3.4 PEMBUATAN PERSYARATAN TEKNIS PENGEBORAN EKSPLORASI DAN EKSPLOITASI AIR TANAH SERTA PENURAPAN MATAAIR - 3.4. Persyaratan Teknis Pengeboran (126 135)

3.4 PEMBUATAN PERSYARATAN TEKNIS PENGEBORANEKSPLORASI
DAN EKSPLOITASI AIR TANAH SERTA
PENURAPANMATAAIR

1. PENDAHULUAN
Kegiatan pengeboranair tanah, baik untuk tujuan eksplorasi maupun eksploitasi, serta
penurapanair tanah pada mataair, sekecil apapun dapat merubahtatanangeologi bahkan
berpotensi merusak akuifer berikut air tanah yang terkandung di dalamnya. Sebagai
upaya konservasi air tanah, untuk setiap penerbitan izin dari pelaksunuin kegiaLn
tersebut perlu disertai rekomendasi teknis untuk menjadi pertimbangan pemeiintah
Kabupaten/Kotadalam menerbitkan izin pengeboraneksplorasi,pengebroaneksploitasi,
dan izin penurapanair tanah pada mataair.
Rekomendasiteknis ini berisi persyaratan-persyaratan
teknis yang wajib dipenuhi dalam
rnelaksanakankegiatan sesuai izin tersebut, antara lain kedalamunp"ng"boran, akuifer
yang boleh disadap, konstruksi sumur, bentuk penurapan dan debit pengambilan air
tanah, dan lain-lain. Dalam rekomendasiteknis juga memuat kondisi aii tanih di daerah
yang dimaksud berikut perlakuanyang boleh dan tidak boleh dilakukan, termasukupaya
konservasinya.
Seyogyanyarekomendasiteknis dibuat atau dipersiapkanoleh aparatyang berkompeten,
agar dalam pembuatannya ada persamaan persepsi dan tidak mengaiami kesulitan.

Berikut disediakanpanduanteknis pembuatanrekomendasiteknis p"ng"bo.on eksplorasi,
pengeboraneksploitasi,dan penurapanair tanahpada mataair.
2. TATA CARA PEMBUATAN PERSYARATAN TEKNIS PENGEBORAN
EKSPLORASI DAN EKSPLOITASI AIR TANAH
Penyusunanpersyaratanteknis untuk pengeboran eksplorasi dan eksploitasi air tanah
didasarkanpada kondisi dan lingkungan air tanah di lokasi rencanapengeboran.Kondisi
air tanah baik kuantitas dan kualitas serta lingkungan air tanah di suahr daerah dapat
diketahui dari peta yang tersedia.Peta yang dipakai sebagaiacuan adalahpeta konservasi
air tanah,apabila belum ada peta tersebutdapat mengacupada peta potensi cekunganair
tanah,peta hidrogeologi,peta geologi, dan peta topografi.
2.1 Peta KonservasiAir Tanah
Peta ini menggambarkan kondisi air tanah meliputi kedudukan muka air tanah untuk
setiap sistem akuifer terutama akuifer dangkal dan akuifer dalam serta kualitas airnya.
Informasi yang disajikan dalam peta ini merupakan pembagian zona konservasi air tanah
meliputi zona resapan,zona aman, zona rawan, zona kritis dan zona rusak. Setiap zona
memberikan informasi tentang batasan debit air tanah yang boleh diambil /dimanfaatkan
untuk setiapsistemakuifer.

