program kerja KKN di kec. Rantau pulung

I. IDENTIFIKASI PERMASALAH

  Tabel 1. Identifikasi permasalahan di Desa Kebon Agung Sumber

  No Permasalahan Lokasi (P/M/D)

  1. Bangunan rumah jamur yang Jalur 5 D tidak lagi dimanfaatkan

  2. Menumpuknya limbah kulit Jalur 1 D singkong di sekitar Pabrik

  Cassava Mandiri Sejahtera

  Desa Kebon Agung M Minimnya pengetahuan terkait 3. pemanfaatan dan pengolahan limbah kulit singkong

  Desa Kebon Agung M Kualitas air sumur yang kurang 4. baik

  M Desa Kebon Agung

  Harga hasil perkebunan sawit, 5. karet dan singkong gajah dibawah standar (murah)

  M RT. 05 Melimpahnya limbah 6. penggilingan padi (kulit padi/sekam)

  M RT. 05 Pengetahuan pemanfaatan 7. terhadap limbah kulit padi masih kurang

  M Desa Kebon Agung

  Kurangnya tanaman 8. holtikultura.

  Desa Kebon Agung P Karangtaruna kurang aktif 9. dalam kegiatan masyarakat.

  Desa Kebon Agung M 10.

  Kurangnya Pengetahuan pengolahan hasil pertanian khususnya singkong gajah

  Desa Kebon Agung D 11.

  Belum adanya pembinaan teknik pengemasan dan pembuatan label pada produk

  home industry

  Desa Kebon Agung M

  Minimnya pengetahuan dalam 12. berwirausaha

  Desa Kebon Agung M

  Kurangnya lahan untuk 13. pertanian.

  Desa Kebon Agung P

  PPL kurang aktif dalam 14. membimbing kelompok tani.

  • P : Perangkat desa, M: Masyarakat, D: Dinas instansi vertikal/stakeholder Sumber : Masyarakat Desa Kebon Agung, 2018

II. PRIORITAS PEMILIHAN PERMASALAHAN

  Tabel 2. Prioritas pemilihan permasalahan program kerja

  No Permasalahan Alasan Pemilihan Kesesuaian Bidang Ilmu 1.

  2 Menumpuknya limbah kulit singkong di sekitar Pabrik Cassava Mandiri Sejahtera Belum adanya pembinaan teknik pengemasan dan pembuatan label pada produk home industry

  a. Salah satu potensi Desa Kebon Agung ialah Singkong gajah b. Terdapat pabrik tapioka

  Sehingga limbah kulit singkong menumpuk c. Minimnya pengetahuan akan pemanfaatan limbah kulit singkong

  d. Dapat dijadikan sebagai usaha hasil olahan yang sifatnya tahan lama

  a. Terdapat beberapa Home

  indsutry di Desa Kebon

  Agung

  b. Minimnya pengetahuan terkait pemilihan dalam teknik pengemasan dan

  

labelling

  c. Kurangnya pembinaan terkait teknik pengemasan dan

  

labelling

  Sesuai Sesuai

  Sumber : Masyarakat Desa Kebon Agung, 2018

III. RENCANA PROGRAM KKN-STIPER KUTAI TIMUR

  Tabel 3. Rencana program KKN-STIPER Kutai Timur

  No Nama Program Waktu Pelaksanaan Sasaran Sumber Dana (M/SM/S/P/L)* 1.

  2. Pemanfaatan limbah kulit singkong menjadi produk olahan krupuk kulit singkong Sosialisasi teknik pengemasan dan

  labelling produk

  7 Hari

  1 Hari Ibu-Ibu PKK,

  Home industry,

  dan ibu-ibu kampung KB Ibu PKK, Home

  industry, dan ibu-

  ibu kampung KB M M

  • *M : Mandiri SM : Swadaya Masyarakat S : Instansi Swasta P: Instansi Pemerintah L : Sumber dana

    lainnya Sumber : Masyarakat Desa Kebon Agung, 2018

  Tanggal : 7 September 2018 Mengetahui, Kepala Desa Kebon Agung Ketua Kelompok Mahasiswa

  Suwanan Bagus Wahyu P Dewi Aswatika 13542111000865 15412011000583

IV. PELAKSANAAN KEGIATAN INDIVIDU

  

