laporan simulasi persilangan dihibrid. docx
Tanggal Praktikum
:
15 September 2014
Nama Kelompok
:
Gamet
Nama Anggota
:
1. Dewi Masithoh
2. Arista Novihana Pratiwi
3. Ana Fatonah
(4401412127)
(4401412108)
(4401412096)
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
SIMULASI PERSILANGAN DIHIBRIDA
A. TUJUAN
1. Menunjukkan adanya prinsip berpasangan secara bebas.
2. Membuktikan perbandingan fenotip F2 = 9 : 3 : 3 : 1.
3. Dapat menggunakan uji Chi-Square dalam analisis genetika Mendel.
B. PERMASALAHAN
1. Dalam kegiatan
ini
dapat
menunjukkan
terjadinya
prinsip
berpasangan secara bebas ?
2. Buat diagram persilangannya ?
3. Berapa perbandingan fenotip yang diperoleh ?
4. Bagaimana hasil perbandingan data kelompok dengan data kelompok
lain ?
5. Hasil uji dengan menggunakan Chi Kuadrat ?
6. Kesimpulan dari hasil kerja ?
C. LANDASAN TEORI
Persilangan dihibrida atau persilangan dengan dua sifat beda,
melibatkan dua pasang gen. Pada saat pembentukan gamet setiap
pasangan gen akan memisah, selanjutnya gen/alel yang telah memisah
ini akan mengelompok dengan gen/alel yang lain secara bebas. Oleh
mendel hal ini disebut sebagai prinsip pengelompokan gen secara bebas
(independent assortment).
Dalam hukum mendel II atau dikenal dengan The Law of
Independent assortmen of genes atau Hukum Pengelompokan Gen
Secara Bebas dinyatakan bahwa selama pembentukan gamet, gen-gen
sealel akan memisah secara bebas dan mengelompok dengan gen lain
yang bukan alelnya. Pembuktian hukum ini dipakai pada dihibrid atau
polihibrid, yaitu persilangan dari 2 individu yang memiliki satu atau lebih
karakter yang berbeda. Dihibrid adalah hibrid dengan 2 sifat beda. Fenotif
adalah penampakan atau perbedaan sifat dari suatu individu tergantung
dari susunan genetiknya yang dinyatakan dengan kata-kata (misalnya
mengenai ukuran, warna, bentuk, rasa, dsb). Genotif adalah susunan
atau konstitusi genetik dari suatu individu yang ada hubungannya dengan
fenotif; biasanya dinyatakan dengan simbol atau tanda pertama dari
fenotif. Oleh karena individu itu bersifat diploid, maka genotif dinyatakan
dengan huruf dobel, misalnya AA, Aa, aa, AABB,dsb. Sebelum melakukan
percobaan, harus diketahui cara pewarisan sifat. Dua pasang yang
diawasi oleh pasangan gen yang terletak pada kromosom yang berlainan.
Sebagai contoh Mendel melakukan percobaan dengan menanam kacang
ercis yang memiliki dua sifat beda. Mula-mula tanaman galur murni yang
memiliki biji bulat berwarna kuning disilangkan dengan tanaman galur
murni yang memiliki biji keriput berwarna hijau, maka F1 seluruhnya
berupa tanaman yang berbiji bulat berwarna kuning. Biji-biji dari tanaman
F1 ini kemudian ditanam lagi dan tanaman yang tumbuh dibiarkan
mengadakan penyerbukan sesamanya untuk memperoleh keturunan F2
dengan 16 kombinasi yang memperlihatkan perbandingan 9/16 tanaman
berbiji bulat warna kuning : 3/16 berbiji bulat warna hijau : 3/16 berbiji
keriput berwarna kuning : 1/16 berbiji keriput berwarna hijau atau
dikatakan perbandingannya adalah ( 9 : 3 : 3 : 1 ).
Bila semua gamet individu diketahui, maka genotipe individu itu
juga akan diketahui. Suatu uji silang monohibrida menghasilkan ratio
fenotipe 1:1, menunjukkan bahwa ada satu pasang faktor yang memisah.
Suatu uji silang dihibrida menghasilkan ratio 1:1:1:1, menunjukkan bahwa
ada dua pasang faktor yang berpisah dan berpilih secara bebas
(johnson, 1983: 98).
Hukum pewarisan ini mengikuti pola yang teratur dan terulang dari
generasi ke generasi. Dengan mempelajari cara pewarisan gen tunggal
akan dimengerti mekanisme pewarisan suatu sifat dan bagaimana suatu
sifat tetap ada dalam populasi. Demikian juga akan dimengerti bagaimana
pewarisan dua sifat atau lebih Banyak sifat pada tanaman, binatang dan
mikrobia yang diatur oleh satu gen. Gen-gen dalam individu diploid
berupa
pasangan-pasangan
alel
dan
masing-masing
orang
tua
mewariskan satu alel dari satu pasangan gen tadi kepada keturunannya.
Pewarisan sifat yang dapat dikenal dari orang tua kepada keturunannya
secara genetik disebut hereditas (Crowder, 1990).
Mendel melakukan persilangan ini dan memanen 315 ercis bulatkuning, 101 ercis keriput-kuning, 108 bulat-hijau dan 32 ercis keriputhijau. Hanyalah 32 ercis keriput-hijau yang merupakan genotipe tunggal.
Hasil-hasil ini membuat Mendel mendirikan hipotesisnya yang terakhir
(hukum Mendel kedua). Distribusi satu pasang faktor tidak bergantung
pada distribusi pasangan yang lain. Hal ini dikenal sebagai hukum
pemilihan bebas . Ciri khas karya Mendel yang cermat ialah bahwa ia lalu
menanam semua ercis ini dan membuktikan adanya genotipe terpisah di
antara setiap ercis dengan kombinasi baru ciri-cirinya (Kimball, 1983).
Hukum Mendel II disebut juga hukum asortasi. Mendel
menggunakan kacang ercis untuk dihibrid, yang pada bijinya terdapat dua
sifat beda, yaitu soal bentuk dan warna biji. Persilangan dihibrid yaitu
persilangan dengan dua sifat beda sangat berhubungan dengan hukum
Mendel II yang berbunyi “independent assortment of genes”. Atau
pengelompokan
gen
secara
bebas.
