BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja Dosen 2.1.1 Definisi Kinerja Dosen - Kepuasan Mahasiswa tentang Kinerja Dosen dalam Pembelajaran pada Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan di Fakultas Keperawatan USU

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kinerja Dosen

  2.1.1 Definisi Kinerja Dosen

  Kinerja adalah performace atau unjuk kerja. Kinerja juga dapat diartikan prestasi kerja atau pelaksanaan kerja atau hasil unjuk kerja. Kinerja adalah keberhasilan seseorang atau kelompok orang dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya serta kemampuan untuk mencapai tujuan dan standar yang telah ditetapkan. Kinerja dosen adalah kemampuan yang ditunjukkan oleh dosen dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya. Kinerja dikatakan baik dan memuaskan apabila hasil yang dicapai sesuai dengan standar yang telah ditetapkan (Rachmawati & Daryanto, 2013).

  2.1.2 Faktor-Faktor Penentu Kinerja Dosen

  Menurut Rachmawati & Daryanto (2013), keberadaan dosen dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya tidak lepas dari pengaruh faktor internal maupun faktor eksternal yang membawa dampak pada perubahan kinerja dosen. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja dosen yaitu sebagai berikut: a.

  Kepribadian dan dedikasi Kepribadian adalah keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsur psikis dan fisik, artinya keseluruhan sikap dan perbuatan seseorang merupakan suatu gambaran dari kepribadian orang itu, dengan kata lain baik tidaknya citra seseorang ditentukan oleh kepribadiannya. Kepribadian adalah suatu masalah abstrak, yang hanya dapat dilihat dari penampilan, tindakan, ucapan, cara berpakaian dan cara dalam menghadapi setiap persoalan. Dosen yang memiliki kepribadian yang baik dapat membangkitkan kemauan untuk giat memajukan profesinya dan meningkatkan dedikasi dalam melakukan pekerjaan mendidik (Rachmawati & Daryanto, 2013).

  b.

  Pengembangan profesi Profesi guru kian hari menjadi perhatian seiring dengan perubahan ilmu pengetahuan dan Teknologi yang menuntut kesiapan agar tidak ketinggalan. Seorang profesional adalah orang yang melayani kebutuhan anggota masyarakat baik secara perorangan maupun kelompok. Pembinaan dan pengembangan profesi guru bertujuan untuk meningkatkan kinerja dan dilakukan secara terus menerus sehingga mampu menciptakan kinerja sesuai dengan persyaratan yang diinginkan, disamping itu pembinaan harus sesuai arah dan tugas/fungsi yang bersangkutan dalam sekolah/tempat bekerja (Rachmawati & Daryanto, 2013). c.

  Kemampuan mengajar Kemampuan mengajar dosen menjadi sangat penting dan menjadi keharusan untuk dimiliki oleh dosen dalam menjalankan tugas dan fungsinya (Rachmawati & Daryanto, 2013). Pada UU No 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 45 juga dikatakan seorang dosen harus memiliki kompetensi. Menurut Wibowo (2007) kompetensi adalah suatu kemampuan untuk melaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas keterampilan dan pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh pekerjaan tersebut.

  Menurut Uno (2012) kompetensi profesional seorang dosen adalah seperangkat kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang dosen agar ia dapat melaksanakan tugas mengajarnya dengan berhasil. Kompetensi yang harus dimiliki seorang dosen meliputi kompetensi pribadi, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Kompetensi pribadi yang seharusnya dimiliki oleh seorang dosen yaitu memiliki pengetahuan yang dalam tentang materi pelajaran yang menjadi tanggungjawabnya, mempunyai pengetahuan tentang perkembangan peserta didik serta kemampuan untuk memperlakukan peserta didik secara adil. Kompetensi sosial yang harus dimiliki seorang dosen adalah menyangkut kemampuan berkomunikasi dengan peserta didik dan lingkungaan peserta didik (orangtua, tetangga, sesama teman). Kompetensi profesional seorang dosen meliputi kemampuan dalam merencanakan sistem pembelajaran, melaksanakan sistem pembelajaran, mengevaluasi sistem pembelajaran, dan mengembangkan sistem pembelajaran.

