Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau P
i
© 2009 Indonesian Institute of Sciences (LIPI)
UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya “Eka Karya” Bali*
Katalog dalam Terbitan
Peranan Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global.
Prosiding Seminar/Agung Kurniawan, Ni Kadek Erosi Undaharta, I Putu Agus
Hendra Wibawa, I Gede Tirta, Wawan Sujarwo (Ed.). – Jakarta: LIPI Press, 2009.
xx + 738 hlm.; 21 x 29,7 cm
ISBN 978-979-799-447-1
1. Konservasi
2. Flora Indonesia
2. Keanekaragaman Hayati
4. Pemanasan Global
333.95
Penelaah
Setting dan Layout
Desain Sampul
Penerbit
: Bayu Adjie, Dedy Darnaedi, Sutrisno, Joko R. Witono,
Pande Ketut Sutara, Eniek Kriswiyanti, Teguh Triyono,
Ida Bagus Ketut Arinasa
: I Putu Agus Hendra Wibawa
: Gede Wawan Setiadi
: LIPI Press, anggota Ikapi
*UPT Balai Konservasi Tumbuhan
Kebun Raya “Eka Karya” Bali – LIPI
Candikuning, Baturiti, Tabanan, Bali 82191
Telp. : +62368 21273; Fax.: +62368 22051
E-mail: kebunrayabali.yahoo.com
www.kebunrayabali.com
ISBN 978-979-7 99-447
612
-l
ANALISIS KEBUTUIIAN RUANIG TERBUKA HIJAU PERKOTAAN
UNTUK MENCIPTAKAI\ KENYAMANA}I KLIMATIK DI JAKARTA PUSAT
Imawan Wahyu Hidayat
UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas-Llpl
Jalan Kebun Raya Cibodas, Pacet Sindanglaya PO BOX 19 SDL Cianjur 43253
Telp./ Fax: (0263) 512233;520419; e-mail: imawan wh@yahoo.com
ABSTRACT - The increasing of city development has been converting the open spaces, includes the
Sreenery open spaces (GOS), into massive and built spaces. It caused micro-climatic changing and
decreased the climatic amenity to the city. This study was conducted to analyze the need of GOS at
Central Jakarta in order to reach climatic amenity based on air temperature and relative humidity. The
field study divided into 49 grids of observations based on Citra LANDSAT 7 ETM+, each grid represent
500 m x 500 m of actual size. The factuai temperature and relative humidity were measured in the
observation spot sarnpling at centre of the grid for 3 days. The result showed that factual temperature and
relative humidity at outside of the "comfort zone". The GOS was influenced more than 89% on the role to
create the climatic amenity, it means larger GOS will give bigger effect to the decreasing of temperature
and increasing of relative humidity. Linear regression showed that to create climatic amenity at Central
Jakarta can be reached by increasing the GOS about 16,70/o. The study was suggested converting some
built meas into GOS and built it with good plant selection and planning, not only aesthetically, but also
give more ecological functions to the city. Large shading trees must be used as the main feature of the
GOS. It can be modified with other plants and so water features.
Key words : Greenery open spaces (GOS), climatic amenity, temperature, relative humidity, ecological
function.
PENDAHULUAN
keuntungan psikologis dan estetika hingga
Perkembangan kota yang sangat pesat saat
ini, menyebabkan peruhahan tata guna lahan
perkotaan. Konversi lahan juga te{adi pada areaarea ruang terbuk4 termasuk ruang terbuka
hijau. Ketidak-seimbangan antara proporsi ruang
terbangun dengan ruang terbuka dan ruang
terbuka hijau (RTH) menyebabkan penurunan
kenyamanan klimatik perkotaan dan pencegahan
terhadap polusi udara
tingkat kenyamanan lingkungan. Booth (1983)
mengelompokkan {imgsi vegetasi perkotaan ke
dalam tiga fungsi utam4 yaitu fungsi stnrkhirat,
fungsi lingkungan dan firngsi visual. Fungsi
struktural meliputi fungsi tanaman sebagai
dinding, atap dan lantai dalam membenhrk suaJu
ruang serta mempengaruhi pemandangan dan
arah pergerakan. Fungsi lingkungan meliputi
peran tanaman dalam meningkatkan kualitas
udara dan air, mencegah erosi serta peran
tanaman dalam memodifikasi iklim. Fungsi
visual merupakan peran tanaman sebagai titik
dominan dan sebagai penghubung visual melalui
karakteristik yang dimilikinya yaitu ukurarl
bentuk, warn4 dan tekstur. Menurut Tyrviiinen
et al. (2045), pepohonan dan hutan karena
perubahan musiman dan ukuran, bentuk serta
wamanya merupakan elemen yang paling
menonjol pada lingkungan perkotaan. Memiliki
keuntungan dan penggunaan mulai dari
Bentuk kenyamanan lingkungan yang
berkaitan langsung dengan diri manusia
di
pengguna
dalam ruang perkotaan adalah
kenyamanan klimatik. Standar keiembaban bagi
kenyamanan manusia dalam beraktifitas berkisar
antara 40o/o-70o/o (,aune, 1986). Pada saat
temperatur permukaan rendah (dalam keadaan
gabil). hutan kota dapat meRurunkan suhu
sebesar lo C dibandingkan pohon yang ada di
tepijalan raya (Tashiro dan Sulistyantar4 1995).
Ruang terbuka hijau mempunyai peran penting di
kawasan perkotaaq terutama fungsi serta
manfaatnya yang ttngg dalam memperbaiki dan
meningkatkan kualitas lingkungan alami
perkotaan. Berdasarkan Peraturan Daerah DKI
Jakarta Nomor 6 tahun 1999 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta 2010, RTH
ditargetkan 13,94o/o untuk wilayah provinsi DKI
Jakarta (tidak termasuk Kepulauan Seribu),
sedangkan untuk wilayah Kota Jakarta Pusat
ditargetkan 0,660/o dai luas Jakarta (Pemda DKI
Jakarta 1999). Sedangkan RTH yang ada sampai
tahun 2002
di
Provinsi
DKI
Jakarta (tanpa
Kepulauan Seribu) baru mencapai 9,417o (Dinas
Pertamanan, 2002).
Konservasi Flora Indonesia dnlam Mengatasi Dampak Pemanasan Global
613
tsBN
978-979 -7 99 -447 -1
Sebagai wilayah dengan tingkat intensitas
penggunaan manusia yang sangat tinggi, tata
guna lahan di wilayah Jakarta Pusat didominasi
oleh bangunan-bangunan dan infiastruktur
binaan. Konversi ruang-ruang terbuka menjadi
ruang terbangun menjadi salah satu penyebab
miko di perkotaan, khususnya
wilayah Jakarta Pusat. Bangunan dengan
struktur yang masif tidak dapat menyimpan
perubahan iklim
di
panas dan melepaskan uap air ke udara sebaik
vegetasi sebagai komponen utama ruang terbuka.
Keberadaan
RTH sangat penting
dalam
memiliki peran dalam membentuk kenyamanan
klimatik perkotaan melalui fungsi ekologi yaitu
sebagai kontrol suhu dan kelembaban udara
(Carpenter
e
t a1.,197 5).
Oleh karena itu, dalam studi ini dilakukan
pengamatan terhadap suhu dan kelembaban
relatif faktual di wilayah Jakarta Pusat yang
dihubungkan dengan pengaruh luasan RTH
dalam membentuk iklim miko ruang perkotaan.
Selanjutny4 akan dianalisis besaran luasan RTH
optimal yang perlu dibangun untuk menciptakan
kenyamanan klimatik di Jakarta Pusat.
mengendalikan dan memelihara integritas dan
kualitas lingkungan. Menurut Simonds (1983),
ruang terbuka berhubungan langsung dengan
penggunimn struktur sehingga dapat mendukung
struktur tersebut. Pengendalian
pembangunan wilayah perkotaan harus dilakukan
secara proporsional
berada dalam
keseimbangan antara pembangunan struktur dan
fungsi
dan
fnngsi-fungsi kenyamanan (amenity\ lingkungan
sekitamya. Ketersediaan RTH yang kurang
memadai bagi kebutuhan penduduk Jakarta perlu
diantisipasi dengan melakukan
program
penambahan luasan RTH yang ada saat ini.
Ruang terbuka hijau (RTH) yang terdiri atas
konfigurasi tanaman (khususnya
pohon)
BAHAN DANMETODE
Penelitian dilaksanakan di wilayah
Kotamadya Jakarta Pusat, Provinsi DKI Jakarta
(Gambar 1). Area yang diamati meliputi ruangruang terbuka hijaq seperti RTH pertamanan,
jalur, hutan kota" penyempum4 dan tepian air.
Selain itu, diamati pula konfigurasi ruang-ruang
terbangun pen).usun lanskap Jakarta
PROVINSI DKI JAKARTA
LOKASI PENELITIAN
lt
a.
0
--t${-t
,.ftd
1Km 'i'
Gambar
l.
Pusat.
Tahap persiapan penelitian dilaksanakan pada
bulan Januari-Maret 2008. Pengamatan dan
pengambilan data lapang dilakukan pada bulan
April-Agustus 2008.
Peta lokasi penelitian.
Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global
614
tsBN 978-979-7
99 -447
-l
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini
yaitu: thermo-hygro digital; Global Positioning
Sys/ez (GPS); dan stereoskop yang berguna
unfuk membantu pengukuran dan interpretasi
ruang terbuka hijau (RTH). Sedangkan bahanbahan yang digunakan yaitu: peta DKI Jakarta
skala.l : 20.000; peta dasar dari Dinas Pemetaan
DKI Jakarta skala I : 10.000 tahun 2004: Citn
LANDSAT 7 ETM+, skala 1 : 30.000 tahun 2005
dari PUSDATA LAPAN. Untuk
pengolahan dan
membantu
analisis data yang diperoleh,
digunakan piranti lunak (software), yaitu:
Arcvian GIS3.2; Maplnfo; iErr Mapper 6.0; dan
sPss.
Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahapan
utama Tahap pertama adalah tahap pra-survei
untuk menentukan titik-titik lokasi penelitian dan
tihif;f
persiapan alat-alat yang akan digunakan selama
survei lapang. Tahap kedua yaitu survei iapang,
untuk menginventarisasi kondisi bio-fisik dan
mengumpulkan data di lapang. Tahap ketiga
yaitu pengolahan dan analisis data yang telah
dikompilasi.
Tahap Pro-Sumei
Kegiatan utama tahap ini adalah penentuan
titik-titik lokasi penelitian yang diawali dengan
memplotkan titik-titik pengamatan pada peta
topografi Jakarta Pusat yang kemudian dibagi
dalam grid yang berukuran 500 m x 500 m
(Gambar 2), sehingga diperoleh total titik
pengamatan sebanyak 49 titik. Kriteria
penentuan titik pengamatan adalah tepat berada
di tengah-tengah grid.
Ng"'
Gambar 2. Pembagian grid dan titik-titik lokasi pengamatan penelitian.
Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global
rsBN 978-979-799-447
6t5
-l
Tahap Sumei Lapang
Data-data yang diambil dan dikumpulkan
meliputi: suhu dan kelembaban; kondisi biofisik; dan penutupan ruang terbuka hijau (RTH)
di
wiiayah Jakarta Pusat. Data suhu dan
kelembaban diperoleh melalui pengukuran
dengan alat therma-hygro digital pada periode
suhu maksimum, yaitu antara pukul I1.00-14.00
WIB pada saat cuaca cerah, dengan
penentuan
telah
atas. Data suhu dan kelembaban
titik-titik lokasi
ditetapkan
di
pada tiap
titik
pengamatan
yang
taman kot4 hutan kot4 pemakamaq sarana
rekreasi, dan lainnya. Dalam penelitian ini,
dianalisa seberapa besamya pengaruh penutupan
RTH terhadap suhu dan kelembaban
muncul adalah dengan semakin luasnya RTH di
suatu wilayah maka akan menurunlian suhu dan
meningkatkan kelembaban udara di wilayah
tlntuk melihat hubungan keduanya
maka diterapkan Metode Regresi Linier
tersebut.
Sederhana (Walpole, 1988) dengan model
pengamatan diperoleh melalui
pengu-kuran yang dilakukan selama tiga hari
berturut-turut.
Pengambilan data bio-fisik dan penutupan
persamaannya adalah sebagai berikut:
RTH dimulai dari interpretasi foto udara
Keterangan:
Citra LTINDSAT 7 ETM+ skala
I
dari
: 30.000 tahun
2005 dari PUSDATA LAPAN, yang kemudian
diikuti dengan pengamatan langsung di lapang.
di
Yi
Y; :
xi :
lapang, maka
(t
penghitungan luas RTH dapat diketahui. Datadata yang diperoleh yaitu persentase penutupan
komponen RTH pada masing-masing grid. Untuk
p
Setelah didapatkan data faktual
mengetahui jenis vegetasi penyusunnya (rumpu!
semak. perdu atau pohon), maka dilakukan
i
nterpretasi dengan stereoskop.
Tahap Pengolahan dan Analisis Data
Dalam tahap ini, data diolah dan dianaiisis
secara kuantitatif dan deskriptif. RTH ditentukan
berdasarkan sebarannya dalam satu grid yang
kemudian akan dikorelasikan
dengan
pengarnatan suhu dan kelembaban relatif pada
grid tersebut. Metode yang digunakan
dalam
menganalisis suhu dan kelembaban udara pada
penelitian
ini, yaitu
metoda Regresi Linier
Sederhana. Data suhu dan kelembaban relatif
masing-masing grid akan dikorelasikan dengan
persentase luasan RTH yang tersebar pada
masing-masing grid. Hal ini betuiuan untuk
melihat model hubungan regresi antara luasan
RTH dengan suhu udar4 dan RTH
dengan
kelembaban relatif.
Data RTH yang digunakan untuk dianalisis
yaitu penentase luasan RTH dalam masing-
masing grid dari seluruh wilayah penelitian.
Adapun yang dikategorikan dalam perhitungan
persentase RTH dalam penelitian ini adalah
penutupan tajuk pohon, contohnya: koridor jalan,
udara
dianalisa. f)engan demikian, hipotesis yang
:
:
= ri + pxi+ €i
peubah tak bebas (suhu udara atau
kelembaban udara)
peubah bebas (% RTH)
intersep/perpotongan dengan sumbu tegak
kemiringan / gradien
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian memiliki luas areal 1.225
ha yang berada di wilayah kota administrasi
Jakarta Pusat. Pada areal lokasi penelitian-
memiliki luas ruang terbuka hijau (RTH)
177,572 ha atau 14,5o/o luas areal lokasi
penelitian. Sebagai wilayah dengan tingkat
intensitas penggunium manusia )ang sangat
tinggi, tata guna lahan di wilayah Jakarta pusat
didominasi oleh bangunan-bangunan dan
infrastruktur binaan. Intensitas penggunaan yang
tingkat
pengguninn kendaraan yang tinggi pula. Kondisi
ini menyebabkan kenyamanan ruang perkotaan
menjadi semakin berk-urang.
Sebagai wilayah perkotaan dengan stnrktur
tinggi ini juga ditandai dengan
ruang yang didominasi oleh
elemen-elemen
binaan, maka keberagaman flora dan fauna alami
sangat terbatas. Keberagaman flora dan fauna di
wilayah Jakarta Pusat merupakan introduksi
yang secara sengaja dipelihara dan dikelota
dengan intensitas pemeliharaan yang tinggi
(Gambar 3).
*.'$',.,1:."
(a)
(b)
Gambar 3. Ruang terbuka hijau (RTH) kota di Jakarta Pusat: (a) Lapangan Banteng (b) Kawasan Monas.
Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global
-
616
ISBN 978-979-799-447
-l
,A,nalisis Persentase Luasan
RTH, Suhu, dan
Kelembaban Relatif (RII)
Data suhu diperoleh melalui pengukuran
yang dilakukan pada periode suhu maksimum
(pukul 11.00-14.00 WlB) harian saat cuaca
cerah. Data suhu pada tiap titik pengamatan
diperoleh melalui pengukuran yang dilakukan
selama tiga hari berturut-turut. Berdasarkan
penguhuran lapang terhadap guhu pnda 49 titik
lokasi studi menunjukkan bahwa suhu terendah
yaitu 35,130 C dan suhu tertinggi 38,470 C,
dengan rata-rata 36,840
C.
Suhu
terendah
diperoleh pada titik pengamatan 22, sedangftan
suhu tertinggi pada titik pengamatan 43 (Gambar
4).
Gambar di bawah memperlihatkan
perbedaan mengenai kondisi lingkungan antara
tittk 22 dan 43. Tittk 22 berada di
sekitar
kawasan Kelurahan Gondangdi4 terlihal bahwa
lingkungan sekitarnya merupakan lingkungan
padat penduduk. Meskipun
titik
pengamatan
berada di atas permukaan jalan pemukiman,
strukhrr ruang yang terbentuk didominasi oleh
bangr"rnan membentuk suatu naungan dan koridor
angin. Menurut Carpenter et al. (1975), salah
safu fungsi tanaman sebagai kontrol terhadap
radiasi sinar matahari dan suhu, yaitu tanaman
meningkatkan pemantulan radiasi cabaya
matahari dan menururrkan penyerapannya di
permukaan tanah sehingga akan menurunkan
suhu udara. Tanaman yang memberikan
keteduhan dengan adanya efek bayangan yang
dapat melindungi pengguna jalan dari panas
matahari dan menyaring radiasi matahari 600/o 90Yo serla dapat mempercepat hilangnya radiasi
yang diserap.
Data pengamatan persentase luasan RTH
dalam grid, suhq dan kelembaban relatif yang
dilalcukan pada 49 titik pengamatan di wilayah
Jakarta Pusat, disajikan pada Tabel l.
(a)
(c)
(b)
(d)
Gambar 4. Kondisi lingkungan di sekitar titik pengamatan 22 {adan b) dan 43 (c dan d).
Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global
617
rsBN 978-979 -7 99 -44',t -1
Tatrel 1. Pengamatan
Titik
Pengamatan
I
2
3
4
5
6
7
8
9
10
ll
t2
l3
t4
l5
t6
17
t8
19
20
21
22
23
24
25
26
o/o
luasan RTH, suhu (o C ) dan kelombaban relatif atau RH (%) lokasi studi
o/o Suhu
RTH fCl
2.33
2.25
2.81
2.62
1.58
0.16
2.04
0.54
1.41
l.61
3"45
4.65
4.35
2.13
0.80
4.04
0.94
4.69
1.86
2.02
2.91
5.29
2.61
0.54
3.74
3.55
36.63
36.67
36.53
36.53
36.90
38.20
36.80
37.47
37.00
36.87
36.30
35.63
36.10
36.73
37.10
36.13
37.07
35.53
36.83
36.80
36.47
35.13
36.57
37.47
36.17
36.20
RII
(/o) rtrr
46.33 32.70
46.33 32.73
46.67 32.64
46.33 32.61
44.00 32.77
40.00 33.62
45.00 32.75
41.67 33.10
43.67 32.83
44.00 32.74
47.33 32.48
49.33 32.02
48.67 32.39
45.33 32.72
42.67 32.85
48.33 32.40
43.00 32.84
50.00 31.98
44.33 32.73
44.67 32.73
46.67 32.58
51.00 31.69
46.33 32.64
41.67 33.10
48.00 32.41
47.61 32.41
Titik
o/
pengamatan
RTH
27
28
29
30
3l
32
JJ
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
Min.
Maks.
Rata2
Suhu
fcl
RII
(%)
THI
3.45 36.37 47.00 32.51
0.45 37.67 40.67 33.20
1.11 37.03 43.00 32.81
4.58 35.90 49.00 32.24
2.99 36.40 47.00 32.54
1.80 36.83 44.33 32.73
1.92 36.83 44.33 32.73
2.12 36.73 45.33 32.72
2.23 36.70 46.00 32.74
2.29 36.63 46.33 32.70
1.79 36.83 44.00 32.71
0.57 37.33 42.00 33.00
1.57 36.90 43.67 32.74
0.22 38.17 40.00 33.59
1.51 36.93 43.67 32.77
2.41 36.s7 46.33 32.64
0.12 38.47 39.00 33.77
0.36 37.97 40.33 33.44
0.56 37.40 41.67 33.04
0.69 37.20 42.33 32.9t
0.28 38.13 40.33 33.58
1.30 37.03 43.33 32.84
0.78 37.t0 42.67 32.85
0.12 35.13 39.00 3r.69
5.29 38.47 51.00 33.77
2.04 36.84 44.12 32.16
Sumber: Pengamatan di lapang
Titik
pengamatan 43 (Gambar
4 c dan d)
berada di sekitar Kelurahan Cempaka Baru. Titik
pengamatan berada Gpat
atas permukaan
perkerasan jalan permukiman yang padat pul4
di
berupa koablok tanpa atau sedikit terdapat
naungan. Tanaman-tanaman
di
kondisi yang berawan menyebabkan akumulasi
energi panas di sekitar permukaan tanah dan
udara
di sekelilingnya- Dengan demikian, energi
panas yang diserap dan dipantulkan kembali oleh
sekitamya tidak
lingkungan menjadi tinggi pula. Faktor iklim
yang mempengaruhi kenyaman manusia adalah
sinar
suht1 kelembaban dan radiasi matahari. Tanaman
secira signifikan mereduksi radiasi
matahai yang diserap atau dipantulkan oleh
permukaan tanah. Titik pcngamatan borada pada
lingkungan yang dikelilingi oleh stmkhr dan
elemen perkerasan tanpa naungan, selain itu
kondisi cuaca saat pengukuran agak berawan.
dapat menyenp panas dari pancaran sinar
nratahari dan memantulkauya setingga dapat
menurunkan suhu mikroklimat dan memperkecil
perbedaan suhu minimum
maksimum (suhu
Hal ini menyebabkan penetrasian radiasi
1995).
sinar
-
menjadi lebih stabil) (Brown dan Gillespie,
matahari yang menuju permukaan tanah dan
Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global
618
-l
rsBN 978-979-799-447
Berdasarkan Tabel I, luasan ruang terbuka
hijau (RTH) sangat mempengaruhi kondisi iklim
mikro lingkungan sekitamya (dalam hal ini suhu
dan kelembaban relatif). Persentase luasan RTH
yang besar akan mempengaruhi penurunan suhu
udara dan peningkatan kelembaban relatif udara.
Sebagai contoh yaitu pada grid pengamatan 22
yang memiliki persentase luasan RTH terbesar
yaittt 5,2)V., dengan suhu yang terukur qebegar
35,13o
C yang
merupakan
nilai
terendah.
kelembaban
relatifnya Pada titik pengunatan 22, kelembaban
relatif yang terukur sebesar 5l,00olo, maka nilai
Demikian pula dengan kondisi
tersebut merupakan nilai teninggi dibandingkan
dengan titik-titik pengamatan lainnya.
Berbanding terbalilq pada grid pengamatan 43,
dengan luasan RTH yang hanya 0,12% suhu
yang terukur merupakan tertinggi sebesar 38,470
C dengan kelembaban relatif terendah 39,00o/o.
Kecenderungan data tersebut juga berlaku untuk
komponen suhu dan kelembaban relatif pada
titik-titik pengamatan lainnya.
Hal ini dapat diartikan bahwa persentase
luasan RTH pada wilayah lakafia Pusat
merupakan faktor yang sangat penting dalam
rangka mereduksi suhu udara dan meningkatkan
kelembaban relatif udara di sekitamya. Efek
naungan yang ditimbulkan oleh konfigurasi tajuk
tanaman dan hasil proses respirasi berupa 02 dan
transpirasi tanaman berupa uap-uap air
mempengaruhi kondisi iklim mikro lingkungan
sekitamya. Sedangkan struktur dan bangunan
secara tidak langsung akan menciptakan efek
bayangan, bangunan tmggi akan menghalangi
penetrasian sinar matahari jatuh langsung ke
permukaan tanah. Ruang-ruang yang berada di
antara bangunan ini akan menjadi lorong atau
koridor angin, karena adanya perbedaan tekanan
udara yang menyebabkan terjadinya aliran udara
yang membawa uap-uap ur, dari daerah
bertekanan rendah menuju daerah yang
Menurut Marsh (1991),
perubahan
karakteristik permukaan (struktur dan bangunan)
dan tingginya partikel-partikel di atmosfer pada
lingkungan perkotaan menyebabkan temperatur
permukaan daerah perkotaan lebih tinggi
dibandingkan absorpsinya terhadap radiasi
menyebabkan panas yang tertiup oleh angin
menjadi lebih cepat. Panas yang dilepaskan oleb
permukaan daerah perkotaan lebih tinggi, karerra
air, vegetasi dan
eksploitasi lahan. Ditunjang dengan
keterbatasan badan-badan
berkurangnya sumberdaya yang mengkonservasi
air dan uap air perubahan panas laten dari
permukaan relatif rendah.
Berdasarkan analisis data antara persentase
luasan RTH dengan suhu dan luasan RTI{
dengan kelembaban relatif udara terdapat
hubungan bahwa semakin besar persentase
luasan RTH pada suatu lingkungarL maka suhu
udara akan menurun. Hubungan lairmya yaitu
semakin besar persentase luasan RTH maka akan
pada
lingkungan tersebut (Gambm 5).
Gambar
menunjukkan bahwa
pertambahan persentase luasan RTH akan
menurunkan suhu udara. Berdasarkan persama:u:l
regresi linier, nilai koefisien x sebesar -0,4662
dengan R2 sebesar0,890l. Hal ini berarti te{adi
meningkatkan kelembaban
relatif
5(a)
C
penurunan suhu sebesar 0.470
setiap
pertambahan persentase luasan RTH sebesar 17o
atau 122.500 nf . Datayang didapatkan dari hasil
pengukuran lapang
menunjukkan bahwa
ini
terjadi penurunan suhu yang signifikan seiring
dengan pertambahan persentase luasan RTH.
Selain itu, nilai R3 sebesar 0,8901 menunjukkan
bahwa hanya sebesar 89,01o/o pengaruh
persentase luasan RTH terhadap penurunan suhu
pemrukaan, sedangkan sisanya sebesar 10,99o/o
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain (misalnya
angin dan faktor klimatik lainnya).
bertekanan tinggi.
3r,g
y=?0td5r+4aK
3A,S
18.6
l7J
r
$1.6
-?
f,
re.s
3s-c
t{t.l
36.0
3t.5
s.s
1.0
?.6
3.0
4.0
s.0
d"6
6.t
1.0
%RIJ{%)
(a)
%rTH iyo)
(b)
Gambar 5. (a) Hubungan antaraYo RTH dengan suhu; (b) Hubungan antara % RTH dengan kelembaban
relatiflRH.
Kowervasi Flora Indonesia dnlam Mengatasi Dampak Pemanasan Global
rsBN 978-979-7 99-447
619
-l
Gambar 5(b) menunjukkan
bahwa
pertambahan persentase luasan RTH akan
meningkatkan kelembaban relatif udara. Menurut
Carpenter ef al. (1975), tanaman memiliki fungsi
konkol terhadap kelembaban dan hujan. Pada
wakhr hujan, tanaman dapat memberikan tempat
perlindungan sementara dengan naungannya.
Proses transpirasi tanaman akan melepaskan
cairan ke qdara panag, sehingga
dapat
mendinginkan dan menurunkan suhu udara di
sekitamya.
