Tri Budi Utama Nasution, Badaruddin dan Supriadi Alumni PWD SPs USU Dosen FISIPFPPWD SPs USU Abstract: The objective of the research was to analyze which towns had the highest

  Setri Hiyanti Siregar dan Marhaini: Strategi Pengembangan Industri…

  

PERAN KOTA KECIL TERHADAP PERKEMBANGAN WILAYAH

KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

Tri Budi Utama Nasution*, Badaruddin** dan Supriadi**

  • Alumni PWD SPs USU
    • Dosen FISIP/FP/PWD SPs USU

  

Abstract: The objective of the research was to analyze which towns had the highest

hierarchy in the socio-economic facilities and to analyze to what extent the

influence of socio-economy facilities and town interaction on the products of each

sector was in the subdistricts of Serdang Bedagai District. The method of the

analysis used in this research was skalogram method in order to analyze the data

of the socio-economic facilities and gravitation method in order to analyze the data

of town interaction. After the data had been gathered and analyzed, they were

tested by multiple linear regression tests in order to see to what extent the influence

of each independent variable on dependent variable. The variables in this research

were the products of each sector in the subdistricts of Serdang Bedagai District as

dependent variable, while the type and the number of socio-economic facilities and

town interaction as independent variables The result of the research showed that

Perbaungan was the first rank in hierarchy in the availability of socio-economic

facilities. This research also proved that, simultaneously, all independent variables

had significant influence on independent variable. Partially, the variable of

economic facilities had the most significant influence on the products of each

sector, while the variable of health facilities had the least significant influence on

the products of each sector in the subdistricts of Serdang Bedagai District.

  

Abstrak: Tujuan dari penelitian ini dilakukan adalah menganalisis kota manakah

  yang memiliki hirarki tertinggi dalam hal fasilitas pelayanan sosial ekonomi serta menganalisis seberapa besar pengaruh antara fasilitas sosial ekonomi dan interaksi kota terhadap hasil produksi tiap sektor di kecamatan pada Kabupaten Serdang Bedagai. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode skalogram untuk menganalis data fasilitas sosial ekonomi dan metode gravitasi untuk menganalisis data interaksi kota. Setelah data di analisis dan dikumpulkan, kemudian dilakukan pengujian regresi linier berganda untuk melihat seberapa besar pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen.Variabel dalam penelitian ini adalah hasil produksi tiap sektor di kecamatan pada Kabupaten Serdang Bedagai sebagai variabel dependen sedangkan jenis dan jumlah fasilitas sosial ekonomi serta interaksi kota sebagai variabel independen. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Kota Perbaungan yang menempati peringkat/ hirarki pertama dalam ketersediaan fasilitas sosial ekonomi. Penelitian ini juga membuktikan bahwa secara simultan seluruh variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Secara partial menunjukan bahwa variabel fasilitas ekonomi yang memiliki pengaruh paling besar terhadap hasil produksi tiap sektor sedangkan variabel fasilitas kesehatan yang memiliki pengaruh paling rendah terhadap hasil produksi tiap sektor di kecamatan pada Kabupaten Serdang bedagai.

  Kata kunci: Peran Kota, Kota Kecil dan Perkembangan Wilayah

PENDAHULUAN melewati jalur ini dikarenakan merupakan

  Kabupaten Serdang Bedagai adalah jalur lintas utama dan seakan-akan Kabupaten yang berbatasan langsung merupakan urat nadi perekonomian dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kota Kabupaten Serang Bedagai. Dengan adanya Tebing Tinggi. Arus lalu lintas yang ramai dukungan sarana dan prasarana tranportasi

  Tri Budi Utama Nasution, Badaruddin dan Supriadi: Peran Kota Kecil…

  yang relatif baik memungkinkan penduduk desa berorientasi ke kota maupun sebaliknya dari kota ke desa.

  Kabupaten Serdang Bedagai memiliki luas wilayah 1.900,22 km2 yang sebagian besar merupakan daerah perdesaan. Keberadaan jalan regional pada Kabupaten Serdang Bedagai merupakan akses bagi proses perkembangan daerah baik di kota maupun didesa. Namun karena tidak semua daerah dilalui oleh jalan regional, maka kota-kota yang berada pada jalan regional kemudian berkembang menjadi simpul aktivitas. Simpul ini merupakan penghubung daerah perdesaan dengan daerah lain yang lebih luas. Sebagai simpul aktivitas, kota-kota kecil diharapkan dapat memberikan akses kepada pelayanan perkotaan bagi masyarakat perdesaan di sekitarnya.