4.1 Program Kerja I Pemanfaatan Limbah Kulit Singkong Menjadi Produk

Olahan Krupuk Kulit Singkong

4.1.1 Latar belakang

  Hampir setiap kegiatan manusia menghasilkan limbah (sampah). Dimana dengan produksi limbah yang berlebihan dapat menimbulkan masalah bagi lingkungan. Selain baunya yang tidak sedap, sampah sering dihinggapi lalat. Dan juga dapat mendatangkan wabah penyakit. Oleh karena itu dibutuhkan penanganan serta pengelolaan limbah, agar tidak menimbulkan dampak yang lebih besar lagi kepada masyarakat. Dalam pemecahan masalah limbah perkotaan dengan melihat limbah sebagai sumberdaya yang harus dimanfaatkan. Selama ini bagi masyarakat, limbah dianggap tidak berguna lagi. Namun, sebenarnya limbah juga bisa diubah menjadi barang yang bermanfaat serta dapat bernilai ekonomis.

  Desa Kebon Agung merupakan salah satu desa kecamatan yang terdapat pabrik pengolahan singkong hal tersebut didasarkan karena singkong gajah merupakan salah satu potensi unggulan di kecamatan rantau pulung khususnya Desa Kebon Agung. Pabrik Cassava Mandiri Sejahtera tersebut mengelolah singkong menjadi tepung tapioka dimana yang dimanfaatkan hanya daging singkong saja, sehingga limbah berupa kulit singkong hanya ditumpuk dan biasanya juga hanya dijadikan sebagai pakan ternak.

  Dalam kehidupan, singkong merupakan umbi yang tidak asing lagi buat kita. Kita sering melihat singkong yang diolah menjadi makanan. Baik itu makanan pokok pengganti nasi maupun diubah menjadi cemilan. Pemanfaatan singkong sering kali menghasilkan sampah yang secara tidak langsung dapat mencemari lingkungan. Salah satu pengelolaan limbah singkong adalah dengan memanfaatkan kulit singkong yang biasanya terbuang percuma menjadi produk yang bernilai ekonomi dan memiliki nilai tambah, sehingga mahasisa KKN STIPER Kutai Timur merasa perlu memanfaatkan kulit singkong ini dengan pengolahan berupa produk makanan yaitu kerupuk kulit singkong.

4.1.2 Tinjauan pustaka

  Kulit singkong merupakan limbah organik produk tanaman singkong (Manihot utilissima Pohl.) yaitu limbah pangan utama di negara berkembang. Setiap kilogram ubi kayu biasanya dapat menghasilkan kulit 15-20% dari total berat ubi kayu tersebut. Selama ini yang hanya dimanfaatkan sebagai pupuk maupun penambah makanan ternak, padahal kulit singkong dapat diolah menjadi produk-produk makanan yang mampu menjadi peluang usaha misalnya produk awetan kering kulit singkong yaitu keripik kulit singkong dengan berbagai rasa, selain itu kulit singkong dapat dibuat menjadi tape kulit singkong.

  Rukmana (1997), menyatakan bahwa komponen kimia dan gizi pada 100 gram kulit singkong adalah sebagai berikut: protein 8,11 gram, serat kasar 15,2 gram, pektin 0,22 gram, lemak 1,29 gram, kalsium 0,63 gram, sedangkan komponen kimia dan gizi daging singkong dalam 100 gram adalah protein 1 gram, kalori 154 gram, karbohidrat 36,8 gram, lemak 0,1 gram sehingga dapat disimpulkan bahwa kandungan protein singkong lebih rendah dibandingkan kulit singkong

  Kulit singkong merupakan limbah dari tanaman singkong yang memiliki karbohidrat tinggi yang dapat digunakan sebagai sumber bagi ternak. Persentase jumlah limbah bagian luar sebesar 0,5-2% dari berat total singkong segar dan limbah kulit bagian dalam sebesar 8-15%. Limbah dari singkong ini mengandung beberapa komposisi 74,73% nutrisi, 17,45% bahan kering, 15,20% serat kasar, 0,63% Ca, 0,22% P ( Sudaryanto,1998).

  Berdasarkan bentuknya sampah digolongkan menjadi sampah organik, anorganik, dan sampah berbahaya. Maka kulit singkong ini tergolong dalam sampah organik, karena sampah ini dapat terdegradasi (membusuk/hancur) secara alami. Oleh karena pengolahan dari sampah yang dapat terdegradasi ini sangat membantu dan meminimalisasi sampah yang harus dibuang ke tempat pembuangan akhir. Padahal, dengan mengelola sampah besar ditingkat lingkungan terkecil seperti RT atau RW, dengan membuatnya menjadi kompos atau olahan makanan maka paling tidak volume sampah dapat dikurangi. Apalagi kulit singkong sering dianggap remeh dan menjadi limbah rumah tangga padahal banyak bermanfaat yang didapat dari kulit singkong.

