GAMBARAN KEBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM MENGENDALIKAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KELURAHAN RAPPOCINI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KASSI-KASSI MAKASSAR

  527 GAMBARAN KEBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM MENGENDALIKAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KELURAHAN RAPPOCINI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KASSI-KASSI MAKASSAR Andi Waliana

  dengue sudah dikenal sejak abad ke XVII,

  penderita dengue dan 500.000 penderita Demam Berdarah Dengue dilaporkan oleh WHO di seluruh dunia dengan jumlah kematian sekitar 22.000 jiwa, terutama anak- anak.sekitar 2,5-3 miliar manusia yang hidup di 112 negara tropis dan subtropis berda dalam keadaan terancam infeksi dengue. (Soedarto, 2012 hal.2)

  dengue. Setiap tahunnya sekitar 50-100 juta

  Sekitar 2,5 miliar manusia yang merupakan dua perlima dari penduduk dunia mempunyai resiko tinggi tertular demam

  hal.45) Menurut WHO, dengue merupakan penyakit virus yang ditularkan oleh nyamuk yang terpenting di dunia. Pada masa 50 tahun terakhir, insiden dengue di seluruh dunia telah meningkat 30 kali, Sedangkan di Amerika demam dengue dan Demam Berdarah Dengue pada tahun 1995 meningkat sekitar 4 kali lipat pada tahun 2000. ( Soedarto, 2012 hal.33)

  albopictus. ( Soegeng Soegijanto, 2008

  virus Dengue I,II,III,dan IV,yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes

  dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh

  terutama di daerah tropis dan subtropis.Semula demam berdarah tidak dianggap sebagai penyakit yang berbahaya bagi masyarakat. Penyakit ini pada waktu itu hanya disebut sebagai penyakit demam lima hari (panas vander scheer). Kemudian setelah tahun 1954 rupanya virus dengue telah berubah sifat (mutasi) menjadi virus dengue yang ganas. Penyakit demam berdarah

  Penyakit demam berdarah atau demam

  1 , Hasanuddin

  PENDAHULUAN

  Kata Kunci : Demam Berdarah Dengue, Pengetahuan, Sikap, Tindakan pencegahan, Mengendalikan Demam Berdarah Dengue.

  Demam Bedarah Dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypty ( Soegeng Soegijanto, 2008).Tujuan penelitian ini untuk mengetahui adanya keberdayaan masyarakat dalam mengendalikan Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Rappocini di wilayah kerja Puskesmas Kassi-Kassi Makassar.Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan metode simple random sampling.Populasi dalam penelitian ini adalah kepala keluarga yang ada di RT 2 sebanyak 33 orang yang sesuai dengan criteria inklusi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Data yang telah terkumpul kemudian diolah dan di analisis dengan menggunakan komputer program Microsoft excel dan program statistic komputer. Analisis data mencakup analisis univariat dengan mencari distribusi frekuensi jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, dan analisis bivariat dengan mencari distribusi frekuensi pengetahuan, sikap, tindakan pencegahan, dan mengendalikan Demam Berdarah Dengue. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah mayoritas masyarakat telah berdaya dalam mengendalikan Demam Berdarah Dengue di Kelurahan rappocini di Wilayah Kerja Puskesmas Kassi-Kassi Makassar.

  3 STIKES Nani Hasanuddin Makassar ABSTRAK

  2 STIKES Nani Hasanuddin Makassar

  1 STIKES Nani Hasanuddin Makassar

  3

  

2

, Yusran Haskas

  Di Asia Tenggara Demam Berdarah Dengue (DBD) pada saat ini merupakan penyebab utama rawat inap di rumah sakit dan penyebab kematian tertinggi pada anak- anak.Indonesia merupakan Negara Asia Tenggara yang paling banyak melaporkan penderita Demam Berdarah Dengue pada anak.Sejak tahun 1982 di Singapura, lebih dari 50 % kematian terjadi pada penderita berumur di atas 15 tahun. Sedangkan di Indonesia, infeksi dengue lebih banyak diderita oleh kelompok dewasa muda. Pada epidemi tahun 2000, sekitar 82 % penderita infeksi dengue yang rawat inap di rumah sakit adalah orang dewasa, sedangkan semua kematian akibat

  528

  Dengan melihat fenomena di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang Gambaran keberdayaan masyarakat dalam mengendalikan Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Rappocini Wilayah Kerja Puskesmas Kassi-Kassi.

