Contoh Makalah Fiqih Zakat

Tugas makalah
Mata kuliah : fiqih

ZAKAT

Oleh : Sitti
Kamaria
16010108047

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
KENDARI
2018

1

KATA PENGANTAR

Atas ridho Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, penulis telah
dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Zakat”.Dalam memperlancar

penyusunan makalah ini, penulis telah banyak memperoleh bantuan, bimbingan dari
beberapa pihak dan penulis mengucapkan banyak terimakasih.
Penulis menyadari bahwa makalah ini banyak kekurangan dan kesalahan
oleh karena itu demi sempurnanya, saran dan kritik yang membangun sangat
diharapkan.Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
pembaca pada umumnya.Sekian dan terimakasih.

Kendari, 05 Mei 2018

penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. 2
DAFTAR ISI ............................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 4
A. Latar Belakang .................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 5
C. Tujuan ................................................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 6

A. Pengertian Zakat.................................................................................................. 6
B. Tujuan, Hikmah dan Faidah Zakat ...................................................................... 8
C. Syarat-Syarat Wajib Zakat .................................................................................. 14
D. Penyaluran Zakat................................................................................................. 16
BAB III PENUTUP .................................................................................................. 20
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 20
B. Saran.................................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Semua orang mendambakan hidup berkecukupan, ada pangan, pakaian,
dan ada tempat tinggal. Inilah keperluan pokok minimum manusia yang harus
dipenuhi. Tuntutan kesejahteraan masing-masing orang tentu berbeda, ada yang
sanagt sederhana, menengah, dan lebih tinggi lagi sesuai dengan status sosialnya
dalam masyarakat. Baik dari yang amat sederhana, menengah dan tuntutan yang
lebih tinggi, tentu memerlukan dana. Semua keperluan tersebut harus dicari dan di

usahakan, dan tidak dating tiba-tiba, karena Allah tidak menurunkan hujan emas
dan perak dari langit. Harta harus dicari, bukan dinanti.
Semua benda yang dikaruniakan oleh Allah dalam alam ini, berupa benda
mentah (bahan dasar) yang masih memerlukan pengelolaan sesuai dengan
keinginan pemekainya. Tanpa kerja keras, apa yang didinginkan itu tidak akan
didapatakan. Ada yang dapat diolah sendiri dan ada pula yang harus dibeli, sebab
setiap orang tidak mempunyai keterampilan (skill) yang sama.Perintah mencari
harta (menjadi orang kaya) telah diperintahkan dalam Al-Qur’an, walaupun tidak
secara langsung.Umpamanya perintah berzakat dan berinfak.Bagaimana mungkin
orang berzakat dan berinfak, tanpa ada harta kekayaan. Hal ini berarti, supaya

setiap muslim berusaha menjadi hartawan. Andaikata mungkin belum berzakat,
tetapi sekurang-kurangnya dapat berinfak.
Salah satu agenda sosial yang selalu diperjuangkan oleh islam adalah
terwujudnya keseimbangan ekonomi masyarakat. Zakat merupakan salah satu
instrument untuk mewujudkannya.Zakat menghendaki pemerataan pendapatan
dan kesejahteraan masyarakat sehingga kekayaan tidak hanya terpusat dan
berputar pada kelompok masyarakat tertentu saja.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada di atas maka dapat ditarik rumusan

masalah sebagai berikut :
1. Apa itu zakat ?
2. Apa tujuan, hikmah, dan faidah zakat ?
3. Apa syarat-syarat wajib zakat ?
4. Bagaimana penyaluran zakat ?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka dapat tujuan dari makalah ini
yaitu sebagai berikut :
1. Mengetahui zakat
2. Mengetahui tujuan, hikmah dan faidah zakat
3. Mengetahui syarat-syarat wajib zakat
4. Mengetahui bagaimana penyaluran zakat.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Zakat
Zakat adalah izim masdar dari kata zaka-yazku-zakah.Oleh karena kata
dasar zakat adalah zaka yang berarti berkah, tumbuh, bersih, baik, dan bertambah.

