123) Dan, bisa jadi jurnlah pasukan Islam banyak dan siap untuk berperang, namun mereka kalah dan lari tunggang-langgang, sebagaimana firman Allah, "Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai orang-orang mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu ketika kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlahmu,maka jurnlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dan bercerai-berai." (at-Taubah [9]: 25) Jika kemenangan hakiki datangnya dari Allah, mengapa jihad harus dihentikan? Padahal, negara Islam dijajah dan kita hidup dalam ketakutan. Mengapa kita takut, takut mati? Mengapa umat Islam mencintai kehidupan dunia padahal Al- Qur'an mengatakan, "Barangsiapa yang berperang di jalan Allah, lalu gugur atau memperoleh kemenangan maka kelak akan Kami berikan kepadanya pahala yang besar." (an-Nisaa* [4]: 74) Ayat tersebut mendahulukan kematian, karena umat Islam tidak suka hidup berlama- lama di dunia dan tidak terlalu cinta dengan kehidupan dunia. Mereka hanya menginginkan kejayaan agama Islam atau mati syahid karena membela agama. Bila mereka keluar untuk berjihad, maka yang terbayang di benak mereka ialah menang atau mati syahid karena mereka tidak suka berlama-lama di dunia. Untuk itu, utusan Rasul yang datang ke kerajaan Persia menuturkan, "Kami datang menghadapmu dengan pasukan yang mencintai kematian seperti kamu mencintai kehidupan." Jika hakikat kemenangan datang dari Allah, maka kekalahan itu akibat kecerobohan manusia dan jauhnya mereka dari Allah, juga karena dosa umat Islam. Allah berfirman, "Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)." (asy-Syuura [42]: 30) Dengan pemahaman tersebut, muncullah generasi bangsa Arab yang siangnya bagaikan prajurit gagah berani dan malamnya bagaikan para biarawan. Generasi yang menyebarkan rasa aman setelah ketakutan dan cahaya kebenaran Islam setelah gelapnya kesesatan. Mereka membawa Al-Qur' an untuk menyebarkan petunjuk dan menyandang pedang untuk menghancurkan kebatilan, serta berusaha memasuki negeri Persia untuk mendapatkan kemenangan yang gilang-gemilang. Namun, mereka menghadapi massalah, yakni masalah menyeberangi lautan yang menghadang, padahal mereka tidak memiliki pengalaman untuk melakukan penyeberangan. Mereka selalu takut untuk menyeberang dan berusaha untuk menghindarinya, tetapi mereka kini bukanlah bangsa Arab yang kemarin, yang hanya ingin mempertahankan kehormatan kabilah. Mereka adalah pejuang-pejuang yang menyebarkan agama Allah. Itulah tujuan mereka.

Panglima Sa'ad memerintahkan pasukannya untuk menyeberangi Sungai Dajlah. Sebelum melakukan penyeberangan, panglima Sa'ad membagi pasukannya menjadi dua batalion untuk menjamin keamanan penyeberangan. Satu batalion pasukan di bawah pimpinan 'Ashim bin 'Amr yang diperintahkan untuk melakukan penyisiran dan satu batalion pasukan lagi dipimpin oleh al-Qa'qa bin 'Amr yang diperintahkan untuk mengawal batalion pertama sehingga penyeberangan dapat dilakukan dengan mudah dan cepat. Kesuksesan strategi yang dilakukan Sa'ad ini dicatat oleh ahli sejarah. Penyeberangan ini dilakukan dengan nama Allah dan berserah diri kepada-Nya. Bila peperangan dilakukan atas nama Allah, berperang untuk menghalau musuh, membasmi kejahatan dan untuk membela kaum tertindas, maka tidak ada perasaan takut dan gentar terhadap persenjataan yang kuat. Daya kekuatan missile atau F15, dan F16 tidak berguna, meski jumlahnya ribuan. Mereka juga tidak takut dengan kecanggihan berbagai senjata, baik mutakhir maupun model lama. Allah berfirman, "Sesungguhnya Allah membela oarang-orang yang telah beriman." (al-Hajj [22]: 38) Peperangan yang dilakukan oleh orang-orang beriman dilakukan berdasarkan isyarat, izin, dan ketentuan Allah swt. Allah berfirman, "Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnaya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu" (al-Hajj [22]: 39) Adapun kekalahan yang kita alami pada peristiwa Perang 1967—perang antara pasukan Arab dengan pasukan Israel2— disebabkan adanya kapal laut Liberty. Sebuah kapal laut yang memiliki landasan untuk mengintai keberadaan kita, memata-matai strategi peperangan, membaca ide-ide kita bahkan dapat dikatakan selalu mengikuti kita. Kapal pengintai tersebut dapat melacak kedatangan dan kepergian kita. Itulah yang terjadi pada saat itu. Sesungguhnya, peralatan perang seperti itu mungkin ada dan mungkin juga tidak ada. Salah atau benar, menang atau kalah, peralatan perang yang demikian hanyalah satu penemuan ilmu pengetahuan, yang tidak akan terhenti sampai di sana serta tidak terbatas pada situasi perang. Sebab, dunia ilmu pengetahuan tidak mengenal kata berhenti. Sedangkan umat Islam memiliki senjata yang tidak pernah hilang, yaitu senjata iman dan ihsan. Keberanian orang beriman merupakan senjata paling ampuh dan benteng pertahanan yang paling kuat. Rasulullah saw. bersabda, "Takutlah kamu terhadap firasat orang beriman karena dia dapat melihat atas petunjuk cahaya Allah."3 Pada salah satu peperangan yang dahsyat, jauh dari Jazirah Arab, di daerah Nahawan, Umar bin Khaththab r.a. sebagai panglima pertama pasukan Islam melihat bahwa pasukan Islam telah dikepung musuh dan turun di medan pertempuran dalam situasi yang sangat sulit. Namun, dia dapat melihat dengan cahaya keimanan kepada Allah, satu strategi yang tidak mungkin salah karena strategi itu merupakan bimbingan dari Allah. Pasukan Islam mendengar perintah panglimanya untuk mengubah strategi perang di tengah-tengah berkecamuknya peperangan.