Hukum
ini
berlaku
ketika
pembentukan gamet, dimana gen sealel secara bebas pergi ke masingmasing kutub ketika meiosis. B untuk biji bulat, b untuk biji kisut, K untuk
warna kuning dan k untuk warna hijau. Jika tanaman ercis biji bulat
kuning homozygote (BBKK) disilangkan dengan biji kisut hijau (bbkk),
maka semua tanaman F1 berbiji bulat kuning. Apabila tanaman F1 ini
dibiarkan menyerbuk kembali, maka tanaman ini akan membentuk empat
macam gamet baik jantan ataupun betina masing-masing dengan
kombinasi
BK,
Bk,Bk,
bk. Akibatnya
turunan
F2 dihasilkan 16
kombinasi.yang terdiri dari empat macam fenotip, yaitu 9/16 bulat kuning,
3/16 bulat hijau, 3/16 kisut kuning dan 1/16 kisut hijau. Dua diantara
fenotip itu serupa dengan induknya semula dan dua lainnya merupakan
fariasi baru (Gooddenough,1984).
Hukum Mendel II yaitu pengelompokan gen secara bebas berlaku
ketika pembuatan gamet. Dimana gen sealel secara bebas pergi ke
masing masing kutub meiosis. Pembuktian hukum ini dipakai pada
dihibrid atau polihibrid, yaitu persilangan dari dua individu yang memiliki
dua atau lebih karakter yang berdeba. Hukum ini juga disebut hukum
Asortasi. Hibrid adalah turunan dari suatu persilangan antara dua individu
yang secara genetik berbeda Persilangan dihibrid yaitu persilangan
dengan dua sifat beda sangat berhubungan dengan hukum Mendel II
yang berbunyi “Independent assortment of genes”. Atau pengelompokan
gen secara bebasArti hibrid semacam itu juga dikemukakan oleh
GardnerRatio. Fenotipe klasik yang dihasilkan dari perkawinan dihibrida
adalah 9:3:3:1, ratio ini diperoleh oleh alel-alel pada kedua lokus
memperlihatkan hubungan dominan dan resesif. Ratio ini dapat
dimodifikasi jika atau kedua lokus mempunyai alel-alel dominan dan alel
lethal (Crowder,1990: 43).
Persilangan dihibrid adalah persilangan antara individu untuk 2 gen
yang berbeda. Eksperimen Mendel dengan bentuk biji dan warna ercis
adalah sebuah contoh dari persilangan dihibrid. Metode Punnett kuadrat
menentukan rasio fenotipe dan genotipenya. Dua sifat beda yang
dipelajari Mendel yaitu bentuk dan warna kapri. Pada penelitian terdahulu
diketahui bahwa biji bulat (W) dominan terhadap biji berkerut (w), dan
menghasilkan nisbah 3:1. Pada keturunan F2, Mendel juga mendapatkan
bahwa warna biji kuning (G) dominan terhadap biji hijau (g), dan
segregasi dengan nisbah 3:1. Persilangan kapri dihibrida berbiji kuning
bulat dan berbiji hijau berkerut menghasilkan nisbah fenotipe 9:3:3:1.
Nisbah genotipenya dapat diperoleh dengan menjumlahkan genotipegenotipe yang sama di antara 16 genotipe yang terlihat dalam segitiga
Punnett (Crowder, 1999).
Menurut Goodenough (1984) mendel memperoleh hasil yang tetap
sama
dan
tidak
berubah-ubah
pada
pengulangan
dengan
cara
penyilangan dengan kombinasi sifat yang berbeda. Prinsip segregasi
berlaku untuk kromosom homolog. Pasangan-pasangan kromosom
homolog yang berbeda mengatur sendiri pada khatulistiwa metafase I
dengan cara bebas dan tetap bebas selama meiosis. Sebagai akibatnya,
gen-gen yang terletak pada kromosom nonhomolog, dengan kata lain,
gen-gen yang tidak terpaut mengalami pemilihan bebas secara meiosis
Pengamatan ini menghasilkan formulasi hukum genetika Mendel kedua,
yaitu hukum pilihan acak, yang menyatakan bahwa gen-gen yang
menentukan sifat-sifat yang berbeda dipindahkan secara bebas satu
dengan yang lain, dan sebab itu akan timbul lagi secara pilihan acak pada
keturunannya. Individu-individu demikian disebut dihibrida atau hibrida
dengan 2 sifat beda .
Berdasarkan data F2 dihibrid, Mendel menyusun Hukum Perpaduan
Bebas yang berisi bahwa “Segregasi suatu pasangan gen tidak
bergantung kepada segregasi pasangan gen lainnya, sehingga di
dalam
gamet-gamet
yang
terbentuk
akan
terjadi
pemilihan
kombinasi gen-gen secara bebas”.. Dari F1 bergenotipe AaBb dalam
proses pembentukan gamet alel A dapat bebas berpadu dengan B atau b,
juga a bebas memilih B atau b. Akibat perpaduan bebas ini maka setiap
jenis gamet yang terbentuk, yaitu AB, Ab, aB, dan ab akan mempunyai
frekuensi yang sama. Dalam kasus dihibrid akan mempunyai frekuensi
masing-masing 0,25. Akibat perpaduan bebas dari alel-alel dalam
pembentukan gamet, dan penggabungan bebas gamet - gamet dalam
perkawinan maka dalam kasus alel dominan-resesif, F2 akan mempunyai
fenotipe dengan perbandingan 9:3:3:1. Untuk membuktikan Hukum
Perpaduan Bebas dilakukan uji silang dihibrid dengan menyilangkan F1
terhadap tetua resesif. Terbukti kebenaran Hukum ini dengan munculnya
turunan uji silang dengan perbandingan 1:1:1:1 untuk fenotipe yang
menggambarkan gamet AB, Ab, aB, dan ab (Campbell, 2002).
D. ALAT DAN BAHAN
Alat :
- Alat tulis
- Kantong
Bahan :
- Kancing genetika 4 macam warna (merah, hitam, kuning dan hijau)
masing – masing 48 buah.
E. METODE KERJA
1. Mengambil 4 warna kancing (merah, kuning, hijau dan hitam) masingmasing sebanyak 48 buah, selanjutnya ditentukan simbol gen dan
sifat yang diwakili oleh setiap warna kancing.
2. Setiap warna kancing dipisahkan menjadi dua bagian yang satu
bagian sebagai gamet jantan dan satu bagian lain sebagai gamet
betina.
