PENGARUH CAPITAL INTENSITY RATIO, INVENTORY INTENSITY RATIO, OWNERSHIP STRUCUTRE DAN PROFITABILITY TERHADAP EFFECTIVE TAX RATE (ETR) (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011 -2014)
1 Citra Lestari Putri 2 , dan Maya Febrianty Lautania *
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Program Studi Akuntansi, Universitas Syiah Kuala e-mail: * 1 citr4lestari19@gmail.com
Abstract
The objectives of the research are to examine the effect of capital intensity ratio, inventory intensity ratio, ownership structure, dan profitability on effective tax rate (ETR) both simultaneously and partially. In this research, ownership structure variable using managerial ownership and institutional ownership. Profitability measured by using ROA (Return on Asset)..
Data were collected from the financial statements of the manufacture companies that listed at Indonesia Stock Exchange. Research conduct in 4 years (2011-2014). By using purposive sampling, there are 60 companies fulfilling the sample criteria. Multiple linier regression model is used to test the hypothesis.
The results of this research are capital intensity ratio, inventory intensity ratio, ownership structure, and profitability simultaneously influence on ETR. Ownership structure partially does not have affect on ETR. Partially, Capital intensity ratio and inventory intensity ratio have negative influence to ETR and profitability has positive influence on ETR.
Keywords : Capital intensity ratio, inventory intensity ratio, ownership structure, profitability, and ETR .
1. Pendahuluan
melaporkan pajak sendiri. Penggunaan self assessment Perusahaan-perusahaan yang berdiri dan
system dapat memberikan kesempatan perusahaan mengembangkan usahanya di Indonesia memiliki
untuk menghitung penghasilan kena pajak serendah kewajiban untuk membayar pajak. Bagi pemerintah,
mungkin, sehingga beban pajak yang ditanggung pajak tersebut merupakan salah satu sumber
perusahaan menjadi turun (Ardyansyah dan Zulaikha, pendanaan dalam membiayai pembangunan negara.
Bagi perusahaan, pajak merupakan hal yang ingin Sabli dan Noor (2012) menjelaskan bahwa dihindari karena merugikan perusahaan. Pajak bagi
perusahaan akan terlibat dalam strategi perencanaan perusahaan merupakan beban yang dapat mengurangi
untuk meminimalkan, laba bersih dari suatu perusahaan.
menghilangkan atau menunda kewajiban pajak. Untuk mendorong perusahaan agar tidak
Fenomena ini menyiratkan bahwa sesungguhnya ada merasa pajak merupakan beban yang harus dihindari
rasa tidak senang perusahaan untuk membayar pajak dan mendorong mereka untuk lebih giat lagi berusaha,
karena dirasa tidak mendapatkan imbalan langsung pemerintah memberikan insentif penurunan pajak
yang dapat memberikan keuntungan bagi pembayar badan terhadap perusahaan pada Undang-Undang No.
pajak. Perencanaan pajak yang diperbolehkan dalam
36 Tahun 2008 pasal 17 ayat 2(b) dan Peraturan peraturan perpajakan dapat dilakukan dengan
mengurangi beban pajak terutang. Sebagai contoh, penyerdehanaan pajak. Di Indonesia, sistem
Pemerintah Nomor 46 tahun 2013 tentang
penghasilan kena pajak pada perusahaan yang perpajakan yang digunakan adalah self assessment
menggunakan pembiayaan mayoritas dari pinjaman system yaitu pemerintah memberikan wewenang
lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang kepada pengusaha kena pajak untuk menghitung dan
menggunakan model pembiayaan mayoritas lewat menggunakan model pembiayaan mayoritas lewat
perpajakan berdasarkan kesempatan yang diberikan pengurang penghasilan kena pajak, sehingga laba
oleh pihak pemilik. Pengurangan beban pajak sebelum pajak juga menjadi lebih rendah
perusahaan dapat dilakukan melalui berbagai cara, dibandingkan dengan perusahaan yang menggunakan
diantaranya dalam proporsi aset tetap di dalam pembiayaan mayoritas lewat penerbitan saham.
perusahaan. Proporsi aset tetap diukur dengan Pada saat ini penerapan tarif PPh badan di
menggunakan capital intensity ratio. Perusahaan Indonesia mengalami perubahan Undang-Undang no.
dengan jumlah aset yang besar akan memiliki beban
36 tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas pajak yang lebih rendah dibandingkan dengan Undang-Undang no. 7 tahun 1983 tentang pajak
perusahaan yang memiliki jumlah aset yang lebih penghasilan menerapkan tarif tunggal untuk PPh
kecil karena mendapatkan keuntungan dari beban badan sebesar 28% pada tahun 2009 dan 25% pada
depresiasi yang ditanggung perusahaan (Noor dan tahun 2010 dimana tarif yang digunakan sebelumnya
Sabli, 2012).
adalah tarif progresif. Beberapa perusahaan Tingkat persediaan atau inventory intensity seharusnya membayar pajak dengan tarif pajak efektif
ratio yang tinggi juga dapat mengurangi jumlah pajak yang lebih tinggi/rendah dari tarif tersebut. Hal ini
yang dibayar perusahaan. Hal ini karena timbulnya dimungkinkan karena adanya perbedaan perlakuan
beban-beban bagi perusahaan akibat dari adanya antara pencatatan akuntansi dan perpajakan serta
persediaan (Herjanto, 2007:248). Beban-beban adanya perbedaan karakteristik bisnis perusahaan.
tersebut akan mengurangi laba bersih perusahaan dan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
mengurangi jumlah pajak yang dibayarkan oleh kontribusi terhadap upaya pemerintah dalam menutup
perusahaan. Manajer akan berusaha meminimalisir potensi kerugian negara, dengan melakukan
beban tambahan karena banyaknya persediaan agar identifikasi
tidak mengurangi laba perusahaan. Tetapi di sisi lain, mempengaruhi tarif pajak efektif perusahaan-
manajer akan memaksimalkan biaya tambahan yang perusahaan di Indonesia yang masih memiliki potensi
terpaksa ditanggung untuk menekan beban pajak yang pembayaran pajak lebih, khususnya perusahaan yang
dibayar perusahaan.