Dengan makna tersebut, orang yang telah mengeluarkan zakat diharapkan hati
1

dan jiwanya akan menjadi bersih , sebagaimana firman Allah SWT dalam surat
al-Taubah : 103,
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan berdoalah untuk mereka,
sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka dan Allah
maha mendengar lagi maha mengetahui ”.
Disamping itu, selain hati dan jiwanya bersih, kekayaannya akan bersih
pula. Dari ayat diatas tergambar bahwa zakat yang dikeluarkan para muzaik
(orang yang mengeluarkan zakat) dapat membersihkan dan mensucikan hati
manusia, tidak lagi mempunyai sifat yang tercela terhadap harta, seperti sifat
rakus dan kikir. Secara etimologi (lughah/bahasa), al-zakah berarti al-numuw wa
al-ziyadah. Terkadang juga diartikan dengan kata al-thaharah (suci).
Menurut Abdurrahman al-Jaziri, kata zakat secara bahasa bermakna altathhir wa al-nama’.Sedangkan secara terminology (istilahan/istilah), zakat adalah
1

Fakhruddin, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia, 2008, hlm: 13


pemilikan harta yang dikhususkan kepada mustahiq dengan syarat-syarat
2

tertentu . Wahbah al-Zuhaili dalam kitabnya mengungkapkan beberapa defenisi
zakat menurut para ulama’ madzhab :
1. Menurut Malikiyah, zakat adalah mengeluarkan bagian yang khusus dari harta
yang telah mencapai nisabnya untuk yang berhak menerimanya, jika milik
sempurna dan mencapai haul selain barang tambang, tanaman dan rikaz.
2. Hanafiyah mendefenisikan zakat adalah kepemilikan bagian harta tertentu dari
harta tertentu untuk orang/pihak tertentu yang telah ditentukan oleh Syari’
(Allah SWT) untuk mengharapkan keridhaan-Nya.
3. Syafi’iyyah mendefenisikan zakat adalah nama bagi sesuatu yang dikeluarkan
dari harta dan badan dengan cara tertentu.
4. Hanabilah mendefenisikan zakat adalah hak yang wajib dalam harta tertentu
3

untuk kelompok tertentu pada waktu tertentu .
Ayat perintah menunaikan zakat dan infak telah dikemukakan dalam ayatayat Al-Qur’an, seperti pada surah Al-Baqarah ayat 43, 83, 110, 195, 254, 267.
Selain itu dijelaskan pula dalam ayat lain, bahwa Allah berfirman :
“dan pada harta mereka ada hak orang miskin yang meminta dan orang yang

hidup kekurangan”(adz-Dzaariyaat/51:19).

2

Abdurahman al-Jaziiri, al-Fiqh ala Muzzahib al-Arba’ah, Dar al-Kutu al-Ilmiah,
Bairut, hlm. 304.
3

Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islamiy wa Aditullah, Jilid III, hlm.1788-1789.

Sabda Rasulullah yang artinya “diriwayatkan dalam Ibnu Umar r.a.
sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda islam itu dibina dalam lima pilar
(dasar): bersaksi, bahwa tiada Tuhan yang patut disembah kecuali Allah,
Muhammad hamba-Nya dan Rasul-Nya, mendirikan shalat, manunaikan zakat,
melaksanakan haji kebaitullah (bagi yang mampu) dan puasa ramadhan” (HR.
Muttafaq Alaih).
Berdasarkan ayat dan hadis diatas jelas bahwa, mengeluarkan zakat itu
4

hukumnya wajib sebagai salah satu rukun islam . Orang yang enggang

menunaikan zakat, akan mendapat azab diakhirat kelak, sebagaimana firman
Allah, yang artinya :
“…dan orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak
menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah pada mereka (bahwa
mereka akan mendapat) siksa yang pedih. Pada hari dipanaskan emas dan perak
itu dalam neraka jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung, dan
punggung mereka; inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri,
maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu” (at-taubah/9:
34-35).
Demikianlah berat sanksi hukum bagi orang yang enggan menunaika
zakat dan infak.
B. Tujuan, Hikmah dan Faidah Zakat
Zakat merupakan salah satu rukun Islam.Zakat diwajibkan atas setiap
orang Islam yang telah memenuhi syarat. Selain melaksanakan perintah Allâh
Subhanahu wa Ta’ala, tujuan pensyariatan zakat ialah untuk membantu umat
Islam yang membutuhkan bantuan dan pertolongan. Oleh karena itu, syariat Islam
memberikan perhatian besar dan memberikan kedudukan tinggi pada ibadah zakat