  Menurut badan pusat statistik tahun 2012 Kepadatan penduduk Serdang Bedagai 599.941 jiwa dimana jumah penduduk perkecamatan sangat jauh yang cukup tajam antara kecamatan ini memerlukan pemecahan, salah satunya dengan sistem kota kecil dan pemerataan infrastruktur fasilitas sosial ekonomi yang akan membantu dalam pencapaian pembangunan yang tersebar luas dan mengurangi perbedaan antara kota.

  Pembangunan merupakan suatu proses yang berkelanjutan, guna mencapai suatu keadaan yang lebih baik dari keadaan sebelumnya. Berbagai usaha dengan memperhatikan situasi, kondisi, potensi dan sumber daya serta keterbatasan yang ada. Kota kecil adalah salah satu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam proses pengembangan wilayah secara keseluruhan. Peranan penting yang melekat pada kota kecil sebagai penghubung antara daerah perdesaan dengan kota yang lebih besar patut mendapat perhatian. Sedangkan dalam konteks sistem perkotaan, kota kecil berperan dalam membentuk pola pelayanan perkotaan bagi daerah perdesaan. Pola pelayanan ini sangat dipengaruhi oleh hirarki perkotaan yang terbentuk. Hirarki ini akan mempengaruhi skala pelayanan pada fasilitias-fasilitas perkotaan yang ada pada masing-masing kota.

  Kota kecil mempunyai peranan dan kedudukan yang strategis dalam pengembangan kawasan perdesaan. Kota kecil sebagai kota orde terendah merupakan jembatan penghubung antara kawasan perdesaan yang bersifat agraris dengan kota lain yang lebih besar. Kota kecil selain berfungsi sebagai pusat kegiatan administrasi juga merupakan pusat pengumpulan produksi kawasan perdesaan untuk kemudian disalurkan ke daerah lain.

  Produk kawasan perdesaan ini dapat berupa komoditas berbagai sektor maupun hasil produksi rumah tangga.

  Definisi kota kecil dapat diperoleh dengan mengetahui ukuran atau dimensi kota. Berdasarkan ukuran kependudukan, kota kecil merupakan kota dengan jumlah penduduk tidak lebih dari 100.000 jiwa (Rondinelli, 1983). Sementara Jayadinata (1999), menyatakan bahwa kota kecil di Indonesia adalah kota yang memenuhi kriteria jumlah penduduk antara 50.000 hingga 100.000 jiwa jika berada pada Pulau Jawa atau 20.000 hingga 100.000 jiwa jika berada diluar Pulau Jawa. Selain dari segi karakteristik kota kecil adalah tingginya proporsi mata pencaharian penduduk pada sektor pertanian, dan sektor lain yang masih berkaitan dengan sektor pertanian seperti kehutanan, perkebunan, perikanan dan peternakan (Rondinelli, 1983).

  Salah satu strategi pembangunan di Indonesia adalah memberikan prioritas pemerataan disamping pertumbuhan dan stabilitas. Tujuan pemerataan harus tercermin dalam semua kebijaksanaan pembangunan termasuk kebijaksanaan pembangunan kota-kota. Di dalam pembangunan perkotaan perlu diusahakan pengembangan kota-kota besar dan kecil yang tersusun secara hirarki dan tersebar secara merata di seluruh Indonesia.

  Pengembangan kota-kota kecil seperti ibu kota kecamatan dapat memperlambat laju pertumbuhan kota-kota besar. Hal yang dapat dilakukan antara lain dengan cara mengembangkan kota kecil sebagai pusat pemasaran diberbagai sektor produksi dan pusat pelayanan jasa-jasa.

  Douglas (1996) menyatakan bahwa peran kota dalam pembangunan pedesaan sebagai pusat perbelanjaan, pusat pelayanan yang berjenjang tinggi, pusat pemasaran berbagi produk yang dihasilkan pedesaan, pusat penyediaan dan pendukung pertanian,

  Jurnal Ekonom, Vol 17, No 1, Januari 2014

  pusat pengolahan hasil pertanian, penyerap tenaga kerja pedesaan yang bersifat non pertanian serta pusat informasi, pembelajaran yang bersifat praktis dan inovatif.