  Kemampuan mengajar dosen yang sesuai dengan tuntutan standar tugas yang diemban memberikan efek positif bagi hasil yang ingin dicapai seperti perubahan hasil akademik peserta didik, keterampilan peserta didik, dan perubahan pola kerja dosen yang makin meningkat, sebaliknya jika kemampuan mengajar yang dimiliki dosen sangat sedikit akan berakibat bukan saja menurunkan prestasi belajar peserta didik tetapi juga menurunkan tingkat kinerja dosen. Tanpa kemampuan mengajar yang baik sangat tidak mungkin seorang dosen mampu melakukan inovasi dan kreasi dari materi yang ada dalam kurikulum yang pada waktunya akan memberikan rasa bosan bagi dosen maupun peserta didik untuk menjalankan tugas dan fungsi masing-masing (Rachmawati & Daryanto, 2013).

  d.

  Antar hubungan dan komunikasi Kegiatan pembelajaran yang dilakukan dosen akan berhasil jika ada hubungan dan komunikasi yang baik dengan peserta didik sebagai komponen yang diajar. Komunikasi digunakan untuk memahami dan menukarkan pesan verbal maupun non verbal antara pengirim informasi dengan penerima informasi untuk mengubah tingkah laku. Hubungan dan komunikasi yang dikembangkan dosen terutama dalam proses pembelajaran dan pada situasi interaksi lain di sekolah/fakultas memberi peluang terciptanya situasi yang kondusif untuk dapat memperlancar pelaksanaan tugas. Kinerja dosen akan meningkat seiring adanya kondisi hubungan dan komunikasi yang sehat di antara komponen sekolah sebab dengan pola hubungan dan komunikasi yang lancar dan baik mendorong pribadi seseorang untuk melakukan tugas dengan baik (Rachmawati & Daryanto, 2013).

  e.

  Hubungan dengan masyarakat Hubungan sekolah/fakultas dengan masyarakat adalah suatu proses komunikasi antara sekolah dengan masyarakat untuk meningkatkan pengertian masyarakat tentang kebutuhan serta kegiatan pendidikan serta mendorong minat dan kerjasama masyarakat dalam peningkatan dan pengembangan sekolah. Manfaat hubungan dengan masyarakat sangat besar bagi peningkatan kinerja dosen melalui peningkatan aktivitas-aktivitas bersama, komunikasi yang terus- menerus dan proses saling memberi dan saling menerima sarta membuat introspeksi sekolah dan dosen menjadi giat dan berkelanjutan. Setiap aktivitas dosen dapat diketahui oleh masyarakat sehingga dosen akan berupaya menampilkan kinerja yang baik (Rachmawati & Daryanto, 2013).

  f.

  Kedisiplinan Disiplin adalah ketaatan dan ketepatan pada suatu aturan yang dilakukan secara sadar tanpa adanya dorongan atau paksaan pihak lain atau suatu keadaan di mana sesuatu itu berada dalam tertib, teratur dan semestinya serta tiada suatu pelanggaran-pelanggaran baik secara langsung maupun tidak langsung. Kedisiplinan sangat perlu diperhatikan dosen dalam menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai pengajar, pendidik dan pembimbing mahasiswa. Disiplin yang tinggi akan mampu membangun kinerja yang profesional sebab pemahaman disiplin yang baik dosen mampu mencermati aturan- aturan dan langkah strategis dalam melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar. Kedisiplinan yang baik ditunjukkan dosen dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya akan memperlancar pekerjaan dosen dan memberikan perubahan dalam kinerja dosen kearah yang lebih baik dan dapat dipertanggungjawabkan (Rachmawati & Daryanto, 2013).

  g.

  Kesejahteraan Faktor kesejahteraan menjadi salah satu yang berpengaruh pada kinerja dosen di dalam meningkatkan kualitasnya sebab semakin sejahtera seseorang makin tinggi kemungkinan untuk meningkatkan kerjanya. Untuk memaksimalkan kinerja dosen langkah strategis yang dilakukan pemerintah yaitu memberikan kesejahteraan yang layak sesuai dengan jumlah kerja dosen. Adanya jaminan kehidupan yang layak bagi dosen dapat memotivasi dosen untuk selalu bekerja dan meningkatkan kreativitas sehingga kinerja selalu meningkat tiap waktu (Rachmawati & Daryanto, 2013). h.