3. Mengancingkan atau mentangkupkan dua kancing menjadi satu
dengan kombinasi warna yang berbeda – beda sesuai macam gamet
yang dihasilkan.
4. Kemudian menepelkan gamet jantan dan gamet betina masing –
masing dalam kantong yang berbeda – beda.
5. Mengambil satu persatu tangkupan kancing dari setiap kantong dan
dipertemukan.
6. Mencatat hasil dan memasukkan ke dalam tabel.
F. HASIL
1. Hasil Kegiatan Kelompok
N
o
Kombinasi
warna
kancing
Merahmerah-hijauhijau
Genotipe
Fenotip
MMBB
Merah bulat
I
III
II
III
2
Merahmerah-hijaukuning
MMBb
Merah bulat
IIIII I
IIIII II
3
Merah-hitamkuningkuning
Mmbb
Merah
keriput
III
IIIII
4
Merah-hitamhijau-hijau
MmBB
Merah bulat
IIIII I
IIII
5
Merah-hitamhijau-kuning
MmBb
Merah bulat
IIIII IIII
IIIII
IIIII
1
Tally
Frekuensi
I
Jumlah
II
3
3
3
6.5
6
7
4
3
5
5
6
4
9.5
9
10
6
Merah-hitamkuningkuning
Mmbb
Merah
keriput
IIIII IIII
IIII
7
Hitam-hitamhijau-hijau
MmBB
Hitam bulat
IIII
IIII
8
Hitam-hitamhijau-kuning
MmBb
Hitam bulat
IIIII I
IIIII III
9
Hitam-hitamkuningkuning
Mmbb
Hitam
keriput
III
II
6.5
9
4
4
4
4
7
6
8
2.5
3
2
Keterangan = M : merah, m : hitam, B : bulat, b : keriput
MMBB, MMBb, MmBB, MmBb
II.
No
= Merah bulat
Mmbb, Mmbb
= Merah keriput
mmBB, mmBb
= Hitam bulat
Mmbb
= Hitam keriput
Data Kelas
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Merah
Bulat
29.5
24
24
27
24
27.5
27
26
26.5
26.5
Merah
Keriput
9
10.5
9
8
12
7.5
10.5
10
9
8
Hitam
Bulat
6.5
11
12.5
9
9.5
7.5
10
10
9
8.5
Total
263
95.5
93
Hitam
Keriput
3
2.5
2.5
4
2.5
3.5
3
2
3
2.5
28.5
�480
Perbandingan Fenotip
9.8 : 3 : 2.1 : 1
9.6 : 4.2 : 4.4 : 1
9.6 : 3.6 : 5 : 1
9 : 2.6 : 3 : 1.3
9.6 : 4.8 : 3.8 : 1
9.16 : 2.5 : 3.16 : 1.16
9 : 3.5 : 2.5 : 1
13 : 5 : 5 : 1
8.83 : 3.16 : 3 : 1
9.16 : 3.16 : 42.8 : 1
III. Analisis Data Kelas
Uji Chi Square
f0
fh
f0 - fh
(f0 - fh)2
Merah Bulat
263
270
-7
49
Merah Keriput
95.5
90
5.5
30.25
Hitam Bulat
93
96
3
9
Hitam Keriput
28.5
30
-1.5
2.25
Fenotip
(f 0−f h)2
fh
9
= 0.181
270
30.25
=¿ 0.336
90
9
=¿ 0.1
90
2.25
=¿ 0.075
30
X2 ¿
�X2 = 0.692
Db
=n–1
=4–1
=3
α = 0.05
X2tabel
= 7.82
X2 hitung < X2 tabel
0,692
7,82
Ho diterima.
IV. Analisis Data Kelompok
Uji Chi Square
Fenotip
Merah Bulat
Merah Keriput
f0
fh
f0 - fh
(f0 - fh)2
24
27
-3
9
10.5
9
1.5
2.25
(f 0−f h)2
fh
9
= 0.33
27
2.25
=¿ 0.25
9
X2 ¿
Hitam Bulat
11
9
3
9
Hitam Keriput
2.5
3
-0.5
0.25
9
=¿ 1
9
0.25
=¿ 0.084
3
�X2 = 1.66
Db
=n–1
=4–1
=3
α = 0.05
X2tabel
= 7.82
X2 hitung < X2 tabel
1.66
7.82
Ho diterima.
Maka H0 dterima, jadi tidak ada perbedaan antara hasil praktikum dengan
Hukum Mendel II ( hasil pengamatan sesuai dengan Hk. Mendel II )
V.
Diagram Persilangan
P
1MM
2Mm
♂MmBb
><
♀MmBb
Merah bulat
merah bulat
MB
MB
Mb
Mb
mB
mB
mb
mb
1BB
=
1MMBB
2Bb
=
2MMBb
1bb
=
1MMbb
1BB
=
2MmBB
2Bb
=
4MmBb
1bb
=
2Mmbb
1mm
1BB
=
1mmBB
2Bb
=
2mmBb
1bb
=
1mmbb
Perbandingan genotip = 1 : 2 : 1 : 2 : 4 : 2 : 1: 2 : 1
3M_
1mm
3B_
=
9M_B_ merah bulat
1bb
=
3M_bb
merah keriput
3K_
=
3mmK_
hitam bulat
1kk
=
1mmkkhitam keriput
Perrbandingan fenotip 9 : 3 : 3 : 1
Fenotip dari hasil praktikum 9.6 : 4. 2 : 4.4 : 1
VI. PEMBAHASAN
Pada kegiatan praktikum ini bertujuan, menunjukkan adanya
prinsip berpasangan secara bebas, membuktikan perbandingan fenotip
9 : 3 : 3 :1 dan dapat menggunakan uji chi square dalam analisis genetika
mendel. Praktikum kali ini membuktikan perbandingan mendel pada F2
yakni persilangan dihibrida dengan fenotip = 9 : 3 : 3 : 1.
Persilangan dihibrida merupakan perkawinan dua individu dengan
dua sifat beda. Persilangan ini dapat membuktikan kebenaran Hukum
Mendel II yaitu bahwa gen – gen yang terletak pada kromosom yang
berlainan akan bersegresi secara bebas dan dihasilkan empat macam
fentip dengan perbandingan 9 : 3 : 3 : 1. Kenyataannya sering kali terjadi
penyimpangan atau hasil jauh dari harapan. Masalah penurunan sifat
atau hereditas mendapat banyak perhatian oleh peneliti. Peneliti yang
paling popular adalah Gregor Johan Mendel. Pada tahun 1842, mendel
mulai mengadakan penelitian dan meletakkan dasar- dasar hereditas.