Berdasarkan persamaan regresi linier pada
Gambar 5(b), nilai koefisien x sebesar 2,0465
dengan x sebesar 0,9551. Hal ini berarti terjadi
peningkatan kelembaban relatif udara sebesar
2,05o/o setiap pertambahan persentase luasan
RTH sebesar l%. Sedangkan nilai R2 sebesar
0,9551 menunjukkan bahwa 95,51y" pengaruh
RTH terhadap peningkatan
kelembaban relatif udar4 sisanya sebesar 4,49o/o
dipengaruhi oleh faktor lainnya. Seperti halnya
persentase luasan
dengan penurunan suhu,
peningkatan
kelembaban relatif juga terjadi secara sigrrifikan
dengan pertambahan luasan RTH.
Pertambahan luasan RTT{ merupakan falctor
penting dalam program kebijakan perencanaan
tata ruang kota unfuk membentuk kenyamanan
kota- terutama dalam membentuk s-uhu dan
kelembaban yang nyaman. Konsep perencaninn
RTH seyogyanya diutamakan pada keselarasan
antara kualitas tanarlrian penfrunnya
kuantitasnya-
Hal ini berarti bahwa
dan
tanaman,
tanaman yang dipilih adalah tanaman yang
efektif menyerap energi matahari, menyerap
Rekomendasi
Luasan ruang terbuka hijau di wilayah
Jakafia Pusat tamyata secara signifikan
mempengaruhi kenyamanan termal pada ruang
tersebut, selain dipengaruhi oleh faktor-faktor
klimatik lainnya. Pertambahan luasan RTH
merupakan faktor penting dalam program
kebijakan perencana:ur tata ruang kota untuk
memtrentuk kenyamanan kot4 terulama dalam
membenfuk suhu dan kelembaban yang nyaman.
Untuk mencapai kenyamanan termal yaitu pada
kisaran suhu 30o C, maka diperlukan
penambahan luasan RTH sebesar l6,7Yo atau
29,6 Ha dari luasan RTH yang telah ada saat ini
di wilayah Jakarta Pusat (177,572 Ha). Usahausaha penambahan luasan ini dapat dilakukan
antara lain melalui pengalihan lahan terbangun
menjadi ruang terbuka hijau, optimalisasi ruangruang terbuka hijau pada jalur hijau jalan, jalur
hrjau tepian air, RTH pertamanan, RTH
permukiman dan bentuk-bentuk RT}I lainnya.
Kualitas RTH sangat dipengaruhi oleh
elemen-elemen pen).usunny4 terutama tanaman
sebagai elemen utama. Tanaman-tanaman yang
memiliki karalcteristik bertajuk lebar, bermassa
daun padat, percabangan yang lentur, perakaran
yang kuat, baik untuk ditanam pada RTH
perkolaan. Selain itu" konfigurasi penanamannya
harus membentuk sebuah shukhrr
massa
tanarnan yang padat dan kompak. Kombinasi
Ntar tanamarl dan elemen fisik lainnya dalam
RTH juga perlu dilakukan. Selain tanaman jenis
pepohonan sebagai elemen utama, jenis perdrl
semak, penutup tanah lground cover) serta
rumput dan elemen
air
dampak negatif lingkungan terutama polusi, serta
penghasil 02 ]ang efektif. Aliran udma di sekitar
bangunan, kelompok bangunan dan ruang-ruang
konfigurasi RTH yang lengkap.
yang digunakan manusia dapat dibentuk sebuah
ruang terbuka hijau yang sesuai
kenyamanan melalui penggun&m pemecah angin
(windbreaks), yaitu dengan pemagaran atau
dengan penaftrman tanaman (Wolley, 2003). Hal
yang paling efektifdari elemen ini dalam lanskap
kebutuhan sebagai penghasil oksigen (Or) yang
elektif antara lain: Asam kranji (Pithecetobium
dulce), Kihujan (Samanea saman), Bunga
lampion (Brownea capitella), Kecrutan
(Spathodea campanulata), Tanjung (Mimusops
elengi), Kayu manis hi.iau (Cinrnmomum
memiliki porositas 50o/o. Keuntungan
dari
modifikasi tinggi, evergreen dan
bersama dengan seleksi jenis,
deciduous
dimensi dan
orientasinya
Mcnurut Grey dan De.neke (!978), tananran
yang daunnya memiliki rambut merupakan salah
satu karakteristik tanaman yang dapat menjerap
dan menahan debu. Selain inr. tanaman yang
efektif untuk mengurangi polutan dalam bentuk
partikel adalah tanaman yang memiliki trikoma
tinggi atau memiliki bulu daun, bergerigi atau
bersisik. Pola penanamannya diarahkan agar
dibangun pada lorongJorong udara
Beberapa jenis-jenis tanaman penyusun
dengan
zeylanicum), Sempur (Dillenia phillipinensis),
dan Johar (Cassia siamea). Modifikasi
kstfigurasi tata h1ia,u dapat dilakukal dcngalr
tanaman-tanaman pengarah angin, seperti jenisjenis tanaman berdaun jarum (conifer), misalnya
Cemara tiang (Juniperus sinensis), Cemara balon
(Casuarina sumatrana), Pinus (Plrzzs merkusii),
dan Cemara norfolk (Araucaria exelsa).
KESIMPULAI\I
di
daerah
perkotaan, sehingga diharapkan aliran udara atau
angin membawa 02 ke lokasi lainnya.
dapat membentuk
Ruang terbuka hijau (RTH)
mempengaruhi pembentukan
iklim
sangat
mikro
perkotaan di wilayah Jakarta Pusat. Semakin luas
Konseryasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemarnsan Global
T
tl
q
i
t
lsBN 978-979-799-447
624
-l
RTH pada suatu daerah. maka akan
dapat
Carpenter P.L., T.D. Walker and F.O. Lanphear.
in
memberikan dampak terhadap penurunan suhu
1975. Plants
dan peningkatan kelembaban relatif
Freeman and Co., San Fransisco.
yang
semakin besar. Untuk menambah luasan RTH
saat ini dalam rangka mencapai kenyamanan
klimatik di Jakarta Pusat, maka perlu dilakukan
konversi lahan terbangun menjadi ruang terbuka
hijau, optimalisasi ruang-ruang terbuka hijau
pada jalur hijau jalan, jalur hijau tepian air. RTH
pertamanan, RTH permukiman, dan bentukbentuk RTH lainnya.
Kebijakan dan p€rencan€an RTH kota
sebaiknya lebih diorientasikan pada fungsi
ekologisny4 selain sebagai faktor elemen
estetika kota. Kombinasi antar tanaman dan
elemen fisik lainnya dalam RTH juga perlu
dilakukan. Selain tanaman jenis pepohonan
sebagai elemen utam4 jenis perdu, semalg
penufup tarrah (6round cover) serta rumput dan
elemen air dapat membentuk konfigurasi RTH
yang lengkap. Kualitas dan kuantitas RTH sangat
dipengaruhi oleh elemen-elemen peny.rsunny4
terutama tanaman sebagai elemen utama.
Tanaman-tanaman yang memiliki karakteristik
bertajuk lebar, bermassa daun
padat
percabangan yang lentur, perakaran yang kuat,
baik untuk ditanam pada RTH perkotaan.
DAFTARPUSTAKA
Booth, N.K. 1983. Basic Elements of Landscape
Architectural Deslga Waveland Press [nc.,
Illinois.
Brown, R.D. and T.J. Gillespie. 1995.
Microclimatic Landscape Design:
Creating Themal Comfort and Energt
Efficiency- John Wiley and Sons Inc.,
Toronto.
The Landscape.
WH
Dinas Pertamanan Pemerintah Daerah Khusus
Ibukota Jakarta. 2002. Rencana Strategis
Dinas Pertamanan 2003 - 20A7, hkarla.
Grey, G.W. and F.J. Deneke. 1978. Urban
Forestry. John Wiley and Sons, Inc., New
York.
Laurie, M. 1986. Pengantar Kepada Arsitektur
Pertamanan (Terjemahan). lntermatr4
Bandung.
199 I . Landscape Planning:
Environmental Applications. 2nd Edition.
JohnWiley and Sons [nc., Toronto.
Marsh, W.M.
Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakafta.
1999. Peraturan Daerah DKI Jakarta
Nomor 6 tahun 1999 Tentang Rencarut
Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta, Jakwta.
Simonds, J.O. 1983. Landscape Architecture.
McGraw-Hill, Inc., New York.
Tashiro, Y. and B. Sulistyantara. 1995. Study On
Characteristics of Green Structure at
Urban Area Using The Thermoscape
Analysis. The Technical Bulletin of
Faculty of Horticulture, Chiba University.
49:71-82.
Tyrviiinen, L.. S. Pauleit, K. Seeland and S.De
Vries. 2005. Benefits and Uses of Urban
Forests and Trees" In : Koniinendijk, C.C.,
K.
Nilsson
, T.B. Randrup and J.
Schipperijn (Editors): Ltrban Forests and
Trees. Springer-Verlag, Berlin
Heidelberg. Pp. 8l-1 14.
Walpole, R.E. 1988. Pengantar Statistika Edisi
,k-3 (Teriemahan). PT Gramedi4 Jakarta.
Wooliey, H. 2003. Urban Open Spaces. Spon
Press, London.
Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global
© 2009 Indonesian Institute of Sciences (LIPI)
UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya “Eka Karya” Bali*
Katalog dalam Terbitan
Peranan Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global.
Prosiding Seminar/Agung Kurniawan, Ni Kadek Erosi Undaharta, I Putu Agus
Hendra Wibawa, I Gede Tirta, Wawan Sujarwo (Ed.). – Jakarta: LIPI Press, 2009.
xx + 738 hlm.; 21 x 29,7 cm
ISBN 978-979-799-447-1
1. Konservasi
2. Flora Indonesia
2. Keanekaragaman Hayati
4. Pemanasan Global
333.95
Penelaah
Setting dan Layout
Desain Sampul
Penerbit
: Bayu Adjie, Dedy Darnaedi, Sutrisno, Joko R. Witono,
Pande Ketut Sutara, Eniek Kriswiyanti, Teguh Triyono,
Ida Bagus Ketut Arinasa
: I Putu Agus Hendra Wibawa
: Gede Wawan Setiadi
: LIPI Press, anggota Ikapi
*UPT Balai Konservasi Tumbuhan
Kebun Raya “Eka Karya” Bali – LIPI
Candikuning, Baturiti, Tabanan, Bali 82191
Telp. : +62368 21273; Fax.: +62368 22051
E-mail: kebunrayabali.yahoo.com
www.kebunrayabali.com
ISBN 978-979-7 99-447
612
-l
ANALISIS KEBUTUIIAN RUANIG TERBUKA HIJAU PERKOTAAN
UNTUK MENCIPTAKAI\ KENYAMANA}I KLIMATIK DI JAKARTA PUSAT
Imawan Wahyu Hidayat
UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas-Llpl
Jalan Kebun Raya Cibodas, Pacet Sindanglaya PO BOX 19 SDL Cianjur 43253
Telp./ Fax: (0263) 512233;520419; e-mail: imawan wh@yahoo.com
ABSTRACT - The increasing of city development has been converting the open spaces, includes the
Sreenery open spaces (GOS), into massive and built spaces. It caused micro-climatic changing and
decreased the climatic amenity to the city. This study was conducted to analyze the need of GOS at
Central Jakarta in order to reach climatic amenity based on air temperature and relative humidity. The
field study divided into 49 grids of observations based on Citra LANDSAT 7 ETM+, each grid represent
500 m x 500 m of actual size. The factuai temperature and relative humidity were measured in the
observation spot sarnpling at centre of the grid for 3 days. The result showed that factual temperature and
relative humidity at outside of the "comfort zone". The GOS was influenced more than 89% on the role to
create the climatic amenity, it means larger GOS will give bigger effect to the decreasing of temperature
and increasing of relative humidity. Linear regression showed that to create climatic amenity at Central
Jakarta can be reached by increasing the GOS about 16,70/o. The study was suggested converting some
built meas into GOS and built it with good plant selection and planning, not only aesthetically, but also
give more ecological functions to the city. Large shading trees must be used as the main feature of the
GOS. It can be modified with other plants and so water features.
Key words : Greenery open spaces (GOS), climatic amenity, temperature, relative humidity, ecological
function.
PENDAHULUAN
keuntungan psikologis dan estetika hingga
Perkembangan kota yang sangat pesat saat
ini, menyebabkan peruhahan tata guna lahan
perkotaan. Konversi lahan juga te{adi pada areaarea ruang terbuk4 termasuk ruang terbuka
hijau. Ketidak-seimbangan antara proporsi ruang
terbangun dengan ruang terbuka dan ruang
terbuka hijau (RTH) menyebabkan penurunan
kenyamanan klimatik perkotaan dan pencegahan
terhadap polusi udara
tingkat kenyamanan lingkungan. Booth (1983)
mengelompokkan {imgsi vegetasi perkotaan ke
dalam tiga fungsi utam4 yaitu fungsi stnrkhirat,
fungsi lingkungan dan firngsi visual. Fungsi
struktural meliputi fungsi tanaman sebagai
dinding, atap dan lantai dalam membenhrk suaJu
ruang serta mempengaruhi pemandangan dan
arah pergerakan. Fungsi lingkungan meliputi
peran tanaman dalam meningkatkan kualitas
udara dan air, mencegah erosi serta peran
tanaman dalam memodifikasi iklim. Fungsi
visual merupakan peran tanaman sebagai titik
dominan dan sebagai penghubung visual melalui
karakteristik yang dimilikinya yaitu ukurarl
bentuk, warn4 dan tekstur. Menurut Tyrviiinen
et al. (2045), pepohonan dan hutan karena
perubahan musiman dan ukuran, bentuk serta
wamanya merupakan elemen yang paling
menonjol pada lingkungan perkotaan. Memiliki
keuntungan dan penggunaan mulai dari
Bentuk kenyamanan lingkungan yang
berkaitan langsung dengan diri manusia
di
pengguna
dalam ruang perkotaan adalah
kenyamanan klimatik. Standar keiembaban bagi
kenyamanan manusia dalam beraktifitas berkisar
antara 40o/o-70o/o (,aune, 1986). Pada saat
temperatur permukaan rendah (dalam keadaan
gabil). hutan kota dapat meRurunkan suhu
sebesar lo C dibandingkan pohon yang ada di
tepijalan raya (Tashiro dan Sulistyantar4 1995).
Ruang terbuka hijau mempunyai peran penting di
kawasan perkotaaq terutama fungsi serta
manfaatnya yang ttngg dalam memperbaiki dan
meningkatkan kualitas lingkungan alami
perkotaan. Berdasarkan Peraturan Daerah DKI
Jakarta Nomor 6 tahun 1999 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta 2010, RTH
ditargetkan 13,94o/o untuk wilayah provinsi DKI
Jakarta (tidak termasuk Kepulauan Seribu),
sedangkan untuk wilayah Kota Jakarta Pusat
ditargetkan 0,660/o dai luas Jakarta (Pemda DKI
Jakarta 1999). Sedangkan RTH yang ada sampai
tahun 2002
di
Provinsi
DKI
Jakarta (tanpa
Kepulauan Seribu) baru mencapai 9,417o (Dinas
Pertamanan, 2002).
Konservasi Flora Indonesia dnlam Mengatasi Dampak Pemanasan Global
613
tsBN
978-979 -7 99 -447 -1
Sebagai wilayah dengan tingkat intensitas
penggunaan manusia yang sangat tinggi, tata
guna lahan di wilayah Jakarta Pusat didominasi
oleh bangunan-bangunan dan infiastruktur
binaan. Konversi ruang-ruang terbuka menjadi
ruang terbangun menjadi salah satu penyebab
miko di perkotaan, khususnya
wilayah Jakarta Pusat. Bangunan dengan
struktur yang masif tidak dapat menyimpan
perubahan iklim
di
panas dan melepaskan uap air ke udara sebaik
vegetasi sebagai komponen utama ruang terbuka.
Keberadaan
RTH sangat penting
dalam
memiliki peran dalam membentuk kenyamanan
klimatik perkotaan melalui fungsi ekologi yaitu
sebagai kontrol suhu dan kelembaban udara
(Carpenter
e
t a1.,197 5).
Oleh karena itu, dalam studi ini dilakukan
pengamatan terhadap suhu dan kelembaban
relatif faktual di wilayah Jakarta Pusat yang
dihubungkan dengan pengaruh luasan RTH
dalam membentuk iklim miko ruang perkotaan.
Selanjutny4 akan dianalisis besaran luasan RTH
optimal yang perlu dibangun untuk menciptakan
kenyamanan klimatik di Jakarta Pusat.
mengendalikan dan memelihara integritas dan
kualitas lingkungan. Menurut Simonds (1983),
ruang terbuka berhubungan langsung dengan
penggunimn struktur sehingga dapat mendukung
struktur tersebut. Pengendalian
pembangunan wilayah perkotaan harus dilakukan
secara proporsional
berada dalam
keseimbangan antara pembangunan struktur dan
fungsi
dan
fnngsi-fungsi kenyamanan (amenity\ lingkungan
sekitamya. Ketersediaan RTH yang kurang
memadai bagi kebutuhan penduduk Jakarta perlu
diantisipasi dengan melakukan
program
penambahan luasan RTH yang ada saat ini.
Ruang terbuka hijau (RTH) yang terdiri atas
konfigurasi tanaman (khususnya
pohon)
BAHAN DANMETODE
Penelitian dilaksanakan di wilayah
Kotamadya Jakarta Pusat, Provinsi DKI Jakarta
(Gambar 1). Area yang diamati meliputi ruangruang terbuka hijaq seperti RTH pertamanan,
jalur, hutan kota" penyempum4 dan tepian air.
Selain itu, diamati pula konfigurasi ruang-ruang
terbangun pen).usun lanskap Jakarta
PROVINSI DKI JAKARTA
LOKASI PENELITIAN
lt
a.
0
--t${-t
,.ftd
1Km 'i'
Gambar
l.
Pusat.
Tahap persiapan penelitian dilaksanakan pada
bulan Januari-Maret 2008. Pengamatan dan
pengambilan data lapang dilakukan pada bulan
April-Agustus 2008.
Peta lokasi penelitian.
Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global
614
tsBN 978-979-7
99 -447
-l
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini
yaitu: thermo-hygro digital; Global Positioning
Sys/ez (GPS); dan stereoskop yang berguna
unfuk membantu pengukuran dan interpretasi
ruang terbuka hijau (RTH). Sedangkan bahanbahan yang digunakan yaitu: peta DKI Jakarta
skala.l : 20.000; peta dasar dari Dinas Pemetaan
DKI Jakarta skala I : 10.000 tahun 2004: Citn
LANDSAT 7 ETM+, skala 1 : 30.000 tahun 2005
dari PUSDATA LAPAN. Untuk
pengolahan dan
membantu
analisis data yang diperoleh,
digunakan piranti lunak (software), yaitu:
Arcvian GIS3.2; Maplnfo; iErr Mapper 6.0; dan
sPss.
Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahapan
utama Tahap pertama adalah tahap pra-survei
untuk menentukan titik-titik lokasi penelitian dan
tihif;f
persiapan alat-alat yang akan digunakan selama
survei lapang. Tahap kedua yaitu survei iapang,
untuk menginventarisasi kondisi bio-fisik dan
mengumpulkan data di lapang. Tahap ketiga
yaitu pengolahan dan analisis data yang telah
dikompilasi.
Tahap Pro-Sumei
Kegiatan utama tahap ini adalah penentuan
titik-titik lokasi penelitian yang diawali dengan
memplotkan titik-titik pengamatan pada peta
topografi Jakarta Pusat yang kemudian dibagi
dalam grid yang berukuran 500 m x 500 m
(Gambar 2), sehingga diperoleh total titik
pengamatan sebanyak 49 titik. Kriteria
penentuan titik pengamatan adalah tepat berada
di tengah-tengah grid.
Ng"'
Gambar 2. Pembagian grid dan titik-titik lokasi pengamatan penelitian.
Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global
rsBN 978-979-799-447
6t5
-l
Tahap Sumei Lapang
Data-data yang diambil dan dikumpulkan
meliputi: suhu dan kelembaban; kondisi biofisik; dan penutupan ruang terbuka hijau (RTH)
di
wiiayah Jakarta Pusat. Data suhu dan
kelembaban diperoleh melalui pengukuran
dengan alat therma-hygro digital pada periode
suhu maksimum, yaitu antara pukul I1.00-14.00
WIB pada saat cuaca cerah, dengan
penentuan
telah
atas. Data suhu dan kelembaban
titik-titik lokasi
ditetapkan
di
pada tiap
titik
pengamatan
yang
taman kot4 hutan kot4 pemakamaq sarana
rekreasi, dan lainnya. Dalam penelitian ini,
dianalisa seberapa besamya pengaruh penutupan
RTH terhadap suhu dan kelembaban
muncul adalah dengan semakin luasnya RTH di
suatu wilayah maka akan menurunlian suhu dan
meningkatkan kelembaban udara di wilayah
tlntuk melihat hubungan keduanya
maka diterapkan Metode Regresi Linier
tersebut.
Sederhana (Walpole, 1988) dengan model
pengamatan diperoleh melalui
pengu-kuran yang dilakukan selama tiga hari
berturut-turut.
Pengambilan data bio-fisik dan penutupan
persamaannya adalah sebagai berikut:
RTH dimulai dari interpretasi foto udara
Keterangan:
Citra LTINDSAT 7 ETM+ skala
I
dari
: 30.000 tahun
2005 dari PUSDATA LAPAN, yang kemudian
diikuti dengan pengamatan langsung di lapang.
di
Yi
Y; :
xi :
lapang, maka
(t
penghitungan luas RTH dapat diketahui. Datadata yang diperoleh yaitu persentase penutupan
komponen RTH pada masing-masing grid. Untuk
p
Setelah didapatkan data faktual
mengetahui jenis vegetasi penyusunnya (rumpu!
semak. perdu atau pohon), maka dilakukan
i
nterpretasi dengan stereoskop.
Tahap Pengolahan dan Analisis Data
Dalam tahap ini, data diolah dan dianaiisis
secara kuantitatif dan deskriptif. RTH ditentukan
berdasarkan sebarannya dalam satu grid yang
kemudian akan dikorelasikan
dengan
pengarnatan suhu dan kelembaban relatif pada
grid tersebut. Metode yang digunakan
dalam
menganalisis suhu dan kelembaban udara pada
penelitian
ini, yaitu
metoda Regresi Linier
Sederhana. Data suhu dan kelembaban relatif
masing-masing grid akan dikorelasikan dengan
persentase luasan RTH yang tersebar pada
masing-masing grid. Hal ini betuiuan untuk
melihat model hubungan regresi antara luasan
RTH dengan suhu udar4 dan RTH
dengan
kelembaban relatif.
Data RTH yang digunakan untuk dianalisis
yaitu penentase luasan RTH dalam masing-
masing grid dari seluruh wilayah penelitian.
Adapun yang dikategorikan dalam perhitungan
persentase RTH dalam penelitian ini adalah
penutupan tajuk pohon, contohnya: koridor jalan,
udara
dianalisa. f)engan demikian, hipotesis yang
:
:
= ri + pxi+ €i
peubah tak bebas (suhu udara atau
kelembaban udara)
peubah bebas (% RTH)
intersep/perpotongan dengan sumbu tegak
kemiringan / gradien
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian memiliki luas areal 1.225
ha yang berada di wilayah kota administrasi
Jakarta Pusat. Pada areal lokasi penelitian-
memiliki luas ruang terbuka hijau (RTH)
177,572 ha atau 14,5o/o luas areal lokasi
penelitian. Sebagai wilayah dengan tingkat
intensitas penggunium manusia )ang sangat
tinggi, tata guna lahan di wilayah Jakarta pusat
didominasi oleh bangunan-bangunan dan
infrastruktur binaan. Intensitas penggunaan yang
tingkat
pengguninn kendaraan yang tinggi pula. Kondisi
ini menyebabkan kenyamanan ruang perkotaan
menjadi semakin berk-urang.
Sebagai wilayah perkotaan dengan stnrktur
tinggi ini juga ditandai dengan
ruang yang didominasi oleh
elemen-elemen
binaan, maka keberagaman flora dan fauna alami
sangat terbatas. Keberagaman flora dan fauna di
wilayah Jakarta Pusat merupakan introduksi
yang secara sengaja dipelihara dan dikelota
dengan intensitas pemeliharaan yang tinggi
(Gambar 3).
*.'$',.,1:."
(a)
(b)
Gambar 3. Ruang terbuka hijau (RTH) kota di Jakarta Pusat: (a) Lapangan Banteng (b) Kawasan Monas.
Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global
-
616
ISBN 978-979-799-447
-l
,A,nalisis Persentase Luasan
RTH, Suhu, dan
Kelembaban Relatif (RII)
Data suhu diperoleh melalui pengukuran
yang dilakukan pada periode suhu maksimum
(pukul 11.00-14.00 WlB) harian saat cuaca
cerah. Data suhu pada tiap titik pengamatan
diperoleh melalui pengukuran yang dilakukan
selama tiga hari berturut-turut. Berdasarkan
penguhuran lapang terhadap guhu pnda 49 titik
lokasi studi menunjukkan bahwa suhu terendah
yaitu 35,130 C dan suhu tertinggi 38,470 C,
dengan rata-rata 36,840
C.
Suhu
terendah
diperoleh pada titik pengamatan 22, sedangftan
suhu tertinggi pada titik pengamatan 43 (Gambar
4).
Gambar di bawah memperlihatkan
perbedaan mengenai kondisi lingkungan antara
tittk 22 dan 43. Tittk 22 berada di
sekitar
kawasan Kelurahan Gondangdi4 terlihal bahwa
lingkungan sekitarnya merupakan lingkungan
padat penduduk. Meskipun
titik
pengamatan
berada di atas permukaan jalan pemukiman,
strukhrr ruang yang terbentuk didominasi oleh
bangr"rnan membentuk suatu naungan dan koridor
angin. Menurut Carpenter et al. (1975), salah
safu fungsi tanaman sebagai kontrol terhadap
radiasi sinar matahari dan suhu, yaitu tanaman
meningkatkan pemantulan radiasi cabaya
matahari dan menururrkan penyerapannya di
permukaan tanah sehingga akan menurunkan
suhu udara. Tanaman yang memberikan
keteduhan dengan adanya efek bayangan yang
dapat melindungi pengguna jalan dari panas
matahari dan menyaring radiasi matahari 600/o 90Yo serla dapat mempercepat hilangnya radiasi
yang diserap.
Data pengamatan persentase luasan RTH
dalam grid, suhq dan kelembaban relatif yang
dilalcukan pada 49 titik pengamatan di wilayah
Jakarta Pusat, disajikan pada Tabel l.
(a)
(c)
(b)
(d)
Gambar 4. Kondisi lingkungan di sekitar titik pengamatan 22 {adan b) dan 43 (c dan d).
Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global
617
rsBN 978-979 -7 99 -44',t -1
Tatrel 1. Pengamatan
Titik
Pengamatan
I
2
3
4
5
6
7
8
9
10
ll
t2
l3
t4
l5
t6
17
t8
19
20
21
22
23
24
25
26
o/o
luasan RTH, suhu (o C ) dan kelombaban relatif atau RH (%) lokasi studi
o/o Suhu
RTH fCl
2.33
2.25
2.81
2.62
1.58
0.16
2.04
0.54
1.41
l.61
3"45
4.65
4.35
2.13
0.80
4.04
0.94
4.69
1.86
2.02
2.91
5.29
2.61
0.54
3.74
3.55
36.63
36.67
36.53
36.53
36.90
38.20
36.80
37.47
37.00
36.87
36.30
35.63
36.10
36.73
37.10
36.13
37.07
35.53
36.83
36.80
36.47
35.13
36.57
37.47
36.17
36.20
RII
(/o) rtrr
46.33 32.70
46.33 32.73
46.67 32.64
46.33 32.61
44.00 32.77
40.00 33.62
45.00 32.75
41.67 33.10
43.67 32.83
44.00 32.74
47.33 32.48
49.33 32.02
48.67 32.39
45.33 32.72
42.67 32.85
48.33 32.40
43.00 32.84
50.00 31.98
44.33 32.73
44.67 32.73
46.67 32.58
51.00 31.69
46.33 32.64
41.67 33.10
48.00 32.41
47.61 32.41
Titik
o/
pengamatan
RTH
27
28
29
30
3l
32
JJ
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
Min.
Maks.
Rata2
Suhu
fcl
RII
(%)
THI
3.45 36.37 47.00 32.51
0.45 37.67 40.67 33.20
1.11 37.03 43.00 32.81
4.58 35.90 49.00 32.24
2.99 36.40 47.00 32.54
1.80 36.83 44.33 32.73
1.92 36.83 44.33 32.73
2.12 36.73 45.33 32.72
2.23 36.70 46.00 32.74
2.29 36.63 46.33 32.70
1.79 36.83 44.00 32.71
0.57 37.33 42.00 33.00
1.57 36.90 43.67 32.74
0.22 38.17 40.00 33.59
1.51 36.93 43.67 32.77
2.41 36.s7 46.33 32.64
0.12 38.47 39.00 33.77
0.36 37.97 40.33 33.44
0.56 37.40 41.67 33.04
0.69 37.20 42.33 32.9t
0.28 38.13 40.33 33.58
1.30 37.03 43.33 32.84
0.78 37.t0 42.67 32.85
0.12 35.13 39.00 3r.69
5.29 38.47 51.00 33.77
2.04 36.84 44.12 32.16
Sumber: Pengamatan di lapang
Titik
pengamatan 43 (Gambar
4 c dan d)
berada di sekitar Kelurahan Cempaka Baru. Titik
pengamatan berada Gpat
atas permukaan
perkerasan jalan permukiman yang padat pul4
di
berupa koablok tanpa atau sedikit terdapat
naungan. Tanaman-tanaman
di
kondisi yang berawan menyebabkan akumulasi
energi panas di sekitar permukaan tanah dan
udara
di sekelilingnya- Dengan demikian, energi
panas yang diserap dan dipantulkan kembali oleh
sekitamya tidak
lingkungan menjadi tinggi pula. Faktor iklim
yang mempengaruhi kenyaman manusia adalah
sinar
suht1 kelembaban dan radiasi matahari. Tanaman
secira signifikan mereduksi radiasi
matahai yang diserap atau dipantulkan oleh
permukaan tanah. Titik pcngamatan borada pada
lingkungan yang dikelilingi oleh stmkhr dan
elemen perkerasan tanpa naungan, selain itu
kondisi cuaca saat pengukuran agak berawan.
dapat menyenp panas dari pancaran sinar
nratahari dan memantulkauya setingga dapat
menurunkan suhu mikroklimat dan memperkecil
perbedaan suhu minimum
maksimum (suhu
Hal ini menyebabkan penetrasian radiasi
1995).
sinar
-
menjadi lebih stabil) (Brown dan Gillespie,
matahari yang menuju permukaan tanah dan
Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global
618
-l
rsBN 978-979-799-447
Berdasarkan Tabel I, luasan ruang terbuka
hijau (RTH) sangat mempengaruhi kondisi iklim
mikro lingkungan sekitamya (dalam hal ini suhu
dan kelembaban relatif). Persentase luasan RTH
yang besar akan mempengaruhi penurunan suhu
udara dan peningkatan kelembaban relatif udara.
Sebagai contoh yaitu pada grid pengamatan 22
yang memiliki persentase luasan RTH terbesar
yaittt 5,2)V., dengan suhu yang terukur qebegar
35,13o
C yang
merupakan
nilai
terendah.
kelembaban
relatifnya Pada titik pengunatan 22, kelembaban
relatif yang terukur sebesar 5l,00olo, maka nilai
Demikian pula dengan kondisi
tersebut merupakan nilai teninggi dibandingkan
dengan titik-titik pengamatan lainnya.
Berbanding terbalilq pada grid pengamatan 43,
dengan luasan RTH yang hanya 0,12% suhu
yang terukur merupakan tertinggi sebesar 38,470
C dengan kelembaban relatif terendah 39,00o/o.
Kecenderungan data tersebut juga berlaku untuk
komponen suhu dan kelembaban relatif pada
titik-titik pengamatan lainnya.
Hal ini dapat diartikan bahwa persentase
luasan RTH pada wilayah lakafia Pusat
merupakan faktor yang sangat penting dalam
rangka mereduksi suhu udara dan meningkatkan
kelembaban relatif udara di sekitamya. Efek
naungan yang ditimbulkan oleh konfigurasi tajuk
tanaman dan hasil proses respirasi berupa 02 dan
transpirasi tanaman berupa uap-uap air
mempengaruhi kondisi iklim mikro lingkungan
sekitamya. Sedangkan struktur dan bangunan
secara tidak langsung akan menciptakan efek
bayangan, bangunan tmggi akan menghalangi
penetrasian sinar matahari jatuh langsung ke
permukaan tanah. Ruang-ruang yang berada di
antara bangunan ini akan menjadi lorong atau
koridor angin, karena adanya perbedaan tekanan
udara yang menyebabkan terjadinya aliran udara
yang membawa uap-uap ur, dari daerah
bertekanan rendah menuju daerah yang
Menurut Marsh (1991),
perubahan
karakteristik permukaan (struktur dan bangunan)
dan tingginya partikel-partikel di atmosfer pada
lingkungan perkotaan menyebabkan temperatur
permukaan daerah perkotaan lebih tinggi
dibandingkan absorpsinya terhadap radiasi
menyebabkan panas yang tertiup oleh angin
menjadi lebih cepat. Panas yang dilepaskan oleb
permukaan daerah perkotaan lebih tinggi, karerra
air, vegetasi dan
eksploitasi lahan. Ditunjang dengan
keterbatasan badan-badan
berkurangnya sumberdaya yang mengkonservasi
air dan uap air perubahan panas laten dari
permukaan relatif rendah.
Berdasarkan analisis data antara persentase
luasan RTH dengan suhu dan luasan RTI{
dengan kelembaban relatif udara terdapat
hubungan bahwa semakin besar persentase
luasan RTH pada suatu lingkungarL maka suhu
udara akan menurun. Hubungan lairmya yaitu
semakin besar persentase luasan RTH maka akan
pada
lingkungan tersebut (Gambm 5).
Gambar
menunjukkan bahwa
pertambahan persentase luasan RTH akan
menurunkan suhu udara. Berdasarkan persama:u:l
regresi linier, nilai koefisien x sebesar -0,4662
dengan R2 sebesar0,890l. Hal ini berarti te{adi
meningkatkan kelembaban
relatif
5(a)
C
penurunan suhu sebesar 0.470
setiap
pertambahan persentase luasan RTH sebesar 17o
atau 122.500 nf . Datayang didapatkan dari hasil
pengukuran lapang
menunjukkan bahwa
ini
terjadi penurunan suhu yang signifikan seiring
dengan pertambahan persentase luasan RTH.
Selain itu, nilai R3 sebesar 0,8901 menunjukkan
bahwa hanya sebesar 89,01o/o pengaruh
persentase luasan RTH terhadap penurunan suhu
pemrukaan, sedangkan sisanya sebesar 10,99o/o
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain (misalnya
angin dan faktor klimatik lainnya).
bertekanan tinggi.
3r,g
y=?0td5r+4aK
3A,S
18.6
l7J
r
$1.6
-?
f,
re.s
3s-c
t{t.l
36.0
3t.5
s.s
1.0
?.6
3.0
4.0
s.0
d"6
6.t
1.0
%RIJ{%)
(a)
%rTH iyo)
(b)
Gambar 5. (a) Hubungan antaraYo RTH dengan suhu; (b) Hubungan antara % RTH dengan kelembaban
relatiflRH.
Kowervasi Flora Indonesia dnlam Mengatasi Dampak Pemanasan Global
rsBN 978-979-7 99-447
619
-l
Gambar 5(b) menunjukkan
bahwa
pertambahan persentase luasan RTH akan
meningkatkan kelembaban relatif udara. Menurut
Carpenter ef al. (1975), tanaman memiliki fungsi
konkol terhadap kelembaban dan hujan. Pada
wakhr hujan, tanaman dapat memberikan tempat
perlindungan sementara dengan naungannya.
Proses transpirasi tanaman akan melepaskan
cairan ke qdara panag, sehingga
dapat
mendinginkan dan menurunkan suhu udara di
sekitamya.