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Tarif pajak ETR juga dipengaruhi oleh struktur efektif atau ETR (Effective Tax Rate) digunakan untuk
kepemilikan perusahaan. Struktur kepemilikan mengukur pajak yang dibayarkan sebagai proporsi
perusahaan terdiri dari kepemilikan institusional dan dari pendapatan ekonomi (Ardyansah dan Zulaikha,
kepemilikan manajerial. Menurut Ali et al. (2008) 2014). Tarif pajak yang ada di dalam undang-undang
ketika kepemilikan manajerial dalam sebuah perpajakan merupakan tarif pajak statuori (tetap).
perusahaan tinggi, manajer cenderung akan Sedangkan ETR merupakan jumlah pajak yang
mengurangi usahanya untuk memaksimalkan nilai dibayar perusahaan relatif terhadap laba kotor (Noor
perusahaan dan dorongan untuk memanipulasi laba et al., 2010). Dengan teridentifikasinya faktor-faktor
termasuk meningkatkan laba dan menurunkan beban yang mempengaruhi ETR, maka Ditjen Pajak dapat
pajak.
institusional juga akan perusahaan model apa yang masih memiliki tarif pajak
melihat karakteristik tertentu dari perusahaan-
Kepemilikan
mempengaruhi perusahaan agar lebih agresif dalam efektif tinggi (rendah), sehingga pemerintah bisa
upaya memaksimalkan laba setelah pajak, sehingga mempertimbangkan pemberian insentif (disinsentif)
pihak institusi sebagai pemegang saham akan fokus pajak yang tepat.
pada kinerja jangka pendek yang mendorong manajer Ada
membuat keputusan untuk meningkatkan laba jangka mempengaruhi perusahaan di dalam mempengaruhi
pendek (Khurana dan Moser, 2009). Dengan adanya ETR, diantaranya capital intensity ratio, inventory
pengawasan dari kepemilikan institusional dan intensity ratio, ownership structure, dan profitability.
kepemilikan manajerial akan membuat pihak Perusahaan dapat mengambil tindakan sendiri dalam kepemilikan manajerial akan membuat pihak Perusahaan dapat mengambil tindakan sendiri dalam
2) Menguji pengaruh capital intensity ratio terhadap strategi terkait dengan pajak.
ETR pada perusahaan manufaktur di BEI tahun Profitabilitas juga akan mempengaruhi ETR.
2011-2014.
Perusahaan yang mendapatkan laba besar cenderung
3) Menguji pengaruh inventory intensity ratio memiliki tarif pajak yang tinggi. Sehingga perusahaan
terhadap ETR pada perusahaan manufaktur di BEI yang labanya tinggi mempunyai kesempatan dan
tahun 2011-2014.
insentif yang lebih tinggi untuk menurunkan pajak
4) Menguji pengaruh managerial ownership yang harus dibayar (Mahenthiran dan Kasipillai,
terhadap ETR pada perusahaan manufaktur di BEI 2012). Salah satu rasio untuk mengukur tingkat
tahun 2011-2014.
5) Menguji pengaruh institutional ownership Asset ). ROA mengukur kemampuan perusahaan
profitabilitas perusahaan adalah ROA (Return On
terhadap ETR pada perusahaan manufaktur di BEI secara keseluruhan dalam menghasilkan laba dengan
tahun 2011-2014.
menggunakan aktiva yang dimiliki oleh perusahaan
6) Menguji pengaruh profitability terhadap ETR (Syamsuddin, 2009:63).
pada perusahaan manufaktur di BEI tahun 2011- Berdasarkan uraian latar belakang yang telah
dikemukakan, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
Bagi akademisi, terdapat beberapa manfaat
1) Apakah capital intensity ratio, inventory intensity hasil penelitian yang dapat diperoleh sebagai berikut: ratio , ownership structure (managerial dan
1) Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat institutional), dan profitability secara bersama-
menambah wawasan dan pengetahuan khususnya sama berpengaruh terhadap ETR pada perusahaan
tentang pengaruh capital intensity ratio, inventory manufaktur di BEI tahun 2011-2014.
intensity ratio , ownership structure, dan
2) Apakah capital intensity ratio berpengaruh
profitability terhadap ETR.
terhadap ETR pada perusahaan manufaktur di BEI
2) Bagi literatur, penelitian ini diharapkan dapat tahun 2011-2014.
memberikan kontribusi pemahaman lebih tentang
3) Apakah inventory intensity ratio berpengaruh pengaruh capital intensity ratio, inventory terhadap ETR pada perusahaan manufaktur di BEI
intensity ratio , ownership structure, dan tahun 2011-2014.
profitability terhadap ETR.
4) Apakah managerial ownership berpengaruh
3) Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan penelitian terhadap ETR pada perusahaan manufaktur di BEI
ini dapat menjadi referensi dan rujukan bagi tahun 2011-2014.
penelitian-penelitian yang akan dilakukan di masa
5) Apakah institutional ownership berpengaruh
akan datang.
terhadap ETR pada perusahaan manufaktur di BEI Bagi praktisi, penelitian ini dapat memberikan tahun 2011-2014.
manfaat antara lain:
6) Apakah profitability berpengaruh terhadap ETR
1) Bagi investor, penelitian ini menjadi masukan pada perusahaan manufaktur di BEI tahun 2011-
terkait pengaruh capital intensity ratio, inventory 2014.
intensity ratio , ownership structure, dan Berdasarkan rumusan masalah yang telah
profitability terhadap ETR.
diuraikan sebelumnya, maka tujuan yang ingin dicapai
2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dalam penelitian ini antara lain:
wawasan bagi masyarakat untuk mengetahui
1) Menguji pengaruh capital intensity ratio,inventory pengaruh capital intensity ratio, inventory intensity ratio , ownership structure (managerial
intensity ratio , ownership structure, dan dan institutional), dan profitability secara
profitability terhadap ETR.
bersama-sama terhadap ETR pada perusahaan manufaktur di BEI tahun 2011-2014.
2. Kerangka Teoritis Dan Pengembangan
2.1.3 ETR (Effective Tax Rate) Hipotesis
ETR (Effective Tax Rate) adalah besarnya
2.1 Kajian Pustaka
beban pajak dihitung dari dasar pengenaan pajak
2.1.1 Pajak
dikalikan dengan tarif pajak yang berlaku. Tarif pajak Berdasarkan UU No. 28 tahun 2007 pasal 1
yang berlaku adalah tarif pajak yang tidak ditetapkan ayat (1) pengertian pajak adalah kontribusi wajib
oleh pemerintah dalam aturan perpajakan. Menurut kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
Noor et al. (2010) ETR sebenarnya merupakan ukuran badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-
beban pajak perusahaan karena mengungkapkan undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
tingkat pajak yang dibayarkan terhadap laba langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
perusahaan. ETR dapat digunakan sebagai indikator sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
perencanaan pajak yang efektif.
