KEADAAPtT GIZI DAN KJ3SEWATAW IRU HAMIL: KARAKTERISTIK SQSIO- DEMOGRAFI, MEDIKO- OBSTETRXK DAN KONSUMST MAKANAN

1

1

:

,

.

KEADAAPtT GIZI DAN KJ3SEWATAW IRU HAMIL : KARAKTERISTIK
SQSIO - DEMOGRAFI, MEDIKO - OBSTETRXK DAN
KONSUMST MAKANAN*
Yay& K.Wusaini **, Sandjaja*", Djoko Kartono**,
d m Darwin Karyadi * *.

In Indonesia, the incidence of low birth weight is still very high. Ministry of health is conducting
programmes to reduce low birth weight from 14 per cent to 7 per cent by the year of 2000. In optimizing
the results of these efforts, some factors associated with maternal health and nutrition are important
t o be known. This study based on a cohort prospective study in 20,002 pregnant women in Rogor, West
Java, discusses a number of factors of socio-economic, medico-obstetrics, and food consumption. The

maternal factors significantly associated with low birth weight infants included low formal education
(illiteracy), chronic major illness, previous pregnancy with complications such as abortion or low birth
weight, interval of pregnancies less than sic m o ~ t h s ,high blood pressure with edema and protein in
urine, very severe anemic or hemoglobin concentration below 8 g%, and low dietary intake. These
informations are important in relation t o t b e nerd for actions to be taken in improving prenatal care
through community active participation in llealth services.

PENDAHULUAN
Meadaan kurang gizi dapat terjadi scjak dalam kandungan. Manifestasi keadaan
kurang gizi ini adalah terjadinga kelahiran
berat bayi lahir rendah ( R B L R ) ~Peneli.
tian epiderniologi membuktikan bahwa
pada masa kekurangan pangan, bayi-bayi
y m g dilahirkan umumnya mempunyai
herat badan rendah2. Apabila diberikan
makanan tambahan maka berat bayi lahjr
akan menjadi n a i k j ~ 4. Tetapi penelitian
prospektif membuktikan bahwa bukan
saja makanan, faktor-faktor lain juga berperanan. Hal ir' dapat ditunjukkan pada
penelitian di Amerika Serikat bahwa ibuibu yang melahirkan BBLR ( < 2,500 g)

bukan hanya terdiri dari ibu-ibu yang keadaan gizinya kurang atau huruk5. Dengan demikian faktor-faktox lain itu bersarna-sama faktor makanan harus diperhatikan dalarn usaha meningkatkan keadsan gizi dan kesehatan ibu hamil.

**
22

-

'

---Fenelitim tahun 1983/1984 dan 198411985, arggaran DIP Badan Pen~litiand m Pengembangan Kesehatan, Dep, Res. R.I.
Dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Cizi, Dep. lies., Bogor.

P

*

Data tc~ntang faktor-faktor lain it11
yang dijabarkan dalam bentuk karakteristik ibu harnil perlu diungkapkan secara
jelas dan praktis. Tenttama unt,uk ibu
hanil yang biasa rnengunjur~giPuskesmas

atau y ang daiam jnngkauan pelayanan
Puskesmas. Untuk memberikan pelayanan
kesehatan di Puskesmas yang sesuai dcngan kebutuhan dan keadaali serta lingkungan masyarakat, maka pengetahuan
tentang karakteristik ihu hamil menjadi
teramat penting artinva.
Pada rnaRalah mi diqa,jikan hasil penelitian liarakterislik ibu hamil yang rneliputi : 1) sosio-de~nografi.'2) mediko-obstetns, clan 3 ) Kol;sumsl makanan. Yang
termasuk sosio-demografi adalah pendidilian, pekerjaan, perumahan, umur dan
nomor urut anak, tingqi hadan dan berat
badan. Sedangkan yang tergolong mediko-obstetrik adalah riwayat kesehatan,
riwayat kehamilan, kadar hemoglobin dan
-

-

Bul. Penelit. Kesehat. 14 ( 2 ) 1986

Keadaan gizi

. . . . . Yayah K, Husaini et al.


hematokrit, tekanan darah, protein dalam
urin, dan proses melahirkan.

RMIAN DAN CARA
Fenelitian ini dilakukan darj t&.un
1983 sampai dengan tahun 1985 di Kotamadya Bogor ( 3 kelurahan) dan di Kabupaten Bogor (10 kelurahan) terhadap
2002 ibu hamil. Penduduk di ketiga belas
kelurahan tersebut berjumlah 120.503
orang. Jadi, kurang lebih 1,796 dari seluruh penduduk adalah ibu hamil yang termasuk dalam penelitian ini. Pemilihan
subyek dilakukan menurut metoda "cohort prospektif". Setiap ibu hamil pada
trimester pertama dimasukkan sebagai
zubyek penelitian. Untuk mendapa tkan
jurnlah subyek minimal 2000 orang, ibuibu hamil trimester kedua dimasukkan
pula sebagai subyek penelitian dengan
prioritas ibu hamil yang umur kehamilannya lebih muda.
Pemilihan desa untuk daerah penelitian ditentukan berdasar kepadatan penduduk, jumlah pasangan usia subur (PUS),
dan letak desa yang dapat dijangkau oleh
tim peneliti. Sebelum dilakukan pengambilan data, t ~ mpenelitian memberi penjelasan tentang maksud dan tujuan pentilitian. Penjelasan dilakukan baik di tingkat
ltecamatan maupun di tingkat desa. Pertemuan di desa dihadiri oleh kepala desa,
staf desa, tokoh-tokoh masyarakat, ketua