  Iklim kerja Iklim kerja adalah hubungan timbal balik antara faktor-faktor pribadi, sosial dan budaya yang mempengaruhi sikap individu dan kelompok dalam lingkungan sekolah yang tercermin dari suasana hubungan kerjasama yang harmonis dan kondusif antara pemimpin dan bawahan, antara dosen dengan dosen yang lain, antara dosen dengan staf dan keseluruhan komponen itu harus menciptakan hubungan dengan peserta didik sehingga tujuan pendidikan dan pengajaran tercapai. Terbentuknya iklim yang kondusif pada tempat kerja dapat menjadi faktor penunjang bagi peningkatan kinerja sebab kenyamanan dalam bekerja membuat dosen berpikir dengan tenang dan terkonsentrasi hanya pada tugas yang sedang dilaksanakan (Rachmawati & Daryanto, 2013).

2.1.3 Meningkatkan Kinerja Dosen

  Menurut Rachmawati & Daryanto (2013) hal yang harus diperhatikann untuk meningkatkan kinerja dosen meliputi: a.

  Kesesuaian antara pekerjaan dengan keahlian Kinerja dosen dapat ditingkatkan bila ada kesesuaian antara pekerjaan dengan keahliannya, begitu pula halnya dengan penempatan dosen pada bidang tugasnya. Bila dosen diberikan tugas tidak sesuai dengan keahliannya akan berakibat menurunnya cara kerja dan hasil pekerjaan mereka, juga akan menimbulkan rasa tidak puas pada diri mereka. Rasa kecewa akan menghambat perkembangan moral kerja dosen. Moral kerja yang positif adalah mampu mencintai tugas sebagai suatu yang memiliki nilai keindahan di dalamnya. Kinerja dapat ditingkatkan dengan cara memberikan pekerjaan seseorang sesuai dengan bidang kemampuannya b.

  Kepuasan kerja Kinerja dipengaruhi juga oleh kepuasan kerja yaitu perasaan individu terhadap pekerjaan yang memberikan kepuasan batin kepada seseorang sehingga pekerjaan itu disenangi dan digeluti dengan baik. Kinerja dosen akan bermakna bila dibarengi dengan niat yang bersih dan ikhlas, serta selalu menyadari akan kekurangan yang ada pada dirinya, dan berupaya untuk dapat meningkatkan atas kekurangan tersebut sebagai upaya untuk meningkatkan kearah yang lebih baik yang diikuti dengan memperbaiki faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jadi, dengan berhasilnya seorang dosen mengajar ditandai dengan keberhasilan mahasiswa dalam menyerap ilmu yang mereka ajarkan maka dosen tersebut akan merasa puas terhadap pekerjaan mereka. Dengan adanya perasaan puas pada dosen maka kinerja dosen akan semakin meningkat juga.

  c.

  Peningkatan pemanfaatan teknologi informasi Langkah yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja dosen adalah melalui peningkatan pemanfaatan teknologi informasi yang sedang berkembang dan mendorong dosen untuk menguasainya. Dengan memanfaatkan teknologi informasi maka dosen dapat dengan cepat mengakses materi pengetahuan yang dibutuhkan sehingga dosen tidak terbatas pada pengetahuan yang dimiliki dan hanya bidang studi tertentu yang dikuasai tetapi dosen harus mampu menguasai lebih dari satu bidang studi yang ditekuninya sehingga suatu saat dosen tersebut akan mendalami hal lain yang masih memiliki hubungan erat dengan bidang tugasnya guna meningkatkan kinerja kearah yang lebih baik (Rachmawati & Daryanto, 2013).