4


M. Ali Hasan,Zakat dan Infak, Jakarta, 2008, hlm.17

ini.Islam telah menetapkan zakat sebagai kewajiban dan menjadikannya sebagai
salah satu rukunnya serta memposisikannya pada kedudukan tinggi lagi
mulia.Karena dalam pelaksanaan dan penerapannya mengandung tujuan-tujuan
syar’i (maqâshid syari’at) yang agung yang mendatangkan kebaikan dunia dan
akhirat, baik bagi si kaya maupun si miskin. Di antara tujuan-tujuan tersebut
adalah :
1. Membuktikan Penghambaan Diri Kepada Allâh Azza wa Jalla Dengan
Menjalankan Perintah-Nya.Banyak dalil yang memerintahkan agar kaum
Muslimin melaksanakan kewajiban agung ini, sebagaimana Allâh Azza wa
Jalla firmankan dalam banyak ayat, diantaranya :
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang
yang ruku’.” [al-Baqarah/2:43]
Seorang mukmin menghambakan diri kepada Allâh Azza wa Jalla
dengan menjalankan perintah-Nya melalui pelaksanaan kewajiban zakat
sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan syari’at. Zakat bukan pajak.
Zakat adalah ketaatan dan ibadah kepada Allâh Azza wa Jalla yang dilakukan
oleh seorang Mukmin demi meraih pahala dan balasan di sisi Allâh Azza wa
Jalla . Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal shalih,
mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi
Rabbnya.tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka
bersedih hati”. [al-Baqarah/2:277]

2. Mensyukuri Nikmat Allâh Dengan Menunaikan Zakat Harta Yang Telah
Allâh Azza wa Jalla Limpahkan Sebagai Karunia Kepada Manusia. Allâh
Azza wa Jalla berfirman :
“Dan (ingatlah juga), tatkala Rabbmu memaklumkan, ‘Sesungguhnya jika
kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika
kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”
[Ibrâhim/14:7].
Membayar zakat adalah pengakuan terhadap kemurahan Allâh,
mensyukuri-Nya dan menggunakan nikmat tersebut dalam keridhaan dan
ketaatan kepada Allâh Azza wa Jalla .
3. Menyucikan Orang Yang Menunaikan Zakat Dari Dosa-Dosa.Allâh Azza wa
Jalla berfirman :
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan doakanlah mereka. Sesungguhnya
doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allâh Maha

mendengar lagi Maha mengetahui”. [at-Taubah/9:103].
Ayat di atas mengumpulkan banyak tujuan dan hikmah syar’i yang
terkandung dalam kewajiban zakat. Tujuan-tujuan dan hikmah-hikmah itu
terangkum dalam dua kata yang muhkam yaitu, “Dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka.”
4. Membersihkan Orang Yang Menunaikannya Dari Sifat Bakhil.Zakat dapat
membiasakan orang menjadi pemurah, melatih menunaikan amanat dan
menyampaikan hak-hak kepada pemiliknya. Semua itu terkandung dalam
firman Allâh Azza wa Jalla : “Dan manusia itu sangat kikir”. [al-Isrâ`/17:100].

10

Kikir adalah penyakit yang dibenci dan tercela. Sifat ini menjadikan manusia
berupaya untuk selalu mewujudkan ambisinya, egois, cinta hidup di dunia dan
suka menumpuk harta. Sifat ini akan menumbuhkan sikap monopoli terhadap
semua. Cinta dunia dan harta adalah salah satu sumber dosa dan kesalahan.
Bila seseorang terselamatkan darinya dan terlindungi dari sifat kikir maka dia
akan sukses, sebagaimana firman Allâh Azza wa Jalla yang artinya,
“Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang
yang beruntung.” [al-Hasyr/59:9].
Kewajiban zakat adalah terapi tepat dan suatu keharusan untuk melenyapkan
kecintaan kepada dunia dari hati.
5. Membersihkan Harta Yang Dizakati.Karena harta yang masih ada keterkaitan
dengan hak orang lain berarti masih kotor dan keruh. Jika hak-hak orang itu
sudah ditunaikan berarti harta itu telah dibersihkan. Permasalahan ini
diisyaratkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallamsaat beliau n menjelaskan
alasan kenapa zakat tidak boleh diberikan kepada keluarga beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam ? Yaitu karena zakat adalah kotoran harta manusia.
6. Membersihkan Hati Orang Miskin Dari Hasad Dan Iri Hati Terhadap Orang
Kaya.Bila orang fakir melihat orang disekitarnya hidup senang dengan harta
yang melimpah sementara dia sendiri harus memikul derita kemiskinan, bisa
jadi kondisi ini menjadi sebab timbulnya rasa hasad, dengki, permusuhan dan
kebencian dalam hati orang miskin kepada orang kaya.