  METODE

  Penelitian ini dilakukan di seluruh kota kecil yang ada Kabupaten Serdang Bedagai. Penelitian ini hanya menggunakan sumber data sekunder. Untuk melihat peran kota kecil dalam perkembangan wilayah di Kabupaten Serdang Bedagai digunakan 2 metode yaitu metode Skalogram dalam menganalisis data fasilitas pelayanan sosial ekonomi, sedangkan dalam menganalisis data interaksi antar kota kecamatan menggunakan metode Gravitasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

  Hasil regresi model

  1 menunjukkan bahwa variabel independent (fasilitas ekonomi, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan dan interaksi kota) terhadap variabel dependent (hasil produksi pertanian) dengan uji yang dilakukan secara bersama/ simultan (Uji F). Sedangkan dengan uji yang dilakukan secara partial (Uji t) variabel fasilitas ekonomi, fasilitas pendidikan, interaksi Kota Perbaungan dan interaksi Kota Sei Rampah yang secara statistik berpengaruh signifikan terhadap hasil produksi pertanian. Sedangkan variabel fasilitas kesehatan secara statistik tidak berpengaruh signifikan terhadap hasil produksi pertanian. Hal ini kemungkinan disebabkan karena besar kecil hasil produksi tidak memerlukan fasilitas kesehatan yang ada sehingga penelitian ini tidak dapat membuktikan secara statistik hubungan antara fasilitas kesehatan memiliki pengaruh terhadap hasil produksi pertanian.

  Hasil regresi model

  2 menunjukkan bahwa variabel independent (fasilitas ekonomi, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan dan interaksi kota) secara statistik berpengaruh signifikan terhadap variabel dependent (hasil produksi perkebunan) dengan uji yang dilakukan secara bersama/ simultan (Uji

  F). Sedangkan dengan uji yang dilakukan secara partial (Uji t) diperoleh hanya variabel fasilitas ekonomi yang secara statistik berpengaruh signifikan terhadap hasil produksi perkebunan. Sedangkan variabel fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, interaksi Kota Sei Rampah dan interaksi Kota Perbaungan secara statistik tidak berpengaruh signifikan terhadap hasil produksi perkebunan. Hal itu disebabkan karena besar kecil hasil produksi tidak memerlukan fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan dan interaksi kota ada karena hasil produksi perkebunan rata-rata dibawa kepabrik diluar Kabupaten Serdang Bedagai sehingga penelitian ini tidak dapat membuktikan secara statistik hubungan antara variabel fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, interaksi Kota Sei Rampah dan interaksi Kota Perbaungan memiliki pengaruh terhadap hasil produksi perkebunan.

  Hasil regresi model

  3 menunjukkan bahwa variabel independent (fasilitas ekonomi, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan dan interaksi kota) secara statistik berpengaruh signifikan peternakan) dengan uji yang dilakukan secara bersama/ simultan (Uji F). Sedangkan dengan uji yang dilakukan secara partial (Uji t) diperoleh variabel fasilitas ekonomi, fasilitas pendidikan, interaksi Kota Perbaungan dan interaksi Kota Sei Rampah yang secara statistik berpengaruh signifikan terhadap hasil produksi peternakan. Sedangkan variabel fasilitas kesehatan secara statistik tidak berpengaruh signifikan terhadap hasil produksi peternakan. Hal itu disebabkan karena besar kecil hasil produksi peternakan tidak memerlukan fasilitas kesehatan yang ada sehingga penelitian ini tidak dapat membuktikan secara statistik hubungan antara variabel fasilitas kesehatan memiliki pengaruh terhadap hasil produksi peternakan.

  Hasil regresi model

  4 menunjukkan bahwa variabel independent (fasilitas ekonomi, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan dan interaksi kota) secara statistik berpengaruh signifikan terhadap variabel dependent (hasil produksi perikanan) dengan uji yang dilakukan secara bersama/ simultan (Uji

  F). Sedangkan dengan uji yang dilakukan secara partial (Uji t) diperoleh variabel fasilitas ekonomi, fasilitas kesehatan,

  Tri Budi Utama Nasution, Badaruddin dan Supriadi: Peran Kota Kecil…

  interaksi Kota Perbaungan dan interaksi Kota Sei Rampah yang secara statistik berpengaruh signifikan terhadap hasil produksi perikanan. Sedangkan variabel fasilitas pendidikan secara statistik tidak berpengaruh signifikan terhadap hasil produksi perikanan. Hal itu disebabkan karena besar kecil hasil produksi pertanian tidak memerlukan fasilitas pendidikan yang ada sehingga penelitian ini tidak dapat membuktikan secara statistik hubungan antara variabel fasilitas kesehatan memiliki pengaruh terhadap hasil produksi perikanan.

