Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau P

i

© 2009 Indonesian Institute of Sciences (LIPI)
UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya “Eka Karya” Bali*

Katalog dalam Terbitan

Peranan Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global.
Prosiding Seminar/Agung Kurniawan, Ni Kadek Erosi Undaharta, I Putu Agus
Hendra Wibawa, I Gede Tirta, Wawan Sujarwo (Ed.). – Jakarta: LIPI Press, 2009.
xx + 738 hlm.; 21 x 29,7 cm
ISBN 978-979-799-447-1
1. Konservasi
2. Flora Indonesia

2. Keanekaragaman Hayati
4. Pemanasan Global

333.95

Penelaah


Setting dan Layout
Desain Sampul
Penerbit

: Bayu Adjie, Dedy Darnaedi, Sutrisno, Joko R. Witono,
Pande Ketut Sutara, Eniek Kriswiyanti, Teguh Triyono,
Ida Bagus Ketut Arinasa
: I Putu Agus Hendra Wibawa
: Gede Wawan Setiadi
: LIPI Press, anggota Ikapi

*UPT Balai Konservasi Tumbuhan
Kebun Raya “Eka Karya” Bali – LIPI
Candikuning, Baturiti, Tabanan, Bali 82191
Telp. : +62368 21273; Fax.: +62368 22051
E-mail: kebunrayabali.yahoo.com
www.kebunrayabali.com

ISBN 978-979-7 99-447


612

-l

ANALISIS KEBUTUIIAN RUANIG TERBUKA HIJAU PERKOTAAN
UNTUK MENCIPTAKAI\ KENYAMANA}I KLIMATIK DI JAKARTA PUSAT
Imawan Wahyu Hidayat
UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas-Llpl
Jalan Kebun Raya Cibodas, Pacet Sindanglaya PO BOX 19 SDL Cianjur 43253
Telp./ Fax: (0263) 512233;520419; e-mail: imawan wh@yahoo.com

ABSTRACT - The increasing of city development has been converting the open spaces, includes the
Sreenery open spaces (GOS), into massive and built spaces. It caused micro-climatic changing and
decreased the climatic amenity to the city. This study was conducted to analyze the need of GOS at
Central Jakarta in order to reach climatic amenity based on air temperature and relative humidity. The
field study divided into 49 grids of observations based on Citra LANDSAT 7 ETM+, each grid represent
500 m x 500 m of actual size. The factuai temperature and relative humidity were measured in the
observation spot sarnpling at centre of the grid for 3 days. The result showed that factual temperature and
relative humidity at outside of the "comfort zone". The GOS was influenced more than 89% on the role to

create the climatic amenity, it means larger GOS will give bigger effect to the decreasing of temperature
and increasing of relative humidity. Linear regression showed that to create climatic amenity at Central
Jakarta can be reached by increasing the GOS about 16,70/o. The study was suggested converting some
built meas into GOS and built it with good plant selection and planning, not only aesthetically, but also
give more ecological functions to the city. Large shading trees must be used as the main feature of the
GOS. It can be modified with other plants and so water features.
Key words : Greenery open spaces (GOS), climatic amenity, temperature, relative humidity, ecological
function.

PENDAHULUAN

keuntungan psikologis dan estetika hingga

Perkembangan kota yang sangat pesat saat
ini, menyebabkan peruhahan tata guna lahan
perkotaan. Konversi lahan juga te{adi pada areaarea ruang terbuk4 termasuk ruang terbuka
hijau. Ketidak-seimbangan antara proporsi ruang
terbangun dengan ruang terbuka dan ruang
terbuka hijau (RTH) menyebabkan penurunan


kenyamanan klimatik perkotaan dan pencegahan
terhadap polusi udara

tingkat kenyamanan lingkungan. Booth (1983)
mengelompokkan {imgsi vegetasi perkotaan ke
dalam tiga fungsi utam4 yaitu fungsi stnrkhirat,

fungsi lingkungan dan firngsi visual. Fungsi
struktural meliputi fungsi tanaman sebagai
dinding, atap dan lantai dalam membenhrk suaJu
ruang serta mempengaruhi pemandangan dan
arah pergerakan. Fungsi lingkungan meliputi
peran tanaman dalam meningkatkan kualitas
udara dan air, mencegah erosi serta peran

tanaman dalam memodifikasi iklim. Fungsi
visual merupakan peran tanaman sebagai titik
dominan dan sebagai penghubung visual melalui

karakteristik yang dimilikinya yaitu ukurarl

bentuk, warn4 dan tekstur. Menurut Tyrviiinen
et al. (2045), pepohonan dan hutan karena
perubahan musiman dan ukuran, bentuk serta
wamanya merupakan elemen yang paling
menonjol pada lingkungan perkotaan. Memiliki
keuntungan dan penggunaan mulai dari