t26


2.2 Peta Potensi Cekungan Air Tanah
Peia ini menggambarkankuantitas dan kualitas air tanah dalam suatu cekungan air tanah.
Informasi yang disajikan dalam peta ini merupakanpembagianwilayah potensi air tanah
meliputi wilayah potensi tinggi, wilayah potensi sedang,wilayah potensi rendah, dan
wilayah denganpotensi air tanah nihil. Setiapwilayah potensi air tanah tersebutmemuat
informasi tentang kedudukan muka air tanah, besarnya debit sumur yang mampu
dihasilkan pada wilayah tersebut,serta kualitas air tanahnya.
2.3 Peta Hidrogeologi
Peta ini menggambarkanproduktivitas akuifer yang dibedakanatasdasarsistemaliran air
tanah pada media batuan yang dilaluinya. Informasi yang disajikan dalam peta ini
merupakan pembagian zonasi yang tergabung dalam empat kelompok meliputi akuifer
dengan aliran melalui ruang antar butir; akuifer dengan aliran melalui celahan dan ruang
antar butir; akuifer dengan aliran melalui celahan. rekahan dan saluran; dan akuifer
denganproduktivitas rendah dan daerah air tanah langka.
2.4 Peta Geologi
Peta ini memberikan informasi tentang sebaranbatuan. Berdasarkankomposisi batuan
dapat diperkirakan potensi air tanahnya.
2.5 Peta Topografi
Peta ini memberikaninformasi tentangmorfologi yang digambarkandengangaris kontur
ketinggian. Berdasarkanpcla garis kontur dapat diperkirakan potensi air tanah yang

terdapatdi bawahnya.
Ketentuanteknis dalam pengeboraneksploitasiair tanah untuk membuat sumur produksi
didasarkan pada: lokasi rencana titik pengeboran dalam kaitannya dengan zona
konservasi air tanah, daerah imbuhan dan lepasan air tanah, zona resapan serta sebaran
sumur produksi yang ada di sekitarnya; susunan akuifer setempat serta keberadaannya
dalam suatu cekungan air tanah; kondisi air tanah dangkal maupun air tanah dalam baik
kuantitas mallpun kualitas; serta besarnyadebit pemanfaatanair tanah.
a. Lokasi Rencana Titik Pengeboran
Lokasi rencana titik pengeborandalam kaitannya dengandaerah imbuhan air tanah sangat
menenfukan dalam memberikan pertimbangan untuk rancang bangun konstruksi sumur
dan peruntukannya. Daerah imbuhan air tanah pada dasarnya hanya diperuntukan bagi
keperluan air minum dan keperluan rumah tangga.
Lokasi titik pengeboran terkait dengan zona konservasi air tanah. Rekomendasi teknis
pengeboran air tanah harus mempertimbangkan ketenfuan yang terkandung pada zona
konservasi air tanah dimana lokasi rencanatitik pengeboranberada.
b. Sebaran Sumur Produksi
Keberadaan dan sebaran sumur produksi di sekitar rencana titik pengeboran menjadi
pertimbangan dalam merekomendasikan rancang bangun konstruksi dan kedalaman
sumur. Pada prinsipnya cadangan air tanah pada suatu kawasan diperuntukkan bagi


127

kepentingan bersama sehingga semua harus dijamin agar mendapatkanair
tanah yang adil
sesuai keperluannya dan tetap mengingat faktor pimerataan. Potensi air
tanah yang
terdapat pada suatu kawasan perlu dibagi secaia merata untuk memenuhi
semua
penggunaair tanah di kawasantersebut.
c. SusunanAkuifer
Susunan akuifer secara garis besar dibedakan antara akuifer dangkal yang mengandung
air tanah bebas dan akuifer dalam yang mengandungair tanah tertekan.Air tanah
bebas
yang terdapat pada akuifer dangkal hanya untuk keperluan air minum dan
rumah targga,
sedangkanuntuk keperluan komersial menggunakanair tanah tertekan dari akuifer
dalam.
Susunan akuifer ini menentukan dalam merekomendasikankedalaman dan rancang
bangun konstruksi sumur.
Konstruksi sumur produksi untuk keperluan selain air minum dan rumah tangga

dibuat
dengan kedalaman jambang maksimum sampai batas dasar akuifer dangkal ulu"u
frioggu
batasatas akuifer dalam, rongga pada lubang bor di luar jambang dicor J"."n, pipa
naik
dan saringan dipasang di bawah pipa janrbang. kerikil pembalut, diisikan pudu
,ongga
pada lubang bor di luar siiringan.
Akuifer dalam di suatu daerah dapat dibedakan dalam beberapakelompok
atas dasar
kondisi hidrogeologi dan untuk keperluan alokasi eksploitasi aii tanah. Setiap
cekungan
air tanah memiliki susunanakuifer yang khas.
Bila suatu daerah hanya memiliki air tanah dangkal maka untuk keperluan
diluar air
minum dan rumah tangga dapat mengambil air tanah tersebutnamun diperlukan
kehatihatian dengan memperhitungkan dampaknya terhadap ketersediaan air tanah
bagi
penduduk sekitar. Sebaiknya untuk keperluan tersebut misalnya untuk industri
maka