Rasa-rasa ini tentu melemahkan hubungan antar sesama Muslim,
bahkan berpotensi memutus tali persaudaraan. Hasad, dengki dan kebencian
adalah penyakit berbahaya yang mengancam masyarakat dan mengguncang
pondasinya. Islam berupaya untuk mengatasinya dengan menjelaskan
bahayanya dan dengan pensyariatan kewajiban zakat. Ini adalah metode
praktis yang efektif untuk mengatasi penyakit-penyakit tersebut dan untuk
menyebarkan rasa cinta dan belas kasih di antara anggota masyarakat.
Dari berbagai hikmah disyariatkannya zakat menurut para ulama’,
maka dapat dibagi menjadi tiga macam atau aspek, yaitu aspek diniyyah,
khuluqiyyah, dan ijtimaiyyah.
1. Faidah diniyyah (segi agama)
Diantara hikma zakat apabila ditinjau dari aspek diniyyah ini adalah :
a. Dengan berzakat berarti telah menjalankan salah satu dari rukun islam
yang menghantarkan seorang hamba kepada kebahagiaan dan
keselamatan dunia akhirat.
b. Merupakan sarana bagi hamba untuk untuk taqarrub (mendekatkan
diri)

kepada

tuhan-Nya,

akan

menambah

keimanan

karena

keberadaannya yang memuat beberapa macam ketaatan.
c. Pembayar zakat akan mendapatkan pahala yang besar yang berlipat
ganda, sebagaimana dijanjikan oleh Allah SWT dalam QS. AlBaqarah : 276 yaitu

“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah dan Allah tidak
menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran dan selalu berbuat
dosa”.
d. Zakat merupakan sarana penghapus dosa, seperti yang pernah
disabdakan oleh Rasulullah SAW.
2. Faidah Khuluqiyah (segi ahklak)
Diantara hikma zakat apabila ditinjau dari aspek Khuluqiyah ini adalah :
a. Menanamkan sifat kemuliaan, rasa toleran, dan kelapangan dada
kepada pribadi pembayar zakat.
b. Pembayar zakat biasanya identik dengan sifat rahma (belas kasih) dan
lembut kepada saudaranya yang tidak punya.
c. Merupakan realita bahwa menyumbangkan sesuatu yang bermanfaat
baik berupa harta maupun raga bagi kaum muslimin akan
melapangkan dada dan meluaskan jiwa, sebab sudah pasti ia akan
menjadi

orang

yang

dicintai

dan

dihormati

sesuai

tingkat

pengorbanannya.
d. Didalam zakat terdapat penyucian terhadap akhlak.
3. Faidah Ijtimaiyyah (segi sosial)
Diantara hikma zakat apabila ditinjau dari aspek ijtimaiyyah ini adalah :
a. Zakat merupakan sarana untuk membantu dalam memenuhi hajat
hidup para fakir miskin yang merupakan kelompok mayoritas sebagian
besar didunia.