2 Sebagaimana dijelaskan oleh salah seorang ahli strategi perang.

3 Penulis kitab ad-Dur raenuturkan, "Hadits tersebut hadits riv/ayat Imam ath- Thabrani dan at-lfrmidzi dengan sanad dari Abu Umamah. Imam Tirmidzi juga mengeluarkan hadits tersebut dengan riv/ayat dari Abu 3d. Hadits riv/ayat ath-Thabrani, Abu Nu'aim, dan al-'Askari dengan sanad dari Tsauban. Dia menjadikan Jits tersebut sebagai hadits marfu' dengan lafal, "Takutlah kamu terhadap doa seorang muslim dan 'uang muslim, karena dia dapat melihat dengan cahaya Allah." is tersebut diriwayatkan secara mauquf oleh al-'Askari dengan sanad dari Abu Darda dengan lafal, 'akutiah terhadap keberanian para ulama karena mereka melihat dengan cahaya Allah." Umar berkata, "Wahai pasukanku tetaplah kalian di bukit-bukit." Mendengar itu, pasukan muslim mengikuti komando panglimanya sehingga umat Islam mendapatkan kemenangan. Itulah arti sebuah kemenangan. Kemenangan yang dijanjikan Allah

arah mata angin, dan dunia berada di genggaman mereka. Hanya dalam waktu singkat, suara mu'adzin mengumandang-kan kalimat "Allahu Akbar," menggema di seluruh bangunan Nahawan. Suara kalimat Allah ber gema di Andalusia bahkan sampai ke daratan Eropa. Suara kalimat Allah menggema di negeri Cina sampai di perbatasan Sindi dan India. Suara kalimat Allah menggema di Qairawan sampai ke Byzantium, daerah perbatasan Tunisia. Suara kalimat Allah juga menggema di pantai laut putih bagian tengah yang mencakup Cyprus, Skotlandia. Daerah pantai ini menjadi daerah pelayaran Islam. Kalimat Allah menggema di daerah pantai Rusia bahkan hampir memenuhi tiga per empat dunia, mencakup Bukhara, Caucasus, Tanzania, Serbia, Gibraltar, bahkan gema kalimat Allah tersebut mencapai tiga benua: Eropa, Asia, dan Afrika, meskipun masih dibatasi oleh kepentingan politik dan geografis. Seorang muslim dapat melakukan perjalanan tanpa paspor, hanya atas nama Islam, dari Persia sampai ke Asia kecil. Dari negara-negara tersebut Islam terus merambah ke daerah-daerah perbatasan dan sekitarnya, bahkan masuk sampai ke Eropa dan tembok Vienna. Wakil Kaisar Tharsul Akbar mencatat di depan pintu utama bahwa kerajaan Utsmani telah menyeberangi lautan hitam, seperti rumah pribadinya hingga orang asing tidak diperkenankan masuk ke nya. Mereka membangun armada laut yang sangat besar dan tiada duanya di Eropa sehingga armada laut tersebut dapat menampung tentara Italia, Spanyol, Portugal, dan Malta pada tahun 945 dan 1547 M. Namun, armada laut tersebut tidak dapat menampung mereka lagi karena jumlah mereka yang sangat banyak sehingga mereka lari tunggang-langgang. Bila Konstantinopel dapat ditaklukkan oleh Maslamah bin Abdul Malik dan telah direbut kembali oleh penguasa setempat, maka Muhammad al-Fatih dapat merebut kembali untuk yang kedua kalinya. Baron Cardevo menyebutkan dalam kitab Mufakkirul Islaam juz 1, ketika membicarakan tentang Muhammad al-Fatih, "Sesungguhnya penaklukan yang dilakukan oleh Muhammad al-Fa ' bukan karena nasib baik, juga bukan karena lemahnya pe-merintahan Byzantium, melainkan karena pasukan tersebut telah menyiapkan kekuatan. Dengan menggunakan seluruh kekuatan yang dimilikinya, tennasuk peralaran-peralatan canggih yang dirakit oleh para insinyur perakitan senjata sehingga tercipta bom rakitan yang berat timbangannya mencapai 300 kilogram dan kemampuan jelajahnya lebih dari satu mil." Dikatakan bahwa untuk membawa senjata tersebut diperlukan 700 orang dan diperlukan waktu 2 jam untuk menggunakannya. Ketika Muhammad al-Fatih berusaha untuk menaklukkan Konstantinopel, dia membawa pasukan 300 ribu personel dengan persenjaraan yang cukup memadai, bahkan armada lautnya mengepung negara tersebut dengan 120 kapal perang, yaitu penaklukan armada laut di daerah perbukitan.4 Jika pasukan Arab menggunakan pedang dalam menaklukkan daerah-daerah taklukkannya, mereka mengembangkan senjata tersebut pada penaklukan daerah Persia dengan menggunakan perahu dan kapal laut. Dibantu dengan persenjataan alami untuk menghancurkan negara Romawi, mereka mengepung musuh-musuh yang diposisikan antara pasukan muslim dan lautan. Itu merupakan strategi yang mempercepat kemenangan Islam. Pada dekade terakhir, Muhammad Fatih telah mampu mengembangkan senjata sehingga bukan senjata primitif, bukan pedang dan tombak, bukan perisai dan rantai besi yang digunakan melainkan senapan, tank amphibi