  4.1.3 Waktu dan tempat pelaksanaan

  Kegiatan pengolahan produk krupuk kulit singkong ini dilaksanakan pada hari jumat-rabu, 23-29 Agustus 2018. Adapun demonstrasi masak dilaksanakan pada hari senin, 27 Agustus 2018 pada Pukul 09.00- 13.00 WITA bertempat di Posyandu Desa Kebon Agung Kecamatan Rantau Pulung.

  4.1.4 Metode pelaksanaan

  Metode pelaksanaan kegiatan dilaksanakan dalam dua tahapan, yaitu penyuluhan dan praktek pembuatan produk (demontrasi produk). Penyuluhan dilakukan pada seluruh peserta, menjelaskan proses kerja pembuatan produk secara menyeluruh. Pada tahapan pembuatan produk dilakukan secara bersama- sama dengan ibu-ibu Desa Kebon Agung.

a. Alat dan bahan

1) Alat :

  a) Baskom

  b) Pisau

  c) Blender

  d) Dandangan

  e) Freezer

  f) Loyang

  g) Kompor 2) Bahan : a) Kulit singkong 500 Gram

  b) Tepung tapioka 1 Kg

  c) Royco 2 Bungkus

  d) Bawang Merah 5 Buah

  e) Bawang Putih 8 Buah

  f) Lada 3 gram

  g) Ketumbar 3 gram

b. Prosedur kerja

4.1.5 Estimasi biaya

  1 Kg

  Sumber ; Data primer KKN STIPER 2018

  Total Rp 27.000

  Rp. -

  Rp 500 Rp 1.000

  Rp 15.000 Rp 2.000 Rp 5.000 Rp 3.000 Rp 1.000

  3 Sendok

  3 Gram

  3 Gram

  5 Buah

  8 Buah

  2 Bungkus

  9. Kulit singkong Tepung Tapioka Masako Bawang putih Bawang merah lada Ketumbar Garam Air 500 gram

  h) Air i) Garam

  8.

  7.

  6.

  5.

  4.

  3.

  2.

  

No Bahan Satuan Harga

1.

  Pelaksanan program kerja KKN berupa pengolahan produk krupuk kulit singkong tentunya membutuhkan dana untuk dapat menunjang kegiatan tersebut. Dana yang diperoleh bersumber dari dana pribadi mahasiswa. Biaya yang dikeluarkan untuk program kerja pemanfaatan limbah kulit singkong menjadi olahan produk berupa krupuk kulit singkong adalah sebagai berikut : Tabel 4. Rincian pengeluaran biaya krupuk kulit singkong

  4) Tambahkan Tepung tapioka ke dalam adonan yang sudah dihaluskan

5) Masukan adonan ke dalam loyang kemudian kukus selama 25-30 menit

6) Adonan dimasukkan ke dalam freezer selama 5 jam 7) Pemotongan adonan yang sudah beku 8) Penjemuran selama 3 hari

  (Royco, lada, ketumbar,bawang merah dan bawang putih)

  1) Rendam kulit singkong yang sudah dibersihkan selama 30 menit 2) Rebus kulit singkong 3) Haluskan kulit singkong yang sudah direbus bersamaan dengan bumbu

4.1.6 Pelaksanaan kegiatan

  Program kerja Pengolahan kerupuk kulit singkong membutuhkan waktu selama 5-7 hari pengerjaan, proses yang dilakukan sebelum penjemuran dilakukan demosntrasi masak bersama ibu PKK, Ibu kampung KB (keluarga berencana) dan salah satu Home industry. Sebelum pelakasanaan demonstrai masak peserta mencicipi sampel krupuk kulit singkong yang siap dimakan. Selanjutnya dilakukan percobaan cara pengolahan limbah kulit singkong menjadi krupuk kulit singkong . Kelompok ibu PKK dan kampung KB merupakan organisasi di Desa Kebon Agung yang memiliki program kerja dan aktif berkegiatan sehingga layak menjadi wadah yang baik dalam pengembangan potensi keahlian dalam pengolahan produk pangan yaitu krupuk kulit singkong. Kelompok ibu PKK dan kampung KB ini berperan dalam usaha pengembangan masyarakat.

