BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Informasi - Penggunaan Sumberdaya Internet Oleh Mahasiswa Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Ilmu Budaya USU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Informasi

  Informasi merupkan sebuah kebutuhan bagi setiap orang. Tidak mudah untuk mendefinisikan konsep informasi karena istilah yang satu ini mempunyai bermacam aspek, ciri, dan manfaat yang satu dengan yang lainnya terkadang sangat berbeda.karena informasi yg diperlukan setiap orang itu berbeda-beda.

2.1.1 Pengertian Informasi

  Informasi merupakan data yang berasal dari fakta yang tercatat dan selanjutnya dilakukan pengolahan menjadi bentuk yang berguna atau bermanfaat bagi pemakainya. Informasi adalah hasil dari kegiatan pengolahan data yang memberikan bentuk yang lebih berarti dari suatu kejadian. Kemudian pengertian lain dari informasi adalah data berupa catatan historis yang dicatat dan diarsipkan tanpa maksud dan segera diambil kembali untuk pengambilan keputusan. Data yang telah diletakkan dalam konteks yang lebih berarti dan berguna yang dikomunikasikan kepada penerima untuk digunakan di dalam pembuatan keputusan.

  Menurut Davis yang dikutip oleh Kadir (2003) informasi adalah data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat bagi pengambilan keputusan saat ini atau saat mendatang (p. 28).

  Kemudian menurut Andi (2003) informasi merupakan kumpulan data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerima(p. 6).

  Selanjutnya menurut Yusup (2009) ditinjau dari sudut pandang dunia kepustakawan dan perpustakaan, informasi adalah suatu rekaman fenomena yang diamati, atau bisa juga berupa putusan-putusan yang dibuat seseorang. Sebuah fenomena akan menjadi informasi jika ada yang melihatnya atau menyaksikannya atau bahkan mungkin merekamnya. Hasil kesaksian atau rekaman dari orang yang melihat atau menyaksikan peristiwa atau fenomena itulah yang dimaksud informasi. Jadi, dalam hal ini informasi lebih bermakna berita(p. 11).

  Dari berbagai pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa informasi merupakan hasil kesaksian atau rekaman peristiwa atau data yang berasal dari fakta yang tercatat dan selanjutnya dilakukan pengolahan atau proses menjadi bentuk yang berguna dan berarti bagi pemakainya yang pada akhirnya akan mempengaruhi kehidupan pemakai informasi.

2.1.2 Manfaat Informasi Informasi sangat beragam, baik dalam jenis, tingkatan maupun bentuknya.

  Manfaat informasi bagi setiap orang berbeda-beda. Adapun manfaat dari informasi menurut Sutanta (2003) adalah :

  1. Menambah pengetahuan Adanya informasi akan menambah pengetahuan bagi penerima yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan yang mendukung proses pengambilan keputusan.

  2. Mengurangi ketidakpastian pemakai informasi Informasi akan mengurangi ketidakpastian karena apa yang akan terjadi dapat diketahui sebelumnya, sehingga kemungkinan menghindari keraguan pada saat pengambilan keputusan.

  3. Mengurangi resiko kegagalan Adanya informasi akan mengurangi resiko kegagalan karena apa yang akan terjadi dapat diantisipasi dengan baik, sehingga kemungkinan terjadinya kegagalan akan dapat dikurangi dengan pengambilan keputusan yang tepat.

  4. Mengurangi keanekaragaman yang tidak diperlukan Mengurangi keanekaragaman yang tidak diperlukan akan menghasilkan keputusan yang lebih terarah.

5. Memberikan standar, aturan-aturan, ukuran-ukuran, dan keputusan untuk menentukan pencapaian, sasaran dan tujuan (p. 11).

  Pendapat di atas menunjukkan bahwa informasi akan memberikan standar, aturan dan keputusan yang lebih terarah untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan secara lebih baik berdasarkan informasi yang diperoleh. Informasi juga dapat mengurangi ketidakpastian dan menambah pengetahuan dan wawasan.

2.1.3 Sumber-Sumber Informasi

  Sumber informasi berperan penting bagi seseorang dalam menentukan sikap atau keputusan bertindak. Sumber informasi itu ada di mana-mana, sekolah, rumah, lembaga-lembaga suatu organisasi komersial, buku, majalah, surat kabar, perpustakaan dan tempat-tempat lainnya. Intinya dimana suatu benda atau peristiwa berada, di sana bisa tercipta informasi yang kemudian direkam dan disimpan melalui media cetak ataupun media elektronik.

  Menurut Yusup (2009) sumber-sumber informasi banyak jenisnya. Buku, majalah, surat kabar, radio, tape recorder, CD-ROM, disket komputer, brosur, pamplet, dan media rekaman informasi lainnya merupakan tempat disimpannya informasi atau katakanlah sumber-sumber informasi, khususnya informasi terekam (p. 31).

  Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dinyatakan bahwa sumber-sumber informasi merupakan informasi yang tercipta dari hasil karya dan cipta manuia kemudian bisa direkam dan disimpan melalui media cetak ataupun media elektronik agar dapat mempermudah pengguna untuk memenuhi kebutuhannya.

2.1.4 Perilaku Informasi

  Perilaku informasi merupakan keseluruhan perilaku manusia terkait dengan keterlibatan informasi. Perilaku manusia berkaitan dengan sumber dan saluran informasi, termasuk perilaku penemuan dan penggunaan informasi baik secara aktif maupun secara pasif. Sepanjang perilaku manusia memerlukan, memikirkan, memperlakukan, mencari dan memanfaatkan informasi dari beragam saluran, sumber, media penyimpan informasi, termasuk kedalam pengertian prilaku informasi.

  Menurut pandangan Wilson yang dikutip oleh Pendit (2003) mengemukakan batasan tentang perilaku informasi sebagai berikut: a. Perilaku Informasi (information behavior)

  Merupakan keseluruhan prilaku manusia berkaitan dengan sumber dan saluran informasi, termasuk perilaku pencarian dan penggunaan informasi, baik secara aktif maupun pasif.

  b. Perilaku penemuan informasi (information seeking behavior) Merupakan upaya menemukan dengan tujuan tertentu sebagai akibat dari adanya kebutuhan untuk memenuhi tujuan tertentu. Berarti dalam hal ini seseorang dapat saja berinteraksi dengan sistem informasi baik manual maupun berbasis komputer.

  c. Perilaku pencarian informasi (information searching behavior) Merupakan perilaku ditingkat mikro, berupa perilaku mencari yang ditunjuk seseorang ketika berinteraksi dengan sistem informasi.