  Pada penelitian ini variable independennya adalah pengetahuan, sikap dan tindakan pencegahan dan variable dependen dalam penelitian ini adalah mengendalikan demam berdarah dengue.

  dengan diacakmenggunakan penomoran. Sampel yang dimaksud adalah kepala keluarga, karena populasi yang ada di kelurahan Rappocini dianggap homogen sehingga peneliti mengambil 1 RT di wilayah kelurahan Rappocini dilaksanakan pada tanggal 17 juni- 17 juli 2013.

  Simple random sampling

  Teknik sampling yang digunakan adalah

  Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk menerangkan atau menggambarkan masalah yang terjadi. (Hidayat, 2011)

  Lokasi, populasi, dan sampel

  Dengan melihat data diatas maka permasalahan yang dapat ditarik adalah bahwa masih adanya masyarakat yang tidak peka terhadap lingkungannya dimana lingkungan masyarakat tersebut masih berpotensi menimbulkan DBD, seperti masih adanya tempat-tempat perindukan nyamuk, masih terdapatnya tempat persembunyian nyamuk (baju yang tergantung dimana-mana), masih adanya masyarakat yang belum melaksanakan 3 M dengan benar. Hal ini disebabkan karena masih kurangnya pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat tentang DBD dan lingkungan yang bersih sebagai indikator masyarakat yang berdaya.

  penyakit ini dialami oleh penderita di atas 5 tahun. (Soedarto, 2012 hal.35) Di Indonesia, Demam Berdarah Dengue pertama kali dilaporkan pada tahun 1968 di

  Data yang bersumber dari Puskesmas Kassi-Kassi menunjukkan bahwa di kelurahan Rappocini pada tahun 2011 terdapat 6 orang yang suspect Demam Berdarah Dengue, tahun 2012 terdapat 7 orang yang suspect dan pada tahun 2013 sampai bulan februari sudah terdapat 2 orang yang suspect Demam Berdarah Dengue.

  Adapun jumlah kematian akibat DBD tahun 2010 tidak ada kematian sedangkan tahun 2011 tercatat 2 kematian akibat DBD, dengan angka IR 85 per 100.000 penduduk sedangkan CFR 2,35 % . (Dinkes Kota Makassar)

  Data yang bersumber dari Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kota Makassar menunjukkan terjadinya penurunan kasus DBD yang signifikan dari 182 kasus tahun 2010 menjadi 83 kasus pada tahun 2011.

  Kasus DBD di Sulawesi Selatan pada tahun 2011 kategori tinggi pada Kab. Bulukumba, Gowa, Maros, Bone dan Luwu (130-361 kasus), terendah kabupaten/kota yaitu Selayar, Sinjai, dan Tana Toraja (0-19) dan kabupaten yang tidak terdapat kasus DBD yaitu Kabupaten Bantaeng,dan berdasarkan laporan P2PL Insiden Rate DBD di Sulawesi Selatan pada tahun 2011 sebesar 21.80 per 100.000 penduduk dengan CFR 15,55 %, angka IR tertinggi adalah kota Palopo 228 per 100.000, dan terendah di kabupaten Selayar dan kabupaten Tana Toraja IR 0%, rata-rata angka insiden rate di Provinsi Sulawesi Selatan cenderung mengalami penurunan bila dibandingkan dengan target Nasional (36 per 100.000 penduduk). Sedangkan kabupaten/ kota yang tidak terdapat kasus DBD yaitu Kabupaten Bone, Makassar, Pinrang dan Palopo, dan berdasarkan laporan P2PL Insiden Rate DBD di Sulawesi Selatan pada tahun 2010 sebesar 49 per 100.000 penduduk dengan CFR 0,8%.Hal ini menunjukkan upaya peningkatan pencegahan dan penanggulangan kasus DBD mulai baik, namun hal ini masih perlu dukungan berbagai pihak.( Dinkes Sulawesi Selatan)

  Data dari Depkes RI tahun 2010 mencantumkan peningkatan jumlah kasus DBD, pada tahun 2008 137.469 kasus menjadi 158.912 kasus pada tahun 2009. Peningkatan dan penyebaran kasus DBD tersebut kemungkinan disebabkan oleh mobilitas penduduk yang tinggi, perkembangan wilayah perkotaan, perubahan iklim, perubahan kepadatan dan distribusi penduduk serta faktor epidemiologi lainnya yang masih memerlukan penelitian lebih lanjut (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

  dengue.(Soedarto, 2012 hal.44)