  Dari hasil seluruh pengujian regresi partial menunjukan bahwa variabel fasilitas ekonomi yang memiliki pengaruh paling tinggi terhadap hasil produksi tiap kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai. Ini ditunjukan pada seluruh pengujian regresi variabel hasil produksi, didapat bahwa fasilitas ekonomi berpengaruh signifikan terhadap seluruh variabel hasil produksi tiap sektor. Sedangkan variabel paling rendah terhadap hasil produksi tiap kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai. Ini ditunjukan pada seluruh pengujian regresi variabel hasil produksi, didapat bahwa fasilitas kesehatan hanya berpengaruh terhadap variabel hasil produksi perikanan.

  Hasil analisis skalogram menunjukkan Kota Perbaungan memegang peringkat/ hirarki pertama dalam ketersediaan fasilitas sosial ekonomi yaitu 26 fasilitas dari 27 fasilitas yang ada dengan jumlah unit 1308 fasilitas. Ini disebabkan Kota Perbaungan terletak dekat atau bersebelahan dengan Kota Lubuk Pakam yaitu Ibukota Kabupaten Deli Serdang yang mana merupakan Kabupaten Induk dari Kabupaten Serdang Bedagai dan Kota Perbaungan sangat dekat dengan kawasan pariwisata yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai. Kecamatan Perbaungan merupakan kecamatan yang paling banyak penduduknya sehingga kelengkapan fasilitas sangat diperlukan. Berdasarkan hasil tersebut menjadikan Kota Perbaungan menjadi pusat pelayanan di wilayah Kabupaten Serdang Bedagai.

  Kota Sei rampah sebagai ibukota kabupaten hanya berada pada peringkat kedua karena sedikitnya ketersedian fasilitas sosial ekonomi yaitu 24 fasilitas dengan jumlah unit 686 fasilitas. Kota Sei Rampah lebih rendah dari Kota Perbaungan dikarenakan Kota Sei Rampah dibangun sebagai pusat pemerintahan sedangkan Kota Perbaungan dibangun sebagai pusat perekonomian sehingga penyebaran penduduk dapat lebih merata.

  Kota Bintang Bayu merupakan kota yang memiliki peringkat terendah dalam hal ketersediaan fasilitas pelayanan. Ini disebabkan karena Kecamatan Bintang Bayu merupakan kecamatan yang baru dimekarkan dari Kecamatan Kotarih pada tahun 2006 dan masih rendahnya jumlah penduduk pada Kecamatan Bintang Bayu juga menyebabkan rendahnya keberadaan fasilitas sosial ekonomi diwilayah tersebut.

  Dengan demikian hipotesis penelitian ini didukung yaitu

  1. Kota Perbaungan memiliki hirarki/ orde tertinggi dalam hal fasilitas pelayanan sosial ekonomi di Kabupaten Serdang Bedagai.

  Keterkaitan/ Interaksi Kota Memiliki Pengaruh Terhadap Hasil Produksi tiap Kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai”.

  Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang telah dilakukan Efi Yendri (2004) yang menyimpulkan bahwa kota-kota kecil di Kabupaten Karanganyar berperan dalam perkembangan wilayah walaupun perkembangan tersebut masi terkonsentrasi pada daerah yang berdekatan dengan kota besar dan sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh arnela (1998) dimana fungsi kota dalam pembangunan wilayah ialah merupakan pusat pertumbuhan dan pusat pelayanan yang menyediakan fasilitas-fasilitas sosial ekonomi serta sejalan dengan teori Rondinelli (1985) yang menyatakan perkembangan wilayah dapat dilihat dari fasilitas ekonomi, fasilitas sosial dan keterkaitan/ interaksi kota.

  KESIMPULAN

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kota manakah yang memiliki hirarki tertinggi dalam hal fasilitas pelayanan sosial ekonomi serta mengetahui seberapa besar pengaruh antara fasilitas

  Jurnal Ekonom, Vol 17, No 1, Januari 2014

  sosial ekonomi dan interaksi kota terhadap hasil produksi tiap sektor di kecamatan pada Kabupaten Serdang Bedagai. Dari analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan sbb:

DAFTAR RUJUKAN

  2. Dari hasil pengujian regresi linier berganda menunjukan bahwasannya variabel fasilitas ekonomi yang paling berpengaruh signifikan terhadap hasil produksi tiap sektor di kecamatan, sedangkan Sedangkan variabel pengaruh paling rendah terhadap hasil produksi tiap sektor di kecamatan.