RKIRW, anggota PKK, kader gizilpetugas
KB dan dukun bayi (paraji). Pada kesempatan tersebut diminta bantuan kepala
desa untuk menunjuk tenaga lokal yang
dapat membantu tim peneliti di lapangan.
Selain itu dirnintakan pula untuk dilakukan pencatatan semua ibu hamil di setiap
rumah tangga (RT) dalam setiap rukun
wargalkelurahan (R.WIRK).
Berdasarkan hasil pencatatan banyaknya ibu hamil di setiap desa, rnaka ditentukan tempat pemeriksaan, agar ibu hamil
yang menjadi responden tidak terlalu jauh
Bul. PeneIit. Kesehat. 14 (2) 1986

untuk datang memeriksakan diri. Tempat
tersebut pada umumnya rumah kader gizi,
petugas XB, rumah ketua RWIRK, rumah
responden, kantor kelurahan, madras&
atau pos Mansip. Di setiap desa terdapat
4 - 6 tempat, sehingga jumlah seluruhnya
acia 47 buah tempat.
Tenaga lokal ymg ditunjulr oleh Lurah rneldui ketua RW/ItK yang rnembant u tim peneliti pada umumnya terdiri daxi
kader gizi atau petugas KB. Na~nunada

juga dukun bayi, pamong desa, isteri pamong desa atau isteri ketua RW/RK. Setiap RUTIRKmempunyai 1- 2 orang tenaga lokal, sehingga seluruhnya ada 109
orang. Tugas tenaga lokal addah memberi
motivasi kepada ibu-ibu harnil supaya
Inail mengikuti kegiatan pemeriksaan secara teratur tiap bulan di tempat pemeriksaan, melaporkan kelahiran dalam waktu
2 x 24 jam d m mencatat ibu hamil baru.
Dalam pelaksaiaan operasional, tim
peneliti dibagi menjadi 8 sub tim. Setiap
sub tim terdiri dari tiga orang. Sarjana kesehatan atau dlli gizi sebagai koordinator
dan melakukan pengumpulan data tentang pendidikan, pekerjaan, riwayat kehamilan dan persalinan, dan riwayat kesehatan. Bidan melakukan anamnesa kelulnan yang diderita selarna kehamilan,
pemeriksaan klinis dan pengambilan darah. Tenaga teknis melakukan pengukuran
antropornetri dan pemeriksaan protein
dalam win. Satu sub tirn bekerja di satu
pusat yang sarna selama penelitian berlangsung. Selain itu ahli gizi melakukan
pula survai konsumsi makanan, sedangkan
tenaga teknis melakukan pengumpulan
data tentang perurnahan dan melakukan
pengukuran antropometri bayi dalarn
waktu 2 x 24 jam.
Terl~adapsemua ibu hamil yang menjadi responden, setiap bulan dilakukan
pemeriksaan kesehatan dan pengukuran

antropometri dari waktu rnulai hamil atau
mulai tercatat sebagai sarnpel sampai
minggu-rninggu terakhir kehamilan. Sebe-

Keadaan gizi

...

lurn penelitian dilakukan sudah ada kesepakatan antara Puskesmas setempat dengan tim Puslitbang Gizi bahwa responden yang diperiksa tidak diberi pengobatan oleh tim peneliti. Responden yang
memerlukan pengobatan dirujuk ke Puskesmas terdekat.
Data dikumpulkan dengan menggmakan beberapa macam formulir yang tela-h
diuji coba sebelurnnya, yaitu :
Form 1 : a)
identitas memuat nama,
umur, alamat, pendidikan, dan pekerjaan, b) riwayat kehamilan dan persdinan terdahulu, dan c ) riwayat kesehatan.
Form 2 : perneriksaan kesehatan ibu hamil yang harus diisi pada setiap bulan,
memuat tentang hasil pengukuran
antropometri, tekman darah, edema,
umur kehamilan, dan keadaan janin
dalam kandungan.

Form 3 : pemeriksaan kesehatan ibu hamil yang harus diisi pada setiap trimester, memuat tentang kadar hemoglobin, kadar hematokrit, protein dalam urine, kepada siapa memeriksakan kehamilan dan berapa kdi diperiksa kehamilannya selama tnmester ini.
-

Form 4 : data tentang perumahan.
Form 5 : konsumsi makanan ibu hamil
setiap trimester. Untuk penelitian
konsumsi makanan hanya diambil sub
sampel sebanyak 10% dari jumlah responden.
Penggunaan alat-alat antropometri dan
caracara pengukurannya di1akuka.n sesuai
dengan petunjuk yang dikembangkan oleh
~elliffe6.Sebelum digunaka.n, alat antropometri distandardisasi, dan tenaga teknis
yang akan melakukan pengukuran antropometri diuji dengan metode "Accuracy
and Precisson "7.

Uayah K , Husaini et al

Penentuan Hb dilakukan secara "cyanmethemoglobin". Hematokrit (Ht) diperiksa dengan memanaskan uxin selama + 5
menit sampai mendidih kemudian ditarnbahkan 10% asarn acetat glacial untulr
menguji adanya gumpalan protein. Konsumsi makanan dan zat gizi dilakukan secara "recall" 1 x 24 jam, yang kemudian

diterjemahkan ke dalam zat-zai ggii dengan menggunakan DKBM (Daftar Komposisi Bahan ~ a k a n a n ) B .
Pengolahan data ditujukan untuk
memperoleh data tentang karakteristik
ibu hamil, serta mencari 1.l1zbung~anantara
hasil persalinan dengan karakteristik ibu
selama hamil. Selain itu subyek dikelompokkan menurut hasil kehamilan yaitu :
1 ) ibu hamil yang bayinya lahir hidup
dengan BB < 2,s kg; 2) Ibu hamil yang
hayinya lahir hidup dengan BB 3 2,5
kg..
Selnua pcrrgolahan data dilakukan dengan rnempergunakan program Basic pad?
komputer Wang. Analisa data dilakukan
dengarr uji Khi Kuadrat, dan penyajian
data dilakukan dalam persentase, ratarata dan simpaqgbaku.