  Surabaya dengan penderita sebanyak 58 orang, dan 24 orang diantaranya kemudian meninggal dunia (41,3%). Demam Berdarah Dengue kemudian menyebar ke seluruh Indonesia dan pada tahun 1988 jumlah penderita mencapai 13,45 per 100.000 penduduk. Menurut laporan Depkes seluruh propinsi di Indonesia telah terjangkit penyakit ini dengan angka kejadian pada tahun 1994 sebesar 9,2% dan angka kematian 4,5%. Indonesia adalah daerah endemis Demam Berdarah Dengue dan mengalami epidemi sekali dalam 4-5 tahun.Faktor lingkungan dan banyak genangan air bersih yang menjadi sarang nyamuk, mobilitas penduduk yang tinggi, dan cepatnya transportasi antar daerah, menyebabkan seringnya terjadi epidemi

BAHAN DAN METODE

  529

  9

  Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan pendidikan Pada Masyarakat Kelurahan Rappocini Wilayah kerja Puskesmas Kassi-Kassi Makassar, 2013

  Pendidikan Terakhir n (%) Tidak sekolah - -

  Tidak tamat SD

  1

  3.0 SD

  3

  9.1 SMP

  5

  15.2 SMA

  15

  45.5 Perguruan tinggi

  27.3 Total 33 100.0 Frekuensi dari responden berdasarkan pendidikan adalah yang tidak tamat SD sebanyak 1 orang ( 3.0%), tamatan SD sebanyak 3 responden (9.1%), tamatan SMP sebanyak 5 responden (15.2%), tamatan SMA sebanyak 15 responden (45.5%), dan tamatan perguruan tinggi sebanyak 9 responden (27.5%). Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan pekerjaan Pada Masyarakat Kelurahan Rappocini Wilayah kerja Puskesmas Kassi-Kassi Makassar, 2013

  18.2 Total 33 100.0 Berdasarkan kelompok umur usia 19-39 tahun sebanyak 19 responden (57.6%), usia

  Pekerjaan n (%) Pensiunan

  3

  9.1 Pegawai swasta

  6

  18.2 IRT

  15

  45.5 Wiraswata

  4

  12.1 Dll

  5

  15.2 Total 32 100.0 Frekuensi dari responden berdasarkan pekerjaan adalah yang pensiunan sebanyak 3

  40-49 tahun sebanyak 6 responden (18.2%), usia 50-59 tahun sebanyak 2 responden (6.1%), dan usia >60 tahun sebanyak 6 responden (18.2%).

  6

  Populasi dalam penelitian ini adalah semua kepala keluarga yang ada di kelurahan Rappocini yaitu sebanyak 810 kepala keluarga. Besar sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 33 orang.

  1. Editing

  merupakan kegiatan pemberian kode numerik ( angka ) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan data analisis data menggunakan komputer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku ( code book ) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel.

  3. Entri data Data entri adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau database computer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhan atau bisa juga dengan membuat tabel kontigensi

  Analisis data

  Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitian akan menggunakan ilmu statistic terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak di analisis. Apabila penelitiannya deskriptif, maka akan menggunakan statistic deskriptif. Sedangkan analisis analitik akan menggunakan statistika inferensial. Statistika deskripti( menggambarkan ) adalah statistika yang membahas cara-cara meringkas, menyajikan, dan mendeskripsikan suatu data dengan tujuan agar mudah dimengerti dan lebih mempunyai makna

  adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan.Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

  6.1 > 60 tahun

  Editing

  Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan koesioner, dan subjek penelitiannya adalah kepala keluarga yang ada di kelurahan Rappocini. Pengolahan Data

  2. Coding

  Pengumpulan data dan pengolahan data

  Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan umur, Pada Masyarakat Kelurahan Rappocini Wilayah kerja Puskesmas Kassi-Kassi Makassar, 2013

  Umur n (%) 19-39 tahun

  19

  57.6 40-49 tahun

  6

  18.2 50-59 tahun

  2

  Coding

HASIL PENELITIAN

  Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Pada Masyarakat Kelurahan Rappocini Wilayah kerja Puskesma Kassi-Kassi Makassar, 2013

  15

  45.5 .Perempuan

  18

  54.5 Total 33 100.0 Data demografi tentang karakteristik responden berdasarkan jeni kelamin laki-laki sebanyak 15 responden sebesar 45.5 % , perempuan sebanyak 18 responden sebesar 54.5 %.