2.1.4 Indikator Kinerja Dosen

  Menurut UU No 14 tahun 2005 pada pasal 72 ayat 1 berbunyi beban kerja dosen mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran, melakukan evaluasi pembelajaran, membimbing dan melatih, melakukan penelitian, melakukan tugas tambahan, serta melakukan pengabdian kepada masyarakat. Menurut Rachmawati & Daryanto (2013) indikator penilaian kinerja dosen dalam pembelajaran meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran.

  a.

  Perencanaan pembelajaran Bila suatu kegiatan direncanakan lebih dahulu maka tujuan dari kegiatan tersebut akan lebih terarah dan lebih berhasil. Oleh karena itu seorang dosen harus memiliki kemampuan dalam merencanakan pengajaran. Seorang dosen sebelum mengajar hendaknya merencanakan program pengajaran, membuat persiapan pengajaran yang akan diberikan, menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkan kepada mahasiswa dan bahan pelajaran yang mendukung jalannya proses belajar mengajar (Suryosubroto, 2009). Kemampuan dosen dalam tahap perencanaan dapat dilihat dari cara atau proses penyusunan program kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh dosen, yaitu mengembangkan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (Rachmawati & Daryanto, 2013).

  b.

  Pelaksanaan pembelajaran Kegaiatan awal dalam pelaksanaan pembelajaran adalah mengaitkan hal-hal yang sudah dipelajari dengan hal baru yang akan diajarkan, memberi kesempatan pada mahasiswa untuk memahami topik secara keseluruhan sebelum mempelajari hal-hal yang terkandung dalam topik secara terperinci, menambahkan hasrat ingin tahu mahasiswa dan merangsang perhatian dan hasrat belajar mahasiswa secara berkelanjutan, dan menyadarkan mahasiswa akan apa yang diharapakan dosen dari mahasiswa dalam atau selama pembahasan topik (Satori, 2008).

  Menurut Rachmawati & Daryanto (2013) kegiatan pembelajaran di kelas adalah inti penyelenggaraan pendidikan yang ditandai oleh adanya kegiatan pengelolaan kelas, penggunaan media dan sumber belajar, dan penggunaan metode. Dalam pengelolaan kelas, seorang dosen harus mampu menciptakan suasana yang kondusif di dalam ruangan belajar yang berguna untuk mewujudkan suatu proses pembelajaran yang menyenangkan, ketepatan waktu masuk dan keluar kelas, dan melakukan absensi setiap akan memulai proses pembelajaran. Kemampuan lainnya dalam pelaksanaan pembelajaran yang perlu dikuasai seorang dosen adalah penggunaan media dan sumber belajar. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (materi pembelajaran), merangsang pikiran, perasan, perhatian, dan kemampuan mahasiswa sehingga dapat mendorong proses pembelajaran. Sumber belajar adalah buku pedoman. Selain harus mampu menguasai sumber belajar, seorang dosen harus berusaha mencari dan membaca buku yang berfungsi untuk meningkatkan kemampuan dalam perluasan dan pendalaman materi serta pengayaan dalam proses pembelajaran.

  Didalam pelaksanaan pembelajaran, seorang dosen juga harus memiliki kemampuan dalam penggunaan metode pembelajaran.

  Seorang dosen harus mampu memilih dan mengguankana metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang disampaikan.

  c.

  Evaluasi proses pembelajaran Evaluasi merupakan laporan akhir dari proses pembelajaran, khususnya laporan mengenai kemajuan dan prestasi belajar mahasiswa. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa evaluasi merupakan pertanggungjawaban dosen dalam pelaksanaan proses pembelajaran (Hernawan, 2008). Menurut Rachmawati & Daryanto (2013), penilaian hasil belajar adalah kegiatan atau cara yang ditujukan untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dan juga proses pembelajaran yang telah dilakukan. Kemampuan yang perlu dikuasai dosen pada kegiatan evaluasi/penilaian hasil belajar adalah kemampuan menyusun alat evaluasi. Alat evaluasi yang dapat digunakan adalah tes tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan. Seorang dosen dapat menentukan alat tes tersebut sesuai dengan materi yang disampaikan. Indikasi kemampuan dosen dalam penyusunan alat-alat tes ini dapat digambarkan dari frekuensi penggunaan bentuk alat-alat tes secara variatif, karena alat-alat tes yang telah disusun pada dasarnya digunakan sebagai alat penilaian hasil belajar

2.1.5 Keterampilan Dasar Mengajar

  Sebelum melaksanakan pembelajaran seorang dosen atau pendidik sebaiknya memahami keterampilan dasar mengajar. Keterampilan dasar mengajar adalah keterampilan dasar yang seharusnya dikuasai dan diterapkan oleh setiap pengajar atau pendidik dalam proses belajar mengajar (Nurhidayah, 2009).