kawasan uindustri yang menggunakanair tanah dangkal tersebutterletak di lokasi
yang
jauh dari pemukiman pendudukpadajarak sekitar 500 meter atau
lebih.
d. Kondisi Air Tanah
Kondisi air tanah meliputi kuantitas dan kualitas air tanah di daerah yang akan dilakukan
pengeborandipakai sebagai dasar dalam memberikan rekomendaslteknis pengeboran
eksploitasi air tanah. Berdasarkan kondisi air tanahnya suatu daerah dapai dib-edakan
menjadi 4 (empat) kategori, yaitu : aman, rawan, kritis dan rusak. peruntukan
pemanfaatanair tanah sesuaikategori tersebut di atas sebagaiberikut.
a.

Untuk keperluan air minum dan rumah tangga penduduk setempat, pengeboran
eksploitasi air tanah dapat dilakukan pada daerah yang kondisi air-tanairnyf, u^un,
rawan, kritis, dan rusak.

b.

Pada daerah aman namun daerah tersebut merupakan daerah imbuhan air tanah,
terfutup bagipengeboran untuk keperluan diluar air minum dan rumah tangga.


c.

Daerah dengan kondisi air tanah aman yang terletak di daerah lepasan air tanah,
terbuka bagi pengeboran untuk semua keperluan termasuk untuk keperluan industri
dan komersial.

d.

Daerah dengan kondisi air tanahnya rawan, terbuka secara terbatas bagi keperluan
selain air minum dan rumah tangga.

128

e.

Pada daerah kondisi ari tanahnya kritis dan rusak, tertutup bagi pengeboran untuk
kep6rluan selain air minum dan rumah tangga.

Keperluan air minum dan rumah tangga merupakan prioritas utama peruntukan

pemanfaatanair tanah,oleh karenaitu bagi keperluantersebutmaka pengeboranair tanah
diperbolehkandi semuadaerahdan semuakedalamandenganbataspemanfaatanair tanah
tertentu. Pada umumnya pemanfaatanair tanah untuk keperluan air minum dan rumah
tanggasekitar 100 m3per bulan per sumur.
Daerah imbuhan air tanah besar peranannya bagi pasokan air tanah di daerah hilimya,
maka pada daerah ini terlarang bagi pengeboran air tanah untuk keperluan selain air
minum dan rumah tangga. Untuk keperluan lainnya hanya diperbolehkan memanfaatkan
air dari mata air yang terdapatdi daerah ini.
Daerah aman mempakan wilayah dengan kondisi air tanah masih relatif alami belum
banyak mengalami perubahan. Pada daerah ini terbuka bagi pengeboran air tanah untuk
semua peruntukan, namun untuk keperluan diluar air minum dan rumah tangga hanya
diizinkan untuk mengambildan memanfaatkanair tanah dalam.
Daerah rawan merupakan wilayah dengan kondisi air tanah sudah cukr-rpbanyak
mengalami perubahanakibat pemanfaatanair tanah yang intensif. Di daerah ini terbuka
bagi pengeboran air tanah untuk semua peruntukan, namun untuk keperluan diluar air
minum dan rumah tangga hanya diizinkan untuk memanfaatkan air tanah dalam densan
batasandebit pemanfaatanair tanahcukup ketat.
Daerah kritis dan rusak merupakanwilayah dengan kondisi air tanah telah mensalami
perubahanyang sangatbesar atau parah akibat pengambilandan pemanfaatanair-tanah
yang intensif' Daerah ini tertutup bagi pengeboranuntuk keperluandiluar air minum