Dalam pasal 2 ayat (1) dan (2) UU No. 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
2.1.4 Capital Intensity Ratio
Perpajakan disebutkan bahwa setiap wajib pajak yang Capital intensity ratio adalah jumlah modal telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif
perusahaan yang diinvestasikan pada aktiva tetap sesuai dengan etentuan peraturan perundang-undangan
biasanya diukur dengan perpajakan wajib mendaftarkan diri pada kantor
perusahaan
yang
menggunakan rasio aktiva tetap dibagi dengan Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya
penjualan (DeFond dan Hung, 2001). Menurut meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan wajib
Sartono (2001:120) capital intensity ratio merupakan pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib
rasio antara aset tetap, seperti peralatan pabrik, mesin Pajak. Setiap wajib pajak sebagai pengusaha yang
dan berbagai properti, terhadap penjualan. Menurut dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak
Commanor dan Wilson (1967) capital intensity ratio Pertambahan Nilai tahun 1984 dan perubahannya,
merupakan salah satu informasi yang penting bagi wajib melaporkan usahanya pada kantor Direktorat
investor karena dapat menunjukkan tingkat efisiensi Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat
penggunaan modal yang telah ditanamkan. tinggal atau tempat kedudukan pengusaha, dan tempat kegiatan usaha dilakukan untuk dikukuhkan menjadi
2.1.5 Inventory Intensity Ratio
Pengusaha Kena Pajak. Inventory Intensity Ratio menunjukkan Dasar perhitungan besar pajak yang harus
keefektifan dan keefisienan perusahaan untuk dibayar oleh perusahaan adalah Penghasilan Kena
mengatur investasinya dalam persediaan yang Pajak yang dapat dilihat dalam laporan laba rugi yang
direfleksikan dalam berapa kali persediaan itu diputar telah disusun sesuai dengan peraturan dan ketentuan
selama satu periode tertentu (Etty dan Rasita, 2005). perpajakan.
Menurut Harahap (2009) rasio ini menggambarkan hubungan antara volume barang yang terjual dengan
2.1.2 Tarif Pajak
volume dari persediaan yang ada ditangan dan Suparmono (2010:7) menyatakan bahwa tarif
digunakan sebagai salah satu ukuran efisiensi pajak digunakan dalam perhitungan besarnya pajak
perusahaan.
terutang. Dengan kata lain, tarif pajak merupakan tarif yang digunakan untuk menentukan besarnya pajak
2.1.6 Kepemilikan
Manajerial (Managerial
yang harus dibayar. Secara umum, tarif pajak
Ownership)
dinyatakan dalam bentuk persentase (Resmi, 2013). Kepemilikan manajerial adalah kondisi yang Persentase pengenaan tarif pajak ada yang tetap dan
menunjukkan bahwa manajer memiliki saham dalam ada juga yang berubah sesuai dengan jenis pajak yang
perusahaan atau manajer tersebut sekaligus sebagai harus dibayar wajib pajak.
pemegang saham perusahaan (Rustiarini, 2009). Kepemilikan saham manajerial dapat menyelaraskan antara kepentingan pemegang saham dengan manajer, pemegang saham perusahaan (Rustiarini, 2009). Kepemilikan saham manajerial dapat menyelaraskan antara kepentingan pemegang saham dengan manajer,
modal, baik modal secara keseluruhan maupun modal juga akan menanggung risiko apabila ada kerugian
sendiri (Horne dan Wachowiez, 1997). yang timbul sebagai konsekuensi dari pengambilan
Dalam penelitian ini rasio yang digunakan keputusan yang salah (Pujiningsih, 2011).
adalah ROA (Return On Assets). ROA berfungsi Cruthley dan Hansen (1989) menyatakan
untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam bahwa kepemilikan saham oleh manajer akan
penggunaan sumber daya yang dimilikinya (Siahan, mendorong penyatuan kepentingan antara prinsipal
2004). ROA adalah satu indikator yang dapat dan agen sehingga manajer bertindak sesuai dengan
mencerminkan performa keuangan perusahaan, keinginan pemegang saham dan dapat meningkatkan
semakin tinggi nilai ROA, semakin tinggi keuntungan kinerja perusahaan. Kepemilikan manajerial dalam
perusahaan sehingga semakin baik dan semakin sebuah perusahaan dipandang dapat menyelaraskan
efektif pengelolaan aset suatu perusahaan (Harahap, potensi perbedaan kepentingan antara pemegang
saham di luar manajemen sehingga permasalahan keagenan diasumsikan akan hilang apabila seorang
2.2 Kerangka Teoritis
manajer adalah juga sebagai seorang pemilik (Jensen
2.2.1 Pengaruh Capital Intensity Ratio terhadap
dan Meckling, 1976).
ETR (Effective Tax Rate)
Capital intensity ratio sering dikaitkan dengan
2.1.7 Kepemilikan Institusional (Institutional
seberapa besar aktiva tetap yang dimiliki perusahaan
Ownership)
terhadap volume penjualan. Rodriguez dan Arias Kepemilikan institusional merupakan jumlah
(2012) menyebutkan bahwa aktiva tetap yang dimiliki saham perusahaan yang dimiliki oleh pihak institusi
perusahaan untuk atau lembaga antara lain seperti perusahaan investasi,
perusahaan memungkinkan
memotong pajak akibat depresiasi dari aktiva tetap perusahaan asuransi, bank ataupun perusahaan-
setiap tahunnya. Namun, untuk tujuan tertentu perusahaan swasta lain. Dengan adanya kepemilikan
perusahaan dapat membuat kebijakan akuntansi institusional,
dengan memperlambat waktu penyusutan aset tetap mengoptimalkan pengawasan kinerja manajemen
dibandingkan penyusutan menurut pajaknya sehingga dengan memonitoring setiap keputusan yang diambil
laba akuntansi perusahaan menjadi lebih besar dari oleh pihak manajemen yang bertindak sebagai
laba fiskalnya sehingga menimbulkan pajak pengelola perusahaan. Shleifer dan Vishny (1986)
tangguhan pada periode mendatang. Hal ini menyatakan
menunjukkan bahwa perusahaan dengan tingkat aktiva memainkan peran penting dalam pengawasan,
tetap yang tinggi memiliki beban pajak yang lebih mendisiplinkan, dan mempengaruhi manajer.
rendah dibandingkan perusahaan yang mempunyai Adanya pengawasan yang optimal terhadap
aktiva tetap yang rendah.
