Ruang Penyimpanan rekam medis inaktif

  • korespondensi : ninaroshan.nr@gmail.com

  Pendahuluan

  Fasilitas pelayanan kesehatan berusaha menyediakan apa yang dibutuhkan pasien. Dalam rumah sakit yang merupakan bagian dari hal tersebut pun ada rekam medis yang menjadi bagian terpenting dari informasi dan juga pedoman bagi dokter dalam menangani pasien (1). Penyelenggaraan rekam medis dimulai dengan, pencatatan, penanganan, penyimpanan serta pengeluaran pada pasien. Informasi yang terkandung dalam rekam medis harus terjaga kelengkapan dan kerahasiaannya.

  Kegunaan rekam medis adalah sebagai media antara dokter dan tenaga ahli lainnya yang ikut ambil bagian didalam memberikan pelayanan, pengobatan, perawatan kepada pasien, sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan/perawatan yang harus diberikan kepada seorang pasien, bukti tertulis atas segala tindakan pelayanan, perkembangan penyakit, pengobatan selama pasien berkunjung

  /dirawat dirumah sakit serta melindungi kepentingan hukum bagi pasien, rumah sakit maupun dokter dan tenaga kesehatan lainnya (2).

  Kegiatan penyelenggaraan rekam medis yang menggunakan sistem komputerisasi dapat menghasilkan data yang bersumber pada seluruh kegiatan pelayanan kesehatan institusi pelayanan kesehatan. Pengolahan data dan informasi mengenai kondisi kesehatan pasien tidak hanya tersimpan didalam catatan rekam medis secara fisik saja akan tetapi data dan informasi medis seorang pasien dapat tersimpan secara otomatis dengan menggunakan media teknologi seperti komputer, sehingga informasi medis mengenai kondisi kesehatan pasien dapat disimpan selama mungkin dan pertanggung jawabkan keabsahan dan keakuratannya. Penggunaan sistem komputerisasi di dalam penyelanggaraan rekam medis sangat

  

Pengelolaan Rekam Medis Inaktif Di RSUD Ulin Banjarmasin

Inactive Medical Record Management In Ulin Hospital Banjarmasin

  Nina Rahmadiliyani*

  1

  , Wiliyanor

  2

  1 STIKes Husada Borneo, Jl. A. Yani Km 30,5 No.4 Banjarbaru, Kalimantan Selatan 70712

  2 Alumni STIKes Husada Borneo, Jl. A. Yani Km 30,5 No.4 Banjarbaru, Kalimantan Selatan

  70712

  Abstract

Inactive Medical Record is a medical record document that reaches for 5 years and never

used to visit health service. Often the storage of inactive medical records is not properly

managed. Many inactive medical record documents are stored and stacked on the floor

because of insufficient shelf capacity.The purpose of this study is to understand the

management of inactive medical records In ulin banjarmasin hospitals.The method used in

this research is qualitative descriptive.The study subjects were inactive medical record

storage officer, which consisted of a medical record head and two storage officers. Storage

of inactive medical records is on the 6th floor and active medical records are on the 2nd floor,

outpatient and inpatient are combined, on retention of inactive medical records are not stored

in the form of microfilm and disk but stored in books and computer. In medical record room,

there is no room temperature control, there is no humidity control room, and light

arrangement of room using lamp. Maintenance of the record room cleaning inactive medical

record storage is done by cleaning service, on the exchange of air through the door. There is

no maintenance of the inactive medical record file, such as hygiene, air exchange and

medical record control. In today’s inactive medical record storage still uses a centralized

system and an active medical record file using a decentralized system. The requirements of

inactive medical record storage room on temperature control, storage shelves and humidity

of the room do not use air conditioner. And there is no control on the maintenance of inactive

medical records files such as cleanliness, air exchange.

  Keywords : Management, Inactive Medical Record membantu didalam proses pengolahan data medis pasien serta pengeluaran informasi mengenai besarnya efektifitas dan efesiensi pelayanan kesehatan dalam pelayanan kesehatan, sehingga data dan informasi yang dihasilkan cepat, tepat, akurat (3).