  Perilaku ini terdiri atas berbagai bentuk interaksi dengan sistem, baik ditingkat interaksi dengan komputer (misalnya penggunaan mouse atau tindakan mengklik sebuah link), maupun ditingkat intelektual dan mental (misalnya penggunaan strategi Boolean, atau keputusan memilih buku yang paling relevan diantara deretan buku di perpustakaan).

  d. Perilaku penggunaan informasi (information user behavior) Merupakan tindakan-tindakan fisik maupun mental yang dilakukan seseorang ketika seseorang menggabungkan informasi yang ditemukannya dengan pengetahuan dasar yang telah dimiliki sebelumnya. (p. 29)

  Sedangkan menurut Case yang dikutip oleh Frion (2009, 29) perilaku informasi adalah:

  Information behaviour...encompasses information seeking as well as the

totality of other unintentional or passive behaviours (such as glimpsing or

encountering information), as well as purposive behaviours that do not involve

seeking, such as actively avoiding information .

  Dari uraian di atas dapat dinyatakan bahwa yang menjadi konteks perilaku informasi adalah manusia sebagai objek dan juga subjeknya sekaligus dimana manusia sebagai pelaku, pengguna, pencipta dan penyampai. Kemudian dapat disimpulkan bahwa perilaku informasi merupakan istilah yang paling luas yang merupakan suatu upaya menemukan informasi untuk memenuhi kebutuhan informasi hingga mencapai tujuan tertentu, upaya penemuan tersebut dapat dilakukan dengan berinteraksi dengan informasi manual atau dengan informasi berbasis komputer.

2.1.5 Perilaku Pencarian Informasi

  Perilaku pencarian informasi ada karena adanya tuntutan untuk memenuhi kebutuhan informasi. Perilaku pencarian informasi merupakan tindakan yang dilakukan seseorang atau kelompok untuk memenuhi kebutuhan informasinya. Tindakan setiap orang dalam memenuhi kebutuhan informasinya pasti berbeda.

  Menurut Krikelas yang dikutip oleh Saepuddin (2009) menyatakan bahwa perilaku pencarian informasi adalah kegiatan dalam menentukan dan mengidentifikasikan pesan untuk memuaskan kebutuhan informasi yang dirasakan . (p. 14)

  Selanjutnya menurut Wilson (2000) perilaku pencarian informasi adalah:

  Information searching behavior is the ‘micro-level’ of behavior employed by the searcher in interacting with information systems of all kinds. It

  consists of all the interactions with the system, wheter at the level of human computer interaction (for example, use of the mouse and clicks on links) or at the intellectual level (for exmple, adopting a boolean search strategy or determining the criteria for deciding which of two books selected from adjacent places on a library shelf is most useful), which will also involve mental acts, such as judging the relevance of data or information retrieved (p. 49).

  Artinya information searching behaviour adalah perilaku pencarian informasi ditingkat mikro yang digunakan pencari ketika berinteraksi dengan sistem informasi. Perilaku ini berinteraksi dengan sebuah sistem informasi apakah dengan berinteraksi langsung dengan orang yang ahli dengan menggunakan mouse atau tindakan meng-klik sebuah link atau melakukan pencarian informasi dengan cara intelektual seperti melakukan penelusuran menggunakan strategi

  

boolean atau menentukan kriteria untuk menyeleksi buku yang letaknya

  berdekatan menurut nomor urut di rak buku perpustakaan. Juga perilaku pencarian seperti menafsir ketepatan data atau menemukan kembali informasi.

  Dari beberapa pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa perilaku pencarian informasi merupakan tindakan yang dilakukan untuk mencari, mengumpulkan dan memakai informasi yang dibutuhkan oleh pengguna baik yang berkaitan dengan pekerjaan, tugas, maupun kepentingan pribadi atau kelompok.

2.1.6 Model Perilaku Pencarian Informasi

  Menurut Wilson (2000) setiap analisis literatur perilaku mencari informasi harus didasarkan pada beberapa model umum yang dapat disebut perilaku informasi yang mencari informasi. Model yang ditunjukkan pada gambar di bawah menempatkan konsep-konsep kebutuhan informasi, pencarian informasi, pertukaran informasi, dan informasi yang digunakan dalam diagram alir dapat dilihat sebagai memetakan perilaku seorang individu yang dihadapkan dengan kebutuhan untuk mencari informasi (p. 49). Gambar 2. Model Teori Perilaku Informasi (Sumber: Wilson, 2000: 49) Model di atas menjelaskan bahwa pengguna informasi ada karena kebutuhan informasi, sehingga pencarian informasi pun dilakukan. Informasi dapat dicari di sistem informasi maupun sumber yang lainnya. Apabila pencarian sukses dan memuaskan pengguna, maka informasi tersebut akan diteruskan ke orang lain. Model ini menunjukkan bahwa perilaku pencarian informasi melibatkan orang lain untuk pertukaran informasi dan informasi tersebut digunakan untuk kepentingan sendiri maupun orang lain.

  Menurut Ellis yang dikutip oleh Wilson (2000) memperkenalkan 6 kelompok kegiatan dalam perilaku pencarian informasi. Enam kelompok kegiatan pencarian informasi itu adalah :

  1. Starting Merupakan kegiatan yang dilakukan pengguna informasi pertama kali/ memulai menemukan informasi, misalnya bertanya langsung kepada pakar atau ahli.

  2. Chaining Merupakan tahap kedua dari kegiatan pencarian informasi. Dalam tahap ini pengguna informasi menggunakan catatan kaki dan rujukan dari materi (literatur) untuk menemukan sumber informasi lain yang membahas topik yang sama dengan kebutuhan.

  3. Browsing Dalam tahap ini, pengguna informasi melakukan pencarian informasi semi terarah atau terstruktur yang mengarah kepada informasi yang dibutuhkan. Pencarian ini dapat dilakukan dengan menggunakan daftar isi sebuah jurnal, abstrak sebuah penelitian atau menelusur jajaran buku di rak perpustakaan dengan subjek atau topik yang sudah ditentukan.

  4. Differentiating Tahap ini pengguna informasi menilai dan memilih sumber informasi yang relevan dengan kebutuhan informasi. Dalam hal ini pengguna harus mempunyai kemampuan untuk membedakan sumber-sumber informasi yang paling relevan dengan kebutuhan informasi.