Bentuk kenyamanan lingkungan yang
berkaitan langsung dengan diri manusia

di

pengguna
dalam ruang perkotaan adalah
kenyamanan klimatik. Standar keiembaban bagi
kenyamanan manusia dalam beraktifitas berkisar
antara 40o/o-70o/o (,aune, 1986). Pada saat
temperatur permukaan rendah (dalam keadaan

gabil). hutan kota dapat meRurunkan suhu

sebesar lo C dibandingkan pohon yang ada di

tepijalan raya (Tashiro dan Sulistyantar4 1995).
Ruang terbuka hijau mempunyai peran penting di
kawasan perkotaaq terutama fungsi serta
manfaatnya yang ttngg dalam memperbaiki dan

meningkatkan kualitas lingkungan alami
perkotaan. Berdasarkan Peraturan Daerah DKI
Jakarta Nomor 6 tahun 1999 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta 2010, RTH
ditargetkan 13,94o/o untuk wilayah provinsi DKI

Jakarta (tidak termasuk Kepulauan Seribu),
sedangkan untuk wilayah Kota Jakarta Pusat
ditargetkan 0,660/o dai luas Jakarta (Pemda DKI
Jakarta 1999). Sedangkan RTH yang ada sampai

tahun 2002


di

Provinsi

DKI

Jakarta (tanpa

Kepulauan Seribu) baru mencapai 9,417o (Dinas
Pertamanan, 2002).

Konservasi Flora Indonesia dnlam Mengatasi Dampak Pemanasan Global

613
tsBN

978-979 -7 99 -447 -1

Sebagai wilayah dengan tingkat intensitas
penggunaan manusia yang sangat tinggi, tata

guna lahan di wilayah Jakarta Pusat didominasi

oleh bangunan-bangunan dan infiastruktur
binaan. Konversi ruang-ruang terbuka menjadi
ruang terbangun menjadi salah satu penyebab
miko di perkotaan, khususnya
wilayah Jakarta Pusat. Bangunan dengan
struktur yang masif tidak dapat menyimpan

perubahan iklim

di

panas dan melepaskan uap air ke udara sebaik
vegetasi sebagai komponen utama ruang terbuka.

Keberadaan

RTH sangat penting


dalam

memiliki peran dalam membentuk kenyamanan
klimatik perkotaan melalui fungsi ekologi yaitu
sebagai kontrol suhu dan kelembaban udara
(Carpenter

e

t a1.,197 5).

Oleh karena itu, dalam studi ini dilakukan
pengamatan terhadap suhu dan kelembaban
relatif faktual di wilayah Jakarta Pusat yang
dihubungkan dengan pengaruh luasan RTH
dalam membentuk iklim miko ruang perkotaan.
Selanjutny4 akan dianalisis besaran luasan RTH
optimal yang perlu dibangun untuk menciptakan
kenyamanan klimatik di Jakarta Pusat.


mengendalikan dan memelihara integritas dan
kualitas lingkungan. Menurut Simonds (1983),

ruang terbuka berhubungan langsung dengan
penggunimn struktur sehingga dapat mendukung
struktur tersebut. Pengendalian
pembangunan wilayah perkotaan harus dilakukan
secara proporsional
berada dalam
keseimbangan antara pembangunan struktur dan

fungsi

dan

fnngsi-fungsi kenyamanan (amenity\ lingkungan

sekitamya. Ketersediaan RTH yang kurang
memadai bagi kebutuhan penduduk Jakarta perlu


diantisipasi dengan melakukan

program

penambahan luasan RTH yang ada saat ini.

Ruang terbuka hijau (RTH) yang terdiri atas

konfigurasi tanaman (khususnya

pohon)

BAHAN DANMETODE

Penelitian dilaksanakan di wilayah
Kotamadya Jakarta Pusat, Provinsi DKI Jakarta
(Gambar 1). Area yang diamati meliputi ruangruang terbuka hijaq seperti RTH pertamanan,
jalur, hutan kota" penyempum4 dan tepian air.
Selain itu, diamati pula konfigurasi ruang-ruang
terbangun pen).usun lanskap Jakarta

PROVINSI DKI JAKARTA

LOKASI PENELITIAN

lt

a.

0

--t${-t
,.ftd

1Km 'i'

Gambar

l.

Pusat.

Tahap persiapan penelitian dilaksanakan pada
bulan Januari-Maret 2008. Pengamatan dan
pengambilan data lapang dilakukan pada bulan
April-Agustus 2008.

Peta lokasi penelitian.

Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global

614
tsBN 978-979-7

99 -447

-l

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini
yaitu: thermo-hygro digital; Global Positioning

Sys/ez (GPS); dan stereoskop yang berguna
unfuk membantu pengukuran dan interpretasi
ruang terbuka hijau (RTH). Sedangkan bahanbahan yang digunakan yaitu: peta DKI Jakarta
skala.l : 20.000; peta dasar dari Dinas Pemetaan

DKI Jakarta skala I : 10.000 tahun 2004: Citn
LANDSAT 7 ETM+, skala 1 : 30.000 tahun 2005

dari PUSDATA LAPAN. Untuk
pengolahan dan

membantu
analisis data yang diperoleh,

digunakan piranti lunak (software), yaitu:
Arcvian GIS3.2; Maplnfo; iErr Mapper 6.0; dan
sPss.
Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahapan
utama Tahap pertama adalah tahap pra-survei
untuk menentukan titik-titik lokasi penelitian dan

tihif;f

persiapan alat-alat yang akan digunakan selama
survei lapang. Tahap kedua yaitu survei iapang,
untuk menginventarisasi kondisi bio-fisik dan
mengumpulkan data di lapang. Tahap ketiga
yaitu pengolahan dan analisis data yang telah
dikompilasi.
Tahap Pro-Sumei

Kegiatan utama tahap ini adalah penentuan
titik-titik lokasi penelitian yang diawali dengan

memplotkan titik-titik pengamatan pada peta
topografi Jakarta Pusat yang kemudian dibagi
dalam grid yang berukuran 500 m x 500 m
(Gambar 2), sehingga diperoleh total titik
pengamatan sebanyak 49 titik. Kriteria
penentuan titik pengamatan adalah tepat berada
di tengah-tengah grid.

Ng"'

Gambar 2. Pembagian grid dan titik-titik lokasi pengamatan penelitian.

Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global

rsBN 978-979-799-447

6t5

-l

Tahap Sumei Lapang

Data-data yang diambil dan dikumpulkan
meliputi: suhu dan kelembaban; kondisi biofisik; dan penutupan ruang terbuka hijau (RTH)

di

wiiayah Jakarta Pusat. Data suhu dan
kelembaban diperoleh melalui pengukuran
dengan alat therma-hygro digital pada periode
suhu maksimum, yaitu antara pukul I1.00-14.00

WIB pada saat cuaca cerah, dengan

penentuan
telah
atas. Data suhu dan kelembaban

titik-titik lokasi
ditetapkan

di

pada tiap

titik

pengamatan

yang

taman kot4 hutan kot4 pemakamaq sarana
rekreasi, dan lainnya. Dalam penelitian ini,
dianalisa seberapa besamya pengaruh penutupan

RTH terhadap suhu dan kelembaban

muncul adalah dengan semakin luasnya RTH di
suatu wilayah maka akan menurunlian suhu dan
meningkatkan kelembaban udara di wilayah

tlntuk melihat hubungan keduanya
maka diterapkan Metode Regresi Linier

tersebut.

Sederhana (Walpole, 1988) dengan model

pengamatan diperoleh melalui
pengu-kuran yang dilakukan selama tiga hari
berturut-turut.
Pengambilan data bio-fisik dan penutupan

persamaannya adalah sebagai berikut:

RTH dimulai dari interpretasi foto udara

Keterangan:

Citra LTINDSAT 7 ETM+ skala

I

dari

: 30.000 tahun
2005 dari PUSDATA LAPAN, yang kemudian

diikuti dengan pengamatan langsung di lapang.

di

Yi

Y; :

xi :

lapang, maka

(t

penghitungan luas RTH dapat diketahui. Datadata yang diperoleh yaitu persentase penutupan
komponen RTH pada masing-masing grid. Untuk

p

Setelah didapatkan data faktual

mengetahui jenis vegetasi penyusunnya (rumpu!

semak. perdu atau pohon), maka dilakukan
i

nterpretasi dengan stereoskop.

Tahap Pengolahan dan Analisis Data
Dalam tahap ini, data diolah dan dianaiisis
secara kuantitatif dan deskriptif. RTH ditentukan
berdasarkan sebarannya dalam satu grid yang

kemudian akan dikorelasikan

dengan

pengarnatan suhu dan kelembaban relatif pada

grid tersebut. Metode yang digunakan

dalam

menganalisis suhu dan kelembaban udara pada

penelitian

ini, yaitu

metoda Regresi Linier

Sederhana. Data suhu dan kelembaban relatif
masing-masing grid akan dikorelasikan dengan
persentase luasan RTH yang tersebar pada
masing-masing grid. Hal ini betuiuan untuk
melihat model hubungan regresi antara luasan

RTH dengan suhu udar4 dan RTH

dengan

kelembaban relatif.