Tabel dan gambar yang disajikrui akan
memberikan gambaran tentang karakteristik ibu hamil, serta hubungan BBLR dengan faktor-faktor risiko yang terdapat
pada ibu hamil.
Risiko tinggi pada ibu hamil dibedakan menurut dua golongan yaitu risiko
sosio-demogafi dan risiko mediko-obstetrik 9,J 0.

Risiko sosio-demografi dibag lagi dalam sub-sub bagian, yaitu : a) umur ibu
dan nomor umt anak yang akan dilahirkan, b) pendidikan ibu, dan c) status ibll.
Yang termasuk risiko tinggi menurut
umur ibu dan nomox urut anak adalah:
1) umur ibu kurang dari 15 tahun,
Bul. Penelit. Kesehat. 14 ( 2 ) 1986

Keadaan gizi

. . . . . Yayah K . Husaini et al.

2) umur ibu 1 5 - 1 9 tahun dan akan melahirlran anak kedua amu lebih, 3) umur
ibu 20 -- 24 tahun dan a k a melahirkan
anak keempat atau lebih, 4) umur ibu antara 25 29 tahun akan melahirkan anak
kelima a h u lebih, 5 ) umur ibu &tara 38
- 34 tahun dan alr'm
rnelahirkan anak
atau
lebih,
6)

umur
ibu antara
keenam
35 - 39 tahun d'm akan melahirkan
anak pertama atau anak keenam atau
lebih, 7) umur itou lebih besar dari 40
tahun.

urin positif, 4) terjadi perdarahan, 5)
preekslampsia.
Yang terrnasuk risiko tinggi berdasarkan h a i l pengainatan pada waktu melahirkan adalah : 1) proses pastus yang lama,
2 ) asphyxia, 3) ketuban pecah dini, 4) sebelum melahirkan keluar darah segar,
5 ) setelah melahirkan terjadi perdarahan,
dan 6) tungkxi bengkak.

Yang termasuk risiko tinggi menurut
~endidikanibu, addah yang tidak pernah
mengalami pendidikan formal atau buta
huruf- Sedangkan yang temasuk risikO
tinggi menurut status ibu hamil adalah :
1) ibu hamil yang cerai dengan suami,
2) ibu hami1 Yang suamin~ameninggal,
3) ibu hamil yangsuaminya tidak berkerja
4) ibu hamil yang dimadu.

Tabel 1 menunjukkan pendidikan ibu
hamil (kt&) dan suami. Sebanyak 5,9%
(N = 110) isteri dan 2,476 (N = 45) suami
tidak sekolah (buts h-f).
Sedangkan
pasangan suami isteri yang keduaduanya
tidak sekolah ada 1,1% (N = 21). Mereka
yang pemah rnenduduki perg-an
tinggi
hmya sed&it yaitu 0,7% (N = 14) isteri
dan 3,4% (N = 63) suami. Suami-isteri
yang keduaduanya berpendidikan perguruan tinggi sebesar 0,6% (N = 12). Makin
tinggi pendidikan isteri pada umumnya
makin tinggi pula pendidikan suami.
Suarni mengalami pendidikan formal di
sekolah lebih lama dari isteri, seperti
tampak jelas pada Gambar 1. Jadi suami
pada umumnya lebih tinggi pendidikannya dari pada isteri.

Seperti halnya risiko sosio-demografi,
maka risiko mediko-obstetrik dibagi pula
dalam 3 sub bagian, yaitu : a) riwayat
kesehatan, kehamilan, dan persalinan terdahulu yang diketahui pada kunjungan
pertama ke tempat pemeriksaan, b) pengamatan selama kehamilan, dan c ) keadaan pada waktu melahirkan.
Yang termasuk kriteria risiko tinggi
pada kunjungan pertama ke tempat pemerilrsaan adalah : l ) pernah menderita
sakit hepatitis, tuberculosis, typhus, diabetes melitus atau ginjal yang khronis
waktu sebelum hamil, 2) pernah aborsi
atau keguguran sebelumnya, 3) pernah
melahirkan bayi prematur, 4) pernah melahirkan bayi dengan BBLR, 5) bayi lahir
mati, 6) ekslampsia, dan 7 ) jarak kehamilan terakhir kurang dari 6 bulan.
Yang termasuk risiko tinggi pada
pengamatan selama kehamilan adalah :
1)kadar Hb < 8 g%, 2) tekanan darah systole >/ 150 rnm Hg dan tekanan darah
diastole > 90 mm ~ g 3), protein dalam

1. Sosio - Demografi
a. Pendidikan

b. Pekerjaan
Gambaran tentang pekerjaan utama
suami dapat dilihat dalam Tabel 2. Persentase terbanyak adalah sebagai buruh
(55,7%), kemudian diikuti pedagang kecil
(15,8%), dan pegawai negeri (15,5%). Sedangkan yang tergolong sebagai petani
jumlahnya kecil. Dilihat dari penggolongan macam pekerjaan suami ini, dapatlah
dikatakan bahwa mereka tergolong berpenghasilan rendah. Sedangkan istrinya
(ibu hamil) pada umumnya tidak bekerja.

_.__

Bul. Penelit. Kesehat. 14 ( 2 ) 1986

--

r-.*-.--"
..
,>,

t

'*

-.-I-

25

Keadaan gizi

. . . . .Yayah K . Husaini et al.