dan
rumah tangga.
Kualitas air tanah dangkal terutama di daerah pantai yang bersifat payau atau asin
menjadi dasar pertimbangan dalam menentukan rancang bangun konstruksl sumur. Agar
air asin yang terdapatpada akuifer dangkal tidak mencemari air tanah dalam maka pada
lubang anulus dari permukaan tanah hingga batas bawah kedalaman akuifer danskal
harus dicor dengan semen.
Pada kawasan industri dengan pemanfaatan air tanah dalam yang intensif umumnya
menyebabkan dampak negatif pada air tanah dangkal, yaitu menyebabkan penurunan
muka air tanah dangkal yang cukup besar dan mengakibatkan sumur p"nOuduk Al
sekitarnya mengalami kekeringan. Dalam pembuatan rekomendasi teknis
untuk
pembuatan sumur produksi maka perlu dicantumkan kewajiban bagi industri air tanah
untuk memberikan sebagian dari jumlah pemanfaatan air tanah tersebut untuk
kepentingan masyarakatsekitar.
e. Debit Pemanfaatan Air Tanah
Berdasarkanzona konservasi air tanah dapat ditentukan batas maksimum pemanfaatan
air
tanah pada setiap zona konservasi yang dikaitkan dengan kedalaman ukuif"*y^.
Setiap

sistem akuifer mempunyai potensi dan kondisi air tanah serta batasan debit maksimum
yang berbeda. Dalam rekomendasi teknis, debit yang disarankan tidak boleh melampaui
debit maksimum yang telah ditetapkan pada setiap zona konservasi tersebut.

t29

Batas debit maksimum diperoleh dari hasil analisis data uji pemompaan.Berdasarkan
perhifongansederhanadan ,rji pemompaandipcroleh nilai debit jenis yaitu pemompaan
dengan debit tertentu yang akan menyebabkan turunnya muka air tanah hingga
kedalamantertentu. Nilai debit jenis dinyatakan dalam satuandebit per meter turunnya
muka air tanah, misalnya dalam liter per detik per meter atau meter kubik per jam per
meter. Batas maksimum turunnya muka air tanah akibat pemompaan dengan debit
tertenfu pada akuifer dalam adalah hingga mencapaikedalamanbatasatas akuifer, pada
kondisi ini air tanah pada akuifer tersebutsudahmencapaitingkatan kritis. Bila turunnya
muka air tanah telah mencapai 60Yo dari kedudukan muka air tanah pada kondisi awal,
maka mencapai tingkatan rawan.
Besarnya debit pemanfaatanair tanah yang direncanakanakan diambil menjadi bahan
pertimbangandalam menentukanrekomendasiteknis rancangbangun konstruksi sumur,
meliputi diametersumur, kedalamansumur,panjangpipa saringan,dan kapasitaspompa.
Selain itu besamya debit pemanfaatanair tanah terkait dengan kapasitaspompa yang

akan menentukan diameter pipa jambang. Besamya debit pemompaan mempengaruhi
penumnan muka air tanah dalam pipa jambang, sehingga pada akhirnya menentukan
kedalamanpipa jarnbang. Kedalamanpipa jambang mempengaruhikedalamanpipa naik
dan kedalamanpipa saringanyang harusberadadi bawah pipa jambang.
3. TATA CARA PBMBUATAN PERSYARATAN TEKNIS PENURAPAN
MATA AIR
Rekomendasiteknis penurapanmata air didasarkanpada: lokasi rencanatitik penurapan
serta keberadaannyadalam suatu cekungan air tanah, potensi mata air baik kuantitas
maupun kualitasnya, pemanfaatanair mata air yang sudah ada, dan teknik konstruksi
penurapan mataair.
3.1 Lokasi Rencana Penurapan Mata Air
Lokasi rencanatitik penurapanmata air yang beradapada cekunganair tanah lintas batas
administrasi pemerintahandalam kaitannya dengan pembagian alokasi debit dilakukan
berdasarkankesepakatanantar daerahyang bersangkutan.
3.2 PotensiMata Air
Potensi mata air ditentukan dari besarnya debit dan fluktuasinya sepanjang tahun, serta
kualitas air mata air. Besarnya debit penurapan mata air disesuaikan dengan potensi
tersebut dengan tetap memperhatikan alokasi untuk aliran alami.
3.3 Pemanfaatan Air Mata Air
Pada umumnya mata air sudah dimanfaatkan oleh penduduk sekitar untuk keperluan
rumah tangga dan air minum, sedangkan mata air dengan debit besar terutama
dimanfaatkan untuk irigasi persawahan. Pada prinsipnya penurapan mata air untuk
keperluan diluar air minum dan rumah tangga harus memperhatikan alokasi debit yang
sudah ada dengan memprioritaskan pemenuhankeperluan penduduk sekitar serta alokasi