  Gambar.1 Proses olahan kulit singkong Gambar 2. Produk Krupuk Kulit singkong Dengan adanya inovatif berupa pengolahan krupuk kulit singkong, kini masyarakat Desa Kebon Agung dapat memanfaatkan limbah kulit singkong yang ada sehingga dapat dijadikan sebagai suatu usaha dan sehingga hasil yang diperoleh pada saat budidaya tanaman singkong tidak hanya di peroleh dari hasil jualan daging singkongnya saja melainkan tambahan nilai ekonomi dari pemanfatan kulit singkong yang msih memiliki banyak protein jika dibandingkan dengan dagingnya. Selain itu produk olahan kerupuk kulit singkong juga bersifat tahan lama sehingga tidak ada kekhawatiran terkait umur simpan yang sangat pendek jika terus mengembangkan inovatif krupuk kulit singkong.

4.1.7 Masalah dan solusi

a. Masalah

  Dalam melaksanakan program kerja KKN yaitu pengolahan limbah kulit singkong menjadi produk olahan krupuk kulit singkong terdapat beberapa masalah yang dihadapi diantaranya kurangnya antusias masyarakat untuk menghadiri kegiatan demonstrasi masak yang kami lakukan, kurangnya bahan yang dipersiapkan dalam pelaksanaan demosntrasi masak dikarenakan keterbatasan dana sehingga masyarakat hanya membentuk satu team dalam

b. Solusi

  Dalam pelaksanaan program kerja berupa demonstrasi masak pengolahan limbah kulit singkong menjadi produk olahan krupuk kulit singkong sebelum diadakannya demonstrasi masak sebaiknya mahasiswa KKN mengajak semua masyarakat yang ada di Desa Kebon Agung dan ajakan tersebut seharusnya disampaikan jauh-jauh hari sebelum pelaksanaan demonstrasi masak, agar masyarakat dapat mengatur jadwal kesibukan mereka masing-masing sehingga dapat hadir pada saat kegiatan. Bahan dan alat dipersiapkan terlebih dulu dan dalam menyiapkan bahan mahasiswa KKN sebaiknya bekerjasama dengan kelompok-kelompok ibu PKK, kampung KB dan kelompok lainnya agar bahan dan alat yang dibutuhkan dapat dibantu oleh pihak-pihak kelompok yang diajak kerjasama sehingga bisa lebih banyak persiapannya jika terkait keterbatasan dana.

4.1.8 Kesimpulan dan saran

  a. Kesimpulan

  Dengan gizi berupa protein yang tinggi pemanfatan limbah kulit singkong dapat dilakukan dengan pembuatan krupuk kulit singkong yang sangat menunjang ekonomi masyarakat jika terus dikembangkan.

  b. Saran

  Pemanfaatan limbah kulit singkong sebaiknya tidak hanya dibiarkan menumpuk dan digunakan sebagai pakan ternak melainkan dapat dilakukan inovasi baru terkait pengolahan limbah kulit singkong sehingga dapat meningkatkan ekonomi masyarakat, salah satunya yaitu pengolahan produk pangan krupuk kulit singkong dll.

4.2 Program Kerja II Sosialisasi Teknik Pengemasan dan labelling

4.2.1 Latar belakang

  Pada dasarnya produk segar atau olahan pangan mudah mengalamikerusakan .Untuk menghambat proses tersebut perlu adanya teknik dimana dalam mengurangi proses terjadinya laju transpirasi. Cara yang paling efektif untuk menurunkan laju respirasi adalah dengan menurunkan suhu produk namun demikian beberapa cara tambahan dari cara pendinginan tersebut dapatmeningkatkan efektifitas penurunan laju respirasi. Cara tambahan selain menurunkan suhu dilakukan pengemasan. Dalam industri pangan pengemasan merupakan salah satu cara untuk membantu melindungi bahan pangan dari kerusakan, melindungi bahan yang ada di dalamnya dari pencemaran serta gangguan fisik seperti gesekan, benturan dan getaran mikrobiologis selama pengangkutan, penyimpanan dan pemasaran.Pengemasan menjadi hal yang sangat penting karena akan memudahkan dalam kegiatan transportasi dan penyimpanan.