Tabel 1. 'ringkat Pendidikan Ibu Hamil dan Suarni
Tingkat pendidikan suami
Tingkat pendidikan
ibu hamil

Tidak
sekolah

SD tidak
SD
tamat
tamat

SLP
tamat

SLA
tamat

Perg.
tinggi*)

Jumlah

N
Tidak sekolah
SD tidak tamat
SD tamat
SLP tamat
SLA tamat
Perguruan Tinggi*
Jumlah

N
%

*
**

21
11
13
0
0
0

27
70
53
3
0
0

53
242
657
37
9
0

7
28
192
48
17
0

2
6
176
61
74
2

0
1
16
12
22
12

358
1107
161
122
14

45
2,4

153
8,2

998
53,3

292
15,6

321
17,l

63

1872**

3,4

110

%

5,9
19,l
59,l
8,6,
65
0, '7

, 100,o

-

sarjana muda ke atas.
130 responden tidak diketahui tingkat pendidikannya.

Lamanya pendidikan (tahun )
Gambar 1.Proporsi Larnanya Pendidikan Formal Ibu Hamil dan Suami.

Eul. Penelit. Kesehat. 14 (2) 1996

Keadaan gizi

. . . . . Yayah K. Husaini et al.

Tabel 2. Penggolongan Pekerjaan Utama Suami
*

Pekerjaan

Jumlah
N = 2002

Keterangan

N

%

1116

55,7

Buruh bangunan, supir, buruh pabrik, kuli harian.

Pedagang kecil

317

15,8

Penjaja keliling (sayuran, ikan, kue-kue), dan warung di
pasar.

Pegawai negeri
Pegawai Bank dan
Perusahaan Umum
Petani
Tak bekerja tetap

310

15,5

Golongan I dan 11.

41
32
186

2,l
1,6
9,3

Buruh

Golongan rendah.
Petani penggarap.
Masih ikut orang tua, baru menikah dan belum mempunyai pekerjaan tetap.

c. Status I ~u
Responden yang diteliti pada umumnya masih bersuami. Hanya 1 orang yang
sudah bercerai dan 1 orang yang suaminya meninggal.
d. Perurnahan
Tabel 3 menggambarkan keadaan rumah tempat tinggal responden, berdasarkan proporsi yang banyak, diurut dari
yang terbanyak. Di luar dari jumlah yang
digambarkan dalam Tabel 3, termasuk
lain-lain, yang sebagian berdasarkan campuran dari kriteria-kriteria yang disebutkan dalam Tabel 3, atau kurang jelas pengelompokannya.
Keadaan perumahan pada umumnya
tergolong cukup baik, walaupun sederhana. Sebagian terbesar berdinding bata-

Bul. Penelit. Kesehat. 14 ( 2 ) 1986

ko, berlantai semen, dan berlangit-langit
gedek yang terbuat dari anyaman bambu.
Sebanyak 61,6 % (N = 1208) sudah mempunyai penerangan listrik, dan 59,5%
(N = 994) yang menggunakan sumur sendiri sebagai sumber air minun. Hanya
sebagian kecil yaitu kurang dari 5%
yang mempunyai kendaraan sepeda motor
atau mobil. Sebanyak 33,2 % (N = 555)
mempunyai televisi; dan 35,5 % (N = 594)
mempunyai radio. Karena bahan bakar
kayu sudah mulai langka, maka umumnya minyak tanah yang digunakan. Tempat buang air besar masih di sungai,
dan baru 27,9% (N = 466) yang mempergunakan kakus dengan "septictank"
Luas ruangan per-anggota rumah tangga
umumnya masih tergolong sernpit, yaitu
hanya sebanyak 22,8% (N = 381) yang
mempunyai ruangan 1 0 m2 per kaput.

Keadaan gizi . . . . . Yayah K. Husaini e t al.

Talbel3. Keadaan Rumah Meluarga *)
--

-

Keadaan perumahan

Jumlah * * ) N

1671

=

Konstruksi rumah
Dinding

.

-

Lantai

:

-

-

batako
bambu dan batako
bambu
tegel
semen
tanah

Langit-langit

.

eternit
- gedek (anyaman bambu)
- tanpa langit-langit

Penerangan

.

-

listrik
minyak tanah
petromak

-

minyak tanah

-

kayu bakar

-

10 m2
7-9m 2
4-6m 2

-

Bahan bakar

.

Luas bangunan perorang (m2)

:

Fasilihs sanitasi
Tempat buang air besar

:

-

kakus berseptic-tank
kakus cemplung
sungai

Air minum

.

-

ledeng

-

sumur sendiri
mata air

.-

Pemilikan barang berharga
Status rumah tinggal

.

-

-

rumah scndiri
serumah dc.ngan orang t.11n
menempat,i rumah k(,ltr:~rtn;~

-

kontrak/scwa

726
559
228
144
555
594
522

33,2
35,5
31,2

18

1,1
3,s
93,9

-

Alat hiburan (TV atau Radio)

:

-

T.V.
Radio
tidak punya

Kendaraan bermotor

.

-

mobil
sepeda motor
tidalr punyn

--

..

--.

63
1569

*) Hanya diperlihatkan proporsi yang dalam j * ~ m l a ha?
h
al.
**) 3 3 1 keluarga tidak dikunjungi karena berbagai asala-., r-nisnlnya k:ireiia ' I 1 3 1 ~t,ernln,
survai konsumsi, a t a u tidak melaporkan kelahirannya hayinya, atau lain-ln~nnya

a

43,4
33,5
13,6
S ,6

il 24 bulan adalah
37,9% (N = 554).

Tabel 9. Jumladi Ibu Harnil BerJasarkan Jarak Kehamilan
Jarak kehamilan ini dengan
kelahiran terakhir

(

N

Jumlah
= 1463 )

<

6 bulan
7 - 12 bulan
13,- 24 bulan
> 24 bulan

.1. Tekanan Darah

Pada Tabel 1 0 dapat dilihat bahwa
sebesar 3,6% (N = 41) ibu hamil mempunyai tekanan darah diastole > 90 mm
Hg, dan 2,296 (N = 20) mempunyai te-

ltanan darah systole 3 150 mm Hg. Jumlah ibu harnil yang mempunyai tekanan
darah diastole > 90 mm Hg dan systole
3 150 mm Hg adalah sebesar 1,6%
(N = 18).