130

untuk pasokan aliran sungai agar alur sungai tidak mati, dan sisanya baru dapat
dimanfaatkan untuk keperluan tersebut.
3.4 Teknik Konstruksi Penurapan Mata air
Konstruksi penurapanmata air diupayakan agar tidak mengganggupemunculan aliran
mata air secaraalami, dihindarkan teknik penurapanyang dapat mematikan aliran mata
air. Penurapanmata air dapat dilakukan dengan cara melakukan pemapasan,penggalian
atau pembuatanterowongan pada suatu lereng sehinggamuncul aliran air tanah secara
buatanatau artifisial. Penurapandengancara memunculkanaliran air tanah secarabuatan
tersebut diupayakan tetap memperhatikan keseimbanganbagi alokasi aliran air tanah
untuk daerahdi sebelahhilirnva.
4. KELENGKAPAN

PERSYARATAN TEKNIS

4.1 Ketentuan Umum
l.

Rekomendasi teknis pengeboran eksplorasi dan eksploitasi air tanah serla
penurapanmata air diperlukan sebagaikelengkapanpersyaratanpenerbitan izin
pengeboraneksplorasidan eksplotasiair tanah,sertapenurapanmata air, selain
persyaratanlainnya yang ditentukandaiam PeraturanDaerahsetempat.

2. Dalam pengeboraneksplorasi air tanah diperlukan pengeboraninti apzrbiladata
batuan/litologirinci di suatudaerahbelum diketahui.
3. Konstruksi sumur produksi untuk debit pemanfaatan150 - 300 liter/menit
berpedomanpadaStandarNasionalIndonesia(SNI) C3- 6422 - 2000.
4. Konstruksisumur produksi untuk debit pemanfaatanlebih kecil dari 150 l/menit
dan lebih besardari 300 liter/menit disesuaikandenganreferensiyang ada.
5. Ketentuan teknis minimal yang perlu dimasukkan dalam rekomendasi teknis
pengeboraneksplorasidan ekspioitasiair tanah adalahsebagaiberikut.
a. Kedalamanpengeboran,
b. Diameterpengeboran,
c. Penampangsumur,
d. Uji pemompaan,
e. Diskripsi batuan,
f. Pemeriksaankualitas air tanah6. Penurapanmata air harus memperhatikanaspek hidrogeologi dan aspek sosial
budayamasyarakatsetempat.
7. Daftar isian rekomendasiteknis yang beradadalam lampiran pedomanini, sebagai
contoh dan dapatdimodifikasi sesuaidengankeperluan.
4.2 RekomendasiTeknis PengeboranEksplorasi Air Tanah
Aspek penting dalam perencanaanpendayagunaanair tanah adalah kegiatan inventarisasi
air tanah yang antara lain'dilakukan melalui pengeboran eksplorasi air tanah, maka
diperlukan rekomendasi teknis pengeboraneksplorasi air tanah.

131

Rekomendasi teknis pengeboran eksplorasi air tanah berisi ketentuan teknik sebagai
dasar pelaksanaankegiatan pengeboraneksplorasi air tanah agar data air tanah dapat
diperoleh secararnaksimaldan akurat.
Sebelum dilaksanakannyapengeboraneksplorasiair tanah sebaiknya dilakukan terlebih
dahulu penyelidikan geolistrik untuk menentukansebaranbatuan dari suatu daerah,baik
mendatar maupun tegak, sehingga penyebaran batuan yang diduga dapat bertindak
sebagaiakuifer dapat diketahui. Hal ini akan memudahkandalam penentuankedalaman
pengeboraneksplorasiair tanah.
Suatu daerah mungkin mengandungbeberapaakuifer, sehinggakondisi yang demikian
memungkinkandilakukannyapengaturankedalamanpengeboraneksplorasiair tanah.Hal
ini tergantungpada kondisi hidrogeologi suatudaerah.
Kegiatan pengeboran eksplorasi air tanah dilakukan untuk mengetahui jenis dan
ketebalanbatuan, susunanakuifer secarategak dan parametemya,kuantitas dan kualitas
air tanah.Hasil kegiatandipakai sebagaidasarperencanaandan pelaksanaanpengeboran
sumur produksi.
Bila sumur eksplorasiakan dikonstruksiuntuk kegiataneksplorasilebih lanjut, secara
umum konstruksi sumur tersebutharusmemenuhiketentuanteknis sebasaiberikut.
l.