dan peralatan-peralatan modern yang dapat digunakan untuk menyeberangi lautan. Semua itu diperoleh dengan memanfaatkan kemampuan para tawanan dan ilmuwan asing. Hal tersebut beliau lakukan karena tidak ada larangan mengembangkan senjata. Rasulullah saw. bersabda, "Hikmah merupakan mutiara orang beriman yang hilang. Di mana pun ditemukannya, maka orang beriman lebih berhak atas hikmah tersebut." Islam adalah agama dinamis, rasionalis, analisis, objektif, dan agama masa arah mata angin, dan dunia berada di genggaman mereka. Hanya dalam waktu singkat, suara mu'adzin mengumandang-kan kalimat "Allahu Akbar," menggema di seluruh bangunan Nahawan. Suara kalimat Allah ber gema di Andalusia bahkan sampai ke daratan Eropa. Suara kalimat Allah menggema di negeri Cina sampai di perbatasan Sindi dan India. Suara kalimat Allah menggema di Qairawan sampai ke Byzantium, daerah perbatasan Tunisia. Suara kalimat Allah juga menggema di pantai laut putih bagian tengah yang mencakup Cyprus, Skotlandia. Daerah pantai ini menjadi daerah pelayaran Islam. Kalimat Allah menggema di daerah pantai Rusia bahkan hampir memenuhi tiga per empat dunia, mencakup Bukhara, Caucasus, Tanzania, Serbia, Gibraltar, bahkan gema kalimat Allah tersebut mencapai tiga benua: Eropa, Asia, dan Afrika, meskipun masih dibatasi oleh kepentingan politik dan geografis. Seorang muslim dapat melakukan perjalanan tanpa paspor, hanya atas nama Islam, dari Persia sampai ke Asia kecil. Dari negara-negara tersebut Islam terus merambah ke daerah-daerah perbatasan dan sekitarnya, bahkan masuk sampai ke Eropa dan tembok Vienna. Wakil Kaisar Tharsul Akbar mencatat di depan pintu utama bahwa kerajaan Utsmani telah menyeberangi lautan hitam, seperti rumah pribadinya hingga orang asing tidak diperkenankan masuk ke nya. Mereka membangun armada laut yang sangat besar dan tiada duanya di Eropa sehingga armada laut tersebut dapat menampung tentara Italia, Spanyol, Portugal, dan Malta pada tahun 945 dan 1547 M. Namun, armada laut tersebut tidak dapat menampung mereka lagi karena jumlah mereka yang sangat banyak sehingga mereka lari tunggang-langgang. Bila Konstantinopel dapat ditaklukkan oleh Maslamah bin Abdul Malik dan telah direbut kembali oleh penguasa setempat, maka Muhammad al-Fatih dapat merebut kembali untuk yang kedua kalinya. Baron Cardevo menyebutkan dalam kitab Mufakkirul Islaam juz 1, ketika membicarakan tentang Muhammad al-Fatih, "Sesungguhnya penaklukan yang dilakukan oleh Muhammad al-Fa ' bukan karena nasib baik, juga bukan karena lemahnya pe-merintahan Byzantium, melainkan karena pasukan tersebut telah menyiapkan kekuatan. Dengan menggunakan seluruh kekuatan yang dimilikinya, tennasuk peralaran-peralatan canggih yang dirakit oleh para insinyur perakitan senjata sehingga tercipta bom rakitan yang berat timbangannya mencapai 300 kilogram dan kemampuan jelajahnya lebih dari satu mil." Dikatakan bahwa untuk membawa senjata tersebut diperlukan 700 orang dan diperlukan waktu 2 jam untuk menggunakannya. Ketika Muhammad al-Fatih berusaha untuk menaklukkan Konstantinopel, dia membawa pasukan 300 ribu personel dengan persenjaraan yang cukup memadai, bahkan armada lautnya mengepung negara tersebut dengan 120 kapal perang, yaitu penaklukan armada laut di daerah perbukitan.4 Jika pasukan Arab menggunakan pedang dalam menaklukkan daerah-daerah taklukkannya, mereka mengembangkan senjata tersebut pada penaklukan daerah Persia dengan menggunakan perahu dan kapal laut. Dibantu dengan persenjataan alami untuk menghancurkan negara Romawi, mereka mengepung musuh-musuh yang diposisikan antara pasukan muslim dan lautan. Itu merupakan strategi yang mempercepat kemenangan Islam. Pada dekade terakhir, Muhammad Fatih telah mampu mengembangkan senjata sehingga bukan senjata primitif, bukan pedang dan tombak, bukan perisai dan rantai besi yang digunakan melainkan senapan, tank amphibi dan peralatan-peralatan modern yang dapat digunakan untuk menyeberangi lautan. Semua itu diperoleh dengan memanfaatkan kemampuan para tawanan dan ilmuwan asing. Hal tersebut beliau lakukan karena tidak ada larangan mengembangkan senjata. Rasulullah saw. bersabda, "Hikmah merupakan mutiara orang beriman yang hilang. Di mana pun ditemukannya, maka orang beriman lebih berhak atas hikmah tersebut." Islam adalah agama dinamis, rasionalis, analisis, objektif, dan agama masa