  Keterampilan dasar mengajar terdiri dari: a.

  Keterampilan bertanya Dalam kegiatan belajar mengajar, bertanya tidak bertujuan memperoleh informasi, melainkan ingin membelajarkan peserta didik. Dengan adanya pertanyaan dalam proses belajar mengajar, peserta didik dilibatkan secara proaktif di dalam kegiatan belajar mengajar (Nurhidayah, 2009).

  Menurut Usman (1992) dalam Rachmawati & Daryanto (2013), pertanyaan yang baik ialah pertanyaan yang jelas dan mudah dimengerti oleh mahasiswa, berikan informasi yang cukup untuk menjawab pertanyaan, pertanyaan harus difokuskan pada suatu masalah atau tugas tertentu, harus ada waktu yang cukup kepada mahasiswa untuk berpikir sebelum menjawab pertanyaan, berikan pertanyaan kepada seluruh mahasiswa secara merata, berikan respon yang ramah dan menyenangkan sehingga timbul keberanian mahasiswa untuk menjawab dan bertanya, dan tuntunlah jawaban mahasiswa sehingga mereka dapat menemukan sendiri jawaban yang benar.

  b.

  Keterampilan memberi penguatan Penguatan adalah segala bentuk respon apakah bersifat verbal

  (diungkapkan dengan kata-kata langsung seperti: bagus, pintar, ya, betul, tepat sekali), maupun nonverbal (biasanya dilakukan dengan gerak, isyarat, pendekatan) merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku dosen terhadap tingkah laku peserta didik yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik (feedback) bagi peserta didik atas perbuatannya sebagai suatu tindak dorongan atau koreksi (Rachmawati & Daryanto, 2013). Penguatan juga berfungsi untuk meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku yang diberi penguatan (Nurhidayah, 2009).

  Tujuan dari seorang dosen memberikan penguatan kepada mahasiswa adalah meningkatkan perhatian peserta didik terhadap pembelajaran, meningkatkan motivasi belajar mahasiswa dan membina tingkah laku peserta didik yang produktif (Rachmawati & daryanto, 2013).

  c.

  Keterampilan mengadakan variasi Variasi dalam kegiatan belajar mengajar adalah perubahan dalam proses kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi para mahasiswa, serta mengurangi kejenuhan dan kebosanan. Variasi dalam kegiatan belajar mengajar dapat dikelompokkan menjadi variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam penggunaan media dan variasi dalam pola interaksi. Variasi yang dilakukan dosen hendaknya sesuai dengan kondisi kelas, lancar dan logis, sehingga tidak mengganggu alur pembelajaran yang sedang berlangsung. Tegasnya, setiap variasi harus mempunyai tujuan/sasaran yang jelas dan bukan dilakukan hanya untuk tujuan variasi (Nurhidayah, 2009).

  d.

  Keterampilan menjelaskan Keterampilan mejelaskan dalam pembelajaran adalah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematis untuk menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan lainnya, misalnya sebab dan akibat. Penyampaian informasi yang terencana dengan baik dan disajikan dengan urutan yang cocok merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan. Pemberian penjelasan merupakan aspek yang sangat penting dari kegiatan dosen dalam berinteraksi dengan peserta didik di dalam kelas. Tujuan pemberian penjelasan dalam pembelajaran meliputi: membimbing peserta didik untuk dapat memahami konsep, hukum, dalil, fakta, dan prinsip secara objektif dan bernalar; melibatkan peserta didik untuk berfikir dengan memecahkan masalah-masalah atau pertanyaan; mendapatkan balikan dari peserta didik mengenai tingkat pemahamannya dan untuk mengatasi kesalahpahaman peserta didik; dan membimbing peserta didik untuk menghayati dan mendapat proses penalaran dan menggunakan bukti-bukti dalam memecahkan masalah (Rachmawati & Daryanto, 2013).