kinerja manajer, maka manajer akan lebih berhati-hati Liu dan Cao (2007) menyebutkan bahwa dalam mengambil keputusan. Pozen (2004)
metode penyusutan aset didorong oleh hukum pajak, mengungkapkan beberapa metode yang digunakan
sehingga biaya depresiasi dapat dikurangkan pada laba oleh pemilik institusional yang dapat mempengaruhi
sebelum pajak. Dengan demikian semakin besar pengambilan keputusan manajerial, mulai dari diskusi
proporsi aktiva tetap dan biaya depresiasi modal, informal dengan manajemen, sampai dengan
perusahaan akan mempunyai ETR yang rendah. Lebih pengendalian seluruh kegiatan operasional dan
lanjut, Noor dan Sabli (2012) menjelaskan bahwa pengambilan keputusan perusahaan.
perusahaan yang mempunyai aset tetap yang tinggi cenderung melakukan perencanaan pajak, sehingga
2.1.8 Profitability
mempunyai ETR yang rendah.
menghasilkan laba (profit) selama periode tertentu
2.2.2 Pengaruh Inventory
Intensity
Ratio
yang diambil oleh pihak manajemen selaku pengelola
terhadap ETR (Effective Tax Rate)
perusahaan. Shleifer dan Vishney (1986) berpendapat Intensitas
bahwa kepemilikan institusional, dengan kepemilikan bagaimana
persediaan
menggambarkan
saham yang besar dan hak suara, dapat memaksa kekayaannya pada persediaan. Besarnya intensitas
perusahaan
menginvestasikan
manajer untuk fokus pada kinerja perusahaan dan persediaan dapat menimbulkan biaya tambahan antara
untuk mementingkan lain adanya biaya penyimpanan dan biaya yang timbul
menghindari
peluang
kepentingan pribadinya, kepemilikan institusional akibat adanya kerusakan barang (Herjanto, 2007:248).
juga memiliki insentif untuk memastikan bahwa PSAK No. 14 (revisi 2008) mengatur biaya yang
perusahaan mengambil keputusan-keputusan yang timbul atas kepemilikan persediaan yang besar harus
akan memaksimalkan kekayaan pemegang saham. dikeluarkan dari dari biaya persediaan dan diakui
Semakin besar proporsi saham yang dimiliki oleh sebagai beban dalam periode terjadinya biaya. Biaya
pengawasan terhadap tambahan atas adanya persediaan yang besar akan
institusional
membuat
manajemen juga akan meningkat. Hal tersebut menyebabkan penurunan laba perusahaan.
membuat pemegang saham akan berusaha sebisa Dalam agensi teori, manajer akan berusaha
perusahaan untuk meminimalisir beban tambahan karena banyaknya
mungkin
mengarahkan
meminimalkan beban tanggungan pajaknya. persediaan agar tidak mengurangi laba perusahaan. Di
2.2.5 Pengaruh Profitability terhadap ETR
sisi lain, manajer akan memaksimalkan biaya
(Effective Tax Rate)
tambahan yang terpaksa ditanggung untuk menekan
merupakan kemampuan beban pajak. Cara yang akan digunakan manajer
Profitability
perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari adalah dengan membebankan biaya tambahan
kegiatan yang dilakukan perusahaan. Rodriguez dan persediaan untuk menurunkan laba perusahaan
Arias (2012) menyebutkan bahwa hubungan antara sehingga dapat menurunkan beban pajak perusahaan.
profitabilitas dan effective tax rate bersifat langsung Jika laba perusahaaan mengecil, maka akan
dan signifikan. Tingkat pendapatan cenderung menyebabkan menurunnya pajak yang dibayarkan
berbanding lurus dengan pajak yang dibayarkan, oleh perusahaan.
sehingga perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan yang tinggi cenderung memiliki pajak
yang tinggi.
terhadap ETR (Effective Tax Rate)
Perusahaan yang memiliki kemampuan untuk Jika dalam struktur kepemilikan perusahaan
memperoleh keuntungan harus mempersiapkan pajak dimiliki oleh kepemilikan manajerial, maka manajer
yang akan dibayarkan sebesar pendapatan yang akan berupaya mengambil langkah-langkah untuk
diperoleh. Richardson dan Lanis (2007) menyebutkan mengurangi kewajiban pajak perusahaan selama
bahwa perusahaan yang memiliki profitabilitas yang beberapa tahun (Mahenthiran dan Kasipillai, 2012).
tinggi akan membayar pajak lebih tinggi dari Menurut Ali et al. (2008) ketika kepemilikan
perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang manajerial dalam sebuah perusahaan tinggi, manajer
lebih rendah. Penyebabnya adalah karena pajak cenderung akan mengurangi usahanya untuk
penghasilan perusahaan akan dikenakan berdasarkan memaksimalkan nilai perusahaan dan dorongan untuk
besarnya penghasilan yang diterima oleh Undang- memanipulasi laba termasuk meningkatkan laba dan
undang No. 36 Tahun 2008 pasal 1 tentang pajak menurunkan beban pajak.
penghasilan menjelaskan bahwa pajak penghasilan dibebankan kepada subjek pajak yang menerima atau
memperoleh penghasilan dalam tahun pajak.
terhadap ETR (Effective Tax Rate)
Kepemilikan institusional pemegang saham
2.3 Pengembangan Hipotesis
mampu mengoptimalkan
penelitian yang dapat manajemen dengan memonitoring setiap keputusan
pengawasan kinerja
Hipotesis
dirumuskan sesuai dengan latar belakang, rumusan dirumuskan sesuai dengan latar belakang, rumusan
3 Metode Penelitian
kerangka pemikiran yang dipaparkan sebelumnya
3.1 Desain Penelitian
adalah:
1) Capital intensity ratio, inventory intensity ratio, Desain penelitian harus memiliki enam aspek ownership
(Sekaran, 2006:152) sehingga data yang diperlukan institutional) , dan profitability bersama-sama
dapat dikumpulkan dan dianalisis untuk memperoleh berpengaruh terhadap effective tax rate pada
solusi yaitu: Desain penelitian yang meliputi perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
serangkaian pilihan pengambilan keputusan rasional, Efek Indonesia.
isu-isu yang berkaitan dengan keputusan mengenai
2) Capital intensity ratio berpengaruh terhadap tujuan studi (eksploitasi, deskriptif, pengujian effective tax rate pada perusahaan manufaktur
hipotesis), letaknya (yaitu konteks studi), jenis yang yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
sesuai untuk penelitian (jenis investigasi), tingkat
3) Inventory intensity ratio berpengaruh terhadap manipulasi dan kontrol penelitian (tingkat intervensi effective tax rate pada perusahaan manufaktur
penelitian), aspek temporal (horizon waktu) dan level yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
analisis data (unit analisis), adalah integral pada
4) Managerial ownership berpengaruh terhadap
desain penelitian.
effective tax rate pada perusahaan manufaktur Tingkat intervensi dalam penelitian ini adalah yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
intervensi minimal dan situasi studi dalam penelitian
5) Institutional ownership berpengaruh terhadap adalah tidak diatur. Unit analisis dalam penelitian ini effective tax rate pada perusahaan manufaktur
adalah kelompok. Penelitian ini menggunakan pooled yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
data.