Ukuran sumur eksplorasi
Sumur eksplorasidibuat denganpipa jambangberdiameter+ 150 milimeter (6 inci)
dan pipa naik serta saringan berdiameter + 150 milimeter (6 inci), dengan
kedalamanmaksimal mencapai 3 meter di barvah dasar iapisan akuifer yang akan
disadap,ujung barvahnyatertutup.Bibir sumur atauujung ataspipajambangterletak
minimal0,60 meterdi atasmuka tanah-

2. Diameterlubangbor
Lubang bor harus tegak lurus. Unruk penempatanpipa jambang, diameterlubang bor
harus lebih besar dari diameter pipa jambang. Untuk penempatanpipa saringan,
diameterlubang bor harus lebih besardari diameterpipa saringan.
3. Penempatansaringan
Saringan sumur bor harus ditempatkan tepat pada kedudukan akuifer yang akan
disadap. Apabila akuifer tersebut mempunyai ketebalan lebih dari 3 meter, maka
panjang minimal saringan yang dipasang harus 3 meter, ditempatkan di bagian
tengahakuifer.
4.

Kerikil pembalut
Ruang antaradinding lubang bor dan pipa saringandiisi dengankerikil berdiameter2
crtr, sehingga terbentuk kerikil pembalut di sekeliling pipa saringan dan setebal
akuifer yang akan disadap.

5. Lempung penyekat
Ruang. antara dinding lubang bor dan pipa jambang, di bawah penyekat semen,
diletakkan lempung penyekat,sehinggaterbentuklempung penyekatsetebalminimal
2 meterdi bawah semenpenyekat,di ataskerikil pembalut.

t32

6. Semenpenyekat
Ruang antara dinding lubang bor dan pipa jambang di atas kerikil pembalut mulai
dari atas lempung penyekathingga kedalaman0,25 meter di bawah muka tanah harus
diinjeksi dengan bubur semen, sehingga terbentuk penyekat dari semen. Semen
penyekatdapat dilakukanjuga pada lapisanakuifer yang tidak disadap.
7. Lantai beton semen
Di sekeliling sumur harus dibuat lantai beton semen dengan luas minimal I meter
persegi, berketebalanminimal 0,5 meter mulai 0,25 meter di bawah muka tanah
hingga 0,25 meter di atasmuka tanah.
Contoh gambar yang memenuhi spesifikasikonstruksi sumur eksplorasidi atas disajikan
pada Lampiran 3.
4.3 RekomendasiTeknis PengeboranEksploitasi Air Tanah
Hasil pengeboran eksplorasi air tanah dijadikan dasar dalam menentukan kedalaman
sumur produksi, kedudukan akuifer yang akan disadap, diameter dan panjang pipa
jambang, pipa naik dan pipa saringan.
Pelaksanaanpengeboransumur produksi harus mempertimbangkankondisi hidrogeologi
setempatdenganmemperhatikanaspekkonservasiair tanah.
Konstruksi sumur produksi untuk debit pengambilan 150 - 300 liter/menit berpedoman
padaStandarNasionalIndonesia(SNI) Nomor 03 - 6422 - 2000 sebasaiberikut.
1. Ukuran sumur bor
Sumur dibuat denganpipa jambang berciiameter
150 milimeter(6 inci) dan pipa naik
sertasaringanberdiameter150 milimeter (6 inci) atau 100 milimeter (4 incij, d".rgut
kedalaman maksimal mencapai 3 meter di bavyahdasar lapisan akuifer yang akan
disadap,ujung bawahnya tertutup. Bibir sumur atau ujung atas pipa jambang terletak
minimal0,60 meter di atasmuka tanah,
2. Diameter lubang bor
Lubang bor harus tegak lurus. Untuk penempatanpipa jambang, diameter lubang bor
harus lebih besar dari diameter pipa jambang. untuk penempatanpipa saringan,
diam.eterlubang bor harus lebih besardari diameterpipa sarirrgan.
3. Penempatansaringan
Saringan sumur bor harus ditempatkan tepat pada kedudukan akuifer yang akan
disadap. Apabila akuifer tersebut mempunyai ketebalan lebih dari 3 miter. maka
panjang minimal saringan yang dipasang harus 3 meter, ditempatkan di bagian tengah
akuifer.
4. Kerikil pembalut
Ruang antara dinding lubang bor dan pipa saringan diisi dengan kerikil berdiameter 2
cm, sehingga terbentuk kerikil p6rnbalut di sekeliling pipa saringan dan setebalakuifer
yang akan disadap.