  Teknologi pengemasan dan pemilihan jenis bhan pengemas dirancang sedemikian rupa sehingga bahan pangan dapat terhindar dari serangan serangga maupun mikroba. Selain itu juga dapat menghasilkan produk pangan yang memiliki daya simpan yang relatif lebih lama dengan kandungan nilai nutrisi yang relatif masih baik. Pengemasan juga dapat meningkatkan nilai tambah bahan yang dikemas seperti bahan atau produk menjadi lebih menarik dan harga jualnya lebih tinggi. Pada dunia pemasaran persaingan merupakan hal yang lumrah dan wajar. Maka dari itu berbagai usaha dilakukan dalam upaya memenangkan persaingan ini. Salah satu diantaranya adalah membuat desain kemasan produk yang menarik sehingga dapat mengundang konsumen untuk membeli produk yang dipasarkan. Desain kemasan belum begitu populer, karena pemahaman tentang manfaatnya belum dirasakan. Disamping itu untuk usaha-usaha mikro dan idustri kecil rumahan, kemasan masih dipandang hanya sebagai pembungkus semata bukan sebagai media pemikat konsumen.

  Demikian juga kemasan masih dianggap penyebab ongkos produksi tinggi. Keberhasilan pemasaran suatu barang, tidak hanya ditentukan oleh mutu barang serta usaha promosi yang dilakukan, tetapi juga dalam upaya yang sama oleh mutu dan penampilan kemasan itu sendiri.

  Desa kebon Agung merupakan salah satu desa dari kecamatan Rantau Pulung yang memiliki paling sedikit lima Home industry pangan, diantaranya; usaha rumahan rengginang singkong, Jamu-jamuan, produksi coklat, produksi bahan baku dari kacang-kacangan, dan keripik singkong. Adapun hasil produk yang dihasilkan hanya menggunakan kemasan yang cepat rusak dan belum meiliki label yang menarik, sehingga mahasiswa KKN merasa perlu mengadakan sosialisasi terkait teknik pengemasan dan labelling.

4.2.2 Tinjauan pustaka

  Kemasan adalah desain kreatif yang mengaitkan bentuk, struktur, material, warna, citra, tipografi dan elemen-elemen desain dengan informasi produk agar produk dapat dipasarkan. Kemasan digunakan untuk membungkus, melindungi, mengirim, mengeluarkan, menyimpan, mengidentifikasi dan membedakan sebuah produk di pasar (Klimchuk dan Krasovec, 2006).

  Menurut Kotler & Keller (2009), pengemasan adalah kegiatan merancang dan memproduksi wadah atau bungkus sebagai sebuah produk. Pengemasan adalah aktivitas merancang dan memproduksi kemasan atau pembungkus untuk produk. Biasanya fungsi utama dari kemasan adalah untuk menjaga produk. Namun, sekarang kemasan menjadi faktor yang cukup penting sebagai alat pemasaran (Rangkuti, 2010).

  Pada dunia pemasaran persaingan merupakan hal yang lumrah dan wajar. Maka dari itu berbagai usaha dilakukan dalam upaya memenangkan persaingan ini. Salah satu diantaranya adalah membuat desain kemasan produk yang menarik sehingga dapat mengundang konsumen untuk membeli produk yang dipasarkan. Daya tarik suatu produk tidak dapat terlepas dari kemasannya. Kemasan merupakan “pemicu” karena ia langsung berhadapan dengan konsumen. Karena itu kemasan harus dapat mempengaruhi konsumen untuk memberikan respon positif. Desain kemasan belum begitu populer, karena pemahaman tentang manfaatnya belum dirasakan. Disamping itu untuk usaha-usaha mikro dan idustri bukan sebagai media pemikat konsumen. Demikian juga kemasan masih dianggap penyebab ongkos produksi tinggi. Keberhasilan pemasaran suatu barang, tidak hanya ditentukan oleh mutu barang serta usaha promosi yang dilakukan, tetapi juga dalam upaya yang sama oleh mutu dan penampilan kemasan itu sendiri.

   

  Saat ini fungsi kemasan kemasan bukan lagi sebagai pelindung atau wadah namun juga merupakan suatu alat promosi dari produk yang dikemasnya (Natadjaja, 2007).