  5. Monitoring Pengguna informasi harus tetap memperhatikan informasi terbaru. Hal ini penting untuk menjaga kemutakhiran dari informasi.

  6. Extracting Pengguna informasi mengidentifikasi secara efektif apakah sumber informasi relevan dengan kebutuhan informasi (p. 56).

  Keenam kelompok kegiatan itu tidak mesti dilakukan secara berurutan dan pengguna informasi tidak melakukannya secara satu persatu. Bisa saja seorang pengguna informasi melakukan sesuatu yang termasuk kelompok kegiatan

  

chaining sekaligus melakukan sesuatu yang termasuk kegiatan browsing. Wilson

  (1996) mengusulkan diagram berikut dibawah ini untuk menggambarkan hubungan antar kelompok kegiatan tersebut dalam urutan :

  Starting Extracting Chaining Browsing

  Monitoring Differentiating

  Gambar 3: Penjelasan tentang Perilaku Pencarian Informasi oleh Ellis (Sumber : Wilson, 1996)

  Berdasarkan gambar diatas, kegiatan pencarian informasi tidak selalu dilakukan satu persatu secara berurut. Adakalanya ketika seseorang melakukan pencarian informasi dalam tahap chaining juga melakukan browsing dan monitoring. Jadi dapat dinyatakan bahwa model perilaku pencarian informasi merupakan kerangka ataupun langkah-langkah dalam melakukan pencarian informasi. Model atau kerangka biasanya digambarkan dalam bentuk diagram.

2.1.7 Faktor Pencarian Informasi

  Ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang melakukan pencarian informasi. Menurut Wilson yang dikutip oleh Pendit (2008) ada beberapa faktor yang mempengaruhi bagaimana akhirnya seseorang mewujudkan kebutuhan informasi dalam bentuk perilaku informasi yaitu:

  1. Kondisi psikologis seseorang Bahwa seseorang yang sedang risau akan memperlihatkan perilaku informasi yang berbeda dibandingkan dengan seseorang yang sedang gembira.

  2. Demografis Dalam arti luas menyangkut kondisi sosial-budaya seseorang sebagai bagian dari masyarakat tempat ia hidup berkegiatan. Kita dapat menduga bahwa kelas sosial juga dapat mempengaruhi perilaku informasi seseorang, walau mungkin pengaruh tersebut lebih banyak ditentukan oleh akses seseorang ke media perantara. Perilaku seseorang dari kelompok masyarakat yang tak memiliki akses ke internet pastilah berbeda dari orang yang hidup dalam fasilitas teknologi melimpah.

  3. Peran seseorang di masyarakatnya Khususnya dalam hubungan interpersonal, ikut mempengaruhi perilaku informasi. Misalnya, peran menggurui yang ada di kalangan dosen akan menyebabkan perilaku informasi berbeda dibandingkan perilaku mahasiswa yang lebih banyak berperan sebagai pelajar. Jika kedua orang ini berhadapan dengan pustakawan, peran-peran mereka akan ikut mempengaruhi cara mereka bertanya, bersikap, dan bertindak dalam kegiatan mencari informasi.

  4. Lingkungan Dalam hal ini adalah lingkungan terdekat maupun lingkungan yang lebih luas.

  5. Karakteristik sumber informasi Karakter media yang akan digunakan dalam mencari dan menemukan informasi (p. 3).

  Berdasarkan uraian tersebut dapat dinyatakan bahwa banyak faktor-faktor yang sangat mempengaruhi bagaimana akhirnya seseorang mewujudkan kebutuhan informasi dalam bentuk perilaku informasi. Faktor lain yang juga ikut menentukan perilaku pencarian informasi seseorang yaitu bagaimana pandangan seseorang terhadap resiko dan imbalan yang akan diperoleh jika ia benar-benar melakukan pencarian informasi. Resiko yang dimaksudkan yaitu hambatan yang dihadapi untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan diantaranya biaya, kemudahan akses, waktu untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan.

2.2 Kebutuhan Informasi Manusia memiliki banyak kebutuhan untuk melangsungkan kehidupannya.

  Mulai dari kebutuhan jasmani sampai kebutuhan rohani. Kata kebutuhan dapat diartikan sebagai sesuatu yang harus dimiliki seseorang. Setiap orang membutuhkan informasi sebagai bahan dari tuntutan kehidupannya, penunjang kegiatannya, dan pemenuhan kebutuhannya.

  Pengguna membutuhkan informasi yang akurat, relevan, ekonomis, cepat, tepat, serta mudah mendapatkannya. Pada saat ini pengguna dihadapkan kepada beberapa permasalahan, seperti banjir informasi, informasi yang disajikan tidak sesuai, kandungan informasi yang diberikan kurang tepat, jenis informasi kurang relevan, bahkan ada juga informasi yang tersedia namun tidak dapat dipercaya. Permasalahan tersebut menjadi sebuah tantangan bagi penyedia informasi.

  Informasi menjadi kebutuhan pokok bagi pengguna tertentu, sehingga jika kebutuhan informasinya tidak terpenuhi akan menjadi masalah bagi pengguna. Informasi dibutuhkan pengguna bertujuan untuk menambah pengetahuan, dan meningkatkan keterampilan yang pada akhirnya dapat merubah sikap dan perilakunya.

  Kebutuhan informasi bagi setiap pengguna berbeda-beda antara pengguna yang satu dengan lainnya. Kebutuhan informasi bagi pengguna dapat diketahui dengan cara melakukan identifikasi kebutuhan pengguna

  Menurut Yusup (1995) kebutuhan itu terbagi antara lain:

  1. Kebutuhan Kognitif Kebutuhan ini berkaitan erat dengan kebutuhan untuk memperkuat atau menambah informasi, pengetahuan dan pemahaman seseorang akan lingkungan.

  2. Kebutuhan Afektif Kebutuhan ini dikaitkan dengan penguatan estetis, hal yang dapat menyenangkan dan pengalaman-pengalaman emosional.

  3. Kebutuhan Integrasi Personal (Personal Integrative Needs) Kebutuhan ini sering dikaitkan dengan penguatan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status individu.

  4. Kebutuhan Integrasi Sosial (Social Integrative Needs) Kebutuhan ini dikaitkan dengan penguatan hubungan dengan keluarga, teman dan orang lain.

  5. Kebutuhan Berkhayal (Escapist Needs) Kebutuhan ini dikaitkan dengan kebutuhan-kebutuhan untuk melarikan diri, melepaskan ketegangan dan hasrat untuk mencari hiburan atau pengalihan (Diversion) (p. 3) .