b. Memberikan support kekuatan bagi kaum muslimin dan mengangkat
eksistensi mereka. Hal ini bisah dilihat dalam kelompok penerima
zakat, salah satunya adalah mujahidin fi sabilillah.
c. Zakat bisa mengurangi kecemburuan social, dendam dan rasa dongkol
yang ada dalam dada fakir miskin karena masyarakat ekonomi tinggi
menghambur-hamburkan harta untuk sesuatu yang tidak bermanfaat.
d. Zakat akan memacu pertumbuhan ekonomi pelakunya dan yang jelas
berkahnya akan melimpahkan.
e. Membayar zakat berarti memperluas peredaran harta benda atau uang,
karena ketika harta dibelanjakan maka perputarannya akan meluas dan
lebih banyak pihak yang mengambil manfaat.
C. Syarat-Syarat Wajib Zakat
Harta yang akan dikeluarkan zakatnya harus telah memenuhi persyaratanpersyaratan yang telah ditentukan secara syara’. Wahbah al-Zuhaili membagi
syarat ini menjadi dua, yaitu syarat wajib dan syarat sah. Adapun syarat wajib
zakat adalah :
1. Merdeka
Seorang budak tidak dikenal kewajiban membayar zakat, karena dia tidak
memiliki sesuatu apapun. Semua miliknya adalah milik tuannya.
2. Islam
Seorang non muslim tidak wajib membayar zakat. Adapun untuk mereka yang
murtad terdapat perbedaan pendapat. Menurut imam Syafi’I, orang murtad

diwajibkan membayar zakat terhadap hartanya sebelum dia murtad. Menurut
Malikiyah islam adalah islam syarat sah, bukan syarat wajib. Oleh karena itu
orang kafir wajib berzakat meskipun tidak menurut islam. Jika dia telah
masuk islam, maka gugurlah kewajibannya tersebut. Hal ini berdasarkan
firman Allah SWT dalam QS. Al-Anfal : 38 yaitu :
“katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu, jika mereka berhenti (dari
kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni mereka tentang dosa-dosa
mereka yang sudah lalu, dan jika mereka kembali lagi, sesungguhnya akan
berlaku (kepada mereka) sunnah (Allah berharap) orang-orang dahulu”.
3. Balig dan berakal
Anak kecil dan orang gila tidak dikenai zakat pada hartanya, karena keduanya
tidak dikenai khitab perintah.
4. Harta tersebut merupakan harta yang memang wajib dizakiti, seperti :
naqdaini (emas dan perak) termasuk juga al-auraq al-naqdiyah (surat-surat
berharga), barang tamban dan barang temuan (rikaz), barang dagangan,
tanaman-tanaman dan buah-buahan, serta hewan ternak.
5. Harta tersebut telah mencapai nisab (ukuran jumlah)
6. Harta tersebut adalah milik penuh (al-milk al-tam)
Maksudnya, harta tersebut berada dibawah control kekuasaan pemiliknya,
atau seperti sebagian ulama bahwa harta itu berada ditangan pemiliknya,
didalamnya tidak tersangkut dengan hak orang lain dan ia dapat
menikmatinya.

7. Telah berlaku satu tahun atau cukup haul (ukuran waktu, masa). Haul adalah
perputaran harta satu nisab dalam 12 bulan Qamariah.
8. Tidak adanya hutan
9. Melebihi kelebihan dasar atau pokok
10. Harta tersebut harus didapatkan dengan cara yang baik dan halal
11. Berkembang
Adapun syarat sahnya zakat adalah sebagai berikut :
1. Adanya niat muzakki (orang yang mengeluarkan zakat)
2. Pengalihan kepemilikan dari muzakki ke mustahiq (orang yang berhak
menerima zakat).

D. Cara Penyaluran Zakat
Secara formal, pendistribusian zakat langsung di atur oleh Allah SWT.
sendiri, tidak memberikan kesempatan kepada Nabi dan ijtihad para
Mujtahiduntuk mendistribusikannya. Dalam ayat al Qur'an yang menerangkan
tentang zakat ditemukan kata-kata :‫ ﺔﻓﺪ ﺻ ﻢﻬﻟاﻮ ﻣا ﻦ ﻣ ﺬ ﺧ‬. Lafal ‫ ﺬ ﺧ‬ini berbentuk
amar yangmenunjukkan adanya perintah untuk memungut zakat. Dalam hal ini
tentunyaorang yang mempunyai kewenangan lah yang dapat melakukannya, yaitu
parapenguasa. Bahkan, terhadap mereka yang enggan membayar zakat,
parapenguasa dapat mengambilnya dengan menggunakan kekerasan. Dan untuk
keperluan menghimpun zakat ini, hendaklah para penguasa membentuk