  Berbagai macam dokumen rekam medis baik yang masih aktif dan inaktif digunakan dalam menangani pasien, yang membedakannya keduanya terletak pada frekuensi kunjungan. Dalam rekam Medis inaktif, dokumen rekam medis yang telah mencapai waktu tertentu tidak pernah digunakan karena tidak pernah ada kunjungan selama jangka waktu 5 tahun. Dalam Permenkes 269 Tahun 2008 disebutkan bahwa rekam medis rawat inap wajib disimpan sekurang-kurangnya untuk jangka waktu 5 tahun terhitung dari tanggal terakhir pasien berobat atau dipulangkan (4). Dokumen Rekam Medis inaktif disimpan dan diperlukan untuk pendidikan, penelitian dan berobat kembali pasien (5).

  Pengelolaan rekam medis inaktif selama ini kurang diperhatikan dalam penyimpanan seperti penyimpanan yang tidak mencukupi, dan melebihi kapasitas daya tampung, sehingga kesulitan dalam pengambilan dan penyusunan rekam medis. Rekam medis yang tidak tersusun rapi, map rekam medis mudah rusak dan tidak sesuainya penyusunan rekam medis. Hal ini menyebabkan pelayanan tidak optimal dan efisien dalam melayani pasien. Dan kerugian lainpun seperti dalam pemusnahan berkas

  rekam medis (1). Pemusnahan dengan cara membakar habis semua berkas rekam medis, formulir rekam medis yang tidak dimusnahkan dan berkas rekam medis yang bernilai guna disimpan permanen dengan cara di scan dan disimpan pada hardisk supaya dapat menjaga keutuhan berkas rekam medis dari kerusakan dan menghemat ruangan penyimpanan inaktif (6).

  Pada sisi lainpun masih banyak yang perlu ditingkatkan dalam proses pengerjaan rekam medis aktif seperti implementasi yang perlu ditingkatkan dan beberapa manfaat rekam medis terintegrasi yaitu pelayanan lebih diperhatikan dan kolaborasi menjadi lebih baik (7).

  Dalam menangani masalah proses penyusutan rekam medis, khususnya pada pencitraan (imaging). Pada umumnya tahapan dalam penyusutan berkas rekam medis dengan melakukan pemilahan berkas rekam medis, melakukan pengecekan tahun kunjungan terakhir pada Sistem Informasi Kesehatan (SIK), melakukan proses pencitraan (imaging), memindahkan lembar rekam medis ke folder, dan memasukkan lembar rekam medis yang tidak bernilai guna ke gudang penyimpanan (8). Secara rinci proses pencitraan (imaging) beralur pemilahan lembar rekam medis, proses scanning, dan penyimpanan.

  Terhambatnya pelaksanaan proses pencitraan (imaging) seringkali diakibatkan oleh kurangnya sumber daya manusia (SDM), tidak ada prosedur tetap dan instruksi kerja, hasil pencitraan (imaging) belum tersambung ke Sistem Informasi Kesehatan (SIK), tidak adanya anggaran alat pencitraan (imaging) untuk lembar rekam medis ukuran besar (9).

  Observasi yang dilakukan di BLUD RSUD Ulin Banjarmasin, ruang penyimpanan rekam medis dibagi menjadi dua yaitu ruang penyimpanan rekam medis aktif, serta ruang penyimpanan rekam medis inaktif yang yang berbeda. Pemusnahan pernah dilakukan pada tahun 2009. Pada rekam medis tahun 2012-2013 di ruang inaktif disimpan di rak dan sebagian ditumpuk dilantai yang disebabkan oleh kapasitas rak yang tidak mencukupi.

  Latar belakang diatas menjadi dasar pertimbangan peneliti untuk fokus pada pertanyaan dengan rumusan masalah bagaimana pengelolaan Rekam medis inaktif rawat inap di Rumah Sakit Ulin Banjarmasin?