  Jayadinata, Johara T, 1999. Tata Guna

  Rajagrafindo Perkasa, Jakarta.

  Bumi Aksara Umar, H. 2008. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis , PT.

  Pembangunan Wilayah . Jakarta:

  : Alfabeta Tarigan Robinson, 2005. Perencanaan

  Administrasi. Bandung

  . Westview Press, London. Sugiyono, 2004. Metode Penelitian

  Methods of Region Analysis The Spatial Dimensions of Development Policy

  Publication Rodinelli Dennis. A, 1985, Appleid

  Cities in Developing Countries : Policies for Diffusing Urbanization . Beverly Hills: Sage

  Praeger Publisher Rondinelli, Dennis. A. 1983. Secondary

  Development A Spatial Policy for Equitable Growth . New York:

  1978. Urbanization and Rural

  Rondinelli, Dennis A. and Kenneth Ruddle.

  Pedesaan Perkotaan & Wilayah , ITB Bandung.

  Multivariate Analogs of the Wald- Wolfowitz and Smirnov Two- Sample Tests.

  SARAN

  1. Hasil analisis skalogram menunjukan bahwa Kota Perbaungan memegang peringkat/ hirarki pertama dalam ketersediaan fasilitas sosial ekonomi. Kota Perbaungan lebih berkembang dari kota lain disebabkan karena Kota Perbaungan dan mempunyai jumlah penduduk yang paling besar dan terletak bersebelahan dengan Lubuk Pakam sebagai Ibukota Kabupaten Deli Serdang yang mana merupakan Kabupaten Induk dari Kabupaten Serdang Bedagai sebelum.

  Linkages Frame For Site Visits , Bappenas Jakarta.

  Douglass Mike, 1996, Rural-Urban

  Desa . Bandung : Penerbit Alumni

  Daljoeni, N. 1992. Geografi Kota dan

  BPS 2012. Serdang Bedagai Dalam Angka 2012, Badan Pusat Statistik Kabupaten Serdang Bedagai

  Indonesia Jakarta Boediono DR, 1988. Teori Pertumbuhan Ekonomi , BPFE Yogyakarta.

  Permasalahannya , Ghalia

  Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai 2011. Serdang Bedagai Dalam Angka. Kerja sama Bappeda dengan BPS Kabupaten Serdang Bedagai. Bintarto, 1989. Interaksi Desa-Kota &

  Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan lebih banyak variabel yang terkait atau berhubungan dengan hasil produksi tiap sektor sehingga hasil yang didapat lebih konkret.

  Penelitian dapat dikembangkan dengan memperluas sampel lebih dari 1 tahun. 3)

  Kabupaten Serdang Bedagai melalui badan perencanaan pembangunan daerah diharapkan lebih mengoptimalkan dalam hal perencanaan pembangunan pusat-pusat pelayanan yang bertujuan untuk meningkatkan hasil-hasil produksi tiap kecamatan dengan cara menambah atau meningkatkan fasilitas ekonomi sehingga penyebaran jumlah penduduk di tiap kecamatan juga dapat lebih merata. 2)

  1) Pemerintah

  Beberapa saran dari peneliti untuk Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai dan peneliti lebih lanjut ialah:

  Friedman, J. H. and Rafsky L. C. (1979).

  Prihatin Lumbanraja: Bersama UKM Membangun Ekonomi Rakyat

  Pedoman Penulisan

Petunjuk Penulisan bagi Penulis

  

Jurnal EKONOM

ISSN 0853-2435 1.

  Artikel yang ditulis adalah merupakan hasil penelitian dan pemikiran analitisdi bidang ekonomi. Naskah diketik dengan huruf times new roman, font 12, satu spasi, kertas A4, maksimal 15 halaman, rangkap 3 eksemplar beserta disket dan file diketik dengan Microsoft Word.

  2. Nama penulis artikel ditulis tanpa gelar akademik dan ditempatkan di bawah judul artikel.

  Apabila artikel ditulis oleh lebih dari satu orang, maka penulis berikutnya diurutkan di bawah penulis utama. Alamat dan institusi penulis serta e-mail harus dicantumkam untuk mempermudah komunikasi.

  3. Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia yang bernar atau bahasa Inggeris dengan format essai. Judul bagian dicetak dengan huruf besar, bagian berikutnnya dengan huruf besar kecil dan bagian lain dengan huruf besar kecil miring.