  Beberapa komponen keterampilan menjelaskan yang harus diperhatikan seorang dosen adalah sebagai berikut:

  1. Merencanakan dan menganalisa Penjelasan yang diberikan dosen perlu direncanakan dengan sistematis. Isi pesan (materi) penjelasan dapat berupa menganalisa masalah secara keseluruhan, penentuan jenis hubungan yang ada antara unsur-unsur yang dikaitkan. Penjelasan juga dapat berupa penggunaan hkum, dalil, rumus atau generalisasi yang sesuai dengan hubungan yang telah ditentukan (Nurhidayah, 2009).

  2. Menyajikan Penyajian suatu penjelasan dapat ditingkatkan hasilnya dengan memperhatikan beberapa komponen meliputi kejelasan yaitu menggunakan bahasa yang mudah dimengerti peserta didik; penggunaan contoh dan ilustrasi; dan pemberian tekanan (Rachmawati & Daryanto, 2013).

3. Penggunaan balikan

  Penggunaan balikan sangat mendukung dan dapat menilai keterampilan menjelaskan. Melalui pemberian kesempatan kepada mahasiswa untuk memberikan umpan balik dapat menunjukkan pemahaman, keraguan, atau ketidakmengertian atas penjelaskan yang diberikan (Nurhidayah, 2009).

  e.

  Keterampilan membuka dan menutup pelajaran Membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh dosen untuk menciptakan suasana siap mental dan penuh perhatian pada diri mahasiswa.

  Sedangkan menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh dosen untuk mengakhiri kegiatan inti pelajaran (Nurhidayah, 2009).

  Komponen yang harus diperhatikan pada saat membuka pelajaran adalah menarik perhatian mahasiswa, menimbulkan motivasi, memberikan acuan melalui berbagai usaha, dan memberikan apersepsi (memberikan kaitan antara materi sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari). Komponen dalam menutup pelajaran yang harus dilakukan dosen adalah meninjau kembali penguasaan materi pokok dengan merangkum atau menyimpulkan hasil pembelajaran, dan melakukan evaluasi (Rachmawati & Daryanto, 2013).Keterampilan membuka pelajaran merupakan awal keberhasilan seorang dosen. Cara dosen membuka pelajaran sangat menentukan termotivasi atau tidaknya mahasiswa dalam mengikuti pelajaran. Sedangkan keterampilan menutup pelajaran menentukan tingkat kemantapan pembelajaran yang dilaksanakan (Nurhidayah, 2009).

  f.

  Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok peserta didik dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan dan pemecahan masalah (Rachmawati & Daryanto, 2013).

  Komponen yang harus dikuasai dosen dalam membimbing diskusi kelompok yaitu memusatkan perhatian, memperjelas masalah atau mangajukan pertanyaan-pertanyaan yang menantang, menganalisa pandangan mahasiswa, menyebarkan kesempatan berpartisipasi, dan menutup diskusi (Nurhidayah, 2009). Hal-hal yang perlu dihindari keterampilan membimbing kelompok kecil yaitu mendominasi/monopoli pembicaranan dalam diskusi, membiarkan terjadinya penyimpangan dalam diskusi (Rachmawati & Daryanto, 2013).

  g.

  Keterampilan mengelola kelas Keterampilan mengelola kelas adalah keterampilan dalam menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang kondusif sehingga proses belajar mengajar lebih efektif (Nurhidayah, 2009). Kemampuan menciptakan suasana kondusif di kelas guna mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan adalah tuntutan bagi seorang dosen dalam pengelolaan kelas. Kemampuan dosen dalam menciptakan kerjasama dan disiplin peserta didik melalui pelaksanaan ketepatan waktu masuk dan keluar kelas, melakukan absensi setiap akan memulai proses pembelajaran, dan melakukan pengaturan tempat duduk peserta didik termasuk kedalam kegiatan pengelolaan kelas (Rachmawati & Daryanto, 2013). Tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak didik di kelas dapat bekerja dengan tertib, sehingga tujuan pengajaran tercapai secara efektif dan efisien (Suryosubroto, 2009).Suasana yang menyenangkan (joyfull learning) dan dinamis haruslah tercipta dalam setiap proses pembelajaran sehingga para mahasiswa merasa nyaman. Dari kenyamanan ini diharapkan mahasiswa dapat meraih kesuksesan dan kemajuan dalam belajar (Hernawan, 2008).

  h.