  Metode

  Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif yang dilakukan dengan tujuan membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif (10). Lokasi penelitian di ruang penyimpan rekam medis inaktif BLUD RSUD Ulin Banjarmasin pada bulan Mei sampai dengan bulan Juli Tahun 2017. Subjek penelitian adalah seorang kepala rekam medis dan 2 orang petugas penyimpanan rekam medis.

  Daftar check list digunakan sebagai pedoman observasi mengindetifikasi pengelolaan rekam medis inaktif. Wawancara dilakukan kepada petugas penyimpanan untuk mendapatkan informasi Rekam medis inaktif. Observasi dengan mengamati langsung ruang penyimpanan rekam medis inaktif. Wawancara terstruktur dilakukan dengan menyiapkan instrumen penelitian yang berupa pertanyaan tertulis sebagai panduan.

  Analisis data kualitatif dilakukan terhadap data empiris yang terkumpul yang berupa kumpulan kata-kata informan. Analisis data menggunakan alur dari miles dan Huberman yang terdiri dari tiga tahap, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi (11).

  Pemeliharaan rekam medis inaktif

  Pembahasan Sistem penyimpanan rekam medis inaktif

  “Pembersihan tempat penyimpanan rekam medis inaktif dilakukan oleh cleaning service (CS), pada pertukaran udara melalui pintu dan pada pengontrolan tidak pernah dilakukan”.

  Begitu pula wawancara informan 3 yang secara tegas mengatakan :

  “Pembersihan ruangan penyimpanan rekam medis inaktif tidak pernah dilakukan terakhir kali ditahun 2016, pertukaran dalam ruangan tidak menggunakan AC tetapi melalui 2 pintu yang berhadapan dibuka pada saat jam kerja dan pengontrolan rekam medis inaktif tidak pernah dilakukan”.

  2 didapatkan hasil bahwa :

  Pada wawancara informan

  “Pembersihan tempat penyimpanan rekam medis inaktif dilakukan oleh cleaning service (CS), pada pertukaran udara melalui pintu dan pada pengontrolan dilakukan dari 2016 melakukan pemilahan untuk pemusnahan sambil kontrol”.

  Wawancara informan 1 mengatakan bahwa:

  “Pengendalian suhu ruangan menggunakan AC alam, pengaturan kelembapan juga menggunakan AC alam dan pada pengaturan cahaya menggunakan 2 pintu pada saat jam kerja. “Tidak ada pengendalian suhu ruangan, tidak ada pengontrolan kelembapan ruangan, dan pengaturan cahaya diruang tersebut menggunakan lampu”.

  Hasil Sistem Penyimpanan Rekam Medis Inaktif

  Begitu pula wawancara informan 3 yang mengatakan :

  “Tidak ada pengendalian suhu ruangan, tidak ada pengontrolan kelembapan ruangan, dan pengaturan cahaya di ruang tersebut menggunakan lampu”.

  2 menyatakan bahwa:

  Wawancara terhadap informan

  Ruang Penyimpanan rekam medis inaktif

  “Penyimpanan rekam medis inaktif berbeda tempatnya dan penyimpanan rekam medis inaktif dengan menggunakan sistem sentralisasi sedang rekam medis aktif menggunakan sistem desentralisasi, pada retensi ini berkasnya tidak disimpan dalam microfilm dan disk”.