4 "Apa kerugian dunia atas kemunduran umat Islam." dijadikan ibu kota negara tersebut." Andrea Maurois dalam bukunya Kekalahan Prancis pada Perang Dunia Kedua mengatakan bahwa sebab utama kekalahan Prancis ialah rusaknya moralitas bangsa Prancis sebagai akibat tersebarnya perbuatan amoral di tengah-tengah penduduk. Negara Jepang merasakan pengaruh negatif kemajuan ilmu pengetahuan bagi para pemudanya. Mereka mulai bermalas-malasan, berf oya-f oya, dan melakukan seks bebas. Bagaimana usaha negara dalam mengatasi situasi seperti itu? Dalam menyelesaikan permasalahan tersebut, Jepang tidak mengacu pada penyelesaian dunia Barat atau Timur. Jepang pun tidak mengacu pada ilmu jiwa karena teori ilmu tersebut saling bertentangan. Penyelesaian masalah para pecandu minuman keras, orang-orang stres, dan penyakit para kapitalis, mengacu pada ajaran agama. Ajaran agama dijadikan unsur utama untuk memberikan bekal dan bimbingan, hingga ditetapkan Peraturan Pemerintah Jepang bahwa pemuda tidak diterima sebagai pegawai negeri sipil kecuaU orang yang rajin ke tempat ibadah dan telah lama membentengj jiwanya dengan ajaran agama, yaitu agama Budha.5 Kehancuran berbagai negara pada perang dunia kedua disebabkan pen-duduknya bermoral rendah dan gemar berpesta pora. Al-Qur'an menguatkan pendapat tersebut, "Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (suatu mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya." (al-Israa" [17]: 16) Di antara sebab utama kekalahan dunia masa lalu oleh Islam ialah merosotnya moral. Kemerosotan moral hampir menyebar ke seluruh komponen bangsa, karena kemerosotan moral bangsalah, negara Persia dan Romawi dapat ditaklukkan oleh para pejuang muslim yang dididik di madrasah Nabi, yaitu sekolah yang membentuk seorang kabilah Qudhaa'ah berani berbicara di depan Kaisar Romawi, "Umat Islam bagaikan singa di siang hari dan bagaikan rahib di malam hari. Jika putra raja mereka mencuri, maka mereka memotong tangannya, dan bila putra raja berzina, maka mereka merajamnya sebagai penegakan hukum had (potong tangan)." Mendengar penuturan tersebut panglima perang Romawi berkomentar, "Jika yang dikatakan itu benar adanya, maka perut bumi lebih baik daripada bertemu dengan mereka di bumi ini."

5 Rijaalun Mujaahiduun, Prof. Taufiq Saba' dengan sedikit perubahan. Sekarang ini, umat Islam berada dalam krisis moral. Kami perlu menyampaikan kepada generasi muda dan para pejuang muslim, agar mereka dapat mengambil pelajaran strategi yang digunakan nenek moyang mereka, yaitu meninggalkan negerinya, negeri kegelapan, kebodohan, dan negeri yang dikuasai paham-paham akidah yang menyesatkan. Mereka dapat membangun dunia, membersihkannya dan menanamkan kebenaran pada umat manusia. Apakah anak-cucu mereka dapat mengambil pelajaran dari strategi yang digunakan? Bila anak-cucu mereka melakukan hal yang sama dengan nenek moyangnya, niscaya negara dan tanah air mereka yang dirampas dapat direbut kembali, dan berbahagialah orang-orang beriman yang mendapat pertolongan Allah. Allah menolong siapa saja yang dikehendakL Prof. Dr. Abdurrahman Umairah DAFTAR ISI

Ka'bah dan berdiri lama-lama di depannya untuk menyaksikan para delegasi yang datang ke tanah suci. Delegasi yang datang dari seluruh Jazirah Arab. Dia sering menyaksikan cucuran air mata, puji-pujian, dan doa-doa yang diucapkan orang-orang yang meratap di depan Ka'bah. Doa dan pujian yang dilantunkan laki- laki dan wanita yang datang mengunjungi Baitul Haram. Dia sering mendengar ratapan dan rintihan yang didengar telinganya, tetapi tidak mengerti maksud ratapan tersebut. Ketika kakinya merasa letih karena tiupan angin kencang dan telah kembali kepangkuan ibunya, dia bertanya tentang arti ratapan yang didengarnya. Sang ibu menjawab pertanyaan anaknya dengan lemah-lembut hingga membuatnya tertidur pulas di pangkuannya. Lalu, sang ibu menyelimuti putranya dan berdoa, semoga Tuhan Ka'bah menjaga dan memeliharanya. Pada suatu hari, dia kembali ke pangkuan ibunya dengan sedih dan menangis karena dia telah menyaksikan orang-orang menghancurkan dan merobohkan tembok Ka'bah. Dia bertanya kepada ibunya, "Bu, mengapa mereka melakukan hal itu?" Dengan tenang ibunya menjawab, "Mereka merobohkan Ka'bah untuk direnovasi agar bangunan Ka'bah menjadi baru dan tangan-tangan pencuri tidak dapat melakukan pencurian intan permata yang terdapat dalam Ka'bah melalui temboknya." Di hari-hari berikutnya Abu Bashir menyaksikan ketegangan dan pertengkaran kabilah-kabilah yang mengacung-acungkan pedang di depan Ka'bah. Mereka menyerukan perang dan adu tanding untuk memperebutkan peletakan Hajar Aswad di tempat