  Sedangkan menurut Sankarto (2008) informasi tidak hanya sekedar produk sampingan, namun sebagai bahan yang menjadi faktor utama yang menentukan kesuksesan atau kegagalan, oleh karena itu informasi harus dikelola dengan baik. Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna, lebih berarti dan bermanfaat bagi penggunanya (p. 2) .

  Berhubungan dengan tugas pekerjaan, Javerlin (2003) memberi klasifikasi terhadap jenis kebutuhan informasi, yaitu:

  • - Problem information describes the structure, properties and requirements of the problem at hand.
  • - It is typically available in the problem environment, but, in the case of previous problems of the same type, it may also be available in documents. Domain information consists of known facts, concepts, laws and theories in the domain of the problem.
  • - Problem-solving information covers the methods of problem treatment.

  It describes how problems should be seen and formulated, what problem and domain information should be used (and how) in order to (p.10) solve the problems .

  Pendapat di atas dapat diartikan sebagai berikut:

  • Informasi yang berkaitan dengan masalah (problem information), menggambarkan struktur, sifat, dan syarat dari masalah yang sedang dihadapi.
  • Informasi yang berkaitan dengan wilayah (domain information), terdiri dari pengetahuan tentang fakta, konsep, hukum dan teori dari wilayah permasalahan.
  • Informasi sebagai pemecahan masalah (problem-solving information), menggambarkan bagaimana melihat dan memformulasikan masalah, apa masalah dan wilayah informasi bagaimana yang akan digunakan dalam upaya memecahkan masalah.

  Kemudian menurut Wilson sebagaimana dikutip oleh Yulianah (2009), mengatakan bahwa : Munculnya kebutuhan informasi dipengaruhi oleh kebutuhan pribadi yang berkaitan kebutuhan fisiologi, efektif maupun kognitif terkait dengan peran seseorang dalam pekerjaan atau kegiatan dan tingkat kompetensi seseorang sebagimana diharapkan oleh lingkungannya

  (p. 10) .

  Berdasarkan uraian di atas dapat dinyatakan bahwa pada dasarnya informasi sangat dibutuhkan oleh banyak orang, dimulai dari kebutuhan dasar sampai pada kebutuhan penunjang lainya. Dengan demikian jelas bahwa kebutuhan informasi disesuaikan dengan tugas, kehidupan dan tuntutan kebutuhan pengguna yang selalu berkembang sejalan dengan perkembangan zaman. Tidak hanya terbatas pada hal tersebut akan tetapi kebutuhan itu juga dapat dibagi berdasarkan pada pokok permasalan yang dihadapi.

2.2.1 Pengertian Kebutuhan Informasi

  Setiap orang membutuhkan informasi sebagai bagian dari tuntutan kehidupannya, penunjang kegiatannya dan pemenuhan kebutuhannya. Rasa ingin tahu seseorang timbul karena ingin selalu berusaha menambah pengetahuannya. Konsep kebutuhan informasi dapat diartikan sebagai informasi yang harus dimiliki. Kebutuhan informasi akan semakin meningkat sejalan dengan kebutuhan dan perkembangan zaman, teknologi dan informasi, hal ini merupakan peluang dan tantangan bagi pengelola sumber informasi itu sendiri, seperti perpustakaan, salah satu usaha untuk menguasai teknologi dan informasi adalah dengan membaca buku. Dengan membaca buku akan diperoleh berbagai informasi dengan tujuan dan dalam rangka pengembangan serta perluasan ilmu pengetahuan dan teknologi.

  Menurut Belkin yang dikutip oleh Ishak (2006), kebutuhan informasi adalah: “when a person recognize something wrong in his or her state of

  knowledge and wishes to resolve the anomaly” , yang berarti “kebutuhan

  informasi terjadi ketika seseorang menyadari adanya kekurangan dalam tingkat pengetahuannya tentang situasi atau topik tertentu dan berkeinginan mengatasi keinginan tersebut (p. 91) . Kemudian Cams (2013) juga mengemukakan tentang kebutuhan informasi yaitu : Information need is an individual or group’s desire to locate and obstain

   information to satisfy a conscious need. The ‘information’ and ‘need’ in

   ‘information need’ are inseparable interconnection. Needs and interest call forth information. The objectives of studying information needs are:

   1. The explanation of observed phenomena of information use are expressed need;

  2. The prediction of instances of information uses;

  3. The control and thereby improvement of the utilization of information manipulation of essentials conditions.

  Artinya kebutuhan informasi adalah keinginan seseorang atau keinginan kelompok untuk mendapatkan dan memperoleh informasi di dalam memenuhi kebutuhan secara sadar atau tidak sadar. ‘Informasi’ dan ‘kebutuhan’ pada kalimat ‘kebutuhan informasi’ adalah hubungan dua kata yang tidak dapat dipisahkan. Kebutuhan dan keinginan menimbulkan informasi. Tujuan mempelajari kebutuhan informasi adalah :

  1. Menjelaskan tentang gejala yang diamati mengenai kegunaan informasi atau menjelaskan suatu kebutuhan;

2. Memprediksikan kejadian dari kegunaan informasi; 3.

  Membatasi dengan memperbaiki peningkatan memanipulasi informasi dari suatu kondisi yang penting.

  Kebutuhan informasi pemakai selalu berubah dan berkembang, sehingga sulit untuk menentukannya secara tepat. Perpustakaan memiliki masyarakat pengguna yang kebutuhannya terus berubah

  Memahami bagaimana kebutuhan itu berubah merupakan unsur penting dalam perencanaan layanan informasi. Memahami kebutuhan informasi pemakai memerlukan kerjasama antara pengelola informasi dan pemakai informasi.

  Menurut Chaudry yang dikutip oleh Ishak (2006), mengungkapkan bila pengelola informasi bisa memahami kebutuhan informasi pemakai, maka akan membantu dalam pengembangan layanan perpustakaan, diantaranya: 1.

  Peningkatan apa saja yang dapat dilakukan untuk memanfaatkan layanan yang sudah ada.

  2. Usaha apa saja yang harus dilakukan agar layanan dan sumber informasi perpustakaan diketahui secara lebih baik oleh pemakai.

  3. Program kerja apa saja yang dapat dijalankan untuk mempertemukan layanan yang ada dengan kebiasaan pencarian informasi pemakai (p.

  91) .