  Begitu juga wawancara terhadap informan 2 yang menambahkan bahwa :

  “Penyimpanan rekam medis inaktif berada dilantai 6 dan rekam medis aktif berada dilantai 2, sistem penyimpanan rekam medis inaktif menggunakan sistem sentralisasi yaitu rawat jalan dan rawat inap digabung, pada retensi rekam medis inaktif tidak disimpan dalam bentuk microfilm dan disk tetapi di simpan di buku dan komputer”

  Berdasarkan wawancara informan 1 menyatakan bahwa :

  Penyimpanan yang digunakan dengan sistem sentralisasi, yaitu penggabungan antara rekam medis rawat jalan dan rekam medis rawat inap. Pemilihan sistem sentralisasi pada penyimpanan data rekam medis berefek pada petugas menjadi lebih sibuk, karena menangani unit rawat jalan dan unit rawat inap secara bersamaan. Dalam sistem sentralisasi, penyimpanan rekam medis pasien berada dalam satu kesatuan baik catatan kunjungan poliklinik maupun catatan selama seorang pasien dirawat. Semua data medis disimpan pada satu tempat. Keunggulan sistem sentralisasi adalah mengurangi duplikasi, mudah menyeragamkan tata kerja, efisiensi kerja, dan pelayanan mudah. Namun dalam sentralisasi ini memiliki kelemahan yaitu diperlukan waktu yang cukup dalam pelayanan, diperlukan ruang yang cukup luas, alat dan tenaga yang lebih banyak bila tempat penyimpanan terpisah dengan lokasi rekam medis (12). Solusi dari sistem sentralisasi dapat menggunakan straight

  numerical filling (SNF) atau sistem angka

  Pemeliharaan rekam medis inaktif

  Frekuensi dalam pengontrolan ruangan rekam medis inaktif dilakukan ketika hanya ada pemusnahan data. yaitu saat akan diretensi. berkas medis yang sudah lebih dari 5 tahun diperiksa kembali oleh petugas. Sesuai dengan pendapat bahwa pemeliharaan dokumen rekam medis yang belum sesuai dapat dilihat dari aspek fisik. Bila terdapat folder yang telah rusak atau belum diganti dengan yang baru di diharapkan diganti dengan yang baru, agar mudah terbaca (13).

  ruangan rekam medis inaktif yang tidak dilengkapi dengan air conditioner (AC) dan ruangan penyimpanan yang hanya menggunakan kipas serta ruangan rekam medis inaktif terbuka pada saat jam kerja, belum menjamin data rekam medis dalam kondisi yang optimal, upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan fentilasi yang cukup agar pertukaran udara dalam ruangan lancar.

  cleaning service dengan ijin dari petugas rekam medis.. Pertukaran udara dalam

  Pemeliharaan ruang penyimpanan rekam medis inaktif dilakukan oleh petugas

  Pengamanan dalam menyimpan rekam medis merupakan usaha melindungi rekam medis dari kerusakan fisik dan isi dari rekam medis itu sendiri. Rekam medis harus disimpan dan dirawat karena dokumen rekam medis sangat berharga (12). Ruang rekam medis yang nyaman sebagai media penyimpanan data dan informasi pasien. Menjadi syarat agar mudah data diakses dan mendapat keamanan yang optimal (2).

  Pemeliharaan data rekam medis harus dilakukan dengan cara yang tepat dan efisien. Ruang yang lembab menjadi media tumbuhnya jamur pada berkas medis. Adanya temperatur udara yang terkontrol dengan baik dan ruangan yang berfentilasi akan mencegah dari kerusakan data (14).

  o C (14).

  langsung. Dimana secara rinci kelebihannya adalah mengurangi terjadinya duplikasi dalam pemeliharaan dan penyimpanan rekam medis, mengurangi jumlah biaya yang dipergunakan untuk peralatan dan ruangan, memungkinkan peningkatan efisiensi kerja petugas penyimpanan, dan mudah menerapkan system unit record (13)

  C s/d 24,24

  o

  Tingginya anggaran biaya dalam menjaga suhu ruangan salah satunya dengan tidak menggunakan air conditiner (AC). Sebagai gantinya ddigunakan fentilasi manual. Upaya mencegah terjadi kejadian di luar kontrol dapat dengan disediakan alat pemadam api ringan (APAR) yaitu untuk mencegah adanya kerusakan dokumen medis. Mengoptimalkan fasilitas dalam dalam kaitannya dengan suhu ruangan, kelembaban, pencegahan debu dan pengaturan cahaya yang minimal akan menurunkan dampak pada kerusakan arsip. Hal terbut diatas didukung dengan penelitian bahwa kebersihan dan suhu temperatur udara ruang penyimpan dalam ruang filling harus memadai untuk mencegah kelembaban dan kerusakan dokumen rekam medis,. Kelembaban ruangan penyimpanan, kelembaban suatu ruangan penyimpanan sekitar 50% s/d 65% dan suhu udara berkisar antara 18.8