Dari penelitiannya, menghasilkan Hukum Mendel I dan Hukum Mendel II.
Mendel melakukan persilangan dengan menyilangkan tanaman dengan
dua sifat beda, misalnya warna bunga dan ukuran tanaman. Persilangan
dihibrid juga merupakan bukti berlakunya Hukum Mendel II berupa
pengelompokan gen secara bebas saat pembentukan gamet. Persilangan
dengan dua sifat beda yang lain juga memiliki perbandingan fenotip F2
sama yaitu 9 :
3 : 3 : 1. Berdasarkan penjelasan pada persilangan
monohibrid dan dihibrid tampak adanya hubungan antara jumlah sifat
beda, macam gamet, genotip dan fenotip serta perbandingannya. Hukum
Mendel II disebut juga hukum pengelompokkan gen secara bebas (The
Law Independent Assortement Of Genes).
Persilangan dihibrida membentuk empat gamet yang secara
genetik berbeda dengan frekuensi yang kira-kira sama karena orientasi
secara acak dari pasangan kromosom nonhomolog pada piringan
metafase meiosis pertama. Bila dua dihibrida disilangkan, akan dihasilkan
4 macam gamet dalam frekuensi yang sama baik pada jantan maupun
betina. Suatu papan-periksa genetik 4 x 4 dapat digunakan untuk
memperlihatkan ke-16 gamet yang dimungkinkan. Rasio fenotipe klasik
yang dihasilkan dari perkawinan genotipe dihibrida adalah 9:3:3:1. Rasio
ini diperoleh bila alel-alel pada kedua lokus memperlihatkan hubungan
dominan dan resesif.
Fenotipe-fenotipe tipe keturunan yang dihasilkan oleh suatu uji
silang mengungkapkan jumlah macam gamet yang dibentuk oleh
genotipe parental yang diuji. Bila semua gamet individu diketahui, maka
genotipe individu itu juga akan diketahui. Suatu genotipe dihibrida adalah
heterozigot pada dua lokus. Dihibrida membentuk empat gamet yang
secara genetik berbeda dengan frekuensi yang kira-kira sama karena
orientasi acak dari pasangan kromosom nonhomolog pada piringan
metafase meiosis pertama. Uji silang (test cross) adalah perkawinan
genotipe yang tidak diketahui benar dengan genotipe yang homozigot
resesif pada semua lokus yang sedang dibicarakan.
Dapat dilihat bahwa kemungkinan peluang antar gen-gen tersebut adalah
9: 3: 3: 1. dan kemungkinan yang terjadi jika dalam percobaan tidak
menunjukkan hasil seperti tersebut, berarti mempunyai sifat epistasif.
Faktor (alel) yang mengatur karakter yang berbeda (dua atau lebih sifat
yang dikenal) memisah secara bebas ketika terbentuk gamet. Menurut
Suryo (1990), dalam percobaan biologis tidak mungkin didapat data yang
segera dapat dipertanggung jawabkan seperti halnya matematika.
Sehubungan dengan itu, adanya penyimpangan atau deviasi
antara hasil yang didapat dengan hasil yang diharapkan secara teorotis
harus dievaluasi. Evaluasi tersebut dilakukan dengan cara chi-square
test. Dari pengamatan ini menunjuk kan bahwa, untuk X2 = 1.66, jika di
bandingkan dengan X2 tabel = 7.82. maka hipotesis di terima. Karena X2
hitung < X2 tabel. Ho diterima. Dari hasil data kelompok lain menunjukkan
hasil perbandingan antara percobaan mendel dengan percobaan
kelompok tersebut hampir berbeda tipis dengan perobaan mendel.
Penyimpangan ini mungkin dikarenakan adanya sifat-sifat
menurun yang dipengaruhi oleh dua atau lebih pasangan alel yang
penampakkannya saling mempengaruhi (berinteraksi). Tergantung pada
macam interaksi ini, perbandingan fenotif itu berubah dalam berbagai
bentuk, walaupun prinsip dasar dari cara pewarisan sifat-sifat menurun
adalah
tetap
sama.
Keganjilan
ini
bukanlah
disebabkan
oleh
penyimpangan hukum Mendel II tetapi hanyalah karena adanya dua
pasang alel yang semuanya mempengaruhi bagian sama dari suatu
organisme. Dan dalam hal ini adalah bentuk Merah Bulat
dan Hitam
Keriput.
VII.
KESIMPULAN
1. Pada persilangan dihibrida, alel-alel yang akan memisah akan
mengelompok secara bebas.
2. Berdasarkan hasil percobaaan yang telah dilakukan didapatkan hasil
perbandinagan 9,6 : 4.2 : 4.4 :1.
3. Berdasarkan Uji Chi Square yang dilakukan baik data kelompok
maupun data kelas diperoleh hasil bahwa untuk X2 = 1.66, jika di
bandingkan dengan X2 tabel = 7.82. Sehingga H0 diterima karena
tidak ada perbedaaan antara hasil praktikum dengan Hk. Mendel II.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Campbell NA, Reece JB, Mitchell LG. Mendel dan Ide tentang Gen. In:
Safitri A, Simarmata L, Hardani HW, editors. Biologi. 5th ed. Jakarta:
Erlangga; 2002. p. 256-78.
Crowder, L.V., 1999. Genetika Tumbuhan. Diterjemahkan oleh L.
Kusdiarti. Yogyakarta : Gadjah Mada Uiversity Press.
Goodenough, U., 1984. Genetika. Diterjemahkan oleh Sumartono
Adisoemarto. Jakarta : Erlangga.
Johnson, L.G., 1983. Biology. Wm. C. Iowa : Brown Company Publishers.
Kimball, J.W., 1983. Biologi. Jilid I Edisi Kelima. Diterjemahkan oleh S.S.
Tjitrosomo dan N. Sugiri. Jakarta : Erlangga.
Suryo. 1990. Genetika. Yogyakarta: UGM Press.
IX.