  Faktor-faktor desain kemasan meliputi :

  a. Faktor keamanan : Kemasan harus melindungi produk terhadap berbagai kemungkinan yang dapat menjadi penyebab timbulnya kerusakan barang.

  b. Faktor ekonomi : Perhitungan biaya produksi yang efektif termasuk pemilihan bahan, sehingga tidak melebihi proporsi manfaatnya.

  c. Faktor pendistribusian : Kemasan harus mudah didistribusikan hingga ke tangan konsumen, kemudahan penyimpanan dan pemajangan perlu dipertimbangkan sehingga tidak menyulitkan perletakan di rak atau tempat pemajangan.

  d. Faktor komunikasi: Sebagai media komunikasi kemasan menerangkan dan mencerminkan produk, citra merk dan juga bagian dari produksi dengan pertimbangan mudah dilihat, dipahami dan diingat.

  e. Faktor ergonomi: Pertimbangan agar kemasan mudah dibawa dan dipegang, dibuka dan mudah diambil sangatlah penting.

  f. Faktor estetika: Keindahan ada kemasan merupakan daya tarik visual yang mencakup pertimbangan penggunaan warna, bentuk, merek, ilustrasi, huruf, tata letak dan maskot, tujuannya adalah mencapai mutu daya tarik visual secara optimal.

  g. Faktor identitas: Secara keseluruhan kemasan harus berbeda dengan kemasan lain, memiliki identitas produk agar mudah dikenali dan dibedakan dengan produk lain.

  h. Faktor promosi: Kemasan punya peranan penting dalam bidang promosi, dalam hal ini kemasan berfungsi sebagai ”silent sales person”. i. Faktor lingkungan: Dalam situasi dan kondisi sekarang ini masalah lingkungan sangatlah penting, untuk itu banyak perusahaan yang menggunakan kemasan yang ramah lingkungan dan dapat didaur ulang dan dipakai ulang.

  Secara umum fungsi kemasan adalah sebagai bahan pelindung atau pengaman produk dari pengaruh-pengaruh luar yang dapat mempercepat terjadinya kerusakan pada setiap jenis produk yang terdapat di dalamnya serta dapat meningkatkan harga jual. Adapun fungsi pelabelan yaitu sebagai media atau sarana informasi dan promosi dari produk yang ditawarkan yang ada di dalam kemasan.

  4.2.3 Waktu dan tempat pelaksanaan

  Kegiatan ini dilaksanakan pada hari senin, 27 Oktober 2018 Pukul 12.00-

  13.00 WITA bertempat di Posyandu Desa Kebon Agung Kecamatan Rantau Pulung.

  4.2.4 Metode pelaksanaan

  Program Sosialisasi pengemasan dan pelabelan ini dilaksanakan selama satu hari setelah melaksanakan demonstrasi masak kerupuk kulit singkong. Contaoh label yang sudah dicetak dengan desain menggunakan aplikasi software berupa coreldraw. Pelaksanaan program sosialisasi ini dihadiri oleh ibu PKK, Ibu Kampung KB dan salah satu Home industry yang ada di Desa Kebon Agung dengan maksud agar dapat secara langsung melihat dan membimbing para warga untuk mengemas dan memberi pelabelan pada produk-produk yang berhasil diciptakan oleh warga masing-masing.

a. Alat dan bahan

  Alat dan Bahan yang digunakan :

  1. Gunting

  2. Plastik PP yang sudah jadi

  3. Kertas Stiker yang sudah dicetak

4.2.5 Estimasi biaya

  Program kerja KKN berupa sosialisasi teknik pengemasan dan labelling tentunya membutuhkan dana pada pelaksanaa kegiatan tersebut. Dana yang diperoleh bersumber dari dana pribadi mahasiswa. Biaya yang dikeluarkan untuk program adalah sebagai berikut: Tabel 5. Rincian pengeluaran biaya sosialisai teknik pengemasan dan labelling

  No Bahan/alat Satuan Harga

  1. Plastik PP

  1 Pcs Rp 28.000

  2. Kertas Stiker

  1 Rim Rp 25.000

  3. Gunting 1 buah Rp. 3.000

  Total Rp 56.000

  Sumber : Data primer KKN STIPER 2018

4.2.6 Pelaksanaan kegiatan

  Kegiatan sosialisasi tentang cara pengemasan hasil olahan produk pertanian berupa pengemasan krupuk kulit singkong dengan menggunakan pengemasan berupa plastik yaitu termasuk jenis plastik PP (Polypropylene) berjalan dengan lancar. Kegiatan sosialisasi ini dihadiri 10 peserta yang merupakan perwakilan dari ibu-ibu PKK, Ibu Kampung KB dan Salah satu Home

  

industry. Manfaat dari kegiatan ini yaitu dapat meningkatkan

  kreativitas masyawarakat khususnya Desa Kebon Agung agar dapat menambah penghasilan dan kreativitas dalam menjalankan usaha koperasi atau industri kecil menengah agar bisa dijalankan sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat Desa Kebon Agung. Tujuan sosialisasi tersebut adalah untuk menambah pengetahuan masyarakat khususnya Desa kebon Agung tentang pentingnya mengemas dan memberi label produk-produk pertanian. Sasaran yang ingin dicapai adalah timbulnya kesadaran bagi para home industry untuk melakukan pengemasan dan pelabelan sehingga dapat meningkatkan usaha yang dijalankan.