  Sedangkan menurut Hiller yang dikutip oleh Ishak (2006), Upaya untuk memahami kebutuhan informasi pengguna berdasarkan pada konsep user

  center , yaitu menyesuaikan koleksi dan sumber informasi dengan

  kebutuhan pemakai, mengidentifikasi perbedaan kebutuhan informasi pemakai, mendukung pendistribusian dana yang wajar dan adil, menjamin perpustakaan mampu merespon kebutuhan pemakai (p. 91) .

  Dari uraian di atas jelas dinyatakan bahwa untuk dapat mengetahui kebutuhan yang diinginkan masyarakat pengguna, pihak perpustakaan harus dapat memahami kebutuhan seperti apa dan bagaimana yang diinginkan masyarakat pengguna tersebut. Setelah dapat memahami kebutuhan penggunanya, perpustakaan berusaha memenuhi kebutuhan tersebut melalui ketersedian berbagai jenis koleksi perpustakaan yang dibutuhkan oleh masyarakat pengguna. Jika dikaitkan dengan lingkungan yang mendorong timbulnya kebutuhan informasi, maka banyak kebutuhan yang dapat dikemukakan.

2.2.2 Jenis Kebutuhan Informasi

  Dikaitkan dengan lingkungan yang mendorong timbulnya kebutuhan, khususnya yang berkaitan dengan seseorang yang dihadapkan pada bebagai media penampung informasi (sumber-sumber informasi), maka banyak kebutuhan informasi yang dikemukakan, antara lain:

  Menurut Pendit (2008) ada empat tingkat kebutuhan informasi, yaitu: a.

  Visceral need, yaitu tingkatan ketika ”need for information not existing

  remembered experience of the inquirer ” atau dengan kata lain ketika

  kebutuhan informasi belum sungguh-sungguh dikenali sebagai kebutuhan, sebab belum dapat dikaitkan dengan pengalaman- pengalaman seseorang dalam hidupnya. Inilah kebutuhan “tersembunyi” yang sering kali baru muncul setelah ada pengalaman tertentu.

  b.

  Conscious need, yaitu ketika seseorang mulai menggunakan “mental

  description of an ill-defined area of indecision” atau ketika seseorang mulai menerka-nerka apa sesungguhnya yang ia butuhkan.

  c.

  Formalized need, yaitu ketika seseorang mulai secara lebih jelas dan terpadu dapat mengenali kebutuhan informasinya, dan mungkin disaat inilah ia baru dapat menyatakan kebutuhannya kepada orang lain.

  d.

  Compromised need, yaitu ketika seseorang mengubah-ubah rumusan kebutuhannya karena mengantisipasi, atau bereaksi terhadap kondisi tertentu. Selanjutnya menurut Devadason yang dikutip oleh Ishak (2006) Jenis kebutuhan informasi tergantung pada kegiatan kerja, disiplin ilmu/ bidang pekerjaan/minat, fasilitas yang tersedia, kedudukan atau jabatan seseorang, motivasi, kebutuhan untuk mengambil keputusan, kebutuhan untuk menemukan ide baru dan kebutuhan mencari kebenaran (p. 92) .

  Menurut Saepudin (2009) ada empat jenis kebutuhan informasi, sebagai berikut:

  1. Current need approach, yaitu pendekatan kepada kebutuhan pengguna informasi yang sifatnya mutakhir. Pengguna berinteraksi dengan sistem informasi dengan cara yang sangat umum untuk meningkatkan pengetahuannya. Jenis pedekatan ini perlu ada interaksi yang sifatnya konstan antara pengguna dan sistem informasi.

  2. Everyday need approach, yaitu pendekatan terhadap kebutuhan pengguna yang spesifik dan cepat. Informasi yang dibutuhkan pengguna merupakan informasi yang rutin dihadapi oleh pengguna 3. Exchaustic need approach, yaitu pendekatan terhadap kebutuhan pengguna akan informasi yang mendalam, pengguna informasi mempunyai ketergantungan yang tinggi pada informasi yang dibutuhkan dan relevan, spesifik dan lengkap.

  4. Catching-up need approach, yaitu pendekatan terhadap pengguna akan informasi yang ringkas, tetapi juga lengkap khususnya mengenai perkembangan terakhir suatu subyek yang diperlukan dan hal-hal yang sifatnya relevan.

  Kemudian menurut Kurnia (2013) jenis-jenis kebutuhan informasi yaitu: 1. Kebutuhan menurut intensitasnya

  Kebutuhan ini dipandang dari urgensinya, atau mendesak tidaknya suatu kebutuhan. Kebutuhan ini dikelompokkan menjadi tiga: kebutuhan primer, kebutuhan sekunder, dan kebutuhan tertier.

  • Kebutuhan ini mutlak harus dipenuhi agar kita tetap hidup, seperti kebutuhan akan makanan, pakaian, tempat tinggal, dan sebagainya.

  Kebutuhan primer

  • Kebutuhan ini disebut juga kebutuhan kultural, kebutuhan ini timbul bersamaan meningkatnya peradaban manusia seperti: ingin makan enak, ingin pakaian yang lebih bagus, ingin perabotan lebih bagus, nonton film, pentas seni, dan sebagainya.

  Kebutuhan sekunder

  • Kebutuhan ini ditujukan untuk kesenangan manusia, seperti kebutuhan akan perhiasan, mobil mewah, rumah mewah, dan sebagainya.. Dewasa ini banyak barang yang semula dipandang mewah, sekarang telah digolongkan menjadi kebutuhan sekunder, seperti: pesawat TV,

  Kebutuhan tertier telepon, dan komputer. Demikian juga untuk pendidikan dan kesehatan telah digolongkan menjadi kebutuhan primer, mengingat kebutuhan ini sangat mendesak dan penting bagi kehidupan manusia.

  2. Kebutuhan menurut sifatnya Kebutuhan ini dibedakan menurut dampak atau pengaruhnya terhadap jasmani dan rohani.

  a) Kebutuhan jasmani, contohnya: makanan, pakaian, tempat tinggal, dsb.

  b) Kebutuhan rohani, contohnya: musik, menonton bola, ibadah, dan sebagainya.

  3. Kebutuhan menurut waktu Kebutuhan ini dibedakan menurut waktu sekarang dan waktu masa yang akan datang. Kebutuhan sekarang, adalah kebutuhan yang harus dipenuhi sekarang juga, seperti: makan di saat lapar, atau obat-obatan pada saat sakit. Kebutuhan masa depan, yaitu pemenuhan kebutuhan yang dapat ditunda untuk waktu yang akan datang, misalnya: tabungan hari tua, asuransi kesehatan, dan sebagainya.