LAMPIRAN
4 Macam Warna Kancing
Gambar Hasil Persilangan Dihibrid
:
15 September 2014
Nama Kelompok
:
Gamet
Nama Anggota
:
1. Dewi Masithoh
2. Arista Novihana Pratiwi
3. Ana Fatonah
(4401412127)
(4401412108)
(4401412096)
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
SIMULASI PERSILANGAN DIHIBRIDA
A. TUJUAN
1. Menunjukkan adanya prinsip berpasangan secara bebas.
2. Membuktikan perbandingan fenotip F2 = 9 : 3 : 3 : 1.
3. Dapat menggunakan uji Chi-Square dalam analisis genetika Mendel.
B. PERMASALAHAN
1. Dalam kegiatan
ini
dapat
menunjukkan
terjadinya
prinsip
berpasangan secara bebas ?
2. Buat diagram persilangannya ?
3. Berapa perbandingan fenotip yang diperoleh ?
4. Bagaimana hasil perbandingan data kelompok dengan data kelompok
lain ?
5. Hasil uji dengan menggunakan Chi Kuadrat ?
6. Kesimpulan dari hasil kerja ?
C. LANDASAN TEORI
Persilangan dihibrida atau persilangan dengan dua sifat beda,
melibatkan dua pasang gen. Pada saat pembentukan gamet setiap
pasangan gen akan memisah, selanjutnya gen/alel yang telah memisah
ini akan mengelompok dengan gen/alel yang lain secara bebas. Oleh
mendel hal ini disebut sebagai prinsip pengelompokan gen secara bebas
(independent assortment).
Dalam hukum mendel II atau dikenal dengan The Law of
Independent assortmen of genes atau Hukum Pengelompokan Gen
Secara Bebas dinyatakan bahwa selama pembentukan gamet, gen-gen
sealel akan memisah secara bebas dan mengelompok dengan gen lain
yang bukan alelnya. Pembuktian hukum ini dipakai pada dihibrid atau
polihibrid, yaitu persilangan dari 2 individu yang memiliki satu atau lebih
karakter yang berbeda. Dihibrid adalah hibrid dengan 2 sifat beda. Fenotif
adalah penampakan atau perbedaan sifat dari suatu individu tergantung
dari susunan genetiknya yang dinyatakan dengan kata-kata (misalnya
mengenai ukuran, warna, bentuk, rasa, dsb). Genotif adalah susunan
atau konstitusi genetik dari suatu individu yang ada hubungannya dengan
fenotif; biasanya dinyatakan dengan simbol atau tanda pertama dari
fenotif. Oleh karena individu itu bersifat diploid, maka genotif dinyatakan
dengan huruf dobel, misalnya AA, Aa, aa, AABB,dsb. Sebelum melakukan
percobaan, harus diketahui cara pewarisan sifat. Dua pasang yang
diawasi oleh pasangan gen yang terletak pada kromosom yang berlainan.
Sebagai contoh Mendel melakukan percobaan dengan menanam kacang
ercis yang memiliki dua sifat beda. Mula-mula tanaman galur murni yang
memiliki biji bulat berwarna kuning disilangkan dengan tanaman galur
murni yang memiliki biji keriput berwarna hijau, maka F1 seluruhnya
berupa tanaman yang berbiji bulat berwarna kuning. Biji-biji dari tanaman
F1 ini kemudian ditanam lagi dan tanaman yang tumbuh dibiarkan
mengadakan penyerbukan sesamanya untuk memperoleh keturunan F2
dengan 16 kombinasi yang memperlihatkan perbandingan 9/16 tanaman
berbiji bulat warna kuning : 3/16 berbiji bulat warna hijau : 3/16 berbiji
keriput berwarna kuning : 1/16 berbiji keriput berwarna hijau atau
dikatakan perbandingannya adalah ( 9 : 3 : 3 : 1 ).
Bila semua gamet individu diketahui, maka genotipe individu itu
juga akan diketahui. Suatu uji silang monohibrida menghasilkan ratio
fenotipe 1:1, menunjukkan bahwa ada satu pasang faktor yang memisah.
Suatu uji silang dihibrida menghasilkan ratio 1:1:1:1, menunjukkan bahwa
ada dua pasang faktor yang berpisah dan berpilih secara bebas
(johnson, 1983: 98).
Hukum pewarisan ini mengikuti pola yang teratur dan terulang dari
generasi ke generasi. Dengan mempelajari cara pewarisan gen tunggal
akan dimengerti mekanisme pewarisan suatu sifat dan bagaimana suatu
sifat tetap ada dalam populasi. Demikian juga akan dimengerti bagaimana
pewarisan dua sifat atau lebih Banyak sifat pada tanaman, binatang dan
mikrobia yang diatur oleh satu gen. Gen-gen dalam individu diploid
berupa
pasangan-pasangan
alel
dan
masing-masing
orang
tua
mewariskan satu alel dari satu pasangan gen tadi kepada keturunannya.
Pewarisan sifat yang dapat dikenal dari orang tua kepada keturunannya
secara genetik disebut hereditas (Crowder, 1990).
Mendel melakukan persilangan ini dan memanen 315 ercis bulatkuning, 101 ercis keriput-kuning, 108 bulat-hijau dan 32 ercis keriputhijau. Hanyalah 32 ercis keriput-hijau yang merupakan genotipe tunggal.
Hasil-hasil ini membuat Mendel mendirikan hipotesisnya yang terakhir
(hukum Mendel kedua). Distribusi satu pasang faktor tidak bergantung
pada distribusi pasangan yang lain. Hal ini dikenal sebagai hukum
pemilihan bebas . Ciri khas karya Mendel yang cermat ialah bahwa ia lalu
menanam semua ercis ini dan membuktikan adanya genotipe terpisah di
antara setiap ercis dengan kombinasi baru ciri-cirinya (Kimball, 1983).
Hukum Mendel II disebut juga hukum asortasi. Mendel
menggunakan kacang ercis untuk dihibrid, yang pada bijinya terdapat dua
sifat beda, yaitu soal bentuk dan warna biji. Persilangan dihibrid yaitu
persilangan dengan dua sifat beda sangat berhubungan dengan hukum
Mendel II yang berbunyi “independent assortment of genes”. Atau
pengelompokan
gen
secara
bebas.