6) Profitability berpengaruh terhadap effective tax rate pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
3.2 Sampel dan Populasi Penelitian
Bursa Efek Indonesia. Populasi yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang
Berdasarkan uraian yang telah disebutkan di terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2014 atas, maka skema pemikiran penelitian ini dapat di
sebanyak 240 perusahaan.
lihat di Gambar 2.1.
3.3 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
Capital Intensity
Data yang digunakan dalam penelitian ini
Ratio
adalah data sekunder yang diambil dari laporan
Inventory Intensity
keuangan perusahaan dari tahun 2011-2014. Metode
Ratio
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi. Dalam penelitian ini,
Managerial Ownership
data yang digunakan merupakan laporan keuangan
Effective Tax Rate
perusahaan non financing yang terdaftar di BEI tahun
Institutional
2010-2014. Data sekunder yang dikumpulkan
Ownership
bersumber dari situs resmi Bursa Efek Indonesia (http//www.idx.co.id).
Profitability
3.4 Operasionalisasi Variabel
3.4.1 Variabel Terikat (Dependent Variable)
Dalam penelitian ini variabel terikatnya
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran
adalah effective tax rate (Y). Effective tax rate dapat dihitung dari total beban pajak penghasilan (beban pajak kini ditambah dengan beban pajak tangguhan) adalah effective tax rate (Y). Effective tax rate dapat dihitung dari total beban pajak penghasilan (beban pajak kini ditambah dengan beban pajak tangguhan)
Kepemilikan Manajerial = Saham yang dimiliki manajemen x 100%
ETR = Total beban pajak penghasilan
Total saham
Laba sebelum pajak
3.4.2.3.1 Kepemilikan Institusional
3.4.2 Variabel Bebas (Independent Variable)
Kepemilikan institusional merupakan
3.4.2.1 Capital Intensity Ratio
jumlah saham perusahaan yang dimiliki oleh pihak Capital intensity atau rasio intensitas aset
institusi atau lembaga. Kepemilikan institusional tetap adalah perbandingan aset tetap terhadap total
diukur dengan membagi saham yang dimilki oleh aset sebuah perusahaan. Rasio intensitas aset tetap
institusi dengan total saham (Sudarma, 2003). menggambarkan proporsi aset tetap perusahaan pada
Kepemilikan Institusional =
keseluruhan aset yang dimiliki sebuah perusahaan. Saham yang dimiliki institusi x 100% capital intensity ratio merupakan rasio antara aset
Total saham
tetap, seperti peralatan pabrik, mesin dan berbagai properti, terhadap penjualan (Sartono, 2001:120).
3.4.2.4 Profitability
suatu perusahaan Capital Intensity Ratio = Total Aset tetap
Profitability
menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva
Penjualan
atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Profitability diukur dengan membagi laba sebelum
pajak dengan total aset (Rodriguez dan Arias, 2012). Inventory intensiy ratio merupakan suatu ukuran yang digunakan untuk mengevaluasi apakah
3.4.2.2 Inventory Intensity Ratio
ROA = Laba sebelum pajak tingkat persediaan tepat jika dibandingkan dengan
Total aset volume usaha. Rasio ini menggambarkan hubungan antara persediaan barang yang terjual dari persediaan
3.5 Metode Analisis
yang ada di tangan. Inventory intensity ratio dapat Untuk menguji pengaruh capital intensity diukur membagi harga pokok penjualan dengan rata-
ratio, inventory intensity ratio, ownership structure rata persediaan (Delgado et al., 2014).
dan profitability terhadap effective tax rate pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Inventory Intensity Ratio = Indonesia dilakukan menggunakan multiple regression HPP
analysis model (model analisis regresi berganda). (Persediaan awal + Persediaan akhir) / 2
Penulis memilih model ini karena hanya untuk menguji pengaruh capital intensity ratio, inventory
3.4.2.3 Ownership Structure
intensity ratio, ownership structure dan profitability
3.4.2.3.1 Kepemilikan manajerial
terhadap effective tax rate, baik secara parsial maupun Kepemilikan manajerial menunjukkan
secara bersama-sama. Pengolahan data dilakukan persentase kepemilikan saham yang dimiliki oleh
dengan menggunakan program SPSS (Statistical pihak manajemen yang terdiri dari dewan direksi dan
Package for Social Science ) 21. Model persamaannya dewan komisaris dalam sebuah perusahaan.
adalah sebagai berikut:
Kepemilikan manajerial merupakan proporsi saham biasa yang dimiliki oleh pihak manajemen yang secara
e aktif terlibat dalam pengambilan keputusan
Y=a+
perusahaan. Kepemilikan manajerial diukur dengan
Keterangan :
membagi saham atas kepemilikan manajemen dengan
= Effective Tax Rate total saham (Sudarma, 2003).
a = Konstanta
= Koefisien Regresi
signifikan > 0,05 (5%), maka model regresi tidak
= Capital intensity ratio
mengandung heteroskedastisitas. Selain menggunakan
= Inventory intensity ratio
Uji Glejser, uji heteroskedastisitas juga dapat dilakukan dengan menggunakan grafik scatterplots,
= Managerial ownership
yaitu dengan melihat ada atau tidaknya pola tertentu
= Institutional ownership pada grafik scatter.
= Profitability
e = Epsilon (error term)
3.6.4 Uji Autokorelasi
Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengguna pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (Ghozali, 2009:110). Uji autokorelasi
3.6 Uji Asumsi Klasik
perlu dilakukan pada penelitian yang menggunakan
3.6.1 Uji Normalitas Data
data time series.
Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu
4 Hasil Dan Pembahasan
atau residual memiliki distribusi normal. Model
4.1 Hasil Penelitian
regresi yang baik adalah data yang berdistribusi
4.1.1 Statistik Deskriptif
normal atau mendekati normal (Ghozali, 2009: 55). Deskripsi keseluruhan variabel penelitian Pengujian meggunakan uji normalitas data dengan uji
yang mencakup nilai minimum, maksimum, rata-rata, statistik Kolmogorov-Smirnov . Uji Kolmogorov-
dan standar deviasi dapat dilihat pada tabel 4.1. Smirnov dilakukan dengan membuat hipotesis
Tabel 4.1
(Ghozali, 2005:56).
Deskriptif Statistik
H 0 : data residual berdistribusi normal Ha : data residual tidak berdistribusi normal Apabila angka probabilitas < α = 0,05 artinya
Minim Maximum Mean Std.
data tersebut distribusinya tidak normal. Sebaliknya,
um
Deviation
jika angka probabilitas > α = 0,05 maka Ha ditolak
yang berarti variabel terdistribusi secara normal
3.6.2 .19838 Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji
Valid
N 240
apakah di dalam model regresi ditemukan adanya
(listwise)
korelasi antar variabel bebas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas dengan cara melihat nilai tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor).
Sumber : Output SPSS 21
Jika tolerance < 0,1 dan nilai VIF > 10 berarti terjadi multikolinieritas yang serius di data model regresi
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa variabel Y tersebut (Ghozali, 2009:106).
yang digunakan adalah ETR (Effective Tax Rate). Variabel ini diukur dengan membandingkan total
3.6.3 Uji Heteroskedastisitas
beban pajak penghasilan (beban pajak kini ditambah Untuk mengetahui adanya heteroskedastisitas
dengan beban pajak tangguhan) dengan laba sebelum dapat dengan menggunakan Uji Glejser. Uji glejser
pajak. Variabel ini memiliki nilai minimum sebesar - dilakukan dengan meregresikan variabel bebas
0,8692 dimiliki oleh PT. Indospring Tbk pada tahun terhadap nilai residual mutlaknya. Jika probabilitas
2011, maksimum sebesar 0,9867 dimiliki oleh PT.
Prima Alloysteel Universal Tbk pada tahun 2014, nilai rata-rata yang dimiliki sebesar 0,606, dan standar
4.1.2 Uji Statistik F (F-test)
deviasi sebesar 0,22863. Variabel X1 yang digunakan Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan adalah capital intensity ratio. Variabel ini diukur
apakah capital intensity ratio, inventory intensity dengan membandingkan total aset tetap dengan
ratio, managerial ownership, institutional ownership, penjualan. Nilai minimum yang terdapat pada variabel
dan profitability mempunyai pengaruh secara ini adalah sebesar 0,0272 dimiliki oleh PT. Indal
bersama-sama terhadap ETR. Jika F hitung < F tabel Alumunium Industry Tbk pada tahun 2011, nilai
atau P value (nilai signifikansi) > 0,05 maka hipotesis maksimum sebesar 2,498 dimiliki oleh PT. Darya-
yang telah disebutkan ditolak. Jika P value < 0,05 Varia Lavoratoria Tbk pada tahun 2013, nilai rata-rata
maka hipotesis diterima. Berdasarkan Tabel 4.6, nilai variabel ini sebesar 0,4813, dan nilai standar deviasi
signifikansi yang diperoleh adalah 0,000. Hal ini sebesar 0,48204. Variabel kedua adalah inventory
membuktikan bahwa semua variabel bebas, yaitu intensity ratio . Variabel ini diukur dengan
capital intensity ratio , inventory intensity ratio, membandingkan harga pokok penjualan dengan rata-
managerial ownership , institutional ownership dan rata persediaan. Variabel ini memiliki nilai minimum
profitability secara bersama-sama berpengaruh sebesar 0,1896 yang dimiliki oleh PT. Darya-Varia
terhadap ETR yang memiliki arti bahwa hipotesis Lavoratoria Tbk tahun 2011, maksimum sebesar
pertama menerima H a1 : bi ≠ 0 (i = 1,2,3,4,5); capital 17,2965 dimiliki oleh PT. Nippon Indosari Corpindo
intensity ratio, inventory intensity ratio, ownership Tbk tahun 2013, rata-rata sebesar 5,3366 dan nilai
structure (managerial dan institutional) dan standar deviasi sebesar 3,10907. Variabel ketiga yang
profitability secara bersama-sama berpengaruh digunakan adalah managerial ownership yang diukur
terhadap ETR dan menolak H 01 : bi = 0 (i = 1,2,3,4,5); dengan membandingkan jumlah kepemilikan saham
capital intensity ratio, inventory intensity ratio, oleh manajerial dengan total saham yang beredar.
ownership structure (managerial dan institutional) Nilai minimum yang dimiliki adalah sebesar 0,000
dan profitability secara bersama-sama tidak dimiliki oleh PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
berpengaruh terhadap ETR.
pada tahun 2011, nilai maksimum sebesar 0,4386 dimiliki oleh PT. Asahimas Flat Glass Tbk tahun
Tabel 4.2
2011, nilai rata-ata yang dimiliki sebesar 0,0344 dan
Uji Statistik F
nilai standar deviasi sebesar 0,7932. Variabel keempat ANOVA adalah institutional ownership. Variabel ini diukur a
Sumber : Output SPSS Sum of Squares Df Mean Square F Sig. dengan membandingkan jumlah kepemilikan saham
oleh institusi dengan jumlah keseluruhan saham yang
beredar. Variabel keempat ini memiliki nilai 239 minimum, yaitu sebesar 0,0167 dimiliki oleh PT. a. Dependent Variable: ETR
Total
b. Predictors: (Constant), ROA, IIR, MO, IO, CIR
Betonjaya Manunggal Tbk pada tahun 2011, nilai maksimum 1,0052 dimiliki oleh PT. Astra International Tbk pada tahun 2014, nilai rata-rata sebesar 0,6379 dan nilai standar deviasi sebesar
4.1.3 Uji Statistik t (t-test)
0,19838. Variabel terakhir dalam penelitian ini adalah Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan profitability .
seberapa besar pengaruh satu variabel independen membandingkan laba sebelum pajak dengan total aset.
secara individual dalam menerangkan variabel Nilai minimum variabel ini adalah sebesar 0,0076
dependen. Keputusan yang diambil adalah dengan dimiliki oleh PT. Sierad Produce pada tahun 2012,
melihat tingkat signifikansi setiap variabel bebas nilai maksimum sebesar 4,6026 dimiliki oleh PT.
kurang dari 0,05 atau 5%.
Tempo Scan Pacific Tbk pada tahun 2011, nilai rata- rata 0,5405 dan nilai standar deviasi sebesar 0,6117.