  .Jenis Kelamin n (%) Laki-laki

  530

  30

  Pengetahuan, menunjukkan bahwa dari 33 responden terdapat 31 responden (93.9%) yang mempunyai pengetahuan cukup dan 2 responden (6.1%) yang kurang pengetahuannya. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata masyarakat telah memiliki pengetahuan yang cukup dimana pengetahuan merupakan indikator berdayanya masyarakat dalam mengendalikan Demam Berdarah Dengue di lingkungannya.

  1. Pengetahuan masyarakat Hasil penelitian pada tabel

  PEMBAHASAN

  33 responden yang kurang mengendalikan Demam Berdarah Dengue sebanyak 2 responden (6.1%), dan yang cukup mengendalikan Demam Berdarah Dengue sebanyak 31 responden (93.9%).

  93.9 Total 33 100.0 Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat bahwa dari

  31

  6.1 Cukup

  2

  Mengendalikan DBD n (%) Kurang

  90.9 Total 33 100.0 Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa dari 33 responden yang kurang melakukan tindakan pencegahan sebanyak 3 responden (9.1%), dan yang cukup melakukan tindakan pencegahan sebanyak 30 responden (90.9%). Tabel 8. Distribusi Frekuensi Responden Dalam Mengendalikan Demam Berdarah Dengue Pada Masyarakat Kelurahan Rappocini Wilayah kerja Puskesmas Kassi-Kassi Makassar,2013

  9.1 Cukup

  responden (9.1%), yang bekerja sebagai pegawai swasta sebanyak 6 responden (18.2%), yang bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga sebanyak 15 responden (45.5%), yang bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 4 responden (12.1%), dan responden yang memiliki pekerjaan lainnya sebanyak 5 responden (15.2%). Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Pada Masyarakat Kelurahan Rappocini Wilayah kerja Puskesmas Kassi-Kassi Makassar, 2013

  3

  Tindakan Pencegahan n (%) Kurang

  Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat bahwa dari 33 responden sudah memiliki sikap yang cukup (100%). Tabel 7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tindakan Pencegahan Pada Masyarakat Kelurahan Rappocini Wilayah kerja Puskesmas Kassi-Kassi Makassar

  Cukup 33 100.0 Total 33 100.0

  Sikap n (%) Kurang - -

  93.9 Total 33 100.0 Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat dari 33 responden terdapat 2 responden (6.1%) yang memiliki pengetahuan kurang, dan terdapat 31 responden (93.9%) yang memiliki pengetahuan cukup. Tabel 6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap Pada Masyarakat Kelurahan Rappocini Wilayah kerja Puskesmas Kassi-Kassi Makassar

  31

  6.1 Cukup

  2

  Pengetahuan n (%) Kurang

  Hasil penelitian ini ada kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jane pangemanan yang meneliti tentang Program pemberantasan penyakit DBD di Kabupaten Minahasa Utara yang hasil penelitiannya menunjukkan bahwa masyarakat sudah memiliki pengetahuan, sikap dan tindakan yang baik dalam mengendalikan Demam Berdarah Dengue. Kemudian ada juga kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mara Ipa dkk (2009) dengan judul Gambaran pengetahuan, sikap, dan tindakan masyarakat serta hubungannya dengan kejadian Demam Berdarah Dengue di kecamatan Pengandaran kabupaten Ciamis, yang hasil penelitiannya juga memiliki tingkat pengetahuan dan sikap sudah baik namun yang membedakan adalah tindakan pencegahan dimana tingkat pencegahannya masih kurang dalam mengendalian Demam Berdarah Dengue. Juga terdapat kesamaan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ahmad nur hidayat dimana rata-rata masyarakat memiliki pengetahuan dan sikap yang sudah baik namun memiliki tindakan pencegahan yang masih kurang. Sama juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Yunita dan Soedjajadi dimana hasil penelitiannya masyarakat sudah memiliki sikap dan tindakan yang baik namun yang membedakan adalah pengetahuan dimana dalam penelitian ini pengetahuan masyarakat masih kurang.

  531

  Dalam hal ini pengetahuan merupakan salah satu pendorong seseorang untuk merubah perilaku. Diharapkan semakin tinggi pengetahuan seseorang tentang penyakit Demam Berdarah Dengue dan dampak yang ditimbulkan maka partisipasi masyarakat semakin tinggi dalam upaya mengendalian penyakit Demam Berdarah Dengue.