  Gambar 3. Produk olahan krupuk kulit singkong yang belum di beri kemasan Gambar 4. Pengemasan krupuk kulit singkong

  Gambar 5. Pemberian label pada Produk olahan krupuk kulit singkong Masyarakat kini mengetahui pentingnya kemasan dalam suatu produk meskipun pendanan masih menjadi masalah buat beberapa orang. Setelah diadakannya program kerja terkait sosialisasi teknik pengemasan labelling hasil tindak lanjutnya ialah melalu program kerja kelompok KKN dua Home indsutry kini menggunakan label yang menarik dari hasil desain teman-teman KKN. Harapannya produk-produk hasil dari pengolahan Home indsutry dapat mengikuti ajang pertunjukan produk unggulan desa sehingga dapat dikenal secara luas dan dapat masuk ke tingkat pemasaran yang lebih luas. Adapun kendala yang diperoleh ialah belum adanya pembinaan terkait cara memperoleh perizinan PIRT (pangan industri rumah tangga). Sehingga sampai sekarang usaha dari beberapa UKM belum dapat masuk ke mini market.

  Gambar 6. Peserta demonstrasi masak Krupuk kulit singkong dan sosialisasi teknik pengemasan dan labelling

4.2.7 Masalah dan solusi

  a. Masalah

  Dalam pelaksanaan kegiatan sosialisasi teknik pengemaan dan labelling kendala yang dihadapi yaitu masyarakat hanya dapat mempraktekan satu jenis dan bentuk pengemasan saja, hal tersebut dikarenakan keterbatasan dana dalam memberikan beberapa contoh jenis pengemasan secara langsung, sedangkan dari teknik labelling peserta tidak mendapatkan informasi terkait cara memperoleh atau mendapatkan nomor PIRT yang merupakan bagian penting yang harus ada dalam sebuah label.

  b. Solusi

  Saat pelaksanan program kerja sebaiknya masyarakat diperlihatkan secara langsung beberapa jenis pengemasan yang dapat digunakan dalam pemilihan pengemasan produk. Sedangkan dari pemberian label sebaiknya masyarakat diberikan pelatihan yang lebih dalam terkait cara dan teknis mendapatkan minimal nomor PIRT sehingga produk dari beberapa home industry yang ada di Desa Kebon Agung dapat memasuki mini market yang terdekat.

4.2.8 Kesimpulan dan saran

  a. Kesimpulan

  Secara umum fungsi kemasan adalah sebagai bahan pelindung atau pengaman produk dari pengaruh-pengaruh luar yang dapat mempercepat terjadinya kerusakan pada setiap jenis produk yang terdapat di dalamnya serta dapat meningkatkan harga jual. Adapun fungsi pelabelan yaitu sebagai media atau sarana informasi dan promosi dari produk yang ditawarkan yang ada di dalam kemasan.

  b. Saran

  Diharapkan kepada beberapa Home industry di Desa Kebon Agung agar produk hasil olahannya dapat dikemas dengan pemilihan jenis kemasan yang baik dan sesuai dengan karakteristik dari sifat produk hasil olahannya dan diberikan label sebagai pengenal dari produk yang mereka produksi sehingga beberapa

V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

  Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan salah satu bentuk pengabdian mahasiswa kepada masyarakat. Hasil pelaksanaan program KKN di Desa Kebon Agung Kabupaten Kutai Timur selama sebulan sejak diterjunkan mulai tanggal 5 Agustus 2018 sampai dengan 7 September 2018 merupakan serangkaian kegiatan nyata yang telah dilakukan dilokasi KKN. Mahasiswa KKN dituntut untuk dapat hidup bermasyarakat dan memahami realita masyarakat dengan menggunakan pengetahuan, sikap dan keterampilan, keberhasilan program-program KKN pada akhirnya akan memberikan manfaat yang saling menguntungkan antara masyarakat dan mahasiswa itu sendiri. Dampak positif bagi mahasiswa adalah meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Sedangkan bagi masyarakat adalah meningkatkan semangat bekerja keras, keinginan untuk maju yang pada akhirnya mampu mengembangkan pembangunan diri dan lingkungan. Peran masyarakat, baik secara materi maupun non materi sangat membantu terlaksananya program KKN. Dengan adanya tanggapan yang baik dari masyarakat membantu mahasiswa KKN belajar bersosialisasi dengan warga, belajar bersikap dan beradaptasi dengan orang lain sesuai dengan norma-norma yang berlaku.