  4. Kebutuhan menurut wujud Kebutuhan ini meliputi kebutuhan material, yaitu kebutuhan berupa barang-barang yang dapat diraba dan dilihat. Misalnya: buku, sepeda, radio, dan sebagainya.

  5. Kebutuhan menurut subyek Kebutuhan ini dibedakan menurut pihak-pihak yang membutuhkan.

  Kebutuhan ini meliputi: kebutuhan individu, yaitu kebutuhan yang dapat dilihat dari segi orang yang membutuhkan, misalnya: kebutuhan petani berbeda dengan kebutuhan seorang guru. Kebutuhan masyarakat, disebut juga kebutuhan kolektif atau kebutuhan bersama, yaitu alat pemuas kebutuhan yang digunakan bersama, misalnya: telepon umum, jalan umum, WC umum, rasa aman, dan sebagainya.

  Dari penjelasan di atas maka penulis dapat dinyatakan bahwa jenis kebutuhan informasi seseorang dapat dilihat dari pendekatan-pendekatan serta tingkatan kebutuhan yang pada akhirnya dapat membantu seseorang dalam menemukan serta memenuhi kebutuhan informasinya.

2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Informasi

  Kebutuhan manusia banyak dan beraneka ragam, bahkan tidak hanya beraneka ragam tetapi bertambah terus tidak ada habisnya. Ketika satu kebutuhan telah terpenuhi, tentu akan datang lagi kebutuhan yang lainnya sesuai dengan faktor yang mempengaruhi hal itu. Ada banyak faktor yang mempengaruhi kebutuhan informasi, sehingga membuat kebutuhan informasi antara seseorang dengan yang lain menjadi berbeda-beda.

  Menurut Nicholas yang dikutip oleh Ishak (2006) menyatakan bahwa ada lima faktor yang mempengaruhi kebutuhan informasi pemakai, yaitu:

  1. Jenis pekerjaan, 2.

  Personalitas, yaitu aspek psikologi dari pencari informasi, meliputi, ketepatan, ketekunan mencari informasi, pencarian secara sistematis, motivasi dan kemauan menerima informasi dari teman, kolega dan atasan.

  3. Waktu, 4.

  Akses, yaitu menelusur informasi secara internal (di dalam organisasi) atau eksternal (di luar organisasi),

  (p.

  5. Sumber daya teknologi yang digunakan untuk mencari informasi

  93) .

  Selanjutnya menurut Nicholas (2000) ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan informasi, yaitu :

  1. Kebutuhan (needs) Seseorang akan mencari informasi jika ia merasa membutuhkan suatu informasi. Disini ia dapat mencari informasi dengan cara bertanya kepada teman, kepada dosen, membaca buku, menonton televisi, atau mendengarkan radio.

  2. Manfaat (uses) Seseorang membutuhkan informasi jika ia merasa informasi yang ingin dicarinya akan memberikan manfaat bagi dirinya ataupun orang lain.

  3. Faktor Eksternal (external factors) Informasi dibutuhkan karena adanya faktor dari luar, dorongan dari seseorang sehingga ia merasa berkewajiban untuk mencari informasi tersebut.

  4. Faktor Internal (internal factors) Informasi dibutuhkan karena adanya kesadaran dari dalam diri terhadap informasi tersebut (p. 33) .

  Sedangkan menurut Wilson yang dikutip oleh Ishak (2006) juga menguraikan faktor yang secara bertingkat mempengaruhi kebutuhan informasi, seperti digambarkan:

  Kebutuhan Informasi

Gambar 2.1 Faktor yang mempengaruhi kebutuhan informasi. (Sumber: Wilson, (p. 95).

  1984) Pada gambar di atas terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi kebutuhan informasi, yaitu :

  1. Kebutuhan individu Yaitu kebutuhan yang timbul dari dalam diri seseorang. Seperti kebutuhan psikologis, kebutuhan afektif dan kebutuhan kognitif. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kebutuhan informasi seseorang.

  2. Peran sosial Peran sosial meliputi peran kerja dan peran kinerja seseorang. Dimana pekerjaan seseorang akan mempengaruhi kebutuhan informasinya untuk menunjang peningkatan kinerja orang tersebut.

  3. Lingkungan Faktor lingkungan meliputi : lingkungan kerja, lingkungan sosial-budaya, lingkungan ekonomi dan lingkungan fisik. Keempatnya memiliki pengaruh terhadap peran sosial maupun individu, hal inilah yang menyebabkan pengaruh bertingkat dalam kebutuhan informasi.

  Selain itu menurut Crawford yang dikutip oleh Ishak (2006) kebutuhan informasi bergantung pada kegiatan pekerjaan, dsiplin ilmu, tersedianya berbagai fasilitas, jenjang jabatan individu, faktor mitivasi terhadap kebutuhan informasi, kebutuhan untuk mengambil keputusan, kebutuhan untuk mendapatkan informasi yang tepat, kebutuhan untuk melakukan penemuan baru (p. 93) .

  Kemudian Kurnia (2013) juga menambahkan tentang faktor dasar yang mempengaruhi kebutuhan informasi seseorang yaitu :

  1. Penyakit.

  Adanya penyakit dalam tubuh dapat menyebabkan perubahan pemenuhan kebutuhan, baik secara fisiologis maupun psikologis, karena beberapa fungsi organ tubuh memerlukan pemenuhan kebutuhan lebih besar dari biasanya.

  2. Hubungan Keluarga.

  Hubungan keluarga yang baik dapat meningkatkan pemenuhan kebutuhan dasar karena adanya saling percaya, merasakan kesenangan hidup, tidak adarasa curiga, dan lain-lain.

  3. Konsep Diri.

  Konsep diri manusia memiliki peran dalam pemenuhan kebutuhan dasar. Konsep diri yang positif memberikan makna dan keutuhan (wholeness) bagi seseorang. Konsep diri yang sehat menghasilkan perasaan positif tentang diri. Orang yang merasa positif tentang dirinya akan mudah berubah, mudah mengenali kebutuhan dan mengembangkan cara hidup yang sehat sehingga mudah memenuhi kebutuhan dasarnya.

  4. Tahap Perkembangan.

  Sejalan dengan meningkatnya usia, manusia mengalami perkembangan. Setiap tahap perkembangan tersebut memiliki kebutuhan dasar yang berbeda, baik kebutuhan psikologis, biologis, sosial, maupun spiritual, mengingat berbagai fungsi organ tubuh juga mengalami proses kematangan dengan aktivitas yang berbeda.