4) Variabel institutional ownership sebagai variabel
keempat memiliki nilai signifikansi sebesar 0,341
Tabel 4.3
Hasil Regresi Linier Berganda
lebih besar dari 0,05 atau 0,341 > 0,05. Hal Coefficients a tersebut menunjukkan institutional ownership
tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap ETR
Unstandardized Standardized
dan bahwa hipotesis kelima menerima H 05 :b 5 =0,
Coefficients
Coefficients
yang menyatakan institutional ownership tidak
Std.
berpengaruh terhadap ETR dan menolak H a5 :
Model
B Error
Beta
Sig.
b5≠ 0, institutional ownership berpengaruh
terhadap ETR.
CIR -.064
5) Variabel profitability sebagai variabel kelima
IIR -.018
memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih
MO -.297
kecil dari 0,05 atau 0,000 < 0,05. Hal tersebut
IO -.067
menunjukkan bahwa profitability memiliki
pengaruh signifikan terhadap ETR dan hipotesis
a. Dependent Variable: ETR
keenam menerima H a6 :b 6 ≠ 0, yang menyatakan profitability berpengaruh terhadap ETR dan menolak H 06 :b 6 =0, profitability tidak berpengaruh
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat disimpulkan
terhadap ETR.
bahwa:
1) Variabel capital intensity ratio memiliki nilai
4.1.4 Uji Koefisien Determinasi
signifikansi sebesar 0,031 yang lebih kecil dari Koefisien determinasi (R 2 ) pada intinya 0,05 atau 0,031 < 0,05. Hal tersebut menunjukkan
mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam bahwa capital intensity ratio
berpengaruh
menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, signifikan terhadap ETR. Oleh karena itu, 2011:15). Penentuan kekuatan model penelitian ini
dapat dilihat dari nilai adjusted R 2 yang tersaji pada intensity ratio berpengaruh terhadap ETR dan
hipotesis kedua menerima H a2 :b 2 ≠ 0, capital
Tabel 4.4.
menolak H 02 :b 2 =0, capital intensity ratio tidak berpengaruh terhadap ETR.
Tabel 4.4
2) Variabel inventory intensity ratio memiliki nilai
Nilai Koefisien Determinasi
signifikansi sebesar 0,000, yaitu lebih kecil dari
Model Summary b
0,05 atau 0,000 < 0,05. Hal tersebut menunjukkan
Adjusted
Std. Error of Durbin-
bahwa inventory intensity ratio berpegaruh
Model
R Square
R Square
the Estimate Watson
signifikan terhadap ETR dan hipotesis ketiga 2,147
a. Predictors: (Constant), ROA, IIR, MO, IO, CIR
menerima H a3 :b 3 ≠ 0, menyatakan bahwa inventory
b. Dependent Variable: ETR
intensity ratio berpengaruh terhadap ETR dan menolak H 03 :b 3 =0, inventory intensity ratio tidak
Sumber : Output SPSS
berpengaruh terhadap ETR. Berdasarkan perhitungan pada Tabel 4.4,
3) Variabel mangerial ownership memiliki nilai diperoleh nilai adjusted R 2 sebesar 0,214 atau 21,4%. signifikansi sebesar 0,091 yang lebih besar dari
Hal tersebut menandakan bahwa perubahan ETR 0,05 atau 0,091 > 0,05. Hal tersebut menunjukkan dapat dijelaskan variabel independen yang digunakan bahwa mangerial ownership tidak memiliki sebesar 21,4%, sedangkan variabel lain yang diluar pengaruh signifikan terhadap ETR dan hipotesis penelitian ini dapat menjelaskan ETR sebesar 78,6%. keempat
menerima
H 04 :b 4 =0, managerial
ownership tidak berpengaruh terhadap ETR dan menolak H a4 :b 4 ≠ 0, yang menyatakan managerial ownership berpengaruh terhadap ETR.
4.2 Pembahasan
dimiliki perusahaan maka akan memiliki ETR yang
4.2.1 Pengaruh capital intensity ratio, inventory
rendah. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian
intensity ratio, managerial ownership, institutional
Stickney dan McGee (1982), Gupta dan Newberry
ownership, dan profitability secara bersama-sama
(1997), Derashid dan Zhang (2003), Richardson dan
terhadap ETR
Lanis (2007) dan Rohaya et al., (2010) yang Berdasarkan uji statistik yang sudah dilakukan
menyatakan bahwa adanya pengaruh negatif antara secara bersama-sama, didapatkan hasil bahwa capital
ETR dan capital intensity ratio. Hal ini disebabkan intensity ratio, inventory intensity ratio, managerial
karena adanya preferensi perpajakan yang terkait ownership, institutional ownership, dan profitability
dengan investasi dalam aset tetap. Perusahaan berpengaruh terhadap ETR pada perusahaan
diperbolehkan untuk menyusutkan aset tetap sesuai manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2011-2014.
dengan perkiraan masa manfaat pada kebijakan Dalam pengujian ini, kelima variabel independen
perusahaan, sedangkan dalam preferensi perpajakan secara simultan berpengaruh terhadap ETR dan
aset tetap mempunyai masa manfaat tertentu yang memiliki nilai signifikansi 0,000 dibawah 0,05. Oleh
umumnya lebih cepat bila dibandingkan dengan masa karena itu, hasil pengujian ini hipotesis pertama
manfaat yang diprediksi oleh perusahaan. Akibatnya menerima H a1 : bi ≠ 0 (i = 1,2,3,4,5); capital intensity
masa manfaat aset tetap yang lebih cepat akan ratio, inventory intensity ratio, ownership structure
membuat ETR perusahaan menjadi rendah. Akan (managerial dan institutional) dan profitability secara
tetapi penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian bersama-sama berpengaruh terhadap ETR dan
yang dikemukakan oleh Delgado et al., (2014) bahwa menolak H 01 : bi = 0 (i = 1,2,3,4,5); capital intensity
capital intensity ratio mempunyai pengaruh positif ratio, inventory intensity ratio, ownership structure
terhadap ETR.
(managerial dan institutional) dan profitability secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap ETR.