Data RTH yang digunakan untuk dianalisis

yaitu penentase luasan RTH dalam masing-

masing grid dari seluruh wilayah penelitian.
Adapun yang dikategorikan dalam perhitungan

persentase RTH dalam penelitian ini adalah
penutupan tajuk pohon, contohnya: koridor jalan,

udara

dianalisa. f)engan demikian, hipotesis yang

:
:

= ri + pxi+ €i

peubah tak bebas (suhu udara atau
kelembaban udara)
peubah bebas (% RTH)
intersep/perpotongan dengan sumbu tegak
kemiringan / gradien
HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian memiliki luas areal 1.225
ha yang berada di wilayah kota administrasi

Jakarta Pusat. Pada areal lokasi penelitian-

memiliki luas ruang terbuka hijau (RTH)
177,572 ha atau 14,5o/o luas areal lokasi

penelitian. Sebagai wilayah dengan tingkat
intensitas penggunium manusia )ang sangat

tinggi, tata guna lahan di wilayah Jakarta pusat
didominasi oleh bangunan-bangunan dan
infrastruktur binaan. Intensitas penggunaan yang
tingkat
pengguninn kendaraan yang tinggi pula. Kondisi
ini menyebabkan kenyamanan ruang perkotaan
menjadi semakin berk-urang.
Sebagai wilayah perkotaan dengan stnrktur

tinggi ini juga ditandai dengan

ruang yang didominasi oleh

elemen-elemen
binaan, maka keberagaman flora dan fauna alami
sangat terbatas. Keberagaman flora dan fauna di

wilayah Jakarta Pusat merupakan introduksi
yang secara sengaja dipelihara dan dikelota

dengan intensitas pemeliharaan yang tinggi
(Gambar 3).

*.'$',.,1:."

(a)
(b)
Gambar 3. Ruang terbuka hijau (RTH) kota di Jakarta Pusat: (a) Lapangan Banteng (b) Kawasan Monas.
Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global

-

616
ISBN 978-979-799-447

-l

,A,nalisis Persentase Luasan

RTH, Suhu, dan

Kelembaban Relatif (RII)

Data suhu diperoleh melalui pengukuran
yang dilakukan pada periode suhu maksimum
(pukul 11.00-14.00 WlB) harian saat cuaca
cerah. Data suhu pada tiap titik pengamatan
diperoleh melalui pengukuran yang dilakukan
selama tiga hari berturut-turut. Berdasarkan
penguhuran lapang terhadap guhu pnda 49 titik
lokasi studi menunjukkan bahwa suhu terendah
yaitu 35,130 C dan suhu tertinggi 38,470 C,

dengan rata-rata 36,840

C.

Suhu

terendah
diperoleh pada titik pengamatan 22, sedangftan
suhu tertinggi pada titik pengamatan 43 (Gambar

4).

Gambar di bawah memperlihatkan
perbedaan mengenai kondisi lingkungan antara
tittk 22 dan 43. Tittk 22 berada di

sekitar
kawasan Kelurahan Gondangdi4 terlihal bahwa

lingkungan sekitarnya merupakan lingkungan

padat penduduk. Meskipun

titik

pengamatan

berada di atas permukaan jalan pemukiman,
strukhrr ruang yang terbentuk didominasi oleh
bangr"rnan membentuk suatu naungan dan koridor
angin. Menurut Carpenter et al. (1975), salah
safu fungsi tanaman sebagai kontrol terhadap
radiasi sinar matahari dan suhu, yaitu tanaman

meningkatkan pemantulan radiasi cabaya
matahari dan menururrkan penyerapannya di
permukaan tanah sehingga akan menurunkan

suhu udara. Tanaman yang memberikan
keteduhan dengan adanya efek bayangan yang
dapat melindungi pengguna jalan dari panas
matahari dan menyaring radiasi matahari 600/o 90Yo serla dapat mempercepat hilangnya radiasi
yang diserap.

Data pengamatan persentase luasan RTH
dalam grid, suhq dan kelembaban relatif yang
dilalcukan pada 49 titik pengamatan di wilayah
Jakarta Pusat, disajikan pada Tabel l.

(a)

(c)

(b)

(d)

Gambar 4. Kondisi lingkungan di sekitar titik pengamatan 22 {adan b) dan 43 (c dan d).

Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global

617
rsBN 978-979 -7 99 -44',t -1

Tatrel 1. Pengamatan

Titik
Pengamatan
I
2
3

4
5

6
7
8

9
10

ll
t2
l3
t4

l5
t6
17

t8
19

20
21

22
23

24
25
26

o/o

luasan RTH, suhu (o C ) dan kelombaban relatif atau RH (%) lokasi studi

o/o Suhu
RTH fCl

2.33
2.25
2.81
2.62
1.58
0.16
2.04
0.54
1.41
l.61
3"45
4.65
4.35
2.13
0.80
4.04
0.94
4.69
1.86
2.02
2.91
5.29
2.61
0.54
3.74
3.55

36.63
36.67
36.53
36.53
36.90
38.20
36.80
37.47
37.00
36.87
36.30
35.63
36.10
36.73
37.10
36.13
37.07
35.53
36.83
36.80
36.47
35.13
36.57
37.47
36.17
36.20

RII
(/o) rtrr
46.33 32.70
46.33 32.73
46.67 32.64
46.33 32.61
44.00 32.77
40.00 33.62
45.00 32.75
41.67 33.10
43.67 32.83
44.00 32.74
47.33 32.48
49.33 32.02
48.67 32.39
45.33 32.72
42.67 32.85
48.33 32.40
43.00 32.84
50.00 31.98
44.33 32.73
44.67 32.73
46.67 32.58
51.00 31.69
46.33 32.64
41.67 33.10
48.00 32.41
47.61 32.41

Titik

o/

pengamatan

RTH

27
28
29
30

3l
32
JJ
34
35
36
37
38
39
40
41

42
43
44
45

46
47
48
49

Min.
Maks.
Rata2

Suhu

fcl

RII
(%)

THI

3.45 36.37 47.00 32.51
0.45 37.67 40.67 33.20
1.11 37.03 43.00 32.81
4.58 35.90 49.00 32.24
2.99 36.40 47.00 32.54
1.80 36.83 44.33 32.73
1.92 36.83 44.33 32.73
2.12 36.73 45.33 32.72
2.23 36.70 46.00 32.74
2.29 36.63 46.33 32.70
1.79 36.83 44.00 32.71
0.57 37.33 42.00 33.00
1.57 36.90 43.67 32.74
0.22 38.17 40.00 33.59
1.51 36.93 43.67 32.77
2.41 36.s7 46.33 32.64
0.12 38.47 39.00 33.77
0.36 37.97 40.33 33.44
0.56 37.40 41.67 33.04
0.69 37.20 42.33 32.9t
0.28 38.13 40.33 33.58
1.30 37.03 43.33 32.84
0.78 37.t0 42.67 32.85
0.12 35.13 39.00 3r.69
5.29 38.47 51.00 33.77
2.04 36.84 44.12 32.16

Sumber: Pengamatan di lapang

Titik

pengamatan 43 (Gambar

4 c dan d)

berada di sekitar Kelurahan Cempaka Baru. Titik
pengamatan berada Gpat
atas permukaan
perkerasan jalan permukiman yang padat pul4

di

berupa koablok tanpa atau sedikit terdapat
naungan. Tanaman-tanaman

di

kondisi yang berawan menyebabkan akumulasi
energi panas di sekitar permukaan tanah dan
udara

di sekelilingnya- Dengan demikian, energi

panas yang diserap dan dipantulkan kembali oleh

sekitamya tidak

lingkungan menjadi tinggi pula. Faktor iklim
yang mempengaruhi kenyaman manusia adalah

sinar

suht1 kelembaban dan radiasi matahari. Tanaman

secira signifikan mereduksi radiasi

matahai yang diserap atau dipantulkan oleh
permukaan tanah. Titik pcngamatan borada pada
lingkungan yang dikelilingi oleh stmkhr dan
elemen perkerasan tanpa naungan, selain itu
kondisi cuaca saat pengukuran agak berawan.

dapat menyenp panas dari pancaran sinar
nratahari dan memantulkauya setingga dapat
menurunkan suhu mikroklimat dan memperkecil
perbedaan suhu minimum
maksimum (suhu

Hal ini menyebabkan penetrasian radiasi

1995).

sinar

-

menjadi lebih stabil) (Brown dan Gillespie,

matahari yang menuju permukaan tanah dan

Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global

618

-l

rsBN 978-979-799-447

Berdasarkan Tabel I, luasan ruang terbuka
hijau (RTH) sangat mempengaruhi kondisi iklim
mikro lingkungan sekitamya (dalam hal ini suhu
dan kelembaban relatif). Persentase luasan RTH

yang besar akan mempengaruhi penurunan suhu
udara dan peningkatan kelembaban relatif udara.
Sebagai contoh yaitu pada grid pengamatan 22
yang memiliki persentase luasan RTH terbesar
yaittt 5,2)V., dengan suhu yang terukur qebegar

35,13o

C yang

merupakan

nilai

terendah.
kelembaban
relatifnya Pada titik pengunatan 22, kelembaban
relatif yang terukur sebesar 5l,00olo, maka nilai

Demikian pula dengan kondisi

tersebut merupakan nilai teninggi dibandingkan
dengan titik-titik pengamatan lainnya.
Berbanding terbalilq pada grid pengamatan 43,
dengan luasan RTH yang hanya 0,12% suhu
yang terukur merupakan tertinggi sebesar 38,470
C dengan kelembaban relatif terendah 39,00o/o.
Kecenderungan data tersebut juga berlaku untuk
komponen suhu dan kelembaban relatif pada
titik-titik pengamatan lainnya.