Hukum
ini
berlaku
ketika
pembentukan gamet, dimana gen sealel secara bebas pergi ke masingmasing kutub ketika meiosis. B untuk biji bulat, b untuk biji kisut, K untuk
warna kuning dan k untuk warna hijau. Jika tanaman ercis biji bulat
kuning homozygote (BBKK) disilangkan dengan biji kisut hijau (bbkk),
maka semua tanaman F1 berbiji bulat kuning. Apabila tanaman F1 ini
dibiarkan menyerbuk kembali, maka tanaman ini akan membentuk empat
macam gamet baik jantan ataupun betina masing-masing dengan
kombinasi
BK,
Bk,Bk,
bk. Akibatnya
turunan
F2 dihasilkan 16
kombinasi.yang terdiri dari empat macam fenotip, yaitu 9/16 bulat kuning,
3/16 bulat hijau, 3/16 kisut kuning dan 1/16 kisut hijau. Dua diantara
fenotip itu serupa dengan induknya semula dan dua lainnya merupakan
fariasi baru (Gooddenough,1984).
Hukum Mendel II yaitu pengelompokan gen secara bebas berlaku
ketika pembuatan gamet. Dimana gen sealel secara bebas pergi ke
masing masing kutub meiosis. Pembuktian hukum ini dipakai pada
dihibrid atau polihibrid, yaitu persilangan dari dua individu yang memiliki
dua atau lebih karakter yang berdeba. Hukum ini juga disebut hukum
Asortasi. Hibrid adalah turunan dari suatu persilangan antara dua individu
yang secara genetik berbeda Persilangan dihibrid yaitu persilangan
dengan dua sifat beda sangat berhubungan dengan hukum Mendel II
yang berbunyi “Independent assortment of genes”. Atau pengelompokan
gen secara bebasArti hibrid semacam itu juga dikemukakan oleh
GardnerRatio. Fenotipe klasik yang dihasilkan dari perkawinan dihibrida
adalah 9:3:3:1, ratio ini diperoleh oleh alel-alel pada kedua lokus
memperlihatkan hubungan dominan dan resesif. Ratio ini dapat
dimodifikasi jika atau kedua lokus mempunyai alel-alel dominan dan alel
lethal (Crowder,1990: 43).
Persilangan dihibrid adalah persilangan antara individu untuk 2 gen
yang berbeda. Eksperimen Mendel dengan bentuk biji dan warna ercis
adalah sebuah contoh dari persilangan dihibrid. Metode Punnett kuadrat
menentukan rasio fenotipe dan genotipenya. Dua sifat beda yang
dipelajari Mendel yaitu bentuk dan warna kapri. Pada penelitian terdahulu
diketahui bahwa biji bulat (W) dominan terhadap biji berkerut (w), dan
menghasilkan nisbah 3:1. Pada keturunan F2, Mendel juga mendapatkan
bahwa warna biji kuning (G) dominan terhadap biji hijau (g), dan
segregasi dengan nisbah 3:1. Persilangan kapri dihibrida berbiji kuning
bulat dan berbiji hijau berkerut menghasilkan nisbah fenotipe 9:3:3:1.
Nisbah genotipenya dapat diperoleh dengan menjumlahkan genotipegenotipe yang sama di antara 16 genotipe yang terlihat dalam segitiga
Punnett (Crowder, 1999).
Menurut Goodenough (1984) mendel memperoleh hasil yang tetap
sama
dan
tidak
berubah-ubah
pada
pengulangan
dengan
cara
penyilangan dengan kombinasi sifat yang berbeda. Prinsip segregasi
berlaku untuk kromosom homolog. Pasangan-pasangan kromosom
homolog yang berbeda mengatur sendiri pada khatulistiwa metafase I
dengan cara bebas dan tetap bebas selama meiosis. Sebagai akibatnya,
gen-gen yang terletak pada kromosom nonhomolog, dengan kata lain,
gen-gen yang tidak terpaut mengalami pemilihan bebas secara meiosis
Pengamatan ini menghasilkan formulasi hukum genetika Mendel kedua,
yaitu hukum pilihan acak, yang menyatakan bahwa gen-gen yang
menentukan sifat-sifat yang berbeda dipindahkan secara bebas satu
dengan yang lain, dan sebab itu akan timbul lagi secara pilihan acak pada
keturunannya. Individu-individu demikian disebut dihibrida atau hibrida
dengan 2 sifat beda .
Berdasarkan data F2 dihibrid, Mendel menyusun Hukum Perpaduan
Bebas yang berisi bahwa “Segregasi suatu pasangan gen tidak
bergantung kepada segregasi pasangan gen lainnya, sehingga di
dalam
gamet-gamet
yang
terbentuk
akan
terjadi
pemilihan
kombinasi gen-gen secara bebas”.. Dari F1 bergenotipe AaBb dalam
proses pembentukan gamet alel A dapat bebas berpadu dengan B atau b,
juga a bebas memilih B atau b. Akibat perpaduan bebas ini maka setiap
jenis gamet yang terbentuk, yaitu AB, Ab, aB, dan ab akan mempunyai
frekuensi yang sama. Dalam kasus dihibrid akan mempunyai frekuensi
masing-masing 0,25. Akibat perpaduan bebas dari alel-alel dalam
pembentukan gamet, dan penggabungan bebas gamet - gamet dalam
perkawinan maka dalam kasus alel dominan-resesif, F2 akan mempunyai
fenotipe dengan perbandingan 9:3:3:1. Untuk membuktikan Hukum
Perpaduan Bebas dilakukan uji silang dihibrid dengan menyilangkan F1
terhadap tetua resesif. Terbukti kebenaran Hukum ini dengan munculnya
turunan uji silang dengan perbandingan 1:1:1:1 untuk fenotipe yang
menggambarkan gamet AB, Ab, aB, dan ab (Campbell, 2002).
D. ALAT DAN BAHAN
Alat :
- Alat tulis
- Kantong
Bahan :
- Kancing genetika 4 macam warna (merah, hitam, kuning dan hijau)
masing – masing 48 buah.
E. METODE KERJA
1. Mengambil 4 warna kancing (merah, kuning, hijau dan hitam) masingmasing sebanyak 48 buah, selanjutnya ditentukan simbol gen dan
sifat yang diwakili oleh setiap warna kancing.
2. Setiap warna kancing dipisahkan menjadi dua bagian yang satu
bagian sebagai gamet jantan dan satu bagian lain sebagai gamet
betina.
