BAB X PELAKSANAAN EKSPOR I - 10_Pelaksanaan Ekspor 1

BAB X PELAKSANAAN EKSPOR I Tujuan Instruksional Khusus: Setelah menyelesaikan perkuliahan dengan Pokok Bahasan Pelaksanaan Ekspor, Mahasiswa akan

  dapat menjelaskan proses terjadinya transaksi perdagangan dengan pembeli atau penjual Luar Negeri dengan benar.

  10.1 . Pernyataan Minat Indentor

  Secara umum sukar dikatakann siapa yang layak untuk mengambil inisiatif, apakah penjual yang harus menghubungi pembeli ataukah sebaliknya. Pada saat barang langka, biasanya pembeli lebih aktif, dan sebaliknya bila barang melimpah maka otomatis penjual aktif mencari pembeli. Sesuai dengan pola manajemen pemasaran yang mutakhir, sewajarnyalah penjual yang aktif memasarkan komoditinya sesuai dengan peribahasa lama “The Customer is a King” bahwa “Langganan adalah Raja”.

  Dalam hubungan indentor dan importir seharusnya importir yang harus aktif mencari indentor dan begitu pula dalam hubungannya importir dan eksportir, maka eksportir yang harus menjalankan peranan aktif. Bila seorang importir berhasil dalam memperkenalkan komoditi yang ditanganinya pada seorang indentor, maka sebaiknya indentor diminta menyatakan secara tertulis kepada importir mengenai minatnya untuk memesan barang yang dibutuhkannya, baik mengenai jenis, kuantum, harga yang diingini dan waktu penyerahan serta keterangan lain yang dibutuhkan untuk memudahkan importir mencarikan komoditi yang dimaksud di pasaran Internasional. Surat pernyataan minat ini (Letter of Indent) merupakan data yang sangat berguna bagi importir dalam menentukan arah kegiatan dagangnya lebih lanjut.

10.2. Mencari Informasi Sumber Barang

  Bila importir sudah mengetahui komoditi yang diingini oleh calon indentor, maupun kebutuhan pasar pada umumnya, maka dapat disusun rencana impor untuk komoditi bersangkutan. Tugas selanjutnya adalah menghubungi pensuplai atau eksportir yang kiranya dapat mensuplai barang tersebut. Nama dan alamat pensuplai itu dapat diperolehy melalui salah satu kelompok promosi sebagaimana diuraikan dahulu. Sebagai contoh misalnya kita menghubungi Kamar Dagang dan Industri Jepang, maka kita buat surat yang berbunyi sbb:

  The Secretary TOKYO Chamber of Commerce & Industry 14-3 Chome Marunouchi, Chiyoda-Ku Tokyo – Japan Dear Sir, Subject: Supplier of Sinthetic Fibres

Allow us to intruduce our company as a general importer, engaged in many branches of trade

and are anxious to establish business relation with Japanese firms, especially who is dealing

with the export of SINTHETIC FIBRES.

  

Could you give names and address of suitable firms, who could supply us with the above

mentioned product. It should be highly appreciated if you will publish a suitable notice to this

effect in your next publication or bulletin. Thanking you for your kind assistance. Sincerely Yours,

  10.3. Permintaan Harga pada Pensuplai

  Bilamana nama dan alamat pensuplai ini sudah diperoleh, maka selanjutnya tinggal mengadkan kontak atau korenspondsi dengan merka untukmenyampaikan apa yang lajim disebut dengan “Permintaan Harga” atau “an Inquiry for a Qoutation” oleh karena pembeli dan penjual dalam jarak yang berjauhan maka sebagai penghubung (komunikasi) biasanya dipergunakan pertukaran surat-menyurat ataupun dengan saling mengirim kawat. Dalam jaman modern ini di mana faktor waktu sudah sangat diperhitungkan, maka pemakaian kawat telex, telepon dan radio sudah menjadi umum untuk melakukan transaksi dengan luar negeri. Untuk penghematan biaya, baik dalam mempergunakan kawat telex atupun radio, telah dipergunakan semacam kalimat santi atau kode, terutama untuk pengiriman kawat. Pemakaian kata-kata kode sudah bertambah melauas dalam menyampaikan berita-berita perdagangan atu dalam mengadakan pembicaraan perdagangan dengan luar negeri. Oleh karena itu mereka berkecimpung dalam perdagangan Luar Negeri penting sekali membaca berita bentuk kode

  

(decoding). Buku-buku code terkenal dalam kalangan perdangan luar negeri adalah ABC-Code,

ACME-Code dan BENTLEY’S-Code.