  Berdasarkan uraian dan gambar di atas, dapat dinyatakan bahwa faktor seseorang membutuhkan informasi yaitu karena adanya kebutuhan di dalam diri seseorang yang harus dipenuhi untuk menambah informasi atau pengetahuannya dan adanya perbedaan karakter dari masing-masing individu yang berfikir bahwa informasi itu sangat diperlukan atau tidak bagi kelangsungan hidupnya.

2.2.4 Analisis Kebutuhan Informasi

  Seseorang terkadang sulit menganalisis kebutuhan informasi yang dibutuhkannya. Hal ini disebabkan karena begitu banyak kebutuham manusia yang harus di penuhi.

  Menurut Krikelas yang dikutip oleh Ishak (2006) kebutuhan informasi seseorang sulit untuk didefinisikan dan diukur karena melibatkan proses kognitif dengan tingkat kesadaran yang berbeda-beda. Juga sulit untuk membedakan kapan kebutuhan itu disadari dan bagaimana kebutuhan itu diungkapkan (p. 91) .

  Selanjutnya menurut Hiller yang dikutip oleh Ishak (2006) kebutuhan informasi pemakai sebenarnya untuk mengetahui antara lain: a) Siapa pemakai potensial perpustakaan.

  b) Apa yang mereka pelajari dan teliti.

  c) Sumber informasi dan layanan perpustakaan apa yang mereka butuhkan.

  d) Bagaimana pengetahuan mereka tentang sumber informasi dan layanan yang ada di perpustakaan.

  e) Bagaimana mereka menggunakan sumbr informasi dan perpustakaan.

  f) Bagaimana mereka menjadikan perpustakaan sebagai nilai tambah dalam membantu menyelesaikan tugas dan pekerjaan (p. 91) .

  Kemudian ditambahkan dengan pendapat dari Mala (2010) tentang analisis kebutuhan informasi karyawan pada perusahaan yaitu :

  1. Informasi kebutuhan tenaga kerja.

  2. Informasi kinerja karyawan.

  3. Informasi sejarah pelatihan karyawan dan tempat pelatihan dilaksanakan.

  4. Informasi perkembangan karyawan.

  5. Informasi-informasi yang dibutuhkan tersebut bisa berupa laporan- laporan maupun berkas berkas. Kebutuhan informasi seseorang terkadang sangat sulit untuk didefinisikan atau diungkapkan karena seseorang juga tidak mengetahui informasi seperti apa yang ia butuhkan dalam hidupnya, hal ini disebabkan karena seseorang bingung atau tidak tahu arah mengenai informasi yang ingin diketahuinya.

2.2.5 Identifikasi Kebutuhan Informasi

  Kebutuhan informasi pemakai selalu berubah-ubah dan berkembang sehingga sulit untuk menentukannya secara tepat. Identifikasi kebutuhan informasi merupakan langkah awal dalam menentukan jenis informasi apa yang yang sesuai dengan kebutuhan pengguna. Informasi yang sesuai dengan kebutuhan pengguna akan tergantung pada keberhasilan dalam melakukan identifikasi kebutuhan informasi. Identifikasi kebutuhan informasi yang tidak tepat sudah pasti menghasilkan informasi yang tidak berguna.

  Identifikasi kebutuhan informasi adalah sebuah proses untuk mendapatkan informasi yang sesuai kebutuhan dan diinginkan pengguna. Dalam proses identifikasi kedua belah pihak terlibat aktif pada tahap ini. Informasi yang diperoleh dari pengguna menjadi acuan bagi penyedia informasi sebagai bahan pertimbangan menyediakan informasi yang tepat. Tiga faktor yang harus dipenuhi ketika melakukan identifikasi kebutuhan informasi yaitu lengkap, detail, dan benar. Lengkap, artinya semua informasi yang diharapkan pengguna didapatkan oleh pihak yang melakukan identifikasi. Detail, adalah informasi yang terkumpul terinci sampai hal-hal yang kecil. Benar, yaitu semua data yang diperoleh harus benar, bukan benar menurut identifikator tetapi benar dan sesuai dengan apa yang dimaksud pengguna.

  Secara lebih spesifik, Saracevic (1988) menyatakan bahwa mengidentifikasi tentang kebutuhan informasi harus memperhatikan faktor berikut: 1.

  Persepsi seseorang tentang masalah yang sedang ia hadapi. Jika kita ingin meneliti kebutuhan informasi, sebaiknya kita juga meneliti bagaimana para responden melihat (mempersepsi) hal-hal yang berkait dengan kebutuhannya.

  2. Rencana seseorang dalam penggunaan informasi. Ketika seseorang membutuhkan informasi, sedikit banyak ia juga sudah punya ancang- ancang tentang kegunaan informasi itu.

  3. Kondisi pengetahuan seseorang yang relevan dengan kebutuhannya. Ini adalah unsur penting untuk melihat seberapa besar “gap” yang ada di benak seseorang; antara apa yang sudah diketahuinya tentang Paris dan apa yang belum diketahuinya. Wajarlah jika gap ini akan berbeda-beda di setiap orang.

  4. Dugaan seseorang tentang ketersediaan informasi yang dibutuhkannya. Ini adalah unsur yang berkaitan dengan unsur keempat dalam model Taylor di atas. Seseorang selalu punya bayangan tentang sumber informasi yang tersedia di sekitarnya (p. 39) .

  Beberapa ahli lain juga membahas tentang identifikasi kebutuhan informasi seperti Prawati (2003) menyatakan bahwa untuk mengidentifikasi kebutuhan informasi dapat dilakukan dengan: a) Current approach, yaitu memperhatikan kebutuhan pengguna akan informasi yang mutakhir b)

  Everyday approach, yaitu kebutuhan pengguna akan informasi yang dibutuhkannya sehari-hari.

  c) Exchaustive approach, yaitu kebutuhan akan informasi secara menyeluruh d)

  Catching up approach, yaitu kebutuhan akan informasi yang cepat dan singkat “. Selanjutnya, Chowdurry (1991) menyatakan sifat-sifat kebutuhan informasi antara lain: a) Mempunyai konsep yang relatif.

  b) Berubah pada periode tertentu

  c) Berbeda antara orang dengan orang lain

  d) Dipengaruhi oleh lingkungan

  e) Sulit diukur secara kuantitas

  f) Sulit diekspresikan

  g) Seringkali berubah setelah seseorang menerima informasi. Dari berbagai pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa sulit untuk mengindetifikasi kebutuhan informasi seseorang, hal ini dikarenakan dengan beraneka ragamnya kebutuhan informasi seseorang membuat informasi yang dibutuhkan itu selalu berubah-ubah sesuai bertambahnya wawasan serta keingintahuan seseorang akan informasi

2.2.6 Karakteristik Kebutuhan Informasi

  Setiap orang memiliki kebutuhan informasi yang berbeda, begitu juga dengan karakterisitik kebutuhan informasi. Beberapa tokoh mengemukakan tentang karakteristik informasi

  Menurut Nicholas yang dikutip oleh Ishak (2006) kebutuhan informasi memiliki sebelas karakteristik yang dapat menunjukkan wujud dari kebutuhan informasi tersebut, yaitu :

  1. Pokok masalah ( Subject) Subjek merupakan hal penting yang harus diperhatikan sebelum mengindentifikasi suatu masalah dalam sebuah informasi.