Tabel 10. Jurnlah b u Hamil menurut Xeadaan Tekanan Darah pada
Trimester Ketiga
Diastole
Systole

Jumlah

(mm Hg)

(mm Hg)

80-120
130- 140
150- 170
> 170

119
0
0
0

Jumlah ( N )

119
10,4

(%)

(mm Hg) (mm Hg)
388
1
0
0
389
33,9

Rul. Penelit. Kesehat. 1 4 (2) 1986

462
52
1
1
516
45,O

(mm Hg)
9
68
5
0
82
7,1

(N)

(50%)

0
23
16
2

978
144
17
3

85,3
12,5
199
0.3

41
3,6

1147

(mm Hg)

100,o

33

Keadaan gizi . . . . . Yayah K , Husaini et al.

e. Kadar Hemoglobin d m Hematokrit
Gambar 3 memperlihatkan kadar hemoglobin (Hb) dan hematokrit (Ht)
berdasarkan umur kehamilan. Keduaduanya menunjukkan penurunan yang serupa
dengan bertambahnya umur kehamilan.
Kadar Hb rata-rata turun dari 1 1 , l g%

9--12

menjadi 10,O g%, dan kadar Ht rata-rata
turun dari 34,576 menjadi 30,796 selama
kehamilan. Persentase ibu hamil yang
menderita anemi ( < 11,O g%) pada trimester ketiga cukup besar yaitu 74,596
(N = 1021). Di antaranya terdapat 5,570
dengan kadar Hb < 8,O g%.

17.20
25-28
Umur keharnilan (minggu)

33-36

Garnbar 3. Kadar Hemoglobin Rata-rata d m Kadar Hematokrit
Rata-rata berdasarkan Umm Kehamilan.

Keadaan gizi

f.

. . . . . Yayah K. Husaini e t al.

Protein dalam urin

Tdbel 11 memperlihatkan hasil pemeriksaan protein dalam urin yang hanya
dilakukan pada trimester ketiga. Dari
1373 ibu hamil yang diperiksa hanya
100 (7,3%) ibu hamil yang rnenunjukkan protein positif dalam win.
Tabel 11.

bay i dengan BBLR.
Pada risiko mediko-obstetrik tercatat
faktor-faktor riwayat kesehatan yang diketahui pada kunjungan pertama. Ini
meliputi : 1 ) pernah menderita sakit
kuning, tbc, atau typhus, 2 ) pernah keguwran, 3) pernah melahirkan kurang

Jumlah Ibu Hamil menurut Hasil Pemeriksaan Protein dalam
Urin pada Trimester Aetiga.

-Protein dalam urin
Positip
Negatip

Sebagai tambahan dapat dikemukakan
di sini, bahwa dari sebanyak 1373 ibu
hamil, hanya ditemukan satu orang yang
menderita ekslampsia, yang melahirkan
bayi dengan berat badan lahir sebesar
1,35 kg. Sampai umur satu bulan, bayi
ini masih hidup.
g. Proses persalinan
Dari 1384 bayi lahir hidup yang dapat ditimbang berat bayi lahirnya, sebanyak 94,4% ( N = 1307) adalah kelahiran normal. Persentase responden yang
mengalami kesukaran pada waktu melahirkan (proses partus lama, bayi asphyksia,
ketuban pecah dini dan lain-lain) adalah
kecil, berkisar antara 0,4 - 6,2%.

3. Berat Bayi h h i r Rendah (BBLR)
: d a m Huaungannya dengan Faktor
Resiko Sosio-Demografi dan Mediko
0dstetrik.
Pada Tabel 1 2 tampak faktor-faktor
yang berperan terhadap berat bayi lahir
rendah (BBLR). Pada risiko sosio-demografi tercatat faktor pendidikan ibu.
Wanita-wanita hamil dengan pendidikan
Sekolah Dasar 1 - 3 tahun atau buta
huruf tinggi kemungkinannya melahirkan
Bul. Penelit. Kesel~at.1 4 ( 2 ) 1986

N (

=

1373)

%

100

7,3

1273

92,7

bulan, 4 ) pernah melahirkan bayi dengan BBLR, 5 ) dan jarak antara kehamilan yang terakhir ,< 6 bulan. Mereka itu
tinggi
kemungkinannya
melahirkan
BBLR.
Faktor-faktor lainnya yang berpengaruh terhadap kemungkinan BBLR, yang
dapat dicatat pada pengamatan selama
hamil terutama pada trimester ketiga,
adalah : 1 ) kadar HI:, < 8 g%, 2) tekanan
darah systole >, 1 5 0 mm Hg atau diastole
> 9 0 mm Hg disertai dengan protein
dalam urin positif dan edema.
Ketiga kelompok risiko tersebut di
atas, yaitu pendidikan ibu, riwayat kesehatan yang diketahui pada kunjungan
pertama, dan faktor-faktor yang diamati
selama hamil, berdasarkan uji Khi Kuadrat
masing-masing nyata peranannya (P <
0.05) terhadap BBLR. Sedangkan faktorfaktor lain, yaitu umur ibu dan nomor
urut lahir, serta faktor-faktor lainnya
yang diketahui sewaktu melahirkan, seperti lahir sungsang, partus lama, ketuban
pecah dini, pendarahan pada waktu
melahirkan, dan lain-lain, tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dalam hubungannya dengan BBLR.

Keadaan gizi . . . . . Yayah K . Husaini et al.

Tabel 12.

Ibu Hamil dengan Risiko Tinggi yang Dikelompokkan Berdasarkan
Berat Bayi Lahir
Berat bayi lahir

Macam Risiko

B.