3. Mengancingkan atau mentangkupkan dua kancing menjadi satu
dengan kombinasi warna yang berbeda – beda sesuai macam gamet
yang dihasilkan.
4. Kemudian menepelkan gamet jantan dan gamet betina masing –
masing dalam kantong yang berbeda – beda.
5. Mengambil satu persatu tangkupan kancing dari setiap kantong dan
dipertemukan.
6. Mencatat hasil dan memasukkan ke dalam tabel.
F. HASIL
1. Hasil Kegiatan Kelompok
N
o
Kombinasi
warna
kancing
Merahmerah-hijauhijau
Genotipe
Fenotip
MMBB
Merah bulat
I
III
II
III
2
Merahmerah-hijaukuning
MMBb
Merah bulat
IIIII I
IIIII II
3
Merah-hitamkuningkuning
Mmbb
Merah
keriput
III
IIIII
4
Merah-hitamhijau-hijau
MmBB
Merah bulat
IIIII I
IIII
5
Merah-hitamhijau-kuning
MmBb
Merah bulat
IIIII IIII
IIIII
IIIII
1
Tally
Frekuensi
I
Jumlah
II
3
3
3
6.5
6
7
4
3
5
5
6
4
9.5
9
10
6
Merah-hitamkuningkuning
Mmbb
Merah
keriput
IIIII IIII
IIII
7
Hitam-hitamhijau-hijau
MmBB
Hitam bulat
IIII
IIII
8
Hitam-hitamhijau-kuning
MmBb
Hitam bulat
IIIII I
IIIII III
9
Hitam-hitamkuningkuning
Mmbb
Hitam
keriput
III
II
6.5
9
4
4
4
4
7
6
8
2.5
3
2
Keterangan = M : merah, m : hitam, B : bulat, b : keriput
MMBB, MMBb, MmBB, MmBb
II.
No
= Merah bulat
Mmbb, Mmbb
= Merah keriput
mmBB, mmBb
= Hitam bulat
Mmbb
= Hitam keriput
Data Kelas
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Merah
Bulat
29.5
24
24
27
24
27.5
27
26
26.5
26.5
Merah
Keriput
9
10.5
9
8
12
7.5
10.5
10
9
8
Hitam
Bulat
6.5
11
12.5
9
9.5
7.5
10
10
9
8.5
Total
263
95.5
93
Hitam
Keriput
3
2.5
2.5
4
2.5
3.5
3
2
3
2.5
28.5
�480
Perbandingan Fenotip
9.8 : 3 : 2.1 : 1
9.6 : 4.2 : 4.4 : 1
9.6 : 3.6 : 5 : 1
9 : 2.6 : 3 : 1.3
9.6 : 4.8 : 3.8 : 1
9.16 : 2.5 : 3.16 : 1.16
9 : 3.5 : 2.5 : 1
13 : 5 : 5 : 1
8.83 : 3.16 : 3 : 1
9.16 : 3.16 : 42.8 : 1
III. Analisis Data Kelas
Uji Chi Square
f0
fh
f0 - fh
(f0 - fh)2
Merah Bulat
263
270
-7
49
Merah Keriput
95.5
90
5.5
30.25
Hitam Bulat
93
96
3
9
Hitam Keriput
28.5
30
-1.5
2.25
Fenotip
(f 0−f h)2
fh
9
= 0.181
270
30.25
=¿ 0.336
90
9
=¿ 0.1
90
2.25
=¿ 0.075
30
X2 ¿
�X2 = 0.692
Db
=n–1
=4–1
=3
α = 0.05
X2tabel
= 7.82
X2 hitung < X2 tabel
0,692
7,82
Ho diterima.
IV. Analisis Data Kelompok
Uji Chi Square
Fenotip
Merah Bulat
Merah Keriput
f0
fh
f0 - fh
(f0 - fh)2
24
27
-3
9
10.5
9
1.5
2.25
(f 0−f h)2
fh
9
= 0.33
27
2.25
=¿ 0.25
9
X2 ¿
Hitam Bulat
11
9
3
9
Hitam Keriput
2.5
3
-0.5
0.25
9
=¿ 1
9
0.25
=¿ 0.084
3
�X2 = 1.66
Db
=n–1
=4–1
=3
α = 0.05
X2tabel
= 7.82
X2 hitung < X2 tabel
1.66
7.82
Ho diterima.
Maka H0 dterima, jadi tidak ada perbedaan antara hasil praktikum dengan
Hukum Mendel II ( hasil pengamatan sesuai dengan Hk. Mendel II )
V.
Diagram Persilangan
P
1MM
2Mm
♂MmBb
><
♀MmBb
Merah bulat
merah bulat
MB
MB
Mb
Mb
mB
mB
mb
mb
1BB
=
1MMBB
2Bb
=
2MMBb
1bb
=
1MMbb
1BB
=
2MmBB
2Bb
=
4MmBb
1bb
=
2Mmbb
1mm
1BB
=
1mmBB
2Bb
=
2mmBb
1bb
=
1mmbb
Perbandingan genotip = 1 : 2 : 1 : 2 : 4 : 2 : 1: 2 : 1
3M_
1mm
3B_
=
9M_B_ merah bulat
1bb
=
3M_bb
merah keriput
3K_
=
3mmK_
hitam bulat
1kk
=
1mmkkhitam keriput
Perrbandingan fenotip 9 : 3 : 3 : 1
Fenotip dari hasil praktikum 9.6 : 4. 2 : 4.4 : 1
VI. PEMBAHASAN
Pada kegiatan praktikum ini bertujuan, menunjukkan adanya
prinsip berpasangan secara bebas, membuktikan perbandingan fenotip
9 : 3 : 3 :1 dan dapat menggunakan uji chi square dalam analisis genetika
mendel. Praktikum kali ini membuktikan perbandingan mendel pada F2
yakni persilangan dihibrida dengan fenotip = 9 : 3 : 3 : 1.
Persilangan dihibrida merupakan perkawinan dua individu dengan
dua sifat beda. Persilangan ini dapat membuktikan kebenaran Hukum
Mendel II yaitu bahwa gen – gen yang terletak pada kromosom yang
berlainan akan bersegresi secara bebas dan dihasilkan empat macam
fentip dengan perbandingan 9 : 3 : 3 : 1. Kenyataannya sering kali terjadi
penyimpangan atau hasil jauh dari harapan. Masalah penurunan sifat
atau hereditas mendapat banyak perhatian oleh peneliti. Peneliti yang
paling popular adalah Gregor Johan Mendel. Pada tahun 1842, mendel
mulai mengadakan penelitian dan meletakkan dasar- dasar hereditas.