  Dari pengalaman dan penelitian Rogers (1974) dalam Teori Proses Adopsi Perilaku mengatakan bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih bertahan lama daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan dan menurut Roger dalam Djamaluddin Ancok (1985) mengemukakan bahwa pengetahuan tentang suatu objek sangat penting bagi terjadinya perubahan perilaku. Jadi dapat disimpulkan bahwa jika pengetahuan yang dimiliki suatu individu baik maka dapat berpengaruh positif pada perilaku atau tindakan seseorang untuk melakukan tindakan positif pula, dalam hal ini upaya mengendalikan Demam Berdarah Dengue.

  Adapun 2 responden (6.1%) yang kurang pengetahuannya disebabkan karena masih ada masyarakat yang belum mengetahui apa itu Demam Berdarah Dengue, tanda-tanda orang yang terkena Demam Berdarah Dengue, dan cara penularannya. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain perilaku yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Agar tidak ada lagi masyarakat yang memiliki pengetahuan kurang maka pemerintah setempat memiliki peranan penting dalam memfasilitasi masyarakat, upaya tersebut dapat dilakukan dengan cara memberikan penyuluhan tentang bahaya Demam Berdarah Dengue.

  2. Sikap masyarakat Hasil penelitian pada tabel 6 tentang

  Sikap, menunjukkan bahwa dari 33 responden (100%) semuanya telah memiliki Sikap yang cukup. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat telah memiliki sikap yang baik dimana masyarakat sudah mengetahui dan mengerti sikap yang baik dalam mengendalikan Demam Berdarah Dengue di lingkungan mereka.

  Hasil penelitian ini ada kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jane pangemanan yang meneliti tentang Program pemberantasan penyakit DBD di Kabupaten Minahasa Utara yang hasil penelitiannya menunjukkan bahwa masyarakat sudah memiliki pengetahuan, sikap dan tindakan yang baik dalam mengendalikan Demam Berdarah Dengue. Kemudian ada juga kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mara Ipa dkk (2009) dengan judul Gambaran pengetahuan, sikap, dan tindakan masyarakat serta hubungannya dengan kejadian Demam Berdarah Dengue di kecamatan Pengandaran kabupaten Ciamis, yang hasil penelitiannya juga memiliki tingkat pengetahuan dan sikap sudah baik namun yang membedakan adalah tindakan pencegahan dimana tingkat pencegahannya masih kurang dalam mengendalikan Demam Berdarah Dengue. Juga terdapat kesamaan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ahmad nur hidayat dimana rata-rata masyarakat memiliki pengetahuan dan sikap yang sudah baik namun memiliki tindakan pencegahan yang masih kurang.

  Sama juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Yunita dan Soedjajadi dimana hasil penelitiannya masyarakat sudah memiliki sikap dan tindakan yang baik namun yang membedakan adalah pengetahuan dimana dalam penelitian ini pengetahuan masyarakat masih kurang. Sikap yang baik memiliki peranan penting dalam hal mengendalikan Demam Berdarah Denguekarena dengan adanya sikap yang baik maka masyarakat akan terdorong untuk melakukan tindakan yang baik pula bagi lingkungan sekitarnya.

  Menurut Theodore M. Newcomb dalam teori Newcomb (dalam Notoadmojo,2003) sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dari pendapat tersebut diatas maka dapat dikemukakan bahwa sikap itu adalah keadaan dalam diri manusia yang menggerakkan untuk bertindak. Maka dapat disimpulkan bahwa apabila suatu individu sudah memiliki sikap yang baik dalam merespon upaya-upaya dalam mengendalikan Demam Berdarah Dengue maka upaya-upaya tersebut akan terealisasikan dengan baik pula. Hal ini juga di dukung oleh pendapat Kurniawan (2008) yang mengatakan bahwa semakin baik sikap masyarakat dalam merespon kejadian Demam Berdarah Dengue maka semakin rendah terjadinya Demam Berdarah Dengue. Menurut Fishbein dan Ajzen dalam Djamaludin Ancok sikap positif atau negative yang terbentuk dalam diri seseorang tergantung dari segi manfaat atau tidaknya komponen pengetahuan, Semakin banyak manfaat yang diketahui semakin positif pula sikap yang terbentuk.

  532

  Maka dapat dikatakan bahwa semakin banyak manfaat yang diperoleh masyarakat dalam mengendalikan Demam Berdarah Dengue, maka semakin baik pula sikap masyarakat dalam mengendalikan Demam Berdarah Dengue.