24,6
32,6

298
65

25,O
5,4

Medikoabstetrik :
- Diketahui pada kunjungan pertama*

123

89,l

173

14,5

105
28

76,l
20,3

325
234

27,2
19,6

2.500 g dan

3 2.500 g.

Diketahui pada pengamatan selama
hamil*
Diketahui pada waktu melahirkan

Berbeda nyata (P

< 0 . 0 5 ) antara bayi dengan herat lahir <

4. Konsumsi Energi dan Zat-zat Gizi
Gambar 4 melukiskan tentang konsumsi energi, protein dan besi dari responden dibandingkan dengan kebutuhan
ibu hamil memnurut "Dietary Allowances" (RDA) yang ditetapkan untuk keperluan nasionalll.
Konsumsi energi
hanya sekitar 70% dari RDA pada trimester pertama dan kurang lebih 80% masingmasing pada trimester kedua dan ketiga.
Konsumsi protein 85% dari RDA pada
trimester pertama dan 100% masingmasing pada trimester kedua dan ketiga.
Konsumsi energi tidak memenuhi kebutuhan sehari-hari yang dianjurkan. Sebaliknya protein dapat mencapai jumlah
yang cukup untuk kebutuhan ibu hamil.
Konsumsi zat besi adalah yang paling
rawan, yaitu hanya kurang lebih 50%
dari kebutuhzn yang dianjurkan dalam
RDA. Kekurangan ini merupakan yang
terbanyak dibandingkan dengan konsumsi
zat-zat gizi lainnya. Konsumsi vitamin
A, vitamin B1 dan kalsium memenuhi
100% RDA.
36

( N = 1194)

34
45

-

*

3 2.500 g

2.500 g
(N = 138)

Umur ihu dan nomor urut anak lahir
Pendidikan Ibu*

-

-

<

-

-

PEMBAHASAN
Berat bayi lahir erat hubungannya
dengan keadaan gizi dan kesehatan ibu
hamil. Apabila keadaan gizi dan kesehatan ibu selama hamil kurang baik, maka
terjadi retardasi pertumbuhan janin dalam
kandungan. Janin menderita keadaan kurang gizi, dan pada saat lahir bayi itu
mempunyai berat bayi yang rendah.
Berbagai macarn faktor dapat berpengaruh
terhadap terjadinya berat bayi lahir rendah (BBLR), inisalnya faktor sosio-demografi, mediko-obstetrik, dan makanan
ibu.
Jika terjadi perubahan sosio-ekonomi,
mediko-obstetrik, dan kebiasaan makan
ke arah yang positif, maka keadaan gizi
cian kesehatan ibu hamil dapat ditingkatkan, yang berakibat angka BBLR dapat
diturunkan. Informasi yang disajikan di
sini lebih mengarah kepada usaha preventif dibanding kuratif. Pengetahuan terhadap karakteristik dari suatu populasi,
misalnya karakteristik dari populasi pengH I I ~Penelit.
.
Kesehat. 14 ( 2 ) 1986

Keadaan gizi . . . . . Yayah K . Husaini et al.

gunaan UPGK (Usaha Perbaikan Gizi
Keluarga) atau karakteristik dari populasi
pengunjung Puskesmas, sangat diperlukan
untuk usaha-usaha meningkatkan pengetahuan dan perubahan sikap dalam peranserta untuk pembinaan gizi dan kesehatan
ibu hamil.

umum pendidikan wanita hamil yang diselidiki ternyata rendah. Sebanyak 78,796
(N = 1575) wanita hamil dan 59,796
(N = 1196) suami berpendidikan Sekolah
Dasar (SD) atau lebih rendah (termasuk
buta huruf). Gambaran pendidikan dari
masyarakat yang diselidiki ini tidak ber-

RDA

T M I = Trimester I (N = 98)
TM I1 = Trimester I1 (N = 241)
T M I11 = Trimester I11 (N = 193)
RDA = Recommended Dietary
Allowances

Kalori
Gnmbar 4.

Protein

Besi

Konsumsi Elata-rata Icalori, Protein dan Besi pada Tiap Trimester.

Pendidikan merupakan salah satu faktor untuk menentukan tingkat peranserta masyarakat. Selain itu pendidikan
Yang rendah, terutama yang tidak bisa
n-m-nbaca (buta hwuf) berpengaruh nyata
terhadap kemungkinan wanita hamil me]ahirkan bayi dengan BBLR. Keadaan
Bul. Penelit. Kesehat. 14 ( 2 ) 1986

beda dengm g a b m a n pendidikan ibu
pengguna di beberapa propinsi daerah
Usaha Perbaikan Gizi Keluarga ( u P G K ) ~ ~ .
Dengan demikian hasil akhir penelltian
ini dlharapkan bermanfaat untuk menunjang program UPGK, dalam hubungannya
dengm kesehatan ibu hamil sebagai uPaYa