  Ruang penyimpanan rekam medis inaktif memiliki peran yang penting dalam menjaga data rekam medis mengalami kerusakan. Upaya dalam menjaga ruangan adalah dengan SOP (standar operasional prosedur) tentang standar ruangan rekam medis. Ruang penyimpanan rekam medis inaktif dalam satu ruang akan mencegah pelayanan yang lambat. Dalam penyimpanan rekam medis dapat menggunakan rak roll o’peck untuk mempercepat dalam pelayanan. Dalam meminimasir biaya dalam menjaga data rekam medis yang berupa kertas, Penerangan ruangan dapat menggunakan sinar matahari sebagai salah satu cara mendapat sirkulasi udara.

  Ruang penyimpanan rekam medis inaktif

  Pencapaian optimalisasi dalam penyimpanan rekam medis inaktif dilakukan dengan penggunaan alat-alat sebagai media proses pengalihan dari rekam medis aktif ke inaktif. Ketersediaan tracer dan DRM akan membuat kerja menjadi lebih cepat dan mudah penggunaan tracer dan DRM adalah sebagai alat bantu dalam pemindahan DRM aktif ke inaktif. Ketersdiaan tracer akan mempemudah dalam pelaksanaan pengelolaan dokumen telah diretensi.

  Penggunaan ruang yang optimal akan menunjang keberhasilan di dalam pelayanan publik. Pemanfaatan secara efisien akan berfungsi untuk mewujudkan tujuan yang hendak dicapai dalam penyimpanan dokumen (3). Kondisi ruang dan alat-alat penunjang yang masih kurang memadai seperti rak penyimpanan rekam medis inaktif yang tidak mencukupi menyebabkan dokumen rekam medis tidak mendapatkan tempat yang sesuai. begitu juga alat pengatur suhu ruangan yang belum ada dan penerangan dalam ruangan yang masih kurang. Sarana prasarana tersebut akan menunjang kerja petugas rekam medis agar lebih mudah dan menimbulkan rasa nyaman pada kerja. Konsekwensinya adalah mempercepat proses pelaksanaan kerja sehingga menghemat waktu, lebih berkualitas dan terjamin, menimbulkan rasa nyaman dan puas (3).

  Dalam pemeliharaan pengelolaan rekam medis inaktif yang masih minimal pada ruangan seperti pencahayaan, pengaturan suhu ruangan, pemeliharaan ruangan, pengendalian kelembapan dan rak penyimpanan menyebabkan berkas menjadi kurang terkontrol. hal ini didukung oleh Wahyuningtyas (5) bahwa adanya alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan pengelolaan belum lengkap menyebabkan pegugas kesulitan dalam mengontrol dokumen rekam medis.

  5. Wahyuningtyas, Atika Nur. 2015.

  Pencitraan (Imaging) Berkas Rekam Medis pada Kegiatan Penyusutan di RSUD Kota Yogyakarta. Jurnal

  9. Budi S.C., Khasanah Z. 2015.

  Semarang : Universitas Dian Nuswantoro Semarang.

  Tinjauan Pelaksanaan Pengelolaan Dokumen Rekam Medis (DRM) di Filing Rawat Inap Inaktif RSUD Kota Semarang tahun 2015. Skripsi.

  8. Nur A., Setijaningsih R.A. 2013.

  Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, 17 (1) : 3-8.