t33

5. Lempungpenyekat
Ruang antara dinding lubang bor dan pipa jambang, di bawah semen penyekat,
diletakkan lempung penyekat,sehinggaterbentuk lempung penyekatsetebaiminimal
2 meter di bawah semenpenyekat,di ataskerikil pembalut.
6. Penyekatsemen
Ruang antaradinding lubang bor dan pipa jambang di ataskerikil pembalut mulai dari
atas lempung penyekat hingga kedalaman 0,25 meter di bawah muka tanah harus
diinjeksi dengan bubur semen, sehingga terbentuk penyekat dari semen. Semen
penyekatdapatdilakukanjuga pada lapisanakuifer yang tidak disadap.
7. Lantai beton semen
Di sekeliling sumur bor produksi harusdibuat lantai beton semendenganluas minimal
I meter persegi, berketebalanminimal 0,5 meter mulai 0,25 meter di bawah muka
tanahhingga 0,25 meter di atasmuka tanah.
Contoh gambar yang memenuhi spesifikasi konstruksi sumur produksi di atas disaiikan
pada Lampiran 6 dan 7.
4.4 RekomendasiTeknis Penurapan Mata Air
1. Kajian Hidrogeologi
Pemohonyang melakukanpenurapanmata air sesuaidenganhasil kajian hidrogeologi
yang dilakukan oleh pihak 1'angmemenuhi kualifikasi untuk melakukanhal tersebut.
Kajian hidrogeologiyang dimaksudmencakuphal-halberikut.
a. Kondisi hidrogeologi,terutamasebaran/g6ometri,litologi, dan parameterakuifer dari
mata air, sertabesaraliran air tanahnya;
b- Jenis dan genesa mata air, dapat diketahui dari informasi konfisurasi akuifer di
lokasi pemunculanmata air dan sekitarnya;
c. Debit mata air maksimum dan minimum dari pengukuran sekurang-kurangnya
selamasatutahun dan harus diketahui untuk pengaturanpemanfaatannya;
d. Prakiraan luas daerah imbuhan mata air dan besarnya curah hujan di daerah imbuhan
untuk memperhitungkan besarnya imbuhan air tanah rata-rata tahunan dan debit
ntata air, sedangkau sebarannya didasarkan pada kondisi hidrogeologi yang
berkaitan denganjenis atau genesa mata air;
e. Pemanfaatanair dari mata air yang telah dilaksanakansaatini;
f.

Kualitas air mata air;

g-

Ketenfuanpenggunaanlahan di lokasi pemunculanmata air sesuaidengan rencana
umum tata ruang (RUTR), yang telah ditetapkanoleh PemerintahDaerahsetempat.

2. RencanaPenurapan Mata Air
Pemohon yang akan menurap mata air harus membuat proposal yang memuat hal-hal
sebagaiberikut.

134

a.

Lokasi titik penurapan yang meliputi wilayah administrasi dan koordinat geografis.
Dengan lampiran peta topografi skala l:50.000 yang memperlihatkan titik lokasi
penurapanmata air dan peta situasiskala I :10.000.

b.

Penjelasantentang peruntukan air, kualitas dan kuantitas air yang dibutuhkan.

c.

Rencanapenurapan mata air yang dilengkapi gambar teknik bangunan penurap mata
air berikut penampanghidrogeologi yang menjelaskanpemunculan mata air.

135