  2. Fungsi (Function) Setiap informasi memiliki fungsi yang berbeda-beda tergantung pada isi dan pemanfaatan informasi tersebut.

  3. Sifat (Nature)

  Informasi memiliki sifat yang merujuk pada ciri esensial yaitu berubah pada periode tertentu atau kebutuhan informasi berbeda antara satu orang dengan orang lain.

  4. Tingkat Intelektual (Intellectual Level) Informasi juga berkaitan dengan tingkat intelektual yaitu adanya pengetahuan atau tingkat kecerdasan pemakai terhadap suatu informasi.

  5. Titik Pandang (Viewpoint) Informasi juga memiliki titik pandang berdasarkan pada pemikiran pemakai, orientasi politik, pendekatan positif dan negatif, maupun orientasi disiplin ilmu.

  6. Kuantitas (Quantity) Pemakai informasi juga membutuhkan kuantitas dan jumlah yang berbeda dalam memenuhi kebutuhan informasinya.

  7. Kualitas (Quality) Kualitas kebutuhan informasi tergantung pada sifat individu pemakai itu sendiri. Hal ini dapat dilihat dari pemanfaatan informasi itu.

  8. Batas Waktu Informasi (Date) Informasi memiliki batas waktu penggunaan yaitu informasi baru atau informasi lama.

  9. Kecepatan Pengiriman (Speed of Delivery) Informasi diupayakan secepatnya sampai kepada pemakai, sehingga aktualitas informasi dapat terjaga sehingga sering disebut informasi up

  to date.

  10. Tempat Asal Publikasi (Place) Tempat asal publikasi suatu informasi dapat dilihat darimana informasi itu diterbitkan.

  11. Pemrosesan dan Pengemasan (Processing and Packaging) Pemrosesan berkaitan dengan bagaimana cara penyajian informasi itu tampilkan, sedangkan pengemasan berkaitan dengan tampilan luar atau bentuk fisik dari informasi (p. 94).

  Menurut Chowdhury (1999), karakteristik kebutuhan dalam sistem pencarian informasi, yaitu :

  1. Determine the information needs of each category of users (Menentukan kebutuhan informasi dari tiap kategori pengguna)

  2. Access how far the existing system is able to meet the needs of user (Menilai seberapa jauh sistem yang ada mampu memenuhi kebutuhan pengguna)

  3. Identify what information sources are to be possessed by the system (Mengidentifikasi sumber-sumber informasi apa yang harus dimiliki oleh sistem)

  4. Determine how the information sources are to be analysed and recorded (Menentukan bagaimana sumber-sumber informasi harus dianalisis dan dicatat)

  5. Determine the hardware and software requirements, nature and format

  of the database(s), approach to database design (centralized or distributed), networking requirements, standards, protocols, etc

  (Menentukan persyaratan perangkat keras dan perangkat lunak, sifat dan format database, pendekatan desain database (tersentralisasi atau terdistribusi), jaringan persyaratan, standar, protokol dan lain-lain menentukan pola komunikasi, user interface)

  6. Determine the output format(s) required, requirement for repackaging

  of information, etc (Menentukan format output yang diperlukan,

  persyaratan untuk pengemasan ulang informasi)

  7. Determine the marketing strategies-information products, distribution,

  pricing, etc (Menentukan strategi pemasaran-pemasaran produk,

  distribusi, dan harga)

  8. Determine the level of staff training, user orientation/training (Menentukan tingkat pelatihan staf, orientasi pengguna/pelatihan) (p.

  182). Dari pendapat di atas maka dapat dinyatakan bahwa karakteristik kebutuhan informasi setiap orang berbeda-beda, hal ini dikarenakan tingkat intelektual dan kebutuhan setiap masing-masing individu yang tidak sama.

2.3 Internet

  Secara umum internet adalah kumpulan jutaan komputer di dunia yang saling terkoneksi pada jaringan yang satu dengan yang lainnya. Media koneksi yang digunakan bisa melalui sambungan telepon, serat optic, coaxial cable, satelit atau dengan koneksi wireless.

Dokumen yang terkait

Analisis Pemetaan Pengetahuan (Knowledge Mapping)Bidang Ilmu Perpustakaan Pada Kurikulum S-1 Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

8 100 131

Penggunaan Sumberdaya Internet Oleh Mahasiswa Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Ilmu Budaya USU

1 86 88

Analisis Kesalahan Leksikon Penggunaan Kata Keterangan Waktu Jiu Dan Cai Oleh Mahasiswa Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya USU

10 118 103

Penggunaan Internet Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasi (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Penggunaan Fasilitas Internet Di Perpustakaan USU Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Informasi Di Kalangan Mahasiswa FISIP USU Medan.

5 39 129

Relevansi Ketersediaan Koleksi Perpustakaan USU dengan Pemenuhan Kebutuhan Informasi Mahasiswa Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara

2 64 73

Kemampuan Lulusan Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi di Era Globalisasi Informasi

0 22 13

Dampak Pemanfaatan Internet terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa pada Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Sastra USU

0 17 63

Literasi Informasi Mahasiswa Program Studi Ilmu Perpustakaan (S1) Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara (Semester VII/ T.A 2009/2010)

3 61 80

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Pemetaan Pengetahuan (Knowledge Mapping)Bidang Ilmu Perpustakaan Pada Kurikulum S-1 Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

0 0 21

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja Dosen 2.1.1 Definisi Kinerja Dosen - Kepuasan Mahasiswa tentang Kinerja Dosen dalam Pembelajaran pada Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan di Fakultas Keperawatan USU

0 0 22