Hal ini dapat diartikan bahwa persentase
luasan RTH pada wilayah lakafia Pusat
merupakan faktor yang sangat penting dalam
rangka mereduksi suhu udara dan meningkatkan
kelembaban relatif udara di sekitamya. Efek
naungan yang ditimbulkan oleh konfigurasi tajuk
tanaman dan hasil proses respirasi berupa 02 dan

transpirasi tanaman berupa uap-uap air
mempengaruhi kondisi iklim mikro lingkungan
sekitamya. Sedangkan struktur dan bangunan
secara tidak langsung akan menciptakan efek
bayangan, bangunan tmggi akan menghalangi
penetrasian sinar matahari jatuh langsung ke
permukaan tanah. Ruang-ruang yang berada di
antara bangunan ini akan menjadi lorong atau
koridor angin, karena adanya perbedaan tekanan
udara yang menyebabkan terjadinya aliran udara

yang membawa uap-uap ur, dari daerah
bertekanan rendah menuju daerah yang

Menurut Marsh (1991),

perubahan

karakteristik permukaan (struktur dan bangunan)
dan tingginya partikel-partikel di atmosfer pada
lingkungan perkotaan menyebabkan temperatur

permukaan daerah perkotaan lebih tinggi
dibandingkan absorpsinya terhadap radiasi
menyebabkan panas yang tertiup oleh angin
menjadi lebih cepat. Panas yang dilepaskan oleb
permukaan daerah perkotaan lebih tinggi, karerra

air, vegetasi dan
eksploitasi lahan. Ditunjang dengan
keterbatasan badan-badan

berkurangnya sumberdaya yang mengkonservasi
air dan uap air perubahan panas laten dari
permukaan relatif rendah.

Berdasarkan analisis data antara persentase

luasan RTH dengan suhu dan luasan RTI{

dengan kelembaban relatif udara terdapat
hubungan bahwa semakin besar persentase
luasan RTH pada suatu lingkungarL maka suhu
udara akan menurun. Hubungan lairmya yaitu
semakin besar persentase luasan RTH maka akan
pada
lingkungan tersebut (Gambm 5).
Gambar
menunjukkan bahwa
pertambahan persentase luasan RTH akan
menurunkan suhu udara. Berdasarkan persama:u:l
regresi linier, nilai koefisien x sebesar -0,4662
dengan R2 sebesar0,890l. Hal ini berarti te{adi

meningkatkan kelembaban

relatif

5(a)

C

penurunan suhu sebesar 0.470
setiap
pertambahan persentase luasan RTH sebesar 17o
atau 122.500 nf . Datayang didapatkan dari hasil
pengukuran lapang
menunjukkan bahwa

ini

terjadi penurunan suhu yang signifikan seiring
dengan pertambahan persentase luasan RTH.
Selain itu, nilai R3 sebesar 0,8901 menunjukkan

bahwa hanya sebesar 89,01o/o pengaruh
persentase luasan RTH terhadap penurunan suhu

pemrukaan, sedangkan sisanya sebesar 10,99o/o
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain (misalnya
angin dan faktor klimatik lainnya).

bertekanan tinggi.
3r,g

y=?0td5r+4aK

3A,S

18.6

l7J
r

$1.6

-?
f,

re.s
3s-c

t{t.l
36.0

3t.5

s.s

1.0

?.6

3.0

4.0

s.0

d"6

6.t

1.0

%RIJ{%)

(a)

%rTH iyo)

(b)
Gambar 5. (a) Hubungan antaraYo RTH dengan suhu; (b) Hubungan antara % RTH dengan kelembaban
relatiflRH.

Kowervasi Flora Indonesia dnlam Mengatasi Dampak Pemanasan Global

rsBN 978-979-7 99-447

619

-l

Gambar 5(b) menunjukkan

bahwa

pertambahan persentase luasan RTH akan
meningkatkan kelembaban relatif udara. Menurut
Carpenter ef al. (1975), tanaman memiliki fungsi
konkol terhadap kelembaban dan hujan. Pada
wakhr hujan, tanaman dapat memberikan tempat

perlindungan sementara dengan naungannya.
Proses transpirasi tanaman akan melepaskan

cairan ke qdara panag, sehingga

dapat

mendinginkan dan menurunkan suhu udara di
sekitamya.