37

Keadaan gizi . . . . . Yayah K. Husaini et a1

menurunkan angka BBLR.
Dilihat dari macam pekerjaan suami,
pada umumnya mereka tergolong berpenghasilan rendah, Yang terbanyak adalah
sebagai buruh, kemudian diikuti
pedagang kecil dan pegawai negeri golongan I dan 11. Rendahnya kedudukan tingkat dan macam pekerjaan ini adalah akibat dari tingkat pendidikan yang juga
rendah. Mayoritas pengunjung Puskesmas
memang umumnya berasal dari golongan
inil4.
Ada empat elemen penting dalam
menilai partisipasi, yaitu kapan dilakukan
pemeriksaan kehamilan yang pertama,
berapa kali selama hamil memeriksakan
kesehatannya, di mana diperiksakan kehamilannya (Rumah Sakit, Puskesmas,
rumah bidan, rumah dukun), dan macam
pelayanan yang diberikan. Yang termasuk
kunjungan untuk pemeriksaan yang dini
adalah dimulai sebelum umur kehamilan 1 2 minggu, yang sedang antara 1 2 - 27
minggu, dan yang lambat sesudah 28
minggu. Jumlah kunjungan yang dianggap terbaik adalah lebih dari 8 kali, yang
cukup antara 5 - 8 kali. dan yang kurang
adalah kurang dari 5 kalil5. Ibu-ibu yang
biasanya menunda pemeriksaan kehamilannya yang lebih awal, juga adalah ibuibu yang jumlah pemeriksaan kehamilannya yang paling sedikitl5.
Derajat partisipasi ibu hamil dalam
perawatan antenatal dalam hal-ha1 tertentu berhubungan dengan faktor pendidikan. Latar belakang pendidikan ibu
yang rendah menyebabkan pengetahuan
tentang gizi dan kesehatan selama hamil
juga rendah. Selain itu dorongan dari
suami (yang juga berpendidikan rendah)
untuk memeriksakan kehamilan juga rendah.
Salah satu usaha dalam penyuluhan
gizi dan kesehatan ibu hamil, adalah memberikan kesadaran dan motivasi dengan
cara-cara yang mudah dimengerti, agar
mereka memeriksakan kehamilannya di
Puskesmas atau d i tempat lain sedir~i
38

mungkin dan secara teratur. Usaha preventif berupa penyuluhan dapat pula
dilakukan di media massa, misalnya melalui radio dan televisi. Pada penelitian
ini, walaupun mereka sebagian besar tergolong berpenghasilan kurang mampu,
ditemukan sebanyak 33,270 mempunyai
televisi, dan 35,570 mempunyai radio.
Komunikasi melewati kedua macam massmedia ini, sangat penting dalam mendemonstrasikan cara-cara praktis pemeliharaan kesehatan antenatal, mengingat jangkauannya yang sangat lua!. Selain itu
usaha-usaha PKK (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga) clan kegiatan-kegiatan Dharma Wanita akan banyak membantu keberhasilan pendidikan gizi dan kesehatan,
apabila diikutsertakan dan diarahkan dengan sebaik-baiknya.
Usaha-usaha meningkatkan partisipasi
ibu dalam perawatan antenatal ini menjadi
lebih penting lagi temtama terhadap ibuibu hamil yang tidak pernah bersekolah
atau hanya sekolah SD selama satu sampai
tiga tahun, pernah menderita sakit menahun sebelum hamil, pernah aborsi atau
keguguran, pernah melahirkan bayi prematur, pernah melahirkan bayi dengan
berat lahir rendah, preekslampsia, dan
jarak kehamilan terakhir kurang dari 6
bulan. Demikian pula terhadap ibuibu hamil yang mempunyai kadar Hb
< 8g70 atau sangat pucat, tekanan darah
systole 3 150 mm Hg dan diastole > 90
mm Hg, dan terjadi perdarahan. Ibu-ibu
hamil yang menunjukkan salah satu atau
lebih tanda-tanda tersebut di atas dikelompokkan sebagai ibu-ibu yang mempunyai risiko tinggi terhadap kemungkinan melahirkan bayi dengan berat lahir
rendah ( < 2500 g). Usaha ini dapat
dilakukan dengan lebih memperhatikan
ibu-ibu hamil yang datang ke Posyandu/Puskesmas dengan karakteristik di
atas, memantau terus usaha penyuluhan
gizilkesehatan, pemberian PMT dan lain3x11. Penelit. Krsehst. 1 4 (2) 1986

Keadaan gizi

. . . . . Yayah K. Husaini e t al.

lain, sehingga risiko untuk melahirkan
bayi dengan BBLR dapat dihindari.
Kenaikan BB ibu pada minggu-minggu
pertama kehamilan adalah rendah. Pada
masa itu secara fisiologis pertumbuhan
bayi baru pada taraf pembelahan sel-sel,
mulai pembentukan organ-organ. Pada
umumnya juga terjadi anorexia, muntah,
dan lain-lain8. Apabila BB ibu pada umur
kehamilan 4 minggu dianggap sama dengan BB ibu sebelum hamil, maka ratarata kenaikan BB selama kehamilan adalah 7,78 kg -+ 2,63 kg (SD). Kenaikan
berat badan sebesar 7,78 kg ini kurang,
karena selama deposit di dalam badan ibu
yang sedikit, juga prevalensi BBLR adalah tinggi yaitu 10,4% dibandingkan
dengan angka nasional yang juga tinggi
yaitu 14%.l6
Kurangnya kenaikan BB selama kehamilan ada hubungannya dengan konsumsi kalori yang rendah. Pada penelitian
ini konsumsi kalori hanya + 80% RDA.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu-ibu yang berasal dari
tingkatan sosio-ekonomi yang lebih baik
cenderung melahirkan bayi yang lebih
besar dibandingkan dengan ibu dengan
keadaan sosial-ekonomi yang lebih rend&8,17. Hal ini mungkin disebzbkan oleh
kumulasi dari faktor-faktor yang berkaitan dengan gizi selama tahun-tahun reproduksi. Sedikit saja pengaruh dari makanan selama kehamilan. Habicht melaporkan bahwa suplementasi kalori selama
kehamilan meningkatkan BB bayi yang
dilahirkan, tetapi suplementasi protein
hanya mempunyai pengaruh sedikit, kecuali bila ditambahkan juga kaloril8.
Pendapat Habicht ini sejalan dengan hasil
pencatatan konsumsi zat-zat gizi pada
penelitian ini. Pada penelitian ini ditemukan konsumsi protein yang cukup. Berdasarkan data ini penarnbahan kalori
dalam menu sehari-hari ibu hamil lebih
Bui. Penelit. Kesehat. 14 ( 2 ) 1986