  Keterampilan mengajar kelompok kecil dan individual Pembelajaran ini terjadinya bila jumlah peserta didik yang dihadapi oleh dosen terbatas yaitu antara 3-8 orang untuk kelompok kecil, dan seorang untuk perseorangan. Peran dosen dalam pembelajaran perseorangan adalah sebagai organisator, narasumber, motivator, fasilitator, konselor dan sekaligus sebagai peserta kegiatan (Rachmawati & Daryanto, 2013).

2.2 Kepuasan mahasiswa tentang kinerja dosen

2.2.1 Definisi kepuasan mahasiswa

  Dosen sebagai perancang pembelajaran harus memikirkan dan berusaha agar apa yang dilakukannya akan memberikan kepuasan bagi mahasiswanya.

  Pembelajaran yang dirancang diharapkan akan menjadi suatu kegiatan yang dapat memfasilitasi minat dan kebutuhan mahasiswa (Hernawan, 2008). Kepuasan adalah tingkat kepuasan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dibandingkan dengan harapannya. Dengan demikian, kepuasan atau ketidakpuasan adalah kesimpulan dari interaksi antara harapan dan pengalaman sesudah memakai jasa atau pelayanan yang diberikan (Simamora, 2012).

2.2.2 Pandangan Mahasiswa Terhadap Kinerja Dosen

  Harapan mahasiswa sebagai pemakai jasa atau konsumen fakultas, berharap kinerja dosen sebagai penyampai jasa pendidikan menjalankan proses pendidikan secara maksimal, seperti menggunakan metode yang menarik dalam proses pembelajarannya, dosen yang hadir tepat waktu, melakukan UTS dan UAS tepat waktu, serta pengembalian lembar jawaban ujian kepada mahasiswa (Ulfa, 2013). Harapan mahasiswa terhadap dosen selama proses belajar mengajar berlangsung ialah seorang dosen harus bersifat demokratis, suka bekerjasama (kooperatif), baik hati, sabar, adil konsisten, bersifat terbuka, suka menolong, ramah tamah, suka humor, memiliki bermacam-macam minat, menguasai bahan pelajaran, fleksibel, menaruh minat yang baik terhadap mahasiswa (Hamalik, 2002 dalam Rachmawati & Daryanto, 2013).

  Kinerja dosen dikatakan baik apabila dosen menjalankan perkuliahan sesuai dengan standar mutu perkuliahan. Dimana dalam suatu perkuliahan dosen harus memiliki GBPP, silabus SAP, kontrak perkuliahan, materi perkuliahan, media perkuliahan, arsip soal kuis, soal UTS, UAS dan tugas telah tersedia dalam bentuk tercetak (Ulfa, 2013). Perkuliahan atau proses pembelajaran merupakan kegiatan pokok perguruan tinggi. Proses ini akan menentukan kualitas lulusannya. Dalam proses pembelajaran inilah mahasiswa berinteraksi dengan dosen dan memberikan penilaiannya mengenai dosen yang bersangkutan. Nursalam & Efendi (2008) menambahkan pembelajaran yang diberikan oleh dosen dapat efektif menurut pandangan mahasiswa apabila pengajar tidak terlalu mendominasi kelompok kelas, mengurangi banyak bicara, namun mengupayakan agar peserta didik mampu menemukan alternatif-alternatif untuk mengembangkan kepribadian peserta didik tersebut. Pengajar yang baik harus mengupayakan untuk banyak mendengarkan dan menerima gagasan seseorang, kemudian menilai dan menjawab pertanyaan yang diajukan oleh mahasiswa. Orang dewasa (mahasiswa) akan belajar lebih baik apabila pendapat pribadinya dihormati dan akan lebih senang jika mereka bisa memberikan pemikiran dan mengemukakan idenya. Mahasiswa perlu mendapatkan kepercayaan dari pengajarnya sehingga mereka akan mempunyai kepercayaan diri sendiri. Sedangkan kinerja dosen dalam pembelajaran yang tidak disukai oleh mahasiswa adalah dosen yang memberikan teori dan gagasannya sendiri kepada mahasiswa tanpa mendengarkan pendapat mahasiswa.