  2014. Evaluasi Implementasi Rekam Medis Terintegrasi Di Instalasi Rawat Inap RSUP DR. Sardjito Yogyakarta.

  7. Lasmani P.S., Haryanti F., Lazuardi L.

  6. Maimun N. 2017. Analisis Pelaksanaan Penyimpanan Berkas Rekam Medis Yang Tidak Dimusnahkan di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Pekanbaru. Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia, 5 (1) : 5-10.

  Fakultas Kesehatan. Semarang : Universitas Dian Nuswantoro.

  Tinjauan Pelaksanaan Pengelolaan: Dokumen Rekam Medis (DRM) di Filing Rawat Inap Inaktif RSUD Kota Semarang Tahun 2015. Skripsi.

  4. Depkes RI. 2008. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 269/MENKES/PER/III/2008. Jakarta.

  Dari hal tersebut mengindikasikan bahwa pemeliharaan berperan penting dalam menunjang keterawatan dokumen. Dokumen Informasi pasien sudah harus di retensi jika sudah diatas 5 tahun. Hal ini sesuai dengan pernyataan Manulang (15) bahwa informasi data rekam medis merupakan salah satu faktor dalam kelangsungan kerja rumah sakit yang harus dimusnahkan setelah 5 tahun.

  STIKes Husada Borneo Banjarbaru.

  Tata Kelola: Sistem Filing Rekam Medis Rawat Jalan di RSUD Datu Sanggul Rantau tahun 2011. KTI. Program studi Rekam Medis dan Informasi Kesehatan.

  3. Asmayanti,Indra Nur. 2011. Tinjauan

  Press.

  Informasi Kesehatan di Sarana Pelayanan Kesehatan. Jakarta : UI

  2. Hatta, G.R. 2013. Pedoman Manajemen

  Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan. Jakarta : Universitas Esa Unggul.

  Rekam Medis Inaktif di RSUD Kota Bekasi tahun 2016. KTI. Program D-III

  1. Tefnai S.L. 2016. Tinjauan Pengelolaan:

  Daftar Pustaka

  Sarana dan prasarana yang dipakai saat pengelolaan rekam medis inaktif masih tidak lengkap. Dalam penyimpanan rekam medis inaktif saat ini masih menggunakan sistem sentralisasi dan berkas rekam medis aktif menggunakan sistem desentralisasi. Persyaratan ruangan penyimpanan rekam medis inaktif pada pengendalian suhu, rak penyimpanan dan kelembapan ruangan tidak menggunakan Air Conditioner (AC). Dan Belum ada pengendalian mengenai pemeliharaan ruangan berkas rekam medis inaktif yang dilakukan seperti kebersihan, pertukaran udara.

  Kesimpulan

  Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia, 3 (1) : 65-75.

  10. Notoatmodjo, S. 2010. Metode

  Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

  Jakarta : Penaku.

  12. Zalukhu, WO. 2010. Pengelolaan

  Rekam Medis: Peningkatan Pelayanan pada Rumah Sakit Umum Gunungsitoli.

  Skripsi. Medan : Universitas Sumatra Utara.

  13. Pamungkas, Satriyo Hanato. 2013.

  Tinjauan Penggunaan Sistem Penjajaran DRM dengan Metode SNF (Straight Numerical Filling) di Filling Rumah Sakit Islam Muhammaddiyah Kendal. Skripsi. Semarang : Universitas Dian Nuswantoro.

  14. Wijiastuti, Novia. 2014. Tinjauan

  Pelaksanaan Pemeliharaan: Dokumen Rekam Medis di Ruang Filling Rawat Inap RSUD Sunan Kalijaga Demaktahun 2014. Skripsi. Fakultas Kesehatan.

  Semarang : Universitas Dian Nuswantoro.

  15. Manulang, Haijah. 2016. Tinjauan

  Pelepasan: Informasi Rekam Medis Dalam Menjamin Aspek Hukum Kerahasiaan di Rumah Sakit Imelda Medan. KTI. Medan : Akademi Perekam

  Medis dan Informasi Kesehatan (APIKes).