6 Hadits tersebut dikeluarkan oleh Imam Bukhari dalam euv-Syuruuth, 15, Abu Daud dalam al-Jihad. 57, Imam Ahmad bin Hambal dalam al- Musnad juz 4, him. 331. ula. Sampai akhirnya mereka sepakat untuk menetapkan orang yang pertama kali masuk ke masjid, sebagai orang yang berhak untuk menentukan peletakan Hajar Aswad di tempatnya. Ternyata orang yang pertama kali masuk ke masjid adalah Muhammad al-Amin yang memutuskan agar semua kabilah ikut serta meletakkan Hajar Aswad.7 Dia membentangkan kainnya kemudian meletakkan Hajar Aswad di tengah-tengah kain tersebut. Dia meminta kepada setiap ketua kabilah untuk memegang ujung-ujung kain dan bersama-sama membawa batu mulia tersebut ke tempatnya. Akhirnya, mereka kembali untuk menyelesaikan pembangunan Ka'bah. Sejak peristiwa itu, Abu Bashir sangat mencintai al-Amin. Dia sangat kagum dengan kepiawaian beliau dalam mengambil keputusan, menjadikannya sebagai panutan dalam hidup, dan selalu mengikuti setiap gerak langkah beliau, baik ketika beliau memberikan perintah maupun mengajarkan hadits. Pada suatu hari, Abu Bashir keluar mengikuti Muhammad. Jika beliau duduk, maka dia pun duduk. Ia terus meniru setiap perbuatan Rasulullah sampai pada suatu hari dia pergi tidak seperti hari-hari sebelumnya. Dia mendatangi Muhammad al- Amin ketika matahari setinggi satu atau dua tombak, dengan berjalan agak cepat menuju arah Shafa. Tempat beliau menyerukan kata-kata, "Ya Shabaah, Ya Shabaah (Wahai suasana pagi yang segar dan cerah)." Abu Bashir tidak dapat memejamkan matanya karena dia selalu mendengar suara al- Arnin terngiang-ngiang di gendang telinganya, seolah-olah memenuhi alam raya ini. Panggilan Muhammad yang diserukan dari bukit Shafa membuatnya tidak dapat memejamkan mata. Kemudian, dia segera keluar menuju tempat di mana orang-orang Quraisy telah berkumpul untuk mengetahui panggilan al-Amin di pagi hari itu. Mereka mengetahui al-Amin sebagai orang yang tidak pernah melakukan perbuatan kecuali kebaikan dan kata-katanya selalu benar. Beliau dididik di Bani Sa'ad, kabilah yang paling terhormat. Bila mereka mendengarkan kata-katanya, mereka dapat men-dengarnya dengan jelas dan lugas. Ketika Rasulullah saw. menyaksikan mereka telah berkumpul beliau bersabda, "Wahai keluarga Ghalib, Lu" ay, Murrah, Kilab, Qushay, dan Abdu Manaf, apabila 6 Hadits tersebut dikeluarkan oleh Imam Bukhari dalam euv-Syuruuth, 15, Abu Daud dalam al-Jihad. 57, Imam Ahmad bin Hambal dalam al- Musnad juz 4, him. 331. ula. Sampai akhirnya mereka sepakat untuk menetapkan orang yang pertama kali masuk ke masjid, sebagai orang yang berhak untuk menentukan peletakan Hajar Aswad di tempatnya. Ternyata orang yang pertama kali masuk ke masjid adalah Muhammad al-Amin yang memutuskan agar semua kabilah ikut serta meletakkan Hajar Aswad.7 Dia membentangkan kainnya kemudian meletakkan Hajar Aswad di tengah-tengah kain tersebut. Dia meminta kepada setiap ketua kabilah untuk memegang ujung-ujung kain dan bersama-sama membawa batu mulia tersebut ke tempatnya. Akhirnya, mereka kembali untuk menyelesaikan pembangunan Ka'bah. Sejak peristiwa itu, Abu Bashir sangat mencintai al-Amin. Dia sangat kagum dengan kepiawaian beliau dalam mengambil keputusan, menjadikannya sebagai panutan dalam hidup, dan selalu mengikuti setiap gerak langkah beliau, baik ketika beliau memberikan perintah maupun mengajarkan hadits. Pada suatu hari, Abu Bashir keluar mengikuti Muhammad. Jika beliau duduk, maka dia pun duduk. Ia terus meniru setiap perbuatan Rasulullah sampai pada suatu hari dia pergi tidak seperti hari-hari sebelumnya. Dia mendatangi Muhammad al- Amin ketika matahari setinggi satu atau dua tombak, dengan berjalan agak cepat menuju arah Shafa. Tempat beliau menyerukan kata-kata, "Ya Shabaah, Ya Shabaah (Wahai suasana pagi yang segar dan cerah)." Abu Bashir tidak dapat memejamkan matanya karena dia selalu mendengar suara al- Arnin terngiang-ngiang di gendang telinganya, seolah-olah memenuhi alam raya ini. Panggilan Muhammad yang diserukan dari bukit Shafa membuatnya tidak dapat memejamkan mata. Kemudian, dia segera keluar menuju tempat di mana orang-orang Quraisy telah berkumpul untuk mengetahui panggilan al-Amin di pagi hari itu. Mereka mengetahui al-Amin sebagai orang yang tidak pernah melakukan perbuatan kecuali kebaikan dan kata-katanya selalu benar. Beliau dididik di Bani Sa'ad, kabilah yang paling terhormat. Bila mereka mendengarkan kata-katanya, mereka dapat men-dengarnya dengan jelas dan lugas. Ketika Rasulullah saw. menyaksikan mereka telah berkumpul beliau bersabda, "Wahai keluarga Ghalib, Lu" ay, Murrah, Kilab, Qushay, dan Abdu Manaf, apabila

7 Ketika kami melihat permasalahan yang semakin meruncing, tak ada jalan lain kecuali mengangkat senjata. Namun akhirnya kami terima dengan lapang dada orang yang pertama masuk ke masjid. Dialah orang yang datang dari Batha' tanpa perjanjian. Kami terperanjat dengan keberadaan Muhammad al-Amin hingga kami mengatakan menerima keputusan Muhammad al-Amin. Baca kitab Sirah Ibnu Hisyam juz