Berdasarkan persamaan regresi linier pada
Gambar 5(b), nilai koefisien x sebesar 2,0465
dengan x sebesar 0,9551. Hal ini berarti terjadi
peningkatan kelembaban relatif udara sebesar
2,05o/o setiap pertambahan persentase luasan
RTH sebesar l%. Sedangkan nilai R2 sebesar

0,9551 menunjukkan bahwa 95,51y" pengaruh
RTH terhadap peningkatan
kelembaban relatif udar4 sisanya sebesar 4,49o/o
dipengaruhi oleh faktor lainnya. Seperti halnya

persentase luasan

dengan penurunan suhu,

peningkatan

kelembaban relatif juga terjadi secara sigrrifikan
dengan pertambahan luasan RTH.
Pertambahan luasan RTT{ merupakan falctor

penting dalam program kebijakan perencanaan
tata ruang kota unfuk membentuk kenyamanan
kota- terutama dalam membentuk s-uhu dan
kelembaban yang nyaman. Konsep perencaninn
RTH seyogyanya diutamakan pada keselarasan

antara kualitas tanarlrian penfrunnya
kuantitasnya-

Hal ini berarti bahwa

dan
tanaman,

tanaman yang dipilih adalah tanaman yang
efektif menyerap energi matahari, menyerap

Rekomendasi

Luasan ruang terbuka hijau di wilayah
Jakafia Pusat tamyata secara signifikan
mempengaruhi kenyamanan termal pada ruang
tersebut, selain dipengaruhi oleh faktor-faktor

klimatik lainnya. Pertambahan luasan RTH
merupakan faktor penting dalam program
kebijakan perencana:ur tata ruang kota untuk
memtrentuk kenyamanan kot4 terulama dalam
membenfuk suhu dan kelembaban yang nyaman.
Untuk mencapai kenyamanan termal yaitu pada
kisaran suhu 30o C, maka diperlukan
penambahan luasan RTH sebesar l6,7Yo atau
29,6 Ha dari luasan RTH yang telah ada saat ini
di wilayah Jakarta Pusat (177,572 Ha). Usahausaha penambahan luasan ini dapat dilakukan
antara lain melalui pengalihan lahan terbangun
menjadi ruang terbuka hijau, optimalisasi ruangruang terbuka hijau pada jalur hijau jalan, jalur

hrjau tepian air, RTH pertamanan, RTH

permukiman dan bentuk-bentuk RT}I lainnya.
Kualitas RTH sangat dipengaruhi oleh
elemen-elemen pen).usunny4 terutama tanaman
sebagai elemen utama. Tanaman-tanaman yang
memiliki karalcteristik bertajuk lebar, bermassa
daun padat, percabangan yang lentur, perakaran

yang kuat, baik untuk ditanam pada RTH
perkolaan. Selain itu" konfigurasi penanamannya

harus membentuk sebuah shukhrr

massa

tanarnan yang padat dan kompak. Kombinasi
Ntar tanamarl dan elemen fisik lainnya dalam
RTH juga perlu dilakukan. Selain tanaman jenis
pepohonan sebagai elemen utama, jenis perdrl

semak, penutup tanah lground cover) serta

rumput dan elemen

air

dampak negatif lingkungan terutama polusi, serta
penghasil 02 ]ang efektif. Aliran udma di sekitar
bangunan, kelompok bangunan dan ruang-ruang

konfigurasi RTH yang lengkap.

yang digunakan manusia dapat dibentuk sebuah

ruang terbuka hijau yang sesuai

kenyamanan melalui penggun&m pemecah angin
(windbreaks), yaitu dengan pemagaran atau
dengan penaftrman tanaman (Wolley, 2003). Hal
yang paling efektifdari elemen ini dalam lanskap

kebutuhan sebagai penghasil oksigen (Or) yang
elektif antara lain: Asam kranji (Pithecetobium
dulce), Kihujan (Samanea saman), Bunga
lampion (Brownea capitella), Kecrutan
(Spathodea campanulata), Tanjung (Mimusops
elengi), Kayu manis hi.iau (Cinrnmomum

memiliki porositas 50o/o. Keuntungan

dari

modifikasi tinggi, evergreen dan
bersama dengan seleksi jenis,

deciduous
dimensi dan

orientasinya

Mcnurut Grey dan De.neke (!978), tananran
yang daunnya memiliki rambut merupakan salah
satu karakteristik tanaman yang dapat menjerap
dan menahan debu. Selain inr. tanaman yang
efektif untuk mengurangi polutan dalam bentuk
partikel adalah tanaman yang memiliki trikoma
tinggi atau memiliki bulu daun, bergerigi atau
bersisik. Pola penanamannya diarahkan agar
dibangun pada lorongJorong udara

Beberapa jenis-jenis tanaman penyusun
dengan

zeylanicum), Sempur (Dillenia phillipinensis),
dan Johar (Cassia siamea). Modifikasi
kstfigurasi tata h1ia,u dapat dilakukal dcngalr
tanaman-tanaman pengarah angin, seperti jenisjenis tanaman berdaun jarum (conifer), misalnya
Cemara tiang (Juniperus sinensis), Cemara balon
(Casuarina sumatrana), Pinus (Plrzzs merkusii),
dan Cemara norfolk (Araucaria exelsa).