  10.4. Penawaran Harga dari Pensuplai

  Setelah eksportir menerima “permintaan harga” dari Importir maka eksportir biasanya memenuhi permintaan itu dengan mengirimkan penawaran atau dalam bahasa asingnya disebut Offer. Penawaran atau Offer ini ada bermacam-macam pula antara lain “Free Offer”, yang mana penjual hanya mencantumkan catatan harga barang yang sifatnya tidak mengikat (Without engagement). Disamping itu juga dikenal apa yang disebut “Firm Offer”, dimana penjual menentukan baik harga maupun syarat-syarat lainnya untuk suatu jangka waktu tertentu. Pihak pembeli dapat mengambil keputusan mengikat dalam jangka waktu itu dalam arti kata untuk menerima penawaran itu beserta syarat-syarat yang disebut. Jika demikian maka importir memberitahukan kepada eksportir akan persetujuannya. Persetujuan importir atas surat penawaran itu diseubt dengan “acceptance”. Dengan adanya penawaran yang disetujui oleh calon pembeli, maka80 dari sudut hukum sudah terjadi transaksi “Jual-beli” yang biasa disebut dengan Contract of Sale atau Agreement Sale. Bila pembeli tidak dapat menyetujui seluruh syarat dari penawaran itu, maka pembeli dapat mengajukan usul-usul perubahan yang diinginkan. Permintaan perubahan dari calon pembeli atas suatu firm

  

offer disebut dengan Counter offer. Dalam hal calon penjual dapat menyetujui usul-usul perubahan

itu, berarti calon penjual bersedia mempengaruhi firm offer nya.

  Berdasarkan firm offer yang baru itulah disusun Sales Contract dimana kedua belah pihak mengikatkan diri melakukan perjanjian jual beli dengan syarat-syarat yang telah sama-sama dimufakati. Sales Contract ini juga disebut order note atau purchase note; ataupun import contract

  

note yang isinya menyebutkan referensi dari korespondensi terdahulu, pernyataan penetapan

  pesanan, uraian barang, penentuan harga satuan dan jumlah harga, waktu pengiriman barang, cara pengepakan, merk, cap pengepakan yang diingini, shipping document yang diperlukan, syarat pembayaran, asuransi, dll yang dirasa perlu. Dalam penysusunan sales contract perlu sekali diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

  a. Uraian Barang-barang

  Bilamana barang tersebut sudah mempunyai mutu baku internasional, maka dalam menentukan mutu disebtukan mutu bakunya. Disamping keterangan teknik harus pula disebutkan nama pabriknya seperti Siemens, Philips, Singer, dll. Barang lainnya dapat juga dengan melampirkan

brochure atau leaflet, atau kalau hal itu tidak mungkin dapat juga dilengkapi dengan contoh.

  b. Jumlah Barang

  c. Harga

  Dalam menentukan harga jual-beli, disamping jenis mata uangnya harus jelas, syarat-syarat penyerahanpun harus tegas. Disamping syarat penyerahan barang seperti Loco Price, FOB, C&F, CIF, dan Franco Gudang Pembeli, dikenal juga dengan syart penyerahan: Foq, Fas, dan Far.

  Foq: Free on Quay. Fas: Free Alongside Ship ----- Harga sudah termasuk sampai barang diserahkan di kade di

  samping kapal yang akan memuat barang

  Far: Free Alongside Rail ----- Harga termasuk sampai barang diserahkan di pelataran stasion kerta api yang akan menyangkut barang.

  Syarat-syarat penyerahan lain yang dapat pula dikemukakan misalnya:

  Fot: Free on Truck Fiw: Free in wagon For: Free on Rail

  d. Tempat Penyerahan Barang

  Dalam menentukan harga dari transaksi, di samping syarat penyerahan barangnya seperti loco, FOB, C&F, dll, harus dijelakan pula nama tempat dimana penyerahan itu akan dilakukan secara fisik. Pennetuan nama tempat penyerahan barang secara fisik ini penting untuk mengetahui batas tanggung jawab masing-masing pihak baik penjual maupun pembeli. Untuk mengetahui betapa pentingnya nama tempat penyerahan barang, maka dapat kita misalkan seorang penjual menyetujui penetapa suatu harga barang dengan syarat penyerahan loco gudang penjual. Di dalam hal ini timbul pertanyaan di mana letaknya gudang penjual ini apakah di daerah pedalaman ataukah sudah berada di dalam daerah pelabuhan ekspor. Bilamana gudang yang dimaksud berada di daerah pedalaman, maka pembeli harus memikirkan pula bagaimana cara mengankutnya dari gudang itu ke daerah pelabuhan, berapa ongkos pengangkutan yang diperlukan dan siapa yang akan mengurus pengangkutan barang- barang itu di gudang penjual sampai ke pelabuhan. Di samping itu pembeli harus jug memikirkan siapa yang akan mengurus segala formalitas ekspor sampai barang tersebut dapat dikeluarkan dari daerah pabean negara penjual. Hal ini perlu dipikirkan semuanya oleh pembeli karena tanggung jawab penjual sesuai, dengan syarat penyerahan loco gudang penjual hanyalah sampai penyerahan barang di gudang yang ditentukan.

  Begitu juga dengan harga penjualan yang memakai syarat penyerahan FOB. Harga yang disetujui mengandung pengertian bahwa barang-barang akan diserahkan oleh penjual sampai berada di atas kapal. Dalam hal ini masih harus ditentukan dimana pemuatan ke atas kapal itu akan dilakukan, dijelaskan pula nama pelabuhan muat itu, serta siapa yang harus mengurus ruangan di kapal (booking space). Ringkasnya adalah bahwa disamping syarat penyerahan, maka perlu pula ditentukan dengan tegas tempat penyerahan dari barang-barang yang dijualbelikan itu. Dalam perdagangan luar negeri, barang-barang dikirim atau diterima melalui saluran sebagai berikut:

  1. Melalui pelabuhan-pelabuhan laut

  2. Melalui pelabuhan-pelabuhan udara

  3. Melalui stasiun kereta api maupun stasiun bus (terutama di Eropa) sebab antara satu negara dengan negara lain disamping mempunyai jaringan perhubungan laut, mereka juga mempunyai jaringan jalan darat karena geografis negara-negara itu sama-sama berada dalam satu daratan).

  4. Melalui kantor-kantor pos Dinegara kita khususnya, pengiriman barang ekspor maupun pemasukan barang impor sebagian besar dilakukan melalui pelabuhan laut. Hal inidisebabkan karena perbatasan negara kita dengan negara lainnya sebagian besar dibatasi oleh lautan kecuali dengan Malaysia Timur, Brunai Darussalam dan papua Nugini. Sekalipun sebagian besar hasil ekspor maupun impor dikirim atau diterima jmelalui pelabuhan-pelabuhan laut, tapi tidak seluruh pelabuhan laut maupun pelabuhan udara kita dapat dijadikan pelabuhan ekspor maupun impor. Hal ini disebabkan antara lain karena:

  1. Tidak semua pelabuhan dilengkapi dengan peralatan untuk mengirim barang ekspor maupun untuk penerimaan barang impor, baik peralatan berupa equipment maupun peralatan administrasi seperti Direktorat Bea Cukai. Tidak semua pelabuhan kita disinggahi oleh maskapai pelayaran samudera Internasional.

  2. Pada umumnya maskapai pelayaran samudera internasional hanya memuat dan membongkar barang pada pelabuhan ekspor utama (basic port) sedangkan pengangkutan selanjutnya ke pelabuhan lain di luar main port itu, apaupun sebalinya pengiriman barang dari satu pelabuhan ke pelabuhan main port diselenggarakan oleh maskapai pelayaran pantai. Oleh karena itu dalam penetapan harga harus diiringi dengan syarat penyerahan dan anama tepat penyerahan itu akan dilakukan, sehingga di dalam kontrak penjualan harus dijelaskan misalnya: FOB Tanjung Priok atau FOB Bengkulu. Di Indonesia terdapat beberapa pelabuhan ekspor utama pelabuhan impor utama yang lazim disebut sebagai main port:

  4. Belawan

  7. Ujung Pandang

  1. Tanjung Priok Surabaya

  8. Dll 2. Cirebon 5. Sabang 3. Semarang 6.

  Penetapan main ports ini penting artinya terutama dalam persoalan tarif ongkos angkut. Pelabuhan- pelabuhan lainnya yang pada umumnya pelabuhan-pelabuhan kecil disebut out ports. Di negara-negara lainnya dikenal juga pembagian pelabuhan ini, seperti di Eropa dikenal Europian Basic Port (EBP) sehinga dalam penawaran biasanya tedapat ketentuan harga dengan syarat penyerahan seperti CIF-EBP yang berarti bahwa harga penawaran itu meliputi CIF sampai di salah satu pelabuhan Basic Eropa. Sebaliknya dalam melakukan pembelian barand dari luar negeri harus juga diperhatikan nama tempat pelabuhan muat itu. Misalnya suatu perusahaan Jepang menawarkan Cousin Soda dengan harga FOB/Euro 2400 per ton dengan pelabuhan muat Yokohama sedangkan perusahaan Inggris menawrkan barang yang sama dengan harga FOB Liverpool sebesar Euro 2400 juga. Dalam hal ini ada baiknya caustic soda itu dibeli dari Jepang mengingat adanya perbedaan ongkos angkot antara Yokohama-Mainport Indonesia dengan Liverpool-MainportIndonesia, yang mana ongkos angkut itu akan lebih rendah dari Yokohama ke

  Indonesia dibandingkan dengan dari Liverpool ke Indonesia. Keuntungan lain adalah cepatnya waktu pengiriman kearena jaraknya yang dekat. Jadi

e. Syarat Penyerahan dan Biaya

  Syarat penyerahan seprti Loco, FOB, Franco dsb bagi penjual mencerminkan kewajiban- kewajiban pokok yang menjadi tanggung jawabnya. Pertama, syarat penyerahan itu harus menentukan tempat dimana barang yang dijualnya itu harus diserahkan secara fisik kepada pembeli, sedangkan di lain pihak syarat penyerahan itu juga berarti penentuan biaaya yang menjadi tanggung jawab penjual. Selisih antara harga penjualan dengan biaya-biaya ini merupakan keuntungan atau kerugian bagi penjual.

  10.5. Kontrak Indent

  Berdasarkan penawaran dari pensuplai yang biasanya mencantumkan harga CIF dapatlah dihitung secara lebih tepat bea-masuk, sewa-gudang, biaya inclaring dan biaya pelabuhan, serta biaya bank. Selain itu dpat pula diperkirakan waktu kedatangan kapal. Berdasarkan data di atas dpatlah disusun kontrak indent dengan Indentor secara lebih tepat.

  Dalam menyusun kontrak indent ini seyogyanya ditegaskan tanggung jawab atas resiko yang lazim dialami dalam perdagangan internasional seperti resiko fluktuasi kurs (nilai) valuta, devaluasi atas valuta, resiko keterlambatan pengapalan, resiko perbedaan mutu, resiko kenaikan ongkos angkut, reskiko perubahan bea masuk dan akaibat lain karena perubahan peraturan pemerintah. Dalam kontrak indent harus jelas pula diatur tanggung jawab masing-masing pihak, serta jaminan pembayar (bank garansi, dll).

  10.6. Penempatan Pesanan

  Setelah importir menerima penawaran dari pencuplai, ia, berkewajiban mempelajari tiap-tiap penawaran itu dengan seksama baik mengenai mutu, harga, waktu penyerahan, serta pembyaran yang diajukan pensuplai. Yang paling penting tentulah mengani bonafiditas dari pensuplai yang dapat diperoleh misalnya dengan meminta referensi bank dari pensuplai itu, ataupun semacam surat keterangan yang dikeluarkan oleh kamar dagang dari negara pensuplai tersebut. Sebaiknya kita berbubungan dengan pensuplai yang sudah terkenal yang biasanya sudahmempunyai kantor-kantor perwakilan di mana-mana, atau dapat ditanyakan melalui kantor- kantor kedutaan negaranya, ataupun melalui kantor-kantor kedutaan kita di negara pensuplai. Bila penwaran dari pensuplai dapat kita setujui, dan dapat pula diterima oleh indentor, maka barulah dibuat surat pesanan atau order pembelian ke luar negeri.

  DAFTAR PUSTAKA: 1. Amir, MS. 2003. Strategi Memasuki Pasar Ekspor. PPM. Jakarta.

  2. Amir, MS. 2000. Seluk Beluk dan Teknik Perdagangan Luar Negeri. PT. Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta.

  3. Amir, MS. 1999. Ekspor Impor: Teori dan Penerapannya. PT. Pustaka Binaman Pressindo.

  Jakarta

  EVALUASI:

  Coba Saudara presentasikan bagaimana proses pelaksanaan Ekpor !