Dari penelitiannya, menghasilkan Hukum Mendel I dan Hukum Mendel II.
Mendel melakukan persilangan dengan menyilangkan tanaman dengan
dua sifat beda, misalnya warna bunga dan ukuran tanaman. Persilangan
dihibrid juga merupakan bukti berlakunya Hukum Mendel II berupa
pengelompokan gen secara bebas saat pembentukan gamet. Persilangan
dengan dua sifat beda yang lain juga memiliki perbandingan fenotip F2
sama yaitu 9 :
3 : 3 : 1. Berdasarkan penjelasan pada persilangan
monohibrid dan dihibrid tampak adanya hubungan antara jumlah sifat
beda, macam gamet, genotip dan fenotip serta perbandingannya. Hukum
Mendel II disebut juga hukum pengelompokkan gen secara bebas (The
Law Independent Assortement Of Genes).
Persilangan dihibrida membentuk empat gamet yang secara
genetik berbeda dengan frekuensi yang kira-kira sama karena orientasi
secara acak dari pasangan kromosom nonhomolog pada piringan
metafase meiosis pertama. Bila dua dihibrida disilangkan, akan dihasilkan
4 macam gamet dalam frekuensi yang sama baik pada jantan maupun
betina. Suatu papan-periksa genetik 4 x 4 dapat digunakan untuk
memperlihatkan ke-16 gamet yang dimungkinkan. Rasio fenotipe klasik
yang dihasilkan dari perkawinan genotipe dihibrida adalah 9:3:3:1. Rasio
ini diperoleh bila alel-alel pada kedua lokus memperlihatkan hubungan
dominan dan resesif.
Fenotipe-fenotipe tipe keturunan yang dihasilkan oleh suatu uji
silang mengungkapkan jumlah macam gamet yang dibentuk oleh
genotipe parental yang diuji. Bila semua gamet individu diketahui, maka
genotipe individu itu juga akan diketahui. Suatu genotipe dihibrida adalah
heterozigot pada dua lokus. Dihibrida membentuk empat gamet yang
secara genetik berbeda dengan frekuensi yang kira-kira sama karena
orientasi acak dari pasangan kromosom nonhomolog pada piringan
metafase meiosis pertama. Uji silang (test cross) adalah perkawinan
genotipe yang tidak diketahui benar dengan genotipe yang homozigot
resesif pada semua lokus yang sedang dibicarakan.
Dapat dilihat bahwa kemungkinan peluang antar gen-gen tersebut adalah
9: 3: 3: 1. dan kemungkinan yang terjadi jika dalam percobaan tidak
menunjukkan hasil seperti tersebut, berarti mempunyai sifat epistasif.
Faktor (alel) yang mengatur karakter yang berbeda (dua atau lebih sifat
yang dikenal) memisah secara bebas ketika terbentuk gamet. Menurut
Suryo (1990), dalam percobaan biologis tidak mungkin didapat data yang
segera dapat dipertanggung jawabkan seperti halnya matematika.
Sehubungan dengan itu, adanya penyimpangan atau deviasi
antara hasil yang didapat dengan hasil yang diharapkan secara teorotis
harus dievaluasi. Evaluasi tersebut dilakukan dengan cara chi-square
test. Dari pengamatan ini menunjuk kan bahwa, untuk X2 = 1.66, jika di
bandingkan dengan X2 tabel = 7.82. maka hipotesis di terima. Karena X2
hitung < X2 tabel. Ho diterima. Dari hasil data kelompok lain menunjukkan
hasil perbandingan antara percobaan mendel dengan percobaan
kelompok tersebut hampir berbeda tipis dengan perobaan mendel.
Penyimpangan ini mungkin dikarenakan adanya sifat-sifat
menurun yang dipengaruhi oleh dua atau lebih pasangan alel yang
penampakkannya saling mempengaruhi (berinteraksi). Tergantung pada
macam interaksi ini, perbandingan fenotif itu berubah dalam berbagai
bentuk, walaupun prinsip dasar dari cara pewarisan sifat-sifat menurun
adalah
tetap
sama.
Keganjilan
ini
bukanlah
disebabkan
oleh
penyimpangan hukum Mendel II tetapi hanyalah karena adanya dua
pasang alel yang semuanya mempengaruhi bagian sama dari suatu
organisme. Dan dalam hal ini adalah bentuk Merah Bulat
dan Hitam
Keriput.
VII.
KESIMPULAN
1. Pada persilangan dihibrida, alel-alel yang akan memisah akan
mengelompok secara bebas.
2. Berdasarkan hasil percobaaan yang telah dilakukan didapatkan hasil
perbandinagan 9,6 : 4.2 : 4.4 :1.
3. Berdasarkan Uji Chi Square yang dilakukan baik data kelompok
maupun data kelas diperoleh hasil bahwa untuk X2 = 1.66, jika di
bandingkan dengan X2 tabel = 7.82. Sehingga H0 diterima karena
tidak ada perbedaaan antara hasil praktikum dengan Hk. Mendel II.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Campbell NA, Reece JB, Mitchell LG. Mendel dan Ide tentang Gen. In:
Safitri A, Simarmata L, Hardani HW, editors. Biologi. 5th ed. Jakarta:
Erlangga; 2002. p. 256-78.
Crowder, L.V., 1999. Genetika Tumbuhan. Diterjemahkan oleh L.
Kusdiarti. Yogyakarta : Gadjah Mada Uiversity Press.
Goodenough, U., 1984. Genetika. Diterjemahkan oleh Sumartono
Adisoemarto. Jakarta : Erlangga.
Johnson, L.G., 1983. Biology. Wm. C. Iowa : Brown Company Publishers.
Kimball, J.W., 1983. Biologi. Jilid I Edisi Kelima. Diterjemahkan oleh S.S.
Tjitrosomo dan N. Sugiri. Jakarta : Erlangga.
Suryo. 1990. Genetika. Yogyakarta: UGM Press.
IX.
LAMPIRAN
4 Macam Warna Kancing
Gambar Hasil Persilangan Dihibrid