1, him. 197. kalian mempercayaiku?" Mereka menjawab, "Ya, karena kamu tidak pernah berbohong kepada kami." Beliau bersabda, "Sesungguhnya aku adalah utusan Allah, khususnya bagi kalian dan umumnya bagi umat manusia" kemudian beliau membaca firman Allah, "Maka janganlah kamu menyeru (menyembah) ilah yang lain di samping Allah, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang di'azab. Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat, dan rendahkanlah dirimu terhadap orang- orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman." (asy-Syu'arav [26]: 213-215) Mereka meninggalkan Muhammad. Ada yang membenarkan dan ada yang mendustakan ucapannya. Tidak ada sambutan sedikit pun terhadap ucapan beliau, kemudian beliau kembali ke rumah. Abu Bashir mengulang-ulang kata-kata yang didengarnya sampai kata-kata itu menyentuh hatinya yang paling dalam, hingga dia bergegas menuju rumah Muhammad dan meletakkan kedua tangannya dan mengucapkan syahadat. Umat Islam terus mengikuti dakwah Rasul saw., namun orang-orang kafir Quraisy merasa terganggu dengan kemajuan dakwah beliau, sehingga mereka berusaha menteror orang-orang lemah yang menjadi pengikut Nabi. Sebagian pengikut Nabi yang lemah datang menghadap beliau, memohon agar beliau berdoa kepada Allah supaya Ia meringankan musibah yang mereka alami. Namun, beliau sedikit marah dan bersabda, "Demi Allah, umat-umat sebelum kamu telah mengalami siksa yang sangat kejam. Mereka ditangkap dan dibelah menjadi dua bagian, tapi hal tersebut tidak dapat memalingkan mereka dari agama yang benar. Atau, daging-daging mereka disayat hingga tulang mereka kelihatan. Meski demikian, mereka tetap pada agama yang benar. Sementara kamu berharap agar Allah memberikan keringanan. Berharaplah akan kejadian ini hingga pengendara unta akan merasa aman bila mengadakan perjalanan dari Shan'a ke Hadramaut. Dia hanya takut kepada Allah atau kambingnya diterkam serigala. Namun, sayang kamu tergesa- gesa." Siksaan yang dialami umat Islam semakin berat. Seperti perbuatan Abu Jahal yang masuk ke rumah Sumayah (ibu' Ammar) Ia menendang, menyepak, dan menusuk dadanya dengan tombak sampai meninggal dunia. Derita umat Islam semakin berat. Mereka semakin putus as karena Rasulullah saw. belum mengizinkan mereka untu melawan atau berperang. Kemudian, apa yang dapat mere lakukan? Mereka hanya melakukan perang dingin. Pada akhirnya mereka berkumpul di rumah Rasulullah saw. untuk meminta petunjuk dalam menghadapi kekejaman orang-orang kafir. Rasulullah saw. bersabda, "Coba kalian pergi ke Habasyah (Ethiopia), karena penguasa di sana berlaku adil dan negaranya adalah negara aman, sampai Allah memberikan jalan keluar bagi kalian." "Jika demikian, kami boleh hijrah," jawab para sahabat. Demikianlah perintah Rasulullah saw. kepada mereka. Karena itu, umat Islam yang lemah segera keluar menuju negara yang menjamin keamanan mereka. Negara yang dipimpin oleh seorang raja yang dikenal bijak. Beliau memantau segala peristiwa yang teriadi di antara para pengikutnya dengan orang-orang Quraisy dan berupaya untuk membela agama umat Islam. 'Amr bin 'Ash r.a. menuturkan, "Ketika kami sedang bersama Raja Najasyi, 'Amr

Rasulullah saw. kepadanya. Ketika dia keluar, aku ('Amr bin 'Ash) berkata kepada Raja Najasyi, 'Orang tersebut adalah musuh kami dan telah banyak membunuh pemimpin kami. Serahkan saja dia kepada kami untuk dibunuh.' Raja Najasyi murka dan langsung mengangkat tangannya lalu memukul hidungku. Aku mengira pukulan itu memecahkan hidung ternyata hidungku hanya meneteskan darah yang mengenai baju. Aku merasa terhina dan malu atas peristiwa tersebut, kemudian aku bertanya, 'Wahai Tuan Raja, aku mengira Tuan murka dengan permintaanku kepada Tuan?'" Dia menuturkan bahwa mereka berdua sama-sama malu, kemudian Raja berkata, "Hai 'Amr, kamu meminta kepadaku untuk menyerahkan utusan orang yang telah mendapatkan an-Namus al-Akbar, sama dengan apa yang telah diterima Nabi Musa dan Nabi Isa a.s. untuk membunuhnya?" 'Amr berkata, "Allah mengubah apa yang ada di dalam hatiku dan aku berkata pada diriku sendiri, 'Beliau, bangsa Arab dan non Arab telah mengetahui kebenaran ini, mengapa kamu tidak menerima kebenaran tersebut?' Lalu aku bertanya, 'Tuan Raja, apakah Tuan bersaksi atas agama ini?'" Raja Najasyi menjawab, "Ya, aku bersaksi bahwa agama itu berasal dari Allah. Wahai 'Amr, patuhlah kepadaku dan ikutilah dia. Demi Allah, dia berada dalam kebenaran. Dia pasti dapat mengalahkan orang-orang yang berseberangan dengannya sebagaimana Nabi Musa dapat mengalahkan Raja Fir'aun dan pasukannya." Aku bertanya, "Apakah Tuan mau membaiatku atas namanya untuk masuk Islam?" Raja Najasyi menjawab, "Ya." Beliau mengulurkan tangannya dan membaiatku sebagai orang Islam.8 Namun, Abu Bashir belum bisa hijrah dan tidak dapat keluar dari kota Mekah karena dia tidak dapat berpisah dengan Rasulullah saw., bahkan orang-orang yang telah hijrah pun kembali ke kota Mekah. Teror dan siksaan orang-orang Quraisy semakin berat. Bahkan, mereka ingin menyakiti Rasulullah saw. dan berencana untuk membunuh Muhammad saw. Para pemuka Quraisy berkumpul di Damn Nadwah, mereka menetapkan agar setiap kabilah mengutus seorang pemuda yang gagah perkasa untuk membunuh Muhammad saw. agar darah Muhammad tersebar di antara kabilah-kabilah yang ada di kota Mekah, dan agar bani Hasyim tidak dapat menuntut balas atas kematian Muhammad karena akan berhadapan dengan kabilah-kabilah tersebut. Allah swt. memberikan izin kepada Nabi Muhammad saw. untuk hijrah ke Yatsrib. Umat Islam mengikuti hijrah Rasul karena takut akan kekejaman orang-orang Quraisy. Namun, Abu Bashir belum hijrah ke Yatsrib karena dia mempunyai keyakinan bahwa Rasul saw. akan kembali ke Mekah bersama orang-orang Anshar dan Muhajirin untuk memberikan pelajaran kepada orang-orang Quraisy dan menghancurkan berhala-berhala yang ada di dalam Ka'bah. Sampai akhirnya terjadi Perjanjian Hudaibiyah, yaitu perjanjian antara Rasulullah saw. dengan pihak Quraisy. Di antara isi perjanjian itu adalah "Muhammad harus mengembalikan orang Mekah yang hijrah ke Madinah kepada pihak Quraisy. Namun, pihak Quraisy tidak harus mengembalikan muslim yang murtad dan hijrah ke Mekah kepada Rasulullah saw." Melihat isi perjanjian tersebut Abu Bashir mulaiberpikir untuk hijrah ke Yatsrib. Di tengah-tengah kelengahan para pemimpin Quraisy, dia menaiki untanya menuju kota Yatsrib untuk bergabung dengan umat Islam yang telah berada di sana dan menjadi salah satu pasukan Allah yang membela agama-Nya. Sebelum Abu Bashir sampai ke Yatsrib untuk bergabung dengan para sahabat Rasulullah saw. dan menikmati rasa nyaman serta aman bersama mereka, orang-orang Quraisy telah mengutus dua orang utusan dan telah menghadap Rasulullah saw. untuk meminta pengembalian Abu Bashir sebagai pelaksanaan Perjanjian Hudaibiyah.