5.2 Saran

  5.2.1 Untuk Desa dan Pemerintahan Setempat

  Dapat menyempurnakan program mahasiwa KKN yang belum sesuai dan melanjutkan program-program yang telah direncanakan. Program-program yang telah dilaksanakan mahasiswa KKN semoga dapat bermanfaat untuk kepentingan masyarakat setempat.

  5.2.2 Untuk Mahasiswa KKN Berikutnya

  Diharapkan mahasiswa KKN berikutnya telah siap menghadapi permasalahan dilokasi KKN yang bersifat individu maupun kelompok dengan bekal kreativitas yang matang. Perlu dikembangkan sikap keterbukaan, komunikasi yang baik dan koordinasi antarmasing-masing mahasiwa. Pandai menjaga diri dan bersosialisasi dengan masyarakat sehingga akan dapat memetik pelajaran dan pengalaman yang paling berharga dalam hidup. Dalam pelaksanaan setiap program, baik program individu maupun kelompok haruslah dilakukan perencanaan yang matang dan melakukan koordinasi antar sesama mahasiwa dengan warga atau aparat pemerintah setempat.

DAFTAR PUSTAKA

  Klimchuk, Marianne dan Sandra A. Krasovec. 2006. Desain Kemasan. Jakarta: Erlangga. Kotler dan Keller. 2009. Manajemen Pemasaran. Jilid I. Edisi ke 13. Jakarta: Erlangga. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, 2018. Panduan Kuliah Kerja Nyata. Sekolah Tinggi Pertanian Kutai Timur. Natadjaja, L. 2007. Analisa Elemen Grafis Desain Kemasan Indomie Goreng Pasar Lokal dan Ekspor. Nirmana. Vol 9 No. 1: 20-30. Rahmat, Rukmana. 1997. Ubi Kayu Budidaya Dan Pasca Panen. Kanisius: Yogyakarta. Rangkuti, Freddy. 2005. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis.

  Jakarta: Gramedia. Lampiran 1. Dokumentasi pelaksanaan program kerja pemanfaatan limbah kulit singkong menjadi produk olahan krupuk kulit singkong Alat dan bahan pengolahan Krupuk Kulit singkong

  Bahan baku Berupa Kulit singkong Sebelum dan sesudah di haluskan Proses pembuatan Produk Krupuk Kulit singkong

  Hasil Pembekuan adonan setelah pengukusan

  Pemotongan adonan yang telah dibekukan

  Penyusunan krupuk yang akan dijemur Penjemuran Kerupuk hari pertama dan kedua Sosialisasi Teknik Pengemasan dan labelling bersama ibu PKK, KB dan Home

  

industry

  Peserta Sosisalisasi dan demo masak pengolahan limbah kulit singkong jadi krupuk

  Demo masak bersama ibu-ibu desa Kebon Agung Hasil olahan Krupuk kulit singkong Lampiran 2. Dokumentasi pelaksanaan program kerja sosialisasi Teknik pengemasan dan labelling Hasil olahan krupuk kulit singkong (mentah) yang sudah dikemas

  Contoh Pengemasan produk dan labelling KUKUSI (Krupuk Kulit Singkong) Lampiran 3. Materi Sosialisasi Teknik Pengemasan Dan Labelling

  Lampiran 4. Contoh Desain Label pada produk Kukusi (Krupuk Kulit Singkong)

  Desain label krupuk kulit singkong dengan varian rasa pedas Desain label krupuk kulit singkong dengan varian rasa Original

LAPORAN KEGIATAN INDIVIDU KULIAH KERJA NYATA SEKOLAH TINGGI PERTANIAN KUTAI TIMUR TAHUN 2018

  

NAMA : DEWI ASWATIKA

NIM : 15412011000583 KELOMPOK : I (SATU)

DESA : KEBON AGUNG

  

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

SEKOLAH TINGGI PERTANIAN KUTAI TIMUR

SANGATTA

2018