Berdasarkan persamaan regresi linier pada
Gambar 5(b), nilai koefisien x sebesar 2,0465
dengan x sebesar 0,9551. Hal ini berarti terjadi
peningkatan kelembaban relatif udara sebesar
2,05o/o setiap pertambahan persentase luasan
RTH sebesar l%. Sedangkan nilai R2 sebesar
0,9551 menunjukkan bahwa 95,51y" pengaruh
RTH terhadap peningkatan
kelembaban relatif udar4 sisanya sebesar 4,49o/o
dipengaruhi oleh faktor lainnya. Seperti halnya
persentase luasan
dengan penurunan suhu,
peningkatan
kelembaban relatif juga terjadi secara sigrrifikan
dengan pertambahan luasan RTH.
Pertambahan luasan RTT{ merupakan falctor
penting dalam program kebijakan perencanaan
tata ruang kota unfuk membentuk kenyamanan
kota- terutama dalam membentuk s-uhu dan
kelembaban yang nyaman. Konsep perencaninn
RTH seyogyanya diutamakan pada keselarasan
antara kualitas tanarlrian penfrunnya
kuantitasnya-
Hal ini berarti bahwa
dan
tanaman,
tanaman yang dipilih adalah tanaman yang
efektif menyerap energi matahari, menyerap
Rekomendasi
Luasan ruang terbuka hijau di wilayah
Jakafia Pusat tamyata secara signifikan
mempengaruhi kenyamanan termal pada ruang
tersebut, selain dipengaruhi oleh faktor-faktor
klimatik lainnya. Pertambahan luasan RTH
merupakan faktor penting dalam program
kebijakan perencana:ur tata ruang kota untuk
memtrentuk kenyamanan kot4 terulama dalam
membenfuk suhu dan kelembaban yang nyaman.
Untuk mencapai kenyamanan termal yaitu pada
kisaran suhu 30o C, maka diperlukan
penambahan luasan RTH sebesar l6,7Yo atau
29,6 Ha dari luasan RTH yang telah ada saat ini
di wilayah Jakarta Pusat (177,572 Ha). Usahausaha penambahan luasan ini dapat dilakukan
antara lain melalui pengalihan lahan terbangun
menjadi ruang terbuka hijau, optimalisasi ruangruang terbuka hijau pada jalur hijau jalan, jalur
hrjau tepian air, RTH pertamanan, RTH
permukiman dan bentuk-bentuk RT}I lainnya.
Kualitas RTH sangat dipengaruhi oleh
elemen-elemen pen).usunny4 terutama tanaman
sebagai elemen utama. Tanaman-tanaman yang
memiliki karalcteristik bertajuk lebar, bermassa
daun padat, percabangan yang lentur, perakaran
yang kuat, baik untuk ditanam pada RTH
perkolaan. Selain itu" konfigurasi penanamannya
harus membentuk sebuah shukhrr
massa
tanarnan yang padat dan kompak. Kombinasi
Ntar tanamarl dan elemen fisik lainnya dalam
RTH juga perlu dilakukan. Selain tanaman jenis
pepohonan sebagai elemen utama, jenis perdrl
semak, penutup tanah lground cover) serta
rumput dan elemen
air
dampak negatif lingkungan terutama polusi, serta
penghasil 02 ]ang efektif. Aliran udma di sekitar
bangunan, kelompok bangunan dan ruang-ruang
konfigurasi RTH yang lengkap.
yang digunakan manusia dapat dibentuk sebuah
ruang terbuka hijau yang sesuai
kenyamanan melalui penggun&m pemecah angin
(windbreaks), yaitu dengan pemagaran atau
dengan penaftrman tanaman (Wolley, 2003). Hal
yang paling efektifdari elemen ini dalam lanskap
kebutuhan sebagai penghasil oksigen (Or) yang
elektif antara lain: Asam kranji (Pithecetobium
dulce), Kihujan (Samanea saman), Bunga
lampion (Brownea capitella), Kecrutan
(Spathodea campanulata), Tanjung (Mimusops
elengi), Kayu manis hi.iau (Cinrnmomum
memiliki porositas 50o/o. Keuntungan
dari
modifikasi tinggi, evergreen dan
bersama dengan seleksi jenis,
deciduous
dimensi dan
orientasinya
Mcnurut Grey dan De.neke (!978), tananran
yang daunnya memiliki rambut merupakan salah
satu karakteristik tanaman yang dapat menjerap
dan menahan debu. Selain inr. tanaman yang
efektif untuk mengurangi polutan dalam bentuk
partikel adalah tanaman yang memiliki trikoma
tinggi atau memiliki bulu daun, bergerigi atau
bersisik. Pola penanamannya diarahkan agar
dibangun pada lorongJorong udara
Beberapa jenis-jenis tanaman penyusun
dengan
zeylanicum), Sempur (Dillenia phillipinensis),
dan Johar (Cassia siamea). Modifikasi
kstfigurasi tata h1ia,u dapat dilakukal dcngalr
tanaman-tanaman pengarah angin, seperti jenisjenis tanaman berdaun jarum (conifer), misalnya
Cemara tiang (Juniperus sinensis), Cemara balon
(Casuarina sumatrana), Pinus (Plrzzs merkusii),
dan Cemara norfolk (Araucaria exelsa).
KESIMPULAI\I
di
daerah
perkotaan, sehingga diharapkan aliran udara atau
angin membawa 02 ke lokasi lainnya.
dapat membentuk
Ruang terbuka hijau (RTH)
mempengaruhi pembentukan
iklim
sangat
mikro
perkotaan di wilayah Jakarta Pusat. Semakin luas
Konseryasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemarnsan Global
T
tl
q
i
t
lsBN 978-979-799-447
624
-l
RTH pada suatu daerah. maka akan
dapat
Carpenter P.L., T.D. Walker and F.O. Lanphear.
in
memberikan dampak terhadap penurunan suhu
1975. Plants
dan peningkatan kelembaban relatif
Freeman and Co., San Fransisco.
yang
semakin besar. Untuk menambah luasan RTH
saat ini dalam rangka mencapai kenyamanan
klimatik di Jakarta Pusat, maka perlu dilakukan
konversi lahan terbangun menjadi ruang terbuka
hijau, optimalisasi ruang-ruang terbuka hijau
pada jalur hijau jalan, jalur hijau tepian air. RTH
pertamanan, RTH permukiman, dan bentukbentuk RTH lainnya.
Kebijakan dan p€rencan€an RTH kota
sebaiknya lebih diorientasikan pada fungsi
ekologisny4 selain sebagai faktor elemen
estetika kota. Kombinasi antar tanaman dan
elemen fisik lainnya dalam RTH juga perlu
dilakukan. Selain tanaman jenis pepohonan
sebagai elemen utam4 jenis perdu, semalg
penufup tarrah (6round cover) serta rumput dan
elemen air dapat membentuk konfigurasi RTH
yang lengkap. Kualitas dan kuantitas RTH sangat
dipengaruhi oleh elemen-elemen peny.rsunny4
terutama tanaman sebagai elemen utama.
Tanaman-tanaman yang memiliki karakteristik
bertajuk lebar, bermassa daun
padat
percabangan yang lentur, perakaran yang kuat,
baik untuk ditanam pada RTH perkotaan.
DAFTARPUSTAKA
Booth, N.K. 1983. Basic Elements of Landscape
Architectural Deslga Waveland Press [nc.,
Illinois.
Brown, R.D. and T.J. Gillespie. 1995.
Microclimatic Landscape Design:
Creating Themal Comfort and Energt
Efficiency- John Wiley and Sons Inc.,
Toronto.
The Landscape.
WH
Dinas Pertamanan Pemerintah Daerah Khusus
Ibukota Jakarta. 2002. Rencana Strategis
Dinas Pertamanan 2003 - 20A7, hkarla.
Grey, G.W. and F.J. Deneke. 1978. Urban
Forestry. John Wiley and Sons, Inc., New
York.
Laurie, M. 1986. Pengantar Kepada Arsitektur
Pertamanan (Terjemahan). lntermatr4
Bandung.
199 I . Landscape Planning:
Environmental Applications. 2nd Edition.
JohnWiley and Sons [nc., Toronto.
Marsh, W.M.
Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakafta.
1999. Peraturan Daerah DKI Jakarta
Nomor 6 tahun 1999 Tentang Rencarut
Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta, Jakwta.
Simonds, J.O. 1983. Landscape Architecture.
McGraw-Hill, Inc., New York.
Tashiro, Y. and B. Sulistyantara. 1995. Study On
Characteristics of Green Structure at
Urban Area Using The Thermoscape
Analysis. The Technical Bulletin of
Faculty of Horticulture, Chiba University.
49:71-82.
Tyrviiinen, L.. S. Pauleit, K. Seeland and S.De
Vries. 2005. Benefits and Uses of Urban
Forests and Trees" In : Koniinendijk, C.C.,
K.
Nilsson
, T.B. Randrup and J.
Schipperijn (Editors): Ltrban Forests and
Trees. Springer-Verlag, Berlin
Heidelberg. Pp. 8l-1 14.
Walpole, R.E. 1988. Pengantar Statistika Edisi
,k-3 (Teriemahan). PT Gramedi4 Jakarta.
Wooliey, H. 2003. Urban Open Spaces. Spon
Press, London.
Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global