8 Ibnu Katsir, al-Bidayah won Nihayah, juz 4, him. 237. Rasulullah saw. bersabda, "Wahai Abu Bashir, kami telah memberikan hak orang-orang tersebut sebagaimana kamu ketahui, karena dalam agama kami tidak boleh ada penipuan. Sesungguhnya, Allah akan memberikan jalan keluar dari kesulitan ini kepadamu dan orang-orang Islam yang bersamamu. Pergilah

Abu Bashir bertanya, "Ya Rasulullah, apakah engkau akan mengembalikanku kepada orang-orang musyrik agar mereka dapat memfitnahku dalam agama ini?" Rasulullah saw. bersabda, "Ya Abu Bashir, pergilah sesungguhnya Allah pasti memberikan jalan yang terbaik bagimu dan orang-orang Islam lemah yang bersamamu." Abu Bashir menerima perintah Rasulullah saw. dan dia kembali menuju kota Mekah bersama dua orang utusan tersebut. Dalam perjalanan, Abu Bashir meyakini dua hal. Pertama, orang-orang Quraisy adalah orang yang ahli makar atau suka menipu. Mereka mengambil syarat perjanjian ini dari Rasulullah dengan cara memaksa. Kedua, orang-orang lemah yang beriman dengan dakwah Muhammad saw. wajib diselamatkan dari kebengisan orang-orang Quraisy. Untuk itu, dia tidak akan kembali ke kota Mekah. Ia harus mengobarkan semangat jihad di jalan Allah dalam dirinya dan celakalah orang-orang Quraisy yang mengganggu orang-orang yang beriman, hingga hati dan jiwanya dipenuhi cahaya keimanan. Bebas dari Cengkeraman Dua Utusan Quraisy Ketika sampai di Dzul Hulaifah, Abu Bashir dan dua orang utusan Quraisy berhenti untuk beristirahat dan makan. Namun, ia turun dengan menyambar pedang salah satu utusan Quraisy tersebut dan berhasil membunuh salah satunya, sedang yang lain melarikan diri menuju Rasulullah saw., dan mengadu kepada beliau, "Demi Allah, temanku terbunuh dan aku pun akan dibunuhnya." Abu Bashir pun datang menghadap beliau dan berkata, "Ya Rasulullah saw., demi Allah, engkau telah menepati isi perjanjian tersebut, yakni telah mengembalikanku kepada orang-orang Quraisy, tetapi Allah telah menyelamatkanku dari cengkeraman mereka." Setelah itu, dia keluar dan meninggalkan Rasulullah saw. menuju Mekah hingga sampai di al-'Aish, satu tempat yang terletak di pinggiran pantai laut merah, yang menjadi jalur perdagangan orang-orang Quraisy menuju Syam. Di Jalur perdagangan kafilah orang-orang Quraisy inilah (jalur perdagangan kafilah-kafilah ke Syam dan Mekah) pahlawan Islam nan gagah berani bermarkas. Dia bertekad untuk merampas setiap kafilah Quraisy yang melewati jalur tersebut. Memerangi jalur perdagangan dan melumpuhkan pengawalnya supaya jalur perdagangan Mekah lumpuh dan mereka hidup dengan seadanya. Ia melakukan hal itu agar orang- orang Quraisy tidak dapat melakukan bisnis dengan pihak luar. Rasulullah saw. mengetahui rencana pahlawan Islam ini. Beliau bersabda, "Beruntunglah ibu yang melahirkan putra sebagai pemicu api peperangan, bila dia bersama para pejuang yang lain.'"* Kata-kata itu menggema di muka bumi Allah dan sampai kepada umat Islam yang ditahan oleh orang-orang Quraisy di daerah Mekah. Mereka mengerti maksud seruan pemimpin umum kelompok bersenjata tersebut. Seruan agar segera bergabung bersama Abu Bashir. Di bawah pimpinan Abu Jundul Suhail bin 'Amr, 70 umat Islam keluar dari Mekah untuk bergabung dengannya. Mereka mulai melaksanakan tugas pengintaian terhadap kafilah-kafilah dagang Quraisy yang keluar dari Mekah menuju Syam atau kafilah yang kembali dari Syam ke Mekah. Mereka menjarah barang-barang yang dibawa kafilah-kafilah tersebut, termasuk emas dan perak yang disimpan di kantong-kantong para pedagang. Mereka menghabisi nyawa para petugas yang mengamankan perjalanan pedagang-pedagang Quraisy. Orang-orang Quraisy mengetahui tindakan yang dilakukan oleh Abu Bashir dan orang-orangnya. Mereka takut untuk melakukan perjalanan dagang ke Syam sehingga barang-barang mereka tidak laku. Mereka sangat terpukul dengan situasi seperti itu hingga mengalami pailit dan terancam kelaparan.