  3. Tindakan pencegahan Hasil penelitian pada tabel 7 tentang tindakan pencegahan menunjukkan bahwa dari 33 responden terdapat 30 responden (90.9%) yang mempunyai tindakan pencegahan yang cukup. Dan terdapat 3 responden (9.1%) yang mempunyai tindakan pencegahan yang kurang. Hal ini menunjukkan bahwa rata- rata masyarakat telah melakukan tindakan pencegahan dengan baik , dimana masyarakat sudah melakukan kegiatan seperti melakukan 3 M, membersihkan lingkungan sekitar rumahnya seperti selokan, tidak menggantung pakaian dan lain sebagainya.

  Hasil penelitian ini ada kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jane pangemanan yang meneliti tentang Program pemberantasan penyakit DBD di Kabupaten Minahasa Utara yang hasil penelitiannya menunjukkan bahwa masyarakat sudah memiliki pengetahuan, sikap dan tindakan yang baik dalam mengendalikan Demam Berdarah Dengue. Kemudian ada juga kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mara Ipa dkk (2009) dengan judul Gambaran pengetahuan, sikap, dan tindakan masyarakat serta hubungannya dengan kejadian Demam Berdarah Dengue di kecamatan Pengandaran kabupaten Ciamis, yang hasil penelitiannya juga memiliki tingkat pengetahuan dan sikap sudah baik namun yang membedakan adalah tindakan pencegahan dimana tingkat pencegahannya masih kurang dalam mengendalian Demam Berdarah Dengue. Juga terdapat kesamaan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ahmad nur hidayat dimana rata-rata masyarakat memiliki pengetahuan dan sikap yang sudah baik namun memiliki tindakan pencegahan yang masih kurang. Sama juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Yunita dan Soedjajadi dimana hasil penelitiannya masyarakat sudah memiliki sikap dan tindakan yang baik namun yang membedakan adalah pengetahuan dimana dalam penelitian ini pengetahuan masyarakat masih kurang.

  Tindakan pencegahan yang baik sangat memegang peranan penting dalam mengendalikan Demam Berdarah

  Denguekarena dengan tindakan pencegahan yang baik maka program pengendalian akan terlaksana dengan baik pula, dan dengan adanya tindakan pencegahan yang dilakukan dapat dilihat apakah masyarakat tersebut berdaya terhadap lingkungannya.

  Menurut Skinner dalam Notoadmojo 2003 dalam teori SOR mengatakan bahwa perilaku merupakan reaksi terhadap stimulus. Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan, untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan faktor dukungan.

  Berdasarkan teori tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor pendukung yang dimaksud adalah dukungan dari pemerintah, kemudian fasilitas seperti pembagian bubuk abate dan pemberian penyuluhan. Setelah fasilitas dan dukungan terpenuhi kemudian dibarengi dengan pengetahuan dan sikap yang baik maka suatu tindakan akan terlaksana dengan baik dalam hal ini adalah tindakan pencegahan.

  Adapun 3 responden (9.1%) yang memiliki tindakan pencegahan kurang disebabkan karena masih ada masyarakat yang kurang teratur membersihkan saluran air, masih ada masyarakat yang tidak pernah melakukan pengawasan terhadap jentik nyamuk di rumah, masih ada masyarakat yang suka menggantung pakaian yang menjadi tempat bersarangnya nyamuk. Untuk mengatasi hal tersebut maka masyarakat perlu diberikan wawasan tentang dampak yang akan terjadi jika hal tersebut terus menerus mereka lakukan. Upaya tersebut bisa dilakukan melalui kegiatan penyuluhan dan kegiatan penanggulangan Demam Berdarah Dengue di lingkungan masyarakat.

  4. Mengendalikan Demam Berdarah Dengue Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat bahwa dari 33 responden, yang cukup mengendalikan Demam Berdarah Dengue sebanyak 31 responden (93.9%), dan yang kurang mengendalikan Demam Berdarah Dengue sebanyak 2 responden (6.1%). Hal ini menunjukkan rata-rata masyarakat sudah dapat mengendalikan Demam Berdarah Dengue.