2.2.3 Dimensi Pengukuran Kepuasan Mahasiswa

  Mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan di perguruan tinggi akan mengharapkan adanya kepuasan terhadap pelayanan dari perguruan tinggi.

  Kepuasan mahasiswa harus diperhatikan dan ditingkatkan oleh perguruan tinggi selama proses belajar mengajar karena dengan meningkatkan kepuasan mahasiswa dapat meningkatkan motivasi belajar mahasiswa sehingga akan meningkatkan prestasi belajar mahasiswa. Kepuasan mahasiswa diukur dengan memperhatikan lima dimensi kualitas pelayanan. Griffin (2002) menjelaskan tentang lima dimensi kualitas pelayanan yaitu: keberwujudan (tangible), keandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness), jaminan (assurance), dan empati (empathy). keberwujudan (tangible) merupakan fasilitas fisik, perlengkapan dan penampilan personil. Keandalan (reliability) adalah suatu kemampuan untuk memberikan apa yang telah dijanjikan secara andal dan tepat. Daya tanggap (responsiveness) keinginan untuk membantu pelanggan (mahasiswa) dan memberikan pelayanan yang cepat. Jaminan (assurance) adalah pengetahuan dan sopan santun para pegawai (dosen) dan kemampuan mereka untuk mengesankan kepercayaan dan keyakinan. Empati (empathy) adalah tingkat kepedulian dan perhatian individual yang diberikan kepada pelanggan (mahasiswa).

  Ulfa (2013) menjelaskan kepuasan mahasiswa terhadap kinerja dosen dapat diukur melalui dimensi pelayanan meliputi: a.

  Bukti langsung (tangible) Bukti langsung (tangible) adalah bentuk fisik yang ada pada dosen saat melaksanakan proses perkuliahan yang dapat dirasakan dan dapat dilihat/dinilai secara langsung oleh mahasiswa selama proses perkuliahan berlangsung. Dimensi tangible ini dapat diukur dengan indikator sebagai berikut: penampilan dosen yang menarik dan meyakinkan, fasilitas fisik (metode, media), dan sarana komunikasi. b.

  Keandalan (reliability) Keandalan (reliability) merupakan kemampuan dosen untuk memberikan pelayanan yang telah dijanjikan dengan segera, tepat dan akurat kepada mahasiswa. Adapun indikator penilaian dari keandalan (reliability) meliputi: ketepatan waktu kuliah, kesesuaian pelaksanaan jadwal kuliah, ketepatan materi dalam proses belajar mengajar.

  c.

  Daya tanggap (responsiveness) Daya tanggap (responsiveness) adalah kesediaan/keinginan dosen membantu mahasiswa berhubungan dengan proses perkuliahan sebagai pemakai jasa. Indikator penilaian dari daya tanggap (responsiveness) meliputi: kesediaan dosen membantu mahasiswa dalam mengatasi kesulitannya, kesediaan dosen menyediakan waktu untuk berkonsultasi di luar jam mengajar.

  d.

  Jaminan (assurance) Jaminan (assurance) merupakan bukti tanggung jawab dari seorang dosen kepada mahasiswa dari segi pelayanannya. Adapun indikator penilaiannya meliputi: pemahaman dan wawasan dosen dalam melakukan proses belajar dan mengajar.

  e.

  Empati (empathy) Empati (empathy) merupakan sikap dan perilaku dosen selama berinteraksi dengan mahasiswanya. Indikator penilaiannya meliputi: keramahan dan perhatian dosen dalam berinteraksi dengan mahasiswanya.