4.2.3. Pengaruh Inventory Intensity Ratio terhadap
ETR
4.2.2. Pengaruh Capital Intensity Ratio terhadap
Inventory intensity ratio merupakan jumlah
ETR
investasi yang berasal dari bisnis organisasi melalui Proporsi aktiva tetap perusahaan dapat
tingkat persediaan yang dimiliki perusahaan (Kolias, meminimalkan beban pajak terutang dari depresiasi
Dimelis dan Filios, 2011). Inventory intensity adalah aktiva tetap yang ditimbulkannya. Perusahaan dapat
faktor yang sangat penting dimana manajer harus meningkatkan biaya depresiasi aktiva tetap guna
fokus di dalam bisnis perusahaan, karena manajemen mengurangi laba perusahaan. Biaya depresiasi aktiva
tingkat persediaan yang baik dapat menghasilkan tetap dapat dikurangkan pada laba sebelum pajak
biaya produksi yang lebih baik pula di dalam bisnis sehingga proporsi aktiva tetap dalam perusahaan dapat
perusahaan. Hal ini secara langsung juga mempengaruhi ETR perusahaan.
mempengaruhi tingkat pendapatan dan tingkat beban
pajak perusahaan. Dengan kata lain, inventory nilai signifikansi sebesar 0,031. Hal ini berarti
Variabel capital intensity ratio (X 1 ) memiliki
intensity mempunyai pengaruh signifikan terhadap dibawah tingkat signifikansi yang ditetapkan, yaitu
ETR.
0,05 atau 5%. Dengan nilai 0,031 capital intensity Variabel inventory intensity ratio (X 2 ) ratio berpengaruh signifikan terhadap ETR sehingga
memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 dibawah
hipotesis kedua menerima H a2 :b 2 ≠ 0, capital intensity
0,05. Dengan nilai 0,000 inventory intensity ratio ratio berpengaruh terhadap ETR dan menolak H 02 :b 2 berpengaruh signifikan terhadap ETR sehingga
=0, capital intensity ratio tidak berpengaruh terhadap hipotesis ketiga menerima H a3 :b 3 ≠ 0, menyatakan ETR. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa
bahwa inventory intensity ratio berpengaruh terhadap capital intensity ratio berpengaruh negatif signifikan
ETR dan menolak H 03 :b 3 =0, inventory intensity ratio sebesar -0,64 terhadap ETR. Hal ini menunjukkan
tidak berpengaruh terhadap ETR. Hasil penelitian juga bahwa semakin tinggi capital intensity ratio yang
menunjukkan bahwa inventory intensity ratio menunjukkan bahwa inventory intensity ratio
perusahaan.
tinggi inventory intensity ratio yang dimiliki Variabel managerial ownership (X 3 ) dalam perusahaan maka akan memiliki ETR yang rendah.
penelitian ini memiliki nilai signifikansi sebesar 0,091 Hasil penelitian ini didukung oleh Norfadzilah (2015)
di atas 0,05. Dengan nilai 0,091 managerial yang menyatakan bahwa inventory intensity ratio
ownership tidak berpengaruh signifikan terhadap ETR berpengaruh negatif signifikan terhadap ETR. Hal ini
sehingga hipotesis keempat menerima H 04 :b 4 =0, disebabkan karena inventory intensity tidak termasuk
managerial ownership tidak berpengaruh terhadap ke dalam tax deductible dalam sistem perpajakan.
ETR dan menolak H a4 :b 4 ≠ 0, yang menyatakan Namun, manajer membutuhkan usaha lebih untuk
managerial ownership berpengaruh terhadap ETR. mengatur inventory intensity perusahaan untuk
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa managerial mengurangi tingkat beban pajak perusahaan. Dengan
ownership berpengaruh negatif signifikan sebesar - kata lain, metode evaluasi persediaan yang kurang
0,297 terhadap ETR. Hal ini menunjukkan bahwa efisien akan mengakibatkan tingginya biaya operasi
semakin tinggi managerial ownership yang dimiliki dan akan mempengaruhi tingkat pendapatan
perusahaan maka akan memiliki ETR yang rendah. perusahaan. Pada Noor et al., (2010) inventory
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang intensity ratio berpengaruh positif terhadap ETR.
dilakukan oleh Derashid dan Zhang (2003) yang Pengaruh postif ini menyatakan bahwa perusahaan
menyatakan bahwa managerial ownership tidak yang mempunya intensif-persediaan akan memimiliki
berpengaruh terhadap ETR.
ETR yang tinggi. Hal ini berbeda dengan perusahaan yang intensif modal yang memiliki preferensi pajak,
4.2.5. Pengaruh Institutional Ownership terhadap
perusahaan yang memiliki intensif persediaan tidak
ETR
memiliki perisai pajak. Hasil tersebut tidak Kepemilikan institusional memiliki arti mendukung hasil penelitian ini.
penting dalam melakukan monitoring manajemen karena dengan adanya kepemilikan institusional akan
4.2.4. Pengaruh Managerial Ownership terhadap
mendorong peningkatan pengawasan yang lebih
ETR
optimal dan mampu menjadi mekanisme monitoring Kepemilikan perusahaan yang berada pada
yang efektif dalam setiap keputusan yang diambil pihak manajemen (managerial ownership) menjadikan
manajer. investor institusional memiliki tingkat manajemen berperan sebagai pemilik dan pengelola.
pengendalian yang tinggi terhadap tindakan Peran ini menjadikan pihak manajemen akan lebih
manajemen yang dapat memperkecil potensi bertindak hati-hati dalam menjalankan tugas dan
manajemen untuk melakukan kecurangan yang tanggung jawabnya termasuk dalam perencanaan
merugikan pemegang saham. Kepemilikan institusi strategi pajak yang apabila tidak cermat dapat
mampu mengawasi tindakan-tindakan manajemen dan tersangkut ke jalur hukum yang berarti bahwa pihak
mendeteksi kesalahan yang terjadi. Dengan adanya manajemen akan ikut menanggung konsekuensinya.
kepemilikan perusahaan oleh institusi lain, maka Sebagai pemilik dan pengelola perusahaan
manajemen tidak akan dapat memanipulasi angka- manajer memiliki kesamaan kepentingan dengan
angka yang terdapat dalam laporan keuangan. perusahaan yaitu meningkatkan efisiensi dan daya
Kepemilikan institusional juga memiliki andil saing perusahaan, untuk itu manajer wajib menekan
dalam penetapan kebijakan pajak efektif . Investor biaya seoptimal mungkin. Dalam rangka menekan
pada dasarnya menginginkan laba setinggi - tingginya biaya seoptimal mungkin, manajer akan memotivasi
sehingga akan menyebabkan pembagian deviden yang dan mempengaruhi karyawan untuk mengelola
cukup tinggi dengan cara memantau secara kewajiban pajak perusahaan. Pihak manajemen