  4. Format penulisan untuk hasil penelitian adalah : judul, nama penulis; abstrak (maks. 100 kata berisikan tujuan, metode dan hasil penelitian); kata kunci, pendahuluan (latar belakang, tinjauan pustaka dan tujuan penelitian; metode ; hasil ; pembahasan ; kesimpulan dan saran ; daftar rujukan

  5. Format penulisan untuk non penelitian (hasil pemikiran) adalah : judul, nama penulis; abstrak (maks. 100 kata berisikan tujuan, dan hasil penelitian); kata kunci, pendahuluan (latar belakang, tinjauan pustaka dan tujuan penelitian) ; pembahasan ; kesimpulan dan saran ; daftar rujukan.

  6. Daftar Rujukan memuat pustaka terbitan 10 tahun terakhir, bersumber dari buku-buku, jurnal dan laporan penelitian lain (skripsi, tesis dan disertasi). Setiap pengutipan rujukan dicantumkan nama dan tahun contoh (Samuelson, 2005: 202).

  7. Daftar Rujukan ditulis dengan ketentuan sebagai berikut :

  Buku :

  Hill, H. 2000. Unity and diversity Regional Economic Development : In Indonesia Since 1970 , University Press, Oxford.

  Jurnal :

  Usmanto, 2002. Pengembangan Kawasan Perkotaan dan Dampaknya tehadap Lingkungan, Jurnal Ekonom, Vol. 6 /No.3,Fakultas Ekonomi USU, Medan.

  Koran (Surat Khabar) : Neraca. 29 Juli, 2006. Reformasi Ekonomi Dewasa Ini. Hal. 5. Skripsi, Tesis, Disertasi dan laporan Penelitian :

  Rahmansyah, A. 2004. Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Propinsi-propinsi di Indonesia. Tesis tidak diterbitkan.

  Medan.SPs Universitas Sumatera Utara. Internet :

  Hitchkock, S. 1996. A Survey of STM Online Journals 1990-1995 : The Calm Before the Storm , iakses 12 Juni 1996).

  Jurnal Ekonom, Vol 17, No 1, Januari 2014

  8. Semua artikel ditelaah oleh secara anonym oleh penyunting ahli yang ditunjuk berdasarkan kepakaran dan kompetensinya. Perbaikan dimungkinkan setelah artikel tersebut disunting dan pemberitahuan pemuatan tulisan atau ditolak akan diberitahukan kepada penulis.

9. Proses penyuntingan terhadap draft tulisan dilakukan oleh penyunting dan atau melibatkan penulis.

  10. Segala sesuatu yang menyangkut dengan HAKI seperti perizinan pengutipan dan penggunaan software computer dalam pembuatan artikel sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis artikel.

Dokumen yang terkait

This research is to study the factors which influence the business success of small business ‘processed rotan’. The data employed in the study are primary data within the period of July to August 2013, 30 research observations through census method. Me

0 34 7

English Introduction: The specific objective of this study was to

0 0 13

English Introduction: The purpose of the research is to get

0 0 18

Sri Yati STIE Malangkucecwara Malang e-mail:sriatistie-mce.ac.id Abstract: This research aims to determine the performance of the stock of property and real estate

0 0 12

Email : eka_anggraini17yahoo.com Abstract: The purpose of this study was to describe the planning, organizing, and

0 0 8

Abstract: This research focused on the factors influencing English listening difficulties. They cover sources dealing with the listening text, the speaker, the teacher, the listener, and the physical environment. The purpose of this research is to find ou

0 0 13

THE EFFECTS OF AUTHENTIC MATERIALS ON STUDENTS’ WRITING OF PROCEDURAL TEXT Zulida Arifa MTSN-2 Palangka Raya zhu.22arifagmail.com Abstract: The objective of the study was to find whether there was a significant

0 0 8

Abstract: The purposes of this research is to describe and set-up the development model for

0 2 15

Azantaro, Ramli, Rujiman Alumnus S2 PWD SPs USUBPS Provinsi Sumatera Utara Dosen PWD USU Abstract: Substantially, the goal of development is to bring welfare to the people of

0 0 9

Alexsandro Siahaan, Zulkifli Nasution, dan Agus Purwoko Alumnus Mahasiswa PWD SPs USU Dosen PWD SPs USU Abstract: This study was analyzing the changes in agricultural land use in district

0 1 8