KESIMPULAI\I

di

daerah
perkotaan, sehingga diharapkan aliran udara atau
angin membawa 02 ke lokasi lainnya.

dapat membentuk

Ruang terbuka hijau (RTH)
mempengaruhi pembentukan

iklim

sangat

mikro

perkotaan di wilayah Jakarta Pusat. Semakin luas

Konseryasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemarnsan Global

T
tl
q
i

t

lsBN 978-979-799-447

624

-l

RTH pada suatu daerah. maka akan

dapat

Carpenter P.L., T.D. Walker and F.O. Lanphear.

in

memberikan dampak terhadap penurunan suhu

1975. Plants

dan peningkatan kelembaban relatif

Freeman and Co., San Fransisco.

yang

semakin besar. Untuk menambah luasan RTH
saat ini dalam rangka mencapai kenyamanan
klimatik di Jakarta Pusat, maka perlu dilakukan
konversi lahan terbangun menjadi ruang terbuka
hijau, optimalisasi ruang-ruang terbuka hijau
pada jalur hijau jalan, jalur hijau tepian air. RTH
pertamanan, RTH permukiman, dan bentukbentuk RTH lainnya.
Kebijakan dan p€rencan€an RTH kota
sebaiknya lebih diorientasikan pada fungsi

ekologisny4 selain sebagai faktor elemen
estetika kota. Kombinasi antar tanaman dan
elemen fisik lainnya dalam RTH juga perlu
dilakukan. Selain tanaman jenis pepohonan
sebagai elemen utam4 jenis perdu, semalg

penufup tarrah (6round cover) serta rumput dan
elemen air dapat membentuk konfigurasi RTH
yang lengkap. Kualitas dan kuantitas RTH sangat
dipengaruhi oleh elemen-elemen peny.rsunny4

terutama tanaman sebagai elemen utama.
Tanaman-tanaman yang memiliki karakteristik

bertajuk lebar, bermassa daun

padat
percabangan yang lentur, perakaran yang kuat,
baik untuk ditanam pada RTH perkotaan.

DAFTARPUSTAKA
Booth, N.K. 1983. Basic Elements of Landscape
Architectural Deslga Waveland Press [nc.,

Illinois.

Brown, R.D. and T.J. Gillespie. 1995.
Microclimatic Landscape Design:
Creating Themal Comfort and Energt
Efficiency- John Wiley and Sons Inc.,
Toronto.

The Landscape.

WH

Dinas Pertamanan Pemerintah Daerah Khusus
Ibukota Jakarta. 2002. Rencana Strategis
Dinas Pertamanan 2003 - 20A7, hkarla.
Grey, G.W. and F.J. Deneke. 1978. Urban
Forestry. John Wiley and Sons, Inc., New
York.
Laurie, M. 1986. Pengantar Kepada Arsitektur
Pertamanan (Terjemahan). lntermatr4
Bandung.
199 I . Landscape Planning:
Environmental Applications. 2nd Edition.
JohnWiley and Sons [nc., Toronto.

Marsh, W.M.

Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakafta.
1999. Peraturan Daerah DKI Jakarta

Nomor 6 tahun 1999 Tentang Rencarut
Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta, Jakwta.
Simonds, J.O. 1983. Landscape Architecture.
McGraw-Hill, Inc., New York.
Tashiro, Y. and B. Sulistyantara. 1995. Study On
Characteristics of Green Structure at

Urban Area Using The Thermoscape
Analysis. The Technical Bulletin of
Faculty of Horticulture, Chiba University.
49:71-82.
Tyrviiinen, L.. S. Pauleit, K. Seeland and S.De
Vries. 2005. Benefits and Uses of Urban
Forests and Trees" In : Koniinendijk, C.C.,

K.

Nilsson

, T.B. Randrup and J.

Schipperijn (Editors): Ltrban Forests and

Trees. Springer-Verlag, Berlin

Heidelberg. Pp. 8l-1 14.
Walpole, R.E. 1988. Pengantar Statistika Edisi
,k-3 (Teriemahan). PT Gramedi4 Jakarta.
Wooliey, H. 2003. Urban Open Spaces. Spon
Press, London.

Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63