  Hasil penelitian ini ada kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jane pangemanan yang meneliti tentang Program pemberantasan penyakit DBD di Kabupaten Minahasa Utara yang hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

  533

  masyarakat sudah memiliki pengetahuan, sikap dan tindakan yang baik dalam mengendalikan Demam Berdarah Dengue. Kemudian ada juga kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mara Ipa dkk (2009) dengan judul Gambaran pengetahuan, sikap, dan tindakan masyarakat serta hubungannya dengan kejadian Demam Berdarah Dengue di kecamatan Pengandaran kabupaten Ciamis, yang hasil penelitiannya juga memiliki tingkat pengetahuan dan sikap sudah baik namun yang membedakan adalah tindakan pencegahan dimana tingkat pencegahannya masih kurang dalam mengendalian Demam Berdarah Dengue. Juga terdapat kesamaan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ahmad nur hidayat dimana rata-rata masyarakat memiliki pengetahuan dan sikap yang sudah baik namun memiliki tindakan pencegahan yang masih kurang.

  Sama juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Yunita dan Soedjajadi dimana hasil penelitiannya masyarakat sudah memiliki sikap dan tindakan yang baik namun yang membedakan adalah pengetahuan dimana dalam penelitian ini pengetahuan masyarakat masih kurang.

  Dalam mengendalikan Demam Berdarah Dengue banyak ditik beratkan pada pengendalian vector. Agar mata rantai Demam Berdarah Dengue terputus maka masyarakat memiliki peranan penting, Disinilah pengetahuan dan sikap yang baik sangat diperlukan agar masyarakat dapat melakukan tindakan pencegahan sehingga usaha masyarakat dalam mengendalikan Demam Berdarah Dengue dapat terealisasikan dengan baik.

  Green (1980) dalam teori PRECED- PROCEED mengatakan bahwa untuk membentuk suatu perilaku diperlukan 3 faktor, yaitu predisposisi (faktor pendukung), faktor pemungkin dan faktor penguat. Penelitian ini berfokus pada faktor pendukung yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan. Dari teori diatas maka dapat disimpulkan bahwa Pengetahuan yang tinggi, sikap yang tinggi jika dibarengi dengan tindakan atau praktek yang baik maka akan membentuk suatu prilaku baru yang positif dalam mengendalikan Demam Berdarah Dengue.

  Adapun 2 responden (6.1%) yang kurang mengendalikan Demam Berdarah Dengue disebabkan karena masih ada masyarakat yang menganggap bahwa menguras bak mandi bukan merupakan salah satu bentuk PSN

  (Pemberantasan Sarang Nyamuk) sehingga mereka tidak terlalu memperdulikan kebersihan bak mandi, masih ada masyarakat yang tidak melakukan tindakan pengendalian vektor Demam Berdarah Dengue yang bertujuan untuk menurunkan kepadatan populasi Vektor Demam Berdarah Dengue, dan masih ada masyarakat yang tidak menggunakan bubuk Abate. Untuk mengatasi hal tersebut maka masyarakat harus diberikan pengetahuan secara menyeluruh tentang Demam Berdarah Dengue, Upaya tersebut dapat dilakukan dengan terjun langsung ke masyarakat memberikan contoh bagaimana cara mengendalikan Demam Berdarah Dengue dengan baik.

  KESIMPULAN

  Dari hasil dan pembahasan yang telah diuraikan maka dapat disimpulkan bahwa :

  1. Sebagian besar masyarakat yang ada di kelurahan Rappocini khususnya di RT 2 telah memiliki pengetahuan yang baik tentang Demam Berdarah Dengue, baik dari penyebab, gejalanya maupun cara penularannya.

  2. Sebagian besar masyarakat yang ada di kelurahan Rappocini khususnya di RT 2 sudah memiliki sikap yang baik, karena masyarakat sudah bisa menyikapi dengan baik beberapa upaya pencegahan yang digalakkan pemerintah.

  3. Sebagian besar masyarakat yang ada di kelurahan Rappocini khususnya di RT 2 sudah memiliki tindakan pencegahan yang baik, dimana masyarakat sudah sangat peduli terhadap kebersihan lingkungan sekitarnya, dengan melakukan berbagai upaya pengenendalian.

  4. Sebagian besar masyarakat yang ada di kelurahan Rappocini khususnya di RT 2 sudah mengendalikan Demam Berdarah Dengue dengan baik dimana sebagian besar masyarakat sudah memiliki pengetahuan, sikap dan tindakan yang baik.

  

SARAN

  1. Diharapkan agar masyarakat lebih meningkatkan lagi pengetahuannya tentang Demam Berdarah Dengue karena meskipun secara umum masyarakat sudah memiliki pengetahuan yang bagus namun masih ada sebagian kecil masyarakat yang masih kurang pengetahuannya. Hal ini bisa dilakukan dengan mengikuti acara penyuluhan tentang Demam Berdarah Dengue.