tepat, di samping harganya juga jauh lebih
murah.
Seperempat dari konsumsi protein
berasal dari hewan. Sebagian besar sumber
protein hewani ini berasal dari ikan, terutama ikan asin, dan hanya sedikit berasal dari daging. Konsumsi daging yang
sedikit ini berhubungan dengan rendahnya absorpsi zat besi. Absorpsi besi akan
meningkat tinggi apabila ada daging dalam
menu makanan 19. Keadaan rendahnya
absorpsi zat besi ini diperberat keadaannya oleh kenyataan bahwa jumlah besi
yang berasal dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari hanya sebesar 50%
dari RDA. Hal ini berakibat prevalensi
wanita hamil yang anemia menjadi sangat
tinggi, yaitu sebesar 74,5% pada trimester
ketiga. Dengan demikian pemberian tablet
tambah darah pada ibu hamil perlu mendapat perhatian.
Dari data hasil penelitian ini, maka
dalam program untuk meningkatkan pemeliharaan kesehatan prenatal, karakteristik ibu hamil yang melingkupi : 1)sosiodemografi, 2) mediko-obstetrik, dan 3)
konsumsi makanan, perlu diketahui agar
supaya usaha yang dijalankan mendapat
hasil yang optimal.

UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih banyak kami sampaikan
kepada Sdr. Susilowati Herman, MSc,
Sdr. Sri Mulyati Basuki, BSc, Sdr. Astuti
Lamid, BSc., Sdr. Hermina, BSc, Sdr. Drs.
Almasyhuri, Dr. S.T. Hudono, Dr. Barizi,
Dra. S. Martoatmodjo, Abas B. Jahari,
MSc, dokter-dokter Puskesmas d i Kotamadya dan Kabupaten Bogor, serta semua
anggota tim penelitian "Keadaan Kesehatan dan Gizi Ibu Hamil" atas jasa dan budibaiknya sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik.

39

Keadaan gizi

. . . . . Yayah K. Husaini et al.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Miller, B.C. and Hassanein, K. Fetal malnutrition in white newborn infants : maternal
factors. Pediatrics, 52 : 504 - 512,1973.

11. LIPI. Widya Karya Nasional Pangan dan
Gizi. Buku I : Laporan Umum dan Kesimpulan Subtema, hal. 28,1979.

Stein, Z. and Susser, M. The Dutch Famine,
1944 - 1945 and the repreductive process.
11. Interrelations of caloric rations and six
indices at birth. Pediatr. Res. 9 : 76-83,
1975.

12. Scott;-K.E. and Husher, R. Fetal malnutrition: Its incidence, causes and effects. Am.
J . Obstet. Gynec., 94 : 951 - 959, 1966.

Lechting, A, Habicht, J.P., Delgado, H.,
Klein, R.E., Yarbrough, C. and Martorell,
R. Effect of food supplementation during
pregnancy on birth weight. Pediatrics 56 :
508 - 520,1975.
Moro, J.O., de Predes, B., Wagner, M. Nutritional supplementation and outcome of
Pregnancy. I. Birth weight. Am. J. Clin.
Nutr. 32 : 455 -462,1979.
Picone, T.A., Allen, L.H., Olsen, P.N. and
Ferris, M.E. Pregnancy outcome in North
American Women. 11. Effects of diet, cigarette smoking, stress, and weight gain on
placenta, and on neonatal physical and behavioural characteristics. Am. J. Clin. Nutr.
36 : 1214 - 1224,1982.
Jelliffe, D.B. The assessment of the nutritional status of the community. WHO, Geneva,
1966.
Direktorat Gizi Dep. Kes. Daftar Komposisi
Bahan Makanan (DKBM). Jakarta, 1972.
National Academy of Science, Committee
on Maternal Nutrition/Food and Nutritional
Board. Maternal nutrition and the course
of pregnancy. Washington, D.C. 1970.
Chase, H.C. A study of risk, medical care,
and infant mortality. Part I. Selected Substantive Results, p. 3-17. American Public
Health Association, Washington, D.C., 1973.
,

13. Martoatmodjo, S., Zein Sulaiman, Herman
Sudiman, Sandjaja, Almasjhuri, dan Endi
Ridwan. Studi Evaluasi Usaha Perbaikan
Gizi Keluarga. Penelitian Gizi dan Makanan,
Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi,
jilid 5 : 1, 1982.
14. Suwarna. Program dan pelaksanaan Puskesmas. Disampaikan pada Pertemuan Dokter
Ahli Kebidanan, Jakarta 26 - 28 Desember,
1985.
15. Chase, H.C., Frieda, G. and Nelson, B.A.
Education of mother, medical care and
condition of infant. A study of risks, medical care, and infant mortality, p. 27-40.
American Public Health Association, Washington, D.C., 1973.
16. Departemen Kesehatan R.I. Sistem Kesehatan Nasional, Cetakan 2, Jakarta, 1982.
17. Naeye, R.L., Blance, W., and Paul, C. Effects
of maternal nutrition on human fetus.
Pediatrics, 52 : 494--503, 1973.
18. Habicht, J.P., Yarbrough, C., Lechtig, A.
and Klein, R.E. Evidence for fetal malnutrition in the human, an intervention study.
Nutr. Int., 7 : 533, 1973.
19. Cook, J.D., Finch, C.A. and Nathan, J.S.
Evaluation of the iron status of a population. Blood 48 : 449,1976.

Habicht, J.P. Standarization de methods
epidemiologicos cuantitativos sobre et terreno. Boletin de La Oficina Sanitaria Panamericana, Mayo 1974, Ano 53, vol LXXVI,
No. 5 : 365 - 384.

:'.ul. Penelit. Kesrhat. 1 4 ( 2 ) 1986