Serombongan delegasi di bawah pimpinan Abu Sufyan bin Harb datang menghadap Raulullah saw. Ia meminta Rasul agar berkenan menerima Abu Bashir dan sahabat- sahabatnya karena dia ingin mengembalikan mereka ke Madinah. Rasulullah saw. bertanya, "Ya Abu Sufyan, bagaimana dengan syarat-syarat perjanjian damai kita?" Abu Sufyan memohon dengan

9 Hadits ini dikeluaikan Imam Bukhari dalam asy-Syuruufh, him. 15. Abu Daud dalam af-Ji/iad, him. 15, dan Imam Ahmad dalam al-Mumad, juz 4, him. 331. sangat kepada beliau, "Ya Muhammad, kamu orang yang selalu menyambung silaturahmi, menghormati tamu, dan senantiasa membantu orang-orang yang dalam kesulitan. Terimalah usul kami. Kasihanilah anak-anak kami. Mereka hidup kelaparan. Mohon tulislah surat kepada Abu Bashir bahwa dia dan kelompoknya dikembalikan ke Madinah." Abu Bashir memegang erat surat Rasulullah saw. Ia membaca isi surat tersebut dengan gemetar, berlinang air matanya, dan meletakkan surat tersebut ke dadanya hingga ia mengembuskan napasnya terakhir. Semoga Allah memberikan rahmat yang banyak kepadanya. Sahabat dekat Abu Bashir menuturkan, "Setelah selesai memandikan dan menguburkan jenazahnya, kami segera menuju Allah untuk bergabung dengan tentara penaklukan Mekah. Bergabung dengan insan-insan dakwah yang ikhlas, yaitu orang-orang yang melupakan tuhan-tuhan palsu menuju Tuhan yang sangat mulia." Pengorbanan Abad Kedua Puluh Para pahlawan pertama dan utama telah menghancurkan kelicikan orang-orang Quraisy dan berperan serta dalam memberantas kemusyrikan menuju kalimat "Tiada tuhan selain Allah," di seluruh penjuru dunia hingga Allah menurunkan wahyu, "Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya.Sesungguh.nya Dia adalah Maha Penerima taubat." (an-Nashr [110]: 1-3) Mereka masuk agama Allah secara berbondong-bondong, menuju Tuhan mereka sehingga di dunia tidak ditemukan kejahatan, kebohongan, kekufuran, dan kezaliman. Seorang panglima perang yang gagah berani, 'Uqbah bin Nafi' ketika berdiri di pinggjr pantai samudra Hindia mengatakan, "Bila aku tahu bahwa di belakang lautan ini terdapat umat yang tidak beriman kepada Allah dan tidak membenarkan Muhammad, niscaya akan kuseberangj lautan ini dengan kuda." Bila generasi awal telah melakukan sesuatu yang sangat besar manfaatnya, maka apa yang dapat dilakukan oleh generasi sekarang terhadap makar Yahudi? Seharusnya umat Islam sekarang berbuat seperti apa yang telah diperbuat umat Islam pada masa lalu. Apabila hal tersebut dilakukan, niscaya Yahudi akan tunduk dan patuh terhadap tuntutan bangsa Arab. Orang yang mengikuti dan meneliti sejarah akan mengetahui bahwa orang-orang Quraisy telah mendapatkan semua persyaratan yang ditetapkan pada perjanjian damai (Perjanjian Hudaibiyah) ketika sekelompok umat Islam menguasai daerah pantai laut merah, daerah lintas perdagangan bangsa Quraisy ke negara Syam, sama dengan yang dilakukan Yahudi sekarang ini. Bila generasi sekarang mengikuti strategi yang dilakukan generasi masa lalu, niscaya mereka dapat menguasai 70% bahan pangan dan bahan mentah yang diimpor oleh Israel melalui laut merah dari benua Afrika dan sekitarnya. Bila generasi sekarang mengikuti langkah-langkah yang ditempuh oleh generasi awal dengan melakukan serangan terus-menerus terhadap musuh di luar perbatasan, niscaya hal tersebut dapat menghancurkan produksi ringan dan berat yang di- selundupkan melalui salah satu negara Islam dengan data palsu, yang diproduksi di Turki, yakni barang yang menguasai daerah perdagangan bangsa Arab. Dari situasi tersebut, kami menyerukan kepada para pejuang muslim di bumi Palestina yang dijajah agar mengalihkan pemberontakannya di luar perbatasan