badan'amalah atau petugas zakat. Oleh petugas-petugas zakat inilah kemudian
zakatyang telah di ambil dari para muzakki dibagikan kepada yang
berhakmenerimanya. Dan kepada siapa saja zakat itu diberikan secara jelas telah
diatur dalam Surat Al Taubah ayat 60 yang berbunyi :
Artinya : "Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang
fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yangdibujuk
hatinya, untuk orang-orang yang berhutang, para budak untuk jalan Allah dan
orang-orang yang dalam perjalanan,sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan
Allah, dan Allah MahaMengetahui lagi Maha Bijaksana". (Q.S. At-taubah ayat
60)29.
Selain itu dijelaskan pula dalam sabda Rasulullah seperti yang tertera
dalam buku Bulugul Maram karangan Al-Hafidh Imam Ibnu Hajar Al-asqalany
dengan nomor hadis 662 yaitu :
“Dari Abu Said Al-Khudry Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Zakat itu tidak halal diberikan kepada
orang kaya kecuali lima macam, yaitu: Panitia zakat, atau orang yang membelinya
dengan hartanya, atau orang yang berhutang, atau orang yang berperang di jalan
Allah, atau orang miskin yang menerima zakat kemudian memberikannya pada
orang kaya." Riwayat Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah. Hadits shahih
5
menurut Hakim, namun ia juga menilainya cacat karena mursal” .
Zakat sangat berkaitan erat dengan ekonomi setiap orang, hal itulah yang
menyebabkan mereka bisah dimasukkan dalam golongan yang berhak menerima
zakat.Perbedaan antara idiologi ekonomi yang dibangun Sistem Kapitalis dan
Sistem Sosialis, Islam menganibil jalan yang terbaik di antara keduanya dengan
meletakan sistem ekonomi yang seimbang dan selaras.Seseorang dalam Sistem
Ekonomi Islam tidak sepantasnya diberikan kebebasan yang tidak terbatas untuk
melakukan kegiatan ekonomi tanpa moral spritual yang membatasinya. Di sisi
5

Al-Hafidh Imam Ibnu Hajar Al-asqalany, BulugulMaram, nomor hadis 662

lain negara sebagai khalifah harus dapat menjaga sektor-sektor ekonomi agar
seimbang antara kepenlingan publik dengan kepentingan individu. Dari konsep
ini Islamsudah lama memiliki konsep ekonomi publik dan ekonomi privat yang
konsep ini dalam ekonomi konvensional belum dimiliki dengan jelas.Sistem
Ekonomi Islam terletak antara keseimbangan antara kebutuhan material dan
kebutuhan etika ekonomi.Kemajuan dibidang ekonomi dan teknologi dalam
Ekonomi Islam selalu didasari kepada sistem moral sebagai satu sistem nilai yang
mengontrol kegiatan stabilitas ekonomi yang aman dan menjamin kesejahteraan
6

umat manusia , termasuk didalamnya adalah zakat.
Hal Yang mendorong masyarakat Islam melaksanakan pemungutan zakat
di Indonesia ini antara lain adalah: (1) keinginan umat Islam Indonesia untuk
meyempurnakan pelaksanaan ajaran agamanya. Setelah mendirikan
shalat,berpuasa selama bulan Ramadhan dan bahkan menunaikan ibadah haji ke
Mekkah, umat Islam semakin menyadari perlunya penunaian zakat sebagai
kewajiban agama; kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap orang yang
mampu melaksanakannya karena telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan.
(2) Kesadaran yang semakin meningkat di kalangan umat Islam tentang potensi
zakat jika dimanfaatkan sebaik-baiknya, akan dapat memecahkan berbagai
masalahsosial di Indonesia. (3) Usaha-usaha untuk mewujudkan pengembangan
7
dan pengelolaan zakat di Indonesia makin lama makin tumbuh dan berkembang .
Sesuai dengan prinsip yang di atur dalam Surat al- Taubah ayat 60,
ulama' sepakat bahwa distribusi zakat hanya diperuntukkan kepada delapan
asnaf, tidak untuk yang lain. Delapan asnaf itu adalah :

6

Mabarroh Azizah, Instrumen Labelisasi dan Sertifikasi Halal Sebagai Perlindungan Hukum
Terhadap Konsumen Muslim Dalam Wacana Hukum Ekonomi Islam di Indonesia, Jurnal Al-‘Adl
Vol. 10 No. 2, Juli 2017
7

Mila sartika, Effect of Zakat Utilization Productive to Empowerment Mustahiq at LAZ Solo
Foundation Care for Surakarta.Jurnal Ekonomi Islam, Vol. II, No. 1, Juli 2008.