  2. Diharapkan agar masyarakat bisa mempertahankan sikap positifnya dalam upaya mengendalikan Demam Berdarah M.Mesikupun sebagian besar masyarakat Dengue. Dalam hal ini bisa menyikapi telah mengendalikan Demam Berdarah program-program yang digalakkan Dengue, namun diharapkan agar pemerintah dalam upaya mengendalikan masyarakat lebih bisa meningkatkan Demam Berdarah dengue. peran serta mereka menciptakan

  3. Masyarakat diharapkan agar bisa lebih lingkungan yang bersih dalam upaya meningkatkan tindakan pencegahannya mengendalikan Demam Berdarah dengue karena masih ada sebagian kecil agar mata rantai vector Demam Berdarah masyarakat yang memiliki tindakan benar-benar bisa terputus pencegahan yang kurang. Hal ini bisa dilakukan dengan menggalakkan 3

DAFTAR PUSTAKA

A, H. R. (2010). Pemberdayaan Dan Pendampingan Sosial. INOVASI, Volume 7, Nomor 4.(ejurnal.ung.ac.id/index.php/JIN/article/download/762/705,Sitasitanggal 10 April 2013).

  Agusyanti, S. (2012, juli Rabu). Situasi DBD Di Sulawesi Selatan. Retrieved April Senin, 2013, from (http://dinkes-sulsel.go.id/new) Kumpulan Teori pemberdayaan Masyarakat.

  Anonim. (2012, Maret).

  Retrieved April Sabtu,2013,from(http://teoripemberdayaan.blogspot.com/2012/03/memahami- konsep pemberdayaan- masyarakat.html). Anonim. (2011, september). Pemberdayaan Masyarakat > Pengertian, Proses, Tujuan. Retrieved April Jum'at,2013,from (www. Sarjanaku. com/ 2011/ 09/ pemberdayaan-masyarakat-pengertian.html).

  Dinas Kesehatan Kota Makassar. 2012. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2011. Makassar : Pemerintah Kota Makassar Dinas Kesehatan Tahun 2012 Gie'x. (2011, Desember senin). Konsep Perilaku Dan Perilaku Kesehatan. Retrieved April Sabtu 6, 2013, from (http: // nikomang-sugiartini. blogspot. com/ 2011/ 12/konsep-perilaku-dan-perilaku-kesehatan.html). Hairi, F. (2012). Tingkat Keberdayaan Masyarakat dalam . Jurnal Agribisnis Perdesaan . (http :// faperta. unlam.ac.id/web/wp-content/uploads/downloads /2012/ 05/ p5-Hairi CD. pdf, Sitasi tanggal 10 April 2013).

  Hidayat, A. A. (2011). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. K, D. B., & R, F. (2011). Catatan Kuliah Keperawatan Komunitas. Yogyakarta: Nuha Medika. MAKHFUDLI, & FERRY, E. (2009). Keperawatan Komunitas Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

  Mumox. (2011, Desember senin). Angka DBD Kota Makassar Tahun 2011. Retrieved April senin, 2013, from (muhyasir.wordpress.com/2011/12/12/angka-dbd-kota-makassar-2011/). Rifky. (2009, Januari Sabtu). Paradigma Pemberdayaan Pengungsi Maluku. Retrieved April Kamis, 2013, from (http:// wunaliwubarakati. blogspot.com/ 2009/01/ paradigma-pemberdayaan-pengungsi-maluku.html). Rini, S. R., Ferry, E., & Has M, M. E. (2012). Hubungan Keberdayaan Ibu Pemantau Jentik (Bumatik) Dengan

  Indikator Keberhasilan Pemberantasan Sarang Nyamuk (Psn) Di Kelurahan Wonokromo Surabaya ,(online), (Jurnal.unair.ac.id/filerPDF/Arta%20S.docs, sitasi tanggal 6 April 2013).

  Soedarto. (2012). Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Sagung Seto. Soegeng, S. (2008). Demam Berdarah Dengue. Surabaya: Airlangga University Press. Suparyanto. M. (2010, juli Minggu). Konsep Perilaku. Retrieved April 6, 2013, from (http://dr- suparyanto.blogspot.com/2010/07/konsep-perilaku.html).

  Syakira, G. (2009, Januari Minggu). Konsep Perilaku. Retrieved April Minggu 7, 2013, from (http://syakira- blog.blogspot.com/2009/01/konsep-perilaku.html).

  534