1. Fakir dan miskin
2. Amil
3. Muallaf
4. Riqab
5. Gharim
6. Sabilillah
7. Ibnu sabil
Menurut madzhab Syafi'i; jika pada suatu tempat 8 kelompok tersebut ada,
maka zakat wajib dikeluarkan kepada delapan kelompok tersebut, namun jika
hanya ada beberapa saja diantaranya, misalnya yang ada hanya kelompok
faqir, miskin, sabilillah, maka zakat harus diberikan kepada kelompok yang
ada tersebut. Sedangkan menurut jumhur (Hanafi, Maliki dan Hambali) zakat
boleh dibagikan hanya kepada salah satu kelompok dari delapan kelompok
penerima zakat, walaupun masih ada kelompok penerima zakat yang lain.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya
maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Menurut Abdurrahman al-Jaziri, kata zakat secara bahasa bermakna al-tathhir
wa al-nama’. Sedangkan secara terminology (istilahan/istilah), zakat adalah
pemilikan harta yang dikhususkan kepada mustahiq dengan syarat-syarat
tertentu.
2. Tujuan dari zakat itu sendiri adalah untuk membuktikan kehambaan diri apada
Allah, mensyukuri nikmat Allah, menyucikan diri dari dosa-dosa, menyucikan
dari sifat bakhil, membersihkan harta yang dizakati, dan membersihkan hati
dari sikap iri. Hikmah dari melakukan zakat terbagi menjadi tiga yaitu aspek
diniyyah (segi agama), khuluqiyyah (segi akhlak), dan ijtimaiyyah (segi
sosial).
3. Syarat-syarat wajib yang harus dipenuhi untuk melakukan zakat yaitu islam,
merdeka, baligh dan berakal, harta yang wajib dizakati, telah mencapai nisab,
harta itu milik penuhnya, cukup haul, tidak adanya hutang, melebihi
kebutuhan dasar, berkembang, dan diperoleh dengan cara yang halal.

20

4. penyaluran zakat dapat dilakukan dengan cara menyerahkan harta yang akan
dizakatkan pada badan amalah/petugas zakat. Dan petugas zakat inilah yang
akan menyalurkan zakat dari muzakki kepada orang-orang yang berhak
menerimanya.
B. Saran
Ketika akan berzakat hendak menzakatkan harta yang diperoleh dengan cara
yang halal, dan diberikan dengan cara ihklas sesuai dengan aturan zakat.
Petugas zakat haruslah menjalankan tugas dengan baik. Dan menyalurkan
zakat tersebut pada orang-orang yang betul-betul berhak untuk menerimanya.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Jaziiri, Abdurrahman.tt. Al-Fiqh ala Mazahib al-arba’ah. Bairut: Dar al-kutub
al-Ilmiah.
Al-asqalany Al-Hafidh Imam Ibnu Hajar. BulughulMaram Min Adillatil Akkam. Alasqalany. Tasikmalaya: Pustaka Al-Hidaya.2008.
Al-Zuhaili, Wahbah.Al-fiqh al-Islamy wa Adillatuh, Jilid III.2008.
AzizahMabarroh. Instrumen Labelisasi dan Sertifikasi Halal Sebagai Perlindungan Hukum
Terhadap Konsumen Muslim Dalam Wacana Hukum Ekonomi Islam di
Indonesia,Jurnal Al-‘Adl Vol. 10 No. 2, Juli 2017.
Fakhruddin, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia, 2008.
Hasan, M. Ali. Zakat dan Infak. Jakarta. 2008.
Sartika, Mila. Effect of Zakat Utilization Productive to Empowerment Mustahiq at LAZ Solo
Foundation Care for Surakarta.Jurnal Ekonomi Islam, Vol. II, No. 1, Juli 2008.